MAKALAH FITOTERAPI OBAT HERBAL TERSTANDAR “
Rheumakur®
”
OLEH :
KELAS
:A
KELOMPOK VI
FADILAH AYU LESTARI
(O1A114013)
LILI HANDAYANI
(O1A114022)
NIMBAR ARASTI
(O1A114030)
NUR AFNI RIDWAN
(O1A114032)
NURNANINGSIH
(O1A114035)
NUR RESKY PERMATASARI (O1A114036) FUAD KURNIAWAN
(F1F1 13 155)
JURUSAN FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2017
i
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusun memperoleh kesehatan dan kekuatan untuk dapat menyelesaikan makalah dengan judul “ Obat Herbal Terstandar (Rheumakur®)” sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan. Makalah ini disusun bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Fitoterapi. Pada kesempatan kali ini penulis tidak lupa menyampaikan rasa syukur dan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini dan orang-orang yang telah banyak memberikan dukungan kepada penulis. Penyusun menyadari sepenuhnya atas keterbatasan ilmu maupun dari segi penyampaian yang menjadikan makalah ini masih jauh dari kata sempurna.Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan dari semua pihak untuk kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat berguna untuk para pembaca.Amin.
Kendari, Mei 2017
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i DAFTAR ISI..........................................................................................................iii BAB IPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ............................................................................................ 4 1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................... 5 1.3. Tujuan Penulisan ......................................................................................... 5 BAB IIPEMBAHASAN 2.1. Defiinisi OHT .............................................................................................. 6 2.2. Konsep Pengembangan Obat Herbal Terstandar Error!
Bookmark
not
defined.
2.3. Contoh Produk OHT (Rheumakur®) ......... Error! Bookmark not defined. 2.4. Simplisia OHT (Rheumakur®) .................. Error! Bookmark not defined. BAB IIIPENUTUP 3.1. Kesimpulan................................................ Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA ........................................... Error! Bookmark not defined.
iii
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
Pemanfaatan tumbuhan sebagai obat tradisional masih selalu digunakan masyarakat Indonesia terutama di daerah pedesaan yang masih kaya dengan keanekaragaman tumbuhannya.Sejak ribuan tahun yang lalu, obat dan pengobatan tradisional sudah ada di Indonesia, jauh sebelum pelayanan kesehatan formal dengan obat-obatan modernnya dikenal masyarakat.Berdasarkan perkiraan World Health
Organization
(WHO),
lebih
dari
80%
penduduk
negara-negara
berkembang tergantung pada obat tradisional untuk mengatasi masalah kesehatan. Obat
tradisional
merupakan
warisan
budaya
bangsa
perlu
terus
dilestariakan dan dikembangkan untuk menunjang pembangunan kesehatan sekaligus untuk meningkatkan perekonomian rakyat.Produksi, dan penggunaan obat tradisional di Indonesia memperlihatkan kecendrungan terus meningkat, baik jenis maupun volumenya.Perkembangan ini telah mendorong pertumbuhan usaha di bidang obat tradisional, mulai dari usaha budidaya tanaman obat, usaha industry
obat
tradisional,
penjaja
dan
penyeduh
obat
tradisional
atau
jamu.Bersamaan itu upaya pemanfaatan obat tradisional dalam pelayanan kesehatan formal juga terus digalakkan melalui berbagai kegiatan uji klinik kearah pengembangan fitofarmaka. Obat bahan alam merupakan obat yang menggunakan bahan baku berasal dari alam (tumbuhan dan hewan).Obat bahan alam dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis yaitu jamu, jamu herbal terstandar, dan fitofarmaka. Jamu (Empirical based herbal medicine) adalah obat bahan alam yang disediakan secara tradisional, misalnya dalambentuk serbuk seduhan, pil, dan cairan yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut dan digunakan secara tradisional. Obat Herbal Terstandar ( Standarized based Herbal Medicine) merupakan obat tradisional yang disajikan dari hasil ekstraksi atau penyarian bahan alam, baik tanaman obat, binatang, maupun mineral. Obat herbal ini umumnya ditunjang oleh pembuktian ilmiah berupa penelitian praklinis.
4
1.2.Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini yaitu: 1. Apa yang di maksud dengan obat herbal terstandar ? 2. Bagaimana konsep pengembangan obat herbal terstandar? 3. Contoh obat herbal terstandar ? 4. Contoh simplisia obat herbal terstandar ?
