BAB I PENDAHULUAN 1. 1
LATAR BELAKANG
Keamanan merupakan keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis yang merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi. Lingkungan klien mencakup semua faktor fisik dan psikososial yang mempengaruhi atau berakibat terhadap kehidupan dan kelangsungan hidup klien. Keamanan yang ada didalam lingkungan ini akan mengurangi insiden terjadinya penyakit dan cidera, memperpendek lama tindakan dan hospitalisasi, meningkatkan kesejahteraan klien. Jatuh merupakan salah satu bahaya yang mengancam keamanan dan keselamatan terhadap manusia. Selain itu, 90% jenis kecelakaan yang dilaporkan dan seluruh kecelakaan yang terjadi di RS adalah jatuh. Lansia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia harapan hidup. Jumlah lansia meningkat di seluruh Indonesia menjadi 15,1 juta jiwa pada tahun 2000 atau 7,2% dari seluruh penduduk dengan usia harapan hidup 64,05 tahun. Tahun 2006 usia harapan hidup meningkat menjadi 66,2 tahun dan jumlah lansia menjadi 19 juta orang, dan diperkirakan pada tahun 2020 akan menjadi 29 juta orang atau 11,4%. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu. Secara fisik lansia akan mengalami kemunduran dalam aktifitas, kemunduran organ dan berbagai kelemahan fisik. Secara biologis lansia mengalami kemunduran dalam proses pertumbuhan organ. Secara mental lansia mengalami kemunduran perkembangan mental seperti penurunan daya ingat, kecerdasan dan kemampuan berpikir. Secara sosial ekonomi lansia mengalami kemunduran sumber pendapatan dari hasil kerja karena tidak mampu melaksanakan pekerjaan seperti ketika masih usia muda (Depkes RI, 2007) Dengan
semakin
luasnya
pelaksanaan
upaya
kesehatan
dan
keberhasilan
pembangunan nasional pada semua sector, sehingga hal tersebut mendorong peningkatan kesejahteraan sosioekonomi serta kesehatan. Pendekatan yang harus dilakukan dalam melaksanakan program kesehatan adalah pendekatan kepada keluarga dan masyarakat. Pendekatan ini lebih memprioritaskan upaya memelihara dan menjaga yang sehat semakin sehat serta merawat yang sakit agar menjadi sehat. 1
Keberadaan usia lanjut ditandai dengan umur harapan hidup yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, hal tersebut membutuhkan upaya pemeliharaan serta peningkatan kesehatan dalam rangka mencapai masa tua yang sehat, bahagia, berdaya guna, dan produktif (pasal 19 UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan). Penuaan adalah suatu prose salami yang tidak dapat dihindari, berjalan secara terus menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan mengakibatkan perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia pada tubuh, sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan. Menjadi tua ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang terlihat sebagai gejala-gejala kemunduran fisik, antara lain kulit menjadi mengendur, timbul keriput, rambut menjadi beruban, gigi mulai ompong, pendengaran dan penglihatan berkurang, mudah lelah, gerakan menjadi lamban dan kurang lincah, serta terjadi penimbunan lemak terutama di perut dan pinggul. Kemunduran lain yang terjadi adalah kemampuan-kemampuan kognitif seperti suka lupa, kemunduran orientasi terhadap waktu, ruang, tempat serta tidak mudah menerima ide baru. Usia lanjut dapat dikatakan usia emas, karena tidak semua orang dapat mencapai usia tersebut, maka orang yang berusia lanjut memerlukan tindakan keperawatan, baik yang bersifat promotif maupun yang preventif, agar ia dapat menikmati masa usia emas serta menjadi usia lanjut yang berguna dan bahagia.
1. 2
RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang di maksud dengan lansia? 2. Bagaimana perubahan pada lansia dalam semua sistem dan implikasi klinik?
3. Bagaimana strategi dalam pendidikan kesehatan dan kesejahteraan lansia? 4. Apa saja aspek aspek yang perlu diperhatikan dalam malaksanakan pendidikan kesehatan pada lansia?
1. 3
TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan la nsia. 2. Untuk mengetahui bagaimana perubahan pada lansia dalam semua sistem dan implikasi klinik.
3. Untuk mengetahui bagaimana strategi dalam pendidikan kesehatan dan kesejahteraan lansia. 2
Keberadaan usia lanjut ditandai dengan umur harapan hidup yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, hal tersebut membutuhkan upaya pemeliharaan serta peningkatan kesehatan dalam rangka mencapai masa tua yang sehat, bahagia, berdaya guna, dan produktif (pasal 19 UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan). Penuaan adalah suatu prose salami yang tidak dapat dihindari, berjalan secara terus menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan mengakibatkan perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia pada tubuh, sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan. Menjadi tua ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang terlihat sebagai gejala-gejala kemunduran fisik, antara lain kulit menjadi mengendur, timbul keriput, rambut menjadi beruban, gigi mulai ompong, pendengaran dan penglihatan berkurang, mudah lelah, gerakan menjadi lamban dan kurang lincah, serta terjadi penimbunan lemak terutama di perut dan pinggul. Kemunduran lain yang terjadi adalah kemampuan-kemampuan kognitif seperti suka lupa, kemunduran orientasi terhadap waktu, ruang, tempat serta tidak mudah menerima ide baru. Usia lanjut dapat dikatakan usia emas, karena tidak semua orang dapat mencapai usia tersebut, maka orang yang berusia lanjut memerlukan tindakan keperawatan, baik yang bersifat promotif maupun yang preventif, agar ia dapat menikmati masa usia emas serta menjadi usia lanjut yang berguna dan bahagia.
1. 2
RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang di maksud dengan lansia? 2. Bagaimana perubahan pada lansia dalam semua sistem dan implikasi klinik?
3. Bagaimana strategi dalam pendidikan kesehatan dan kesejahteraan lansia? 4. Apa saja aspek aspek yang perlu diperhatikan dalam malaksanakan pendidikan kesehatan pada lansia?
1. 3
TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan la nsia. 2. Untuk mengetahui bagaimana perubahan pada lansia dalam semua sistem dan implikasi klinik.
3. Untuk mengetahui bagaimana strategi dalam pendidikan kesehatan dan kesejahteraan lansia. 2
4. Untuk mengetahui apa saja aspek aspek yang perlu diperhatikan dalam malaksanakan pendidikan kesehatan pada lansia.
3
BAB II PEMBAHASAN 2.1 DEFINISI LANSIA Usia lanjut adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari (Azwar, 2006). Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi te rjadi didalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya mis alnya kemunduran fisik fis ik yang ditandai dengan
kulit
yang
mengendur,
rambut
memutih,
gigi
mulai
ompong,
pendengaran kurang jelas, pengelihatan semakin memburuk, gerakan lambat dan figur tubuh yang tidak proporsional (Nugroho, 2006). Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir dengan kematian kemati an (Hutapea, 2005). WHO dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa usia 60 tahun ta hun adalah usia permulaan
tua.
Menua
bukanlah suatu
penyakit,
tetapi
merupakan
proses
yang
berangsur-angsur mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunya daya tahan tubuh t ubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh. Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial (BKKBN 1998) Penuaan (ageing) merupakan suatu konsekuensi (proses alamiah) yang tidak dapat dihindarkan dan pasti terjadi pada setiap manusia. Tidak seorangpun yang dapat menghentikan proses penuaan. Siklus ini ditandai dengan tahap-tahap mulai menurunnya berbagai fungsi organ tubuh karena setelah mencapai dewasa, secara alamiah seluruh komponen tubuh tidak dapat berkembang lagi. Sebaliknya justru terjadi penurunan karena proses penuaan. Penuaan merupakan suatu proses multidimensional, yang tidak hanya terkait dengan faktor jasmani, tapi juga psikologis dan sosial. Penuaan itu sendiri adalah suatu proses alamiah kompleks yang melibatkan setiap molekul, sel dan organ dalam tubuh. 4
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Proses menua bukan merupakan suatu penyakit, melainkan suatu masa atau tahap hidup manusia yaitu: bayi, kanak-kanak, dewasa, tua, dan lanjut usia. Orang mati bukan karena lanjut usia tetapi karena suatu penyakit, atau juga suatu kecacatan.Akan tetapi proses menua dapat menyebabkan berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Walaupun demikian, memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering menghinggapi menghinggapi kaum lanjut usia. Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai usia dewasa. Misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, dan jaringan lain sehingga tubuh mati sedikit demi sedikit. Sebenarnya tidak ada batas yang tegas, pada usia berapa penampilan seseorang mulai menurun. Pada setiap orang, fungsi fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda, baik dalam hal pencapaian puncak maupun menurunnya.
Tiga Fase Proses Penuaan
Fase 1 Pada saat mencapai usia 25-35 tahun. Pada masa ini produksi hormon mulai berkurang (mulai mengalami penurunan produksi). produksi). Polusi udara, diet yang tak sehat dan stres merupakan serangan radikal bebas yang dapat merusak sel-sel tubuh. Di fase ini mulai terjadi kerusakan sel tapi tidak memberi pengaruh pada kesehatan. Tubuh pun masih bugar terus. Penurunan ini mencapai 14 % ketika seseorang berusia 35 tahun.
Fase 2 Kedua transisi, yakni pada usia 35-45 tahun. Produksi hormon sudah menurun sebanyak 25%, sehingga tubuh pun mulai mengalami penuaan. Biasanya pada masa ini, ditandai dengan lemahnya penglihatan (mata mulai mengalami rabun dekat) sehingga perlu menggunakan kacamata kacamat a berlensa plus, rambut mulai beruban, stamina dan energi tubuh pun berkurang. Bila pada masa ini dan sebelumnya atau bila pada usia muda, kita melakukan gaya hidup yang tidak sehat bisa berisiko terkena kanker.
Fase 3 Puncaknya pada tahap fase klinikal, yakni pada usia 45 tahun ke atas. Pada masa ini produksi hormon sudah berkurang hingga akhirnya berhenti sama sekali.perempuan 5
mengalami masa yang disebut menopause sedangkan kaum pria mengalami masa andropause. Pada masa ini kulit pun menjadi kering karena mengalami dehidrasi/kulit menjadi keriput, terutama di bagian samping dan di bawah mata kita, juga kulit tangan kita yang tidak sekencang dulu, tubuh juga menjadi cepat lelah.
Karakteristik penyakit lansia di indonesia 1. Penyakit persendian dan tulang, misalnya rheumatik, osteoporosis, osteoartritis 2. Penyakit Kardiovaskuler. Misalnya: hipertensi, kholesterolemia, angina, cardiac attack, stroke, trigliserida tinggi, anemia, PJK 3. Penyakit Pencernaan yaitu gastritis, ulcus pepticum 4. Penyakit Urogenital. Seperti Infeksi Saluran Kemih (ISK), Gagal Ginjal Akut/Kronis, Benigna Prostat Hiperplasia 5. Penyakit Metabolik/endokrin. Misalnya; Diabetes mellitus, obesitas 6. Penyakit Pernafasan. Misalnya asma, TB paru 7. Penyakit Keganasan, misalnya; carsinoma/ kanker 8. Penyakit lainnya. Antara lain; senilis/pikun/dimensia, alzeimer, parkinson, dsbD. Perubahan Anatomi dan Fisiologis pada Kardiovaskuler
2.2 PERUBAHAN PADA LANSIA DALAM SEMUA SISTEM DAN IMPLIKASI KLINIK 2.2.1
Perubahan pada Sistem Sensoris
Persepsi sensoris mempengaruhi kemampuan seseorang untuk saling berhubungan dengan orang lain dan untuk memelihara atau membentuk hubungan baru, berespon terhadap bahaya, dan menginterprestasikan masukan sensoris dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Pada lansia yang mengalami penurunan persepsi sensori akan terdapat keengganan untuk bersosialisasi karena kemunduran dari fungsi-fungsi sensoris yang dimiliki. Indra yang dimiliki seperti penglihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman dan perabaan merupakan kesatuan integrasi dari persepsi sensori. 2.2.2
Perubahan pada Sistem Integumen
Pada lasia, epidermis tipis dan rata, terutama yang paling jelas diatas tonjolan-tonjolan tulang, telapak tangan, kaki bawah dan permukaandorsalistangandankaki. Penipisan ini menyebabkan vena- vena tampak lebih menonjol. Poliferasi abnormal pada terjadinya sisa melanosit, lentigo, senil, bintik pigmentasi pada area tubuh yang terpajan sinar mata hari, 6
2.2.3
biasanya permukaan dorsal dari tangan dan lengan bawah. Sedikit kolagen yang terbentuk pada proses penuaan, dan terdapat penurunan jaringan elastik, mengakibatkan penampilan yang lebih keriput. Tekstur kulit lebih kering karena kelenjar eksokrin lebih sedikit dan penurunan aktivitas kelenjar eksokrin dan kelenjar sebasea. Degenerasi menyeluruh jaringan penyambung, disertai penurunan cairan tubuh total, menimbulkan penurunan turgor kulit. Massa lemak bebas berkurang 6,3% BB per dekade dengan penambahan massa lemak 2% per dekade. Massa air berkurang sebesar 2,5% perdekade. Perubahan pada Sistem Muskuloskeletal Otot mengalami atrofi sebagai akibat dari berkurangnya aktivitas, gangguan metabolik, atau denervasi saraf. Dengan bertambahnya usia, perusakan dan pembentukan tulang melambat. Hal ini terjadi karena penurunan hormon esterogen pada wanita, vitamin D, dan beberapa hormonlain. Tulang-tulang trabekulae menjadi lebih berongga, mikroarsitektur berubah dan seiring patah baik akibat benturan ringan maupun spontan.
