25
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kami panjatkan ke khadirat Allah swt atas berkat dan rahmatnya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul "kosakata dan diksi". Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dari pengajar mata kuliah bahasa indonesia.
Dalam Penyusunan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan - kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan penyusunan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada :
Ibu Sri Utaminingsih SE. MM selaku Guru Mata kuliah yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pkiran dalam pelaksanaan bimbingan, pengarahan, dorongan dalam rangka penyelesaian penyusunan makalah ini
Rekan-rekan semua di Kelas 01SMJMG Universitas Pamulang.
Secara khusus kami menyampaikan terima kasih kepada keluarga yang telah memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar kepada penyusun.
Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan makalah ini.
Kami berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal 'Alamiin.
Pamulang, 09 April 2014
Penyusun
Kelompok 2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar …………………………………………………………. 1
Daftar Isi …………………………………………………………………. 2
Bab1 pendahuluan …………………………………………………….. 3
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………… 3
1.2 Tujuan ……………………………………………………………….. 3
1.3 Rumusan Masalah ………………………………………………… 3
Bab2 ……………………………………………………………………… 4
2.1 Pengertian Kosakata ……………………………………………… 4
2.2 Jenis Kosakata …………………………………………………….. 7
2.3 Pengertian Diksi …………………………………………………… 10
2.4 Tujuan Diksi ……………………………………………………….. 12
2.5 Fungsi Diksi ……………………………………………………….. 13
2.6 Kata-kata ilmiah……………………………………………………. 14
2.7 Kriteria Diksi………………………………………………………… 15
2.8 Kesesuaian Diksi…………………………………………………... 17
2.9 Klasifikasi kata Berdasarkan Diksi……………………………….. 18
Bab3……………………………………………………………………… 23
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………. 23
3.2 Saran ………………………………………………………………… 24
Daftar Pustaka ………………………………………………………….. 25
Anggota kelompok2 …………………………………………………….. 26
BAB1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dari guru mata pelajaran Bahasa Indonesia Sesuai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SK&KD). Makalah ini disusun berdasarkan tugas kelompok, dan kami kelompok 2 mendapat bagian menyusun materi mengenai kosakata dan diksi.
1.2 Tujuan
1. Memenuhi tugas guru mata pelajaran bahasa indonesia
2. Menambah pengetahuan mengenai Materi kosakata dan diksi
1.3. Rumusan Makalah
1. Pengertian kosakata dan diksi
2. pembentukan istilah dan definisi
3. klasifikasi kata berdasrkan diksi
BAB 2
2.1 PENGERTIAN KOSAKATA
Kosakata (bahasa Inggris: vocabulary) adalah himpunan kata yang diketahui oleh seseorang atau entitas lain, atau merupakan bagian dari suatu bahasa tertentu. Kosakata seseorang didefinisikan sebagai himpunan semua kata-kata yang dimengerti oleh orang tersebut atau semua kata-kata yang kemungkinan akan digunakan oleh orang tersebut untuk menyusun kalimat baru. Kekayaan kosakata seseorang secara umum dianggap merupakan gambaran dari intelejensia atau tingkat pendidikannya. Karenanya banyak ujian standar, seperti SAT, yang memberikan pertanyaan yang menguji kosakata.Penambahan kosakata seseorang secara umum dianggap merupakan bagian penting, baik dari proses pembelajaran suatu bahasa ataupun pengembangan kemampuan seseorang dalam suatu bahasa yang sudah dikuasai. Murid sekolah sering diajarkan kata-kata baru sebagai bagian dari mata pelajaran tertentu dan banyak pula orang dewasa yang menganggap pembentukan kosakata sebagai suatu kegiatan yang menarik dan edukatif.
