1
Bahasa indonesia
2013
BAB II
PEMBAHASAN
PENGERTIAN KALIMAT
Pengertian kalimat menurut Wikipedia :
Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Sedangkan dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. (.), tanda tanya (?) dan tanda seru (!). Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki sebuah subjek (S) dan sebuah predikat (P). Kalau tidak memiliki kedua unsur tersebut, pernyataan itu bukanlah kalimat melainkan hanya sebuah frasa. Itulah yang membedakan frasa dengan kalimat.
Menurut Alwi dkk., (2000:311) :
"Dalam wujud tulisan, kalimat diucapkan dalam suara naik-turun dan keras-lembut disela jeda, diakhiri intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan yang mencegah terjadinya perpaduan, baik asimilasi bunyi maupun proses fonologis lainnya".
Menurut Dardjowidojo :
Dardjowidojo (1988: 254) menyatakan bahwa kalimat ialah bagian terkecil dari suatu ujaran atau teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara ketatabahasaan.
Menurut Slametmuljana :
Slametmuljana (1969) menjelaskan kalimat sebagai keseluruhan pemakaian kata yang berlagu, disusun menurut sistem bahasa yang bersangkutan; mungkin yang dipakai hanya satu kata, mungkin lebih.
Menurut Kridalaksana :
Kridalaksana (2001:92) mengungkapkan: "kalimat sebagai satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final, dan secara aktual maupun potensial terdiri dari klausa; klausa bebas yang menjadi bagian kognitif percakapan; satuan proposisi yang merupakan gabungan klausa atau merupakan satu klausa, yang membentuk satuan bebas; jawaban minimal, seruan, salam, dan sebagainya".
BAGIAN-BAGIAN KALIMAT
Setiap kalimat memiliki unsur penyusun kalimat. Gabungan dari unsur-unsur kalimat akan membentuk kalimat yang mengandung arti. Unsur-unsur inti kalimat antara lain SPOK:
Subjek / Subyek (S)
Predikat (P)
Objek / Obyek (O)
Pelengkap
Keterangan (K)
Berikut ini adalah ciri serta contoh dari masing-masing unsur kalimat :
Subjek / Subyek (S)
Subjek adalah unsur pokok yang terdapat pada sebuah kalimat, di samping unsur predikat. Dalam pola kalimat bahasa Indonesia, subjek biasanya terletak sebelum predikat, kecuali jenis kalimat inversi. Subjek umumnya berwujud nomina. Perhatikan contoh kalimat di bawah ini :
Peserta audisi itu puluhan ribu orang.
Agnes Monica adalah seorang penyanyi terkenal.
Dari contoh kalimat di atas, peserta audisi itu, dan ,Agnes Monica adalah contoh dari subjek. Selain itu ada pula subjek yang tidak berupa nomina. Perhatikan contoh di bawah ini :
Berwudlu harus dilakukan sebelum sholat.
Lima adalah sebuah angka.
Ciri-ciri subjek :
Jawaban atas pertanyaan 'apa' atau 'siapa'.
Disertai kata 'itu'.
Didahului kata 'bahwa'.
Mempunyai keterangan pewatas 'yang' (penghubung dengan menggunakan kata 'yang').
Tidak didahului preposisi seperti 'dari', 'dalam', 'di', 'ke', 'kepada', 'pada'.
Berupa Nomina atau Frasa Nominal
Predikat (P)
Predikat juga merupakan unsur utama suatu kalimat di samping subjek yang merupakan inti dari kalimat. Unsur pengisi predikat suatu kalimat dapat berupaKata, misalnya verba, adjektiva, atau nominal, numeral dan preposisional. Selain itu dapat pula berupa Frasa, misalnya frasa verbal, frasa adjektival, frasa nominal, frasa numeralia (bilangan). Perhatikan beberapa contoh kalimat di bawah ini:
Qiqi belajar di kamar.
Ibu memasak tumis kangkung.
Aldy sedang membaca Koran.
Dari contoh di atas, kata belajar, memasak dan membaca merupakan contoh dari predikat.
