BAB 1 PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam menulis sebuah karangan atau cerita tentunya selalu dijumpai susunan dari banyak kata yang membentuk kalimat. Kalimat-kalimat tersebut harus dihubungkan lagi sehingga terbentuk sebuah paragraf. Menyusun paragraf berarti menyampaikan suatu gagasan atau pendapat tertentu yang harus disertai alasan ataupun bukti tertentu. Menyusun suatu paragraf yang baik harus memperhatikan beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut antara lain adalah ide pokok yang akan dikemukakan harus jelas, semua kalimat yang mendukung paragraf itu secara bersama-sama bersama-s ama mendukung satu ide, terdapat kekompakan hubungan antara satu kalimat dengan kalimat lain yang membentuk alinea, dan kalimat harus tersusun secara efektif (kalimat disusun dengan menggunakan kalimat efektif sesuai ide bisa disampaikan dengan tepat). Oleh karena itu, untuk lebih memahami bagaimana menyusun sebuah paragraf yang benar dan mengetahui berbagai macam jenis paragraf, maka makalah ini disusun agar bisa menambah pengetahuan para pembaca tentang penggunaan paragraf yang baik. B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diambil rumusan masalahnya sebagai berikut: 1. Apa definisi dari paragraf ? 2. Apa saja syarat pembentukkan sebuah paragraf yang baik ? 3. Apa saja jenis paragraf ?
1
C.
Tujuan
Setelah mengemukakan rumusan masalah diatas, maka pada akhirnya kami tentunya memiliki tujuan. Makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi pengetahuan mengenai definisi paragraf, syarat pembentukkan paragraf dan jenis-jenis paragraf..
2
BAB II PEMBAHASAN
A
Pengertian Paragraf
Paragraf adalah seperangkat kalimat yang membicarakan suatu gagasan atau topik. Kalimat-kalimat dalam paragraf memperlihatkan kesatuan pikiran atau mempunyai keterkaitan dalam membentuk gagasan atau topik tersebut. Sebuah paragraf mungkin terdiri atas sebuah kalimat, mungkin terdiri atas dua buah kalimat, mungkin juga lebih dari dua buah kalimat. Bahkan, sering kita temukan bahwa suatu paragraf berisi lebih dari lima buah kalimat. Walaupun paragraf itu mengandung beberapa kalimat, tidak satu pun dari kalimat-kalimat itu yang memperkatakan soal lain. Seluruhnya memperbincangkan satu masalah atau sekurang-kurangnya bertalian erat dengan masalah itu.1 Ciri-ciri paragraf:2 1. Kalimat pertama bertakuk kedalam lima ketukan spasi untuk jenis karangan biasa, misalnya surat dan delapan ketukan untuk jenis karangan ilmiah formal, misalnya: makalah, skripsi, tesis dan disertasi. Karangan, misalnya surat berbentuk lurus yang tidak bertakuk (Block Style) ditandai dengan jarak spasi merenggang, satu spasi lebih banyak daripada jarak antarbaris lainnya. 2. Paragraf menggunakan pikiran utama (gagasan utama) yang dinyatakan dalam kalimat topik. Kalimat topik dapat ditempatkan pada posisi awal, tengah atau akhir. 3. Paragraf menggunakan ide penjelas (ide pendukung atau ide pengendali) yang dinyatakan dalam kalimat penjelas. 4. Paragraf hanya berisi satu kalimat topik. Penempatan kalimat topik ada empat cara: (i) Kalimat topik pada posisi awal membentuk paragraf deduktif. (ii) Kalimat topik pada posisi akhir membentuk paragraf 1 2
E. Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai “Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi”, hal: 115 HS. Widjojo “Bahasa Indonesia: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi”, hal: 222
3
induktif. (iii) Kalimat topik pada posisi tengah membentuk paragraf induktif-deduktif. (iv) Kalimat topik pada posisi awal dan akhir memberntuk paragraf deduktif-induktif. Kedua kalimat topik pada paragraf itu berisi gagasan yang sama. Kalimat topik pada akhir paragraf menegaskan gagasan kalimat topik pada posisi awal. Paragraf dengan dua kalimat topik itu dilakukan pada paragraf yang panjang, misalnya 6 s/d 10 buah kalimat. 5. Paragraf akademik terdiri atas kalimat topik, kalimat penjelas atau pendukung dan kalimat konklusi. Kalimat topik ditempatkan pada posisi awal.