Seseorang yang menguasai banyak kosakata dapat menyampaikan gagasannya dengan baik. Namun, akan lebih baik jika dalam mengungkpakan gagasannya, ia dapat memilih atau menempatkan kata secara tepat dan sesuai.
pilihan kata atau diksi pada dasarnya adalah hasil dari upaya memilih kata tertentu untuk dipakai dalam kalimat, alenia, atau wacana.
pemilihan kata akan dapat dilakukan bila tersedia sejumlah kata yang artinya hampir sama atau bermiripan. Ketepatan pilihan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata yang dapat menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar. Untuk itu, agar gagasan-gagasan tersebut dapat dengan tepat agar pada imajinasi pembaca atau pendengar, ketersediaan kata yang dimiliki oleh seorang penulis mutlak diperlukan yaitu berupa perbendaharaan kata yang memadai, seakan-akan ia memiliki daftar kata.
persoalan ketepatan pilihan kata itu menyangkut pula masalah makna kata dan kosa kata seseorang, sehingga dari daftar kata itu dipilih salah satu kata yang paling tepat untuk mengungkapkan suatu pengertian. Tanpa menguasai sediaan kata yang cukup banyak, tidak mungkin seseorang dapat melakukan pemilihan atau seleksi kata.
Pemilihan kata bukanlah sekedar kegiatan memilih kata yang tepat, melainkan juga memilih kata yang cocok. Cocok dalam hal ini berarti sesuai dengan konteks dimana kata itu berada, dan maknanya tidak bertentangan dengan nilai rasa masyarakat pemakainya. Untuk itu, dalam memilih kata diperlukan analisis dan pertimbangan tertentu.
hal-hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan pilihan kata adalah diantaranya penulis atau pengarang mampu membedakan secara cermat denotasi dan konotasi kata, mampu mengetahui kata kerja yang menggunakan kata depan yang harus digunakan secara idiomatic, mampu membedakan kata-kata yang mirip ejaannya, menghindari kata-kata yang hampir bersinonim.
kata-kata yang bersinonim tidak selalu memiliki distribusi yang saling melengkapi. Oleh karena itu, penulis atau pembicara harus berhati-hati memilih kata dari sekian sinonim yang ada untuk menyampaikan apa yang diinginkannya, sehingga tidak timbul interpretasi yang berlainan,
sebagai contoh :
kata mati bersinonim dengan mampus, meninggal, wafat, mangkat, tewas, gugur, berpulang, kembali ke haribaan tuhan.
akan tetapi, kata-kata tersebut tidak dapat bebas digunakan. Mengapa? Ada nilai rasa dan nuansa makna yang membedakannya.
kita tidak bisa mengatakan kucing kesayanganku wafat tadi malam.
sebaliknya, kita tidak dapat mengatakan menteri fulan mati tadi malam.
itulah contoh hasil analisis dan pertimbangan tertentu.
jadi, ketepatan makna harus menuntut kesadaran penulis atau pembicara untuk tetap mengikuti perkembangan makna kata dari waktu ke waktu.
Dari uraian diatas ada tiga hal yang dapat kita simpulkan, yaitu
Kemampuan memilih kata hanya dimungkinkan bila sesorang menguasai banyak kosa kata,
Pilihan kata mengandung pengertian upaya atau kemampuan membedakan secara tepat kata-kata yang memiliki nuansa makna bersinonim,
Pilihan kata menyangkut kemampuan untuk memilih kata yang tepat dan cocok situasi atau konteks tertentu.
Dengan demikian bahwa pilihan kata sebenarnya berhubungan dengan tutur dan tata tulis untuk mewadahi pikiran. Untuk memilih kata dengan tepat, diperlukan penguasaan kosa kata yang memadai.
kata yang dipilih dapat memberikan ketepatan makna karena pada masyarakat tertentu sebuah kata sering mempunyai makna yang baik, dan pada masyakat lain memberikan makna yang kurang baik.
penggunaan kata harus sesuai dengan norma kebahasaan masyarakat. Agar tidak salah, gunakanlah kamus sebagai pedoman dalam pemilihan kata. Karena dalam menggunakan kamus, kata-kata yang disajikan tidak hanya sebatas kata, tetapi beserta contoh kalimatnya, sehingga kita bisa melihat dengan tepat konteks kata tersebut.
Jadi yang dimaksud dengan pilihan kata atau diksi adalah pemilihan kata – kata yang sesuai dengan apa yang hendak kita ungkapkan. Saat kita berbicara, kadang kita tidak sadar dengan kata – kata yang kita gunakan. Maka dari itu, tidak jarang orang yang kita ajak berbicara salah menangkap maksud pembicaraan kita.