Ciri-ciri predikat :
Jawaban atas pertanyaan 'Mengapa' atau 'Bagaimana'.
Dapat berupa kata 'Adalah' atau 'Ialah'.
Dapat diingkarkan yang diwujudkan oleh kata 'Tidak'.
Dapat Disertai Kata-kata Aspek atau Modalitas seperti 'telah', 'sudah', 'sedang', 'belum', 'akan', 'ingin', 'hendak', 'mau', dll.
Objek (O)
Objek bukan unsur wajib dalam kalimat. Keberadaanya umumnya terletak setelah predikat yang berkatagori verbal transitif (kalimat aktif transitif) yang sedikitnya mempunyai tiga unsur utama, subjek, predikat, dan objek. Objek pada kalimat aktif akan berubah menjadi subjek jika kalimatnya dipasifkan. Demikian pula, objek pada kalimat pasif akan menjadi subjek jika kalimatnya dijadikan kalimat aktif. Objek umumnya berkatagori nomina.
Berikut contoh objek dalam kalimat:
Adik bermain layangan .
Aldy membeli sebuah buku.
kelinci itu memakan wortel.
layangan, sebuah buku, dan wortel pada tiga kalimat di atas adalah contoh objek.
Ciri-ciri objek ini sebagai berikut:
Langsung di belakang predikat.
Dapat menjadi subjek kalimat pasif.
Tidak didahului preposisi.
Didahului kata 'bahwa'.
Pelengkap
Pelengkap dan objek memiliki kesamaan. Kesamaan pada ke dua unsur kalimat ini adalah : bersifat wajib ada karena melengkapi makna verba predikat kalimat, menempati posisi di belakang predikat dan tidak didahului preposisi. Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi subjek dalam kalimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah yang menjadi subjek kalimat pasif, bukan pelengkap.
Contoh kalimat pelengkap :
Indonesia berdasarkan Pancasila.
Aldy ingin selalu berbuat kebaikan.
Berikut ciri-ciri pelengkap:
Di Belakang Predikat
Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang predikat, sedangkan pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek.
Contohnya terdapat pada kalimat berikut.
Anggi mengirimi saya buku baru.
Mereka membelikan ayahnya kacamata baru.
Unsur kalimat buku baru dan kacamata baru di atas berfungsi sebagai pelengkap dan tidak mendahului predikat. Tidak Didahului Preposisi.
Keterangan
Keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut tentang suatu yang dinyatakan dalam kalimat; misalnya, memberi informasi tentang tempat, waktu, cara, sebab, dan tujuan. Keterangan ini dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa frasa ditandai oleh preposisi, seperti di, ke, dari, dalam, pada, kepada, terhadap, tentang, oleh, dan untuk. Keterangan yang berupa anak kalimat ditandai dengan kata penghubung, seperti ketika, karena, meskipun,supaya, jika, dan sehingga.
Berikut ini beberapa ciri unsur keterangan:
Bukan Unsur Utama (tidak bersifat wajib seperti subjek, predikat, objek dan pelengkap ).
Tidak Terikat Posisi (memiliki kebebasan tempat di awal/ di akhir , atau di antara subjek dan predikat).
Jenis Keterangan.
Keterangan dibedakan berdasarkan perannya di dalam kalimat.
Keterangan Waktu
Keterangan waktu dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa kata adalah kata-kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin, besok, sekarang, kini, lusa, siang, dan malam. Keterangan waktu yang berupa frasa merupakan untaian kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin pagi, hari Senin, 7 Mei, dan minggu depan. Keterangan waktu yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor yang menyatakan waktu, seperti setelah, sesudah, sebelum, saat, sesaat, sewaktu, dan ketika.
contoh : Minggu depan akan dilaksanakan ujian tengah semester.
Keterangan Tempat
Keterangan tempat berupa frasa yang menyatakan tempat yang ditandai oleh preposisi, seperti di, pada, dan dalam.
contoh : Super Junior akan konser di Indonesia.
