BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Latar Belaka Belakang ng
Pemeriksaan radiografi merupakan suatu pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosa dari dokter. Baik atau tidaknya hasil gambar radiografi sangat sangat menent menentuka ukan n tindak tindakan an medis medis yang yang akan akan dilaku dilakukan kan selanju selanjutny tnyaa kepada kepada pasien. Radiografer berperan sebagai tenaga medis yang akan membantu mendapatkan hasil gambar radiografi, melalui teknik pemeriksaan yang tepat. Objek Objek yang yang difoto difoto harus harus tampak tampak seluruh seluruhny nyaa dan terlihat terlihat optima optimall pada pada hasil hasil gambar radiografi. Sinus paranasal adalah salah satu objek pada pemeriksaan radiografi yang terletak di dalam kepala. Sinus paranasal merupakan sebuah rongga berisi udara yang yang fungsi fungsinya nya adalah adalah untuk untuk meringa meringanka nkan n beban beban dari dari kepala. kepala. Pada Pada gambar gambar radiografi sinus akan tampak hitam ( lucent ) karena berupa udara. erjadinya gangguan pada sinus paranasal ini akan membuat penderita merasakan sakit pada daerah daerah kepalan kepalanya. ya. Salah Salah satu penyakit penyakit yang yang penuli penuliss ketahu ketahuii adalah adalah penyak penyakit it sinusitis. Sinusitis merupakan suatu proses peradangan pada mukosa atau selaput lendir sinus paranasal. paranasal. Peradangan Peradangan ini dapat menyebabkan menyebabkan pembentuk pembentukan an cairan atau kerusak kerusakan an tulang tulang diba!ah diba!ahnya nya.. Sinusi Sinusitis tis dapat dapat terjadi terjadi di kedua kedua sisi yaitu yaitu kanan kanan dan kiri kiri yang yang kemudi kemudian an disebu disebuat at sinusit sinusitis is duple" duple".. Sinusi Sinusitis tis ini akan akan menampakkan gambaran ber!arna putih ( opak ) karena didalam sinus terdapat cairan.
1
Pemi Pemilih lihan an proy proyesi esi yang yang tepa tepatt pada pada tekn teknik ik peme pemeri riks ksaan aan akan akan sanga sangatt berpengaruh terhadap efektifnya dosis, !aktu, dan outcome yang dikehendaki akan sesuai. #asing $ masing proyeksi memiliki kelebihan dan kekurangannya. Pada teorinya terdapat tiga proyeksi utama dan satu proyeksi tambahan yang digunakan pada objek sinus paranasal. Proyeksi utama diantaranya yaitu face bone lateral, P% P% ( &ald!ell ), parietoacanthial parietoacanthial ( 'aters aters ) dan satu proyeksi proyeksi tambahan yaitu submentoerte" ( S# ). *etika penulis melakukan praktik kerja lapangan + di instalasi radiologi RS- ngaran, pemeriksaan radiografi sinus paranasal dengan indikasi sinusitis dupl duple" e" dilak dilakuk ukan an deng dengan an meng menggu guna nakan kan proy proyek eksi si 'aters ters dan dan &ald &ald!e !ell. ll. Pemeriksaan tersebut dilakukan berdasarkan permintaan dokter pengirim ( dokter / ) yang menuliskan di lembar le mbar permintaan foto rontgen SP0 P% 'a 'aters. ters. -ari uraian di atas, penulis tertarik ingin mengetahui lebih lanjut peran proyeksi 'a 'aters ters dan &ald!ell dalam menegakkan diagnosa dengan indikasi sinusi sinusitis tis duple" duple".. Oleh Oleh karena karena itu, itu, penuli penuliss mengan mengangka gkatt kasus kasus tersebu tersebutt sebagai sebagai laporan kasus dengan judul “Teknik Pemeriksaan Radiografi Sins Paranasal Dengan !ass Sinsitis D"le# di Instalasi Radiologi RSUD Ungaran$
1.% Rmsan &asala'
-alam laporan kasus ini penulis menetapkan rumusan masalah sebagai batasan lingkup pembahasan. %dapun rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut 1 +. Baga Bagaim iman anaa tekni teknik k peme pemerik riksaa saan n radio radiogr graf afii sinu sinuss paran paranasa asall deng dengan an kasu kasuss sinusitis duple" di instalasi radiologi RS- ngaran 2
2
3. #engapa digunakan proyeksi 'aters dan &ald!ell pada pemeriksaan Sinus Paranasal dengan kasus sinusitis duple" di 4nstalasi Radiologi RSngaran 2
1.( T)an Penlisan
Penulis memiliki beberapa tujuan dalam penulisan laporan kasus ini, diantaranya adalah 1 +. ntuk memenuhi tugas mata kuliah praktik kerja lapangan +. 3. ntuk mengetahui teknik pemeriksaan radiografi sinus paranasal dengan kasus sinusitis duple" di instalasi radiologi RS- ngaran. 5. ntuk mengetahui alasan digunakannya proyeksi 'aters open mouth dan &ald!ell pada kasus sinusitis duple" di instalasi radiologi RS- ngaran.