2.2 JENIS KOSAKATA
Menurut Tarigan, Dj. (1994) jenis kosakata dapat dikategorikan sebagai berikut ini.
a) Kosakata dasar
Kosakata dasar (basic vocabularry) adalah kata-kata yang tidak mudah berubah atau sedikit sekali kemungkinannya dipungut dari bahasa lain. Di bawah ini yang termasuk ke dalam kosakata dasar yaitu:
Istilah kekerabatan, misalnya: ayah, anak, nenek, kakek, paman, bibi, mertua, dan sebagainya.
Nama-nama bagian tubuh, misalnya: kepala, rambut, lidah dan sebagainya.
Kata ganti (diri, petunjuk), misalnya: saya, kamu, dia, kami, kita, mereka, ini, itu, sana, sini dan sebagainya
Kata bilangan, misalnya: satu, dua, sepuluh, seratus, sejuta, dan sebagainya.
Kata kerja, misalnya: makan, minum, tidur, pergi, dan sebagainya.
Kata keadaan, misalnya: suka, duka, lapar, haus, dan sebagainya.
Kosakata benda, misalnya: tanah, udara, air, binatang, matahari, dan sebagainya.
b) Kosakata aktif dan kosakata pasif
Kosakata aktif ialah kosakata yang sering dipakai dalam berbicara atau menulis, sedangkan kosakata pasif ialah kosakata yang jarang bahkan tidak pernah dipakai, tetapi biasanya digunakan dalam istilah puitisasi. Sebagai contoh dapat tergambar dalam tabel di bawah ini.
KOSAKATA AKTIF DAN PASIF
Kosakata Aktif
Kosakata Pasif
Bunga, kembang
Matahari
Angin
Hati
Jiwa
(zaman) dahulu
dsb.
Puspa, kusuma
Surya, mentari
Bayu, puwana
Kalbu
Sukma
Bahari
dsb.
c) Bentukan kosakata baru
Kosakata baru ini muncul disebabkan adanya sumber dalam dan sumber luar bahasa. Sumber dalam diartikan sebagai kosakata swadaya bahasa Indonesia sendiri, sedangkan sumber luar merupakan sumber yang berasal dari kata-kata bahasa lain. Kosakata sumber luar ini meliputi pungutan dari bahasa daerah ataupun juga bahasa asing.
d) Kosakata umum dan khusus
Kosakata umum adalah kosakata yang sudah meluas ruang lingkup pemakaiannya dan dapat menaungi berbagai hal, sedangkan kosakata khusus adalah kata tertentu, sempit, dan terbatas dalam pemakaiannya.
e) Makna denotasi dan konotasi
Kridalaksana (dalam Tarigan, 1994:531) memberi definisi mengenai makna denotasi yaitu kata atau kelompok kata yang didasarkan pada penunjukkan yang lugas pada sesuatu di luar bahasa atau yang didasarkan atas konvensi tertentu, sifatnya objektif. Makna denotasi ini biasa disebut juga dengan makna sebenarnya; makna yang mengacu pada suatu referen tanpa ada makna embel-embel lain; bukan juga makna kiasan atau perumpamaan. Makna denotasi ini tidak menimbulkan interpretasi dari pendengar atau pembaca.
Makna konotasi adalah makna yang timbul dari pendengar atau pembaca dalam menstimuli atau meresponnya. Dalam merespon ini terkandung emosional dan evaluatif yang mengakibatkan munculnya nilai
rasa terhadap penggunaan atau pemakaian bahasa atau kata-kata tersebut. Dalam pembagiannya, makna konotasi ini terbagi menjadi konotasi positif dan konotasi negatif. Konotasi positif yaitu konotasi yang mengandung nilai ras tinggi, baik, halus, sopan dan sebagainya. Misalnya: suami isteri, jenazah, nenek dan sebagainya. Sedangkan yang dimaksud konotasi negatif adalah konotasi yang mengandung nilai rasa rendah, jelek, kasar, kotor, porno, dan sebagainya. Misal: laki bini, buruh, mayat, bunting, udik, dan sebagainya.
f) Kata tugas
Dalam Alwi (1999:287) mengatakan bahwa kata tugas dapat bermakna apabila dirangkaikan dengan kata lain. Kata tugas ini hanya memiliki arti gramatikal seperti ke, karena, dan, dari, dan sebagainya.
