Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Program Studi Teknik Sipil Mata Kuliah Irigasi dan Bangunan Air
Analisis kebutuhan air irigasi merupakan salah satu tahap penting yang diperlukan dalam perencanaan dan pengelolaan sistern irigasi. Kebutuhan air tanaman didefinisikan sebagai jumlah air yang dibutuhkan dibutuhkan oleh tanaman tanaman pada suatu suatu periode untuk untuk dapat tumbuh dan dan produksi secara normal. Berdasarkan persamaannya, kebutuhan air irigasi dapat diartikan sebagai jumlah volume air yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan evapontranspirasi, kehilangan air, kebutuhan air untuk tanaman dengan memperhatikan jumlah air yang diberikan oleh alam melalui hujan dan kontribusi air tanah. Kebutuhan air untuk berbagai jenis tanaman ditinjau terhadap tanaman padi dan palawija. Faktor-faktor yang menentukan untuk tanaman padi tergantung pada : 1.
Penyiapan Lahan
2.
Pemakaian konsumtif
3.
Perkolasi dan infiltrasi
4.
Penggenangan
5.
Efisiensi irigasi
6.
Curah hujan efektif
7.
Pola Tanam
Kebutuhan bersih air di sawah (NFR) dipengaruhi oleh faktor-faktor NFR seperti tersebut diatas dengan memperhitungkan curah hujan efektif (Re). Bedanya kebutuhan pengambilan air irigasi (DR), juga ditentukan dengan memperhitungkan faktor efisiensi irigasi secara keseluruhan (e), perhitungan kebutuhan air irigasi dengan rumus sebagai berikut :
NFR(Masa Pertumbuhan Padi) = Etc + P + WLR – WLR – Re NFR(Masa Penyiapan Lahan) = IR - Re DR
=
(NFR x A)/e
Dimana, NFR
=
Kebutuhan air irigasi di sawah (lt/det/Ha) (lt/det/Ha )
DR
=
Kebutuhan air di pintu pengambilan (lt/det/Ha)
Etc
=
Penggunaan konsumtif (mm/hari)
P
=
Perkolasi (mm/hari)
WLR
=
Penggantian lapisan air (mm/hari) (mm/hari ) 1
Habibi El Hadidhy, ST
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Program Studi Teknik Sipil Mata Kuliah Irigasi dan Bangunan Air Re
=
Curah hujan efektif
IR
=
Kebutuhan air irigasi di tingkat persawahan pada masa penyiapan lahan
A
=
Luas areal irigasi rencana (Ha)
e
=
Efisiensi irigasi
1.1
PENYIAPAN LAHAN
Periode pengolahan lahan membutuhkan air yang paling besar jika dibandingkan tahap pertumbuhan. Kebutuhan air untuk pengolahan lahan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah: 1. 2. 3. 4.
karakteristika tanah, waktu pengolahan, tersedianya tenaga dan ternak mekanisasi pertanian.
Kebutuhan air untuk penyiapan dapat ditentukan berdasarkan kedalaman tanah dan porositas tanah di sawah, seperti diusulkan pada Kriteria Perencanaan Irigasi 1986 sebagai berikut.
PWR
( S a S b ) N .d 10
4
Pd F 1
dimana : PWR = Kebutuhan air untuk penyiapan lahan, mm Sa
= Derajat kejenuhan tanag setelah, penyiapan lahan dimulai, %
Sb
= Derajat kejenuhan tanah sebelum penyiapan lahan dimulai, %
N
= Porositas tanah dalam % pada harga rata-rata untuk kedalaman tanah
d
= Asumsi kedalaman tanah setelah pekerjaan penyiapan lahan mm
Pd
= Kedalaman genangan setelah pekerjaan penyiapan lahan, mm
F1
= Kehilangan air di sawah selama 1 hari, mm Untuk perhitungan kebutuhan irigasi selama penyiapan lahan, digunakan metode yang dikembangkan oleh van de Goor dan Zijlstra (1968). Metode tersebut didasarkan pada laju air konstan dalam l/dt selama periode penyiapan lahan dan menghasilkan rumus berikut : IR = M ek/ (ek – 1)
Dimana : IR =
Kebutuhan air irigasi di tingkat persawahan, mm/ hari
2 Habibi El Hadidhy, ST
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Program Studi Teknik Sipil Mata Kuliah Irigasi dan Bangunan Air M =
Kebutuhan air untuk mengganti/ mengkompensari kehilangan air akibat evaporasi dan perkolasi di sawah yang sudah dijenuhkan M = E o + P, mm/ hari
Eo =
Evaporasi air terbuka yang diambil 1,1, ET o selama penyiapan lahan, mm/ hari
P
=
Perkolasi
k
=
MT/S
T
=
jangka waktu penyiapan lahan, hari
S
=
Kebutuhan air, untuk penjenuhan ditambah dengan lapisan air 50 mm, mm yakni 200 + 50 = 250 mm seperti yang diterangkan di bawah.
