KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan puji syukur atas atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah untuk pemenuhan tugas Bahasa Indonesia yang bertemakan “Flu Burung”. Harapan penulis semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik dalam proses penyusunan dan pembuatan. Makalah ini penulis akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki masih kurang. Oleh karena itu penulis harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Cirebon,
Oktober 2017
Penulis
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Indonesia, negara kepulauan terbesar terbesar di dunia, berada di garis depan melawan penyakit yang mematikan yaitu avian influenza atau AI. Penyakit yang lebih dikenal sebagai flu burung ini disebabkan oleh virus H5N1 yang secara umum lebih banyak ditemukan pada unggas. Sejak tahun 2003, penyakit ini telah menyebar dari burung-burung di Asia ke Timur Tengah, Eropa dan Afrika. Dalam kasus-kasus yang tertentu, manusia juga dapat terkena penyakit ini, umumnya karena berhubungan dengan unggas-unggas yang sakit. Sampai saat ini, kasus AI pada manusia sudah tercatat di seluruh dunia, dan lebih dari 200 diantaranya meninggal dunia. Kematian-kematian yang tragis tersebut hanyalah ujung dari gunung es. Saat ini H5N1 tidak menular dengan mudah dari unggas ke manusia, atau dari manusia ke manusia. Akan tetapi para ahli mengatakan bahwa H5N1 memiliki potensi untuk menjadi penyebab pandemi influenza di dunia. Jika terjadi pandemi, jumlah orang yang terkena dan kematian akan sangat banyak, diikuti dengan dampak-dampak ekonomi dan sosial, akhirnya terjadilah krisis kesehatan yang m encakup seluruh dunia. Indonesia saat ini berada di tengah krisis flu burung. Kasus flu burung pertama kali dilaporkan Indonesia pada tahun 2003. Penyakit ini sekarang endemis di populasi ayam dibeberapa daerah di Indonesia, jutaan unggas mati karena penyakit ini dan juga dimusnahkan sebagai wujud penanganan kasus penularan flu burung. Untuk kasus flu burung pada manusia pertama kali dilaporkan pada tahun 2005. Sejak itu Indonesia sudah mencatat lebih dari 130 kasus flu burung pada manusia dan lebih dari 110 korban meninggal – paling tinggi di dunia. Di Indonesia, anak-anak merupakan salah satu kelompok yang paling beresiko terkena penyakit ini karena sekitar 40 persen dari korban flu burung adalah mereka yang berusia dibawah 18 tahun. Oleh sebab itu, mengingat bahaya yang dapat terjadi disusunlah makalah ini untuk membahas secara lebih terperinci baik pencegahan, cara penularan dan bahaya dari penyakit flu burung yang semakin merebak dalam masyarakat di Indonesia.
B.
Rumusan Masalah
1. 2. 3. 4. 5.
Apa yang dimaksud dengan flu burung? Apa penyebab penyakit flu burung? Apa gejala penyakit flu burung? Bagaimana cara pengobatan flu burung? Bagaimana cara pencegahan penyakit flu burung?
C.
Tujuan Penulisan
1. 2. 3. 4. 5.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan flu burung. Untuk mengetahui penyebab dan penularan penyakit flu burung. Untuk mengetahui gejala penyakit flu burung. Untuk mengetahui pengobatan penyakit flu burung. Untuk mengethaui cara pencegahan penyakit flu burung.
D.
Manfaat Penulisan
1. 2. 3. 4. 5.
Mengetahui apa yang dimaksud dengan flu burung. Mengetahui penyebab dan penularan penyakit flu burung. Mengetahui gejala penyakit flu burung. Mengetahui pengobatan penyakit flu burung. Mengethaui cara pencegahan penyakit flu burung.