3
BAB II DASAR TE*RI
%.1 Anatomi dan +isiologi Sins Paranasal
ulang tulang berongga di sekeliling rongga hidung berisi ruangan $ ruangan udara yang berhubungan dengan rongga hidung. Pintu $ pintu ruangan $ ruangan udara tersebut atau disebut ostium terletak di meatus $ meatus dinding lateral rongga hidung. Ruangan $ ruangan udara tersebut disebut sinus $ sinus paranasalis. *eempat sinus paranasalis terletak pada masing $ masing sisi yaitu 1 +. Sinus maksilaris 3. Sinus frontalis 5. Sinus ethmoidalis ( anterior, posterior, dan media ) serta 6. Sinus sphenoidalis.
7ambar +. Sinus paranasal dilihat dari anteroposterior dan lateral ( Bontrager, 38+6 )
9ungsi $ fungsi sinus 1 +. 9ungsi utama dari sinus adalah meringankan tengkorak
4
3. *edua berfungsi untuk menambah resonansi suara. :alur udara pada sinus $ sinus ini meresonansi suara selama produksi suara. Bila pintu $ pintu sinus di rongga hidung tersumbat akibat pembengkakkan kerena proses peradangan seperti yang terjadi pada rhinitis yang berat, maka kana terjadi perubahan suara yang jelas. 5. Sinus $ sinus ini juga bertanggung ja!ab untuk bentuk tengkorak yang berguna untuk penampilan dari bentuk muka. Perubahan penampilan bentuk muka pada pubertas disebabkan karena pembesaran sinus $ sinus. -i bagian dalam sinus $ sinus ini dilapisi selaput lendir yang bersilia sampai pada pintu $ pintunya seperti yang terdapat pada selaput lendir respiratorius rongga hidung, maka epitel $ epiitelnya merupakan jenis epitel berlapis toraks palsu, tetapi tidak seperti pada selaput lendir traktus respiratorius, maka selaput lendir sinus lebih tipis, sedikit askularisasi dan kurang menempel pada dinding sinus. *elenjar $ kelenjar mukosa mensekresi mukus yang disalurkan memasuki rongga hidung oleh gerakan silia. kuran dan bentuk sinus $ sinus berariasi dari satu orang dengan orang yang lainnya, serta dari umur yang berbeda $ beda. Seringkali antara sepasang sinus merupakan sinus $ sinus yang bilateral asimetri.
SINUS &A!SILARIS ,ant'rm maksilaris ata ant'rm Hig'moreerletak di korpus maksila dan merupakan sinus yang paling besar dari
semua sinus $ sinus. Sinus $ sinus ini pada anak $ anak lebih kecil dan mencapai ukuran sempurna setelah tumbuhnya gigi tetap. #asing $ masing sinus merupakan sebuah rongga yang berbentuk piramid, basisnya menuju ke dinding lateral rongga hidung dan apeknya menjorok ke prosesus ;igomatikus maksila. *adang $ kadang sinus dapat meluas
5
memasuki os ;igomatikus juga. -asar atau permukaan inferior ( bukan basis ) pada prosesus aleolaris maksila di atas kantung $ kantung gigi geligi. Bagian ini merupakan bagian sinus yang berdinding paling tebal. %kar sinus dibentuk oleh lamina orbitalis maksila berisi arteri<ena dan nerus infraorbitalis, yang memisahkan sinus maksilaris dan orbita.
7ambar 3. Sinus #aksila dilihat dari anteroposterior dan lateral ( Bontrager, 38+6 ) kuran $ ukuran
inggi ertikal 5,= cm kuran transersal 3,= cm ( lebar ) Panjang antero> 5,3 cm posterior *apasitas += ml Ostium atau pinus sinus maksilaris terletak di meatus media rongga
hidung di bagian posterior hiatus semilunaris. Pintu sinus maksilaris ini lebih dekat ke akar sinus daripada ke dasar sinus, maka terdapat ganggauan yang alami dalam pembebasan aliran cairan sinus. Suplai persarafan 1 &abang $ cabang nerus maksilaris ( nerus infraorbitalis, nerus aleolaris media dan posterior superior ) dan nerus palatina mayor dari ganglion sphenopalatinum. S"lai "endara'an a. %rteri. &abang $ cabang arteri fasialis dan arteri maksilaris.