g) Kata benda (nomina)
Kata benda atau nomina dapat diklasifikasikan ke dalam tiga segi, yaitu dari segi semantis, sintaksis, dan segi bentuk. Secara semantis kata benda adalah kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda, dan konsep atau pengertian. Secara sintaksis biasanya diikuti oleh kata sifat dan dapat diikuti kata 'bukan'. Sedangkan dari segi bentuk morfologinya, kata benda terdiri atas nomina bentuk dasar dan nomina turunan
2.3 Pengertian Diksi
Diksi, dalam arti aslinya dan pertama, merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis atau pembicara.[rujukan?] Arti kedua, arti "diksi" yang lebih umum digambarkan dengan enunsiasi kata – seni berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar dan dipahami hingga kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini membicarakan pengucapan dan intonasi, daripada pemilihan kata dan gaya.
Dari buku Gorys Keraf (DIKSI DAN GAYA BAHASA (2002), hal. 24) dituliskan beberapa point – point penting tentang diksi, yaitu :
Plilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata – kata mana yang harus dipakai untuk mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata – kata yang tepat atau menggunakan ungkapan – ungkapan, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.
Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa – nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.
Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasa sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud pembendaharaan kata atau kosa kata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki suatu bahasa.
Diksi memiliki beberapa bagian; pendaftaran – kata formal atau informal dalam konteks sosial – adalah yang utama. Analisis diksi secara literal menemukan bagaimana satu kalimat menghasilkan intonasi dan karakterisasi, contohnya penggunaan kata-kata yang berhubungan dengan gerakan fisik menggambarkan karakter aktif, sementara penggunaan kata-kata yang berhubungan dengan pikiran menggambarkan karakter yang introspektif. Diksi juga memiliki dampak terhadap pemilihan kata dan sintaks.
Selain itu juga Diksi, digambarkan dengan kata – seni berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar dan dipahami hingga kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini membicarakan pengucapan dan intonasi, daripada pemilihan kata dan gaya. Atau kemampuan membedakan secara tepat nuansa – nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.
Jika dilihat dari kemampuan pengguna bahasa, ada beberapa hal yang mempengaruhi pilihan kata, diantaranya :
Tepat memilih kata untuk mengungkapkan gagasan atau hal yang 'diamanatkan'
Kemampuan untuk membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa pembacanya.
Menguasai sejumlah kosa kata (perbendaharaan kata) yang dimiliki masyarakat bahasanya, serta mampu menggerakkan dan mendayagunakan kekayaannya itu menjadi jaring-jaring kalimat yang jelas dan efektif.
2.4 TUJUAN DIKSI
Agar maksud dan tujuan pilihan kata dapat tercapai seperti apa yang telah dituliskan pada definisi tersebut diperlukan semacam indikator bahwa si pendengar atau pembicara dapat memiliki gambaran atau perasaan yang sama layaknya penulis atau pembaca, yaitu :
Dapat mengkomunikasikan gagasan dan sesuai berdasarkan kaidah suatu bahasa, dalam hal ini adalah kaidah bahasa Indonesia
Menghasilkan komunikasi puncak (yang paling efektif) tanpa salah penafsiran atau salah makna
Menghasilkan respon pembaca atau pendengar sesuai dengan harapan si penulis atau pembicara, dan
Mendapatkan target komunikasi yang diharapkan.
Untuk itu diperlukan sesuatu yang disebut dengan kesesuaian pilihan kata dan ketepatan pilihan kata walaupun kedua pilihan kata tersebut memiliki arti yang berbeda. Ketepatan pilihan kata berkenaan apakah kata yang digunakan sudah setepat-tepatnya, sehingga tidak menimbulkan anggapan yang lain antara pembicara dan pendengar atau penulis dengan pembaca.
Adapun yang berkenaan pilihan kata, apakah kata yang digunakan tersebut tidak merusak suasana atau menyinggung perasaan orang yang diajak berbicara.
2.5 Fungsi Diksi
Fungsi dan yang mempengaruhi Diksi :Hal-hal yang mempengaruhi diksi berdasar kemampuan pengguna bahasa :
- Serangkaian kalimat harus jelas dan efektif sehingga sesuai dengan
gagasan utama.
