MAKALAH PRAKTIKUM
MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESEJAHTERAAN TERNAK
Dosis
Oleh :
Kelas : D
Kelompok : VI (Enam)
Lia Veronica 200110120147
Alfi Fauziah 200110120189
Angga Yana 200110120199
Gugun Ahmad Gunawan 200110120206
Andira Bram Falatansa 200110120213
Hendri Wijaya 200110120224
Rizka Diannika S 200110120226
LABORATORIUM PRODUKSI TERNAK UNGGAS
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2014
I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan pada manusia atau hewan. Ternak atau hewan yang sakit tentu saja harus diberi obat serta dosis yang tepat.
Sebagai mahasiswa peternakan, penting untuk mengetahui pengukuran atau penakaran dosis terhadap ternak atau hewan. Oleh karena itu harus selalu memperhatikan bagaimana obat itu bekerja, dosis yang harus dikonsumsi, efek dari pemakaian obat tersebut, dan keadaan dari obat itu sendiri apakah masih dalam keadaan baik atau sudah tidak layak untuk digunakan. Sehingga akan terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan sepertihalnya over dosis, atau malah menimbulkan kekebalan bagi penyakit yang diderita atau bahkan dapat menimbulkan kematian bila salah dalam mengkonsumsi obat.
Berkaitan dengan betapa pentingnya hal tersebut, maka disusunlah makalah praktikum manajemen kesehatan dan kesejahteraan mengenai dosis obat ini. Dalam makalah ini dibahas mengenai definisi dosis, macam-macam dosis, pehitungan dosis, serta faktor-faktor yang mempengaruhi dosis obat.
Identifikasi Masalah
Dari uraian sebelumnya, maka dapat di rumuskan permasalahan sebagai berikut :
Apa yang dimaksud dengan dosis.
Apa saja macam-macam dosis.
Bagaimana cara menghitung dosis suatu obat hewan.
Faktor apa yang mempengaruhi dosis obat.
Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah praktikum Manajemen Kesehatan dan Kesejahteraan Ternak mengenai Dosis ini adalah mahasiswa diharapkan :
Memahami pengertian dari dosis obat.
Mengetahui macam-macam dosis.
Memahami cara menghitung dosis suatu obat hewan.
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dosis obat.
II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Dosis
Dosis adalah jumlah atau takaran obat yang diberikan kepada pasien dalam satuan berat, isi (volume) atau unit. Dosis obat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi efek farmakologi obat (Jas, 2009).
Ada pula beberapa istilah yang berhubungan dengan dosis:
(Mutscler, 1991)
2.2. Macam-macam Dosis
Macam-macam dosis menurut Adlan S., (2010), yaitu :
Dosis minimal: dosis yang paling kecil yang masih memberiakan efek terapeutik.
Dosis maksiamal: dosis yang tertinggi yang masih dapat diberikan tanpa efek toksis
Dosis permulaan: dosis yang diberkan pada permulaan menggunaan obat untuk mencapai kadar tertentu dalam darah.
Dosis pemeliharaan: dosis untuk menjaga agar penyakitnya tidak kambuh lagi.
Dosis terapeutik (dosis lazim, dosis medicinalis): dosis optimal atau yang paling baik.
Dosis toksik: penggunaan obat melibihi dosis maksimal.
Dosis letalis: dosis yang menimbulkan kematian.
Dosis ganda: pemberiaan dosis tunggal yang berulang mengakibatkan akumulasi obat dalam tubuh, supaya MEC ( minimal effect concentration ) tercapai.
Adapun macam-macam dosis obat menurut Dewi (2010), yaitu :
Dosis toksik, yaitu dosis yang menimbulkan gejala keracunan.
Dosis minimal, yaitu dosis yang paling kecil yang masih mempunyai efek terapeutik.
Dosis maksimal,yaitu dosis terbesar yang mempunyai efek terapeutik, tanpa gejala/ efek toksik.
Dosis terapeutik, yaitu dosis diantara dosis minimal dan maksimal yang dapat memberikan efek menyembuhkan/terapeutik. Dosis ini dipengaruhi oleh Umur, Berat badan, jenis kelamin, waktu pemberian obat, cara pemberian obat.
2.3. Perhitungan Dosis Obat Hewan
Bahan obat adalah zat aktif yang dapat berfungsi untuk mencegah, meringankan, menyembuhkan atau mengenali penyakit. Obat adalah bentuk-bentuk sediaan tertentu dari bahan obat yang digunakan pada hewan dan manusia. (Mutschler, 1999). Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia. (Nugroho, 2012)
Perhitungan dosis hewan umumnya didasarkan pada bobot atau luas pemukaan tubuh (BSA) hewan tersebut. Meskipun metode perhitungan dosis semacam ini sama untuk pasien manusia maupun pasien hewan, terdapat perbedaan mendasar dalam kadar dosis obat dan dalam perhitungan BSA. (Ansel, 2006)
Dosis obat yang harus diberikan pada pasien untuk menghasilkan efek yang dihadirkan tergantung dari banyak faktor, antara lain usia, bobot badan, kelamin, besarnya permukaan badan, beratnya penyakit, dan keadaan daya tangkis penderita.
