Dilema Etik Perawat Terhadap Euthanasia
1. Pengertian Dilema Etik
Dilema Dilema etik merupaka merupakan n suatu suatu masalah masalah yang yang sulit sulit dimana dimana tidak tidak ada alterna alternatif tif yang yang memuas memuaskan kan atau suatu suatu situas situasii dimana dimana alterna alternatif tif yang yang memuask memuaskan an dan tidak tidak memuask memuaskan an sebanding. Dalam dilema etik tidak ada yang benar atau salah. Untuk membuat keputusan yang etis seseorang harus tergantung pada pemikiran yang rasional dan bukan emosional (Thomson & Thomson, 1985 !"#, $%%$.
2. Pengertian Euthanasia
'uthan 'uthanasia asia adalah adalah inter interens ensii yang yang diseng disenga)a a)a atau kelalai kelalaian an dengan dengan maksud maksud untuk untuk memper memper*ep *epat at atau mengak mengakhiri hiri kehidu kehidupan pan indii indiidu du untuk untuk mengur mengurang angii rasa sakit sakit atau atau menyelesaikan suatu penderitaan. +stilah euthanasia berasal dari bahasa unani yang berarti -kematian yang mudah- (erriam/0ebster (erriam/0ebster nline Di*tionary, $%%2) 3. Jenis-Jenis Euthanasia
a. 'uthanasia aktif 'utha 'uthanas nasia ia aktif aktif adalah adalah perbua perbuatan tan yang yang dilaku dilakukan kan se*ara se*ara aktif aktif oleh oleh dokter dokter untuk untuk mengakhiri hidup seorang (pasien yang dilakukan se*ara medis. 3iasanya dilakukan dengan penggunaan obat/obatan yang beker)a *epat dan mematikan. 'uthanasia aktif terbagi men)adi dua golongan 4 1) Euthan Euthanasi asia a akti aktiff lang langsun sung g !ara pengakhiran kehidupan melalui tindakan medis yang diperhitungkan akan langsung langsung mengakhiri mengakhiri hidup pasien. isalnya dengan dengan memberi memberi tablet sianida atau suntikan at yang segera mematikan. 2) Euthan Euthanasi asia a aktif aktif tidak tidak lang langsun sung g ang menun)ukkan bah6a tindakan medis yang dilakukan tidak akan langsung mengakhiri hidup pasien, tetapi diketahui bah6a risiko tindakan tersebut dapat mengakhiri mengakhiri hidup pasien. isalnya, isalnya, men*abut oksigen atau alat bantu kehidupan kehidupan lainnya. b. 'uthanasia pasif 'uthanasia 'uthanasia pasif adalah perbuatan menghentika menghentikan n atau men*abut segala tindakan tindakan atau pengobatan yang perlu untuk mempertahankan hidup manusia, sehingga pasien diperkirakan akan meninggal setelah tindakan pertolongan dihentikan.
1
*. 'uthanasia olunter 'uthanasia )enis ini adalah 7enghentian tindakan pengobatan atau memper*epat kematian atas permintaan sendiri. d. 'uthanasia inolunter 'uthanasia inolunter adalah )enis euthanasia yang dilakukan pada pasien dalam keadaan tidak sadar yang tidak mungkin untuk menyampaikan keinginannya. Dalam hal ini keluarga pasien yang bertanggung )a6ab atas penghentian bantuan pengobatan. 7erbuatan ini sulit dibedakan dengan perbuatan kriminal.