2.2.4
Perubahan pada Sistem Neurologis
2.2.5
Berat otak menurun 10 – 20%. Beratotak ≤ 350 gram pada saat kelahiran, kemudian meningkat menjadi 1,375 gram pada usia 20 tahun,berat otak mulai menurun pada usia 45-50 tahun. Penurunan ini kurang lebih 11% dari berat maksimal. Berat dan volume otak berkurang rata-rata 5-10% selama umur 20-90 tahun. Otak mengandung 100 million sel termasuk diantaranya sel neuron yang berfungsi menyalurkan impuls listrik dari susunan saraf pusat. Pada penuaan otak kehilangan 100.000 neuron / tahun. Neuron dapat mengirimkan signal kepada sel lain dengan kecepatan 200 mil/jam. Terjadi penebalan atrofi cerebral (berat otak menurun 10%) antar usia 30-70 tahun. Secara berangsur-angsur tonjolan dendrit di neuron hilang disusul membengkaknya batang dendrite dan batang sel. Secara progresif terjadi fragmentasi dan kematian sel. Pada semua sel terdapat deposit lipofusin (pigment wear and tear) yang terbentuk disitoplasma, kemungkinanberasal dari lisosomatau mitokondria. Perubahan pada Sistem Kardiovaskular Jantung dan pembuluh darah mengalami perubahan baik struktural maupun fungisional. Penurunan yang terjadi berangsur-angsur sering terjadi ditandai dengan penurunan tingkat aktivitas, yang mengakibatkan penurunan kebutuhan darahyangteroksigenasi. Jumlah detak jantung saat istirahat pada orang tua yang sehat tidak ada perubahan, namun detak jantung maksimum yang dicapai selama latihan berat berkurang. Pada dewasa muda, kecepatan jantung di bawah tekanan yaitu, 180-200 x/menit. Kecepatan jantung pada usia 70-75 tahun menjadi 140-160 x/menit. 7
2.2.6
Perubahan pada Sistem Pulmonal
Perubahan anatomis seperti penurunan komplians paru dan dinding dada turut berperan dalam peningkatan kerja pernapasan sekitar 20% pada usia 60 tahun. Penurunan laju ekspirasi paksa satu detik sebesar 0,2 liter/dekade. 2.2.7
Perubahan pada Sistem Endokrin
Sekitar 50% lansia menunjukkan intoleransi glukosa, dengan kadar gula puasa yang normal. Penyebab dari terjadinya intoleransi glukosa ini adalah faktor diet, obesitas, kurangnya olahraga, dan penuaan. Frekuensi hipertiroid pada lansia yaitu sebanyak 25%, sekitar 75% dari jumlah tersebut mempunyai gejala, dan sebagian menunjukkan “apatheicthyrotoxicosis”. 2.2.8
Perubahan pada Sistem Renal
Pada usia dewasa lanjut, jumlah nefron telah berkurang menjadi 1 juta nefron dan memiliki banyak ketidaknormalan. Penurunan nefron terjadi sebesar 5-7% setiap dekade, mulai usia 25 tahun. Bersihan kreatinin berkurang 0,75 ml/m/tahun. Nefron bertugas sebagai penyaring darah, perubahan aliran vaskuler akan mempengaruhi kerja nefron dan akhirnya mempebgaruhi fungsi pengaturan, ekskresi, dan matabolik sistem renal. 2.2.9
Perubahan pada Sistem Gastrointestinal
Banyak masalah gastrointestinal yang dihadapi oleh lansia berkaitan dengan gaya hidup. Mulai dari gigi sampai anus terjadi perubahan morfologik degeneratif, antara lain perubahan atrofi pada rahang, mukosa, kelenjar dan otot-otot pencernaan. 2.2.10
Perubahan pada Sistem Reproduksi
Pria
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem reproduksi pria akibat proses menua : a. Testis
masih dapat memproduksi spermatozoa meskipun adanya
penurunan secara berangsur-angsur. b. Atrofi
asini
prostat otot
dengan area
fokus
hiperplasia.
Hiperplasia noduler benigna terdapat pada 75% pria > 90 tahun.
Wanita
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem reproduksi 8
wanita akibat proses menua: a. Penurunan estrogen yang bersikulasi. Implikasi dari hal ini adalah atrofi jaringan payudara dan genital. b. Peningkatan androgen yang bersirkulasi. Implikasi dari hal ini adalah penurunan massa tulang dengan risiko osteoporosis dan fraktur, peningkatan kecepatan aterosklerosis.
2.3STRATEGI DALAM PENDIDIKAN KESEHATAN DAN KESEJAHTERAAN LANSIA Masyarakat sehat 2010 telah menetapkan suatu tujuan yaitu meningkatkan kualitas dan kelangsungan hidup sehat bagi seluruh warga Amerika (USDHHS, 1998). Dokumen ini mengindikasikan bahwa aspek terpenting dalam promosi kesehatan lansia adalah mempertahankan kesehatan dan kemandirian fungsional. Banyak tujuan yang ditetapkan untuk masyarakat sehat 2000 (USDHHS, 1991) yang dicakupkan ke dalam tujuan Masyarakat sehat 2010. Ketika merencanakan program promosi kesehatan untuk komunitas lansia perawat komunitas harus memasukkan area prioritas dan tujuan spesifik yang terdapat dalam masyarakat sehat 2010. Salah satu tujuan masyarakat sehat 2010 yang dapat diarahkan pada lansia adalah meningkatkan setidaknya 90 % proporsi individu berusia 65 tahun atau lebih yang telah berpartisipasi pada tahun sebelumnya pada setidaknya satu program promosi kesehatan terorganisasi. 2.3.1
Promosi Kesehatan dan Strategi Proteksi Kesehatan untuk Komunitas Lansia
Promosi kesehatan dan proteksi kesehatan adalah dua elemen pencegahan primer. Promosi kesehatan menekankan pada upaya membantu masyarakat mengubah gaya hidup mereka dan bergerak menuju kondisi kesehatan yang optimum sedangkan fokus proteksi kesehatan adalah melindungi individu dari penyakit dan cedera dengan memberikan imunisasi dan menurunkan pemajanan terhadap agens karsinogenik toksin dan hal – hal yang membahayakan kesehatan di lingkungan sekitar. Konsep kesehatan lansia harus ditinjau kembali dalam upaya merencanakan intervensi promosi kesehatan. Filner dan Williams ( 1997 ) mendefinisikan kesehatan lansia sebagai kemampuan lansia untuk hidup dan berfungsi secara efektif dalam masyarakat serta untuk menumbuhkan rasa 9
percaya diri dan otonomi sampai pada tahap maksimum, tidak hanya terbebas dari penyakit. Apabila dibandingkan dengan kelompok usia lainnya di Amerika lansia lebih aktif dalam mencari informasi mengenai kesehatan dan mempunyai kemauan untuk mempertahankan kesehatan dan kemandirinya. Promosi kesehatan harus benar – benar berfokus pada perilaku beresiko yang dapat dimodifikasi yang disesuaikan dengan masalah kesehatan utama menurut usia (USDHHS, 1998). Secara umum, pelayanan kesehatan untuk lansia memiliki tiga tujuan 1.
Meningkatkan kemampuan fungsional
2.
Memperpanjang usia hidup
3.
Meningkatkan dan menurunkan penderita (O’Malley dan Blakeney, 1994) Dalam memaksimalkan promosi kesehatan lansia di komunitas dibutuhkan suatu
pendekatan multiaspek. Target intervensi harus mengarah pada individu dan keluarga serta kelompok dan komunitas.
2.3.2
Intervensi Berfokus – Individu atau Kelompok
Intervensi promosi kesehatan / proteksi kesehatan berfokus – individu atau keluarga dirancang dalam upaya meningkatkan pengetahuan keterampilan dan kompetensi individu atau keluarga untuk membuat keputusan kesehatan yang memaksimalkan promosi kesehatan dan perilaku proteksi kesehatan. Tujuannya adalah mendayagunakan lansia dan keluarganya dalam membuat keputusan kesehatan yang rasional. Beberapa kategori yang termasuk ke dalam intervensi promosi kesehatan dan proteksi kesehatan dengan target individu dan / atau keluarga adalah : a.
Skrining kesehatan
b.
Modifikasi gaya hidup
c.
Pendidikan kesehatan ( individu atau kelompok )
d.
Konseling
e.
Kelompok pendukung
f.
Pelayanan kesehatan primer
g.
Imunisasi
h.
Keamanan di rumah
i.
Perawatan di rumah ( pelayanan kesehatan di rumah, perawatan personal atau bantuan rumah tangga ) 10
j.
Makanan yang dikirimkan ke rumah
k.
Dukungan sosial ( penjaminan kembali telepon dan kunjungan rumah )
l.
Manajemen kasus
m.
Bantuan pemeliharaan di rumah
2.3.3
Intervensi berfokus pada komunitas
Intervensi berfokus komunitas adalah aktivitas dan program yang diarahkan pada lansia komunitas secara keseluruhan atau sub kelompok lansia yang beragam di komunitas. Tujuan intervensi berfokus komunitas adalah meningkatkan kapasitas dan ketersediaan komunitas terhadap pelayanan gabungan kesehatan dan sosial yang sesuai dan dibutuhkan dalam upaya mempertahankan kemandirian dan status fungsional lansia di komunitas. Intervensi di komunitas terutama melibatkan advokasi tindakan politis dan partisipasi dalam pembuatan kebijakan yang memengaruhi lansia di komunitas. Contoh intervensi berfokus komunitas adalah sebagai berikut :
Kampanye pendidikan kesehatan di masyarakat luas yang menekankan pada masyarakat lansia
Mengadakan kampanye pada bulan mei yang telah ditetapkan sebagai older American Month ( bulan lansia Amerika )
Koalisi komunitas untuk menangani isu spesifik lansia seperti pengembangan pusat informasi lokal, botlines telepon atau situs internet
Keterlibatan politis untuk advokasi kebutuhan lansia seperti mempertahankan atau memperluas tanggunagan medicare untuk pelayanan di rumah
Kolaborasi dengan universitas, gereja pusat perkumpulan lansia proyek pemukiman lansia serta organisasi komunitas lain yang tersedia untuk memberikan pelayanan yang komprehensif kepada subkelompok asia
2.3.4
Aktivitas pencegahan kejahatan
Berpartisipasi dalam pameran kesehatan berfokus pada komunitas.
Kemitraan dengan Komunitas Lansia
Secara umum komunitas lansia terbuka untuk praktik kesehatan baru dan berespons terhadap bermacam – macam pendekatan yang berpotensi meningkatkan kesehatan mereka. Dalam merencanakan program kesehatan yang efektif perawat 11
kesehatan komunitas harus memvalidasi strategi dan tujuan bersama kelompok lansia yang ditargetkan. Keterlibatan lansia dalam merencanakan promosi kesehatan dan aktivitas pencegahan penyakit adalah hal yang esensial karena lansia sensitif terhadap kehilangan potensi kemandiriannya. Oleh karena itu jika lansia dilibatkan rasa kemandirian mereka akan menngkat. Tahapan tindakan yang dilakukan ketika bekerja dengan lansia di komunitas antara lain: 1.
Jalankan program ditempat – tempat biasa lansia berkumpul seperti gereja, senior center, dan tempat perkumpulan pensiunan.
2.
Libatkan aktivitas outreach ke dalam seluruh program
3.
Siapkan sarana transportasi menuju tempat aktivitas kelompok
4.