Keterangan Cara
Keterangan cara dapat berupa kata ulang, frasa, atau anak kalimat yang menyatakan cara. Keterangan cara yang berupa kata ulang merupakan perulangan adjektiva. Keterangan cara yang berupa frasa ditandai oleh kata dengan atau secara. Terakhir, keterangan cara yang berupa anak kalimat ditandai oleh kata dengan dan dalam.
Contoh : Ibu memotong bawang dengan menggunakan pisau.
Keterangan Sebab
Keterangan Sebab Berupa Frasa Atau Anak Kalimat. Keterangan Sebab Yang Berupa Frasa Ditandai Oleh Kata Karena Atau Lantaran Yang Diikuti Oleh Nomina Atau Frasa Nomina. Keterangan Sebab Yang Berupa Anak Kalimat Ditandai Oleh Konjungtor Karena Atau Lantaran.
Contoh : Ibu Menyuruhku Cepat Pulang Karena Cuaca Sudah Mendung.
Keterangan Tujuan
Keterangan ini berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan tujuan yang berupa frasa ditandai oleh kata untuk atau demi, sedangkan keterangan tujuan yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor supaya, agar, atau untuk.
Contoh : Sebelum berangkat ke sekolah, Ricky menyisir rambutnyaagar terlihat rapi.
Keterangan Aposisi
Keterangan aposisi memberi penjelasan nomina, misalnya, subjek atau objek. Jika ditulis, keterangan ini diapit tanda koma, tanda pisah (–), atau tanda kurang.
Contoh : Dosen saya, Bu Margareta, terpilih sebagai dosen teladan.
Keterangan Tambahan
Keterangan tambahan memberi penjelasan nomina (subjek ataupun objek), tetapi berbeda dari keterangan aposisi. Keterangan aposisi dapat menggantikan unsur yang diterangkan, sedangkan keterangan tambahan tidak dapat menggantikan unsur yang diterangkan.
Contoh : Rizaldi, mahasiswa tingkat tiga, mendapat beasiswa.
Keterangan Pewatas
Keterangan pewatas memberikan pembatas nomina, misalnya, subjek, predikat, objek, keterangan, atau pelengkap. Jika keterangan tambahan dapat ditiadakan, keterangan pewatas tidak dapat ditiadakan.
Contoh : Mahasiswa yang mempunyai IP tiga lebih mendapat beasiswa.
POLA DASAR KALIMAT
Berdasarkan pola dasarnya, Badudu (1990: 32) mengungkapkan pola :
S-P
Kalimat dasar tipe ini mempunyai unsur subjek dan predikat. Predikat kalimat untuk tipe ini dapat berupa kata kerja, kata benda, kata sifat, atau kata bilangan.
Contoh : Qiqi sedang memasak.
S-P-O
Kalimat dasar tipe ini mempunyai unsur subjek, predikat, dan objek. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, Predikat berupa verba transitif, dan Objek berupa nomina atau frasa nominal.
Contoh : Qiqi sedang memasak nasi goreng.
S-P-O-K
Kalimat dasar tipe ini mempunyai unsur subjek, predikat, objek, dan keterangan. Subjek berupa nomina atau frasa nomina, Predikat berupa verba dwitransitif, Objek berupa nomina atau frasa nominal, dan Keterangan berupa frasa berpreposisi.
Contoh : Qiqi memasak nasi goring di dapur.
S-P-Pel
Kalimat dasar tipe ini mempunyai unsur subjek, predikat, dan pelengkap. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, kata sifat dan pelengkap berupa nomina atau adjektiva.
Contoh : Pak Haji beternak sapi.
S-P-K
Kalimat dasar tipe ini mempunyai unsur subjek, predikat, dan harus memiliki unsur keterangan karena diperlukan oleh predikat. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, dan keterangan berupa frasa berpreposisi.
Contoh : Kakak wisuda di JCC.
S-P-O-Pel
Kalimat dasar tipe ini mempunyai unsur subjek, predikat, objek, dan pelengkap. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, Predikat berupa verba dwitransitif, Objek berupa nomina atau frasa nominal, dan Pelengkap berupa nomina atau frasa nominal.