Untuk tanah berstruktur berat tanpa retak-retak kebutuhan air untuk penyiapan lahan diambil 200 mm. Ini termasuk air untuk penjenuhan dan pengolahan tanah. Pada permulaan transplantasi tidak akan ada lapisan air yang tersisa di sawah. Setelah transplantasi selesai, lapisan air di sawah akan ditambah 50 mm. Secara keseluruhan, ini berarti bahwa lapisan air yang diperlukan menjadi 250 mm untuk menyiapkan lahan dan untuk lapisan air awal setelah transpantasi selesai. Bila lahan telah dibiarkan beda (ada bero) selama jangka waktu yang lama (2,5 bulan atau lebih), maka lapisan air yang diperlukan untuk penyiapan lahan diambil 300 mm, termasuk yang 50 mm untuk penggenangan setelah transplantasi. Untuk tanah-tanah ringan dengan laju perkolasi yang lebih tinggi, harga-harga kebutuhan air untuk penyelidikan lahan bisa diambil lebih tinggi lagi. Kebutuhan air untuk penyiapan lahan sebaiknya dipelajari dari daerah-daerah di dekatnya yang kondisi tanahnya serupa dan hendaknya didasarkan pada hasil-hasil penyiapan di lapangan. Walau pada mulanya tanahtanah ringan mempunyai laju perlokasi tinggi, tetapi laju ini bisa berkurang setelah lahan diolah selama beberapa tahun. Kemungkinan ini hendaknya mendapat perhatian tersendiri sebelum harga-harga kebutuhan air untuk penyiapan lahan ditetapkan menurut ketentuan di atas. Kebutuhan air untuk persemaian termasuk dalam harga-harga kebutuhan air diatas.
1.2
PEMAKAIAN KONSUMTIF (ETC)
Penggunaan konsumtif oleh tanaman diperkirakan berdasarkan metode empiris, dimana persamaannya adalah sebagai berikut : Etc
=
Kc x Eto
Etc
=
Penggunaan konsumtif, mm/hari
Kc
=
Koefisien tanaman sesuai dengan pertumbuhannya.
Eto
=
Evapotranspirasi tanaman potensial, mm/hari
dimana :
Perhitungan evapotranspirasi potensial menggunakan metode Penman yang telah dimodifikasi. Nilai koefisien tanaman dapat dilihat pada tabel 4.4. berikut
3 Habibi El Hadidhy, ST
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Program Studi Teknik Sipil Mata Kuliah Irigasi dan Bangunan Air
Tabel 1 Koefisien Tanaman Periode
Padi
Palawija
Tengah Bulanan
Biasa
Unggul
Kedelai
Kacang Hijau
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
1,10 1,10 1,10 1,10 1,10 1,05 0,95 0,00
1,10 1,10 1,05 1,05 0,95 0
0,50 0,75 1,00 1,00 0,82 0,45
0,40 0,60 0,97 1,05 0,80
Sumber: Standar Perencanaan Irigasi, Perencanaan Jaringan Irigasi KP - 0 1, 1986
Tabel 2 Koefisien Tanaman Padi Nedeco dan FAO Bulan 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4
Nedeco/ Prosida Varietas2 Varietas3 Biasa Unggul 1,20 1,20 1,20 1,27 1,32 1,33 1,40 1,30 1,35 1,30 1,24 0 1,12 04
FAO Varietas biasa 1,10 1,10 1,10 1,10 1,10 1,05 0,95 0
Variaetas Unggul 1,10 1,10 1,05 1,05 0,95 0
Sumber: Standar Perencanaan Irigasi, Perencanaan Jaringan Irigasi KP - 0 1, 1986 1
Harga – harga koefisien ini akan dipakai dengan rumus evapotranspirasi Penman yang sudah dimodifikasi, dengan menggunakan metode yang diperkenalkan oleh Nedeco/ Prosida atau FAO
2
Varietas padi biasa adalah varietas padi yang masa tumbuhnya lama
3
Varietas unggul adalah barietas padi yang jangka waktu tumbuhnya pendek
4
Selama setengah bulan terakhir pemberian air irigasi ke sawah dihentikan; kemudian koefisien tanaman diambil “nol” dan padi akan menjadi masak dengan air yang tersedia
4 Habibi El Hadidhy, ST
