Alat Ukur Tanah Terbaru Dan Tercanggih "CORS" Cors (Continuously Operating Reference Station) Alat Ukur Dan Pengukuran Listrik
Dosen: Ahmad Hardito, B.Tech, M.Kom
DISUSUN OLEH: Kelompok 1 Kelas LT-1D 1. Cindy Yulia Devi Ningrum
(3.39.16.0.05) (3.39.16.0.05)
2. Marselinus Gigih D
(3.39.16.0.15) (3.39.16.0.15)
3. Pramesti Novica Nuswantari
(3.39.16.0.20) (3.39.16.0.20)
4. Yoga Kurniatirta
(3.39.16.0.24) (3.39.16.0.24)
PROGRAM STUDI D3 - TEKNIK LISTRIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI SEMARANG 2017
PRAKATA
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Penyayang Allah Swt atas rahmat dan karunia- Nya makalah berjudul “Alat Ukur Tanah Tercanggih dan Terbaru CORS (Continuously Operating Reference Station)” dapat tersusun dan terselesaikan dengan baik. Makalah ini ditulis dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah bahan-bahan listr ik. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui tentang Alat Ukur Tanah Tercanggih dan Terbaru CORS (Continuously Operating Reference Station). Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah terlibat dalam pembuatan makalah ini : 1. Bapak Ahmad Hardito selaku dosen pengampu mata kuliah bahan-bahan listrik. 2. Teman-teman dan semua pihak yang telah berperan dalam pembuatan makalah ini, sehingga dapat selesai tepat pada waktunya. Kami sebagai penyusun berharap dengan dibuatnya makalah ini, dapat bermanfaat dan membantu segenap pembaca pada umumnya. Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran kami butuhkan agar dapat mengembangkan dan mengkoreksi jika ada kesalahan pada makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna baik bagi kami maupun masyarakat umum serta dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Semarang, April 2017
Penyusun
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Badan Pertanahan Nasional (BPN) merupakan suatu Lembaga Pemerintah yang mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pertanahan secara nasional, regional dan sektoral. Badan Pertanahan Nasional (BPN) ini mempunyai banyak fungsi dimana salah satunya adalah penyelenggaraan dan pelaksanaan survei, pengukuran dan pemetaan di bidang pertanahan. Dalam Survei tersebut banyak metode yang bisa digunakan misalnya dengan pengukuran Global Positioning System (GPS). GPS (Global Positioning System) adalah sistem satelit navigasi dan penentuan posisi yang dimiliki dan dikelola oleh Amerika Serikat. Beberapa kemampuan GPS antara lain dapat memberikan informasi tentang posisi, kecepatan, dan waktu secara cepat, akurat, murah, dimana saja di bumi ini tanpa tergantung cuaca. Hal yang perlu dicatat bahwa GPS adalah satusatunya sistem navigasi ataupun sistem penentuan posisi dalam beberapa abad ini yang memiliki kemampuan handal seperti itu. Ketelitian dari GPS dapat mencapai beberapa mm untuk ketelitian posisinya, beberapa cm/s untuk ketelitian kecepatannya dan beberapa nanodetik untuk ketelitian waktunya. Ketelitian posisi yang diperoleh akan tergantung pada beberapa faktor yaitu metode penentuan posisi, geometri satelit, tingkat ketelitian data, dan metode pengolahan datanya. CORS (Continuously Operating Reference Station) adalah salah satu teknologi berbasis GNSS yang dimanfaatkan untuk berbagai aplikasi terkait penentuan posisi. CORS merupakan jaring kerangka geodetik aktif berupa stasiun permanen yang dilengkapi dengan receiver yang dapat menerima sinyal dari satelit GPS dan satelit GNSS lainnya, yang beroperasi secara kontinyu selama dua puluh empat jam. Dalam pemanfaatannya CORS dapat menyediakan data penentuan posisi secara real time ataupun post processing dan menyediakan I-2 jaringan terbuka agar data-data posisi yang
dihasilkan dapat diakses secara aktif oleh pengguna. Salah satu tugas BPN adalah melakukan pengukuran suatu Titik Kontrol Horizontal. Hasil dari pengukuran tersebut adalah suatu tugu yang memiliki satu nilai koordinat definitif dan secara implisit kita kenal dengan istilah static datum. Tetapi pada kenyataan sebenarnya bumi bersifat dinamis dan telah dapat dikuantifikasi dengan baik, posisi tugu atau titik dasar teknik secara fisik berubah dari waktu ke waktu, yang konsekuensinya akan merubah nilai koordinat. Dilakukan penelitian ini untuk pengecekan ulang koordinat titik dasar teknik orde 3 BPN tersebut. Apakah masih tetap atau tidak nilainya dalam referensi pengukuran-pengukuran lainnya dan apakah metode RTK dengan CORS bisa digunakan dalam pengukuran orde 3 tersebut.