- Cara dari mengimplementasikan sesuatu kedalam sebuah situasi .
- Sejumlah kosakata yang didengar oleh masyarakat harus benar-benar
di kuasai.
Fungsi dari diksi :
- Untuk mencegah kesalah pahaman.
- Untuk mencapai target komunikasi yang efektif.
- Untuk Melambangkan gagasan yang di ekspresikan secara verbal.-
supaya suasana yang tepat bisa tercipta.
- Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi,
tidak resmi) sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca.
2.6 KATA-KATA ILMIAH
Dalam kehidupan sehari-hari, kita tentu saja sudah sangat sering mendengar kata ilmiah. Kata ilmiah seringkali dihubungkan dengan bidang pendidikan atau hal-hal yang berbau ilmu pengetahuan.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua, kata ilmiah memiliki arti bersifat ilmu. Secara ilmu pengetahuan, memenuhi syarat (kaidah) ilmu pengetahuan. Namun, pengertian dari kata ilmiah itu sendiri tidak lantas menjelaskan keilmiahan dari sebuah karya atau kegiatan yang bersifat ilmiah. Untuk mengukur keilmiahan suatu karya atau kegiatan perlu ada tolok ukur.
Agar seseorang dapat mendayagunakan bahasa secara maksimal diperlukan kesadaran betapa pentingnya menguasai kosakata. Penguasaan kosakata tidak akan pernah lepas dari kemampuan mengunakan pilihan kata secara tepat.
Memilih kata yang tepat untuk dapat menyampaikan gagasan ilmiah menuntut penguasaan, seperti :
Ketrampilan yang tinggi terhadap bahasa yang digunakan,
Wawasan bidang ilmu yang ditulis
Konsistensi penggunaan sudut pandang, istilah, baik dalam makna maupun bentuk agar tidak menimbulkan salah penafsiran,
Syarat ketepatan kata, dan
Syarat kesesuaian kata.
Oleh karena itu, ketepatan pemilihan kata terkait dengan konsep, logika, dan gagasan yang hendak ditulis dalam karangan.
Ketepatan tersebut akan dapat menghasilkan kepastian makna, sedangkan kesesuian kata menyangkut kecocokan antara kata yang dipakai dengan situasi yang hendak diciptakan, sehingga tidak mengganggu suasana batin, emosi, atau psikis penulis dengan pembacanya, pembicara dengan pendengarnya.
2.7 Kriteria Diksi
Agar dapat menghasilkan pengungkapan yang menarik melalui pilihan kata maka diksi yang baik harus memenuhi kriteria, yaitu :
· Ketepatan dalam pemilihan kata dalam menyampaikan suatu gagasan.
· Seorang pengarang harus mempunyai kemampuan untuk membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa bagi pembacanya.
· Menguasai berbagai macam kosakata dan mampu memanfaatkan kata-kata tersebut menjadi sebuah kalimat yang jelas, efektif dan mudah dimengerti.
Kriteria pemilihan kata
Dapat membedakan antara denotasi dan konotasi Misalnya :
- Monyet itu kurus sekali.
- Dasar monyet kamu itu!
Dapat membedakan kata-kata yang hampir mirip dalam ejaannya
Misalnya :
- Karton - Kartun
- Intensif – Insentif
Dapat memahami makna kata-kata abstrak dan kata konkrit.
Kata abstrak :
Jika kata itu bermakna sifat, keadaan dan kegiatan. Contoh : Ketulusan, Kebodohan, Kepandaian, Kecintaan dan lain-lain.
Kata konkrit :
Jika kata itu bermakna pada suatu benda, orang atau apa saja yang mempunyai eksistensi.
Misalnya : Mobil, Motor, Rumah dan lain-lain.
Contoh :
- Ketulusan hatinya membuat dia akhirnya luluh.
- Ayah baru membeli motor kemarin.
Dapat memakai kata penghubung yang berpasangan secara tepat.
Contoh :
- Antara aku dan dia tidak terjadi apa-apa.
- Baik menang maupun kalah itu sama saja.
- Bukannya saya tidak percaya, tetapi saya agak ragu akan kemampuannya.