Antisipasi kebutuhan lansia yang memiliki pandangan dan / atau penglihatan tidak adekuat ( contoh penggunaan tulisanyang besar, membatasi penggunaan makalah, penggunaan ruangan yang tenang dan / atau pengeras suara yang adekuat.
5.
Pertahankan aktivitas secara berlahan dan berikan waktu yang cukup untuk berespons
6.
Berikan waktu yang cukup bagi para lansia untuk berbagi pengalaman hidup
7.
Pertahankan pengajaran dalam waktu yang relatif singkat
8.
Lakukan pengulangan ganda dan penguatan informasi
9.
Susunlah aktivitas pendidikan kesehatan yang dapat memberikan rasa nyaman
1
pada para lansia dalam mengajukan pertanyaan dan atau menanyakan informasi baru atau informasi yang masih meragukan mereka 10.
Dorong keterlibata keluarga, teman dan kerabat
11.
Advokasi untuk meningkatkan sumber sumber yang ada di komunitas serta kebijakan yang memengaruhi lansia
2.3.5
Kebutuhan promosi kesehatan dan proteksi kesehatan lansia di komunitas
a.
Pelayanan Kesehatan
Lansia berusia lebih dari 65 tahun membutuhkan pelayanan kesehatan primer yang teratur untuk mempertahankan kesehatan dan mencegah penyakit
12
kronik kecacatan serta kondisi yang mengancam hidupnya. Pelayanan promosi kesehatan yang dapat mendasari intervensi keperawatan komunitas meliputi : 1.
Imunisasi ( influenza, difteri, tetanus, vaksin, pneumokokus )
2.
Skrining penyakit kronik seperti kanker penyakit kardiovaskuler, dan diabetes.
3.
Manajemen dan pengendalian penyakit kronis yang ada ( pendidikan kesehatan, manajemen kasus,dan manajemen medikasi).
4.
Pengetahuan tentang praktik penggantia dan tangguan biaya ( termasuk biaya pengobatan alternatif ) dari Medicare/Medicare Managed Care, asuransi Medicare tambahan, dan program asuransi kesehatan spesifik.
5.
Program outreach dan upaya advokasi untuk menjamin akses lansia pada sumber-sumber yang dibutuhkan; seperti advokasi kesehatan, pelatihan kesehatan, dan pengendali akses di komunitas, Personel yang ditugaskan bisa karyawan perusahaan swasta, staf gereja, dan karyawan perudahaan BUMN yang dapat merujuk lansia kepada sumber-sumber yang ada di komunitas (Florioet al, 1996).
6.
Rujukan kepada program bantuan farmasi negara yang ada serta advokasi untuk membuat program yang mereka butuhkan.
7.
Pendidikan mengenai manajemen medikasi ( penjadwalan, kepatuhan, kalender, dan sebagainya ).
b.
8.
Sumber berkelanjutan datri pelayanan primer.
9.
One stop shopping untuk pelayanan kesehatan.
10.
Hubungan kepada kelompok pendukung penyakit kronik.
Nutrisi
Nutrisi
adekuat
mempertahankan
adalah
kesehatan,
hal
paling
mencegah
penting
penyakit,
bagi yang
lansia
dalam
memperlambat
perkembangan penyakit kronis yang di derita. Dalam upaya membantu lansia meningkatkan dan mempertahankan status nutrisinya, pengkajian nutrisi dan membangun kekuatan yang ada adalah hal yang sangat membantu. Daftar Periksa Skrining Nutrisi ( Nutrision Screning Checklist ) yang dibuat oleh American Academy of Family Physicians, American Dietetic Association, dan National 13
Council on Aging ( Nutrition Screning Initiative, 1992 ) adalah alat pengkajian nutrisi yang sangat baik. Berikut ini adalah program kemitraan dalam bidang kesehatan nutrisi yang dapat Anda pertimbangkan.
c.
“Makan sehat dan enak!”
Rencanakan kelas atau serial kelas nutrisi yang berfokus pada nutrisi dasar dan manajemen resiko nutrisi ( rendah garam, rendah lemak, rendah gula, tinggi serat dan sebagainya ). Apabila kebutuhan terhadap diet gula khusus harus dibahas, pertimbangkan untuk mengadakan serial kelas dan bentuk kelompok menurut ingkatran kebutuhan diet spesifiknya. Kelas nutrisi akan lebih efektif jiak penyajiannya sangat interaktif dengan para partisipan-mencicipi dan berbagi resep, membangun kebiasaan positif yang ada, dan memasukkan makanan yang etnis. Pemasangan poster dengan tulisan yang besar dan berwarna-warni serta tayangan video aalah langkah yang tepat. Makalah juga bisa membantu. Ingat, lansia senang membicarakan dan menceritakan pengalaman hidup mereka. Berikan hadiah kepda lansia yang menghadiri kelas, seperti tongkat, kanduk kertas, makaronidan makanan yang tidak cepat membusuk. Dapatkan bantuan hadiah dari toko yang menjual bahan makanan. Tantangan terbesarnya adalah enumbuhkan minat para lansia untukmenghadirikelas ini. Pertimbangkan individu dari komunitas atau kelompok teman sebaya untuk membantu marketing dan program outreach. d.
Olahraga dan Kebugaran
Manfaat olahraga telah dibuktikan sepanjang rentang kehidupan manusia. Olahraga
untuk
lansia
harus
mempertimbangkan
kesehatan
dan
status
fungsionalnya. Di bawah ini adalah beberapa bentuk program olahraga kebugaran.
“DUDUK MENENDANG KE ATAS: OLAHRAGA UNTUK LANSIA” Ketika mengadakan klinik skrining tekanan darah dipusat nutrisi lansia, perawat mengobservasi bahwa pengunjung sering kali datang sekitar pukul 8 pagi. Mereka mengisi waktu dengan duduk-duduk sampai makan 14
siang dihidangkan pada pukul 12 siang. Mereka bermain permainan meja seperti kartu atau domino, tetapi aktivitas fisik mereka sedikit. Ketika memeriksa tekanan darah, perawat menanyakan tentang aktivitas fisik yang lansia lakukan dan memperoleh informasi bahwa kebanyakan lansia tidak merasa aman untuk berjalan di sekitar lingkungan mereka atau mereka belum mengetahui bentuk lain dari olahraga. Setelah memvalidasi kebutuhan terhadap tipe olahraga ringan ( low-impact ) yang dapat dilakukan di kursi,suatu program dikembangkan dan beberapa pertisipan dilatih sebagai instruktur olahraga. Rogram tersebut dinamakan “Duduk, Menendang ke Atas: Olahraga untuk Lansia”. Dengan bimbingan sukarelawan instruktur olahraga , program telah dimasukkan secara nyata ke dalam jadwal aktivitas sehari-hari.
Pencegahan jatuh Jatuh adalah masalah besar pada lansia. Anda mungkin hendak membangun sebuah tim dengan ahli terapi oku pasional dan ahli terapi fisik untuk mengadakan kelas pencegahan jatuh pada lokasi tempat para lansia biasa berkumpul ( ya , mungkin saja anda tidak dapat mempengaruhi para lansia untuk datang mengahadiri kelas ini yang justru sangat mereka butuhkan; para lansia tersebut berada di rumahanya karena meraka takut jatuh jika mereka pergi keluar). Beberapa individu dapat memberikan koesioner mengenai pengkajian jatuh, sebagian lagi dapat melakukan tes keseimbangan, mendemonstrasikan cara – cara untuk mencegah jatuh
dan memberikan
konseling individual mengenai hal – hal yang dapat menyebabkan jatuh. Proyek kolaborasif multidisiplin ini dapat berdampak sangat besar terhadap masalah yang terkadang mengakibatkan lansia kehilangan kemandiriannya atau bahkan dapat membawa kepada kematian. Anda mungkin perlu memasarkan proyek ini serta mendapatkan tempat untuk skrining, tes keseimbangan, demonstrasi dan konseling. Pertimbangkan untuk memiliki formulir pernyataan dan persetujuan untuk menjalani tes keseimbangan pada setiap kejadian jatuh.
Keamanan komunitas
15
Dalam upaya menurunkan ketakutan lansia terhadap kekerasan yang sering menghantui mereka, perawat perlu bekerja sama dengan lembaga penegak hukum setempat untuk mengembangkan program komunitas. Prototipe program meliputi neighborbood crime watch program, citizens on patrol dan program keamanan organisasi kemasyarakatan lainnya. Lansia membutuhkan pendidikan yang mencakup program pertahan diri, baik secara fisik maupun secara psikologis. Kampanye media di masyarakat harus berkonsentrasi pada upaya menumbuhkan kewaspadaan lansia terhadap tipe – tipe kejahatan spesifik di dalam masyarakat, termasuk frekuensi dan waktu kejadian. Selain itu, menabungkan cek bulanan untuk menurunkan kerentanan terhadap kejahatan.
Keamanan berkendara Seiring dengan peningkatan presentasi lansia di amerika, jumlah pengendara lansia juga semakin banyak. Derekomendasikan agar pengendara lansia belajar mengemudi kembali untuk mengakomodasikan perubahan neuromuskular dan sensorik yang terjadi seiring proses menua. Pengendara lansia dianjurka untuk mengevaluasi kemabli secara periodik kemampuan mereka dalam mengemudi, termasuk pemerikasaan penglihatan / pendengaran dan evaluasi perubahan fisik lainnya dapat mempengaruhi mereka dalam berkendara. AARP mensponsori 55 ALIVE / Mature Driving Program untuk membantu pengendara yang berusia lanjut meningkatkan kemampuan berkendaranya, mencegah tabrakan kendaraan dan menghindari pelanggaran lalu lintas (AARP, 1999a) . AARP juga menerbitkan Older Driver Assesment and Resource Guide ( panduan pengkajian dan sumber pengemudi lansia) yang disediakan secara gratis. Pengemudi yang berusia lanjut harus mengacu kepada sumber ini atau sumber lain yang ada di komunitas.