Paragraf
pembacanya,
akademik
misalnya
untuk
untuk
berkomunikasi
menjawab
akademik
tugas-tugas
dengan
perkuliahan.
Komunikasi berhasil jika seluruh informasi terpahami oleh pembacanya. Paragraf akademik disusun berdasarkan bahasa formal, baku dan menyajikan pesan dengan kalimat yang efektif. 6. Paragraf dalam esai akademik: esai terdiri dari atas beberapa paragraf yang diklasifikasi menjadi paragraf pendahuluan, paragraf penjelas dan paragraf konklusi. Paragraf penjelas diklasifikasi menjadi paragraf penjelas 1, penjelas 2 dan penjelas 3. Seluruh paragraf menyajikan gagasan secara lengkap dan menyatu. Seluruh kalimat mendukung kalimat topik dan tidak satupun, kalimat menyimpang dari kalimat topik. 7. Seluruh kalimat saling mengait. Pengertian dapat dilakukan dengan konjungsi, subsitusi (penggantian), elipsis (pelesapan) dan lain-lain. Fungsi Paragraf:3 1. Mengekspresikan gagasan tertulis dengan memberi bentuk suatu pikiran dan perasaan kedalam serangkaian kalimat yang tersusun secara logis, dalam suatu kesatuan. 2. Menandai peralihan (pergantian) gagasan baru bagi karangan yang terdiri beberapa paragraf, ganti paragraf berarti ganti pikiran. 3. Mengorganisasi gagasan dengan mengurutkan penempatan gagasan.
3
HS. Widjojo “Bahasa Indonesia: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi”, hal: 22 3
4
a. Paragraf terdiri atas: kalimat topik, kalimat penjelas dan kalimat konklusi. b. Esai terdiri atas: paragraf pendahuluan, paragraf penjelas dan paragraf konklusi 4. Mengembangkan topik karangan kedalam satuan-satuan unit pikiran yang lebih kecil, misalnya: paragraf pendahuluan, paragraf pengembang 1, paragraf pengembang 2, paragraf pengembang 3 dan paragraf konklusi. 5. Mengendalikan variabel terutama karangan yangg terdiri atas beberapa variabel. Untuk dua variabel, misalnya: paragraf 1 pendahuluan pentingnya membalas kedua variabel x dan y; paragraf 2 membahas variabel x, paragraf 3 membahas variabel y, paragraf 4 membahas hubungan variabel x dan y, paragraf 5 hasil analisis, paragraf 6 menyajikan konklusi. B.
Syarat-Syarat Pembentukan Paragraf
Paragraf yang baik harus memenuhi syarat kesatuan, kepaduan, ketuntasan, keruntutan dan konsistensi penggunaan sudut pandang.4 1
Kesatuan Paragraf
Untuk menjamin adanya kesatuan paragraf, setiap paragraf hanya berisi satu pikiran. Paragraf dapat berupa beberapa kalimat. Tetapi, seluruhnya harus merupakan kesatuan, tidak satu kalimatpun yang sumbang, yang tidak mendukung kesatuan paragraf. Jika terdapat kalimat yang sumbang, paragraf akan rusak kesatuannya. Contoh paragraf tanpa kesatuan pikiran: Jateng Sukses. Kata-kata ini meluncur gembira dari pelatih regu Jateng setelah selesai pertandingan final Kejurnas Tinju Amatir, Minggu malam, di Gedung Olahraga Jateng, Semarang. Kota Semarang terdapat di pantai utara Pulau Jawa. Pernyataan itu dianggap wajar karena apa
yang diimpi-impikan selama ini dapat terwujud, yaitu satu medali emas,
4
Ibid hal: 231-243
5