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Program Studi Teknik Sipil Mata Kuliah Irigasi dan Bangunan Air
1.3
PERKOLASI DAN INFILTRASI
Laju perkolasi sangat tergantung pada sifat-sifat tanah. Data-data mengenai perkolasi akan diperoleh dari penelitian kemampuan tanah maka diperlukan penyelidikan kelulusan tanah. Pada tanah lempung berat dengan karakteristik pengolahan ( puddling ) yang baik, laju perkolasi dapat mencapai 1-3 mm/hari. Pada tanah-tanah yang lebih ringan, laju perkolasi bisa lebih tinggi. Untuk menentukan Iaju perkolasi, perlu diperhitungkan tinggi muka air tanahnya. Kehilangan air untuk perkolasi adalah jumlah air yang mengalir melalui tanah yang terisi oleh sistim perakaran yang tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman tersebut. Kehilangan air akibat perkolasi dapat diperiksa dengan menggunakan pendekatan permeabilitas dan infiltrasi. Padi
pengolahan tanah, pertumbuhan vegetatif dan generatif.
Palawija tidak dilakukan penggenangan pada masa pertumbuhan generatif cukup pembasahan pada daerah perakaran
Tabel 3 Angka Perkolasi
No.
1.4
Jenis Tanah
Nilai Perkolasi (mm/hari)
1
Tanah Lempung
1 – 2
2
Tanah Lempung Pasiran
2 – 3
3
Tanah Pasiran
3 – 6
PENGGANTIAN LAPISAN AIR (WLR)
Untuk menerapkan pemakaian pupuk yang efektif dan menghasilkan pembuahan yang baik, digunakan sistim penurunan muka air sawah. Penggantian air pada perhitungan kebutuhan air ini diambil 50 mm (1,65 mm/hari) selama satu setengah bulan setelah transplantasi. a. Setelah pemupukan, usahakan untuk menjadwalkan dan mengganti lapisan air menurut kebutuhan b. Jika tiak ada penjadwalan semacam itu, lakukan penggantian sebanyak 2 kali, masingmasing 50 mm selama sebulan dan dua bulan setelah transplantasi. Ini berarti diperlukan 1,65 mm/hari pergantian lapisan air selama 2 bulan setelah tranplantasi (tanaman mulai berbuah)
1.5
CURAH HUJAN EFEKTIF
Untuk menentukan besar sumbangan hujan terhadap kebutuhan air oleh tanaman, terdapat beberapa cara, diantaranya secara empirik maupun dan simulasi. Kriteria Perencanaan Irigasi mengusulkan hitungan hujan efektif berdasarkan data pengukuran curah hujan di stasiun terdekat, dengan panjang pengamatan selama 10 tahun. 5 Habibi El Hadidhy, ST
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Program Studi Teknik Sipil Mata Kuliah Irigasi dan Bangunan Air Curah hujan efektif adalah curah hujan andalan yang jatuh di suatu daerah dan digunakan tanaman untuk pertumbuhannya. Sistem Irigasi “continous flowing” dan “Intermitten flowing” sangat berpengaruh terhadap kapasitas penyimpanan suatu petakan lahan dan secara langsung berpengaruh pada besarnya curah hujan efektif. Besarnya curah hujan efektif untuk tanaman padi diambil sebesar 80 % dari curah hujan rencana yaitu curah hujan dengan probabilitas terpenuhi 80 % (R.80), sedangkan untuk tanaman palawija diambil 50 % dari curah hujan rencana. Untuk irigasi pada curah hukan efektif bulanan diambil 70 persen dari curah hujan minimum tengah bulanan dengan periode ulang 5 tahun
Re
0,7 x
1
R (setengah bulan )5 15
Di mana : Re
= Curah hujan efektif, mm/ hari
R5
= curah hujan minimum tengah bulanan dengan periode ulang 5 tahun/ m
Sedangkan curah hujan efektif untuk palawija dihitung dengan menggunakan tabel yang berkaitan dengan evapotranspirasi dan curah hujan rata-rata bulanan.