LEGISLASI SIGNIFIKAN DAN LANSIA AMERIKA Akhirnya, beberapa bagian legislasi yang penting patut untuk didiskusikan. Dua bagian penting dari legislasi yang mempengruhi kehidupan lansia di amerika adalah Social Security Act tahun 1935 dan Older Americans Act (OAA) tahun 1965. Social Security Act berisi banyak program bagi para 16
lansia, termauk bantuan finansial dan pelayana kesehatan. Ketentuan utamanya adalah meningkatkan sistem tunjangan bagi lansia dan memungkinkan negara untuk memberikan santunan kepada tunanetra, masyarakat yang sudah tua, serta anak – anak cacat dan terlantar. Undang – undang ini membentuk Social Security Board (badan pengaman social) dan mekanisme untuk meningkatkan uang pensiun dan tunjangan kesejahteraan. Satu amandemen paling signifikan muncul pada tahun 1965, yang ditandai dengan berdirinya program asuransi kesehatan Medicare dan Medicaid. OAA mengarahkan atensi negara kepaa kebutuhan lansia dan mengesahkan the Administration On Aging Within The Department Of Health And Human Services. OAA mendanai riset serta pelatihan gerontologi dan memfasiltasi program lokal, negara, dan nasional guna meningkatkan kualitas hidup lansia. Selama bertahun – tahun, OAA telah menetapkan bermacam – macam pelayanan untuk lansia, termasuk lembaga yang melayani lansia, pusat multiguna lansia, pelayanan nutrisi, program relawan, pendidikan kesehatan, pelayanan transportasi, pelayanan kesehatan dirumah, dan aktivitas kesehatan preventif. Legislasi lain yang membantu peningkatan kualitas hidup lansia adalah The Age Discrimonation Act tahun 1974 yang mencegah diskriminasi pada lansia dalam pekerjaan dan mencegah pensiun yang dipaksakan ; research on aging act tahun 1974, yang membentuk National Institute Of Aging dalam The National Institute Of Health dan American Disabilities Act tahun 1990 yang menjamin hak – hak warga amerika yang mengalami kecacatan. 2.3.6
Peran Perawat dalam Promosi Kesehatan untuk Lansia
Penuaan di dalam masyarakat kita merupakan fenomena yang dominan pada saat ini. Tiga dari empat penyebab kematian yang sering terjadi di kalangan lansia – penyakit jantung, kanker dan stroke merupakan akibat dari gaya hidup yang kurang sehat. Namun gambaran suram tentang penduduk lansia yang kurang gerak, lansia yang mengalami penyakit kronis secara bertahap telah digantikan oleh konsep baru seperti masa tua dengan penuh kesuksesan ( misalnya kemampuan individu untuk beradaptasi terhadap proses penuaan ) dan penurunan morbiditas ( misalnya penundaan awitan terjadinya penyakit kronis dan melemahkan sampai pada tahap akhir kehidupan ). Perlindungan kesehatan dan promosi kesehatan merupakan hal yang mendesak dan juga merupakan 17
kerangka kerja yang tepat untuk merawat lansia. Perawat profesional untuk lansia mengenal bahwa pencegahan untuk orang yang berusia 65 tahun yang dapat diharapkan hidup 20 tahun lagi merupakan komponen penting dalam perawatan kesehat an. 2.3.7
Promosi kesehatan dan perlindungan kesehatan
Penelitian terbaru menemukan bahwa lansia tertarik dalam promosi kesehatan dan banyak lansia pada saat ini mempraktikan lebih banyak perilaku promosi kesehatan daripada kelompok usia yang lebih muda. Ketika ditanyakan perilaku apakah yang mereka inginkan untuk mempertahankan atau meningkatkan kesehatannya lansia menyebutkan hal – hal seperti tetap aktif dan memelihara pandangan positif terhadap kehidupan olahraga, nutrisi, istirahat dan relaksasi memantau tekanan darah dan pemeriksaan kesehatan dan disiplin diri sendiri untuk melakukan sesuatu yang tidak terlalu berat. Hal – hal tersebut sebenarnya mewakili suatu kombinasi perilaku promosi kesehatan dan perlindungan kesehatan ( pencegahan ) Menurt pender promosi kesehatan adalah pola multidimensional dari tindakan dan persepsi yang berasal dari dalam diri sendiri yang dapat membantu memelihara atau meningkatkan kesehatan aktualisasi diri dan pemenuhan kebutuhan individu. Perilaku – perilaku tersebut misalnya melakukan aktivitas fisik dan mental secara teratur memperoleh nutrisi istirahat dan relaksasi yang adekuat dan memelihara jaringan dukungan sosial; semua itu merupakan perilaku promosi kesehatan karena dapat mempertahankan atau meningkatkan kesejahteraan seseorang. Promosi
kesehatan
untuk
lansia,
tidak
difokuskan
pada
penyakit
atau
ketidakmampuan terapi lebih pada kekuatan dan kemampuan lansia tersebut. Promosi kesehatan berusaha untuk memaksimalakan potensi lansia dan meminimalkan efek penuaan. Aktivitas promosi kesehatan utama yang tepat untuk lansia adalah aktifitas fisik, mental, dan sosial secara teratur, nutrisi adekuat, pengendalian berat badan dan menejemen stres. Penemuan ini menunjukkan kesempatan yang unik bagi profesi keperawatan. Perawat memiliki potensi untuk meningkatkan kualitas kehidupan dalam porsi yang penting bagi populasi dengan menggunakan kerangaka kerja promosi kesehatan untuk mengorganisasikan dan memberikan asuhan keperawatan bagi lansia. Pendekatan ini mendorong perawat untuk memandang lansia secara positifuntuk mengidentifikasi dan 18
membangun kekuatan daripada memusatkan pada keterbatasan dan masalah. Periilaku perlindungan kesehatan adalah aktifitas yang diarahkan untuk mengurangi resiko individu terhadap perkembangannya penyakit tertentu. Misalnya pemeriksaan kesehatan secara teratur dan penggunaan obat – obatan secara tepat merupakan perilaku perlindungan kesehatan. Beberapa perilaku ada yang termasuk promosi kesehatan dan perlindungan kesehatan. Misalnya, olah raga secara teratur merupakan perilaku untuk melindungi kesehatan jika dilakukan untuk mengurangi resiko seseorang menderita penyakit kardiovaskuler, depresi, diabetes melitus pada saat dewasa akibat obesitas dan osteoporosis. Pembatasan diet khusus, seperti diet rendah kolesterol atau diet tinggi serat merupakan perilaku untuk perlindungan kesehatan melawan penyakit kardiovaskular dan beberapa jenis kanker. Penjelasan selengkapnya tentang perlindungan kesehatan terhadap masalah – masalah yang sering terjadi pada lansia 2.3.8
Upaya Pelayanan Kesehatan terhadap Lansia
Upaya pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi azaz, pendekatan, dan jenis pelayanan kesehatan yang diterima. 1.
Azaz a.
Menurut WHO (1991) adalah to Add Life to the Years that Have Been Added to Life, dengan prinsip kemerdekaan (independence), partisipasi, perawatan, pemenuhan diri, dan kehormatan.
b.
Azaz yang dianut oleh Departemen Kesehatan RI Add Life to the Years, Add Health to Life, and Add Years to Life. Yaitu meningkatkan mutu
kehidupan
lanjut
usia,
meningkatkan
kesehatan,
dan
memperpanjang usia. 2.
Pendekatan Menurut WHO (1982),
pendekatan yang digunakan adalah sebagai
berikut: a.
Menikmati hasil pembangunan.
b.
Masing-masing lansia memiliki keunikan.
c.
Lansia diusahakan mandiri dalam berbagai hal.
d.
Lansia turut memilih kebijakan.
e.
Memberikan perawatan dirumah.
f.
Pelayanan harus dicapai dengan mudah. 19
3.
g.
Mendorong ikatan akrab antar kelompok/antar generasi.
h.
Transportasi dan utilitas bangunan yang sesuai dengan lansia.
i.
Para lansia dapat terus berguna dalam menghasilkan karya.
j.
Lansia beserta keluarga aktif memeliharan kesehatan lansia.
Jenis Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi lima upaya kesehatan, yaitu peningkatan ( promotion), pencegahan (prevention), diagnosis dini dan pengobatan, pembatasan kecacatan, serta pemulihan. a.
Promotif Upaya promotif merupakan tindakan secara langsung dan tidak langsung untuk menigkatkan derajat kesehatan dan mencegah penyakit. Upaya promotif juga merupakan proses advokasi kesehatan untuk meningkatkan dukungan klien, tenaga professional dan masyarakat terhadap praktik kesehatan yang positif menjadi norma-norma social. Upaya promotif dilakukan untuk membantu orang-orang mengubah gaya hidup mereka dan bergerak kea rah keadaan kesehatan yang optimal serta mendukung pemberdayaan seseorang untuk membuat pilihan yang sehat tentang prilaku hidup mereka. Upaya perlindungan kesehatan bagi lansia adalah sebagai berikut:
Mengurangi cedera, dilakukan dengan tujuan mengurangi jatuh, mengurangi bahaya kebakaran dalam rumah, meningkatkan penggunaan alat pengaman dan mengurangi kejadian keracunan makanan atau zat kimia.
Meningkatkan
kemanan
ditempat
kerja
yang
bertujuan
untuk
mengurangi terpapar dengan bahan-bahan kimia dan menigkatkan penggunaan system keamanan kerja.
Menigkatkan perlindungan dari kualitas udara yang buruk, bertujuan untuk
mengurangi
penggunaan
semprotan
bahan-bahan
kimia,
mengurangi radiasi di rumah, meningkatkan pengelolaan rumah tangga terhadap bahan berbahaya, serta mengurangi kontaminasi makanan dan obat-obatan.
20
Meningkatkan perhatian terhadap kebutuhan gigi dan mulut yang bertujuan untuk mengurangi karies gigi serta memelihara kebersihan gigi dan mulut. Penyampaian 10 prilaku yang baik pada lansia, baik perorangan maupun kelompok lansia adalah dengan cara sebagai berikut:
Mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa.
Mau menerima keadaan, sabar dan optimis, serta meningkatkan rasa percaya diri dengan melakukan kegiatan sesuai kemampuan.
Menjalin hubungan teratur dengan keluarga dan sesama.
Olahraga ringan setiap hari.
Makan sedikit tetapi sering, memilih makanan yang sesuai, dan banyak minum (sebaiknya air putih).
Berhenti merokok dan meminum minuman keras.
Meminum obat sesuai anjuran dokter.
Kembangkan hobi atau minat sesuai kemampuan.
Tetap memeliharan dan bergairah dalam kehidupan seks.
Memeriksa kesehatan dan gigi secara teratur. Menyampaikan pesan B-A-H-A-G-I-A.
B-Berat badan berlebihan harus dihindari.
A-Atur makanan yang seimbang.
H-Hindari
factor
resiko
penyakit
jantung
iskemik
dan
situasi
menegangkan.
A-Agar terus merasa berguna dengan mengembangkan kegiatan atau hobi yang bermanfaat.
G-Gerak badan teratur dan sesuai kemampuan.
I-Ikuti nasihat dokter.
A-Awasi kesehatan dengan pemeriksaan secara berkala.
b.
Preventif Mencakup pencegahan primer, sekunder dan tersier. 21
Melakukan pencegahan primer, meliputi pencegahan pada lansia sehat, terdapat factor resiko, tidak ada penyakit dan promosi kesehatan. Jenis pelayanan pencegahan primer adalah sebagai berikut.
-
Program imunisasi, misalnya vaksin influenza.
-
Konseling : berhenti merokok dan minum beralkohol.
-
Dukungan nutrisi.
-
Exircise.
-
Keamanan didalam dan disekitar rumah.
-
Manajemen stress.
-
Penggunaan medikasi yang tepat.
Melakukan pencegahan sekunder, meliputi pemeriksaan terhadap penderita tanpa gejala, dari awal penyakit hingga terjadi gejala penyakit belum tampak secara klinis, dan mengidap factor resiko. Jenis pelayanan pencegahan sekunder antara lain adalah seba gai berikut. -
Control hipertensi.
-
Deteksi dan pengobatan kanker.
-
Screening : pemeriksaan rectal, mammogram, papsmear, gigi mulut dan lain-lain.
Melakukan pencegahan tersier, dilakukan sesudah terdapat gejala penyakit dan cacat; mencegah cacat bertambah dan ketergantungan; serta perawatan bertahap, tahap (1) perawatan di rumah sakit, (2) rehabilitasi pasien rawat jalan, dan (3) perawatan jangka panjang. Jenis pelayanan pencegahan tersier adalah sebagai berikut. -
Mencegah
berkembangnya
gejala
dengan
memfasilitasi
rehabilitasi dan membatasi ketidakmampuan akibat kondisi kronis. Misalnya osteoporosis atau inkontinensia urine/fekal. -
Mendukung
usaha
untuk
mempertahankan
kemampuan
berfungsi.
2.4ASPEK ASPEK YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM MELAKSANAKAN PENDIDIKAN KESEHATAN PADA LANSIA 22
2.4.1
ASPEK SOSIAL DAN BUDAYA
Pembangunan di segala bidang menghasilkan kondisi sosial masyarakat yang semakin membaik, dan usia harapan hidup makin meningkat, serta jumlah lanjut usia makin bertambah. Untuk meningkatkan kesejahteraan lanjut usia tersebut, oleh pemerintah bersama dengan masyarakat telah di gerakkan upaya peningkatan kesejahteraan lanjut usia dalam bentuk :
perlindungan sosial
bantuan sosial
pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial
pelayanan kesehatan
pemberdayaan lanjut usia agar mereka siap di dayagunakan sesuai kemampuan masing-masing.
mendorong agar lanjut usia bergabung dengan organisasi sosial atau organisasi lanjut usia atau organisasi masyarakat lainnya. Upaya diatas akan lebih ditingkatkan lagi di masa mendatang, baik ditujukan bagi
lanjut usia potensial dan lanjut usia yang tidak potensial. Di samping perbaikan di bidang kesejahteraan sosial, atau globalisasi di bidang komunikasi, informasi, transportasi dan pendidikan nisca ya menimbulkan pengaruh luar yang mengikis budaya masyarakat yang selama ini ada terhadap hubungan antar-anggota keluarga mereka, termasuk yang tergolong lanjut usia. Nilai kekerabatan dalam kehidupan keluarga semakin melemah dan keluarga yang mengarah pada bentuk keluarga kecil, terlebih lebih dalam masyarakat industri di mana lanjut usia terpisah dari anggota keluarga lainnya akibat urbanisasi. Anggota keluarga yang berusia lanjut kurang di perhatikan dan terpaksa hidup sendiri dalam kesepian. Dengan demikian, budaya "tiga generasi di bawah satu atap" makin sulit di pertahankan , karena ukuran rumah di perkotaan semakin sempit, sehingga kurang memungkinkan para lanjut usia tinggal di rumah bersama anak, menantu dan cucunya. Menggabungkan diri dengan organisasi sosial dan organisasi kemasyarakatan belum membudaya dan melembaga, sehingga pembinaan terhadap lanjut usia secara kelompok sulit dilakukan.