satu medali perak dan satu medali perunggu. Hal itu ditambah lagi oleh pilihan petinju terbaik yang jatuh ke tangan Jateng. Hasil yang diperoleh itu adalah prestasi paling tinggi yang pernah diraih oleh Jateng dalam arena seperti itu. Dalam paragraf diatas, kalimat yang ditulis tebal dan digaris bawahi tidak menunjukkan keutuhan paragraf karena merupakan kalimat yang sumbang atau keluar dari permasalahan yang dibicarakan. Oleh sebab itu, kalimat tersebut harus dikeluarkan dari paragraf. 2
Keterpaduan
Paragraf dinyatakan terpadu jika dibangun dengan kalimat-kalimat yang saling mengait. Keterkaitan kalimat dalam paragraf menghasilkan kejelasan gagasan. Keterkaitan kalimat itu menghasilkan keterpaduan paragraf menjadi satu kesatuan konsep, pikiran atau pendapat yang utuh dan kompak. Keterkaitan itu dapat dibangun melalui repitisi (pengulangan) kata kunci atau sinonim, kata ganti dan bentuk pararel. 2.1
Repitisi
Semua kalimat dalam paragraf dihubungkan dengan kata kunci atau sinonimnya. Kata kunci (sinonimnya) yang telah disebutkan dalam kaliat pertama diulang pada kalimat kedua, ketiga dan seterusnya. Dengan pengulangan itu, paragraf menjadi padu, utuuh dan kompak. 2.2
Substitusi
Kepaduan dapat dijalin dengan kata ganti, pronomina atau padanan. Sebuah kata yang telah disebutkan pada kalimat pertama (terdahulu) dapat disebutkan kembali pada kalimat berikutnya dengan kata gantinya. Kata ganti (padanan) dapat pula menggantikan kalimat, paragraf dan dapat pula menggantikan bab. 2.3
Kata Transisi
6
Kata transisi yaitu kata penghubung, konjungsi, perangkat yang menyatakan adanya hubungan, baik intrakalimmat maupun antarkalimat. Penggunaan kata transisi yang tepat dapat memadukan paragraf sehingga keseluruhan kalimat menjadi padu, menyatu dan utuh. Kata transisi digunakan berdasarkan fungsi makna yang dihubungkan. Kata transisi menyatakan hubungan sebagai berikut:
Sebab-Akibat : sebab, karena, akibatnya, maka, ole karena itu, oleh sebab itu, dampaknya
Hasil-Akibat : akibatnya, hasilnya, dampaknya, akhirnya, jadi, sehingga
Pertentangan : tetapi, namun, berbeda dengan, sebaliknya, kebalikan daripada itu, kecuali itu, meskipun demikian, walaupun demikian
Waktu
: ketika
Syarat
: jika, jikalau, apabila, kalau
Cara
: cara yang demikian, cara ini
Penegasan
: jadi, dengaa demikian, jelaslah bahwa
Tambahan informasi : tambahan pula, selain itu, oleh karena itu, lebih daripada itu, lebih lanjut, disamping itu, lebih-lebih, dalam hal demikian, sehubungan dengan hal itu, dengan kata lain, singkatnya, tegasnya
Gabungan
: dan, serta
Urutan
: mula-mula, pertama, kedua, akhirnya, proses ini, sesudah
itu, selanjutnya Penulisan kata transisi antarkalimat harus diikuti koma. 1. Ia Mahasiswa paling ccerdas di kelasnya. Akan tetapi, setelah dua tahun tamat kuliah ia belum juga mendapatkan perkerjaan. 2. Setelah berupaya mendapatkan pekerjaan selama dua tahun itu, ia tetap saja belum mendapatkannya. Akhirnya, ia berwirausaha. 2.4
Konjungsi (Kata Perangkai): dan, tetapi, bahkan, tambahan pula, selain itu.