Takaran pemakaian yang dimuat dalam Farmakope Indonesia dan farmakope negara-negara lain hanya dimaksudkan sebagai pedoman saja. Begitu pula dosis maksimal (MD), yang bila dilampaui dapat mengakibatkan efek toksis, bukan merupakan batas yang harus mutlak ditaati. Dosis maksimal dari banyak obat dimuat di semua farmakope, tetapi kebiasaan ini sudah ditinggalkan oleh Farmakope Eropa dan negara-negara barat, karena kurang adanya kepastian mengenai ketepatannya, antara lain berhubung dengan variasi biologi dan faktor-faktor tersebut di atas. Sebagai gantinya, kini digunakan dosis lazim, yaitu dosis rata-rata yang biasanya (lazim) memberikan efek yang diinginkan. (Tjay & Rahardja, 2002)
Rumus Sediaan Obat
Menghitung sediaan padat (kapsul dan tablet)
Dosis yang diperlukan
x 1 tablet
Dosis yang tersedia
Jumlah yang diperlukan =
2) Menghitung sediaan cair (mixture dan preparat suntik)
Dosis yang diperlukan
Volume = ------------------------- x volume obat yang tersedia
Dosis yang tersedia
3) Menghitung sediaan obat luar (antiseptika)
Kekuatan diperlukan
Volume = ---------------------------- x jumlah diperlukan
Kekuatan yang tersedia
4) Menghitung volume secara umum
BB x dosis
Volume = ------------------
Konsentrasi
Keterangan :
BB = Berat badan (kg)
Dosis (mg/kg BB)
V = volume (ml)
Konsentrasi (1%= 10mg/ml =1gr/100ml)
III
PEMBAHASAN
3.1. Pengertian Dosis dan Macam-macam Dosis
Dosis obat yaitu jumlah obat yg diberikan kepada penderita dalam satuan berat (gram, miligram, mikrogram) atau satuan isi (mililiter, liter) atau unit-unit lainnya (unit internasianal). Dalam ilmu farmasi, dosis adalah takaran obat yang menimbulkan efek farmakologi (khasiat) yang tepat dan aman bila dikonsumsi oleh pasien.
Adapun macam-macam dosis, antara lain dosis lazim, dosis terapi, dosis minimum, dosis maksimum, dosis toksik, dan dosis letal (dosis letal50 dan dosis letal100) :
Dosis lazim, adalah dosis yang diberikan berdasarkan petunjuk umum pengobatan yang biasa digunakan, referensinya bisa berbeda-beda, dan sifatnya tidak mengikat, selagi ukuran dosisnya diantara dosis maksimum dan dosis minimum obat.
Dosis terapi, adalah dosis yang diberikan dalam keadaan biasa dan dapat menyembuhkan pasien.
Dosis minimum, adalah takaran dosis terendah yang masih dapat memberikan efek farmakologis (khasiat) kepada pasien apabila dikonsumsi.
Dosis maksimum, adalah takaran dosis tertinggi yang masih boleh diberikan kepada pasien dan tidak menimbulkan keracunan.
Dosis toksik adalah takaran dosis yang apabila diberikan dalam keadaan biasa dapat menimbulkan keracunan pada pasien. (takaran melebihi dosis maksimum)
Dosis letalis adalah takaran obat yang apabila diberikan dalam keadaan biasa dapat menimbulkan kematian pada pasien, dosis letal dibagi menjadi :
Dosis letal50 : takaran dosis yang bisa menyebabkan kematian 50% hewan percobaan
Dosis letal100 : takaran dosis yang bisa menyebabkan kematian 100% hewan percobaan
3.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dosis
Umur
Umur pasien merupakan suatu pertimbangan yang penting untuk menentukan dosis obat, khususnya anak-anak dan orang lanjut usia (>65 tahun). Anak-anak bukan dewasa kecil dimana adanya perbedaan dalam kemampuan farmakokinetik dan farmakodinamik obat, sehingga harus diperhitungkan dosis obat yang diberikan. Factor-faktor yang harus diperhatikan : total body water, protein plasma, fungsi ginjal dan hati. Sebagai contoh chloramfenikol dimetabolisme oleh enzim glukoronidase yang ada di hati dimana pada bayi enzim tersebut belum lengkap sehingga timbul akumulasi khloramfenikol menimbulkan grey sindrom.
Pada orang usia lanjut kebanyakan fungsi fisiologisnya mulai berkurang seperti proses metaboliknya lebih lambat, laju filtrasi glomerulus berkurang, kepekaan/respon reseptor (factor farmakodinamik) terhadap obat berubah, kesalahan minum obat lebih kurang 60 % karena penglihatan, pendengaran telah berkurang dan pelupa, efek samping obat 2-3 kali lebih banyak dari dewasa, maka dosis obat perlu diturunkan.
