ARTIKEL 1
Balita Ini Kakinya Panjang Sebelah, Dipatahkan 300 Kali untuk Menyamakannya Menyamakannya Esty Rahayu Anggraini - detikHealth Senin, 02/05/2016 12:00 WIB Jakarta, Seorang balita di Michigan mengidap kelainan langka yang membuat kakinya panjang sebelah. Untuk menyamakannya, men yamakannya, ia harus menjalani serangkaian operasi dan selama itu kakinya harus 'dipatahkan' sebanyak 300 kali. Elsie Moravek (4), balita asal Kalamazoo, Michigan ini mengidap Proximal Femoral Focal Deficiency (PFFD). Deficiency (PFFD). Ini adalah kelainan langka yang membuat salah satu tulang pahanya tidak tumbuh sebagaimana mestinya, sehingga lebih pendek dari sisi yang lain. Dokter yang menangani Elsie memberikan 3 pilihan untuk mengoreksi kelainan tersebut. Ketiganya adalah menggunakan prostesis atau kaki palsu, amputasi, dan yang terakhir adalah memanjangkannya lewat serangkaian operasi. Orang tua Elsie, Jackie (28) memilih yang ketiga. Ini bukan pilihan mudah. Dalam prosesnya, Elsie harus merelakan kakinya yang lebih pendek untuk 'dipatahkan' sebanyak 300 kali dalam kurun waktu 4 bulan. Artinya dalam sehari kakinya dipatahkan rata-rata 3 kali. "Beberapa dokter lokal menganjurkan amputasi, dan kami mempertimbangkannya karena proses memanjangkan kaki cukup sulit dijalani," kata Jackie seperti dikutip dari Dailymail dari Dailymail , Senin (2/5/2016). "Kami bertanya pada diri sendiri apakah kami sebegitu kejam membiarkan anak kami menjalani ini, dan apakah ini sebanding," kenang Jackie saat menghadapi dilema tersebut. Akhirnya pilihan jatuh ke proses memanjangkan kaki, yang rumit dan melelahkan. Proses tersebut dilakukan di Sinai Hospital di Baltimore. Femur atau tulang paha serta tibia atau tulang kering Elsie dipatahkan lalu disambung dengan fixator eksternal, dengan 10 pin dipasang menembus kulit dan ototnya. Tiga kali sehari, Jackie menyesuaikan alat tersebut. Kini kedua kaki Elsie sudah sama panjang. Namun karena ia masih mengalami defisiensi pertumbuhan, ia masih harus menjalani proses serupa pada suatu saat nanti ketika tinggi badannya sudah mencapai titik optimal. "Kami ingin memberi Elsie hidup terbaik yang paling memungkinkan dan kami pikir pilihan terbaik adalah memanjangkan kakinya," kata Jackie.
Sumber : http://health.detik.com/read/2016/05/02/120051/3201407/1202/balita-ini-kakinya panjang-sebelah-dipatahkan-300-kali-untuk-menyamakannya
ARTIKEL 2
Wanita Muda Meninggal Setelah Terapi "Chiropractic", Ini Kronologinya Rabu, 6 Januari 2016 | 16:10 WIB
KOMPAS.com — Awal Agustus 2015 menjadi hari yang paling memilukan bagi Alfian Helmy dan keluarganya. Tepatnya pada 7 Agustus 2015, untuk kali terakhir Alfian melihat wajah putri keempatnya, Allya Siska Nadya, yang akrab disapa Siska. Siska yang lahir di Bandung, 28 Desember 1982, itu meninggal dunia di Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI), Jakarta Selatan, setelah sebelumnya menjalani terapi di klinik chiropractic di kawasan Pondok Indah. Alfian menceritakan, mulanya Siska mengeluhkan nyeri pada leher dan tulang belakangnya. Menurut Alfian, keluhan itu mungkin saja muncul karena Siska selalu menenteng bawaan berat, yakni tas berisi laptop. Siska pun sempat menjalani fisioterapi atau sekadar pijat. Setelah sembuh, ia kembali bekerja seperti biasa. Namun, keluhan pada bagian tulang belakang muncul lagi setelah beberapa bulan kemudian. Siska berencana pergi ke Perancis pada 18 Agustus 2015 untuk meneruskan pendidikan S-2. Sebelum berangkat, ia ingin mengatasi masalah pada tulang belakangnya terlebih dahulu. “Lalu dia bilang sama mamanya, kepengin kalau ke sana (Perancis) sudah enggak punya keluhan lagi. Jadi dia mau pengobatan dulu di sini (Jakarta) biar bisa fokus belajar nanti,” terang Alfian kepada Kompas.com, Rabu (6/1/2016). Pilihan pengobatan pun jatuh pada terapi chiropractic. Pada 5 