MAKALAH
DIFUSI, OSMOSIS DAN IMBIBISI
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fisiologi Tumbuhan
Disusun Oleh:
KELOMPOK II (5A)
"Shelda Shibror Ridho I. "201510070311013 "
"Aminatuz Zahroh "201510070311018 "
"Enies Nabila Fithri Tiara "201510070311038 "
"Sari " "
PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat,
taufiq, serta hidayahnya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan
Makalah yang berjudul "Difusi, Osmosis dan Imbibisi" dengan tepat
waktu.
Shalawat dan salam selalu penulis sampaikan kepada Nabi kita,
Muhammad SAW, yang telah memberikan petunjuk hingga akhir zaman untuk
kita umatnya. Dalam penyusunan makalah ini tentu penulis mengalami
masalah, namun itu semua dapat teratasi dengan berbagai dukungan dan
bimbingan dari pihak lain. Untuk itu penulis mengucapkan terima
kasih, kepada:
1. Drs. Samsun Hadi, selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Fisiologi
Tumbuhan.
2. Semua teman-teman Kelas 5A yang selalu memberikan saran dan
kritik dalam penyusunan makalah ini.
3. Kedua Orang Tua yang telah membantu baik dalam moril maupun
materi. Demikian penyusunan dari makalah ini, Penulis menyadari
bahwa dalam
menyusun makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
khususnya dari Dosen Mata Kuliah Fisiologi Tumbuhan guna menjadi
acuan bekal pengalaman bagi Penulis untuk lebih baik lagi di masa
yang akan datang, demi kesempurnaan dari makalah ini. Penulis
berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya
dan bagi pembaca pada umumnya.
Malang, Januari 2018
Penulis
ii
" " "DAFTAR ISI " "
"HALAMAN SAMPUL "i"
"..........................................................." "
"............................. " "
"KATA PENGANTAR "i"
"..........................................................."i"
".............................. " "
"DAFTAR ISI "i"
"..........................................................."i"
"............................................. "i"
"BAB I PENDAHULUAN "1"
"..........................................................." "
"......................... " "
"1.1 "Latar Belakang "1"
" "......................................................" "
" ".................................... " "
"1.2 "Tujuan "1"
" "......................................................" "
" ".................................................. " "
"BAB II PEMBAHASAN "2"
"..........................................................." "
".......................... " "
"2.1 "Difusi "2"
" "......................................................" "
" "................................................... " "
" "2.1"Pengertian "2"
" ".1 "................................................." "
" " "........................................ " "
" "2.1"Gerakan Difusi "3"
" ".2 "................................................." "
" " "................................ " "
" "2.1"Macam-macam Difusi "4"
" ".3 "................................................." "
" " "..................... " "
" "2.1"Faktor-faktor yang Mempengaruhi Difusi "5"
" ".4 "....................................... " "
"2.2 "Osmosis "5"
" "......................................................" "
" "............................................... " "
" "2.2"Pengertian "5"
" ".1 "................................................." "
" " "........................................ " "
" "2.2"Macam-macam Sifat Membran "6"
" ".2 "................................................." "
" " "....... " "
" "2.2"Faktor-faktor yang mempengaruhi Osmosis "8"
" ".3 ".................................... " "
" "2.2"Sel sebagai Sistem Osmotik "8"
" ".4 "................................................." "
" " "............ " "
" "2.2"Peranan Osmosis dalam Tumbuhan "9"
" ".5 "................................................." "
"2.3 "Imbibisi "9"
" "......................................................" "
" "................................................ " "
" "2.3"Pengertian "9"
" ".1 "................................................." "
" " "........................................ " "
" "2.3"Hubungan antara Imbibisi, Tekanan Osmosis dan "1"
" ".2 "Turgor ............... "1"
" "2.3"Faktor-faktor yang mempengaruhi "1"
" ".3 "................................................."1"
" " ".. " "
"BAB III PENUTUP "1"
"..........................................................."3"
".................................. " "
"3.1 "Kesimpulan "1"
" "......................................................"3"
" "......................................... " "
"DAFTAR PUSTAKA "1"
"..........................................................."4"
"............................... " "
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mempelajari dunia kehidupan tidak terlepas dari pengetahuan
tentang hierarki biologi. Dalam pengetahuan biologi, sel merupakan
unit terkecil yang dapat melakukan aktivitas kehidupan. Selain itu,
dalam organisme terdapat alat transpor yang mampu mengatur organisme
lainnya. Sehingga membran sel tersusun atas senyawa fosfolipid
bilayer. Oleh karena itu, sel mampu melakukan transpor zat. Hal ini
sangat dibutuhkan oleh tumbuhan agar mereka dapat mendistribusikan
energi yang mereka dapatkan dari alam.