4. Euthanasia Menurut Hukum nd!nesia
Dilihat se*ara yuridis dalam hukum pidana di +ndonesia dikenal $ bentuk eutanasia, yaitu 4 1 'uthanasia yang dilakukan atas permintaan pasien itu sendiri yang disebut dengan euthanasia aktif dimana diatur dalam 7asal :U;7 yang berbunyi 4 <3arang siapa merampas nya6a orang lain atas permintaan orang itu sendiri yang )elas dinyatakan dengan kesungguhan hati dian*am dengan pidana pen)ara paling lama dua belas tahun<. $ 'uthanasia yang dilakukan dengan senga)a melakukan pembiaran terhadap pasien yang disebut dengan euthanasia pasif diatur dalam 7asal % :U;7 yang berbunyi 4 <3arang siapa dengan senga)a menempatkan atau membiarkan seorang dalam keadaan sengsara, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena persetu)uan dia 6a)ib memberi kehidupan, pera6atan atau pemeliharaan kepada orang itu, dian*am dengan pidana pen)ara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah<. ". Pr! dan #!ntra Terkait Euthanasia
Dilihat dari sudut pandang *aring terkait empat prinsip etik = otonomi, non maleficence ( tidak merugikan orang lain, beneficence (memaksimalkan manfaat dan meminimalkan kerugian dan justice (keadilan men)adi topik bahan diskusi. #da yang mendukung, akan tetapi ada )uga yang menolak tindakan euthanasia ini (Toon >uaghebeur, et.al, $%%9. a. 7ro terkait euthanasia Tindakan euthanasia dipandang merupakan bagian dari pera6atan terminal dan tidak bertentangan dalam pera6atan yang komprehensif (3egley, 1998. :arena euthanasia merupakan salah satu tugas dalam memberikan pera6atan. Dibutuhkan ketrampilan dan kesabaran untuk menemani seseorang yang akan meninggal dan
$
memberikan pera6atan yang maksimal, termasuk didalamnya adalah euthanasia (dun*u, $%%. ?arsides (199@ menekankan euthanasia bukanlah tanda dari kegagalan pera6atan, karena euthanasia merupakan bagian dari moral, 6alau alternatif pengobatan yang lain ada. Dan :uhse (1992 berpendapat euthanasia merupakan bentuk pera6atan yang spesialis. b. :ontra terkait euthanasia Untuk yang menolak tindakan euthanasia ini menyatakan dengan tindakan euthanasia akan menghilangkan keper*ayaan publik terhadap profesi. Dengan tindakan euthanasia seperti men*iptakan pandangan yang merubah peran pera6at untuk mera6at dan adokasi (Aimbelman, 199 Bimpson & :o6alski, 199 * !abe, $%%2. ?okus pera6at dalam melakukan asuhan kepera6atan adalah mengobati pasien (mera6at pasien dan tidak termasuk eutanasia. 'uthanasia merupakan tindakan antietik untuk aktifitas kepera6atan dan bukan merupakan bagian dari pandangan pera6at sebagai pengobatChealing (*!abe, $%%2. o6 dan 7ang (1999 )uga menolak tindakan eutanasia. ereka berpandangan euthanasia merupakan hal yang sangat bertolak belakang dengan prinsip dasar pengobatan dan kepera6atan se*ara umum, termasuk pera6atan paliatif. 7rinsip pera6atan paliatif adalah
enurut 7ark ($%1$ terdapat enam langkah efektif yang membantu didalam penyelesaian dan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan etik yaitu 4 a. denti*ikasi Masalah Etik