6
/. %liran ena oleh ena $ ena fasialis anterior dan plaksus
pterigoideus. Aliran getah bening menuju kelompok kelenjar $ kelanjar getah bening submandibulare. Radiologi : Pada pandangan %.P dari foto tengkorak maka sinus maksilaris yang sehat tampak sebagai suatu bayangan segitiga yang agak jernih ( kehitam $ hitaman ) di ba!ah orbita dengan basis menghadap dinding lateral rongga hidung. Sinus yang meradang tampak lebih berkabut. Aplikasi anatomi : sinusitis maksillaris sangat sering terjadi. 4nfeksi dapat mencapai sinus dari rongga hidung atau cairan radang dapat mengalir dari sinus $ sinus frontalis dan ethmoidalis melalui hiatus semiluaris menuju osteum maksilaris yang merupakan lokasi yang paling bebas dari hiatus. 4nfeksi juga dapat mencapai sinus dari akar $ akar gigi premolar ke 3 atau akar $akar gigi molar ke + dan ke 3, melalui dasar sinus. Sistim pengaliran alami dari sinus maksilaris karena osteum sinus maksilaris letaknya tinggi di meatus media. Punksi sinus ( punksi anthral ) dapat dilakukan melalui meatus inferior, atau melalui fossa
kanina pada permukaan anterior maksila.
Pertumbuhan sinus dapat menimbulkan gangguan ke sebelah superior yang merupakan tempat kedudukan dari bola mata dan menyebabkan terjadinya diplopia, atau menjorok ke rongga hidung ataupun menjorok ke sebalah anterior membuat tonjolan di muka. SINUS +R*NTALIS
7
Sinus frontalis pada masing $ masing sisi terletak di antara kedua tabula os frontale di belakang pars medialis arkus superfisialis. *edua sinus dipisahkan oleh sebuah septum yang paling sering berdeiasi ke satu sisi atau ke sisi yang lainnya. -engan demikian kedua sinus frontale biasanya ukurannya tidak sama besar. Sinus ini dapat meluas mamasuki lamina orbitalis os frontale.
7ambar 5. Sinus 9rontal dilihat dari anteroposterior dan lateral ( Bontrager, 38+6 )
Sinus $ sinus frontalis hanya berkembang setelah tahun ke 3 dan mencapai ukuran de!asa setelah pubertas. -imensi $ dimensinya yaitu 1 inggi ertikal 5 cm, lebar 3,= cm dan panjang anteroposterior +,? cm. Osteum : Sinus ini mengalirkan cairan sinus ke dalam bagian anterior hiatus semilunaris di meatus media melalui infundibulum ethmoidale. Persarafan disuplai oleh nerus supraorbitalis. Pendarahan disuplai oleh arteri supra orbitale dan ena $ ena oftalmika superior. Aliran gertah bening menuju kelompok kelenjar getah bening submandibulare.
8
Radiologi : Sinus $ sinus frontalis yang sehat memperlihatkan bayangan segitiga yang jelas di atas bagian medial orbita dan rongga hidung. Septum terlihat berdeiasi ke salah satu sisi. Aplikasi anatomi : Sinusitis frontalis tidak jarang terjadi mengikuti suatu gejala influensa. Sinusitis ini menyebabkan timbulnya gejala sakit kepala di daerah os frontale yang bertambah berat pada !aktu menganggukkan kepala. ekanan ke atas oleh ibu jari di ba!ah bagian medial mergosupraorbitale menimbulkan rasa nyeri. SINUS ETH&*IDALIS
Sinus $ sinus ini dibentuk oleh sejumlah tulang berrongga yang berdinding tipis, dipisahkan oleh septa tulang yang tidak sempurna di dalam labirin ethmoidale. -inding sinus disempurnakan oleh tulang $ tulang di dekatnya seperti os frontale, maksilla, os lakrimale, os palatina dan os sphenoidale. Sinus $ sinus ini terletak di antara dinding lateral rongga hidung dan dinding medial orbita yang tersusun dalam tiga kelompok 1 anterior ( berjumlah +8 sampai +3 buah ), media ( 5 sampai 6 ) dan posterior ( + sampai @ buah ).