23
Untuk mengantisipasi hal tersebut, perlu di lakukan upaya khusus yang dasarnya telah dirumuskan dalan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 3796. A. KESEJAHTERAAN SOSIAL LANJUT USIA
Kesejahteraan sosial lanjut usia adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, baik material maupun spritual, yang meliputi rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketenteraman lahir batin yang memungkinkan setiap lanjut usia untuk mengadakan pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial yang sebaik sebaiknya bagi diri , keluarga, serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak dan kewajiban asasi manusia.
Kesejahteraan sosial lanjut usia meliputi hal-hal sebagai berikut : 1. Pelayanan keagamaan dan mental spritual 2. Pelayanan kesehatan 3. Pelayanan kesempatan kerja 4. Pelayanan pendidikan dan pelatihan 5. Kemudahan dalam penggunaan fasilitas, sarana dan pemukiman 6. Kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum 7. Perlindungan sosial. 8. Bantuan sosial Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia diarahkan agar lanjut usia tetap dapat diberdayakan sehingga berperan dalam kegiatan pembangunan dengan memperhatikan fungsi, kearifan, pengetahuan, keahlian, ketrampilan, pengalaman, usia, dan kondisi fisiknya, serta terselanggaranya pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial lanjut usia. Upaya ini bertujuan memperpanjang usia harapan hidup dan masa produktif, serta mewujudkan kemandirian dan kesejahteraannya, memelihara sistem nilai budaya dan kekerabatan serta lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. B. TEORI SOSIAL TENTANG PENUAAN 1. Teori Interaksi Sosial (sosial exchange theory)
24
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lanjut usia bertindak pada suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Mauss (1954), Homans (1961) dan Blau (1964) mengemukakan bahwa interaksi sosial di dasarkan atas hukum pertukaran barang dan jasa, sedangkan pakar lain Simmons (1945) mengemukakan bahwa kemampuan lanjut usia untuk terus menjalin interaksi sosial merupakan kunci mempertahankan status sosial nya atas dasar kemampuannya untuk melakukan tukar-menukar Menurut Dowd (1980), interaksi di antara pribadi dan kelompok merupakan upaya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya dan menekan kerugian sehingga sesedikit mungkin. Kekuasaan akan timbul akibat seseorang atau kelompok mendapatkan keuntungan lebih besar dibandingkan dengan pribadi atau kelo mpok lainnya. Pada lanjut usia, kekuasaan dan prestisenya berkurang yang menyebabkan interaksi sosial mereka berkurang juga. Yang tersisa hanyalah harga diri dan kemampuan mereka untuk mengikuti perintah. Pokok-pokok social exchange theory adalah sebagai berikut : a. Masyarakat terdiri atas aktor-aktor sosial yang berupaya mencapai tujuannya masing-masing b. Dalam upaya tersebut terjadi interaksi sosial yang memerlukan biaya dan waktu c. Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai, seseorang aktor mengeluarkan biaya d. Aktor senantiasa berusaha mencari keuntungan dan mencegah terjadinya kerugian e. Hanya interaksi yang ekonomis saja yang dipertahankan olehnya.
2. Teori penarikan diri (disengagement theory)
Teori ini merupakan teori sosial tentang penuaan yang paling awal, dab pertama kali diperkenalkan oleh Cumming dan Henry (1961). Kemiskinan yang diderita lanjut usia dan menurunnya dera kesehatan mengakibatkan seorang lanjut usia secara perlahan-lahan menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Selain hal tersebut, dari pihak masyarakat juga mempersiapkan kondisi agar para lanjut usia menarik diri. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas. Pada lanjut usia sekaligus terjadi kehilangan ganda (triple loss), yaitu : a. Kehilangan peran (loss of roles) 25
b. Hambatan kontak sosial (restriction of contacts and relationship) c. Berkurangnya komitmen (reduced commitment to sosial mores and values) Menurut teori ini, seseorang lanjut usia dinyatakan mengalami proses penuaan yang berhasil apabila ia menarik diri dari kegiatan terdahulu dan dapat memusatkan diri pada persoalan pribadi dan mempersiapkan diri menghadapi kematiannya. Pokok-pokok disengagement theory adalah: a) pada pria, kehilangan peran hidup utama terjadi pada masa pensiun. Pada wanita terjadi pada masa perang dalam keluarga berkurang, misalnya saat anak menginjak dewasa dan meninggalkan rumah untuk belajar dan menikah b) lanjut usia dan masyarakat menarik manfaat hal ini, karena lanjut usia dapat merasakan bahwa tekanan sosial berkurang sedangkan kaum muda memperoleh kerja yang lebih luas c) tiga aspek utama dalam teori ini adalah :
proses menarik diri terjadi sepanjang hidup
proses tak dapat dihindari
hal ini di terima lanjut usia dan masyarakat
Teori ini mempengaruhi kebijakan negara terhadap lanjut usia, antara lain di Amerika Serikat. 3. Teori aktivitas (activity theory)
Teori aktivitas dikembangkan oleh Palmore (1965) dan Lemon et al (1972) yang menyatakan, bahwa penuaan yang sukses tergantung dari bagaimana seorang lanjut usia merasakan kepuasan dalam melakukan aktivitas dan mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin. Adapun kualitas aktivitas lebih penting dibandingkan kuantitas aktivitas yang dilakukan. Dari satu segi aktivitas lanjut usia dapat menurun, akan tetapi di lain segi dapat dikembangkan, misalnya peran baru lanjut usia sebagai berikut :
relawan
kakek atau nenek
ketua rukun warga
seorang duda atau janda, karena ditinggal wafat pasangan hidupnya
26
Dari pihak lanjut usia sendiri terdapat anggapan bahwa proses penuaan merupakan suatu perjuangan untuk tetap muda dan berusaha untuk mempertahankan perilaku mereka semasa mudanya. Pokok-pokok teori aktivitas adalah : a) moral dan kepuasan berkaitan dengan interaksi sosial dan keterlibatan sepenuhnya dari lanjut usia di masyarakat b) kehilangan peran akan menghilangkan kepuasan seorang lanjut usia Penerapan teori aktivitas ini dalam penyusunan kebijakan terhadap lanjut usia sangat positif, karena memungkinkan para lanjut usia berintegrasi sepenuhnya di masyarakat. 4. Teori kesinambungan (continuity theory)
Teori ini di anut oleh banyak pakar sosial. Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan lanjut usia, dengan demikian pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat ia menjadi lanjut usia. Dan hal ini dapat terlihat bahwa gaya hidup, perilaku, dan harapan seseorang ternyata tak berubah, walaupun ia menjadi lanjut usia. Menurut teori penarikan diri dan teori aktivitas, proses penuaan merupakan suatu pergerakan dan proses yang seara, akan tetapi pada teori kesinambungan merupakan pergerakan dan proses banyak arah, tergantung dari bagaimana penerimaan seseorang terhadap status kehidupannya. Kesulitan untuk menerapkan teori ini adalah, bahwa sulit memperoleh gambaran umum tentang seseorang, karena kasus orang per orang sangat berbeda. Poko-pokok dari continuity theory adalah sebagai berikut : a.
lanjut usia tak disarankan melepaskan peran atau harus aktif dalam proses penuaan, akan tetapi didasarkan pada pengalamannya di masa lalu, di pilih peran apa yang harus di pertahankan atau di hilangkan
b. peran lanjut usia yang hilang tak perlu di ganti c. lanjut usia dimungkinkan untuk memilih berbagai macam cara adaptasi
5. Teori perkembangan (development theory)
27
Teori ini menekankan pentingnya mempelajari apa yang telah dialami oleh lanjut usia pada saat muda hingga dewasa, dengan demikian perlu di pahami teori Frued, Buhler, Jung dan Erikson. Sigmund Frued meneliti tentang psikoanalisa dan perubahan psikososial anak dan balita. Havighurtst dan Duvall menguraikan tujuh jenis tugas perkembangan (development tasks) selama hidup yang harus dilaksanakan oleh lanjut usia, yaitu : a. Penyesuaian terhadap penurunan fisik dan psikis b. Penyesuaian terhadap pensiun dan penurunan pendapatan c. Menemukan makna kehidupan d. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan e. Menemukan kepuasan dalam hidup berkeluarga f. Penyesuaian diri terhadap kenyataan akan meninggal dunia g. Menerima dirinya sebagai seorang lanjut usia Joan Birchenall RN, MEd dan Marry E. Streight RN (1973), menekankan perlunya mempelajari psikologi perkembangan guna mengerti perubahan emosi dan sosial seseorang selama fase kehidupannya. Teori perkembangan menjelaskan bagaimana proses menjadi tua merupakan suatu tantangan dan bagaimana jawaban lanjut usia terhadap berbagai tantangan tersebut, yang dapat positif maupun negatif. Akan tetapi teori ini tak menggariskan bagaimana cara menjadi tua yang diinginkan atau yang seharusnya diterapkan oleh lanjut usia tersebut. Hal-hal yang kurang mendukung dalam penerapan teori ini adadalah :
pendekatan yang dipergunakan abstrak
bila seseorang berbuat kesalahan pada fase sebelumnya, hal tersebut tak dapat diperbaikinya dalam fase selanjutnya
tak dapat dilakukan pengujian secara empiris dan cara tak dapat digeneralisasi
Pokok-pokok dalam development theory adalah : a. Masa tua merupakan saar lanjut usia merumuskan seluruh masa kehidupannya 28
b. Masa tua merupakan masaa penyesuaian diri terhadap kenyataan sosial yang baru yaitu pensiun dan atau menduda atau menjanda c. Lanjut usia harus menyesuaikan diri, akibat perannya yang berakhir di dalam keluarga, kehilangan identitas dan hubungan sosialnya akibat pensiun, di tinggal mati oleh pasangan hidup dan teman-temannya
6. Teori stratifikasi usia (age stratifucation theory)
Wiley (1971), menyusun stratifikasi lanjut usia berdasarkan usia kronologis yang menggambarkan serta membentuk adanya perbedaan kapasitas, peran, kewajiban serta hak mereka berdasarkan usia. Dua elemen penting dari model stratifikasi usia tersebut adalah struktur dan prosesnya. 1. Struktur mencakup hal-hal sebagai berikut :
bagaimanakah peran dan harapan menurut penggolongan usia
bagaimanakah penilaian strataboleh strata itu sendiri dan strata lainnya
bagaimanakah terjadinya penyebaran peran dan kekuasaan yang tak merata pada masing-masing strata, yang didasarkan pada pengalaman dan kebijakan lanjut usia
2. Proses mencakup hal-hal sebagai berikut :
bagaimanakah menyesuaikankedudukan seseorang dengan peran yang ada
bagaimanakah cara mengatur transisi peran secara berurutan dan terus menerus
Pokok-pokok dari teori stratifikasi usia adalah : a. Arti usia dan posisi kelompok usia bagu masyarakat b. Terdapatnya transisi yang dialami oleh kelompok c. Terdapatnya mekanisme pengalokasian peran di antara penduduk Keunggulan teori stratifikasi usia adalah pendekatan yang dilakukan bersifat deterministik dan dapat di pergunakan untuk mempelajari sifat kelompok lanjut usia secara cohort serta bersifat makro. Setiap kelompok usia dapat ditinjau dari sudut pandang demografi dan keterikatannya denga kelompok usia lainnnya. Kelemahannya, teori ini tak dapat di pergunakan untuk menial lanjut usia secara perorangan, mengingat bahwa stratifikasi sangat kompleks dan dinamis, serta terkait dengan klasifikasi kelas dan kelompok etnik. 29
Setelah menelaah bermacam-macam teori penuaan yang berasal dari berbagai disiplin ilmu, dalam praktek sering di jumpai kesulitan bila diperlukan suatu pandangan lintas disiplin, terlebih lebih bila hendak diterapkan di Indonesia, mengingat bahwa kebanyakan teori berasal dari amerika serikat, dan kadang-kadang rak cocok diterapkan di Indonesia, Asia, arau Eropa. 2.4.2
ASPEK PSIKOLOGIK DAN PERILAKU
Sejak berkembangnya ilmu jiwa/psikologi
beraliran
psikoanalisa yang dirintis
SIGMUN FREUD, banyak hal baru di temukan. Freud ( 1856 – 1939 ) berpendapat bahwa jejak jejak permanen dari perilaku tidak hanya di pengaruhi oleh hal hal yang di sadari manusia, tetapi juga di pengaruhi oleh komponen yang tidak di sadari. Ia berpendapat, kehidupan kejiwaan seseorang terdiri dari tiga kualitas : 1. Kesadaran atau consciousness-berisi hal hal yang di sadari. 2. Bawah sadar atau subconsciousness-berisi hal hal yang Setiap saat dapat muncul dan di sadarioleh orang tadi. 3. Ketidaksadaran atau unconsciousness-berisi hal hal yang tidak dapatdan tidak mungkin muncul dalam kesadaran seseorang
Selanjutnya, dikemukakan bahwa dalam psike/jiwa kita di kenal tiga instansi : 1. Id yang terletak dalam ketidaksadaran manusia dan merupakan tempat dan naluri yang mempertahankan kehidupan. Naluri / insting hewani ini berprinsip untuk cepat memperoleh gratifikasi/pemusan dan belum di sentuholeh nilai budaya. Sebagai contoh, keadaan seperti haus, lapar, keinginan berkumpul, agresi, dan keinginan seksual
di
kelompokan
dalam
naluri
hewaniyang
praktis
muncul
dalam
kehidupanseseorang dan ingin memperolehpemenuhan segera/ pleasure principle 2. Supergo merupakan instansi yang berisi nurani dimana semua nilai luhur yang di ajarkan oleh orang tua, guru maupun ulama/tokoh masyarakat di serap oleh pribadiseseorang sejak ia mengerti segala hal yang sebagai pengontrol dan berprinsip censoring
baik dan buruk. Instansi ini
agar naluri hewani yang ingin
memperoleh pemusan segera itu di salurkan melalui cara yang terhormat dan tidak sekedar penyaluran sembarangan. Oleh karena itu, antara ig dan supergo akan selalu 30
terjadi pertentangan. Sering kali pertentangan yang sangat besar dan tidak memperoleh penyelesaian yang baik akan menyebabkan orang
tadi mengalami
kecemasan ataupun gangguan mental lain. 3. Ego/Ich merupakan instansi yang memang terletak dalam dunia “ sadar “ yang selalu berprinsip realistis. Semua pertentangan antara ig dan supergo di harapkan dapat di selesaikan oleh Ego sehingga dalam berperilaku sehari
hari seorang dapat di
terimaoleh masyarakat sekitarnya sebagai seorang yang wajar dan normal.