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian Flu Burung
Flu Burung (Avian Influenza - AI) adalah penyakit unggas yang menular disebabkan virus influenza tipe A dari keluarga Orthomyxoviridae. Virus ini paling umum menjangkiti unggas (misalnya ayam peliharaan, Kalkun, Itik, Puyuh, dan Angsa) juga berbagai jenis burung liar. Beberapa virus flu burung juga diketahui bisa menyerang mamalia, termasuk manusia (Darel W. 2008 : 17). Flu burung adalah penyakit influenza pada unggas, baim burung, bebek, ayam, serta beberapa binatang seperti babi. Data lain menunjukkan penyakit ini juga dapat pula mengena pada burung puyuh dan burung onta. Penyakit pada binatang ini telah ditemukan sejak 100 tahun lalu di Italia, tepatnya 1878. Pada tahun 1924-1925 wabah ini merebak di Amerika Serikat. (Tjandra. 2005 : 2). Virus influenza merupakan virus RNA termasuk dalam famili Orthomyxoviridae. Asam nukleat virus ini beruntai tunggal, terdiri dari 8 segmen gen yang mengkode sekitar 11 jenis protein. Virus influenza mempunyai selubung/simpai yang terdiri dari kompleks protein dan karbohidrat. Virus ini mempunyai tonjolan (spikes) yang digunakan untuk menempel pada reseptor yang spesifik pada sel-sel hospesnya pada saat menginfeksi sel. Terdapat 2 jenis spikes yaitu yang m engandung hemaglutinin (HA) dan yang mengandung neuraminidase (NA), yang terletak dibagian terluar dari virion (Horimoto T, Kawaoka Y. 2001 :129-149). Menurut (soejoedono,et al., 2005) avian influenza (flu burung) adalah penyakit menular yang dapat terjadi pada unggas dan mamalia yang disebabkan oleh virus infl uenza tipe A. Virus influenza tipe A memiliki beberapa subtipe yang ditandai adan ya Hemagglutinin (H) dan Neuramidase (N). Virus flu burung yang sedang berjangkit saat ini adalah subtipe H5N1 yang memiliki waktu inkubasi selama 3 – 5 hari. Virus ini dapat menular melalui udara ataupun kontak melalui makanan, minuman, dan sentuhan. Perilaku hidup bersih dan sehat misalnya mencuci tangan dengan
antiseptic, kebersihan tubuh dan pakaian, dan memakai alat pelindung diri (APD) waktu kontak langsung dengan unggas dapat mencegah penularan virus AI. Wabah virus ini menyerang manusia pertama kali di Hongkong pada tahun 1997 dengan 18 korban dan 6 diantaranya meninggal. Di Indonesia, penyakit ini awalnya diduga sebagai penyakit tetelo atau VVND (Velogenic Viscerotopic Newcastle Diseae) yang pernah menyerang pada tahun-tahun sebelumnya. Penyakit ini merupakan penyakit baru (new emerging disease) yang banyak menarik perhatian berbagai pihak karena penularannya yang sangat cepat den gan angka kematian yang tinggi. Avian flu juga melibatkan sektor peternakan, khususnya unggas, yang mempunyai dampak besar terhadap ketersediaan daging (gizi) di masyarakat, dan sektor ekonomi para peternaknya. Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas.
B. Penyebab dan Penularan Flu Burung Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A. Virus influenza termasuk famili Orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A dapat berubah-ubah bentuk (Drift, Shift), dan dapat menyebabkan epidemi dan pandemi. Berdasarkan sub tipenya terdiri dari Hemaglutinin (H) dan Neuramidase (N). Kedua huruf ini digunakan sebagai identifikasi kode subtipe flu burung yang banyak jenisnya. Pada manusia hanya terdapat jenis H1N1, H2N2, H3N3, H5N1, H9N2, H1N2, H7N7. Sedangkan pada binatang H1-H5 dan N1-N98. Strain yang sangat virulen/ganas dan menyebabkan flu burung adalah dari subtipe A H5N1. Virus tersebut dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22 ̊ C dan lebih dari 30 hari pada 0 ̊C. Virus akan mati pada pemanasan 60 ̊ C selama 30 menit atau 56 ̊ C selama 3 jam dan dengan detergent, desinfektan misalnya formalin, serta cairan yang mengandung iodin. Meskipun reservoar alami viris AI adalah unggas liar yang sering b ermigrasi (bebek liar), tetapi hewan tersebut resisten terhadap penyakit in i. Menurut WHO, kontak hewan tersebut dengan unggas ternak menyebabkan epidemik flu burung di kalangan unggas. Penularan penyakit terjadi melalui udara dan ekskret (kotoran, urin, dan ingus) unggas yang terinfeksi. Virus AI dapat hidup selama 15 hari di luar jaringan hidup. Virus pada unggas akan mati pada pemanasan 80 ̊ C selama 1 menit, dan virus pada telur akan mati pada suhu
64 ̊ C selama 5 menit. Virus akan mati dengan pemanasan sinar matahari dan pemberian diinfektan. Secara genetik, virus influenza tipe A sangat labil dan tidak sulit beradaptasi untuk menginfeksi spesies sasarannya. Virus ini tidak memiliki sifat proof reading, yaitu kemampuan untuk mendeteksi kesalahan yang terjadi dan memperbaiki kesalahan pada saat replikasi. Ketidakstabilan sifat genetik virus inilah yang mengakibatkan terjadinya strain/jenis/mutan virus yang baru. Akibat dari proses tersebut, virus virulensi virus AI dapat berubah menjadi lebih ganas dari sebelumnya (HPAI, high pathogenic avian influenza). Karakteristik lain dari virus ini adalah kemampuannya untuk bertukar, bercampur, dan bergabung dengan virus influenza strain yang lain sehingga menyebabkan munculnya strain baru yang bisa berbahaya bagi manusia. Mekanisme ini juga menyebabkan kesulitan dalam membuat vaksin untuk program penanggulangan. Mekanisme penularan flu burung pada manusia melalui beberapa cara: 1.