Agustus 2015, Siska mendatangi klinik terapi chiropractic di kawasan Pondok Indah karena berada tak jauh dari rumahnya. Siska menjalani konsultasi terlebih dahulu dan bertemu dengan terapis asing, Randall Caferty. Setelah konsultasi itu, menurut Randall, Siska perlu menjalani terapi sebanyak 40 kali dengan membayar Rp 17 juta. Namun, Siska menolak karena ia harus berangkat ke Perancis pada 18 Agustus 2015. Akhirnya, Randall menawarkan paket terapi 40 kali menjadi dilakukan dua kali sehari. Dengan anggapan Randall adalah dokter yang ahli, Siska pun percaya dan menyetujui untuk menjalani terapi. Keesokan harinya, pada 6 Agustus 2015, Siska kembali ke klinik pada pukul 13.00 untuk menjalani terapi chiropractic dan telah membayar biaya Rp 17 juta. Sore harinya, Siska kembali menjalani terapi dengan ditemani ibunya. Alfian mengatakan, terapi itu dikerjakan langsung oleh Randall. Sang ibu pun sempat terkejut melihat bagaimana terapi dilakukan dengan sangat singkat. “Mamanya waktu lihat pengerjaannya sudah terkejut. Dia (Siska) ditengkurepin, terus datang si Randall ngangkat dia punya kepala dan putar ke kiri, ke kanan, kretek , kretek . Lalu diambil dipinggulnya, putar ke kiri, ke kanan. Prosesnya paling lima menit saja,” terang Alfian. Alfian pun saat itu menjemput istri dan anaknya di klinik. Sekitar pukul 20.00, mereka tiba di rumah. Alfian melihat sedikit perubahan pada Siska saat itu. “Dia diam enggak seperti biasanya, seperti ada sesuatu. Dia karakter anaknya, selagi dia bisa tahan, dia tahan (sakit). Dia enggak mau ngerepotin orang,” lanjut Alfian.
Sekitar pukul 23.00, Siska meringis kesakitan pada bagian lehernya. Baru kali ini Alfian melihat putri bungsunya terlihat kesakitan luar biasa. Siska pun langsung dilarikan ke unit gawat darurat di RSPI pada tengah malam itu. Alfian mengungkapkan, berdasarkan catatan medis tim dokter di RSPI, Siska juga mengalami kesemutan pada bagian leher hingga lengan dan bagian belakang lehernya membengkak. Diduga ada pembuluh darah yang pecah. Untuk memastikan hal itu, harus segera dilakukan MRI. Sayangnya, Siska sempat kehilangan kesadaran dan denyut jantungnya melemah sehingga MRI tak bisa segera dilakukan jika kondisi tidak stabil. Dalam kondisi itu, sekitar pukul 06.00, dokter menyatakan bahwa Siska sudah tiada. Keluarga pun harus merelakan kepergian Siska yang telah pergi dalam waktu singkat. Tempuh jalur hukum
Alfian tak pernah menyangka bahwa Siska meninggal dunia karena awalnya hanya masalah di tulang belakang. Keluarga pun melaporkan kasus dugaan malapraktik oleh dokter asing ke Polda Metro Jaya pada 12 Agustus 2015. Saat itu, Randall sudah dua kali dipanggil untuk dimintai keterangannya oleh pihak kepolisian. Namun, ia tak pernah memenuhi panggilan dan diketahui sudah kembali ke negara asalnya di Amerika Serikat. Randall diduga tak memiliki izin praktik di Indonesia. Alfian berharap pihak berwenang bisa memberikan pengawasan dan peraturan yang lebih ketat mengenai kompetensi dokter maupun terapis yang berpraktik. Alfian juga mengingatkan masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam memilih pengobatan. Ia berharap tak ada "Siska-Siska" lainnya yang menjadi korban. Sumber :
http://health.kompas.com/read/2016/01/06/161000123/Wanita.Muda.Meninggal.Setelah.Terapi. Chiropractic.Ini.Kronologinya
ARTIKEL 3
Sendi Nyeri dan Kaku, Waspadai Pengapuran pada Tulang Rawan Rabu, 4 November 2015 | 12:17 WIB JAKARTA, KOMPAS.com - Setiap persendian memiliki lapisan bantalan tulang rawan pada setiap ujungnya. Ausnya tulang rawan akan menyebabkan timbul rasa nyeri pada persendian. Kondisi ini disebut juga dengan osteoartritis (radang sendi). Bagian yang paling rentan mengalami osteoartritis antara lain lutut, bahu, pinggul, dan juga sendi pada jari-jari. Awam biasanya menyebut penyakit ini dengan pengapuran.