7
Saya membaca lima buah buku dan meringkasnya menjadi lima halaman. Buku itu telah saya pelajari, tetapi tidak menemukan bagian yang relevan dengan bahasan itu. Saya pelajari kembali beberapa bagian yang penting. Bahkan, saya diskusikan bersama teman-teman. Tambahan pula, bahasan buku-buku itu kami perbandingkan. Selain itu, kami juga menambah referensi lain yang terkait dengan bahasan itu, hasilnya, teori yang mendasari kajiann itu belum memadai. 2.5
Struktur Pararel
Struktur pararel (kesesjajaran) yaitu bentuk-bentuk sejajar: bentuk kata yang sama, struktur kalimat yang sama, repetisi atau pengulangan bentuk kata (kalimat) yang sama. Contoh: Sejak 1998, pelaksanaan reformasi hukum belum menunjukkan tanda-tanda yang serius. Menurut Presiden Megawati (Kompas, Agustus 2004), pelaksanaa tersebut justru terhambat oleh para penegak hukum di lapangan. Jika kelambanan berlarut-larut, publik menduga bahwa oknum penegak
hukum
belum
sungguh-sungguh
melaksanakan
tanggung
jawabnya. Sementara itu, para investor dan pengusaha berharap agar penegakkan hukum tersebut dipercepat. Jika berhasil,pencapaian keadilan dan kemakmuran masyarakat segera terwujud. Ini berarti, peningkatan pertumbuhan ekonomi dan iklim bisnis juga terangkat. Kata-kata yang dicetak miring merupakan bentuk sejajar (pararel). Seluruhnya menggunakan imbuhan pe-an. Kesejajaran bentuk ini berfungsi untuk mengikat makna sehingga membentuk kepaduan paragraf. Selain itu, kepaduan paragraf tersebut juga dibarengi dengan kesejajaran struktur kalimat. Perhatikan, hampir setiap kalimat menggunakan struktur yang sama, dimulai dengan anak kalimat, kata keterangan atau kata transisi. 3
Ketuntasan
8
3.1
Kalsifikasi
Ketuntasan ialah kesempurnaan. Hal itu dapat diwujudkan dengan: 1. Klasifikasi yaitu pengelompokkan objek secara lengkap dan menyeluruh. Ketuntasan klasifikasi tidak memungkinkan adanya bagian yang tidak masuk kelompok klasifikasi. Klasifikasi ada dua jenis, yaitu sederhana dan kompleks. Klasifikasi sederhana membagi sesuatu kedalam dua kelompok, misalnya: pria dan wanita, besar dan kecil, baik dan buruk. Sedangkan klaifikasi kompleks membagi sesuatu menjadi lebih dari dua kelompok, misalnya: besar-sedang-kecil, pengusaha besar-menengah-kecil, negara maju-berkembang-terbelakang. 2. Ketuntasan bahasan yaitu kesempurnaan membahas materi secara menyeluruh dan utuh. Hal itu harus dilakukan karena pembahasan yang tidak tuntas akan menghasilkan simpulan yang salah, tidak sahih dan tidak valid. Contoh: Mahasiswa di kelas itu terdiri dari 15 orang perempuan dan 13 orang laki-laki. Prestasi perempuan mencapai IPK 4 sebanyak 3 orang, IPK 3 sebanyak 10 orang dan IPK 2,7 sebanyak dua orang. Sedangkan prestasi laki-laki mencapai IPK 4 sebanyak 2 orang, IPK 3 sebanyak 10 orang. Mereka yang belum mencapai IPK 4 berupaya meningkatkannya dengan menulis skripsi sesempurna mungkin sehingga dapat mengangkat IPK lebih tinggi. Sedangkan mereka yang sudah mencapai IPK 4 juga berupaya
mendaapatkan
nilai
skripsi
A
dengan
harapan
dapat
mempertahankan IPK akhir tetap 4. Klasifikasi objek pada contoh diatas menunjukkan ketuntasan. (1) Seluruh objek (mahasiswa) diklasifikasi. Tidak seorangpun dalam kelas itu yang tidak masuk kedalam kelompok. (2) Klasifikasi pembahasan gagsan juga tuntas. Pengelompokkan IPK yang dicapai oleh mahasiswa (IPK 4, 3 dan 2,7) di kelas itu dibahas seluruhnya, tidak ada gagasan dan fakta yang tertinggal.