7ambar 6. Sinus Athmoid dilihat dari anteroposterior dan lateral ( Bontrager, 38+6 )
9
Pintu – pintu dalam rongga hidung : *elompok anterior di hiatus semilunaris dari meatus media, kelompok media pada bagian atas dari bulla ethmoidale sedang sinus ethmoidale posterior pintunya di meatus superior rongga hidung. Radiologi : *etiga kelompok sinus $ sinus ethmoidalis dan sinus sphenoidale saling berselisihan satu sama lainnya pada foto %.P tengkorak. Aplikasi anatomi : amina orbitale os ethmoidale sangat tipis. 4nfeksi dari sinus $ sinus
ethmoidalis dapat menjalar ke orbita
mengakibatkan selulitis orbitale. *analis optikus terlalu dekat dengan sinus
ini,
maka
penjalaran
peradangan
pada
tempat
ini
dapat
mengakibatkan terjadinya neuritis optika. Athmoiditis menyebabkan juga terjadinya abses subdural atau abses serebri. SINUS SPHEN*IDALIS
Sepasang sinus $ sinus sphenoidalis terletak di dalam korpus sphenoidalis !alaupun sinus ini dapat pula meluas memasuki ala magna dan lingula. Sinus $ sinus ini dipisahkan oleh sebuah septum yang berdeiasi ke salah satu sisi. Pada !aktu lahir sinus $ sinus ini sangat kecil dan mencapai ukuran yang sempurna hanya setelah pubertas. kuran sinus $ sinus ini 3 " +,? " 3 cm.
10
7ambar =. Sinus Sphenoid dilihat dari anteroposterior dan lateral ( Bontrager, 38+6 )
Sinus $ sinus sphenoidalis ini penting sebab hubungan $ hubungannya dengan bangunan $ bangunan yang penting seperti dengan 1 khiasma optikum dan kelenjar hipofisa ke sebelah atas dan sinus $ sinus kkaernosus beserta isinya di sebelah lateralis. Pintu
sinus
sphenoidalis
terletak
di
dalam
resesus
sphenoethmoidale dari dinding lateral rongga hidung. Suplai persarafan : rami orbitalis ganglion sphenopalatinus dan nerus sphenoidalis posterior. Pendarahan : arteri<ena ethmoidalis posterior. Aliran getah bening : pada kelompok kelenjar getah bening retrofaringeal. Radiologi : Sinus $ sinus ini tampak jelas pada pandangan lateral dari foto tengkorak di ba!ah sella tursika. Aplikasi anatomi : 4nfeksi dari sinus sphenoidalis dapat menyebar yang dapat mengakibatkan kebutaan karena terjadinya neuritis optika atau neuritis retrobulber. Sinusitis ini juga dapat menjalar ke saraf $ saraf otak yang terletak di sinus kaernosus. (Bajpai,+CC+)
/.% Patofisiologi Sins Paranasal Salah satu kelainan pada sinus paranasal adalah sinusitis. Sinusitis adalah
peradangan dari rongga sinus, peradangan ini terjadi ketika hidung dan sinus pasien terkena sesuatu yang mungkin mengiritasi lapisan membran. 4ritasi dapat berasal dari polusi debu dan asap rokok. Reaksi terhadap sinusitis dan infeksi
11
irus atau bakteri juga dapat mengiritasi lapisan hidung. Pembengkakan akibat iritasi yang terjadi dapat menyebabkan celah sempit di hidung dan rongga sinus semakin menyempit atau bahkan menutupnya ( Becker,3885 ). Sinusitis akut terjadi karena didahului oleh iritasi dan peradangan daerah internal hidung yang disebabkan oleh irus penyebab flu biasa, hal ini terjadi selama lebih dari empat minggu. Pada sinusitis maksila, sinusitis akut juga berasal dari penjalaran infeksi periapikal gigi rahang atas. #asalah yang timbul pada sinisitis akut ialah kemungkinan terhambatnya drainase eksudat, terutama pada sinus maksila karena rongga bagian ba!ah letakknya lebih rendah dari ostium. %kibatnya dapat terjadi empiema sinus. Obstruksi eksudat lama kelamaan dapat berubah menjadi kumpulan sekret bila kuman tidak ada lagi. %ibatnya dapat menjadi mukokel sinus ( 0asar dkk, 38+8 ). Radang yang berulang $ ulang dapat berubah menjadi sinusitis kronik, yang sukar disembuhkan dan menimbulkan keluhan berkepanjangan pada penderita. Sinusitis ini disebabkan oleh bakterial dan jamur yang biasanya terjadi lebih dari +3 minggu. Berbagai macam mikroba dapat ditemukan, yang umumnya berasal dari flora rongga mulut. -apat terjadi manifestasi jamur yang sering berupa fungus ball, umumnya %spergilus sp. Sinus kronik dapat juga merupakan bagian dari sindrom *artagener, yang terdiri atas broniektasis, sinus inersus dan sinisitis kronik ( 0asar dkk, 38+8 ).