Tabel 4 Curah Hujan Efektif Untuk Palawija
6 Habibi El Hadidhy, ST
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Program Studi Teknik Sipil Mata Kuliah Irigasi dan Bangunan Air
1.6
CONTOH PENYAJIAN PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR IRIGASI
Pada Tabel 5. memberikan contoh perhitungan dalam bentuk tabel untuk kebutuhan air di sawah bagi dua tanaman padi varietas unggul di petak tersier. Disamping penjelasan yang telah diuraikan dalam bagian 1.1 sampai 1.5, telah dibuat asumsiasumsi berikut : a. Dengan rotasi (alamiah) di dalam petak tersier, kegiatan-kegiatan penyiapan lahan di seluruh petak dapat diselesaikan secara berangsur-angsur. Untuk tabel 5. jangka waktu penyiapan lahan ditentukan satu bulan untuk periode satu mingguan. Rotasi alamiah digambarkan dengan pengaturan kegiatan-kegiatan setiap jangka waktu setengah bulan secara bertahap. Oleh karena itu kolom-kolomnya mempunyai harga-harga koefisien tanaman yang bertahap-tahapnya mempunyai harga koefisien tanaman yang bertahaptahap b. Transplantasi akan dimulai pada pertengahan bulan kedua dan akan selesai dalam waktu setengah bulan sesudah selesainya penyiapan lahan. c. Harga-harga evapotranspirasi tanaman acuan ET 0, laju perkolasi P dan curah hujan efektif Re adalah harga-harga asumsi/andaian. d. Kedua penggantian lapisan air (WLR) di asumsikan seperti pada bagian 1.4 dan masingmasing WLR dibuat bertahap.
Tabel 5 Kebutuhan air di sawah untuk petak tersier jangka waktu penyiapan lahan 1,0 bulan Bulan (1)
ETo (2)
P (3)
R (4)
WLR (5)
C1 (6)
C2 (7)
C3 (8)
ETc (9)
LP 1,1
LP LP
LP LP
13,7 13,7
NFR 1) (10)
Nov
1 2
5,1
2,0
2,0
Des
1 2
4,3
2,0
3,6
Jan
1 2
4,5
2,0
3,8
1,7 1,7
1,1 1,05
1,1 1,1
1,1 1,08
5,0 4,9
4,8 4,8
Feb
1 2
4,7
2,0
4,1
1,7 1,7
1,05 0,95
1,05 1,05
1,05 1,0
4,9 4,7
4,5 4,3
Mar
1 2
4,8
2,0
5,0
0
0,95 0
0,48 0
2,3 0
0 0
Apr
1 2
4,5
2,0
5,3
LP 1,1
LP LP
LP LP
12,3 12,3
7,0 7,0
Mei
1 2
3,8
2,0
5,1
1,7 1,7
1,1 1,05
1,1 1,1
1,1 1,08
4,2 4,1
2,8 2,7
Jun
1 2
3,6
2,0
4,2
1,7 1,7
1,05 0,95
1,05 1,05
1,05 1,0
3,8 3,6
3,3 3,1
Jul
1 2
4,0
2,0
2,9
0
0,95 0
0,48 0
1,9 0
0 0
Agt
1 2
5,0
2,0
2,0
Sep
1 2
5,7
2,0
1,0
5,7
2,0
1,0
Okt
1 2
5,1
2,0
2,0
2)
4)
6)
3)
10,1 10,1
5)
7)
7 Habibi El Hadidhy, ST
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Program Studi Teknik Sipil Mata Kuliah Irigasi dan Bangunan Air
1) 2) 3) 4) 5) 6) 7)
1.7
Kolom 2, 3, 5, 9 dan 10 dalam satuan mm/hari Kebutuhan air total untuk penyiapan lahan : tanaman pertama M = (1,1 x 4,3) + 2 = 6,7 mm/hari. S = 300 mm/hari. IR = 13,7 mm/hari (Lihat Tabel A.2.1) Kebutuhan air netto untuk penyiapan lahan sama dengan kebutuhan total dikurangi curah hujan efektif rata-rata selama periode penyiapan lahan tanaman pertama 13,7 – 3,6 = 10,1 mm/hari. ETc = ETo x C 1, koefisien rata-rata tanaman. NFR = ETc + P – Re + WLR. Kebutuhan air total untuk penyiapan lahan : tanaman kedua M = (1,1 x 4,5) + 2 = 7 mm/hari. S = 250 mm/hari (Tabel A.2.1) Kebutuhan air netto untuk penyiapan lahan sama dengan kebutuhan total dikurangi curah hujan efektif rata-rata selama periode penyiapan lahan tanaman kedua 12,3 – 5,3 = 7,0 mm/hari.