9
3.2
Definisi Formal
Ketuntasan bahasan dapat dilakukan dengan definisi formal. Dalam definisi formal terdapat genus, kelas dan pembeda. Genus bersifat umum, kelas merupakan unsur, bagian-bagian atau detail atas genus, pembeda adalah penanda masing-masing kelas. 4
Konsistensi Sudut Pandang
Sudut pandang adalah cara penulis menempatkan diri dalam karangannya. Dalam cerita, pengarang sering menggunakan sudut panddang aku seolaholah
menceeritakan
dirinya
sendiri.
Selain
itu,
pengarang
dapat
menggunakan sudut pandang dia atau ia seolah-olah menceeritakan dia. Dalam
karangan
ilmiah,
pengarang
menggunakan
penulis.
Sekali
menggunakan sudut pandang tersebut harus menggunakannya secara konsisten dan tidak boleh berganti sejak awal sampai akhir. 5
Keruntutan
Keruntutan adalah penyusunan urutan gagasan, konsep, pemikiran dan lain-lain dalam karangan. Gagasan dei gagasan disajikan secara runtut bagaikan air mengalir-tidak pernah putus. Karangan yang runtut enak dibaca, dapat dipahami dengan mudah dan menyenangkan pembacanya. Keruntutan dapat dilakukan dengan beberapa cara: 1. Urutan proses ddengan bilangan: Pembangunan karakter dilakukan secara bertahap. Pembangunan itu, pertama menginterventarisasi ..., tahap kedua ..., Tahap ketiga ... 2. Urutan proses tanpa bilangan: Pembangunan kampus dilakukan secara bertahap. Mula-mula ..., Selanjutnya ..., Akhirnya ... 3. Tahapan: bagian pertama ..., bagian kedua ..., bagian ketiga ... 4. Skala prioritas: unsur terpenting ..., agak penting ..., kurang penting .. 5. Pengembangan: pemikiran yang mendasari ..., pengembangan pemikirn itu ..., konsep yang dihasilkan ...
10
6. Strata (tingkatan) komunikasi yang paling efektif ..., sedang ..., kurang efektif ..., 7. Hubungan antarposisi (pernyataan yang dapat diuji kebenarannya): Kebijakan utama yaitu membangun kultur akademik merupakan prioritas kampus. Sejalan dengan hal itu kinerja penelitian dosen dan mahasiswa perlu ditingkatkan. (ilmiah, objektivitas, menyenagkan) Menulis yang runtut menuntut pengendalian pikiran dalam mengurutkan pernyataa demi pernyataan. Untuk itu, penulis memerlukan: (1) pemahaman konsep-konsep yang akan dibahas. (2) berkecermatan tinggi dalam menghipun gagasan, pemikiran, lengkap dan runtut. (3) Ketekunan dalam menjaring dan mengurutkan pikiran mana yang perlu ditempatkan pada posisi awal, tengah dan bagian akhir. (4) Gigih menemukan konsep-konsep yang berkelanjutan sampai tuntas.
C.
Jenis paragraf
Beberapa penulis seperti Sabarti Akhadiah dan kawan-kawan, Gorys Keraf, Soedjito, dan lain-lain membagi paragraf menjadi tiga jenis. Kriteria yang mereka gunakan adalah sifat dan tujuan paragraf tersebut. Namun karena pebicaraan tentang letak kalimat utama juga memberikan nama tersendiri bagi setiap paragraf, penulis cenderung menjadikan topik letak kalimat utama sebagai salah satu penjenisan paragraf. Berdasarkan hal tersebut, jenis paragraf dibedakan sebagai berikut: 1
Jenis Paragraf Berdasarkan Sifat dan Tujuannya
Gorys Keraf (1980:63-66) memberikan penjelasan tentang jenis paragraf berdasarkan sifat dan tujuannya sebagai berikut. a)
Paragraf Pembuka
Tiap jenis karangan akan mempunyai paragraf yang membuka atau menghantar karangan itu, atau menghantar pokok pikiran dalam bagian karangan
11
itu. Sebab itu sifat dari paragraf semacam itu harus menarik minat dan perhatin pembaca, serta sanggup menyiapkan pikiran pembaca kepada apa yag sedang diuraikan. Paragraf yang pendek jauh lebih baik, karena paragraf-paragraf yang panjang hanya akan meimbulkan kebosanan pembaca. b)
Paragraf Penghubung
Yang dimaksud dengan paragraf penghubung adalah semua paragraf yang terdapat di antara paragraf pembuka dan paragraf penutup. Inti persoalan yang akan dikemukakan penulisan terdapat dalam paragraf paragraf ini. Sebab itu dalam membentuk paragraf-paragraf prnghubung harus diperhatikan agar hubungan antara satu paragraf dengan paragraf yang lainnya itu teratur dan disusun secara logis. Sifat karangannya.