1.3.Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dari makalah ini yaitu: 1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan Obat herbal terstandar. 2. Untuk mengetahui konsep pengembangan obat herbal terstandar. 3. Untuk mengetahui contoh obat herbal terstandar. 4. Untuk mengetahui contoh obat herbal terstandar.
5
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Defiinisi OHT
Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor : Hk.00.05.41.1384 tentangKriteria dan Tata Laksana Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka, Obat herbal terstandar adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan bahan bakunya telah di standarisasi. Berbeda dengan obat modern yang mengandung satuataubeberapa zat aktif yang jelas identitas dan jumlahnya,obat tradisional/obat herbal mengandung banyak kandungankimia dan umumnya tidak diketahui atau tidak dapat dipastikanzataktifyangberperandalammenimbulkanefekterapiataumenimbulkanefe ksamping.Selainitukandungankimiaobatherbalditentukanolehbanyakfaktor.Halitud isebabkantanamanmerupakan organisme hidup sehingga letakgeografis/tempat tumbuh tanaman, iklim, cara pembudidayaan,cara dan waktu panen, cara perlakuan
pascapanen(pengeringan,
penyimpanan)
dapat
mempengaruhikandungan kimia obat herbal. Kandungan kimia tanamanobat ditentukan tidak saja oleh jenis (spesies) tanaman obat,tetapi juga oleh anak jenis dan varietasnya. Sebagai contohbau minyak kayu putih yang disuling dari daun Eucalyptussp bervariasi tergantung dari anak jenis dan varietastumbuhan, bahkan ada di antaranya yang tidak berbau.Pada tanaman obat, kandungan kimia yang memiliki kerjaterapeutik termasuk pada golongan metabolit sekunder.Umumnya metabolit sekunder pada tanaman
bermanfaatsebagai
mekanisme
pertahanan
terhadap
berbagai
predatorseperti serangga dan mikroorganisme dan hanya dihasilkanoleh tanaman tertentu termasuk tanaman obat.Kandunganaktif tanaman obat antara lain berupa alkaloid, flavonoid,minyak esensial, glikosida, tanin, saponin, resin, dan terpen.
6
2.2. Konsep Pengembangan Obat Herbal Terstandar
Dalam rangka pengembangan obat tradisional Indonesia menjadi obat herbal terstandar, maka ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, antara lain sebagai berikut. 1. Standarisasi dan Persyaratan Mutu Simplisia
Simplisia merupakan bahan baku yang berasal dari tanaman yang belum mengalami pengolahan, kecuali pengeringan. Standarisasi simplisia dibutuhkan karena kandungan kimia tanaman obat sangat bervariasi tergantung banyak faktor seperti telah dikemukakan sebelumnya. Standarisasi simplisia diperlukan untuk mendapatkan efek yang dapat diulang(reproducible). Kandungan kimia yang dapat digunakan sebagai standar adalah kandungan kimia yang berkhasiat, atau kandungan kimia yang hanya sebagai petanda (marker ), atau yang memiliki sidik jari ( fingerprint) pada kromatogram. Untuk mendapatkan simplisia dengan mutu standar diperlukan pembudidayaan dalam kondisi standar. Dewasa ini industri obat tradisional disarankan dan didorong untuk melakukan budidaya dan mengembangkan sendiri tanaman sumber simplisianya sehingga diharapkan diperoleh simplisia dengan mutu standar yang relatif homogen. Standarisasi tidak saja diperlukan pada simplisia, tetapi juga pada metode pembuatan sediaan termasuk pelarut yang digunakan dan standardisasi sediaan jadinya. Untuk pengembangan obat tradisional menjadi obat herbal terstandardisasi simplisia harus memenuhi persaratan mutu agar dapat menimbulkan efek dan aman. Pemeliharaan mutu harus diupayakan dari hulu ke hilir mulai dari budidaya, pemanenan dan pengolahan pasca panen, pembuatan bahan baku, sampai ke pembuatan sediaan dan sediaannya. Parameter standar mutu simplisia antara lain mencakup kadar abu, kadar zat terekstraksi air, kadar zat terekstraksi etanol, bahan organik asing, cemaran mikroba termasuk bakteri patogen, cemaran jamur/kapang, cemaran aflatoksin, cemaran residu pestisida, cemaran logam berat, kadar air, kadar zat aktif/zat identitas. Parameter standar mutu ekstrak selain hal di atas juga mencakup konsistensi ekstrak, sedangkan parameter untuk sediaan termasuk di antaranya waktu hancur, kadar bahan tambahan (pengawet, pewarna, pemanis, bahan kimia obat), kadar etanol, dan stabilitas.