CONTOH SOAL PERHITUNGAN
Sebuah sungai UMSU akan mengairi daerah irigasi UMSU seluas 4200 Ha. Jika Komisi Irigasi telah menetapkan pemakaian padi FAO Unggul dengan masa tanam I dilakukan pada bulan September Akhir (termasuk penyiapan lahan) dimana rata-rata petani menggunakan hand tractor untuk penyiapan lahan dan lahan tanpa bero. Dimana perkolasi yang terjadi sebesar 2 mm/hari Hitunglah : 1. kebutuhan air irigasi pada masa tanam I tersebut bila data yang tersedia berupa data curah hujan tengah bulanan rata-rata dan data evapotranspirasi. 2. Kebutuhan air irigasi maksimum di pintu pengambilan yang harus dipenuhi bila efisiensi irigasi yaitu 0,65 %
8 Habibi El Hadidhy, ST
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Program Studi Teknik Sipil Mata Kuliah Irigasi dan Bangunan Air
Tabel 6 Data Curah Hujan Tengah Bulanan Stasiun UMSU Tahun
Januari
Pebruari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember
Data
I
II
I
II
I
II
I
II
I
II
I
II
I
II
I
II
I
II
I
II
I
II
I
II
2001
77
160
132
85
147
196
133
76
67
222
97
108
251
126
125
160
193
220
196
116
92
44
174
156
2002
132
84
97
134
89
173
67
94
133
68
53
24
108
34
154
236
138
156
52
110
55
66
8
10
2003
97
52
19
49
70
190
80
94
98
17
55
110
56
144
45
62
134
114
47
132
141
94
63
245
2004
82
86
22
43
14
102
105
49
42
25
49
43
11
93
46
34
184
123
52
175
87
83
65
24
2005
55
110
122
14
19
90
96
44
235
3
39
76
87
102
29
66
128
231
174
136
120
103
189
35
2006
27
49
24
232
68
51
57
33
73
49
121
32
134
126
77
82
118
82
104
136
109
75
54
47
2007
130
11
9
43
7
51
103
16
47
173
52
68
101
94
12
127
46
140
69
69
142
145
176
72
2008
186
16
65
65
7
85
81
98
273
122
71
122
56
61
47
12
87
94
174
109
60
93
64
95
2009
28
11
24
27
167
133
44
60
5
40
267
516
56
119
66
215
308
129
56
124
93
111
99
48
2010
94
74
2
21
88
161
100
125
136
151
48
14
60
71
55
63
190
116
94
79
174
109
240
51
2011
57
58
28
49
13
58
56
35
42
71
115
121
24
132
89
82
72
105
124
121
188
208
100
96
Tabel 7 Data Evapotranspirasi Stasiun UMSU BULAN
TAHUN 2011 2010 2009 2008 2007 2006 2005 2004 2003 2002 2001 Rata-Rata
SATUAN
JAN 103 121 95 118 115 114 106 111 98 90 109
PEB 96 93 102 102 105 105 94 102 100 101 100
MAR 123 112 141 122 94 125 142 94 108 132 116
APR 124 119 117 120 134 121 125 111 110 108 121
MEI 133 128 87 116 91 92 133 119 79 131 114
JUN 110 104 109 109 115 110 108 118 117 106 106