Contoh : Dia mengirimi saya surat.
S-P-O-Pel-K
Kalimat dasar tipe ini mempunyai unsur subjek, predikat, objek, pelengkap, keterangan. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, Predikat berupa verba dwitransitif, Objek berupa nomina atau frasa nominal, Pelengkap berupa nomina atau frasa nominal dan keterangan berupa frasa berpreposisi.
Contoh : Ayah membelikan Aldy sepatu baru di margo city
S-P-Pel-K.
Kalimat dasar tipe ini mempunyai unsur subjek, predikat, pelengkap dan keterangan. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, kata sifat dan pelengkap berupa nomina atau adjektiva dan keterangan berupa frasa berpreposisi.
Contoh : Aku sedih ketika mama masuk rumah sakit.
JENIS-JENIS KALIMAT
Kalimat tunggal
Kalimat majemuk
Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal terdiri atas satu subjek dan satu predikat. Pada hakikatnya, kalau dilihat dari unsur-unsurnya, kalimat-kalimat yang panjang-panjang dalam bahasa Indonesia dapat dikembalikan kepada kalimat-kalimat dasar yang sederhana. Kalimat-kalimat tunggal yang sederhana itu terdiri atas satu subjek dan satu predikat. Sehubungan dengan it, kalimat-kalimat yang panjang itu dapat pula ditelusuri pola-pola pembentukannya. Pola-pola itulah yang dimaksud dengan pola kalimat dasar. Mari kita lihat sekali lagi pola-pola kalimat dasar tersebut.
Mahasiswa berdiskusi
S: KB + P: KK
Dosen t ramah
S: KB + P: KS
Harga buku itu sepuluh ribu rupiah.
S: KB + P: Kbil
Pola-pola kalimat dasar ini masing-masing hendaklah dibaca sebagai berikut.
Pola 1 adalah pola yang mengandung subjek (S) kata benda (mahasiswa) dan predikat (P) kata kerja (berdiskusi).
Kalimat itu menjadi Mahasiswa berdiskusi
S P
Contoh lain:
Pertemuan APEC sudah berlangsung.
S P
Teori itu dikembangkan.
S P
Pola 2 adalah pola kalimat yang bersubjek kata benda (dosen itu) dan berpredikat kata sifat (ramah). Kalimat itu menjadi
Dosen itu ramah.
S P
Contoh lain:
Komputernya rusak.
S P
Suku bunga bank swasta tinggi.
S P
Pola 3 adalah pola kalimat yang bersubjek kata benda (harga buku itu) dan berpredikat kata bilangan (sepuluh ribu rupiah). Kalimat selengkapnya ialah
Harga buku itu sepuluh ribu rupiah.
S P
Contoh lain:
Panjang jalan tol Cawang-Tanjung Priok tujuh belas kilometer.
S P
Masalahnya seribu satu.
S P
Ketiga pola kalimat di atas masing-masing terdiri atas satu kalimat tunggal. Setiap kalimat tunggal di atas dapat diperluas dengan menambahkan kata-kata pada unsur-unsurnya. Dengan menambahkan kata-kata pada unsur-unsurnya itu, kalimat akan menjadi panjang (lebih panjang daripada kalimat asalnya), tetapi masih dapat dikenali unsur utamanya.
Kalimat Mahasiswa berdiskusi dapat diperluas menjadi kalimat
Mahasiswa semester III sedang berdiskusi di aula.
S P K
Perluasan kalimat itu adalah hasil perluasan subjek mahasiswa dengan semester III.
Perluasan predikat berdiskusi dengan sedang, dengan menambahkan keterangan tempat di akhir.
