III. LOKALISASI TAKTIL
1. Tujuan percobaan
Memahami serta mengetahui kepekaan saraf peraba dengan melokalisir tempat yang ditusukkan ke berbagai tempat.
2. Dasar teori
Setiap neuron sensorik berespons terhadap informasi sensorik hanya dalam daerah terbatas di receptive field field ). permu permukaan kaan kulit kulit sekit sekitarn arnya; ya; daerah daerah ini dikena dikenall sebaga sebagaii lapanga lapangan n resept reseptif if (receptive ). Ukuran lapangan reseptif bervariasi berbanding terbalik dengan kepadatan reseptor di daerah tersebut; tersebut; semkin dekat penempatan penempatan reseptor jenis tertentu, semakin kecil daerah kulit yang dipantau oleh reseptor tersebut. Semakin kecil lapangan reseptif di suatu daerah, semakin besar ketajaman atau kemampuan diskriminatif. Representasi korteks atas berbagai bagian tubuh yang tampak terdistorsi pada homunculus sensorik berkaitan erat dengan kepadatan persarafan; lebih banya banyak k permuk permukaan aan kortek kortekss yang yang dijata dijatahkan hkan untuk untuk meneri menerima ma masuka masukan n sensor sensorik ik dari dari daerah daerah dengan lapangan reseptif kecil dan dengan demikian kemampuan diskriminatif taktil daerah tersebut juga lebih besar. Selain Selain kepadat kepadatan an resept reseptor, or, faktor faktor inhibi inhibisi si latera laterall juga juga mempen mempengar garuhi uhi ketaja ketajaman man.. Dimana Dimana lapangan resptif di bawah bagian tengah ujung pensil tempat rangsangan paling kuat segera terangsang, tetapi lapangan reseptif disekitarnya juga terangsang , walaupun dengan tingkat yang lebih rendah karena lapangan-lapangan tersebut tidak terlalu terdistorsi. Apabila informasi dari serat-serat serat-serat aferen yang terangsang terangsang secara marginal di bagian tepi daerah rangsangan rangsangan ini sampai sampai ke kortek korteks, s, lokali lokalisas sasii ujung ujung pinsil pinsil terseb tersebut ut akan akan kabur. kabur. Untuk Untuk memper mempermud mudah ah penent penentuan uan lokalisasi dan mempertajam kontras, di dalam SSP terjadi inhibisi lateral. Jalur sinyal yang paling paling kuat diaktifkan diaktifkan yang berasal dari pusat rangsangan rangsangan menghambat menghambat jalur-jalur jalur-jalur yang kurang terangsang yang berasal dari daerah sekitar pusat rangsangan . Hal ini terjadi melalui berbagai anta antarn rneu euro ron n inhi inhibi bito tori rik k yang yang berja berjala lan n seca secara ra late latera rall anta antara ra sera seratt-se sera ratt asen asende dens ns yang yang mempersarafi lapangan reseptif yang berdekatan .
3. Alat yang digunakan
Pensil yang tumpul ujungnya, spidol, dan pengga ris.
4. Cara kerja
1. Menutup mata orang percobaan dan tekankan ujung pensil pada suatu titik di kulit ujung jarinya. 2. Menyuruh orang percobaan melokalisasi tempat yang baru dirangsang tadi dengan ujung sebuah pensil pula. 3. Menetapkan jaraj antara titik rangsang dan titik yang ditunjuk. 4. Mengulangi percobaan ini sampai 5 kali dan tentukan jarak rata-rata untuk kulit ujung jari, telapak tangan, lengan bawah, lengan atas, dan tengkuk.
5. Data hasil pengamatan
Ujung jari
Telapak tangan
Lengan bawah
Lengan atas
tengkuk
1
0,3
0,5
2
0
0
2
0,5
0,3
3,5
2
1
3
0,3
0,2
1,8
2
1
4
0,9
1,5
0
0
0
5
0
0,5
2,8
1
2
Rata-rata
0,4
0,6
2,02
1
0,8
6. Analisis data
Reseptor di tempat perangsangan yang paling intensif mengalami pengaktifan yang paling kuat. Reseptor-reseptor di sekitarnya juga diaktifkan, tetapi dengan kekuatan yang lebih kecil. Jalur reseptor yang mengalami pengaktifan yang paling kuat menghambat penyaluran impuls di jalur jalur yang kurang mengalami pengaktifan melalui proses inhibisi lateral. Proses ini mempermudah penentuan lokasi stimulasi.
7. Kesimpulan
Apabila informasi dari serat-serat aferen yang terangsang secara marginal di bagian tepi daerah rangsangan ini sampai ke korteks, lokalisasi ujung pinsil tersebut akan kabur. Untuk
mempermudah penentuan lokalisasi dan mempertajam kontras, di dalam SSP terjadi inhibisi lateral.