BIMBINGAN PASIEN SAKARATUL MAUT DAN MENINGGAL Makalah Pendidikan Agama Islam Diajukan sebagai salah satu persyaratan Untuk melengkapi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam Disusun oleh: Ageng May Wibowo (213114064) Gini Sari Puspita
(213114062)
M. Andre Pratama
(213114074)
Nur Indah Puspitasari (213114045)
Prodi Ilmu Keperawatan S-1 (1B)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI
2014
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Allah swt. atas rahmat dan karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik . Tak lupa sebagai penulis kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yg mendukung pembuatan makalah ini. Makalah ini disusun guna melengkapi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam “BIMBINGAN PASIEN MENGHADAPI SAKARATUL MAUT DAN MENINGGAL”. Dalam penyusunan makalah ini, dengan kerja keras dan dukungan dari berbagai pihak, kami telah berusaha untuk dapat memberikan serta mencapai hasil yang semaksimal mungkin dan sesuai dengan harapan, walaupun di dalam pembuatannya kami menghadapi berbagai kesulitan karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang kami miliki. Oleh sebab itu pada kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya khususnya kepada Bapak Muhtarom, S. Pd., M.Pd selaku dosen pembimbing Pendidikan Agama Islam. Kami menyadari bahwa dalam penulisan dan pembuatan penulisan ilmiah ini, masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat kami butuhkan untuk dapat menyempurnakan makalah di masa yang akan datang. Semoga apa yang disajikan dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan teman-teman maupun pihak lain yang berkepentingan.
Cimahi, November 2014
Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................i DAFTAR ISI............................................................................................................ii BAB 1......................................................................................................................1 1.1 Latar Belakang............................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................1 1.3 Tujuan.........................................................................................................2 1.4 Manfaat.......................................................................................................2 BAB 2......................................................................................................................3 2.1 Pembahasan................................................................................................3 2.1.1 Pengertian Sakaratul Maut..........................................................................3 B. Pengertian meninggal......................................................................................5 C. Peran perawat dalam menghadapi pasien sakaratul maut dan meninggal.......6 D. Hadist yang menerangkan sakaratul maut.....................................................11 E. Bimbingan perawat terhadap pasien sakaratul maut......................................13 F. Perawatan jenazah menurut pandangan agama islam....................................16 BAB 3.................................................................................................................20 Kesimpulan.....................................................................................................20 3.2 Saran.........................................................................................................20 DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................21
2
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sakaratul maut merupakan kondisi pasien yang sedang menghadapi kematian, yang memiliki berbagai hal dan harapan tertentu untuk meninggal. Kematian merupakan kondisi terhentinya pernapasan, nadi, dan tekanan darah serta hilangnya respons terhadap stimulus eksternal, ditandai dengan terhentinya aktivitas otak atau terhentinya fungsi jantung dan paru secara menetap. Sakartul maut dan kematian merupakan dua istilah yang sulit untuk dipisahkan, serta merupakan suatu fenomena tersendiri. kematian lebih kearah suatu proses, sedangkan sakaratul maut merupakan akhir dari hidup. Dalam menangani pasien sakaratul maut Peran perawat sangat komprehensif dalam menangani klien karena peran perawat adalah memenuhi kebutuhan biologis, sosiologis, psikologis, dan spiritual klien. Namun peran spiritual ini sering kali diabaikan oleh perawat. Dan bimbingan
yang
dilakukan
perawat
dalam
menangani
pasien
ini
Menalqin(menuntun) dengan syahadat, Hendaklah mendo’akannya dan janganlah mengucapkan dihadapannya kecuali kata-kata yang baik, Berbaik Sangka kepada Allah,
Membasahi
kerongkongan
orang
yang
sedang
sakaratul
Menghadapkan orang yang sakaratul maut ke arah kiblat
1.2 Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari sakaratul maut dan sebutkan tanda-tandanya? 2. Apa pengertian dari meninggal? 3. Bagaimana peran perawat dalam menghadapi pasien sakaratul maut dan meninggal? 4. Apa saja hadist yang menerangkan tentang sakaratul maut? 5. Bagaimana bimbingan perawat dalam membantu pasien sakaratul maut? 6. Bagaimana perawatan jenazah menurut pandangan agama islam?
1
maut,
1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian dari sakaratul maut dan tanda-tandanya. 2. Untuk mengetahui pengertian dari meninggal. 3. Untuk memahami peran perawat dalam menghadapi pasien sakaratul maut danmeninggal. 4. Untuk mengetahui hadist yang menerangkan tentang sakaratul maut. 5. Untuk memahami bimbingan perawat dalam membantu pasien sakaratul maut. 6. Untuk memahami perawatan jenazah menurut pandangan agama islam
1.4 Manfaat 1. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian dari sakaratul maut dan tandatandanya. 2. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian dari meninggal. 3. Mahasiswa mampu memahami peran perawat dalam menghadapi pasien sakaratul maut dan meninggal. 4. Mahasiswa mampu mengetahui hadist yang menerangkan tentang sakaratul maut. 5. Mahasiswa mampu memahami bimbingan perawat dalam membantu pasien sakaratul maut. 6. Mahasiswa mampu memahami perawatan jenazah menurut pandangan agama islam.