Bebelum
seorang
pera6at dapat mengidentifikasi masalah etik, seorang
pera6at harus menyadari adanya masalah etik. enyadari masalah etik ini terbentuk dari adanya hubungan yang dekat antara pasien dengan pera6at (Blettebo & 3un*h, $%%. asalah etik yang ter)adi di pera6at karena tidak mampunya memenuhi kebutuhan pasien dan tu)uan yang diharapkan (#hern & !Donald, $%%$ ias*henko, 199 0olf, 1989. 3egitu )uga yang ter)adi di dalam kasus , tentunya
pera6at yang mera6atnya merasakan konflik tersebut. 7era6at akan memperhatikan keinginan pasien dan selalu bersama pasien ("ordedt, 1998. 7era6atan pada pasien terminal berhubungan dengan pendekatan dan masalah pen*apaian tu)uan (:rishnasanamy, 1999. 7engakhiran kehidupan membuat pera6at berada pada situasi etik yang tidak menentu, membuat pera6at berada di u)ung tanduk antara menghormati pasien akan otonominya, memberitahukan diagnose penyakitnya, dan memberikan banyak informasi yang tidak sesuai dengan keinginan pasien (orensen et.al., $%%. Disini pera6at mengalami situasi yang sama ketika mera6at pasien terminal dengan kondisi tidak stabil ('nes & de Fries, $%%, atau seperti ketika pera6at memberikan pera6atan yang tidak adekuat (Borlie et. #l., $%%5. . Mengumpulkan in*!rmasi dalam Pengemangan Pen&elesaian
7era6at mengumpulkan data melalui banyak *ara, dapat melalui pasien, keluarga, atau tenaga kesehatan. Dan dalam mengidentifikasi masalah etik dapat terka)i melalui teknik pera6atan pada pasien, situasi , usia , tingkat perkembangan, tingkat kemampuan dan perhatian terhadap kesehatan. Dan masalah etik akan berbeda tergantung dari area klinik yang ada (Gedman & ?ry, $%%%. :asus pasien mengalami kanker stadium lan)ut yang telah men)alar keseluruh tubuh dan tidak ada kemungkinan untuk sembuh. Behingga perlu perhatian lebih berkaitan dengan pengobatan, pendekatan pada pasien, dan kompetensi tenaga kesehatan yang terlibat didalamnya (!e*i, $%% B*hroeter, 1999. +. Mengemangkan analisa alternati,e dan memandingkan
Didalam mengembangkan alternatie untuk menyelesaikan masalah etik harus diperhatikan hasil yang diterima oleh pasien dan dampak terhadap pera6at itu sendiri. #lternatif yang dipilih berdasarkan tidak ada resiko terhadap pera6at, tidak menimbulkan reaksi yang negatie dari pihak lain (termasuk didalamnya tenaga medis dan administrasi rumah sakit. #lternatif yang dapat diberikan pada pasien disini oleh seorang pera6at dengan memberikan informasi akan euthanasia (;ut*hinson, 199%, atau melalui komunikasi antara pasien, keluarga, tim medis dan lainnya. Dan pera6at disini memberikan informasi berkaitan dengan hal tersebut (Gedman & ?ry, $%%%. #lternatif yang lain dengan mendiskusikan terapi yang diberikan pada pasien dengan dokter yang menangani sehingga didapatkan informasi yang lengkap dan )elas sebelum pasien memutuskan euthanasia (0urba*h, 1999. Tentunya didalam teknik pera6atan )uga harus diperhatikan seperti perhatian, sentuhan, pemberian informasi merupakan hal yang penting didalam pera6atan paliatif terhadap pasien.