Metabolisme pada organisme multiselluler mencakup beberapa hal,
antara lain transport zat hara dan transport ion. Sistem transport
pada hewan yaitu sistem sirkulasi. Pada sistem sirkulasi, aliran
materi terjadi karena adanya daya dorong dari organ pemompa. Sedang
sistem transport pada tumbuhan yaitu sistem vaskuler, pada sistem ini
aliran senyawa berlangsung mengikuti atau melawan padatan (gradient)
konsentrasi.
Untuk kelangsungan hidupnya tumbuhan memerlukan beberapa zat.
Zat yang diperlukan tumbuhan diambil dari lingkungan sebagian besar
berupa: O2 dan CO2 dari udara diambil melalui daun; air dan mineral
dari dalam tanah diambil melalui ujung akar dan bulu-bulu akar. Bagi
tumbuhan tingkat rendah, pengambilan zat-zat dapat dilakukan oleh
permxkaan tubuhnya. Kemampuan tumbuhan mengambil zat-zat dari
lingkungan dilakukan dengan cara difusi, osmosis dan transpor aktif.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalaha untuk menjelaskan
mengenai difusi dan osmosis beserta hal-hal yang berhubungan dengan
difusi, osmosis dan imbibisi.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Difusi
2.1.1 Pengertian
Molekul dalam gas bergerak secara acak. Mereka bergerak dengan
bebas, bertabrakan satu sama lain dan, pada akhirnya, mengisi ruang
yang tersedia. Penyebaran ini disebut difusi. Difusi terjadi bila ada
konsentrasi molekul yang tinggi di satu tempat dan konsentrasi yang
lebih rendah di tempat lain. Perbedaan konsentrasi ini dikenal
sebagai gradien konsentrasi. Molekul bergerak dari daerah yang
konsentrasi tinggi ke tempat konsentrasi rendah, yaitu turunan
gradien konsentrasi. Gerak molekul menyebabkan mereka menyebar secara
merata, mencampur sampai konsentrasi di sepanjang ruang yang tersedia
sama. Setelah ini terjadi tidak ada gradien konsentrasi. Difusi
terjadi dengan cara yang sama pada cairan, namun lebih lambat
(Fosbery, 1996).
Difusi adalah salah satu cara di mana molekul bergerak masuk dan
keluar dari sel. Molekul memindahkan gradien konsentrasi mereka
melintasi membran sel. Ini tidak mengharuskan sel untuk menggunakan
energi ke pergerakan molekul melalui membran sel dengan difusi
bersifat pasif. Difusi dibuat lebih efisien dengan:
2
a) Memiliki jarak dekat agar molekul menyebar
b) Mempertahankan gradien konsentrasi yang curam
c) Meningkatkan luas permukaan dimana difusi terjadi (Fosbery,
1996).
2.1.2 Gerakan Difusi
Diagram ini menunjukkan penampang selaput.
Molekul besar berdifusi melalui saluran khusus yang terbuat dari
protein. Semua sel dikelilingi oleh selaput sel. Membran sangat
tipis dan
membentuk batas antara sel dan sekitarnya. Sel permukaan membran
mengontrol pergerakan molekul masuk dan keluar sel. Mereka sebagian
permeabel hanya memungkinkan molekul kecil seperti oksigen, karbon
dioksida dan air melewati molekul yang sangat mudah tetapi tidak
lebih besar. Selaput permukaan sel memiliki saluran atau pori-pori
untuk mengambil molekul besar. Sel tumbuhan memiliki dinding sel
selain selaput sel. Dinding sel sepenuhnya permeabel terhadap air dan
semua zat terlarut. Mereka bukan penghalang bagi molekul besar
(Fosbery, 1996).
