ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN / LOG BOOK TERAPI OKSIGEN
1. Tindakan keperawatan yang dilakukan :
Terapi oksigen
2. Nama Klien : Tn. R
3. Diagnosa Medis : Stroke Hemoragic
4. Diagnosa Keperawatan :
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penurunan reflek batuk dan menelan
5. Justifikasi tindakan :
Terapi Oksigen adalah memasukan oksigen tambahan dari luar ke paru melalui saluran pernafasan dengan menggunakan alat sesuai kebutuhan (standar pelayanan keperawatan di ICU, DepKes RI, 2005). Terapi
O2 O2
merupakan merupakan
salah
satu
terapi
pernafasan
dalam
mempertahankan
oksigenasi.Terapi oksigen merupakan suatu terminologi untuk penggunaan oksigen sebagai bahan farmakologis utama yang diberikan pada individu tertentu berkaitan dengan penyakitnya, baik akut maupun kronik, dalam jumlah, cara, dan durasi tertentu demi meringankan gejala penyakit dasar, meningkatkan kualitas hidup, atau berkaitan dengan prognosis yang lebih baik bilamana terapi tersebut diberikan. Terapi oksigen telah lama dikenal (kurang lebih 1 abad yang lalu), khususnya bagi pasien-pasien dengan gangguan kardiopulmoner akut. Pada terapi ini, oksigen yang diberikan konsentrasinya harus lebih tinggi daripada udara atmosfer atau fraksi oksigen lebih dari 21%. Pemberian oksigen ini dapat dilakukan dengan memasang nasal atau masker ke saluran pernapasan pasien lalu menghubungkan menghubungkan dengan tabung oksigen. Indikasi pemberian terapi O2 adalah kerusakan 02 jaringan yangdiikuti gangguan metabolisme dan sebagai bentuk Hipoksemia, Hipoksemia, secara umum pada: pada: a. Kadar oksigen arteri (Pa 02) menurun b. Kerja pernafasan meningkat ( laju nafas dengan otot tambahan) c. Adanya peningkatan kerja otot jantung (miokard).
meningkat,
nafas dalam, bemafas
6. Prinsip – prinsip tindakan dan rasional : A. Tahap Pra Interaksi
1. Melakukan verifikasi program terapi R : Agar tidak salah dalam melakukan tindakan 2. Mencuci tangan R : Agar tidak terjadi infeksi silang atau nosokomial ke pasien ataupun sebaliknya. 3. Menyiapkan alat R : Tindakan steril
PERALATAN 1) Kateter nasal. 2) Kanul nasal/binasal. 3) Sungkup muka sederhana. 4) Sungkup muka rebreathing dengan kantong oksigen. 5) Sungkup muka non rebreathing dengan kantong oksigen. 6) Sungkup muka venturi. 7) Jelly. 8) Plester. 9) Gunting. 10) Sumber oksigen. 11) Humidifier. 12) Flow meter. 13) Aqua steril. 14) Selang oksigen.
B. Tahap Orientasi
1. Memberi salam dan menyapa nama pasien R : Agar terjalin komunikasi terapeutik 2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga / pasien R : Agar pasien / keluarga mengetahui dan mengerti tujuan tindakan. 3. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan R : Inform concent pemberian teknik relaksasi nafas dalam
C. Tahap Kerja
1. Berikan privasi R : memastikan keamanan dan kenyamanan pasien 2. Atur posisi klien yang nyaman (semifowler). R : memastikan keamanan dan kenyamanan pasien 3. Isi tabung humufider dengan water for irigation batas yang tertera. R : mempersiapkan alat 4. Menghubungkan flow meter dengan tabung oksigen/sentral oksigen. 5. R : mempersiapkan alat 6. Cek fungsi flow meter dan humidifier dengan memutar pangatur konsentrasi O2 dan amati ada tidaknya gelembung udara dalam tabung flow meter. R : memastikan flow meter dan humidifier berfungsi dengan baik 7. Menghubungkan kateter nasal / kanul nasal dengan flow meter. R : mengalirkan oksigen ke kateter nasal / kanul nasal 8. Cek aliran kateter nasal / kanul nasal dengan menggunakan panggung tangan untuk mengetahui ada tidaknya aliran oksigen. R : memastikan oksigen telah mengalir dengan lancer. 9. Atur peralatan oksigen dengan humidiflierdengan aliran oksigen yang rendah, beri pelicin (jelly) pada kedua ujung kanula. R : mencegah terjadinya iritasi pada membrane mukosa hidung. 10. Masukkan ujung kanula ke lubang hidung. R : mengalirkan oksigen ke lubang hidung 11. Fiksasi selang oksigen. R : agar selang oksigen tidak bergeser dan lepas. 12. Tanyakan pada klien apakah oksigen telah mengalir sesuai yang diinginkan. R : memastikan keamanan dan kenyamanan pasien. 13. Alirkan selang oksigen sesuai yang diinginkan. R : memberikan terapi oksigen sesuai perencanaan
D. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan yang dilakukan R : Menanyakan bagaimana perasaan pasien setelah dilakukan tindakan. 2. Berpamitan dengan pasien dan mengucapkan salam. R : Menjalin komunikasi terapeutik
3. Membereskan alat – alat R : bereskan alat 4. Mencuci tangan R : Mencegah transmisi mikroorganisme. 5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan (dokumentasi) R : untuk perencanaan tindakan selanjutnya.