Virus unggas liar unggas domestik manusia
2.
Virus unggas liar unggas domestik babi manusia
3. Virus unggas liar unggas domestik (dan babi) manusia manusia Flu burung menular dari unggas ke unggas, dan dari unggas ke manusia, melalui air liur, lendir dari hidung dan feces. Pen yakit ini dapat menular melalui udara yang tercemar virus H5N1 yang berasal dari kotoran atau sekreta burung/unggas yang menderita flu burung. Penularan dari unggas ke manusia juga dapat terjadi jika bersinggungan langsung dengan unggas yang terinfeksi flu burung. Contohnya: pekerja di peternakan ayam, pemotong ayam, dan penjamah produk un ggas lainnya. C.
Gejala Flu Burung
Virus AI dibedakan dalam dua kelompok (berdasarkan patotipe), yaitu highly pathogenic avian influenza (HPAI) yang bersifat ganas dan low pathogenic avian influenza (LPAI) yang bersifat kurang ganas. Virus HPAI menunjukkan gejala kematian yang sangat tinggi, gangguan pernapasan, produksi telur berhenti atau menurun drastis, batuk, bersin, ngorok, sinusitis odema pada kepala dan muka, perdarahan jaringan subkutan diikuti sianosis kulit terutama pada kaki, kepala dan pial, serta diare dan gangguan syaraf. Infeksi akibat LPAI biasanya tidak menimbulkan gejala klinis, tetapi dapat juga terjadi ovarium mengecil, pembengkakan ginjal,dan pengendapan asam urat. Gejala flu burung dapat dibedakan, yaitu pada unggas dan manusia. 1. Gejala pada unggas a. Jengger berwarna biru
b. c.
Borok di kaki Kematian mendadak
2. Gejala pada manusia a. Demam (suhu badan diatas 38 ̊C) b. Batuk dan nyeri tenggorokan c. Radang saluran pernapasan atas d. Pneumonia e. Infeksi mata f. Nyeri otot Masa inkubasi pada unggas dan manusia pun juga berbeda, yaitu: 1. Pada Unggas : 1 minggu 2. Pada Manusia : 1-3 hari , Masa infeksi 1 hari sebelum sampai 3-5 hari sesudah timbul gejala. Pada anak sampai 21 hari .
D. Pengobatan Penyakit flu Burung Pengobatan bagi penderita flu burung: 1. Oksigenasi bila terdapat sesak napas. 2. Hidrasi dengan pemberian cairan parenteral (infus). 3. Pemberian obat anti virus oseltamivir 75 mg dosis tunggal selama 7 hari. 4. Amantadin diberikan pada awal infeksi, sedapat mungkin dalam waktu 48 jam pertama selama 3-5 hari dengan dosis 5 mg/kg BB perhari dibagi dalam 2 dosis. Bila berat badan lebih dari 45 kg diberikan 100 mg 2 kali sehari. Selain cara diatas dapat digunakan cara berikut ini: 1. Suportif : vitamin, misalnya vitamin C dan B kompleks 2. Simtomatik : analgesik, antitusif, mukolitik 3. Profilaksis : antibiotik 4. Pengobatan antivirus dengan Olsetamivir 75 mg (Tamiflu). Dosis profilaksis adalah 1 x 75 mg selama 7 hari yang diberikan pada semua kasus suspek. Dosis terapi adalah 2 x 75 mg selama 5 hari yang diberikan pada semua kasus suspek yang dirawat. Dosis anak tergantung dari berat badannya. Penggunaan antivirus sanga membantu, terutama pada 48 jam pertama, karena virus akan menghilang sekitar 7 hari setelah masuk ke dalam tubuh.