2
BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 Pembahasan 2.1.1 Pengertian Sakaratul Maut Sakaratul maut merupakan kondisi pasien yang sedang menghadapi kematian, yang memiliki berbagai hal dan harapan tertentu untuk meninggal. Kematian merupakan kondisi terhentinya pernapasan, nadi, dan tekanan darah serta hilangnya respons terhadap stimulus eksternal, ditandai dengan terhentinya aktivitas otak atau terhentinya fungsi jantung dan paru secara menetap. Sakartul maut dan kematian merupakan dua istilah yang sulit untuk dipisahkan, serta merupakan suatu fenomena tersendiri. kematian lebih kearah suatu proses, sedangkan sakaratul maut merupakan akhir dari hidup. Mengenai tanda-tanda khusul khotimah atau su’ul khotimah seseorang yang sedang sakaratul maut, Usman bin Affan pernah berkata bahwa Nabi (SWT) bersabda: “Perhatikanlah orang yang hampir mati,seandainya kedua matanya terbelalak,dahinya berkeringat,dan dua lubang hidungnya bertambah besar,membuktikan bahwa ia sedang memperoleh kabar gembira,tetapi jika dia mendengar seperti orang yang sedang mendengkur (ngorok) atau tercekik,wajahnya pucat,mulutnya bertambah besar,berarti ia telah mendapat kabar buruk”. Adapun orang-orang mukmin yang sedang sakaratul maut, Nabi (SWT) telah menggambarkan dengan sabdanya: “Ketika menjelang roh orang mukmin dicabut,maka datanglah malaikat pencabut nyawa membawa kain sutra yang didalamnya ada minyak kasturi dan sejambak bunga yang wangi,kemudian roh orang Mukmin itu pun dicabut dengan lemah lembut seperti mencabut rambut dari adonan tepung,lalu diserukan kepadanya:
3
“Wahai jiwa yang tenteram kembalillah kepada Tuhan-Mu dalam keadaan ridho dan diridhoi dan kembalilah kepada rahmat dan kasih sayang Allah”. Gambaran tentang beratnya sakaratul maut dijelaskan dalam Al Qur,an dan hadis. “ Kalau sekiranya kamu dapat melihat malaikat mencabut nyawa orang-orang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka serta berkata “rasakan olehmu siksa neraka yang membakar” (niscaya kamu akan merasa sangat nyeri) (QS Al Anfal: 50). Alangkah dasyatnya sekiranyakamu melihat diwaktu orang-orang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedangkan para malaikat memukul dengan tangannya (sambil berkata) “keluakanlah nyawamu!)” Pada hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan karena kamu selalu mengatakan terhadap ALLAH perkataan yang tidak benar dan karena kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya” (QS. Al An’am :93) Cara malaikat Izrail mencabut nyawa tergantung dari amal perbuatan orang yang bersangkutan bila orang yang akan meninggal dunia itu durhaka kepada ALLAH maka malaikat Izrail mencanut nyawanya dengan kasar. Sebaliknya bila terhadap orang sholeh cara mencabutnya dengan lemah lembut dan dengan hati-hati. Namun demikian peristiwa terpisahnya nyawa dengan raga tetap amat menyakitkan. “ Sakitnya sakaratul maut itu, kira-kira tiga ratus kali sakitnya di pukul pedang. “ ( HR. Ibnu Abu Dunya). Tanda-Tanda Sakaratul Maut Ciri-ciri pokok (secara medis) orang yang akan melepaskan nafasnya yang terakhir (sakaratul maut), adalah sebagai berikut: 1. penginderaan dan gerakan menghilang secara berangsur-angsur yang dimulai pada anggota gerak paling ujung khususnya pada ujung kaki, tangan, ujung hidung yang terasa dingin dan lembab, 2. kulit nampak kebiru-biruan kelabu atau pucat. 3. Nadi mulai tak teratur, lemah dan pucat. 4. Terdengar suara mendengkur disertai gejala nafas cyene stokes. 4
5. Menurunnya tekanan darah, peredaran darah perifer menjadi terhenti dan rasa nyeri bila ada biasanya menjadi hilang. Kesadaran dan tingkat kekuatan ingatan bervariasi tiap individu. Otot rahang menjadi mengendur, wajah pasien yang tadinya kelihatan cemas nampak lebih pasrah menerima. 2.1.2Pengertian Meninggal Mati atau kematian berasal dari bahasa arab. Mati biasa juga disebut meninggal dunia, yang berarti tidak bernyawa, atau terpisahnya roh dari zat, psikis dari fisik, jiwa dari badan, atau yang ghaib dari yang nyata. Seseorang yang sudah mati disebut mayat/ jenazah. Pada hakekatnya maut atau mati adalah akhir dari kehidupan dan sekaligus awal kehidupan (baru). Jadi maut bukan kesudahan, kehancuran atau kemusnahan. Maut adalah suatu peralihan dari suatu dunia ke dunia lain, dari suatu keadaan kepada keadaan lain, tempat kehidupan manusia akan berlanjut. Kematian adalah sesuatu yang pasti pada saat yang telah ditentukan, tidak ada kaitannya dengan perang atau damai, tempat yang kokoh atau yang sederhana,
dan
ada
upaya
atau
tidak
untuk
mempercepat
atau
memperlambatnya. Jika maut itu datang, maka datanglah ia. Dalam al-Quran surah Yunus ayat 49, menyatakan tentang kematian yang sudah pasti adanya. “... Tiap-tiap umat mempunyai ajal. Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukan-Nya.”