paragraf-paragraf Dalam
penghubung
karangan-karangan
bergantung
yang
bersifat
pola
dari
deskriptif,
jenis naratif,
eksposisis, paragraf-paragraf itu harus disusun berasarkan suatu perkembangan yang logis. Bila uraian itu mengandung perntagan pendapat, maka beberapa paragraf disiapkan sebagai dasar atau landasan untuk kemudian melangkah kepada paragraf-paragraf yang menekankan pendapat pengarang. c)
Paragraf Penutup
Paragraf penutup adalah paragraf yang dimaksudkan untuk mengakhiri karangan atau bagian karangan. Dengan kata lain paragraf ini mengandung kesimpulan pendapat dari apa yang telah diuraikan dalam paragraf-paragraf penghubung. Apapun yang menjadi topik atau tema dari sebuah karangan haruslah teteap diperhatikan agar paragraf penutup tidak terlalu panjang, tetapi juga tidak berarti terlalu pendek. Hal yang paling esensial adalah bahwa paragraf itu harus merupakan suatu kesimpulan yang bulat atau betul-betul mengakhiri uraian itu serta dapat menimbulkan banyak kesan kepada pembacanya.
12
2
Jenis Paragraf Berdasarkan Letak Kalimat Utama
Letak kalimat utama juga turut menentukan jenis paragraf, dari dasar tersebut penulis menetapkan letak kalimat utama dalam paragraf sebagai salah satu criteria penjenisan paragraf. Penjenisan paragraf berdasarkan letak kalimat utama ini berpijak pada pendapat Sirai, dan kawan-kawan (1985:70-71) yang mengemukakan empat cara meletakkan kalimat utama dalam paragraf. a)
Paragraf Deduktif
Paragraf dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat utama. Kemudian diikuti dengan kalimat-kalimat penjelas yang berfungsi menjelaskan kalimat utama. Paragraf ini biasanya dikembangkan dengan metode berpikir deduktif, dari yang umum ke yang khusus. Dengan cara menempatkan gagasan pokok pada awal paragraf, ini akan memungkinkan gagasan pokok tersebut mendapatkan penekanan yang wajar. Paragraf semacam ini biasa disebut dengan paragraf deduktif, yaitu kalimat utama terletak di awal paragraf. Contoh : Pemakaian bahasa Indonesia di seluruh Indonesia dewasa ini belum dapat dikatakan seragam. Perbedaan dalam struktur kalimat, lagu
kalimat, dan ucapan terlihat dengan mudah. Pemakiaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pergaulan sering dikalahkan oleh bahasa daerah. Di lingkungan persuratkabaran, radio, dan televisi sudah terjaga dengan baik. Para pemuka kitapun pada umumnya belum memperlihatkan penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Fakta-fakta di atas menunjukan bahwa pengajaran bahasa Indonesia perlu ditingkatkan. Gagasan utama paragraf tersebut terdapat diawal paragraf (Deduktif), yaitu pemakaian bahasa Indonesia di seluruh Indonesia belum seragam.
13
b)
Paragraf Induktif
Paragraf ini dimulai dengan mengemukakan penjelasan-penjelasan atau perincian-perincian, kemudian ditutup dengan kalimat utama. Paragraf ini dikembangkan dengan metode berpikir induktif, dari hal-hal yang khusus ke hal yang umum. Contoh :
Lebaran masih seminggu lagi, tetapi harga sembako seperti beras, gula, minyak, tepung, telur, dan lain-lain telah naik secara signifikan. Makanan yang biasanya dikonsumsi dalam merayakan Lebaran seperti roti, sirup, dan lain-lain melonjak harganya. Bahan pakaian dan pakaian jadi untuk berlebaran, seperti busana muslimah, baju koko, kopiah, kerudung, sajadah, dan sejenisnya pun tidak ketinggalan dari kenaikan harga yang cukup tinggi. Kenaikan harga barang-barang selalu terjadi menjelang Lebaran pada setiap tahun.