7
2. Tahap Uji Praklinik
Uji preklinik dilakukan secara in vitro dan in vivo pada hewan coba untuk melihat toksisitas dan efek farmakodinamiknya. Bentuk sediaan dan cara pemberian pada hewan coba disesuaikan dengan rencana pemberian pada manusia. Uji farmakodinamik pada hewan coba digunakan untuk memprediksi efek pada manusia, sedangkan uji toksisitas dimaksudkan untuk melihat keamanannya.
a. Uji Toksisitas Uji toksisitas dibagi menjadi uji toksisitas akut, subkronik, kronik, dan uji toksisitas
khusus
yang
meliputi
uji
teratogenisitas,
mutagenisitas,
dan
karsinogenisitas. Ujitoksisitas akut dimaksudkan untuk menentukan LD 50 (lethaldose) yaitu dosis yang mematikan 50% hewan coba, menilaiberbagai gejala toksik, spektrum efek toksik pada organ, dancara kematian. Uji LD 50 perlu dilakukan untuk semua jenisobat yang akan diberikan pada manusia. Untuk pemberiandosis tunggal cukup dilakukan uji toksisitas akut. Pada ujitoksisitas subkronik obat diberikan selama satu atau tigabulan, sedangkan pada uji toksisitas kronik obat diberikanselama enam bulan atau lebih. Uji toksisitas subkronik dankronik bertujuan untuk mengetahui efek toksik obattradisional pada pemberian jangka lama. Lama pemberiansediaan obat pada uji toksisitas ditentukan berdasarkan lamapemberian obat pada manusia (Tabel 1). Tabel 1. Hubungan Lama Pemberian Obat pada Manusia danLama Pemberian Obat pada Hewan Coba pada UjiToksisitas
b. Uji F armakodinamik
8
Penelitianfarmakodinamik obat tradisional bertujuan untuk meneliti efek farmakodinamik dan menelusuri mekanisme kerja dalam menimbulkan efek dari obat tradisional tersebut. Penelitian dilakukan secara in vitro dan in vivo pada hewan coba. Cara pemberian obat tradisional yang diuji dan bentuk sediaan disesuaikan dengan cara pemberiannya pada manusia. Hasil positif secara in vitro dan in vivo pada hewan coba hanya dapat dipakai untuk perkiraan kemungkinan efek pada manusia.
2.3. Contoh Produk OHT (Rheumakur®)
Komposisi
Setiap kapsul lunak mengandung : Curcuminoid dari minyak atsiri Curcuma domestica dan Curcuma xanthorrhiza. Khasiat
Mereda nyeri sendi dan otot Mengurangi resiko serangan rematik Aman digunakan dalam jangka panjang tanpa efek samping Aturan Pakai
1-2 kapsul lunak 2x sehari Perhatian
Hindari pemberian pada anak-anak di bawah usia 10 tahun dan wanita hamil atau menyusui.
9
2.4. Simplisia OHT (Rheumakur®)
Rheumakur ® merupakan xanthorrhiza
(Temulawak)
kombinasi
dan
minyak
dari
minyak
atsiri
atsiri
Curcuma
Curcuma domestica
(Kunyit).Komposisi ini membantu meredakan nyeri radang dan nyeri sendi.
1. Kunyit Klasifikasi dari tanaman kunyit adalah sebagai berikut. Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae Kelas
: Monocotyledonae
Ordo
: Zingiberales
Famili
: Zingiberaceae
Genus
: Curcuma
Spesies: Curcuma domestica Valet
a. Deskripsi Kunyit merupakan salah satu jenis tanaman temutemuan yang termasuk dalam famili Zingiberaceae yang mempunyai batang semu yang dibentuk dari pelepah daundaunnya. Ketinggian tanamannya dapatmencapai 1,0 1,5 meter, rumbuh tegap dan rnembentuk rumpun sepertisemak yang bergerombol. Daunnya tunggal dan bertangkai, berbentuk lancet yang lebar, bertepi rata, ujung dan pangkalnya meruncingbertulang menyirip, permukaannya licin, dan berwarna hijau pucat. Panjang daunnya sekitar 20 40 cm dan lebamya sekitar 15 30 cm. Bunganya merupakan bunga majemuk yang berbentuk kerucut yang muncul dari batang semunya. Panjang bunga berkisar antara 10 15 cm, berwarna putih sampai kuning muda atau kemerahan. Setiap bunga mempunyai tiga
lembar kelopak dan tiga lembar tajuk. Bagian utama tanarnan kunyit
adalah rimpangnya yang rnerupakan tempat tumbuhnya tunas.Kulit rimpang
10
berwarna kecokelatan dan bagian dalamnya berwarna kuning tua, kuning jingga, atau kuning jingga kemerahan sampai kecokelatan.