Seseorang yang dikatakan mati apabila mempunyai tanda-tanda sebagai berikut:
5
1. Fungsi spontan pernapasan jantung telah berhenti secara pasti atau irreversible, 2. Bila terbukti telah terjadi kematian batang otak. 2.1.3 Peran Perawat Dalam Menghadapi Pasien Sakaratul Maut Dan Meninggal Perawat adalah profesi yang difokuskan pada perawatan individu, keluarga, dan masyarakat sehingga mereka dapat mencapai, mempertahankan, atau memulihkan kesehatan yang optimal dan kualitas hidup dari lahir sampai mati. Bagaimana peran perawat dalam menangani pasien yang sedang menghadapi proses sakaratul maut? Peran perawat sangat komprehensif dalam menangani klien karena peran perawat adalah memenuhi kebutuhan biologis, sosiologis, psikologis, dan spiritual klien. Namun peran spiritual ini sering kali diabaikan oleh perawat. Padahal aspek spiritual ini sangat penting terutama untuk pasien terminal yang didiagnose harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati sakaratul maut. Menurut Dadang Hawari (1977,53) “ orang yang mengalami penyakit terminal dan menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan, krisis spiritual, dan krisis kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat klien menjelang ajal perlu mendapat perhatian khusus.” Pasien terminal biasanya dihinggapi rasa depresi yang berat, perasaan marah akibat ketidakberdayaan dan keputusasaan. Dalam fase akhir kehidupannya ini, pasien tersebut selalu berada di samping perawat. Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan spiritual dapat meningkatkan semangat hidup klien yang didiagnosa harapan sembuhnya tipis dan dapat mempersiapkan diri pasien untuk menghadapi alam yang kekal. Menurut konsep Islam, fase akhir tersebut sangat menentukan baik atau tidaknya kematian seseorang dalam menuju kehidupan
alam
kekal
dan
perawat
sendiri
kelak
akan
diminta
pertanggungjawaban oleh ALLAH SWT karena upaya pemenuhan kebutuhan pasien di rumah sakit mutlak diperlukan. Perawat hendaknya meyakini bahwa sesuai dengan ajaran islam dalam menjalani fase akhir dari kehidupan manusia di dunia terdapat fase sakaratul maut. Fase sakaratul maut seringkali di sebutkan
6
oleh Rasulullah sebagai fase yang sangat berat dan menyakitkan sehingga kita diajarkan do’a untuk diringankan dalam fase sakaratul maut. Gambaran tentang beratnya sakaratul maut dijelaskan dalam Al Qur,an dan hadis. “ Kalau sekiranya kamu dapat melihat malaikat mencabut nyawa orang-orang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka serta berkata “rasakan olehmu siksa neraka yang membakar” (niscaya kamu akan merasa sangat nyeri) (QS Al Anfal: 50). Alangkah dasyatnya sekiranyakamu melihat diwaktu orang-orang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedangkan para malaikat memukul dengan tangannya (sambil berkata) “keluakanlah nyawamu!)” Pada hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan karena kamu selalu mengatakan terhadap ALLAH perkataan yang tidak benar dankarena kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya” (QS. Al An’am :93). Cara malaikat Izrail mencabut nyawa tergantung dari amal perbuatan orang yang bersangkutan bila orang yang akan meninggal dunia itu durhaka kepada ALLAH maka malaikat Izrail mencanut nyawanya dengan kasar. Sebaliknya bila terhadap orang sholeh cara mencabutnya dengan lemah lembut dan dengan hati-hati. Namun demikian peristiwa terpisahnya nyawa dengan raga tetap amat menyakitkan. “ Sakitnya sakaratul maut itu, kira-kira tiga ratus kali sakitnya di pukul pedang “(HR. Ibnu Abu Dunya).