d. Memilih alternati*
Diperoleh melalui diskusi dengan teman ker)a, atasan, hal ini akan membantu didalam sensitiitas akan masalah etik yang ada dan penyelesaiannya (?ry et al., $%%$ ;art, ate, !linton & 0indsor, 1998. 7enelitian menun)ukkan permasalahan etik yang sebelumnya membantu didalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan masalah tersebut (orensen et al., $%%. #kan tetapi perlu diperhatikan didalam pengambilan keputusan ada batasan =batasannya seperti struktur organisasi didalam peran, kekuatan hubungan dan hal ini berdampak terhadap keputusan pera6at didalam penyelesaian masalah etik (?alk Gafael, 199@. Dan yang paling berperan didalam penyelesaian masalah etik adalah adanya hubungan interpersonal yang baik antara pasien dan pera6at dan )uga dengan tenaga kesehatan lainnya(3ergum, $%%. ;al ini akan membuat penyelesaian masalah etik men)adi efektif termasuk kedalamnya kasus euthanasia. e. Melaksanakan keputusan
:etika sudah diren*anakan alternatie/alternatif yang ada dibuatlah keputusan untuk menyelesaikan masalah etik. Terkait dengan kasus setelah alternatie diberikan dan pasien yang tetap dengan pendirian dilakukan tindakan euthanasia, maka pera6at harus siap dengan keputusan tersebut. 7era6at tetap melaksanakan pera6atan terminal pada pasien sehingga pada tahap kematian. :onflik perasaan yang ter)adi di dalam diri pera6at harus diatasi. 7erasaan bersalah, takut, menyesal disingkirkan setelah keputusan tersebut dibuat. *. Menge,aluasi
Dalam tahap ealuasi perlu dilihat kembali apakah hasil yang didapatkan sesuai dengan keinginan pasien, adanya konflik baru diantara pera6at atau tenaga kesehatan lain. Dalam kenyataan ketika memenuhi ke6a)iban untuk mera6at pasien dalam menyelesaikan masalah etik sering menyebabkan menurunnya kualitas ker)a yang efektif antara pera6at itu sendiri dan )uga berdampak terhadap struktur organisasi. 7erlu diealuasi )uga alasan moral yang terbentuk didalam mengambil keputusan dan *ara ker)a pera6at dalam mengatasi masalah etik. Behingga didapatkan kualitas personal, pendidikan, pengalaman dan lingkungan ker)a yang berkualitas. Dalam kasus euthanasia ini tentunya pera6at mendapat pengalaman untuk melakukan pera6atan pada pasien yang memutuskan tindakan euthanasia. Tindakan ini tidak hanya melibatkan diri perorangan pera6at tetapi )uga struktur organisasi di rumah sakit tersebut. Behingga dari pengalaman ini didapatkan ealuasi yang obyektif
5
didalam menilai pelayanan yang diberikan selama ini sehingga didapatkan kualitas pelayanan pada masa berikutnya. . Pandangan Terhadap %!lusi &ang Dia'ukan erdasarkan /ilai #e&akinan dan uda&a a) Dalam 0'aran slam
Dalam +slam mengakui hak seseorang untuk hidup dan mati, namun hak tersebut merupakan anugerah #llah kepada manusia. ;anya #llah yang dapat menentukan kapan seseorang lahir dan kapan ia mati (>B $$4@@ $4$. leh karena itu, bunuh diri diharamkan dalam hukum +slam meskipun tidak ada teks dalam #l >uran ataupun ;adis yang se*ara eksplisit melarang bunuh diri. Dengan demikian, ada sebuah ayat yang menyatakan hal tersebut, HDan belan)akanlah (hartamu di )alan #llah, dan )anganlah kamu men)atuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya #llah menyukai orang/orang yang berbuat baik<. (>B $4195, dan dalam ayat lain disebutkan HIanganlah engkau membunuh dirimu sendiri,< (>B $9, yang makna langsungnya adalah HIanganlah kamu saling berbunuhan<. Dengan demikian seorang uslim (Dokter yang membunuh seorang uslim lainnya (pasien disetarakan dengan membunuh dirinya sendiri. 'uthanasia dalam a)aran +slam disebut Jatl ar/rahmah atau taisir al/maut (euthanasia, yaitu suatu tindakan memudahkan kematian seseorang dengan senga)a tanpa merasakan sakit, karena kasih sayang, dengan tu)uan meringankan penderitaan si sakit, baik dengan *ara positif maupun negatif. 