JUL 121 116 116 98 122 103 120 120 132 123 117
AGST 119 121 128 129 116 115 113 120 138 121 122
SEPT 114 117 114 100 117 100 104 81 100 101 90
OKT 112 113 106 113 99 100 83 102 101 122 67
NOP 85 94 102 102 90 99 93 104 103 94 89
DES 104 100 104 87 86 84 92 102 111 113 69
mm/bulan mm/bulan mm/bulan mm/bulan mm/bulan mm/bulan mm/bulan mm/bulan mm/bulan mm/bulan mm/bulan
107
100
119
119
111
110
117
122
103
102
96
96
mm/bulan
3,46
3,58
3,84
3,98
3,59
3,67
3,78
3,93
3,45
3,28
3,20
3,09
mm/hari
9 Habibi El Hadidhy, ST
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Program Studi Teknik Sipil Mata Kuliah Irigasi dan Bangunan Air Pertama-tama, tentukan jadwal pola tanam berupa penyiapan lahan, dan masa pertumbuhan padi untuk 1 masa tanam. Berdasarkan soal maka, dapat digambar jadwal pola tanam untuk daerah irigasi UMSU. Sep
Oktober
II
I
LP
LP
II
November
Desember
I
I
II
II
Jan I
Padi FAO Unggul 90 hari WLR
WLR
WLR
WLR
3. Perhitungan Penyiapan Lahan Untuk menentukan nilai IR, pertama-tama perhatikan jadwal penyiapan lahan dan lama penyiapan lahan. Dalam soal dikatakan bahwa penyaiapan lahan dimulai pada bulan September akhir. Hal ini diperlukan untuk menghitung E 0 yang berhubungan dengan data evapotranspirasi bulanan. Sedangkan lama penyiapan lahan yaitu 30 hari (untuk penyiapan lahan dengan menggunakan bantuan mesin)
Evaporasi Air Terbuka Untuk Bulan September II E0
= 1,1 ET 0 = 1,1 x 3,45 = 3,79 mm/hari
Untuk Bulan Oktober I E0
= 1,1 ET 0 = 1,1 x 3,28 = 3,60 mm/hari
Kebutuhan Air sebagai Pengganti Akibat Evaporasi Untuk Bulan September II M
= Eo + P
P = 2 mm/hari
= 3,79 + 2 = 5,79 mm/hari
10 Habibi El Hadidhy, ST
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Program Studi Teknik Sipil Mata Kuliah Irigasi dan Bangunan Air
Untuk Bulan Oktober I M
= Eo + P = 3,60 + 2 = 5,60 mm/hari
Koefisien Untuk Penyiapan Lahan Untuk Bulan September II
=
S = 250 mm (kebutuhan air untuk penjenuhan tanpa bero)
= 0,70 mm Untuk Bulan Oktober I
=
= 0,67 mm
Kebutuhan Air Irigasi di Tingkat Persawahan Untuk Bulan September II
= 11,56 mm/hari
Untuk Bulan Oktober I
= 11,45 mm/hari
4. Perkolasi dan Infiltrasi Dari soal dikatakan bahwa daerah irigasi memiliki perkolasi sebesar 2 mm/hari.
11 Habibi El Hadidhy, ST
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Program Studi Teknik Sipil Mata Kuliah Irigasi dan Bangunan Air