Melihat betapa sakitnya sakaratul maut maka pereawat harus melakukan upaya-upaya sebagai berikut: 1. Membimbing pasien agar berbaik sangka kepada Allah SWT. Pada sakaratul maut perawat harus membimbing agar berbaik sangka kepada Allah sebagaimana Hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslem. Jangan sampai seorang dari kamu mati kecuali dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah, selanjutnya Allah berfirman dalam hadist qudsi, Aku ada pada sangka-sangka hambaku, oleh karena itu bersangkalah kepadaKu dengan sangkaaan yang baik . Selanjutnya Ibnu Abas berkata, Apabila
7
kamu melihat seseorang menghadapi maut, hiburlah dia supaya bersangka baik pada Tuhannya dan akan berjumpa dengan Tuhannya itu. Selanjutnya Ibnu Mas´ud berkata : Demi Allah yang tak ada Tuhan selain Dia, seseorang yang berbaik sangka kepada Allah maka Allah berikan sesuai dengan persangkaannya itu. Hal ini menunjukkan bahwa kebaikan apapun jua berada ditangannya. 2. Mentalkinkan dengan Kalimat Laailahaillallah. Perawat muslim dalam mentalkinkan kalimah laaillallah dapat dilakukan pada pasien terminal menjelang ajalnya terutama saat pasien akan melepaskan nafasnya yang terakhir. Wotf, Weitzel, Fruerst memberikan gambaran ciri-ciri pokok klien terminal yang akan melepaskan nafasnya yang terakhir, yaitu penginderaan dan gerakan menghilang secara berangsur-angsur yang dimulai pada anggota gerak paling ujung khususnya pada ujung kaki. Meskipun suhu tubuh pasien biasanya tinggi ia terasa dingin dan lembab mulai pada kaki tangan dan ujung hidung, kulit nampak kebiru-biruan kelabu atau pucat. Nadi mulai tak teratur, lemah dan pucat. Terdengar suara ngorok disertai gejala nafas cyene stokes. Dengan menurunnya tekanan darah, peredaran darah perifer menjadi terhenti dan rasa nyeri bila ada biasanya menjadi hilang. Kesadaran dan tingkat kekuatan ingatan bervariasi tiap individu. Otot rahang menjadi mengendur, wajah pasien yang tadinya kelihatan cemas Nampak lebih pasrah menerima. Dalam keadaan yang seperti itu peran perawat disamping memenuhi kebutuhan fisiknya juga harus memenuhi kebutuhan spiritual pasien muslim agar diupayakan meninggal dalam keadaan Husnul Khatimah. Perawat membimbing pasien dengan mentalkinkan (membimbing dengan melafalkan secara berulang-ulang), sebagaimana Rosulullah mengajarkan dalam hadist Riwayat Muslim,Talkinkanlah olehmu orang yang mati diantara kami dengan kalimat Laailahaillallah karena sesungguhnya seseoranng yang mengakhiri ucapannya dengan itu ketika matinya maka
8
itulah bekalnya sesungguhnya seseorang yang mengakhiri ucapannya dengan itu ketika matinya maka itulah bekalnya menuju surga . Selanjutnya Umar Bin Ktahab berkata Hindarilah orang yang mati diantara kami dan dzikirkanlah mereka dengan ucapan Laailahaillahllah, maka sesungguhnya mereka (orang yang meninggal) melihat apa yang tidak bisa kamu lihat. 3. Berbicara yang Baik dan Do´a untuk jenazah ketika menutupkan matanya. Di samping berusaha memberikan sentuhan (Touching) perawat muslim perlu berkomunikasi terapeutik, antara lain diriwayatkan oleh Imam Muslim Rasulullah SAW bersabda: Bila kamu datang mengunjungi orang sakit atau orang mati, hendaklah kami berbicara yang baik karena sesungguhnya malaikat mengaminkan terhadap apa yang kamu ucapkan. Selanjutnya diriwayatkan oleh Ibnu Majah Rasulullah bersabda apabila kamu menghadiri orang yang meninggal dunia di antara kamu, maka tutuplah matanya karena sesungguhnya mata itu mengikuti ruh yang keluar dan berkatalah dengan kata-kata yang baik karena malaikat mengaminkan terhadap apa yang kamu ucapkan. Berdasarkan hal diatas perawat harus berupaya memberikan suport mental agar pasien merasa yakin bahwa Allah Pengasih dan selalu memberikan yang terbaik buat hambanya, mendo’akan dan menutupkan kedua matanya yang terbuka saat roh terlepas, dari jasadnya. Panduan bagi pasien sakaratul maut Bimbingan rohani pasien merupakan bagian integral dari bentuk pelayanan kesehatan dalam upaya pemenuhan kebutuhan bio-Psyco-SocioSpritual ( APA, 1992 ) yang komprehensif, karena pada dasarnya setiap diri manusia terdapat kebutuhan dasar spiritual ( Basic spiritual needs, Dadang Hawari, 1999 ). Pentingnya bimbingan spiritual dalam kesehatan telah menjadi ketetapan WHO yang menyatakan bahwa aspek agama ( spiritual ) merupakan salah satu unsur dari pengertian kesehataan seutuhnya (WHO, 1984). Oleh karena itu dibutuhkan dokter, terutama perawat untuk memenuhi kebutuhan spritual pasien.