Gagasan utama paragraf tersebut terdapat diakhir paragraf (Induktif), yaitu kenaikan harga barang-barang selalu terjadi menjelang Lebaran pada setiap tahun. c)
Paragraf Gabungan atau Campuran
Pada paragraf ini kalimat topik ditempatkan pada bagian awal dan akhir paragraf. Dalam hal ini kalimat terakhir berisi pengulangan dan penegasan kalimat pertama. Pengulangan ini dimaksudkan untuk lebih mempertegas ide pokok karena penulis merasa perlu untuk itu. Jadi pada dasarnya paragraf campuran ini tetap memiliki satu pikiran utama, bukan dua. Contoh : Buku
merupakan
sarana
utama
dalam
mencari
ilmu .
Bagaimana orang bisa mengetahui ilmu dari berbagai belahan dunia. Dari buku pula kita bisa menambah pengetahuan maupun pengalaman. Jelaslah bahwa buku sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia.
14
Gagasan utama paragraf tersebut terdapat diawal paragraf, yaitu buku merupakan sarana utama dalam mencari ilmu. Sedangkan penegasan ide
pokoknya terdapat dalam akhir kalimat, yaitu jelaslah bahwa buku sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia. d)
Paragraf Tanpa Kalimat Utama
Paragraf ini tidak mempunyai kalimat utama. Berarti pikiran utama tersebar di seluruh kalimat yang membangun paragraf tersebut. Bentuk ini biasa digunakan dalam karangan berbentuk narasi atau deskripsi. Contoh paragraf tanpa kalimat utama: Contoh :
Enam puluh tahun yang lalu, pagi-pagi tanggal 30 Juni 1908, suatu benda cerah tidak dikenal melayang menyusur lengkungan langit sambil meninggalkan jejak kehitam-hitaman dengan disaksikan oleh paling sedikit seribu orang di pelbagai dusun Siberi Tengah. Jam menunjukkan pukul 7 waktu setempat. Penduduk desa Vanovara melihat benda itu menjadi bola api membentuk cendawan membubung tinggi ke angkasa, disusul ledakan dahsyat yang menggelegar bagaikan guntur dan terdengar sampai lebih dari 1000 km jauhnya. (Intisari, Feb.1996 dalam Keraf, 1980:74) Sukar sekali untuk mencari sebuah kalimat topik dalam paragraf di atas, karena seluruh paragraf bersifat deskriptif atau naratif. Tidak ada kalimat yang lebih penting dari yang lain. Semuanya sama penting, dan bersama-sama membentuk kesatuan dari paragraf tersebut. Paragraf tanpa kalimat utama disebut juga paragraf naratif atau paragraf deskriptif, yang merupakan salah satu jenis paragraf yang dibicarakan dalam penelitian ini. 3
Jenis Paragraf Berdasarkan Isi
a)
Narasi
15
Narasi atau cerita adalah jenis karangan yang menceritakan suatu pokok persoalan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam narasi adalah :
Biasanya cerita disampaikan secara kronologis.
Mengandung plot atau rangkaian peristiwa.
Ada tokoh yang menceritakan, baik manusia maupun bukan.