7ada konferensi pertama tentang kedokteran +slam di :u6ait 1981, dinyatakan bah6a tidak ada suatu alasan yang membenarkan dilakukannya euthanasia ataupun pembunuhan berdasarkan belas kasihan (mer*y killing dalam apapun )uga. ) Dalam a'aran Pr!testan Eere)a 7rotestan terdiri dari berbagai denominasi yang mana memiliki pendekatan yang berbeda/beda dalam pandangannya terhadap euthanasia dan orang/orang yang membantu pelaksanaan euthanasia. 3eberapa pandangan dari berbagai dominasi tersebut misalnya 4 Eere)a ethodis (United ethodist !ur*h dalam buku a)arannya menyatakan bah6a 4
@
atau dibatalkan dan membiarkan kematian ter)adi. Beorang kristiani per*aya bah6a mereka berada dalam suatu posisi yang unik untuk melepaskan pemberian kehidupan dari Tuhan karena mereka per*aya bah6a kematian tubuh adalah merupakan suatu a6al per)alanan menu)u kehidupan yang lebih baik. Be)ak a6al, *ara pandang yang dilakukan kaum :ristiani dalam menanggapi masalah Hbunuh diri< dan Hpembunuhan berdasarkan belas kasihan (mer*y killing< adalah dari sudut Kkekudusan kehidupan< sebagai suatu pemberian Tuhan. engakhiri hidup dengan alasan apapun )uga adalah bertentangan dengan maksud dan tu)uan pemberian tersebut. . #esimpulan Dari pembahasan yang ada dapat disimpulkan pentingnya pera6atan se*ara umum, dan
pera6atan paliatif sebagai bagian didalamnya euthanasia. Dan didalam pera6atan perlu diperhatikan kode etik sehingga didapatkan area yang )elas se*ara professional antara asuhan kepera6atan dan euthanasia itu sendiri. Bemua agama tidak memperbolehkan tindakan euthanasia karena tuhan memberikan kita sebuah karunia untuk hidup. Behingga pergunakanlah karunia itu dengan sebaik/baiknya hingga hanya Tuhan yang mengambil karunia dari diri kita.
!ontoh :asus Tn. ! berusia % tahun. Beeorang yang menginginkan untuk dapat mengakhiri hidupnya (emilih untuk mati. Tn. ! mengalami kebutaan,diabetes yang parah dan men)alani dialisis. :etika Tn. ! mengalami henti )antung, dilakukan resusitasi untuk mempertahankan hidupnya. ;al ini dilakukan oleh pihak rumah sakit karena sesuai dengan prosedur dan kebi)akan dalam penanganan pasien di rumah sakit tersebut. 7eraturan rumah sakit menyatakan bah6a kehidupan harus disokong. "amun keluarga menuntut atas tindakan yang dilakukan oleh rumah sakit tersebut untuk kepentingan hak meninggal klien. Baat ini klien mengalami koma. Gumah sakit akhirnya menyerahkan kepada pengadilan untuk kasus hak meninggal klien tersebut.
2
Tiga orang pera6at mendiskusikan ke)adian tersebut dengan memperhatikan antara keinginanChak meninggal Tn. ! dengan moral dan tugas legal untuk mempertahankan kehidupan setiap pasien yang diterapkan dirumah sakit. 7era6at # mendukung dan menghormati keputusan Tn.! yang memilih untuk mati. 7era6at 3 menyatakan bah6a semua anggotaCstaf yang berada dirumah sakit tidak mempunyai hak men)adi seorang pembunuh. 7era6at ! mengatakan bah6a yang berhak untuk memutuskan adalah dokter. #pa yang harus dilakukan pera6at yang benar dan apa landasan moralnyaL
7eme*ahan kasus 1. engidentifikasi dan mengembangkan data dasar engidentifikasi dan mengembangkan data dasar yang terkait dengan kasus eutanasia meliputi orang yang terlibat klien, keluarga klien, dokter, dan tiga orang pera6at dengan pendapat yang berbeda yaitu pera6at #, 3 dan !. Tindakan yang diusulkan yaitu pera6at # mendukung keputusan tuan ! memilih untuk mati dengan maksud mengurangi penderitaan tuan !, pera6at 3 tidak menyetu)ui untuk melakukan eutanasia karena tidak sesui dengan kebi)akan rumah sakit. Dan pera6at ! mengatakan yang berhak memutuskan adalah dokter.