1.2
Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah: 1. Apa yang dimaksud dengan CORS (Continuously Operating Reference Station)? 2. Apa yang dimaksud dengan Jaringan Referensi Satelit Pertanahan (JRSP)? 3. Bagaimana metode pengukuran dengan CORS? 4. Bagaimana cara pengoperasian Rover CORS?
1.3
Tujuan
Adapun tujuan dari pembahasan makalah ini yaitu: 1.
Mahasiswa dapat mengetahui tentang alat CORS (Continuously Operating Reference Station).
2.
Mahasiswa dapat mengetahui tentang JRSP (Jaringan Referensi Satelit Pertanahan).
3.
Mahasiswa dapat mengetahui metode tentang pengukuran dengan CORS (Continuously Operating Reference Station).
4.
Mahasiwa dapat megetahui bagaimana cara pengoperasian Rover CORS (Continuously Operating Reference Station).
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Continuously Operating Reference Station
CORS (Continuously Operating Reference Station) adalah suatu teknologi berbasis GNSS yang berwujud sebagai suatu jaring kerangka geodetik yang pada setiap titiknya dilengkapi dengan receiver yang mampu menangkap sinyal dari satelit-satelit GNSS yang beroperasi secara penuh dan kontinyu selama 24 jam perhari, 7 hari per minggu dengan mengumpukan, merekam, mengirim data, dan memungkinkan para pengguna (users) memanfaatkan data dalam penentuan posisi, baik secara post processing maupun secara real time (sumber: Gudelines for New and Existing CORS).
Gambar 1. Continuously Operating Reference Station
2.2 Jaringan Referensi Satelit Pertanahan
Jaringan Referensi Satelit Pertanahan (JRSP) merupakan sebuah sistem jaringan stasiun referensi yang bekerja secara kontinu selama 24 jam nonstop.
JRSP
merupakan
pengembangan
teknologi
Continuously
Operating Reference Station (CORS) atau teknologi untuk menentukan posisi secara global menggunakan system satellite positioning. Global Navigation Satellite System (GNSS) dapat disebut sebagai sistem navigasi
dan penentuan posisi menggunakan satelit. GNSS didesain untuk memberikan informasi waktu dan posisi secara kontinu di seluruh dunia. GNSS merupakan metode pengukuran ekstra ‐terestris, yaitu penentuan posisi yang dilakukan dengan melakukan pengamatan dan pengukuran terhadap satelit atau benda angkasa lainnya. JRSP merupakan suatu teknologi berbasis Global Navigation Satellite System (GNSS) yang berwujud sebagai stasiun referensi ‐stasiun referensi yang pada setiap titiknya dilengkapi dengan receiver yang mampu menangkap sinyal dari satelit‐satelit GNSS yang beroperasi secara kontinu 24 jam per hari, 7 hari per minggu. Stasiun referensi ‐stasiun referensi tersebut melakukan pengumpulan, perekaman, dan pengiriman data yang memungkinkan para pengguna memanfaatkan data untuk penentuan posisi yang disajikan oleh JRSP, baik secara network realtime kinematics , network differential GNSS, maupun post ‐ processing. Stasiun referensi‐stasiun referensi JRSP dibangun secara permanen pada lokasi yang stabil di beberapa kantor ‐kantor pertanahan yang ada di Indonesia dengan jarak antar stasiun referensi seki tar ± 30 – 70 km (Millner et al, 2007; Rizos & Han, 2002a; dan Gordini et al, 2006). Stasiun referensi tersebut digunakan oleh pengguna (user) atau rover sebagai ref erensi dalam penentuan posisi atau koordinat suatu titik atau kumpulan titik pada suatu cakupan atau area secara real time menggunakan receiver GNSS geodetik. Receiver GNSS geodetik yang digunakan adalah rover receiver GNSS yang mempunyai tipe dual frequency, sehingga dalam pengamatannya dapat menerima data pengamatan satelit‐satelit GNSS berupa data code dan data phase. Selain itu, rover receiver GNSS yang digunakan tersebut juga harus memiliki teknologi komunikasi, dapat menggunakan teknologi radio/ GSM/ GPRS/ CDMA, sehingga dapat berhubungan dengan stasiun referensi atau pusat kontrol JRSP untuk mengirimkan dan atau menerima koreksi data koordinat posisi. Dengan adanya stasiun referensi ‐stasiun referensi yang bekerja di bawah kendali server JRSP, maka dapat diperoleh koordinat atau