Banyak zat yang berdifusi dalam tubuh zat-zat terlarut lemak,
ion-ion kecil, dan gas. ifusi terjadi cepat pada jarak pendek tetapi
sangaht lambat jika melalui jarak jauh, hal ini mungkin menjelaskan
mengapa sel berukuran sangat kecil. Difusi berjalan lebih cepat dalam
gas daripada cairan (James, 2006).
Difusi adalah proses yang memberikan sebagian besar nutrisi pada
akar tanaman. Ini adalah pergerakan molekul atau ion sepanjang
gradien konsentrasi. Serapan hara dan mineralisasi memberikan
kekuatan pendorong untuk difusi ke permukaan akar dengan mengurangi
konsentrat nutrisi pada permukaan akar
3
(serapan) yang meningkatkan konsentrasi di tempat lain di dalam tanah
(mineralisasi). Mineralisasi dan masukan lainnya ke genangan nutrisi
terlarut adalah kontrol utama atas jumlah nutrisi yang tersedia untuk
menyebar ke permukaan akar (Chapin, 2002).
Setiap akar menyerap menciptakan kulit difusi, atau silinder
tanah yang habis dalam nutrisi yang diserap oleh akar. Kerusakan
difusi ini merupakan zona tanah yang secara langsung dipengaruhi oleh
serapan tanaman. Akar mengakses volume tanah yang relatif besar untuk
ion-ion yang berdifusi dengan cepat (Chapin, 2002).
Difusi ion terhadap akar tanaman terjadi sebagai respons
terhadap gradien konsentrasi yang terbentuk oleh serapan ion ke akar
tanaman. Difusi dapat terjadi baik melalui larutan tanah atau melalui
migrasi permukaan ion. Difusi melalui larutan tanah di pori-pori yang
mengandung air, tentu saja, beberapa perintah lebih cepat. Untuk
semua tujuan praktis, ion berdifusi paling baik hanya beberapa
sentimeter selama musim tanam; Namun, untuk ion yang teradsorbsi,
seperti berbagai kation yang teradsorbsi pada permukaan tanah liat
atau senyawa P yang diendapkan, difusi dari permukaan ini ke akar
tanaman adalah proses utama dimana ins tersebut dibuat tersedia
secara posisi untuk tanaman. Akibatnya, kerapatan akar tanaman yang
lebih besar meningkatkan kuantitas ion yang teradsorbsi atau
presipitasi yang tersedia untuk serapan tanaman. Defisit air akan
mengurangi tingkat kesulitan dua mekanisme: 1. mengurangi volume
larutan dan mobilitas ion dan 2. mengurangi pertumbuhan akar tanaman
dan kontak akar dengan ion-ion ini.
2.1.3 Macam-macam Difusi
Ada 2 macam-macam, yaitu :
1) Difusi Sederhana
Terjadinya gerakan molekul zat dari konsentrasi tinggi
(hipertonis)
menuju konsentrasi yang lebih rendah (hipotonis)
Contoh :
4
a. Transportasi pada membrane plasma, yaitu pengangkutan asam
lemak dan gliserol melalui lapisan lemak/lipida.
b. Penyerapan gas dan ion-ion seperti kation Fe3+, Mg2+ dan
anion NO2, PO4-
2) Difusi Terfasailitasi/Dipermudah
Difusi terfasilitasi yaitu difusi yang dibantu oleh protein
transport yang memiliki berbagai enzim. Juga dapat diartikan
sebagai transor air melalui membrane, yaitu pengangkutan zat
terlarut dalam air melalui membran plasma. Contoh pada hewan,
masuknya glukosa dari pembuluh darah ke sel hati dipermudahkan
oleh enzim dan hormone insulin (Maniam, 2006).