Contoh:
Tepat pukul 16.30 perhitungan suara pilkades di empat tempat pemungutan suara selesai. Berita acarapun segera dibuat dan di tanda tangani, Pak Camat mengumumkan hasilnya. Teten yang bertanda gambar padi mendapat 782 suara, Sugiono dengan tanda gambar ketela 324 suara, Paidi bertanda gambar jagung 316 suara. Suara tidak sah ada 33 lembar. b)
Deskripsi
Deskripsi adalah jenis karangan yang dibuat untuk menyampaikan gambaran secara objektif suatu keadaan sehingga pembaca memiliki pemahaman yang samadengan informasi yang disampaikan. Ciri-ciri diskripsi adalah :
Bersifat informatif
Pembaca diajak menikmati sesuatu yang ditulis
Susunan peristiwa tidak dianggap penting
Contoh :
Pagi hari itu duduk di bangku yang panjang dalam taman belakang rumah. Matahari belum tinggi, baru sepenggalah. Sinar matahari pagi menghangatkan badan. Di depanku bermekaran bunga beraneka warna. Angin pegunungan membelai wajah, membawa bau harum bunga. Kuhirup hawa pagi yang segar sepuas-puasku. Nyaman rasa badan dan hilanglah lelah berjalan untuk sehari kemarin.
16
c)
Eksposisi
Eksposisi adalah karangan yang dibuat untuk menerangkan suatu pokok persoalan yang dapat meperluas wawasan pembaca. Untuk mempertegas masalah yang disampaikan biasanya dilengkapi dengan gambar, data, dan statistik. Contoh :
Investasi langsung asing di China pada 2010 mencapai $105,7 miliar dan pada 2011 sebesar $116 miliar. Sedangkan investasi asing pada semester pertama 2012 adalah $117 miliar. Negara utama asal investasi asing ke China adalah Amerika Serikat (28%), Eropa (23,42%) dan Asia (31,23%). d)
Argumentasi
Argumentasi adalah jenis karangan yang berisi gagasan lengkap dengan bukti dan alasan serta dijalin dengan proses penalaran yang kritis dan logis. Argumentasi dibuat untuk mempengaruhi atau meyakinkan pembaca untuk menyatakan persetujuannya. Contoh :
Keluaga
berencana
berusaha
menjamin
kebahagiaan
hidup
keluarga. Ibu tidak selalu merana oleh karena setiap tahun melahirkan. Ayah tidak pula terlalu pusing memikirkan usaha untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Anakpun tidak terlantar hidupnya karena kebutuhan hidup yang terjamin. e)
Persuasi
Persuasi adalah jenis karangan yang disampaikan dengan menggunakan bahasa yang singkat, padat, dan menarik untuk mempengaruhi pembaca sehingga pembaca terhanyut oleh siratan isinya.
17
Contoh :
Menabung uang di bank lebih aman dan menguntungkan. Uang kita akan mendapat keuntungan dari bank sesuai dengan uang tabungan yang telah disetor. Uang kita juga akan terjaga keamanannya dari pencurian. Oleh karena itu marilah kita menabung uang di bank sebagai jaminan masa depan kelak.
18
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dengan pembahasan yang sudah kami sajikan diatas, kelompok kami memberikan kesimpulan bahwa :
Paragraf merupakan sekumpulan kalimat yang dirangkai atau dihubungkan sehingga membentuk suatu gagasan tertentu.
Sebuah paragraf yang baik harus memperhatikan beberapa persyaratan agar terbentuk suatu gagasan yang mudah dimengerti oleh para pembaca.
Paragaf dibedakan menjadi tiga yaitu paragraf yang terbentuk berdasarkan sifat dan tujuan, berdasarkan letak kalimat utamanya, dan berdasarkan isinya.
B.
Saran
Dalam membuat suatu paragraph yang terdiri dari beberapa kalimat harus mengetahi dahulu kalimat yang akan disusun yang akan menjadi paragraph tersebut, harus memiliki hubungan yang erat dan memenuhi syarat- syarat yang telah penulis uraikan di bab sebelumnya. Demikian makalah ini penulis buat, semoga dapat bermanfaat dan menambah wawasan para pembaca. Penulis mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas, kurang dimengerti dan lugas, tentunya banyak kekurang dan kelemahan karana terbatasnya materi dan referensi yang kami peroleh. Penulis juga sangat mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalh ini dapat diterima dengan baik.
19
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, E. Zaenal & S. Amran Tasai, ”Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi Edisi Revisi”, Jakarta: Akademika Pressindo, 2010. Widjojo
Hs,
“ Bahasa
Indonesia:
Mata
Kuliah
Pengembangan
Kepribadian di Pergurua Tinggi”, Jakarta: Grasindo, 2005.
20