7. Bahaya – bahaya yang mungkin terjadi akibat tindakan tersebut dan cara pencegahannya
a. Pemberian oksigen yang berlebihan dan secara terus menerus pada klien dapat menyebabkan keracunan O2 dan akan semakin sesak nafas. Pencegahan : Selalu memonitor pemberian O2 setiap 2 jam sekali dan selalu memantau reaksi alergi yang muncul secara periodik setelah pemajanan terhadap alergen spesifik, obat-obat tertentu, dan latihan fisik.
b. Bahaya yang dapat terjadi untuk pemberian O2 yang berlebihan adalah timbulnya kondisi Hipokapneu karena konsentrasi O2 dalam darah yang terlalu tinggi. Pencegahan : selalu memonitor pemberian O2 dan selalu memantau kondisi pasien.
c. Tindakan tidak mencuci tangan dapat memperbesar penularan penyakit, penggunaan nasal kanul yang tidak steril juga memperbesar penularan penyakit melalui secret dari satu pasien ke pasien lain.
Pencegahan : Perawat harus mencuci tangan sebelum melakukan tindakan serta menjaga kebersihan dan kesterilan alat – alat yang akan digunakan
d. Penggunaan cairan humidifier yang tidak steril meningkatkan kemungkinan kumankuman yang terkandung dalam air akan terhirup oleh klien. Pencegahan : harus selalu menjaga kebersihan dan kesterilan cairan humidifier dengan meletakkannya pada tempat yang bersih.
e. Kekeringan membran mukosa di saluran nafas pasien Pencegahan : selalu memantau dan memperhatikan jumlah air steril dalam humidifier, jangan berlebih atu kurang dari batas.
f.
Pada klien dengan masalah febris dan diaforesis, pemasangan masker tersebut dapat menyebabkan efek kekeringan di sekitar area tersebut. Pencegahan : perawat perlu melakukan perawatan kulit dan mulut se cara ekstra
g. Kebakaran. Oksigen bukan zat pembakar tetapi dapat memudahkan terjadinya kebakaran Pencegahan : menghindari: merokok, membuka alat, listrik dalam area sumber oksigen, menghindari penggunaan listrik tanpa “ground” .
h. Pemberian oksigen yang tidak dimonitor dengan konsentrasi dan aliran yang tepat pada klien dengan retensi CO2 (Karbondioksida) dapat menekan ventilasi. Pencegahan : selalu memonitor pemberian O2 dan selalu memantau kondisi pasien.
i.
Keracunan oksigen. Dapat terjadi bila terapi oksigen dengan konsentrasi tinggi dalam waktu relatif lama. Keadaan ini merusak struktur jaringan paru seperti terjadinya atelektasis dan kerusakan surfaktan. Akibatnya proses difusi di paru akan terganggu. Pencegahan : selalu memonitor pemberian O2 dan selalu memantau kondisi pasien serta berkolaborasi untuk perencanaan pemberian terapi oksigen.
8. Tujuan tidakan tersebut dilakukan :
1. Mengatasi keadaan hipoksemia 2. Menurunkan kerja pernafasan 3. Menurunkan beban kerja otot Jantung (miokard)
9. Hasil yang didapat dan maknanya :
Hasil : -
Pasien mengatakan sesak sudah berkurang
-
TTV
-
TD : 130/90
R : 23 x / menit
N : 85
T : 37 0C
SPO2 : 95
Makna : Pasien merasa nyaman
10. Identifikasi Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah/diagnosa tersebut (mandiri dan kolaborasi) :
a.) Monitor TTV b.) Mengatur posisi yang nyaman c.) Mengajarkan teknik nafas dalam dan batuk efektif d.) Pemberian terapi nebulizer dengan atrovent 1 cc, diencerkan dengan Nacl 9% 1cc e.) Pemberian obat bronkodilator dan mukolitik. f.) Menciptakan lingkungan yang nyaman g.) Suction h.) Kolaborasi pemberian obat