2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Difusi
Ada beberapa factor yang mempengaruhi difusi, diantaranya suhu
dan zat yang berdifusi. Dengan naiknya suhu, energy kinetic yang
dimiliki oleh suatu zat menjadi lebih tinggi sehingga pergerakan
molekul zat menjadi lebih cepat (Ferdinand, 2008).
Zat yang memiliki berat molekul kecil akan lebih cepat berdifusi
dibandingkan dengan berat molekul besar. Oleh karena itu, zat yang
paling berdifusi adalah gas. Cairan relative lebih lambat berdifusi
dibandingkan dengan gas. Tidak seluruh molekul dapat berdifusi masuk
ke dalam sel. Pada prinsipnya, pada difusi membran sel bersifat
pasif. Membran sel tidak mengeluarkan energy untuk memindahkan
molekul ke luar maupun ke dalam sel (Ferdinand, 2008).
2.2 Osmosis
2.2.1 Pengertian
Osmosis adalah bergeraknya molekul air melalui membran
semipermiabel (selektif permiabel) dari larutan berkadar rendah
menuju larutan berkadar tinggi hingga kadarnya sama. Seluruh membran
sel dan kapiler permeabel terhadap air, sehingga tekanan osmotik
cairan tubuh diseluruh bagian tubuh sama (Anthara dan
5
Suartha, 2011). Sedangkan menurut Sudjadi, (dalam Arlita, dkk. 2013),
osmosis merupakan proses perpindahan molekul-molekul pelarut (air)
dari konsentrasi pelarut tinggi ke konsentrasi pelarut yang lebih
rendah melalui membran diferensial parmeabel. Osmosis dikenal juga
sebagai difusi dengan kategori khusus. Adapun yang dimaksud air dalam
proses osmosis tersebut adalah air dalam keadaan bebas yang tidak
terikat dengan jenis molekul–molekul seperti gula, protein, atau
larutan yang lain. Oleh karena itu, konsentrasi terlarut dalam suatu
larutan merupakan faktor utama yang menentukan kelangsungan osmosis.
Osmosis adalah difusi bersih satu arah dari pelarut (khususnya
air) di membran selektif permeabel. Ini sangat penting bagi sel
karena sel-sel membran secara selektif permeabel (Robert and King,
1987).
2.2.2 Macam-macam Sifat Membran
Membran sel adalah lapisan pelindung luar dari semua sel hewan.
Ini terdiri dari dua lapisan yang terdiri dari protein dan lipida.
Membran sel yang dikenal sebagai membran semipermeabel karena hanya
memungkinkan zat tertentu bergerak masuk dan keluar dari sel. Setiap
sel dikelilingi oleh selaput sel yang menyediakan struktur dan
mengendalikan berlalunya bahan. Membran sel terdiri dari dua lapisan
yang terdiri dari protein dan lipida (Path, 2013). Macam-macam
Membran sel di bagi menjadi tiga antara lain:
a. Membran Permeabel, merupakan membran yang dapat di lalui oleh
zat apapun.
b. Membran Semipermebel, membran sel dikenal sebagai membran
semipermeabel karena hanya memungkinkan zat tertentu bergerak
masuk dan keluar dari sel (Path, 2013).
c. Membran Impermeabel, merupakan membran yang tidak dapat di
lalui
oleh zat apapun.
Osmosis adalah proses alami dimana air mengalir melalui selaput
semipermeabel dari larutan dengan konsentrasi rendah padatan terlarut
(Wiley & Sons, 2015). Peristiwa terjadinya Osmosis dapat diuraikan
sebagai berikut:
6
Sel terbagi menjadi 2 kompartemen yang dipisahkan oleh membran
semipermeabel. Air bergerak dengan osmosis dari larutan konsentrasi
rendah dalam satu kompartemen melalui membran semipermeabel ke dalam
larutan dengan konsentrasi tinggi di kompartemen lainnya. Pada
akhirnya tercapai keadaan seimbang.