/.( Teknik Radiografi Sins Paranasal a. Persiapan Pemeriksaan +. Pesa!at sinar>" 3. *aset dan film ukuran 36 " 58 cm 5. 7rid atau bucky stand ukuran +? " 36 cm 6. #arker R dan
12
=. Pengolahan film ( Bontrager, 388= ). b. Persiapan Pasien Persiapan pasien pada pemeriksaan sinus paranasal dengan indikasi sinusitis, yaitu tidak ada persiapan khusus. etapi pasien diberikan penjelasan atau arahan mengenai prosedur apa saja yang akan dilakukan oleh radiografer. Pasien harus melepas benda $ benda logam, plastik, dan lainnya dari kepala supaya tidak terjadi artefak pada hasil radiograf(Bontrager,388= ). c. eknik Pemeriksaan Sinus Paranasal %dapun proyeksi radiografi yang dipakai dalam pemeriksaan sinus paranasal menurut Bontrager ( 388= ) adalah 1 +. Proyeksi 9acebone ateral
7ambar D. Proyeksi 9acebone ateral ( Bontrager, 38+6 ) a) Posisi pasien 1 mengatur pasien dalam posisi berdiri tegak dengan salah satu sisi kepala menempel pada bucky stand. b) Posisi objek 1 #enempatkan sisi lateral kepala pada meja pemeriksaan atau
pada bucky. #engatur kepala pada posisi true lateral, kemudian mengatur badan pada posisi obliEue supaya pasien merasa nyaman ( #SP
kepala paralel dengan kaset ). #engatur interpupillary line ( 4P ) tegak lurus di pertengahan kaset.
13
#engatur dagu sehingga infra orbita meatal line ( 4O# ) tegak
lurus dengan kaset. c) %rah sumbu sinar 1 horisontal tegak lurus kaset. d) itik bidik 1 pada pertengahan diantara outer canthus dan #%A ( Meatus e) 99-
Acusticus External ). 1 +88 cm
7ambar @. *riteria Radiograf Proyeksi 9acebone ateral ( Bontrager, 38+6 ) f) *riteria gambar 1 ampak sinus frontalis, sinus ethmoidalis, sinus maksilaris, sinus
sphenoidalis. Ramus mandibula yang superposisi. idak ada rotasi pada sella tursica.
3. Proyeksi P% ( &ald!ell )
7ambar ?. Proyeksi P% &ald!ell ( Bontrager, 38+6 )
14
a) Posisi pasien
1 mengatur pasien dalam posisi berdiri tegak
menghadap bucky stand . b) Posisi objek 1 #enempatkan hidung dan dahi pada posisi true P%, pasien pada upright bucky dengan mengatur leher supaya O# ( Orbito
Meatal ine ) membentuk sudut += derajat dari bucky. #engatur #SP ( Mid Sagital Plane ) kepala pasien tegak lurus
pada pertengahan upright bucky. #emastikan supaya tidak ada rotasi kepala. c) %rah sumbu sinar 1 horisontal tegak lurus imaging plate membentuk sudut +=o ke arah caudad. d) itik bidik 1 pada occipitale menuju nasion. e) 991 +88 cm
7ambar C. *riteria Radiograf Proyeksi P% &ald!ell ( Bontrager, 38+6 ) f) *riteria gambar 1 ampak sinus frontalis di atas sutura fronto nasal dan anterior
sinus ethmoidalis di atas petrous ridge. ampak sinus frontalis dan sinus ethmoidalis. %nterior ethmoid air cell terlihat secara lateral pada setiap tulang
hidung. 5. Proyeksi 'aters close mouth
15
7ambar +8. Proyeksi 'aters close mouth ( Bontrager, 38+6 ) a) Posisi pasien 1 mengatur pasien pada posisi berdiri tegak menghadap bucky stand . b) Posisi objek 1 #engatur kepala pasien supaya diekstensikan, menempatkan
dagu menempel pada upright bucky! #engatur kepala pasien hingga mentomeatal line ( ## ) tegak
lurus kaset, O# membentuk sudut 5@ derajat dari kaset. #engatur #SP tegak lurus garis tengah upright bucky. c) %rah sumbu sinar 1 horisontal tegak lurus kaset d) itik bidik 1 pada occipitale menuju acanthion. e) 991 +88 cm
7ambar ++. *riteria Radiograf Proyeksi 'aters close mouth ( Bontrager, 38+6 ) f) *riteria gambar 1 Sinus maksilaris dengan aspek inferior terbebas dari superposisi. 7ambar obliEue dari sinus frontalis. :arak yang sama antara margin orbita lateral dengan batas lateral kepala.