Sebagai contoh, kita tidak dapat membayangkan bila kita dapati seorang seorang lanjut usia yang berperilaku seenaknya saja, misalnya mau menang sendiri, kalau ada makanan di Meja langsung mengambil bagian yang enak tanpa mempedulikan orang lain atau tidak mengacuhkan norma masyarakat dalam bertindak tanduk-tentunya orang semacam ini di kelompokan dalam lanjut usia yang tidak tahu diri atau psikopat/sosiopat. Sedangkan budaya kita, dan budaya timur pada umumnya,menginginkan agar setiap orang tua memperoleh tempat yang terhormat. Dalam membahas kasus aneh semacam di atas, freud mengungkapkan bahwa perilaku /kepribadian yang terlihat dari luar sebenarnya merupakan fenomena “ gunung es “ Artinya, interaksi dari banyak hal yang sulit di mengerti yakni tentunya merupakan 90 persen dari keseluruhan isi gunung es tadilah yang berada dalam tak sadar yang ikut menentukan pribadi orang tadi. Untuk itulah, fenomena aneh atau perilaku yang kurang dapat di terima masyarakat sering kali perlu dianalisis dengan cermat krena setiap manusia mempunyai cara tertentu dalam menekan pengalaman hidup yang tidak enak selama hayatnya ke dalam tak sadar mereka. Mekanisme pertahan/defence mechanism dalam mengadakan reaksi terhadap problem hidup juga sangat bervariasi, setiap manusia akan menghadapinya melalui perkembangan kepribadian masing masing. A. PENGAMATAN PSIKOSOSIAL TERHADAP KEPRIBADIAN
Apabila sigmun freud mendasari pengamatnnya
melalui perkembangan libido, di
mana dorongan psikososial manusia di pelajari dan di catat berdasarkan fase fase perkembangan yang di sebut sebagai fase oral, fase anal, fase phalik, fase laten, dan fase genital ERIK ERIKSON ( 1902 – 1994 ) mengamatinya dari sudut yang agak berbeda . 31
Erikson mendasari teorinya melalui observasi bertahun tahun, yang kemudian di tuangkan dalam buku yang di tulisnya berjudul The E ight Ages of Man. Ia mengatakan, Perkembangan kepribadian yang sifatnya berkesinambungan ini memerlukan pentahapan yang baik. Tiap stadium/tahapan ini perlu di ahkiri dengan diciptakannya suatu kebijakan dasar/basic virtue . dalam tahapan yang terahkir, yang terdri dari delapan tahap tersebut dikemukakkan bahwa kebijakan tertinggi yang akan di raih oleh setiap manusia adalah integritas Ego, yang tidak lain berbentuk suatu keutuhan suatu kebijaksanaan/ wisdom . Secara garis besar Erikson mengatakan bahwa setiap individu yang ingin mencpai integritas Ego seyogiannya melewati setiap fase kehidupan yang baik, dan setiap penyulit yang di hadapi oleh manusia dalam mencapai kebijakan dasar dalam setiap stadium tadi akan mejadi penyulit dalam mencapaikematangan emosional. Kedelapan stadium serta kebijakan dasar yang terungkapdalam teori Erikson adalah sebagai berikut: 1. Satu tahun pertama kehidupan akan di lewati seorang bayi dengan baik bila ia memperoleh kasih sayang yang cukup, sehingga ia merasa baha dirinya memang pantas untuk hidup secara layak. Dalam fase ini, kebijakan dasar yang di capai oleh bayi tadi adalah basic trust. Apabila seorang bayi tidak memperoleh pemeliharaan yang baik dari lingkungannya, ia akan tumbuh menjadi orang yang penuh curiga dan tak akan pernah mempercayai sekelilingnya. 2. Bayi mulai aktif bergerak ke sana ke mari yakni ketika mereka berusia 1 – 3 tahun. Pada saat seperti ini tebentuklah sikap Autonomy yang mulai memisahkan ogo si anak terhadap orang tuanya. Ia mulai mencobanya Kebiasannya berjalan dan berlari tanpa rasa takut. Bila dalam proses ini terjadi hambatan, anak tadi akan berkembang menjadi anak yang penuh ragu ragu dan malu. 3. Antara 3 – 5 tahun, terbentuk stadium yang di sebut Intiative . pada masa ini seorang anak
seyogiannya merasa bebas untuk berimajinasi, dan mengujinya dengn
kenyataan. Ia akan menirukan orang dewasa dan mulai berusaha untuk bereperan aktif dalam permainan dengan sebaya. Gangguan dalam stadium ini akan mengakibatkan anak menjadi mudah menyalahkan diri/kurang berinisiatif. 4. Sejak anak mulai menginjak sekolah ( 6 – 11 tahun ) ia mulai memperoleh kesempatan yang lebih besar lagi dalam menjalankan peran dan berprestasi. Kemampuan social dari akademis baik melalui permainan di sekolahpekerjaan rumah dan angka yang di peroleh di sekolah akan memberikan rasa berharga pada fase ini di 32
kenal sebagai fase industry. Bila ia tidak dapat bersaing di antara teman teman, harga dirinya akan tererosi. Di saat ini akan terjadi rasa rendah diri dan inferiority complex yang dapat berlangsung lama dalam hidup. 5. Identity atau pencapaian identitas ego biasanya terjadi pada usia 15 – 21 tahun, ketika remaja tadi mulai mengetahui peran gender /kelamin dan mulai tahu antar kelompok sudah ada yang menjadi pemimpin. Ia meletakan dirinya sebagai salah satu anggota kelompok dan mengetahui sampai dimana ia di butuhkan oleh teman dan hubungan mereka dengan kelompok yang lain yang berbeda. Stagnasi dalam fase ini dapat mengakibatkan hal yang serius. Istila “ krisis identitas “ Yang di lontarkan oleh Erikson terhadap remaja Amerika Serikat sekitar 25 tahun yang lalu menjadikan nama Erikson sangat popular di antara paka psikologi dan sosiologi. 6. Intimacy atau keakraban di peroleh pada usia 21 - 40 tahun. Pada fase ini manusia mulai menginjak dewasa ia mulai memilih teman yang sesuai dengan hasrat dan kesenangan yang ada pada dirinya. Ia mulai mendalami kehidupan keakraban dengan teman yang lebih sama idealismenya. Saat ini pulah ia mulai memilih teman hidup yang kira kira mepunyai pandangan yang sama untuk hari depan. Dalam fase ini, bila seorang tidak dapat menyesuaikan diri, ia akan menglami keterasingan dalam hidup, apalagi kalau mengalami pergantian pacar sampai berkali kali dan mengalami kegagalan. 7.
Generatifity ( 40 – 60 th ) suatu fase yang mengantarkan manusia menjadi orang tua yang baik terhadap anak anak mereka. Hubungan suami istri yang harmonis dan keberhasilan rumah tangga akan memberikan perasaan yang berhasil sebagai manusia produktif . sebutan “ kepala rumahtangga “ atau “ ibu “ mencerminkan peran khsus bagi seseorang dalam masyarakat. Keberhasilan dalam karir atau dalam mendidik anak akan memberikan rasa bahagia tersendiri. Kesulitan yang di hadapi dalam masa ini akan menjdikan orang tadi mengalami stagnasi dalam proses berikutnya dan menyebabkan ia merasa tak mampu dalam mengarungi samudra kehidupan. Rasa miskin diri dan mengasihani diri secara berlebihan akan menjadi suatu momok dalam menghadapi masa depan.
8. Ego integrity merupakan muara yang ingin di capai oleh setiap lanjut usia ( di atas 60 tahun ). Untuk itu, mereka yang justru telah mengalami kemudahan fisik dan merasa bahwa hidup mereka sudah dekat dengan ahkir hayat perlu mengetahui bahwa pada 33
masa masa semacam ini kasih sayang dalam lingkup keluarga terdekat, kerabat dan bahkan lingkungan terdekat merupakan sumber kenikmatan tersendiri. Pada masa ini seorang yang merasa bahwa dirinya di terima dan di hargai oleh sekelilingnya merupkan anugrah yang tidak mungkin dapat dinilai dengan materi . Tercapainya masa semacam ini tidak terlepas dari kontinuitas masa lampau. Oleh karena itu dalam buku ini akan di uraikan berbagai aspek agar para lanjut usia dapat menyiapkan diri secara lebih mantap apabila “ waktunya sudah sampai “ ketidakberhasilan dalam periode ini akan menyebabkan orang tadi menjadi putus asa dan justru takut menghadapi kematian B. PROSES PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN PADA LANJT USIA
Banyak literature mengatakan bahwa masa dewasa sebagai fase perkembangan kepribadian yang mendarat/ plateau dan ini tentunya berbeda dengan perkembangan masa anak/remaja yang seringkali di gambarkan dalam fase perkembangan/menanjak. Apakah masa tua di gambarkan dengan grafik yang menurun? Ternyata terdapat berbagai macam pendapat. Memang ada berbagai fungsi yang terpengaruh oleh kemunduran fisik sehingga kemampuan dalam bereaksi, seperti reflex maupun kemampuan menjawab dan menanggapi diskusi, agak menurun – walau persentase menunjukan angka sekitar sepuluh persen. Sesungguhnya terdapat
pula hasil penelitian yang mengungkapkan bahwa kemampuan
berfikir para lanjut usia masih tetap intact ( penuh ), sedangkan kemampuan di bidang emosi tentunya banyak di pengaruhi oleh kelambanan yang terjadi karena factor fisik. Baik dari teori Erikson maupun dari pengalaman para lanjut usia sendiri terungkap bahwa kepribadian tetap berkembang dan setiap manusia ingin mencapai dan mengarahkan hidupnya untuk mencari kesempurnaan/wisdom . oleh karena itu, setiap ada kesempatan para lanjut usia sering mengadakan introspeksi. Dalam perjalanan hidup tadi, terjadi proses kematangan dan bahkan tidak jarang terjadi pemeranan gender ( jenis kelamin ) yang terbaik. Para wanita lanjut usia ternyata menjadi tegar dalam menghadapi hidup, seolah olah mereka tidak kalah dengan laki laki, apalagi dalam memperjuangkan
Hak hak mereka. Sebaliknya, banyak pria lanjut usia tidak segan segan memerankan peran wanita seperti mengasuh cucu, menyediakan sarapan pagi, membersihkan rumah dan lain kegiatan yang biasanya justru di lakuakan oleh pihak perempuan. 34
Walaupun teori perkembangan kepribadian masih tetap berkembang, kiranya ada baiknya kita menelaa hasil kelompok ahli dari WHO pada tahun 1959, yang mengatakan bahwa mental yang sehat/mental health mempunyai cirri cirri sebagai berikut : 1. Dapat menyesuaikan diri secara konstruktif dengan kenyataan/realitas, walau realitas tadi buruk. 2. Memperoleh kepuasan dari perjuangannya. 3. Merasa lebih puas untuk member daripada menerima. 4. Secara relative bebas dari rasa tegang dan cemas 5. Berhubungan dengan orang lain secara tolong menolong dan saling memuaskan 6. Menerima kekecewaan untuk di pakai sebagai pelajaran untuk hari depan. 7. Menjuruskan rasa permusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan konstruktif 8. Mempunyai daya kasih sayang yang besar. para lanjut usia yang mempunyai mental yang sehat masih dapat melakukan banyak hal positif. Pengalam hidup mereka yang sering kali tidak terbayar itu patut di ungkapkan pada generasi muda. Demikian pula, banyak nilai luhur yang mereka hayati dalam perjuangan hidup tidak Mustahil dapat memberikan dampak yang positif kepada anak cucu apabila hal ini di lestarikan. Selanjutnya terbukti bahwa kelima factor pembentuk kepribadian di atas dapat berkembang sejak seorang anak menjadi dewasadan akan stabil ketika menginjak usia tiga pulu tahun. Tentunya hal ini perlu di ketahui oleh setiap orang tua dalam mendidik anak mereka sehingga kepribadian yang tumbuh sehat sudah di upayakan sejak dini. Namun ada beberapa hal yang perlu di kemukakan, bahwa kepribadian yang sudah terbentuk masih dapat berubah, khususnya : 1. Bila orang dewasa tadi mengalami stress kehidupan yang hebat/katastrofik. Misalnya kehilangan seluruh anggota keluarga karena kecelakaan/bencana alam. 2. Apabila orang tadi mengalami penyakit fisik yang berat seperti stroke, sakit jantung, lumpuh. 3. Apabila di lakukan intervensi, misalnya dengan psikoterapi yang intensif – khususnya bagi mereka yang mengidap kelainan kepribadian yang cukup serius.