9
Perawat memiliki peran untuk memenuhi kebutuhan biologis, sosiologis, psikologis, dan spiritual klien. Akan tetapi, kebutuhan spiritual seringkali dianggap tidak penting oleh perawat. Padahal aspek spiritual sangat penting terutama untuk pasien yang didiagnosa harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati sakaratul maut dan seharusnya perawat bisa menjadi seperti apa yang dikemukakan oleh Henderson, “The unique function of the nurse is to assist the individual, sick or well in the performance of those activities contributing to health or its recovery (or to a peaceful death) that he would perform unaided if he had the necessary strength will or knowledge”,maksudnya perawat akan membimbing pasien saat sakaratul maut hingga meninggal dengan damai. Biasanya pasien yang sangat membutuhkan bimbingan oleh perawat adalah pasien terminal karena pasien terminal, pasien yang didiagnosis dengan penyakit berat dan tidak dapat disembuhkan lagi dimana berakhir dengan kematian, seperti yang dikatakan Dadang Hawari (1977,53) “orang yang mengalami penyakit terminal dan menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan, krisis spiritual,dan krisis kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat klien menjelang ajal perlu mendapatkan perhatian khusus”. Sehingga, pasien terminal biasanya bereaksi menolak, depresi berat, perasaan marah akibat ketidakberdayaan dan keputusasaan. Oleh sebab itu, peran perawat sangat dibutuhkan untuk mendampingi pasien yang dapat meningkatkan semangat hidup klien meskipun harapannya sangat tipis dan dapat mempersiapkan diri pasien untuk menghadapi kehidupan yang kekal. Dalam konsep islam, fase sakaratul maut sangat menentukan baik atau tidaknya seseorang terhadap kematiannya untuk menemui Allah dan bagi perawat pun akan dimintai pertanggungjawabannya nanti untuk tugasnya dalam merawat pasien di rumah sakit. Dan fase sakaratul maut adalah fase yang sangat berat dan menyakitkan seperti yang disebutkan Rasulullah tetapi akan sangat berbeda bagi orang yang mengerjakan amal sholeh yang bisa menghadapinya dengan tenang dan senang hati
10
2.1.4Hadist Yang Menerangkan Sakaratul Maut Adapun orang-orang mukmin yang sedang sakaratul maut, Nabi Muhammad telah menggambarkan dengan sabdanya: “Ketika menjelang roh orang mukmin dicabut, maka datanglah malaikat pencabut nyawa membawa kain sutra yang didalamnya ada minyak kasturi dan sejambak bunga yang wangi, kemudian roh orang Mukmin itu pun dicabut dengan lemah lembut seperti mencabut rambut dari adonan tepung, lalu diserukan kepadanya: “Wahai jiwa yang tenteram kembalillah kepada Tuhan-Mu dalam keadaan ridho dan diridhoi dan kembalilah kepada rahmat dan kasih sayang Allah.” Gambaran tentang beratnya sakaratul maut dijelaskan dalam Al Qur,an dan hadist, diantaranya: حوحللو حتحرىى إرلذ حيحتحولفى اللرذيحن حكحفقروا اللحمحلرئحكقة حي ل ضررقبوحن قوقجوحهقهلم حوحألدحباحرقهلم حوقذوققوا حعحذاحب اللححرريق Artinya: Kalau sekiranya kamu dapat melihat malaikat mencabut nyawa orang-orang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka serta berkata “rasakan olehmu siksa neraka yang membakar” (niscaya kamu akan merasa sangat nyeri) (QS Al Anfal: 50). حوحملن أحلظلحقم رملمرن الفحتحرىى حعحلى اللر حكرذببا أحلو حقاحل قأورححي إرلحلي حولحلم قيوحح إرلحليره حشليء حوحملن حقاحل حسقألنرزقل رملثحل حما أحلنننحزحل اللق حوحللو حتحرىى إررذ اللظارلقموحن رفي حغحمحرارت اللحملورت حواللحمحلرئحكقة حبارسقطو أحليرديرهلم أحلخررقجوا أحلنقفحسننقكقم اللحيننلوحم قتلجننحزلوحن حعحذاحب اللقهورن ربحما قكلنقتلم حتققوقلوحن حعحلى اللر حغليحر اللححقق حوقكلنقتلم حعلن آحيارتره حتلسحتلكربقروحن Artinya: Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah atau yang berkata: “Telah diwahyukan kepada saya”, padahal tidak ada diwahyukan sesuatupun kepadanya, dan orang yang berkata: “Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah”. Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): “Keluarkanlah nyawamu” Di hari ini
11
kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya. (QS. Al An’am :93). Menurut beberapa hadist: “Sakaratul maut itu sakitnya sama dengan tusukan tiga ratus pedang.” (HR Tirmidzi) “Kematian yang paling ringan ibarat sebatang pohon penuh duri yang menancap di selembar kain sutera. Apakah batang pohon duri itu dapat diambil tanpa membawa serta bagian kain sutera yang tersobek ?” (HR Bukhari) “Sakaratul maut ibarat sebatang pohon berduri yang dimasukkan kedalam perut seseorang. Lalu, seorang lelaki menariknya dengan sekuat-kuatnya sehingga ranting itupun membawa semua bagian tubuh yang menyangkut padanya dan meninggalkan yang tersisa.” (Ka’b al-Ahbar, sahabat Rasulullah saw) “Demi Allah, seandainya jenazah yang sedang kalian tangisi bisa berbicara sekejab, lalu menceritakan (pengalaman sakaratul mautnya) pada kalian, niscaya kalian akan melupakan jenazah tersebut, dan mulai menangisi diri kalian sendiri.” (Imam Ghozali mengutip atsar Al-Hasan) “Rasa sakit yang dirasakan selama sakaratul maut menghujam jiwa dan menyebar ke seluruh anggota tubuh sehingga bagian orang yang sedang sekarat merasakan dirinya ditarik-tarik dan dicerabut dari setiap urat nadi, urat syaraf, persendian, dari setiap akar rambut dan kulit kepala hingga kaki.” ( Imam Ghozali)