Dapat membedakan kata-kata umum dengan kata-kata khusus.
Contoh :
- Kata umum : melihat,
- Kata khusus : menatap, memandang, melotot, membelalak, melirik, memperhatikan, menonton.
2.8 KESESUAIAN DIKSI
Perbedaan ketepatan dan kecocokan pertama-tama mencakup soal kata mana yang akan digunakan dalam kesempatan tertentu, walaupun kadang-kadang masih ada perbedaan tambahan berupa perbedaan tata bahasa,pola kalimat, panjang atau kompleknya suatu alinea, dari beberapa segi lain. Perbedaan antara ketepatan dan kesesuaian dipersoalkan adalah apakah kita dapat mengungkapkan pikiran kita dengan cara yang sama dalam sebuah kesempatan dan lingkungan yang kita masuki.
Syarat-Syarat Kesesuaian Diksi
Syarat-syarat kesesuaian diksi adalah sebagai berikut:
1.Hindarilah sejauh mungkin bahasa aatau unsur substandard dalam situasi yang formal.
2.Gunakanlah kata-kata ilmiah dalam situasi yang khusus saja. Dalam situasi yang umum hendaknya penulis dan pembicara mempergunakan kata-kata popular.
3.Hindarilah jargon dalam tulisan untuk pembaca umum.
4.Penulis atau pembicara sejauh mungkin menghindari pemakaian kata-kata slang
5.Dalam penulisan jangan mempergunakan kata percakapan.
6.Hindarilah ungkapan-ungkapan usang (idiom yang mati).
7.Jauhkan kata-kata atau bahasa yang artfisial.
2.9 KLASIFIKASI KATA BERDASARKAN DIKSI
Klasifikasi kata berdasarkan makna
Makna denotatif
Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif adalah suatu pengertian yang dikandung sebuah kata secara objektif. Sering juga makna denotatif disebut makna konseptual.
Kata makan, misalnya, bermakna memasukkan sesuatu kedalam mulut, dikunyah, dan ditelan. Makna kata makan seperti ini adalah makna denotatif. Makna denotatif disebut juga dengan istilah; makna denatasional, makna kognitif, makna konseptual, makna ideasional, makna referensial, atau makna proposional (keraf,2002:2080). Disebut makna denotasional, konseptual, referensial dan ideasional, karena makna itu mengacu pada referensi, konsep atau ide tertentu dari suatu referensi. Disebut makna kognitif karena makna itu berhubungan dengan kesadaran, pengetahuan dan menyangkut rasio manusia.
Makna konotatif
Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat dari sikap sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual. Kata makan dalam makna konotatif dapat berarti untung atau pukul. Makna konotatif atau sering disebut juga makna kiasan, makna konotasional, makna emotif, atau makna evaluatif. Kata-kta yang bermakna konotatif atau kiasan biasanya dipakai pada pembicaraaan atau karangan nonilmiah, seperti: berbalas pantun, peribahasa, lawakan, drama, prosa, puisi, dan lain-lain. Karangan nonilmiah sangat mementingan nilai-nilai estetika. Nilai estetika dibangun oleh bahasa figuratif dengan menggunakan kata-kata konotatif agar penyampaian pesan atau amanat itu terasa indah.
Makna konotatif berbeda dari zaman ke zaman. Ia tidak tetap. Kata kamar kecil mengacu kepada kamar yang kecil (denotatif), tetapi kamar kecil berarti juga jamban (konotatif). Dalam hal ini, kita kadang-kadang lupa apakah suatu makna kata itu adalah makna denotatif atau konotaif.
Kata rumah monyet mengandung makna konotatif. Akan tetapi, makna konotatif itu tidak dapat diganti dengan kata lain, sebab nama lain untuk kata itu tidak ada yang yang tepat. Begitu juga dengan istilah rumah asap.
Makna konotatif dan makna denotatif berhubungan erat dengan kebutuhan pemakaian bahasa. Makna denotatif ialah arti harfiah suatu kata tanpa ada satu makna yang menyertainya, sedangkan makna konotatif adalah makna kata yang mempunyai tautan pikiran, perasaan, dan lain-lain yang menimbulkan nilai rasa tertentu. Dengan kata lain, makna denotatif adalah makna yang bersifat umum, sedankan makna konotatif lebih bersifat pribadi dan khusus.