Berat badan
Pasien obesitas mempunyai akumulasi jaringan lemak yang lebih besar, dimana jaringan lemak mempunyai proporsi air yang lebih kecil dibandingkan dengan jaringan otot. Jadi pasien obese mempunyai proporsi cairan tubuh terhadap berat badan yang lebih kecil daripada pasien dengan berat badan normal, sehingga mempengaruhi volume distribusi obat
Jenis kelamin
Wanita dianggap lebih sensitive terhadap pengaruh obat dibandingkan pria. Pemberian obat pada wanita hamil juga harus mempertimbangkan terdistribusinya obat ke janin seperti pada obat-obat anestesi, antibiotic, barbiturate, narkotik, dan sebagainya yang dapat menyebabkan kematian janin atau kerusakan congenital
Status patologi
Kondisi patologi seperti pasien dengan fungsi ginjal & hati yang rusak/ terganggu akan menyebabkan proses metabolisme obat yang tidak sempurna. Sebagai contoh pemberian tetrasiklin pada keadaan ginjal/hati rusak akan menyebabkan terakumulasinya tetrasiklin dan terjadi kerusakan hati. Maka harus dipertimbangkan dosis obat yang lebih rendah dan frekuensi obat diperpanjang
Toleransi
Efek toleransi obat yaitu obat yang dosisnya harus diperbesar untuk menjaga respon terapi tertentu. Toleransi ini biasanya terjadi pada pemakaian obat-obatan seperti antihistamin, barbiturate & anagetik narkotik.
Bentuk sediaan dan cara pemakaian
Dosis obat dapat berbeda-beda tergantung pada bentuk sediaan yang digunakan dan cara pemakaian. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kecepatan dan luasnya absorpsi obat. Seperti bentuk sediaan tablet memerlukan proses desintegrasi dan disolusi lebih dahulu sebelum diabsorpsi sehingga dosisnya lebih besar dibandingkan bentuk sediaan larutan. Cara pemberian obat juga akan mempengaruhi proses farmakokinetik.
Waktu pemakaian
Waktu ketika obat itu dipakai kadang-kadang mempengaruhi dosisnya. Hal ini terutama pada pemberian obat melalui oral dalam hubungannya dengan kemampuan absorpsi obat oleh saluran cerna dengan adanya makanan. Ada beberapa obat yang efektif bila dipakai sebelum makan atau sesudah makan. Untuk obat-obat yang mengiritasi lambung & saluran cerna lebih baik dipakai segera sesudah makan.
Pemakaian bersama obat lain (interaksi obat)
Obat-obat yang diberikan secara bersamaan akan terjadi interaksi obat secara fisika dan kimiawi yang dapat berupa efek yang diinginkan atau efek yang menganggu. Missal interaksi tetrasiklin dengan logam-logam kalsium, magnesium & aluminium (logam ini terdapat pada antasida atau produk susu keju), pemakaian secara bersamaan harus dihindari atau dengan cara mengatur jadwal pemberian, karena tetrasiklin membentuk kompleks dengan logam tersebut yang sukar diabsorpsi oleh saluran cerna
IV
KESIMPULAN
Dosis obat yaitu jumlah obat yg diberikan kepada penderita dalam satuan berat (gram, miligram, mikrogram) atau satuan isi (mililiter, liter) atau unit-unit lainnya (unit internasianal).
Sejumlah obat yang memberikan efek terapeutik pada penderita dewasa (disebut juga dosis lazim atau dosis terapeutik). Bila dosis obat yang diberikan melebihi dosis terapetik dinyatakan sebagai dosis toksik, dosis toksik yang dapat menimbulkan kematian disebut dosis letal. Dosis maksimum yaitu dosis tertinggi yang relatif masih aman diberikan kepada penderita.
Perhitungan dosis obat didasarkan pada rumus sediaan obatnya, dapat berupa sediaan padat (kapsul), cair, dan lain-lain.
Faktor-faktor yang mempengaruhi dosis ialah usia, bobot badan, luas permukaan badan, jenis kelamin, beratnya penyakit, dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Adlan S., Sholahuddin. 2010. Tingkat Ketaatan Masyarakat terhadap Resep Dokter dalam Menggunakan Obat. FK USU, Medan.
Ansel, H.C., Prince, S.J. 2006. Kalkulasi Farmasetik. EGC, Jakarta.
Dewi, Pastria Sandra. 2010. Konsep Dasar Pemberian Obat. http://www.scribd.com/doc/47413708 Diakses pada 02 April 15.00 WIB.
Jas, Admar, 2009. Perihal Resep & Dosis. USU press, 1-3; 7-10, Medan.
Mutschler, Ernst.1991. Dinamika Obat. Penerbit ITB, Bandung.
Tjay, T. H. dan Rahardja, K.2002. Obat-Obat Penting. Penerbit PT Elex Media Computindo, Jakarta.
Nugroho, E.A. Prinsip Aksi & Nasib Obat Dalam Tubuh. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.