Konsentrasi ekuilibrium atau seimbang. Perbedaan tinggi sesuai
dengan tekanan osmotik dari larutan. Sedangkan Tekanan Turgor adalah
tekanan yang mendorong membran sel terhadap dinding sel. Tekanan
turgor selalu lebih rendah dari tekanan osmosis.
Pada proses osmosis, aliran air melintas dinding sel (untuk
selanjutnya dianggap sebagai membran semi permeabel) di tentukan oleh
beda tekanan sistem dan beda konsentrasi solut yang dinyatakan
sebagai beda tekanan osmosis. Bila
7
tidak ada beda tekanan hidrostatik, aliran air melintas membran
sepenuhnya tergantung beda tekanan osmotiknya (Wirawan, 2006).
2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tekanan Osmosis
Cepat lambatnya digusi dan osmosis dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain: Perbedaan konsentrasi, Suhu, Tekanan, dan matrik
atau bahan penyusun (Salisburi dan Ross dalam Yahya, 2015). Jika suhu
semakin tinggi maka tekanan osmosisnya akan naik. Semakin pekat
larutan maka tekanan osmosis akan semakin tinggi.
2.2.4 Sel sebagai Sistem Osmotik
Membran sel secara selektif permeabel dan jika sel ditempatkan
dalam larutan yang konsentrasinya dapat berbeda dari kandungan sel,
air masuk atau meninggalkan sel. Ini masuk jika larutan eksternal
bersifat hipotonik, ia meninggalkan jika larutan eksternal
hipertonik. Pada sel tumbuhan isi dinding selulosa sepenuhnya
permeabel terhadap air dan zat terlarut.
Penampilan sel epidermis bawang dalam larutan eksternal
hipertonik. Sel a adalah tidak mengalami plasmolisis; Sel b, c dan d
menunjukkan terjadinya peristiwa plasmolisis progresif dengan
protoplas yang menyusut jauh dari dinding sel (Robert and King,
1987).
Sel yang kemasukan air akan mengembang sehingga dinding sel dan
protoplasma akan merengang. Sifat dinding sel yang elastis atau
kenyal memberikan tekanan pada isi sel. Makin banyak air yang masuk,
bertambah besar sel menggelembung, bertambah besar pula plasmolisis.
Jadi plasmolisis adalah peristiwa lepasnya protoplas suatu sel
tumbuhan dari dinding sel, akibat keluarnya
8
air dari sel. Pada tumbuhan terjadinya peristiwa Plasmolisis ini
merupakan efek akibat adanya Osmosis.
2.2.5 Peranan Osmosis dalam Tumbuhan
Signifikansi osmosis pada tanaman:
1. Osmosis membantu penyerapan air pada tanaman.
2. Turgidity organ tanaman tergantung pada air, yang diserap
karena osmosis.
3. Pergerakan air dari satu sel ke sel lainnya disebabkan oleh
osmosis.
4. Pembukaan dan penutupan stomata bergantung pada tekanan turgor
pada sel penjaga
5. Turgidity sel bibit muda memungkinkan mereka keluar dari tanah
(Kumar and Lazarus, 2010).
2.3 Imbibisi
2.3.1 Pengertian
Imbibisi berasal dari kata latin yaitu "imbibore" yang artinya
menyelundup. Air menyelundup disebut "air imbibisi" dan zat dimaksut
dengan imbibisi adalah peristiwa dimana perpindahan molekul – molekul
air didalam suatu zat lain lewat lubang (poril) yang cukup besar dan
molekul air itu menetap didalam zat tersebut. Imbibisi adalah tahap
pertama yang sangat penting karena menyebabkan peningkatan kandungan
air benih yang diperlukan untuk memicu perubahan biokimiawi dalam
benih sehingga benih akan berkecambah (Widyawanti,2009). Dalam proses
perkecambahan endosperma beroperasi sebagai kunci jaringan yang
mengendalikan perkecambahan (Lee,P. 2017).