b. K andungan Kimia Senyawa utama yang terkandung dalam rimpang kunyit adalah kur kuminoid dan minyakatsiri. Kandungan 3,05,0%,yang
kurkuminoid
berkisar
antara
terdiridarikurkumindanturunannya
yaitudemetoksikurkumindanbisdernetoksikurkumin.Kurkuminoidberbentuk Kristalprismaataubatang
pendek,
membentuk
emulsi
atautidaklarut
dalamair,danmudahlarutdalam aseton,etanol, metanol,bensen,dan khloroform. Senyawa yang terkandung dalam kunyit yaitu kurkumin dan minyak atsirimempunyaiperanansebagaiantioksidan,antitumor, antirnikroba,
antipikun,
danantiracun.Secara
antikanker,
tradisional
kunyitsering
digunakan oleh masyarakat diberbagai negara untuk meogobati berbagai jenis penyakit,
seperti
pcnyakit
yang
disebabkanolehmikrobaparasit,gigitan
serangga, penyakit mata,cacar, sakit perut (diare, sembelit, kembung), gangguan pencernaan,gangguan hati, asrna, menghilangkan gatalgaral dan penyakit kulit lain, mengurangirasanyeridansakit pada penderita rematik arthritis. c. K hasiat
Kurkumin
merupakan
pigmen
berwarna
kuning
dari
serbuk
kunyit.Kurkumin tersedia secara komersial yang terdiri atas campuran ketiga golongan kurkuminoid dimana kurkumin sebagai pigmen utamanya.Zat warna kuning alami yang diperbolehkan untuk pewarna makanan ini telah cukup lama dikenal sebagai obat batuk, obat gangguan hati, rematik, antiradang dan penurun lemak darah serta sinusitis. Keberadaan gugusan phenolik pada ketiga senyawa tersebut dilaporkan juga menyebabkan aktivitas antioksidan yang kuat pada sistem biologis sehingga dapat mencegah penyakit-penyakit yang berhubungan dengan reaksi peroksidasi. Bahkan, Institut Nasional Kanker telah mencoba mengembangkan bahan ini dalam uji klinis anti kanker dan
11
penelitian-penelitian praklinis lain terus dilakukan terhadap sel kanker yang lain(Cahyono,2011).
d.Mekanisme kerja Hampir 2 dekade yang lalu, laboratorium kami adalah yang pertama mengisolasi 2 sitokin yang berbeda (TNF-α dan TNF-β) sebagai agen antitumor. TNF-α adalah mediator utama peradangan pada kebanyakan penyakit, dan efek ini diatur oleh aktivasi faktor transkripsi, faktor nuklir (NF) -κB. Sedangkan TNF adalah aktivator NF-κB yang paling potensial yang telah dijelaskan, ekspresi TNF-α juga diatur oleh NF-κB (Aggarwal, 2003). Selain TNF, NF-κB diaktifkan oleh kebanyakan sitokin inflamasi; Bakteri gram negatif; Berbagai penyakit yang menyebabkan virus; Polutan lingkungan; Kimia, fisik, mekanik, dan psikologis; Glukosa tinggi; asam lemak; radiasi ultraviolet; asap rokok; Dan faktor penyebab penyakit lainnya . Menariknya, sebagian besar mediator peradangan yang telah diidentifikasi hingga saat ini juga diatur oleh NF-κB, termasuk sitokin inflamasi, kemokin, molekul adhesi, enzim, dan kinase (lihat Gambar 1). Dengan demikian, produk gen yang diregulasi NF-κB dan NF-κB telah dikaitkan erat dengan kebanyakan penyakit kronis. Oleh karena itu, agen yang menurunkan kadar NF-κB dan NF-κB produk gen yang diatur memiliki khasiat potensial terhadap beberapa penyakit ini. Kurkumin juga menekan aktivasi NF-κB di sebagian besar sel tumor, yang menyebabkan penekanan protein anti-apoptosis dan menghasilkan apoptosis (Aggarwal et al., 2004); (Kunnumakkara et al., 2007). Juga menunjukkan bahwa kurkumin dapat menurunkan ekspresi protein interleukin (IL) -6, TNF, dan berbagai kemokin lainnya (Jagetia dan Aggarwal, 2007). Abe et al (Abe et al., 1999) menunjukkan bahwa kurkumin menghambat produksi IL-8, MIP-1α, MCP-1, IL-1α, dan TNF-α yang dise babkan oleh rangsangan inflamasi pada monosit darah perifer manusia dan makrofag alveolar. Kurkumin menghambat dan menurunkan regulasi ekspresi produk gen NF-κB yang diregulasi seperti molekul perekat COX-2, TNF, 5-LOX, IL1, IL-6, IL-8, MIP-1α, C-reactive protein (CRP), CXCR-4, dan lainnya (Hong
12
et al, 2004). Penelitian terbaru dari laboratorium kami menunjukkan bahwa kurkumin langsung mengikat kinase IkBα yang dibutuhkan untuk aktivasi NF κB (Aggarwal et al., 2006c). Laboratorium kami adalah yang pertama menunjukkan bahwa kurkumin adalah penghambat potensial STAT 3, faktor transkripsi lain yang melaluinya sitokin sitokin IL-6 memediasi pengaruhnya Jadi kurkumin bisa menekan peradangan melalui beberapa jalur (Bharat, 2009).