35
Jelas bahwa mereka yang
mempunyai derajat neurotisisme tinggi akan banyak
mengalami peristiwa hidup yang mengecewakan, dan dalam mengahadapi para lanjut usia yang tergolong dalam kelompok ini tentunya hal tersebut dapat di perhitungkan sehingga pada saat nya kita harus merujuk pada ahli yang berwenang/ psikoterapist. Walaupun demikian, kiranya perkembangan kepribadian yang di kemukakan oleh Erikson akan memperluas wawsan kita agar kita lebih dapat memahami para lanjut usia yang seringkali menunjukan sifat yang aneh. 2.4.3
ASPEK KESEHATAN
Kesehatan lanjut usia meliputi kesehatan badan, rohani dan sosial lanjut Usia,dan bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit,cacat dan kelemahan.Dengan Demikian untuk pengelolaan
kesehatan
kesehatan,sosial,ekonomi,hukum
Lanjut
Usia
dengan
dikembangkan,sehingga pada ahirnya
secara
sektor
lain
dan
terpadu,antara masyarakat
perlu
sektor terus
peranserta Lanjut usia dan keluarganya semakin
meningkat. Menurut
INIA
(Internation
Institute
on
Agin
on
aging)
Word
health
Organization,Malta,(1998),penyebab timbulnnya permasalaha kesehatan lanjut usia adalah: 1. Umur harapan hidup bertambah panjang 2. Morbiditas meningkat 3. Lanjut usia mengalami beban ganda, yaitu mengidap penyakit infesksi dan kronis. 4. Bertambannya kerusakan yang terjadi,yang terjadi,yang diakibatkan penyakit atau kecacatan ,menimbulkan ketergantungan lanjut usia. 5. Fakto-faktor lainnya,seperti:
Psikososial
Lingkungan,misalnnya polusi.
Kondisi pemungkiman dan pekerjaan
Makanan
Status sosial- ekonomi,misalnya penghasilan
Perilaku atau adat kebiasaan
Tingkat pedidikan dan buta huruf
Stres
Mekanisme kegiatan untuk mengatasi masalah 36
Jaringan sosial
Status pernikahan Lanjut Usia
Penilaian terhadap diri sendiri
Perawatan
Akses kepala fasilitas kesehatan
Bila tidak diatasi dengan tepat,permasalahan yang harus dihadapi oleh lanjut Usia akan menimbulkan akibat yang dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1. Gangguan sistem 2. Timbulnnya penyakit dalam manifestasi klinik 3. Menurut ADL( Activities of Daily Living )
1. Gangguan sistem Gangguan yang terjadi dapat berubah
Gangguan sistem muskuluskeletal
Gangguan sistem Kardiovaskular
Gangguan sistem pernapasan
Gangguan sistem pencernaan
Gangguan sistem urogenitalia
Gangguan sistem hormonal
Gangguan sistem saraf
Gangguan sistem kulit,kuku dan rambut.
2. Timbulnnya penyakit dan manifestasi Klinik pada hakikatnya,penyakit pada Lanjut Usia sama dengan pada muda usia, akan tetapi karena adannya perubahan pada fungsi tubuh,struktuk organ,pengaruh obat, frekuensi penyakit dan faktor pengaruh dari luar sifat penyakit pada lanjut usia berbeda (Departement kesehatan Republik Indonesia,1994) Yaitu:
Gejala penyakit lebih tersemar,misalnnya nyeri dada pada angina pectoris tak jelas
Gejala adiptik bila dibanding usia muda.
Gejala non spesifik
Proses penyakit mempengaruhi organ dan psikis. 37
Gejala penyakit sering berubah – ubah,karena lanjut usia sering mengidap lebih dari dua macam penyakit
Obat – obatan yang diberikan sering menimbulkan interaksi dan menyamarkan gejala
Ambang rasa sakit lebih tinggi
Inaktivitas menyambarkan keluhan sesak nafas atau gejala angina pectoris.
3. Penurunan ADL( Activities of Daily Living ) Yang dimaksud dengan ADL adalah kegiatan melakukan pekerjaan rutin seharihari.pada lanjut usia,ADL dapat terganggu oleh beberapa hal atau keadaan,yaitu:
Penurunan ADL Penurunan disebabkan oleh: persendian yang kaku Pergerakan yang terbatas Waktu beraksi lanjut usia yang lambar Keadaan tidak stabil bila berjalan Keseimbagan tubuh yang jelek Gangguan peredaran darah Gangguan Penglihatan Gangguan Pendegaran Gangguan Pada Perabaan (Tactile Sensory) Faktor yang mempergaruhi penurunan ADL: Kondisi fisik misalnya penyakit menahun, gangguan mata dan telinga kapasitas mental status mental seperti dihan dan depresi. Penerimaan terhadap berfungsinya anggota tubuh Dukungan anggota keluarga Untuk mengukur ADL digunakan suatu skala – rating nale-yang didasarkan pada keterampilan menjalankan fungsi biologis ,yang memerlukan bekerjannya sistemdan anggota gerak dari lanjut usia tersebut. Rating scale yang digunakan diadaptasikan oleh shirley s. travis dari index of independence in Activities of Daily living (Sdney Katz)
38
Tingkatkan yang digunakan dalam pengukuran oleh travis- travis Assessment scale rating functional Abil-ity Adalah: Level 0: Mandiri Level 1: ketergantungan bila mandi Level 2 : ketergantungan bila mandi dan berpakaian Level 3: ketergantungan bila mandi,berpakaian dan di toilet Level 4 : ketergantungan bila mandi, berpakaian ,ditoilet dan berpindah transfer Level 5: ketergantungan bila mandi,berpakaian,di toilet,transfer,BAB dan BAK Level 6 : ketergantungan bila mandi,berpakain,ditoilet ,tranfer ,BAB,BAK dan makan. Tahap yang dilakukan pada perawatan lanjut usia yang mengalami gangguan ADL adalah sebagai berikut:
Diukur terlebih dulu fungsi menjalankan kegiatan sehari-hari sekarang
Tetapkan tujuan perawatan – goal
Susun rencana perawatan
Laksanan rencana perawatan
Evaluasi Tim rehabilitas ADL Untuk mengembalikan fungsi ADL,diperlukan suatu tim khusus yang terdiri dari berbagai
tenaga
profesional
dari
berbagai
disiplin
ilmu.Di
inggris
,misalnnya,suatu tim rehabilitasi terdiri dari berbagai unsur (Joan M Birchenall 1992)
Geriatric nurse practitioner
Licensed practical nurse.
Occupational therapist
Home economist in rehabilitation
Registered profesional nurse
Registered profesional nurse
Home – care personnel
Respiratory therapist
Speech – language pathologist
Medical sosial worker 39
Principal informal care giver.
Anggota keluarga dari lanjut usia tersebut
2.4.4
ASPEK PEMBINAAN KESEHATAN
Tujuan pembinaan kesehatan bagi kaum lanjut usia adalah meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berguna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya dalam masyarakat. Mereka yang berusia 40-45 tahun (menjelang usia lanjut/masa virilitas) memerlukan informasi pengetahuan sebagai berikut : 1. Mengetahui sedini mungkin adanya akibat proses penuaan, misalnya adanya keluhankeluhan : Mudah jatuh atau jatuh berulang kali, Mudah lelah, Nyeri dada, Berdebar-debar, Sesak nafas waktu melakukan kerja fisik dan lain- lain 2. Mengetahui pentingnya pemeriksaan kesehatan secara berkala. 3. Melakukan latihan kesegaran jasmani. 4. Melakukan diet dengan menu yang seimbang 5. Meningkatkan kegiatan social di masyarakat. 6. Meningkatkan ketakwaan kepada tuhan yang maha esa. Mereka yang berusia 55-64 tahun (masa preseniun memerlukan informasi pengetahuan mengenai hal-hal sebagai berikut : 1. Pemeriksaan kesehatan secara berkala. 2. Perawatan gizi /diet menu seimbang. 3. Kegiatan olahraga/kesegaran jasmani. 4. Perlunya berbagai alat bantu untuk tetap berdayaguna. 5. Pengembangan hubungan social di masyarakat 6. Peningkatan hubungan social dimasyarakat 7. Peningkatan ketakwaan kepada tuhan yang maha esa.
40
Mereka yang berusia 65 tahun ke atas dan kelompok risiko tinggi memerlukan informasi pengetahuan sebagai berikut : 1. Pembinaan diri sendiri dalam hal pemenuhan kebutuhan pribadi , aktivitas didalam rumah maupun diluar rumah. 2. Pemakaian alat bantu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan yang ada pada mereka. 3. Pemeriksaan kesehatan secara berkala. 4. Perawatan fisioterapi dirumah sakit terdekat. 5. Latihan kesegaran jasmani. 6. Meningkatkan ketakwaan kepada tuhan yang maha esa. Secara umum , tindakan – tindakan pencegahan praktis yang kiranya dapat dijalankan adalah sebagai berikut : 1. Hindari berat badan yang terlalu berat (obesitas atau overweight) 2. Kurangi makan dan pilihlah makanan yang sesuai. 3. Olahraga yang ringan dan teratur harus dilakukan. 4. Factor – factor risiko penyakit jantung iskemik perlu dihindari. Ada 3 macam factor : -
Factor risiko yang tak dapat dhindari : umur, jenis kelamin, factor keturunan.
-
Factor risiko yang sukar dihindari : kepribadian.
-
Factor risiko yang dapat dihindari / dibatasi : merokok , hipertensi, diabetes mellitus, kelebihan berat badan, hiperkolesterolmia.
5. Menghindari timbulnya kecelakaan – kecelakaan. 6. Tindakan – tindakan mengisi kehidupan. 7. Persiapan menghadapi pension. 8. Pemeriksaan kesehatan secara periodic.