Pada proses perkecambahan terjadiproses penyerapan air secara
imbibisi atau osmosis. Penyerapan air oleh benih yang terjadi pada
tahap pertama biaanya berlangsung sampai jaringan, Penyerapan air
pada kedua benih tersebut tidak sama, karena kulit biji tipis
mengandung substrat yang mudah larut dalam air, maka air yang diserap
akan lebih banyak dan sebaliknya. Selain itu semakin kecil
9
tekanan benih dari pada tekanan larutan, maka semakin besar proses
imbibisi (Wusono, S.2015).
Kulit biji (testa) merupakan karakter morfologi penting biji
kedelai karena menentukan proses fisiologis embrio, sekaligus menjadi
penutup dan pelindung embrio ulit biji kedelai terdiri atas tiga
lapisan, yakni epidermis, hipodermis, dan parenkim. Kulit biji
berperan dalam menentukan umlah air yang diserap benih menentukan
kecepatan berkecambah benih derajat dan kecepatan imbibisi air
(Krisnawati,A.2008)
Di dalam biji kacang ini, molekul – molekul air mengisi ruang
antar sel. Sehingga merupakan peristiwa absorbs. Masuknya molekul –
molekul air kedalam biji kacang adalah suatu proses absoorbsi atau
penyerapan.didalam sel tumbuhan merupakan absorsi air oleh senyawa
pembentuk protoplasma dan dinding sel, khususnya senyawa yang
berukuran makromolkuler seperti protein, polisakarida, dan lain-
lain. sebagai respons Proses tersebut mencakup difusi dan gerakan
kapiler, peristiwa tersebut hanya dapat berlangsung bila imbiban
mengandung celah – celah submikroskopi yang berfungsi sebagai pipa
atau tabung kapiler ("Minute Submicroskopic Capillaries"). Air akan
bergerak dari daerah yang mempunyai potensial air tinggi ke daerah
yang mempunyai potensial air yang lebih rendah. Kekuatan yang
mengikat molekul air terhadap makromolekul tersebut adalah ikatan
hidrogen dan daya taris lisrik dari molekul air yang bersifat
dipolar. Biji – biji an biasa (kacang polong dan kacang) memiliki
beberapa atribut yang tidak diinginkan, seperti Waktu memasak yang
lama, sulit untuk berkecambah (imbibiasi), menjadi penghambat enzim,
phytates, faktor flatus dan senyawa fenolik, yang harus dilepas atau
dieliminasi untuk penggunaan yang efektif Kekerasan kacang apapun
menyebabkan lebih banyak waktu memasak, lebih banyak energi serta
kurang tersedianya nutrisi dari kacang itu Oleh karena itu, perlu
cari metode yang cocok untuk mengatasi rintangan ini dengan
mempelajari berbagai perawatan dengan biji ini (Maritimus, L. 2013).
Kemampuan benda tadi untuk menyerap air tersebut potensial
matriks atau potensial imbibisi dan prosesnya sering disebut hidrasi
atau imbibisi. Zat organik yang berbeda mempunyai kapasitas imbibisi
yang berbeda pula. Protein
10
mempunyai kapasitas mengimbibisi air sangat tinggi, zat pati lebih
kecil, dan yang paling kecil sellulose. Hal ini mengapa biji yang
mengandung banyak protein mengembang lebih besar dalam imbibisi dari
pada biji yang mengandung banyak zat pati. Misalnya, biji kacang
direndam dalam air maka dalam waktu kira
– kira 6 jam, biji kacang akan kelihatan mengembang. Ini disebabkan
karena biji kacang kemasukaan molekul – molekul air sampai mencapai
kodisi yang kenyang dimana tidak ada difisit air. Benda – benda yang
dapat mengadakan imbibisi dibedakan atas dua golongan, yaitu
mengembang dengan terbatas dan mengembang tak terbatas. Mengembang
dengan terbatas artiya setelah mencapai volume tertentu benda
tersebut mengembang lagi bagian – bagian penyusun benda itu tetap
mempunyai ikatan satu sama lainnya. Hal ini dapat terjadi pada
dinding sel yang jika bersentuhan dengan air akan mengadakan imbibisi
mengembang secara terbatas. Mengembang tak terbatas artinya bagian
yang menyusun benda terlepas atau larut sehingga merupakan suatu
koloid atau sol.