e.Toksi t
ditoleransi dengan baik dalam tubuh. dan tidak adanya efek samping yang signifikan secara klinis menunjukkan bahwa kurkumin dapat digunakan dengan aman (Natural society, 2014).
2. Temulawak Klasifikasi dari tanaman temulawak adalah sebagai berikut. Regnum
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Kelas
: Monocotyledoneae
Ordo
: Zingiberales
Famili
: Zingiberaceae
Genus
: Curcuma
Spesies
: Curcuma xantorrhiza Roxb.
a. Deskripsi Terna berbatang semu setinggi kurang lebih 2 m, berwarna hijau atau coklat gelap, akar rimpang terbentuk dengan sempurna, bercabang-cabang kuat, berwarna hijau gelap. Tiap tanaman mempunyai daun 2 sampai 9 helai, berbentuk bundar memanjang hingga bangun lanset, berwarna hijau atau coklat keunguan terang sampai gelap, panjang 31-84 cm, lebar 10-18 cm, panjang tangkai daun 43-80 cm lebih.
13
b. K andungan Kimia Penelitian menunjukkan bahwa komponen aktif utama yang terdapat dalam temulawak adalah xanthorrhizol dan kurkuminoid. Beberapa efikasi dari xanthorrhizol adalah berpotensi sebagai antibakteri Streptococcus mutans. Kurkuminoid dapat digunakan sebagai antioksidan, antiinflamasi dan anti hiperkolesterolemia. Khasiat lain yang dimiliki oleh komponen kimia dalam temulawak adalah anti bakteri.
c. Khasiat Temulawak sudah lama digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk pemeliharaan kesehatan, pencegahan dan pengobatan penyakit serta pada masa pemulihan. Berdasarkan sifat zat-zat aktif yang terkandung dalam temulawak sampai saat ini sudah diketahui tujuh manfaatnya yaitu memperbaiki nafsu makan, memperbaiki fungsi pencernaan memelihara kesehatan fungsi hati, pereda nyeri sendi dan tulang, menurunkan lemak darah, sebagai antioksidan yang dapat membantu memelihara
kesehatan dan membantu menghambat
penggumpalan darah (BPOM, 2005).