16
6. Proyeksi 'aters open mouth
7ambar +3. Proyeksi 'aters open mouth ( Bontrager, 38+6 ) a) Posisi pasien 1 #engatur posisi pasien berdiri tegak dengan !ajah menghadap grid, dan mulut terbuka. #engatur #SP kepala pasien sejajar dengan pertengahan grid. b) Posisi objek 1 #engatur kepala pasien supaya berada pada posisi hiperekstensi ,
dan acanthion berada pada pertengahan kaset. #enengadahkan leher pasien, menempelkan dagu dan hidung pada kaset dengan mulut terbuka. #engatur O# membentuk sudut 5@ derajat terhadap kase t. #enginstruksikan kepada pasien untuk membuka lebar mulutnya
secara berlahan $ lahan kemudian menahannya. #enahan supaya kepala tidak bergerak. c) %rah sumbu sinar 1 horisontal tegak lurus kaset d) itik bidik 1 dari occipitale menuju acanthion. e) 991 +88 cm
7ambar +5. *riteria Radiograf Proyeksi 'aters open mouth
17
( Bontrager, 38+6 ) f) *riteria gambar 1 :arak yang sama antara batas lateral skull dan batas lateral orbita, menandakan tidak ada rotasi. Orbita dan sinus maksilaris simetris. ampak kedua sinus maksilaris. ampak sinus sphenoidalis pada buka mulut. =. Proyeksi Submentoerte"
7ambar +6. Proyeksi Submentoerte" ( Bontrager, 38+6 ) a) Posisi pasien
1 jika memungkinkan, memposisikan pasien tegak, untuk memperlihatkan air fluid leels. b) Posisi objek 1 #enginstruksikan pasien untuk mengangkat dagu, mengatur leher supaya hiperekstensi bila memungkinkan sampai 4O# ( "nfra
Orbito Meatal ine ) tegak lurus dengan upright bucky. #engatur #SP tegak lurus dengan garis tengah upright bucky. #enginstruksikan kepada pasien supaya menahan kepala agar
tidak bergerak. c) %rah sumbu sinar 1 pada pertengahan antara angulus mandibula, di dua inchi inferior simpisis mandibula. d) itik bidik 1 pada pertengahan antara angulus mandibula, di dua inchi inferior simpisis mandibula. e) 991 +88 cm
18
7ambar +=. *riteria Radiograf Proyeksi Submentoerte" ( Bontrager, 38+6 ) f) *riteria gambar 1 ampak sinus sphenoidalis, sinus ethmoidalis, petrous pyramid,
dan sinus maksilaris. *etepatan pengaturan 4O# dan &R ditandai dengan kondilus mandibula terlihat dari anterior sampai petrosum, simpisis mandibula superposisi dengan tulang frontal.
(.0 Usa'a "roteksi radiasi %. Proteksi radiasi terhadap pasien, diantaranya 1 +. #embatasi luas lapangan penyinaran. ( Prinsip Perisai ) 3. #enggunakan faktor eksposi yang tepat, serta memposisikan
pasien dengan tepat sehingga tidak terjadi pengulangan foto dan hasilnya optimal. ( Prinsip 'aktu ) 5. #enggunakan lead apron dan gonad shield pada !aktu pemeriksaan. ( Prinsip Perisai ) B. Proteksi radiasi terhadap pasien, diantaranya 1 +. Petugas menjaga jarak dengan sumber radiasi saat pemeriksaan. ( Prinsip :arak ) 3. Selalu berlindung dibalik tabir proteksi se!aktu melakukan eksposi. ( Prinsip Perisai ) 5. :angan mengarahkan tabung ke arah petugas. ( Prinsip :arak ) 6. Petugas menggunakan alat ukur radiasi personal ( film badge ) se!aktu bertugas yang setiap bulannya dikirimkan ke BP9*
19
( Balai Pengaman 9asilitas *esehatan ) guna memonitor dosis radiasi yang diterima petugas. ( Prinsip Perisai) &. Proteksi radiasi terhadap masyarakat umum, diantaranya 1 +. *etika penyinaran berlangsung pintu kamar selalu tertutup. ( Prinsip Perisai ) 3. abung sinar $ " diarahkan ke daerah aman ( jangan mengarah ke petugas
20
BAB III PR*+IL !ASUS DAN PE&BAHASAN
(.1 Profil !ass A. Identitas Pasien Penulis mendapatkan kasus dari salah satu pasien yang melakukan
pemeriksaan radiografi di instalasi radiologi RS- ngaran. -iba!ah ini akan penulis sertakan identitas dari pasien tersebut 1 0ama
1 0y. 40
mur
1 == tahun
%lamat
1 erep ngaran
nit
1 4nstalasi Radiologi RS- ngaran
0o. 9oto
1 @?@6
0o. R#
1 +=D@8?