Contoh:
Dia adalah wanita cantik (denotatif)
Dia adalah wanita manis (konotatif)
Kata cantik lebih umum dari pada kata manis. Kata cantik akan memberikan gambaran umum tentang seorang wanita. Akan tetapi, dalam kata manis terkandung suatu maksud yang lebih bersifat memukau perasaan kita.
Nilai kata-kata itu dapat bersifat baik dan dapat pula besifat jelek. Kata-kata yang berkonotasi jelek dapat kita sebutkan seperti kata tolol (lebih jelek dari pada bodoh), mampus (lebih jelek dari pada mati), dan gubuk (lebih jelek dari pada rumah). Di pihak lain, kata-kata itu dapat pula mengandung arti kiasan yang terjadi dari makna denotatif referen lain. Makna yang dikenakan kepada kata itu dengan sendirinya akan ganda sehingga kontekslah yang lebih banyak berperan dalam hal ini.
Contoh lain :
Sejak dua tahun yang lalu ia membanting tulang untuk memperoleh kepercayaaan masyarakat.
Kata membanting tulang (makna denotatif adalah pekerjaan membanting sebuah tulang) mengandung makna "berkerja keras" yang merupakan sebuah kata kiasan. Kata membanting tulang dapat kita masukan ke dalam golongan kata yang bermakna konotatif.
Kata-kata yang dipakai secara kiasan pada suatu kesempatan penyampaian seperti ini disebut idiom atau ungkapan. Semua bentuk idiom atau ungkapan tergolong dalam kata yang bermakna konotatif.
Kata-kata idiom atau ungkapan adalah sebagai berikut:
Keras kepala Panjang tangan, Sakit hati, dan sebagainya.
Klasifikasi makna berdasarkan leksikal
Sinonim
Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai makna yang sama, tetapi bentuknya berlainan. Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau kemiripan.Sinonim ini dipergunakan untuk mengalihkan pemakaian kata pada tempat tertentu sehingga kalimat itu tidak membosankan. Dalam pemakaianya bentuk-bentuk kata yang bersinonim akan menghidupkan bahasa seseorang dan mengonkritkan bahasa seseorang sehingga kejelasan komunikasi (lewat bahasa itu) akan terwujud. Dalam hal ini pemakai bahasa dapat memilih bentuk kata mana yang paling tepat untuk dipergunakannya sesuai dengan kebutuhan dan situasi yang dihadapinya.
contoh sinonim :
agung, besar, raya. penelitian, penyelidikan.
mati, mangkat, wafat, meninggal. cahaya, sinar.
ilmu, pengetahuan.
Antonim
Antonim adalah suatu kata yang artinya berlawanan satu sama lain. Antonim disebut juga dengan lawan kata.
Contoh antonim :
keras, lembek surga, neraka
naik, turun laki-laki, perempuan
kaya, miskin atas, bawah
Homonim
Homonim adalah suatu kata yang memiliki makna yang berbeda, lafal yang sama, dan ejaannya sama.
Contoh homonim :
Bu Andi bisa membuat program perangkat lunak komputer dengan berbagai bahasa pemrograman (bisa = mampu).
Bisa ular itu ditampung ke dalam bejana untuk diteliti (bisa = racun).
Homofon
Homofon adalah suatu kata yang memiliki makna yang berbeda, lafal yang sama, dan ejaannya berbeda.
Contoh homofon :
Guci itu adalah peninggalan masa kerajaan kutai (masa = waktu)
Kasus tabrakan yang menghebohkan itu dimuat di media massa (massa = masyarakat umum)
Homograf
Homograf adalah satu kata yang memiliki makna yang berbeda, lafal yang beda, dan ejaannya sama.
Contoh homograf :
Bapak dia seorang pejabat teras pemerintahan yang menjadi tersangka korupsi (teras= pejabat tinggi).
Kami tidur di teras karena kunci rumah dibawa oleh Andi (teras = bagian rumah).
Polisemi
Polisemi adalah suatu kata yang memiliki banyak pengertian.