Data WHO menyebutkan, sekitar 151 juta orang di dunia menderita penyakit ini. Di Indonesia sendiri, radang sendi diderita oleh 34,4 juta orang. Penyakit ini umumnya dialami orang berusia di atas 45 tahun. Spesialis Ortopedi dan Traumatologi dari RS Jakarta, dr. Adrian W. Tarigan, Sp.OT mengemukakan bahwa osteoartritis (OA) berbeda dengan Osteoporosis. Adrian menjelaskan, OA adalah proses pengapuran sendi dan bersifat seumur hidup, sementara osteoporosis adalah pengeroposan tulang dan bisa di sembuhkan. "Seseorang yang menderita OA akan mengalami nyeri terus menerus karena OA belum bisa disembuhkan. Pengobatan yang bisa dilakukan hanya untuk memperlambat kerusakan dan mengurangi rasa nyeri" paparnya dalam acara seminar Osteoartritis yang diadakan oleh SOHO Global Health di Jakarta (3/11/15). Selain nyeri pada persendian, OA juga memiliki gejala berupa rasa kaku pada satu atau beberapa persendian, terutama di pagi hari setelah bangun tidur. Kadang-kadang timbul benjolan pada sendi jari atau sekitar lutut. Deformitas (perubahan bentuk) tulang juga bisa dilihat dari kaki yang tidak bisa lurus saat berdiri. "Perlu diwaspadai jika persendian menjadi kaku, terutama pada kaki setelah duduk selama 2 sampai 3 jam. Kaki terasa sulit digerakan dan berat" jelasnya. Kaum wanita memiliki resiko lebih tinggi menderita OA karena faktor gaya hidup, seperi pemakaian sepatu hak tinggi. Pengobatan untuk kondisi ini umumnya adalah obat antiperadangan untuk mengurangi rasa tidak nyaman dan nyeri. Misalnya suntikan steroid. Sementara itu jika nyeri tidak terlalu parah bisa dilakukan pengompresan pada bagian yang sakit dan beristirahat. Menurunkan berat badan juga perlu dilakukan jika orang yang menderita OA ini mengalami obesitas. Latihan fisik tetap disarankan, terutama untuk menjaga persendian tetap lentur dan untuk membangun kekuatan otot. Latihan tersebut sangat penting untuk mengurangi kekakuan sendi. (Muthia Zulfa) Sumber : http://health.kompas.com/read/2015/11/04/121700123/Sendi.Nyeri.dan.Kaku.Waspadai.Pengapu ran.pada.Tulang.Rawan
ARTIKEL 4
Nyeri Lutut Jadi Masalah Kesehatan Dunia Jumat, 6 Mei 2016 20:41 WIB
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nyeri lutut sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan utama di dunia. Diperkirakan kejadiannya mencapai 25 persen populasi, mulai dari anak-anak hingga lanjut usia. Nyeri lutut dapat datang secara tiba-tiba atau setelah trauma/cidera, termasuk sesaat setelah melakukan aktivitas fisik ringan atau berolahraga. dr. Ade Sri Wahyuni, SpRM, pakar Nyeri dari Klinik Nyeri dan Tulang Belakang, Jakarta, meski dapat sembuh dengan sendirinya, banyak kasus nyeri lutut yang menetap jika tidak diobati dengan segera sehingga dapat menghambat aktivitas penderitanya. Selain nyeri yang mengganggu, penderita umumnya juga mengalami sejumlah gejala lain seperti bengkak, kemerahan, dan kaku atau sulit untuk digerakan. Lantas penyebab dan bagaimana gangguan nyeri lutut terjadi? Dalam dunia kedokteran, penyebab nyeri lutut dapat dibagi menjadi 4 kriteria, yaitu nyeri lutut yang disebabkan akibat cidera, masalah mekanis, radang sendi atau arthritis, dan penyebab lainnya. Selain cidera ACL (Anterior Cruciate Ligament) yang sudah banyak dikenal, nyeri lutut akibat cidera umumnya terjadi karena adanya masalah pada komponen-komponen penyangga lutut seperti ligamen, tendon, tulang rawan, dan kantong cairan sendi (bursae). Nyeri lutut dapat muncul karena adanya bursitis. “Bursitis merupakan peradangan atau pembengkakan bursae. Gejalanya rasa sakit, warna kulit yang memerah pada area yang mengalami peradangan," katanya di Jakarta, Kamis (5/5/2016). Rasa sakit ini biasanya memburuk saat tubuh bergerak atau mengalami tekanan dan area yang terkena terasa kaku serta bengkak. Kemudian ada gangguan mekanis yang berperan pada terjadinya nyeri lutut adalah Iliotibial Band Syndrome (ITBS) yang paling sering terjadi pada pelari. ITBS terjadi ketika jaringan ikat iliotibial atau IT band, ligamen