anggal
1 6 -esember 38+=
-iagnosa
1 Sinusitis #aksilari -uple"
-okter Pengirim
1 dr. #uhammad *haid, Sp/
-okter Radiolog
1 dr. 0oita Alyana, Sp. R%-
B. Ria2at Pasien Pada tanggal 86 -esember 38+= pasien datang dari poli / dengan
memba!a surat permintaan rontgen menuju instalasi radiologi RSngaran. Pasien datang sendiri tanpa bantuan pera!at karena kondisi pasien kooperatif.
3. Penatalaksanaan Pemeriksaan Radiografi Sins Paranasal
21
Pelaksanaan pemeriksaan sinus paranasal dengan proyeksi P% ( &ald!ell ) dan Parieoacanthial ( 'aters ) open mouth di instalasi radiologi RSngaran melalui beberapa prosedur, antara lain meliputi 1 +) Pendaftaran pasien Pasien datang sendiri dengan memba!a surat pengantar dari dr. #uhammad *haid, Sp/ untuk melakukan pemeriksaan radiografi sinus paranasal. Surat pengantar tersebut kemudian diterima oleh petugas administrasi dan data akan diproses melalui komputer. 3) Persiapan pemeriksaan Sebelum melakukan pemeriksaan sinus paranasal, persiapan yang harus dilakukan meliputi 1 a) Persiapan pasien Pasien melepas semua benda $ benda yang dapat menggangu gambaran radiograf disekitar kepala. b) Persiapan alat dan bahan %lat dan bahan yang diperlukan untuk pemeriksaan sinus paranasal meliputi 1 +) Pesa!at sinar $ " Pesa!at sinar $ " yang digunakan untuk pemeriksaan sinus paranasal di RS- ngaran adalah 1 #erk 1 Siemens nit model 1 =@D888?3 4nsert model 1 6?8+388 0omor seri tabung 1 +5=<58<== R 0omor seri pesa!at 1 +?D5 k maksimum 1 +55 k m%s maksimum 1 =88 m%s :enis tabung 1 Single 9ocal spot 1 8.D < +.3 3) #eja pemeriksaan 5) 4maging plate dengan ukuran 36 " 58 cm 6) #arker R untuk identitas =) Processing film menggunakan &R merk &aresteam 5) Pelaksanaan Pemeriksaan
22
eknik pemeriksaan untuk pembuatan radiografi sinus paranasal di 4nstalasi Radiologi RS- ngaran menggunakan proyeksi 'aters open mouth dan &ald!ell, adapun pelakasanaannya adalah sebagai berikut 1 +. Proyeksi 'aters open mouth a) Posisi pasien 1 erect menghadap bucky stand. b) Posisi objek 1 #SP kepala pada pertengahan dan tegak lurus kaset *epala ekstensi sampai ## ( Mento Meatal ine ) tegak
c) d) e) f)
lurus kaset %canthion pada pertengahan kaset #embuka mulut secara perlahan idak ada rotasi pada kepala
%rah sumbu sinar itik bidik 999aktor Aksposi
1 horisontal tegak lurus kaset 1 dari occipitale menuju acanthion 1 +88 cm 1 D? k dan +? m%s
7ambar +D. /asil radiograf proyeksi 'aters open mouth g) *riteria radiograf 1 :arak antara batas lateral skull dan batas lateral orbita tidak eEuidistant kanan dan kiri, menandakan adanya rotasi
23
eher sudah cukup ekstensi ditandai dengan petrous ridges berada di inferior dari sinus maksila
ampak sinus frontalis dan ethmoid Sinus sphenoid terproyeksi di dalam mulut Sinus maksila kanan dan kiri tampak opak karena adanya sinusitis.
3. Proyeksi &ald!ell a) Posisi pasien 1 erect menghadap bucky stand. b) Posisi objek 1 #SP kepala pada pertengahan dan tegak lurus kaset *epala sedikit menengadah dan hidung menempel pada
c) d) e) f)
bucky stand 0asion pada pertengahan kaset idak ada rotasi pada kepala %rah sumbu sinar 1 horisontal tegak lurus kaset itik bidik 1 dari occipitale menuju acanthion 991 +88 cm 9aktor Aksposi 1 D? k dan +? m%s
24
7ambar +@. /asil radiograf proyeksi P% &ald!ell g) *riteria radiograf 1 ampak sinus frontal, ethmoid, dan maksila Sinus sphenoid tidak tampak karena letaknya tepat di belakang sinus ethmoid 6) A"pertise -okter Radiologi ( anggal 6 -esember 38+= ) +. 7ambaran sinusitis maksilaris kiri kanan ( kiri F ) %. ampak opasitas di septum nasi kiri =) Proteksi radiasi saha proteksi radiasi pada pasien yang telah dilakukan oleh petugas adalah dengan mengatur luas lapangan kolimasi dan mengatur faktor eksposi secukupnya.