2.1.5 Bimbingan perawat terhadap pasien sakaratul maut
12
Begitu sakitnya menghadapi sakaratul maut sehingga perawat harus membimbing pasien dengan cara-cara,seperti ini: 1. Menalqin(menuntun) dengan syahadat Sesuai sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Talqinilah orang yang akan wafat di antara kalian dengan, “Laa illaaha illallah”. Barangsiapa yang pada akhir ucapannya, ketika hendak wafat, ‘Laa illaaha illallaah’, maka ia akan masuk surga suatu masa kelak, kendatipun akan mengalami sebelum itu musibah yang akan menimpanya.” Perawat muslim dalam mentalkinkan kalimah laaillallah dapat dilakukan pada pasien muslim menjelang ajalnya terutama saat pasien akan melepaskan nafasnya yang terakhir sehingga diupayakan pasien meninggal dalam keadaan husnul khatimah. Para ulama berpendapat,” Apabila telah membimbing orang yang akan meninggal dengan satu bacaan talqin, maka jangan diulangi lagi. Kecuali apabila ia berbicara dengan bacaan-bacaan atau materi pembicaraan lain. Setelah itu barulah diulang kembali, agar bacaan La Ilaha Illallha menjadi ucapan terakhir ketika menghadapi kematian. Para ulama mengarahkan pada pentingnya
menjenguk orang sakaratul maut, untuk mengingatkan,
mengasihi, menutup kedua matanya dan memberikan hak-haknya.” (Syarhu An-nawawi Ala Shahih Muslim : 6/458) Ciri-ciri pokok pasien yang akan melepaskan nafasnya yang terakhir, yaitu: a. Penginderaan dan gerakan secara berangsur-angsur yang dimulai pada anggota gerak paling ujung khususnya pada ujung kaki, tangan, ujung hidung, yang terasa dingin dan lembab. b. Kulit tampak kebiru-biruan, kelabu atau pucat. c. Nadi mulai tak teratur, lemah dan pucat. d. Terdengar suara mendengkur disertai gejala nafas cyene stoke.
13
e. Menurunnya tekanan darah, perdarahan perifer menjadi terhenti dan rasa nyeri bila ada biasanya menjadi hilang. Kesadaran dan tingkat kekeuatan ingatan bervasiasi tiap individu. Otot rahang menjadi mengendur, wajah pasien yang tadinya cemas Nampak lebih pasrah menerima. Meninggal dengan membaca syahadat 2.
Hendaklah
mendo’akannya
dan
janganlah
mengucapkan
dihadapannya kecuali kata-kata yang baik Berdasarkan hadits yang diberitakan oleh Ummu Salamah bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda. Artinya : “Apabila kalian mendatangi orang yang sedang sakit atau orang yang hampir mati, maka hendaklah kalian mengucapkan perkataan yang baik-baik karena para malaikat mengamini apa yang kalian ucapkan.” Maka perawat harus berupaya memberikan suport mental agar pasien merasa yakin bahwa Allah Maha Pengasih dan selalu memberikan yang terbaik buat hambanya, mendoakan dan menutupkan kedua matanya yang terbuka saat roh terlepas dari jasadnya. 3. Berbaik Sangka kepada Allah Perawat membimbing pasien agar berbaik sangka kepada Allah SWT, seperti di dalam hadits Bukhari“ Tidak akan mati masing-masing kecuali dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah SWT.” Hal ini menunjukkan apa yang kita pikirkan seringkali seperti apa yang terjadi pada kita karena Allah mengikuti perasangka umatNya 4. Membasahi kerongkongan orang yang sedang sakaratul maut Disunnahkan
bagi
orang-orang
yang
hadir
untuk
membasahi
kerongkongan orang yang sedang sakaratul maut tersebut dengan air atau minuman. Kemudian disunnahkan juga untuk membasahi bibirnya dengan kapas yg telah diberi air. Karena bisa saja kerongkongannya kering karena rasa sakit yang menderanya, sehingga sulit untuk berbicara dan berkata-kata.
14
Dengan air dan kapas tersebut setidaknya dapat meredam rasa sakit yang dialami orang yang mengalami sakaratul maut, sehingga hal itu dapat mempermudah dirinya dalam mengucapkan dua kalimat syahadat. (AlMughni : 2/450 milik Ibnu Qudamah) 5. Menghadapkan orang yang sakaratul maut ke arah kiblat Kemudian disunnahkan untuk menghadapkan orang yang tengah sakaratul maut kearah kiblat. Sebenarnya ketentuan ini tidak mendapatkan penegasan dari hadits Rasulullah Saw., hanya saja dalam beberapa atsar yang shahih disebutkan bahwa para salafus shalih melakukan hal tersebut. Para Ulama sendiri telah menyebutkan dua cara bagaimana menghadap kiblat : a. Berbaring terlentang diatas punggungnya, sedangkan kedua telapak kakinya dihadapkan kearah kiblat. Setelah itu, kepala orang tersebut diangkat sedikitb agar ia menghadap kearah kiblat. b. Mengarahkan bagian kanan tubuh orang yang tengah sakaratul maut menghadap ke kiblat. Dan Imam Syaukai menganggap bentuk seperti ini sebagai tata cara yang paling benar. Seandainya posisi ini menimbulkan sakit atau sesak, maka biarkanlah orang tersebut berbaring kearah manapun yang membuatnya selesai.