d. Mekanisme Kerja 1) Memperbaiki nafsu makan Cara kerja Masyarakat Indonesia secara turun menurun menggunakan temulawak untuk memperbaiki nafsu makan.Secara praklinik dan klinik telah ditemukan bahwa rimpang temulawak dapat meningkatkan/memperbaiki nafsu makan. 2) Memperbaiki fungsi pencernaan Cara kerja Secara praklinis ditemukan bahwa serbuk rimpang temulawak dapat meningkatkan aktivitas musin dalam cairan lambung. Disamping itu rebusan temulawak dapat menurunkan kontraksi usus halus. 3) Memelihara kesehatan fungsi hati
14
Cara kerja Pada dasarnya aktivitas temulawak pada hati berkaitan erat dengan aktivitas kolagoga yang berpengaruh pada hati, yaitu meningkatkan prodiksi empedu dalam hati dan merangsang pengosongan Kntung empedu. Disamping itu temulawak dapat mengurangi aktivitas enzim glutamat oksalaasetat transaminase (GOT) serta menurunkan aktivitas enzim glutamat piruvat transminase (GPT) baik secara praklinik in vitro dan in vivo maupun secara klinik. Kurkuminoid yang terkandung dalam temulawak bekerja melindungi hati. 4) Mengurangi nyeri dan radang sendi Cara kerja Kurkumin yang terkandung dalam temulawak mempunyai aktivitas anti radang yang setara dengan 100 g fenilbutazon yang dapat berguna menggurangi nyeri dan raadang sendi.Aktivitas ini dapat dicapai melalui penghambatan migrasi sel-sel leukosit kedaerah radang, atau melalui penghambatan pembentukan serta transportasi mediator radang yaitu prostaglandin. Dari uji klinis menggunakan kurkumin dengan dosis tertentu ditunjukan adanya perbaikan pada penderita radang sendi. 5) Menurunkan lemak darah Cara kerja Hasil uji praklinik dan klinik menunjukkan bahwa ekstrak temulawak atau komponen isolatnya dapat menurunkan kadar kolesterol total, trigliserida dan dapat meningkatkan kadar HDL kolesterol. Komponen yang diduga berperan dalam menurunkan lemak darah adalah kurkuminoid. 6) Antioksidan, membantu memelihara kesehatan Cara kerja Kurkumin bekerja sebagai antioksidan karena mampu menangkap radikal bebas oksigen seperti anion, superoksida dan radikal hidroksil. 7) Membantu menghambat penggumpalan darah Cara kerja
15
Kurkumin dari temulawak membatu menghambat penggumpalan darah dengan cara menghambat pembentukan tromboksan B2, yaitu zat yang berperan dalam proses penggumpalan darah.
e. Kontraindikasi Belum diketahui dengan pasti adanya larangan penggunaan temulawak.
f. I nteraksi Belum diketahui adanya interaksi temulawak dengan obat-obatan atau bahan bahan yang lain.
g. Perhatian a) Karena temulawak bekerja merangsang fungsi saluran empedu, maka tidak dianjurkan penggunaannya bila ada penyumbatan saluran empedu dan batu empedu. Dalam hal penyumbatan batu empedu, penggunaannya hanya setelah berkonsultasi dengan dokter atau di bawah pengawasan dokter. b) Pemakaian temulawak bersama dengan tanaman lain yang mengandung kurkuminoid seperti kunyit, perlu diperhitungkan dosisnya agar tidak berlebihan. c) Hati-hati menggunakan temulawak bersama dengan obat pengencer darah. (BPOM, 2005).
16
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini yaitu: 1. Obat herbal terstandar adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan bahan bakunya telah di standarisasi. 2. Dalam rangka pengembangan obat tradisional Indonesia menjadi obat herbal terstandar, maka ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, antara lain yaitu standarisasi dan persyaratan mutu simplisia serta tahapan uji praklinik. 3. Contoh produk obat herbal terstandar yaitu Rheumakur ®. 4. Simplisia dari obat herbal terstandarRheumakur ® merupakan kombinasi dari Temulawak (Curcuma
xanthorrhiza)dan
kunyit(Curcuma
domestica).
Komposisi ini membantu meredakan nyeri radang dan nyeri sendi.
17
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Herbal Plants Collection of Biopharmaca Conservation and Cultivation Station. ITB : Biopharmaca Research Center. Badan POM RI. 2005. Kriteria dan Tata Laksana Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka, Nomor : Hk.00.05.41.1384. Badan POM RI. 2005. Gerakan Nasional Minum Temulawak. Info POM.Vol. 6 (6). Cahyono,B., Muhammad D.K.H. dan Leenawaty L. 2011.Pengaruh Proses Pengeringan Rimpang Temulawak (Curcuma Xanthorriza Roxb ) terhadap Kandungan dan Komposisi Kurkuminoid. Reaktor. Vol.13 (3).
Dewoto, H. R. 2007. Pengembangan Obat Tradisional Indonesia Menjadi Fitofarmaka. Majalah Kedokteran Indonesia.Vol. 57 (7). Ditjen POM.1980. Materi Medika Indonesia. Jakarta. Departeman Kesehatan Republik Indonesia. Hartati, S.Y. 2013. Khasiat Kunyit Sebagai Obat Tradisional Dan Manfaat Lainnya. Warta Penelitian Dan Pengembangan Tanaman Industri .Vol. 19 (2). http://www.phytochemindo.com/products/herbal_medicine/22?lang=id
18