posisi suatu titik dengan ketelitian yang sangat tinggi (akurasi 1‐5cm) (Millner et al, 2007 dan Gordini et al, 2006). JRSP merupakan titik acuan yang telah diketahui koordinatnya, sedangkan receiver GNSS rover bergerak dari satu titik batas bidang tanah ke titik batas bidang tanah lainnya. Penentuan posisi ditentukan secara diferensial dengan data fase. Pengamatan di titik acuan dilakukan sesuai dengan interval waktu yang diatur oleh server administrator JRSP, sedangkan interval waktu pengamatan pada rover berikut penerimaan data koreksinya, diatur oleh operator alat (surveyor) atau juru ukur. Posisi yang dihasilkan dari pengukuran dengan JRSP memiliki akurasi yang dapat mencapai level cm (Gordini et al, 2006), selama persyaratan teknis pengukuran dipenuhi. Untuk menghasilkan data pengukuran yang akurat, pengukuran yang dilakukan harus memenuhi syarat ‐syarat, yaitu lokasi pengukuran harus memiliki ruang pandang yang terbuka ke langit agar sinyal satelit GNSS yang mencapai receiver dapat diterima s ecara baik atau tidak ada obstruksi (halangan) ; serta lokasi pengukuran harus jauh dari obyek atau benda yang mudah memantulkan sinyal dari satelit GNSS untuk meminimalkan efek multipath. Dengan dibangunnya JRSP yang menerapkan metode NRTK, berarti bahwa di manapun dan kapanpun pengukuran dengan receiver GNSS rover dilakukan di dalam cakupan JRSP, surveyor dapat menerima koreksi NRTK tanpa harus memasang base station atau stasiun referensi sendiri. Dari hal tersebut diketahui bahwa keuntungan dari NRTK adalah mengurangi jumlah alat receiver GNSS geodetik yang digunakan pada saat pengukuran. Selain itu, dengan JRSP dapat mempercepat kerja pengukuran, menambah jumlah atau volume pekerjaan pengukuran, dan tentu saja dapat mengurangi biaya operasional yang dikeluarkan (Adiyanto & Nugroho, 2008). Untuk dapat mengakses GNSS-CORS, receiver klien harus dilengkapi dengan sambungan internet sebagai komunikasi data dari stasiun GNSSCORS ke receiver klien. Dalam hal ini data GNSS-CORS tersedia melalui
web dalam format RINEX (Receiver Independent Exchange) maupun Streaming NTRIP (Network Transport RTCM via Internet Protocol). NTRIP
adalah
sebuah
metode
untuk
mengirim
koreksi
data
GPS/GLONASS (dalam format RTCM) melalui internet. RTCM sendiri adalah kependekan dari Radio Technical Commission for Maritime Services , yang merupakan komite khusus yang menentukan standard radio navigasi dan radio komunikasi maritim internasional. Data format RINEX disediakan untuk pengolahan data secara post-processing , sedangkan data NTRIP untuk pengamatan posisi secara real-time.
2.3 Metode Pengukuran Dengan CORS
GNSS Network Real Time Kinematic (NRTK) CORS terdiri dari 4(empat) segmen yaitu : 1. Segmen Satelit: yaitu sekitar 40 (empat puluh) satelit GNSS (GPS, GLONASS, GALILEO, dan COMPAS) terletak diatas permukaan bumi dengan ketinggan sekitar 20.200 km. 2. Segmen Stasiun Referensi (Base Station). Segmen ini merupakan stasiun referensi yang di bangun di kantor-kantor pertanahan maupun kantor wilayah Badan Pertanahan Nasional Indonesia. 3. Segmen Stasiun Kontrol. Stasiun Kontrol atau server Network RTK terletak di Kantor Direktorat Pengukuran Dasar, Deputi Bidang Survei, Pengukuran dan Pemetaan, Jalan Kuningan Barat I no 1, Jakarta Selatan. 4. Segmen Pengguna (User). Segmen pengguna yaitu berupa alat Receiver Rover atau receiver lain seperti Receiver Geodetik untuk static Survey.