WARNING ALERT Sebagian orang terbiasa membaca Al-Qur’an didekat orang yang sedang menghadapi sakaratul maut dengan berdasarkan pada hadits : “bacalah surat Yaasiin untuk orang-orang yang meninggal dunia”
2.1.6Perawatan Jenazah Menurut Pandangan Agama Islam
15
Perawatan Jenazah Menurut Pandangan Agama Islam Firman Allah SWT :” Tiap-tiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada kami kamu kembalikan (QS. Al- Ankabuut : 57 ). Ayat tersebut mempertegas bahwa kita yang hidup di dunia ini pasti akan merasakan mati. Namun kenyatannya banyak manusia yang terbuai dengan kehidupan dunia sehingga hamper melupakan tujuan hidup yang sebenarnya, hal ini juga membuat manusia tidak banyak yang mengingat tentang kematian. Yang jadi permasalahan sekarang adalah, tidak ada manusia satupun yang apabila mati kemudian berangkat sendiri menuju liang kuburnya. Tentu saja hal ini adalah menjadi kewajiban bagi orang yang masih hidup, terutama keluarga yang ditinggalkan untuk mengurusnya sampai menguburnya. Merawat jenazah adalah hukumnya wajib kifayah, namun setiap orang tentunya wajib mengetahui tatacara bagaimana merawat jenazah yang sesuai dengan tuntunan agama islam. Karena kewajiban merawat jenazah yang pertama adalah keluarga terdekat, apalagi kalau yang meninggal adalah orang tua atau anak kita. Kalau kita tidak bisa merawatnya sampai menguburkannya berarti kita tidak (birrul walidaini) berbakti kepada kedua orang tua kita. Rasulullah saw telah bersabda :“ apabila telah mati anak Adam, maka terputuslah amalnya. Kecuali tiga perkara, shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang sholeh yang mau mendo’akan kedua orang tuanya. Disini lah kita harus menunjukkan bakti kita yang terakhir apabila orangtua kita meninggal, yaitu dengan
merawat
sampai
menguburkan serta
mendo’akannya.
Permasalahan yang lain dan mungkin bisa saja terjadi adalah, karena ajal bila sudah tiba saatnya, pastilah tidak bisa ditunda kapanpun dan dimanapun. Bagaimana kalau kita seandainya sementara kita ditengah hutan belantara jauh dari permukiman dan kita punya teman Cuma beberapa orang saja, sementara kita tidak tahu mayat ini harus diapakan, pastilah kita akan berdosa. Fenomena lain yang banyak terjadi sekarang, terutama di kota-kota besar. Pengurusan jenazah kebanyakan tidak dilakukan oleh keluarga dekat, bahkan keluarga tinggal terima bersih karena sudah membayar orang untuk merawatnya, bahkan sampai mendo’akannya juga orang lain yang
16
mendoa’kan. Inilah yang perlu kita pikirkan sepertinya di millist ini belum pernah ada yang memberikan pencerahan. Mungkin diantara kita masih banyak yang belum tahu tentang tatacara merawat jenazah dan kalaupun sudah tahu, semoga bisa mengingatkannya kembali. Dan ini harus kita tanamkan pada diri kita masing-masing dan juga anak-anak kita untuk jadi anak yang sholeh dan sholehah, bila kita mengkehendaki kalau kita mati nanti anak kita dan keluarga dekat kita yang merawatnya. Jadi yang jelas pengurusan jenazah adalah menjadi kewajiban keluarga terdekat si mayat, kalau keluarga yang terdekat tidak ada, barulah orang muslim yang lainnya berkewajiban untuk merawatnya. 1. Hukum Merawat Jenazah Hukum Merawat Jenazah adalah wajib kifayah artinya cukup dikerjakan oleh sebagian masyarakat, bila seluruh masyarakay tidak ada yang merawat maka seluruh masyarakat akan dituntut di hadapan Allah SWT. Sedangkan bagi orang yang mengerjaknnya, mendapat pahala yang banyak disisi Allah SWT. 2. Orang yang berhak merawat jenazah adalah keluarga terdekat (Ayah, Ibu, Suami/Istrinya, Anak putra/putrinya, kakak/adiknya dst) namun sebaiknya yang sejenis pria oleh pria wanita oleh wanita kecuali suami/istrinya atau ayah dan ibunya.Bila urutan tersebut di atas tidak ada baru beralih kepada yang lain. 3. Waktu Penyelengaraan sesegera mungkin, tidak ada keharusan menunggu berkumpul seluruh kerabat. Sabda Rasulullah : “ada 3 hal Hai Ali jangan ditunda, dilarang ditangguhkannya yaitu sholat bila telah dating waktunya, jenazah bila telah nyata kematiannya, dan wanita yang tidak ada suami dan telah menemukan jodohnya “(Al-Hadist)” percepatan penyelenggaraan jenazah, bila ia seorang yang baik, perdekatkanlah kebaikannnya dan bila tidak demikian, maka kamu akan lepas kejelekannya tersebut dari bebanmu. a) Kaifiat ( cara perawatan jenazah ). Bila telah terang, nyata, jelas ajalnya seseorang, maka segerakanlah perawatannnya, adapun yang perlu dilakukan adalah Pejamkan matanya 1) Lemaskan terutama tangan, dan kakinya diluruskan