(.% Pem/a'asan
+. eknik pemeriksaan radiografi sinus paranasal dengan kasus sinusitis di 4nstalasi Radiologi RS- ngaran %. Persiapan pasien
25
idak ada persiapan khusus pada pemeriksaan radiografi sinus paranasal. /anya saja pasien diminta untuk melepas benda $ benda logam yang dapat mengganggu gambaran radiograf disekitar daerah kepala. Seperti anting $ anting, kalung, kucir, dan gigi palsu. Persiapan alat pada pemeriksaan sinus paranasal dengan kasus sinusitis di 4nstalasi Radiologi RS- ngaran terdiri dari pesa!at sinar $ ", &R unit, printer, imaging plate ukuran 36 " 58 cm, dan bucky stand. B. eknik pemeriksaan eknik pemeriksaan radiografi sinus paranasal dengan kasus sinusitis duple" di 4nstalasi Radiologi RS- ngaran menggunakan proyeksi 'aters open mouth dan &ald!ell dengan posisi pasien berdiri tegak menghadap bucky stand. idak dilakukan proyeksi 9acebone ateral dan proyeksi lainnya karena dokter pengirim meminta untuk menggunakan proyeksi 'aters dan &ald!ell. Posisi tegak dipilih karena dalam posisi ini air fluid leels ( batas antara udara
26
tersebut dapat memperlihatkan kedua sinus maksilaris tanpa superposisi. *edua proyeksi tersebut dilakukan berdasarkan diagnosa dari dokter pengirim ( dokter / ) pada lembar permintaan surat rontgen dengan klinis sinusistis maksilaris duple". *edua sinus maksila akan tampak jelas di ba!ah rongga orbita pada proyeksi P% dan 'aters. Pada proyeksi 9acebone ateral sinus yang tampak jelas adalah sinus sphenoidalis. Sedangkan untuk sinus maksilaris tampak superposisi kanan dan kiri. ntuk menegakkan diagnosa sinusitis maksilaris duple", maka proyeksi teknik radiografi yang digunakan adalah 'aters open mouth dan &ald!ell.
BAB I4 SI&PULAN DAN SARAN
0.1 Sim"lan
+. Prosedur pemeriksaan sinus paranasal pada kasus sinusitis duple" di 4nstalasi Radiologi Rumah Sakit mum -aerah ngaran dilakukan dengan teknik
27
pemeriksaan radiografi menggunakan proyeksi 'aters buka mulut dan &ald!ell dengan posisi pasien berdiri tegak ( P% ). 3. %lasan menggunakan proyeksi 'aters dan
&ald!ell
pada
teknik
pemeriksaan radiografi sinus paranasal dengan kasus sinusitis duple" di 4nstalasi Radiologi Rumah Sakit mum -aerah ngaran karena dengan menggunakan dua proyeksi tersebut dapat memeperlihatkan sinus maksilaris kanan dan kiri secara optimal dibandingkan dengan proyeksi lainnya.
0.% Saran
+. Sebaiknya petugas menyalakan tanda radiasi berupa lampu merah sebelum melakukan eksposi. 3. Sebaiknya pemakaian apron juga diperhatikan guna melindungi organ sensitif pada pasien. /al ini tentu tidak mengganggu hasil gambaran radiograf, karena objek yang akan diperiksa pada kasus SP0 ini adalah cranium.
28
DA+TAR PUSTA!A
dr. Bajpai R.0, #.S. +CC+. Osteologi #ubuh Manusia. :akarta 1 Binarupa %ksara Becker, -. 7. 3885. Sinusitis. Pennsylania1 Begell /ouse, 4nc Bontrager, *. . 388=. #extbook of Radiographic Positioning and Related Anatomy$ Sixth Edition. S% 1 #osby, 4nc Bontrager, *. . 38+6. #extbook of Radiographic Positioning and Related Anatomy$ Eighth Edition. S% 1 #osby, 4nc /ima!an, S., 0asar, #. 4., #ar!oto, '. 38+8. %uku A&ar Patologi "" ' (husus ) Edisi ke*+. :akarta 1 Sagung Seto
29