Memperluas kalimat tunggal tidak hanya terbatas seperti pada contoh-contoh di atas. Tidak tertutup kemungkinan kalimat tunggal seperti itu diperluas menjadi dua puluh kata atau lebih. Perluasan kalimat itu, antara lain, terdiri atas:
Keterangan tempat, seperti di sini, dalam ruangan tertutup, lewat Yogyakarta, dalam republik it, dan sekeliling kota;
Keterangan waktu, seperti setiap hari, pada pukul 19.00, tahun depan, kemarin sore, dan minggu kedua bulan ini;
3.keterangan alat seperti dengan linggis, dengan undang-undang itu, dengan sendok dan garpu, dengan wesel pos,dan dengan cek;
Keterangan modalitas, seperti harus, barangkali, seyogyanya, sesungguhnya, dan sepatutnya;
Keterangan cara, seperti dengan hatihati, seenaknya saja, selakas mungkin, dan dengan tergesa-gesa;
Keterangan aspek, seperti akan, sedang, sudah, dan telah.
Keterangan tujuan, seperti agar bahagia, supaya tertib, untuk anaknya, dan bagi kita;
Keterangan sebab, seperti karena tekun, sebab berkuasa, dan lantaran panik;
Frasa yang, seperti mahasiswa yang Ipnya 3 ke atas, para atlet yang sudah menyelesaikan latihan, dan pemimpin yang memperhatikan takyatnya;
Keterangan aposisi, yaitu keterangan yang sifatnya saling menggantikan, seperti penerima Kalpataru, Abdul Rozak, atau Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso.
Perhatikan perbedaan keterangan alat dan keterangan cara berikut ini.
Dengan + kata benda = keterangan alat
Dengan + kata kerja/kata sifat = keterangan cara.
Contoh kemungkinan perluasan kalimat tercantum di bawah ini.
Gubernur/memberikan/kelonggaran/kepada pedagang/.
Gubernur DKI Jakarta/memberikan/kelonggaran/kepada pedagang/.
PERBEDAAN KALIMAT TUNGGAL DAN KALIMAT MAJEMUK
Berikut ini merupakan perbedaan kalimat tunggal dan kalimat majemuk:
Berdasarkan jumlah klausanya, kalimat tunggal hanya memiliki satu klausa, sedangkan kalimat majemuk memiliki dua atau lebih klausa dalam suatu kalimat.
Berdasarkan penggunaan konjungsi (kata penghubung), pada kalimat tunggal tidak digunakan konjungsi karena hanya memiliki satu klausa, sedangkan kalimat majemuk menggunakan konjungsi untuk menghubungkan dua klausa.
Berdasarkan pembentukan pola baru dalam kalimat, kalimat tunggal tidak dapat membentuk pola baru dalam kalimat karena hanya terdiri dari dua unsur inti yaitu subjek dan predikat dan unsur-unsur tambahan seperti keterangan waktu dan tempat, tetapi unsur-unsur tersebut tidak dapat membentuk pola baru , sedangkan kalimat majemuk dapat membentuk pola baru dalam kalimat karena adanya perluasan kalimat dari kalimat tunggal.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN:
Dengan adanya makalah yang kami buat tentang kalimat, bagian" klimat, dan kalimat tunggal. Kami bisa tahu bagaimna stuktur kalimat yang benar dan cara untuk mengeluarkannya dalam kehidupan sehari" dengan kalimat engan benar sesuai dengan kajian, & unsur" kalimat agar lebihh baik an mudah d pahami oleh orang lain yang mendengarnya
DAFAR PUSTAKA
http://elgrid.wordpress.com/2011/12/26/pengertian-kalimat-2/
http://kangmoes.com/artikel-tips-trik-ide-menarik-kreatif.definisi/pengertian-kalimat.html
http://ridwanaz.com/umum/bahasa/pengertian-kalimat-definisi-kalimat/
http://eziekim.wordpress.com/2010/10/12/unsur-dan-pola-kalimat-dasar-bahasa-indonesia/
http://she2008.wordpress.com/2010/10/30/unsur-dan-pola-kalimat-dasar-2/
http://lytasapi.wordpress.com/2010/04/25/unsur-unsur-kalimat/
http://yantysa.wordpress.com/2008/05/09/macam-macam-kalimat/
http://kholiscollection.blogspot.com/2012/04/macam-macam-kalimat.html
[Type the document title]
[Year]