2.3.2 Hubungan antara Imbibisi, Tekanan Osmotik dan Tekanan Turgor
Pada biji kacang kering mempunyai tekanan imbibisi yang besar
sekali. Disini tekanan imbibisi sama dengan tekanan osmosis. Apabila
biji kacang telah menyerap air maka tekanan imbibisi akan berkurang,
dan juga tekanan osmosisnya akan berkurang. Apabila biji kacang
tersebut kenyang air. Setelah keaadaan setimbang tercapai, maka
tekanan difusi berkurang. Jika biji sudah kenyang, disifit tekanan
difusi =0. Bila biji itu mengemabang volume biji kacang itu tidak
mengahasilkan tekanan turgor, jadi tekanan turgol = 0.
2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Imbibisi
Perkecambahan meliputi beberapa tahapan antara lain imbibisi,
imbibisi berpengaruh pada proses Perkecambahan biji. Pada proses
imbibisi dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam dan faktor-faktor
luar. Faktor-faktor dalam meliputi tingkat kemasakan biji, ukuran
biji, donnansi, dan penghambat perkecambahan. Sedangkan faktor-faktor
luar yang dapat mempengaruhi perkecambahan biji meliputi air,
temperatur, oksigen, dan cahaya, suhu pada
11
umumnya semakin tinggi suhunya, semakin tinggi juga kecepatan
imbibisinya.tekanan osmosis apabila tekanan difusi air pada medium
luar lebih tinggi dari pada tekanan difusi air ddalam imbibiban maka
akan terjadi imbibisi. Jadi tekanan osmosis akan berpengaruh terhadap
kecepatan imbibisi pada waktu. Sifat kulit biji dan jumlah air yang
tersedia pada lingkungan sekitarnya mempengaruhi penyerapan air oleh
biji. pada saat perkecambahan, respirasi meningkat disertai dengan
meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan karbondioksida, air
dan Biji. pada keadaan kurang cahaya atau gelap dapat menghasilkan
biji yang akan mengalami etiolasi. Temperatur optimum untuk
terjadinya biji tidak jauh berbeda dengan temperatur lingkungan
tempat biji dihasilkan. Tingkat kematangan biji dan faktor-faktor
lual merupakan syarat penting bagi perkecambahan. Selain itu enzim
juga turut berpengaruh dalam proses imbibisi (Wusono, Stela. 2015).
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Difusi terjadi bila ada konsentrasi molekul yang tinggi di satu
tempat dan konsentrasi yang lebih rendah di tempat lain. Molekul
bergerak dari daerah yang konsentrasi tinggi ke tempat
konsentrasi rendah, yaitu turunan gradien konsentrasi.
2. Factor yang mempengaruhi difusi, diantaranya suhu dan zat yang
berdifusi. Dengan naiknya suhu, energy kinetic yang dimiliki oleh
suatu zat menjadi lebih tinggi sehingga pergerakan molekul zat
menjadi lebih cepat.
3. Osmosis merupakan proses perpindahan molekul-molekul pelarut
(air) dari konsentrasi pelarut tinggi ke konsentrasi pelarut yang
lebih rendah melalui membran diferensial parmeabel.
4. Cepat lambatnya digusi dan osmosis dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain: Perbedaan konsentrasi, Suhu (jika suhu
semakin tinggi maka tekanan osmosisnya akan naik), Tekanan, dan
matrik atau bahan penyusun, semakin pekat larutan maka tekanan
osmosis akan semakin tinggi.
5. Plasmolisis merupakan peristiwa yang terjadi akibat adanya
Osmosis, dengan ini dapat di ketahui bahwa pada tanaman Sel
sebagai sistem osmotik.
6. Peran Osmosis dalam tanaman sangat penting untuk membantu proses
penyerapan air.