yang terdapat di sepanjang bagian luar paha mulai dari pinggul sampai tulang kering; menjadi ketat dan meradang. IT band menempel pada lutut dan membantu stabilisasi serta gerak dari sendi. Ketika IT band tidak bekerja seperti seharusnya, pergerakan lutut akan menimbulkan rasa sakit. “Rasa sakit yang ditimbulkan bisa sangat parah,” jelasnya. Selain bursitis dan ITBS, penyebab nyeri lutut yang paling umum adalah artritis atau radang sendi. Jenis artritis yang dapat mengakibatkan terjadinya nyeri lutut di antaranya osteoartritis, arthritis reumatoid, gout, dan arthritis septik. Osteoartritis merupakan jenis artritis yang paling banyak ditemui dan disebut juga sebagai artritis degeneratif karena terjadi melalui proses penuaan. Osteoartritis ditandai dengan kerusakan tulang rawan (kartilago), pertumbuhan osteofit pada tepian sendi, meregangnya kapsul sendi, yang disertai peradangan. Jenis radang sendi lainnya adalah gout. Gout ditandai dengan adanya kristalisasi asam urat yang menumpuk pada sendi lutut atau sendi lainnya. Penumpukan kristal asam urat inilah yang selanjutnya menimbulkan nyeri berulang pada sendi. Selain beberapa kondisi diatas, sindrom nyeri patelofemoral juga menjadi salah satu penyebab terjadinya nyeri lutut. Penderita sindrome ini akan mengalami nyeri tepat dibagian depan lutut atau diantara patella dan tulang paha (femur) yang sering terjadi pada remaja, pekerja kasar dan juga atlit. Gejala nyeri akan muncul ketika penderita sindrome nyeri patelofemoral menaiki tangga, squat, joging atau melakukan lompatan.
Sumber : http://www.tribunnews.com/kesehatan/2016/05/06/nyeri-lutut-jadi-masalah-kesehatandunia
ARTIKEL 5
Akibat Berlebihan Latihan Beban, Rebecca Alami Kerusakan Otot By Aditya Eka Prawira on 10 Des 2013 at 13:30 WIB Malang menimpa perempuan cantik, Rebecca Johnson (30 tahun) ketika ia tengah berlatih di pusat kebugaran. Bagaimana tidak? Baru saja latihan bersama pelatih pribadi (Personal Trainner) selama 1 jam, Rebecca harus dilarikan ke rumah sakit dan harus mendapat penanganan serius, karena menderita kerusakan otot yang cukup parah dan sangat langka. Setelah dilakukan pemeriksaan secara menyeluruh, dokter mengatakan bahwa perempuan berambut pirang ini menderita penyakit rhabdomyolysis, kondisi langka yang dapat menyebabkan ia mengalami gagal ginjal bila tidak segera diobati. Mau tak mau, Rebecca pun harus menjalani rawat inap selama empat hari. Saat dikonfirmasi, Rebecca mengatakan bahwa sang pelatih terlalu memforsir dengan latihan yang cukup berat. Beberapa alat yang digunakan Rebecca bahkan tak sanggup dilakukannya. "Saya melakukan pull-ups, angkat beban, bench press-up. Itu semua sangat sulit untuk saya lakukan," kata Rebecca dikutip laman Daily Mail, Selasa (10/12/2013). Sadar dirinya tak mampu untuk melakukan itu semua, tambah Rebecca, ia pun sudah meminta kepada pelatih untuk mengurangi jumlah latihannya. Namun sang pelatih justru meminta Rebecca untuk melatih kebiasaan itu. "Karena dia adalah PT yang profesional, saya pun melakukan apa yang dia minta. Awalnya saya pikir tak ada rasa sakit," kata Rebecca menambahkan. Setelah melakukan apa yang diinginkan sang pelatih, Rebecca tak merasakan ada hal aneh yang terjadi pada dirinya. Semuanya dirasa biasa saja. Sekujur tubuhnya pun, tak merasakan pegal. Tapi ternyata, setelah Rebecca tidur di malam hari dan terbangun di pagi hari, barulah ia merasakan sakit yang teramat sangat. "Saya kesakitan. Saya tidak bisa meluruskan lengan saya. Itu membuat saya sangat sulit bekerja, dan susah untuk memegang alat," kata Rebecca menerangkan. Tak lama kemudian, Rebecca dibuat syok oleh urin berdarah yang keluar dari dalam tubuhnya. Dan di saat seperti itulah dia sadar bahwa itu merupakan tanda awal terjadinya rhabdomyolysis. "Tapi awalnya saya berpikir, saya hanya mengalami dehidrasi, dan harus minum lebih banyak air," kata dia lagi. (Adt/Abd) Sumber : http://health.liputan6.com/read/769904/akibat-berlebihan-latihan-beban-rebecca-alamikerusakan-otot