$. engidentifikasi mun*ulnya konflik 7enderitaan tuan ! dengan kebutaan akibat diabetik, men)alani dialisis dan dalam kondisi koma menyebabkan keluarga )uga menyetu)ui permintaan tuan ! untuk dilakukan tindakan eutanasia. :onflik yang ter)adi adalah pertama, eutanasia akan melanggar peraturan rumah sakit yang menyatakan kehidupan harus disokong, kedua apabila tidak memenuhi keinginan klien maka akan melanggar hak/hak klien dalam menentukan kehidupannya, ketiga adanya perbedaan pendapat antara pera6at #, 3 dan !. . enentukan tindakan alternatif yang diren*anakan
8
#dapun tindakan alternatif yang diren*anakan dari konsekuensi tindakan eutanasia adalah 4 a. Betu)u dengan pera6at # untuk mendukung hak otonomi tuan ! tetapi hal inipun harus dipertimbangkan se*ara *ermat konsekuensinya, sebab dokter dan pera6at tidak berhak men)adi pembunuh meskipun klien memintanya. :onsekuensi dari tindakan ini4 hak klien terpenuhi, memper*epat kematian klien, keinginan keluarga terpenuhi dan berkurangnya beban keluarga. "amun pihak rumah sakit men)adi tidak konsisten terhadap peraturan yang telah dibuat. b. Betu)u dengan pera6at 3 karena sesuai dengan prinsip moral aoiding killing. :onsekuensi dari tindakan ini4 klien tetap menderita dan ke*e6a, klien dan keluarga akan menuntut rumah sakit, serta beban keluarga terutama biaya pera6atan meningkat. Dengan demikian rumah sakit konsisten dengan peraturan yang telah dibuat *. Betu)u dengan pera6at ! yang menyerahkan keputusannya pada tim medis atau dokter. "amun konsekuensinya pera6at tidak bertanggung )a6ab dari tugasnya. Belain itu dokter )uga merupakan staf rumah sakit yang tidak berhak memutuskan kematian klien. . enentukan siapa pengambil keputusan yang tepat 7ada kasus tuan !, yang dapat membuat keputusan adalah mana)emen rumah sakit dan keluarga. Gumah sakit harus men)elaskan seluruh konsekuensi dari pilihan yang diambil keluarga untuk dapat dipertimbangkan oleh keluarga. Tugas pera6at adalah tetap memberikan asuhan kepera6atan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar klien. 5. en)elaskan ke6a)iban pera6at :e6a)iban pera6at seperti yang dialami oleh tuan ! adalah tetap menerapkan asuhan kepera6atan sebagai berikut4 memenuhi kebutuhan dasar klien sesuai harkat
9
dan martabatnya sebagai manusia, mengupayakan suport sistem yang optimal bagi klien seperti keluarga, teman terdekat, dan peer group. Belain itu pera6at tetap harus menginformasikan setiap perkembangan dan tindakan yang dilakukan sesuai dengan ke6enangan pera6at. 7era6at tetap mengkomunikasikan kondisi klien dengan tim kesehatan yang terlibat dalam pera6atan klien Tuan !. @. engambil keputusan yang tepat 7engambilan keputusan pada kasus ini memiliki resiko dan konsekuensinya kepada klien. 7era6at dan dokter perlu mempertimbangkan pendekatan yang paling tepat dan menguntungkan untuk klien. "amun sebelum keputusan tersebut diambil perlu diupayakan alternatif tindakan yaitu mera6at klien sesuai dengan ke6enangan dan ke6a)iban pera6at. Iika tindakan alternatif ini tidak efektif maka melaksanakan keputusan yang telah diputuskan oleh pihak mana)emen rumah sakit bersama keluarga klien (informed consent .
1%