Gambar 2. Contoh rover GNSS CORS
2.4 Kegunaan CORS Di Dunia Kelistrikan
1. Pemasangan kabel tanah. 2. Pemasangan tower-tower.
BAB III SPESIFIKASI ALAT
3.1 Diagram Rangkaian
Gambar 3. Diagram Rangkaian CORS
3.2 Cara Kerja Alat
Seperti yang kita ketahui bahwa cara pengoperasian rover CORS dapat berbeda-beda tergantung dari merk yang digunakan, tetapi ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan selama dari penggunaan rover CORS tersebut, yaitu: 1. Yang pertama kali yang harus diperhatikan adalah koneksi antara rover dengan provider GSM/CDMA yang digunakan. Hal ini berpengaruh karena proses pengiriman data menggunakan NTRIP. 2. Koneksi antara rover dengan server JRSP. Pada alat tertentu koneksi ini berlangsung setelah masuk ke dalam job yang digunakan. 3. Solution type yang didapatkan selama pengukuran. Ada tiga solution type yang dihasilkan selama pengamatan yaitu autonomous, float dan fixed. Untuk pengukuran teliti sebaiknya mencapai solution type fixed .
4. Keterbukaan ruang pandang ke atas (mask angle) yang merupakan syarat utama dari pengamatan GNSS. Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dapat langsung di download dari rover ke komputer. Hasil tersebut berupa koordinat yang telah dikoreksi. Koordinat-koordinat tersebut juga dapat langsung dikonversi menjadi file gambar .dwg atau .shp sehingga memudahkan dalam penggambaran selanjutnya.
3.3 Kelemahan dan Kelebihan CORS Dibanding Alat Sejenis
Dalam perbandingan kelemahan dan kelebihan, kami memilih alat sejenis CORS yaitu Waterpass. 1. Kelemahan CORS: a. Memerlukan jaringan provider yang kuat. b. Susah digunakan pada area atau tempat yang sulit mendapatkan sinyal. Waterpass: a. Memerlukan ketelitian yang sangat tinggi saat menggunakan alat tersebut. b. Perlu membuat tabel hasil pengukuran untuk mendapatkan gambar hasil kontur tanahnya. 2. Kelebihan CORS: a. Secara otomatis mendapatkan hasil pengukuran yang dapat didownload dari rover ke komputer atau provider yang digunakan. b. Sistem jaringan stasiun referensi bekerja secara kontinu selama 24 jam nonstop. Waterpass: a. Memiliki ketelitian yang cukup tinggi. b. Mampu melakukan pengukuran beda tinggi secara cepat.
c. Centering lebih cepat karena hanya centering untuk nivo kotak.
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. CORS (Continuously Operating Reference Station) adalah suatu teknologi berbasis GNSS yang berwujud sebagai suatu jaring kerangka geodetik yang pada setiap titiknya dilengkapi dengan receiver yang mampu menangkap sinyal dari satelit-satelit GNSS 2. JRSP merupakan suatu teknologi berbasis Global Navigation Satellite System (GNSS) yang berwujud sebagai stasiun referensi‐stasiun referensi yang pada setiap titiknya dilengkapi dengan receiver yang mampu menangkap sinyal dari satelit ‐ satelit GNSS 3. GNSS Network Real Time Kinematic (NRTK) CORS terdiri dari 4(empat) segmen yaitu Segmen Satelit, Segmen Stasiun Referensi (Base Station), Segmen Stasiun Kontrol, Segmen Pengguna (User). 4. Cara pengoperasian rover CORS dapat berbeda-beda tergantung dari merk yang digunakan
4.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada pembahasan ini adalah agar manusia dapat lebih berfikir kreatif sehingga dapat menciptakan alat-alat hitung yang lebih canggih di masa depan.
DAFTAR PUSTAKA
http://a-darulqudni.blogspot.co.id/2013/08/pengenalan-alat pengukuran-terbaru-dan.html http://haluankepri.com/batam/11752-bpn-gunakan-alat-ukur-tanah-baru.html https://youtu.be/X5QibLjHASg https://youtu.be/1S_CpGbxqfQ https://youtu.be/PFZtdxYhMUA