17
2) Dikatupkan mulutnya, dengan ikatkan kain, dan lingkarkan dagu, pelipis sampai ubun-ubun. 3) Diutamakan ditelentangkan membujur menghadap kiblat dengan kepala di sebelah kanan kiblat (untuk daerah sidangoli berarti kepala di sebelah utara) 4) Ditutup muka wajahnya, serta seluruh tubuhnya 5) Mengucapkan kalimat tarji’ untuk istirja’ (pasrah dengan ikhlas dan ingat bahwa kita bersama akhirnya juga akan mengalami kematian (Innalillahi Wainna ilaihi rooji’uun (Al-baqaroh Ayat 156) 6) Mendoakannya (Allahumma ighfirlahu warhamhu wa’afihi wa’fu anhu) artinya : ya Allah semoga Allah mengampuni, melimpahkan kasih sayangnya, 7)
memaafkannya serta memulyakannya, Al Hadist Menyebarluaskan berita kematiannya kepada keluarga/ ahli waris, kerabat
dan masyarakat lingkungannya 8) Mempersiapkan keperluan/perlengkapan perawatan mayat/jenazah 9) Keluarga / ahli waris segera menyelesaikan hak insane/Adam, utang piutang, mengambil alih tanggung jawab hingga bagi yang telah wafat tiada lagi memiliki kewajiban. Kecuali mempertanggung jawabkan amal perbuatnnya. b) Hak Dan Kewajiban terhadap Jenazah 1) Memandikannya/ mensucikannya. 2) Mengkhafani/membungkus seluruh tubuhnya. 3) Menshalatkannya 4) Menguburkannya
c) Jenazah Yang Tidak Mendapat Perlakuan seperti Biasa 1) Mati sahid dalam peperangan tidak perlu dimandikan dan dikafani cukup dimakamkan dengan pakaiannya yang melekat 2) Mati di atas perjalanan laut, tak perlu dibawa ke darat untuk dimakamkan apabila untuk mencapai daratan perlu waktu lama. 3) Mati saat ihrom, maka kain kafannya cukup pakaian ihromnya dan tidak boleh diberi parfum sebagaimana jenazah biasa.
18
BAB 3 PENUTUPAN 3.1 Kesimpulan Sakaratul maut merupakan kondisi pasien yang sedang menghadapi kematian, yang memiliki berbagai hal dan harapan tertentu untuk meninggal. Secara medis orang yang akan sakaratul maut memiliki tanda-tanda: penginderaan dan gerakan menghilang secara berangsur-angsur, kulit pucat, denyut nadi tak beratur, mendengkur, meurunnya tekanan darah. meninggal dunia, yang berarti tidak bernyawa, atau terpisahnya roh dari zat, psikis dari fisik, jiwa dari badan, atau yang ghaib dari yang nyata. Peran perawat sangat komprehensif dalam menangani klien karena peran perawat adalah memenuhi kebutuhan biologis, sosiologis, psikologis, dan spiritual klien, seperti :
19
Membimbing pasien agar berbaik sangka kepada Allah SWT, Mentalkinkan dengan Kalimat Laailahaillallah, berbicara yang Baik dan Do´a untuk jenazah ketika menutupkan matanya. Bimbingan perawat terhadap orang yang menghadapi orang sakaratul mau hamper sama seperti peran perawat orang meninggal tapi pada orang yang sakaratul maut perawat harusMembasahi kerongkongan orang yang sedang sakaratul maut, Menghadapkan orang yang sakaratul maut ke arah kiblat. Perawatan jenzah menurut pandangan islam adalah pardu kifayah, lemaskan anggota badannya, dikatupkan mulutnya, dihadapkan ke kiblat,mengucapkan kalimat tarji’ atau ostirja’ mendoakannya, menyebarluaskan nya, dan beritahu keluarga untuk segera membayar utang jika dia pernah berutang
3.2 Saran Bagi perawat menjaga pasien hingga meninggal dunia itu hal yang sangat wajib dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. Pasien yang menjelang ajal tidak boleh ditinggalkan oleh tenaga medis, mereka harus tetap disamping pasien dan berusaha semaksimal mungkin untuk membuat pasien menjalani proses ajalnya dengan tenang dan nyaman tanpa rasa sakit yang dirasakan akibat penyakitya.
DAFTAR PUSTAKA www.scribd.com www.slideshare.com www.wordpress.com
20