5. Pergantian Lapisan Air (WLR) Besarnya WLR yaitu sebesar 1,65 mm/hari selama 2 bulan sesuai jadwal.
6. Curah Hujan Efektif Untuk menghitung curah hujan efektif maka, data curah hujan rata-rata tengah bulanan selama n tahun yang ada (n = 11) diurutkan dari data terbesar ke data terkecil. Kemudian hitung probabilitas kejadian dengan rumus probabilitas Weibull. Hasil Pengurutan dan perhitungan probabilitas Weibull dapat dilihat pada tabel berikut: Rangking
Sep
Oktober
November
Desember
Jan
Prob (%)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
231 220 156 140 129 123 116 114 105 94
196 174 174 124 104 94 69 56 52 52
175 136 136 132 124 121 116 110 109 79
188 174 142 141 120 109 93 92 87 60
208 145 111 109 103 94 93 83 75 66
240 189 176 174 100 99 65 64 63 54
245 156 96 95 72 51 48 47 35 24
186 132 130 97 94 82 77 57 55 28
8 17 25 33 42 50 58 67 75 83
11
82
47
69
55
44
8
10
27
92
Untuk mencari nilai R 80 maka dilakukan dengan menginterpolasi data pada probabilitas 75% dan 83% sehingga didapat nilai probabilitas 80%. Perhitungan interpolasi untuk September II
R = 98 mm
Re
0,7 x
1
R (setengah bulan)5 15
Re = 0,7 x
= 4,6 mm/hari 12 Habibi El Hadidhy, ST
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Program Studi Teknik Sipil Mata Kuliah Irigasi dan Bangunan Air
Dengan cara yang sama maka, didapat nilai Re pada Oktober 1 – Januari 1. Oktober 1
= 2,4 mm/hari
Oktober 2
= 4,3 mm/hari
November 1
= 3,3 mm/hari
November 2
= 3,2 mm/hari
Desember 1
= 2,7 mm/hari
Desember 2
= 1,3 mm/hari
Januari 1
= 1,8 mm/hari
7. Pemakaian Konsumtif Sep
Oktober
November
Desember
Jan
II
I
II
I
II
I
II
LP
LP
C
c
c
c
c
I c
Etc = Kc x Eto Dimana Kc diambil dari tabel untuk Padi FAO Unggul Bulan
Sept
Oktober
II
I
FAO Unggul
Bulan
Evapotranspirasi
Sept
November
Desember
Jan
II
I
II
I
II
1,10
1,10
1,05
1,05
0,95
Oktober
November
I
Desember
II
I
II
I
II
I
II
3,45
3,28
3,28
3,20
3,20
3,09
3,09
Untuk Bulan Oktober 2 Etc = 1,10 x 3,28 = 3,61 mm
0
Jan I 3,46
Untuk Bulan November 1 Etc = 1,10 x 3,20 = 3,52 mm
13 Habibi El Hadidhy, ST
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Program Studi Teknik Sipil Mata Kuliah Irigasi dan Bangunan Air
Untuk Bulan November 2 Etc = 1,05 x 3,20 = 3,36 mm
Untuk Bulan Desember 1 Etc = 1,05 x 3,09 = 3,24 mm
Untuk Bulan Desember 2 Etc = 0,95 x 3,09 = 2,94 mm
Untuk Bulan Januari 1 Etc = 0 x 3,46 = 0,00 mm
8. Kebutuhan Air Irigasi di Sawah Kebutuhan air irigasi di sawah dihitung berdasarkan pada masa penyiapan lahan dan pada masa tanam padi. September 2 NFR(Masa Penyiapan Lahan) = IR – Re = 11,56 – 4,6 = 6,96 mm/hari = 0,805 l/dt.ha Oktober 1 NFR(Masa Penyiapan Lahan) = IR – Re = 11,45 – 2,4 = 9,05 mm/hari = 1,047 l/dt.ha Oktober 2 NFR(Masa Pertumbuhan Padi) = Etc + P + WLR – Re = 3,61 + 2 + 0 – 4,3 = 1,31 mm/hari = 0,152 l/dt.ha November 1 NFR(Masa Pertumbuhan Padi) = Etc + P + WLR – Re = 3,52 + 2 + 0 – 3,3 = 2,22 mm/hari = 0,257 l/dt.ha
14 Habibi El Hadidhy, ST
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Program Studi Teknik Sipil Mata Kuliah Irigasi dan Bangunan Air November 2 NFR(Masa Pertumbuhan Padi) = Etc + P + WLR – Re = 3,36 + 2 + 1,65 – 3,2 = 3,81 mm/hari = 0,441 l/dt.ha Desember 1 NFR(Masa Pertumbuhan Padi) = Etc + P + WLR – Re = 3,24 + 2 + 1,65 – 2,7 = 4,19 mm/hari = 0,485 l/dt.ha Desember 2 NFR(Masa Pertumbuhan Padi) = Etc + P + WLR – Re = 2,94 + 2 + 1,65 – 1,3 = 5,29 mm/hari = 0,612 l/dt.ha Januari 1 NFR(Masa Pertumbuhan Padi) = Etc + P + WLR – Re = 0 + 2 + 1,65 – 1,8 = 1,85 mm/hari = 0,214 l/dt.ha
9. Kebutuhan Air Irigasi di Pintu Pengambilan Maksimum
DR = 6.765,23 l/detik = 6,77 m 3/detik
15 Habibi El Hadidhy, ST