Tujuan pembinaan lanjut usia adalah agar mereka mandiri, berguna dan sejahtera. Oleh karena itu tentunya kemandirian, kegunaan dan kesejahteraan dapat dijadikan criteria akan berkualitas hidupnya. Untuk dapat menjalani hidup yang berkualitas diperlukan bekal. Bagi seorang lanjut usia, bekal ini dapat berupa pengalaman, pengetahuan dan keahlian, kearifan dan kesehatannya. Seseorang yang menjalani hidup secara normal dapat diasumsikan bahwa semakin tua , pengalaman juga semakin banyak, pengetahuannya makin 41
luas, keahlianya semakin mendalam dan kearifannya semakin mantap. Namun demikian, kebugaran dan kesehatannya biasanya semakin menurun. Bersamaan dengan itu,menjelang saatnya memasuki lanjut usia bagi sebagian orang akan menimbulkan masalah-masalah yang berkaitan dengan hilangnya kedudukan formal segala konsekuensinya serta
perubahan-
perubahan yang terjadi yang dirasakan sebagai hilangnya teman-teman dalam arti kata yang sesungguhnya. Kesehatan yang dimaksud disini adalah keadaan sejahtera secara fisik,mental,social dan tidk sekedar bebas penyakit atau cacat. Kondisi kesehatan inilah yang pada hakikatnya menjadi penopang untuk mengamalkan pengalaman,ilmu,keahlian dan kearifan secara optimal. Kesehatan pada dasarnya dipengaruhi oleh empat factor utama yaitu factor keturunan,lingkungan,upaya kesehatan dan perilaku. Terhadap factor keturunan tentunya kita tidak bisa berbuat apa-apa,dalam arti bahwa sesuatu yang diturunkan akan melekat pada diri kita untuk selama-selamanya.dalam hal yang berkaitan dengan lingkunganya,dalam banyak hal kita sering tidak mempunyai pilihan kecuali kita bisa memperbaikinya sendri-sendiri maupunsecara kolektif. Upaya kesehatan terutama menjadi tanggung jawab insitusi kesehatan. Tetapi menyangkut masalah perilaku sepenuhnya terletak ditangan orang masingmasing. Dengan perilaku yang sehat, interaksi orang dengan lingkunganya maupun upaya kesehatan dapat menghasilkan kualitas hidup yang memadai dan mungkin juga umur panjang. Program tiga sehat pada hakikatnya adalah sebuah program perilaku. Disebut tiga sehat oleh karena mempunyai tiga komponen, yaitu mental,olahraga dan gizi. Ketiganya merupakan tritunggal. Untuk mendapatkan manfaat yang optimal ketiganya harus dijalankan tanpa mengabaikan salah satu. Sebagai program perilaku, keberhasilan program ini akan sangat tergantung pada niat dan ketekunan yang menjalaninya. Pokok-pokok kegiatanya adalah sebagi berikut: 1. Olahraga secara teratur minimal 3 kali dalam seminggu yakni berjalan kaki, kalau bisa dengan kecepatan 6 km/jam selama 45 menit sampai 1 jam setiap kalinya. Kecepatan ini disesuaikan dengan kemampuan. Yang terpenting adalah teraturnya olahraga tersebut dijalankan. 2. Diet denga pedoman sebagai berikut: a. Susunan makanan yang beraneka ragam, 42
b. Mengurangi konsumsi gula c. Mengurangi konsumsi garam d. Membatasi konsumsi lemak e. Meningkatkan serat dan pati sebagai sumber kalori f. Untuk menjaga disiplin, kiat byang dapat dijalankan
adalah dengan 3 kali
seminggu pada hari senin,rabu,jumat tidak mengkonsumsi sama sekali makanan hewani. Sedangkan pada hari-hari lainya berpedoman kepada apa yang disebutkan diatas. 3. Dalam kaitanya dengan mental,diusahakan: a. Tetap aktif secara mental b. Tetap aktif dalam kehidupan social c. Menerima proses menjadi tua dengan ikhias dan menyesuaikan diri dengan realitas d. Menjauhi polusi mental e. Meningkatkan kehidupan spiritual Dalam konteksnya dengan program tiga sehat ini, kegiatanya olahraga dilakukan beramai-ramai. Disamping itu, setiap akhir bulan dilakukan diluar tempat yang rutin,untuk lebih meningkatkan kegairahan fisik maupun mental. Selanjutnya, sekali dalam sebulan,yaitu setiap hari rabu pertama pada sore hari, dilaksanakan pertemuan social yang diisi ceramahceramah dengan topic yang bervariasi. Semua kegiatan diatas dilengkapi dengan pemeriksaan kesehatan berkala yang dilakukan sekali dalam setahun. Evaluasi sementara memberikan kesan sebagai berikut : a. Program tiga sehat yang diterapkan kepada purnawirawan dan warakauri dirasakan dapat menggairahkan kehidupannya serta menjadi cara untuk menghilangkan stress. b. Dirasakan meningkatnya kebugaran serta menurunnya frekuensi keluhan sakit yang tidak jelas (masuk angin). c. Menurunnya kebutuhan akan obat-obatan bagi mereka yang menderita penyakit tertentu.
2.4.5
ASPEK PELAYANAN KESEHATAN
43
Seiring dengan peningkatan jumlah dan angka kesakitan usia lanjut, di perlukan jenis dan kualitas pelayanan kesehatan serta perawatan, baik yang di laksanakan oleh lanjut usia sendiri, keluarga, pusaka ( Pusat Santunan dalam Keluarga/Home Care), pos yandu lansia, panti sosial tresna wredha, sasana tresna wredha, maupun yang di laksanakan si sarana pelayanan kesehatan Tingkat Dasar (primer). Sarana penkes Rujukan Tingkat Pertama (sekunder) dan sarana pelayanan Kesehatan Tingkat Lanjutan (tersier). Melalui pelayanan kesehatan tersebut, yang dikerjakan terpadu dengan pelayanan keperawatan, pelayanan sosial, ketenagakerjaan, hukum dan bidang-bidang lainnya, di harapkan angka kesakitan (morbiditas), angka kematian (mortalitas) serta permasalahan lanjut usia akan semakin menurun. Hal ini akan menunjang tercapainya mutu kehidupan lanjut usia yang secara fisik, psikis, mental spritual serta sosial. Pelayanan kesehatan yang di berikan kepada lanjut usia di kelompokkan kedalam: a. Upaya peningkatan/promosi kesehatan b. Upaya pencegahan/ prevention c. Diagnosa dini dan pengobatan/early diagnosis and promis treatmen d. Pembatasan kecacatan/ disability limitation e. Upaya pemulihan/rehabilitasi. Upaya
meningkatkan
kesehatan
promotif
pada
dasarnya
merupakan
upaya
pencegahan primer ( primary prevention). Untuk meningkatkan kesehatan, Prof. Dr. Slamet Suyono ( rumah sakit cipto mangunkusumo, 1997) menganjurkan beberapa tindakan, yang di sampaikan dalam berbentuk pasien: B-A-H-A-G-I-A, yaitu:
Berat badan berlebihan agar dihindari dan dikurangi.
Aturlah makanan hingga seimbang
Hindari faktor resiko penyakit degeneratif
Agar terus berguna dengan mempunyai hobi yang bermanfaat.
Gerak badan teratur agar terus dilakukan.
Iman dan takwa tingkatkan, hindari dan tangkal situasi yang menegangkan.
Awasi kesehatan dengan memriksakan badan secara periodik.
44
Departemen kesehatan republik indonesia pada tahun 1998 menerbitkan buku
pedoman pemeliharaan kesehatan (B PPK) Usia lanjut, yang memuat beberapa anjuran untuk tak hidup sehat:
Perkuat ketakwaan pada Tuhan Yang Maha Esa untuk mengendalikan stres
Periksaan kesehatan secara berkala
Makan dan minum -
Kurangi gula
-
Kurangi lemak
-
Kurangi garam
-
Perbanyak buah dan sayur
-
Perbanyak susu tanpa lemak dan ikan
-
Hindari alkohol
-
Berhenti merokok
-
Perbanyak minum air putih 6-8 gelas perhari atau sesuai anjuran petugas kesehatan.
Kegiatan fisik dan psikososial: -
Pertahankan berat badan normal
-
Lakukan kegiatan fisik sesuai kemampuan
-
Lakukan latihan kesegaran jasmani sesuai kemampuan, seperti jalan kaki, senam, berenang dan bersepeda.
-
Tingkatkan silaturahmi
-
Sempatkan rekreasi dan salurkan hobi secara teratur dan bergairah
-
Gunakan obat-obatan atas saran petugas kesehatan
-
Pertahankan hubungan harmonis dalam keluarga
-
Tetap melakukan kegiatan seksual dengan pasangan hidup
Upaya pencegahan mencakup pencegahan primer, sekunder dan tersier 1) Upaya pencegahan primer (primary prevention), ditujukan kepada lajut usia yang sehat, mempunyai resiko akan tetapi belum menderita penyakit. Upaya ini dapat digolongkan pada upaya peningkatan. 2) Upaya pencegahan sekunder (secondary prevention), ditujukan kepada penderita tanpa gejala, yang mengidap faktor resiko. Upaya ini dilakukan sejak awal penyakit hingga awal timbulnya gejala atau keluhan. 45
menurut departemen kesehatan republik indonesia (1998), keluhan yang perlu di waspadai adalah: -
Cepat lelah
- Nyeri dada -
Sesak napas
-
Berdebar-debar
-
Sulit tidur
-
Batuk
-
Gangguan penglihatan
-
Gangguan pendengaran
-
Gangguan mulut
- Nafsu meningkat atau menurut - Nyeri pinggang - Nyeri sendi -
Gangguan gerak
-
Kaki bengkak
-
Kesemutan
-
Sering haus
-
Gangguan air besar atau kecil
-
Benjonan tidak norman atau dafing tumbuh
-
Keluarnya darah atau cairan melalui vagina terus-menerus.
3) Upaya pencegahan tersier (testiary prevention), di tunjukan kepada penderita penyakit dan penderita cacat,yang telah memperlihatkan gejala penyakit. Upaya dilaksanakan dalam berbagai tahap:
Tahap I : ketika lanjut usia di rawat di rumah sakit
Tahap II : ketika lanjut usia pada masa rehabilitasi atau rawat jalan.
Tahap III : ketika lanjut usia pada saat pemeliharaan jangka panjang
Sarana pelayanan kesehatan yang di pergunakan untuk melayani lanjut usia dapat di golongkan dalam berbagai tingakatan yaitu: a. Pelayanan tingkay masyarakat
Pelayanan ditunjukan kepada lanjut usia, keluarga yang mempunyai lansia, kelompok lanjut usia atau kelompok masyarakat seperti: 46
1) Karang wredha 2) Pos yandu lansia 3) Day care 4) Lembaga ketahanan masyarakat desa 5) PUSAKA 6) Dana sehat atau jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat (JPKM)
b. Pelayanan tingkat dasar
Pelayanan diselenggarakan pleh berbagai instansi dan swasta serta organisasi masyarakat, organisasi profesi, dan yayasan seperti 1) Prakter dokter 2) Praktek dokter gigi 3) Balai pengobatan dan klinik 4) Puskesmas 5) Balai kesehatan masyarakat 6) Panti tresna wredha 7) Pusat pelayanan dan perawatan lanjut usia
c. Pelayanan rujukan tingkat I dan II
Pelayanan yang diberikan dapat bersifat sederhana,sedang,lengkap, dan paripurna: 1) Rumah sakit yang memiliki
Poliklinik geriatri/gerontologi
Unit rehabilitasi
Ruang rawat
Laboraturium
Day hospital
Unit gawat darurat
Instalasi gawat darurat
Bangsal akut
2) Rumah sakit jiwa 3) Rumah sakit khusus lainnya 4) Sarana tresna werdha 5) hospitium 47
BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN Penuaan adalah suatu prose salami yang tidak dapat dihindari, berjalan secara terus menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan mengakibatkan perubahan anatomis, 48
fisiologis, dan biokimia pada tubuh, sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan. Secara fisik lansia akan mengalami kemunduran dalam aktifitas, kemunduran organ dan berbagai kelemahan fisik.
Perlindungan kesehatan dan promosi
kesehatan merupakan hal yang mendesak dan juga merupakan kerangka kerja yang tepat untuk merawat lansia. Perawat profesional untuk lansia mengenal bahwa pencegahan untuk orang yang berusia 65 tahun yang dapat diharapkan hidup 20 tahun lagi merupakan komponen penting dalam perawatan kesehatan.
3.2SARAN Setelah membaca dan memahami isi makalah ini, diharapkan perawat,mahasiswa calon perawat atau para pembaca bisa mempelajari dan mengetahui bagaimana Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan Sehingga bisa menjadi acuan untuk pembelajaran selanjutnya dalam keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA Hardiwiyanto dan setiabudhi tony (1999). Panduan gerontology : tinjauan dari berbagai aspek. Jakarta : Gramedia. Lueckenotte (2000). Pengkajian gerontology edisi 2. EGC jakarta. Reichel William (2000). Geronotologi EDISI 2. EGC Jakarta. 49