E.
Pencegahan Penyakit Flu Burung
1.
Pada Unggas: a. Pemusnahan unggas/burung yang terinfeksi flu burung b. Vaksinasi pada unggas yang sehat Penemuan vaksin terbaru dari ekstrak mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) menambah daftar alternatif pencegahan penyakit flu burung. 2.
Pada Manusia : a. Kelompok berisiko tinggi (pekerja peternakan dan pedagang) 1) Mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis bekerja. 2) Hindari kontak langsung dengan ayam atau unggas yang terinfeksi flu burung. 3) Menggunakan alat pelindung diri. (contoh : masker dan pakaian kerja). 4) Meninggalkan pakaian kerja ditempat kerja. 5) Membersihkan kotoran unggas setiap hari. 6) Orang yang kontak dengan unggas (misalnya peternak ayam) harus menggunakan masker, baju khusus, kaca mata renang. 7) Membatasi lalu lintas orang yang masuk ke peternakan. 8) Mendisinfeksi orang dan kendaraan yang masuk ke peternakan. 9) Mendisinfeksi peralatan peternakan. 10) Mengisolasi kandang dan kotoran dari lokasi peternakan. b. Masyarakat umum 1) Memilih daging yang baik dan segar. 2) Memasak daging ayam minimal 80 ̊C selama 1 menit dan telur minimal 64 ̊ C selama 5 menit (atau sampai air atau kuahnya mendidih cukup lama). 3) Menjaga kesehatan dan ketahanan umum tubuh dengan makan, olahraga, dan istirahat yang cukup. 4) Segera ke dokter/puskesmas/rumah sakit bagi masyarakat yang mengalami gejala-gejala di atas. 5) Menjaga daya tahan tubuh dengan memakan makanan bergizi & istirahat cukup. 6) Mengolah unggas dengan cara yang benar, yaitu : a) Pilih unggas yang sehat (tidak terdapat gejala-gejala penyakit pada tubuhnya) b) Memasak daging ayam sampai dengan suhu ± 80 ̊ C selama 1 menit dan pada telur sampai dengan suhu ±64 ̊ C selama 4,5 menit.
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
Flu burung merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus influenza tipe A (AI). Penyakit ini menyerang unggas dan manusia. Penyakit ini sangat berbahaya karena bisa mematikan. Gejala utamanya mirip dengan flu biasa namun lebih ekstrim, misalnya suhu tubuh yang terlalu tinggi dan sebagainya. Pengobatan penyakit ini bisa dilakukan dengan perawatan intensif di rumah sakit dan dengan pemberian tamiflu. Untuk pencegahannya bisa dilakukan dengan enjaga kebersihan lingkungan, pengolahan unggas sampai benar-benar matang dan dengan vaksinasi pada u nggas. B.
Saran
1. Untuk masyarakat umum diharapkan bisa memperhatikan lingkungaan hidup di sekitarnya supaya tetap sehat dan terbebas dari infeksi flu burung. 2. Semua yang terlibat (peternak, pedagang, masyarakt umum, pemerintah) mampu bekerjasama dalam pencegahan penyebaran penyakit ini. 3. Bagi pemerintah hendaknya menyosialisasikan hal-hal yang berhubungan dengan penyakit ini kepada masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Depkes RI. 2005. “Flu Burung”, (Online), (http://www.litbang.depkes.go.id/maskes/072005/flu_burung.pdf, diakses pada 09 Maret 2011) Darrell Withworth, dkk. 2008. Burung Liar Dan F lu Burung. Jakarta: FAO Horimoto T, Kawaoka Y. Pandemic threat posed by avian influenza A viruses. Clin Microbiol Rev. 2001. 14(1) : 129-149. Kristina, dkk. “Flu Burung”, (Online), (http://www.flutrackers.com/forum/showthread.php?t=69294, diakses 27 Juni 2013) Widiyono. 2005. Penyakit Tropis Epidemiologi, Pencegahan, & Pemberantasan. Jakarta: Erlangga Ririh Y, Sudarmaji. 2006. Mengenal Flu Burung dan Bagimana Kita Menyikapinya. Forum Penelitian, 1 (2): 183-196 Soejoedono, Retno D. dan Ekowati Handharyani, 2005. Flu Burung Seri Agriwawasan. Depok ; Penebar Swadaya.