Contoh polisemi :
Kepala desa Kepala surat
Hipernim
Hipernim adalah kata-kata yang mewakili banyak kata lain.
Kata hipernim dapat menjadi kata umum dari penyebutan kata-kata lainnya.
Contoh hipernim:
Hantu, ikan, kue
Hiponim
Hiponim adalah kata-kata yang terwakili artinya oleh kata hipernim.
Contoh hiponim :
Pocong, kantong wewe, sundel bolong, kuntilanak, pastur buntung, tuyul, genderuwo, dan lain-lain.
Lumba-lumba, tenggiri, hiu, nila, mujair, sepat, dan lain-lain.
BAB 3
3.1 KESIMPULAN
Diksi adalah ketepatan atau kesesuaian pilihan kata pada suatu paragraf atau wacana. Dengan penggunaan diksi yang tepat dan sesuai dengan pengekspresian paragraf atau wacana maka gaya bahasa menjadi efektif. Sehingga gaya bahasa membentuk suasana kejujuran, kesopanan, kemenarikan, tingkat keresmian, atau gaya percakapan. Gaya bahasa yang dihasilkan oleh pilihan kata terbagi tiga yaitu, gaya sederhana, gaya menengah dan gaya mulia.
Penggunaan ketepatan kata dipengaruhi oleh kemampuan pengguna bahasa. Kesesuaian kata diperlukan agar tidak merusak makna, suasana, dan situasi yang hendak ditimbulkan atau suasana yang sedang berlangsung. Pengembangan perubahan makna dilakukan untuk memenuhi kebutuhan komunikasi dan pengembangannya bersesuaian dengan kualitas pemikiran pemakainya.
Denotasi bermakna lazim atau aslinya sedangkan konotasi bermakna kias atau bukan makna sebenarnya. Sinonim adalah dua kata atau lebih yang memiliki perbedaan dalam hal bentuk, ejaan, dan pengucapan tetapi bermakna sama. Idiomatik adalah penggunaan kedua kata yang berpasangan dan tidak dapat digantikan dengan pasangan lain. Kata tanya merupakan kata yang hanya digunakan untuk menanyakan sesuatu.
Homonim merupakan kata yang memiliki tulisan dan bunyi yang sama, tetapi berbeda makna. Sedangkan homofon merupakan, kata yang memiliki bunyi yang sama dengan tulisan dan makna yang berbeda. Berbeda dengan homonim dan homofon, homograf merupakan kata yang memiliki tulisan dan makna yang sama tetapi bunyinya berbeda.
Kata abstrak mempunyai referensi berupa konsep, sedangkan kata konkret mempunyai referensi objek yang dapat diamati. Pemakaian dalam penulisan bergantung pada jenis dan tujuan penulisan. Kata umum adalah kata yang memiliki ruang lingkup yang luas, dan sifatnya umum sedangkan, kata khusus adalah kata yang memiliki ruang lingkup yang sempit, dan sifatnya khusus. Defenisi merupakan kata, frasa, atau kalimat yang mengungkapkan makna, keterangan, atau ciri utama orang, benda, proses, atau aktivitas, batasan arti, rumusan tentang ruang lingkup dan ciri-ciri suatu konsep yang menjadi pokok pembicaraan atau studi atau Uraian pengertian yang berfungsi membatasi objek, dan keadaan berdasarkan waktu dan tempat suatu kejadian.
SARAN
Diksi merupakan pilihan kata. Pilihan kata tersebut harus sesuai dan tepat. Ketepatan dan kesesuaian kata tersebut sangat penting dalam suatu karya sastra agar pesan yang disampaikan penulis dapat dimengerti oleh pembaca. Jadi, diksi sangat penting untuk dipelajari agar kita menjadi seorang Intelek yang profesional dan mampu membuat karya sastra yang bagus.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.gundar.agarirs.com/2012/10/pengertian-diksi-diksi-dalam-arti.html ata-kata hipernim
http://senseleaf.blogspot.com/2012/03/diksi.html
http://adevriko.blogspot.com/2011/07/kosa-kata-dan-diksi.html
www.peribahasaindonesia.com/pengertian-diksi-pilihan-kata/
http://ilhamposts.blogspot.com/2012/11/makalah-pilihan-kata-diksi.htmlc