7. Imbibisi merupakan peristiwa di mana perpindahan molekul-molekul
air di dalam suatu zat lain lewat lubang pori yang cukup besar
dan molekul-molekul air itu menetap di dalam zat tersebut.
8. Faktor faktor yang mempengaruhi pada imbibisi yakni:
Suhu, Pada umumnya semakin tinggi suhunya, semakin tinggi juga
kecepatan imbibisinya. Tekanan osmosis Apabila tekanan difusi air
pada suatu medium luar itu lebih tinggi dari pada tekanan difusi
air didalam imbibisinya maka akan terjadi.
13
DAFTAR PUSTAKA
Anthara, I. Made S., dan Suartha, I. Nyoman. 2011. Homeostasis Cairan
Tubuh pada Anjing dan Kucing. Buletin Veteriner Udayana. Vol 3
(1): 23-37. ISSN 2085-2495.
Arlita, M. A., Waluyo, Sri., dan Warji. 2013. Pengaruh Suhu dan
Konsentrasi terhadap Penyerapan Larutan Gula pada Bengkuang
(Pachyrhizus erosus). Jurnal Teknik Pertanian. Vol 2(1):85-94.
Baligar, V.C., and Duncan, R.R. 1990. Crops as Enhancers of Nutrient
Use.
London: Academic Press.
Chapin, F. Struat ., Matson, Pamela A., and Mooney, Harold A.. 2002.
Principles of Terrestrial Ecosystem Ecology. New York: Springer.
Ferdinand, Fictor., dan Ariebowo, Moekti. 2008. Praktis
Belajar Biologi.
Bandung: Visindo.
Fosbery, Richard., and McLean, Jean. 1996. BIOLOGY. London : Heineman
James, Joyce., Baker, Colin., dan Swain Helen. 2006. Prinsip Sains
Untuk Keperawatan. Jakarta: Erlangga.
Krisnawati Ayda.2008. Ragam Karakter Morfologi Kulit Biji Beberapa
Genotipe Plasma Nutfah Kedelai.Jurnal Buletin Plasma Nutfah.
Vol.14 No.1.
Kumar, Vinay., dan Lazarus, Bandana Peters. Biology for Class XI. New
Delhi:
Tata Mc Graw Hill Education.
Lee,P Kyun.2017. Spatially and genetically distinct control of seed
germination by phytochromes A and B. Proc Natl Acad Sci. 107:
19108–19113.
Maniam, MBS., dan Syulasmi, Ammi. 2006. Persiapan Ujian Nasional
Biologi Untuk SMA/MA. Bandung: Grafindo.
14
Maritimus, L. 2013. Hardness Phenomenon In Beach Pea (Lethyrus
Maritimus L.). Indones. J. Agric. Sci. Vol. 14 No. 1.
Path. 2013. Osmosis & Diffusion Learning Guide. United States of
Amerika: New Path Learning.
Robert, M.B.V., and King, T.J. 1987. Biology: A Functional Approach
Students'
Manual Second Edition. China: United Kingdom.
Widyawati, N. 2009. Permibilitas dan Perkecambahan Benih Aren (Arenga
pinnata (Wurmb.) Merr.) .Jurnal Argon Indonesia. Vol 2 No 32.
Wiley, John., and Sons, Inc. Hoboken. 2015. Revers Osmosis. United
States of America: Scrivener Publishing.
Wirawan, Sang Kompiang. 2006. Studi Transfer Masa pada Proses
Dehidrasi Osmosis Kentang (Solanum tuberosum, L). Forum Teknik.
Vol 30 (2): 99 – 105.
Wusono, Stela. 2015. Pengaruh Ekstrak Berbagai Bagian Dari Tanaman
Swietania mahagoni Terhadap Perkecambahan Benih Kacang Hijau Dan
Jagung. Jurnal Agrologia. Vol.4 No 2.
Yahya. 2015. Perbedaan Tingkat Laju Osmosis antara Umbi Solonum
tubernosum dan Doucus carota. Jurnal Biology Education. Vol 4
(1): 196 – 206.
15