MANAJEMEN PRODUKSI KELAPA SAWIT TUGAS Oleh: LISMA ENITA SIMBOLON 140301021 JULIUS GULTOM 140301022 DAMAY PURBA DASUHA 140301023 KELOMPOK 2 AGROEKOTEKNOLOGI 1
MANAJEMEN MANAJEMEN AGRIBISNIS A GRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2017
PENDAHULUAN Latar Belakang
Kelapa sawit ( Elaeis Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman multiguna yang dapat memberikan banyak manfaat. Tanaman ini dapat mengahasilkan minyak sawit dan minyak minyak inti sawit. Selain itu, tanaman kelapa sawit dapat menghasilkan menghasilkan bahan biodiesel, lumpur lumpur sawit dapat digunakan sebagai bahan baku pakan ternak, tandan kosongnya dapat digunakan sebagai pupuk organik, serta pulp serta pulp kayunya digunakan untuk bahan baku pembuatan kertas. Oleh karena itu, tanaman kelapa sawit banyak dibudidayakan oleh petani di Indonesia, perkebunan besar negara maupun perkebunan besar swasta. s wasta. Sehingga produksi kelapa sawit di Indonesia dapat berpengaruh terhadap melambungnya nilai devisa negara (Sukamto, 2008). Minyak kelapa sawit memiliki keunggulan apabila dibandingkan dengan minyak nabati lainya seperti minyak kelapa, minyak biji bunga matahari ataupun minyak kedelai. Keunggulan tersebut dapat kita kita lihat dari total produksi dalam per per hektar tanaman kelapa sawit lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain, tanaman kelapa sawit memiliki umur ekonomis yang panjang, resiko kegagalan budidaya kecil dan penggunaan kelapa sawit beragam. Dari keunggulan tersebut yang yang membuat permintaan atas minyak minyak kelapa sawit terus meningkat. meningkat. Tercatat pada tahun 2008, produksi produksi Crude Palm Oil (CPO) mencapai 17.539.788 ton, hasil ini meningkat drastis sebesar 150 % dari tahun 2000 yang hanya mencapai produksi CPO sebesar 7.000.508 ton dengan rata-rata peningkatan 18.8 %/tahun.
Produktivitas kelapa sawit untuk untuk Indonesia mulai mulai dari tahun 2003-2009 2003-2009
mencapai rata-rata 3.27 ton/ha. produktivitas yang terbesar dimiliki oleh Perusahaan Besar Swasta (PBS) yaitu rata rata 3.59 ton/ha, disusul oleh Perusahaan Besar Negara (PBN) dengan rata-rata 3.48 ton/ha dan Perusahaan Rakyat Rakyat (PR) sebesara 2.97 ton/ha. Ekspor CPO pada tahun 2013 mencapai 20.572,2 ton dengan rata rata peningkatan nilai ekspor mencapai 22.24 %/tahun. CPO ini dikirim ke beberapa negara yaitu India, China, USA dan beberapa negara Uni Eropa (Direktorat Jendral Perkebunan, 2013). 2013). Usaha untuk mencapai hasil yang menguntungkan, tentu saja petani ataupun perusahan perkebunan kelapa sawit di Indonesia harus menerapkan teknik budidaya kelapa sawit yang baik dan benar sehingga menghasilkan mutu produksi kelapa sawit yang berkualitas. Untuk meningkatkan mutu produktivitas kelapa sawit sangat ditentukan oleh kualitas pemeliharaan dan cara pamanenan kelapa sawit (Fauzi, 2012).
Manajemen
produksi
merupakan
suatu
aktivitas
untuk
mengatur
dan
mengkoordinasi faktor-faktor produksi berupa modal, bahan baku, tenaga kerja, teknologi secara efektif dan efisien untuk menciptakan dan menambah kegunaan suatu produk dan jasa. Proses produksi adalah proses pengolahan input menjadi output. Input yang dimaksud adalah bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang diproses menjadi produk jadi. Sedangkan output adalah berupa produk dan jasa yang dihasilkan dalam proses produksi. Dengan kata lain untuk memperoleh suatu produk dibutuhkan suatu proses pengolahan. Jumlah output akan dipengaruhi oleh besar atau kecilnya input dan teknologi yang digunakan. Hubungan antara jumlah penggunaan input dan jumlah output yang dihasilkan, dengan tingkat teknologi tertentu disebut fungsi produksi. Input dalam kegiatan produksi dapat dikelompokkan menjadi input tetap atau fixed input dan input variabel atau variable input. Input tetap adalah faktor produksi yang jumlahnya selalu tetap meskipun jumlah outputnya berubah, misalnya peralatan dan mesin-mesin. Sedangkan, Input variabel merupakan faktor produksi yang jumlahnya selalu berubah apabila output berubah, misalnya tenaga kerja dan bahan baku. Proses produksi diharapkan menghasilkan output sesuai dengan yang telah direncanakan. Manajemen produksi berkaitan dengan kegiatan teknis dan manajerial panen. Kegiatan panen dalam perkebunan kelapa sawit mencakup kegiatan-kegiatan persiapan sebelum pemotongan TBS hingga kegiatan setelah pemotongan TBS. Manajemen produksi kebun kelapa sawit dilakukan menggunakan asumsiasumsi yang telah ditetapkan perusahaan seperti Angka Kerapatan Panen (AKP), rotasi panen, Berat Tandan Rata-rata (BTR), hari potong, luas hanca, prestasi pemanen dan jumlah armada angkut. Asumsi-asumsi tersebut kemudian diformulasikan untuk menghasilkan anggaran yaitu perkiraan produksi sehingga kegiatan panen akan berjalan dengan baik.
PEMBAHASAN
Produktivitas menunjukkan kemampuan produksi kelapa sawit yang ditentukan oleh faktor budidaya, pemeliharaan tanaman, dan manajemen panen. Budi daya adalah usaha memanipulasi lingkungan menjadi suatu keadaan yang mampu memacu pertumbuhan dan produksi yang optimal, termasuk teknik perlakuan yang tepat untuk tanaman. Faktor yang termasuk kegiatan budi daya adalah penyediaan bahan tanam, pembukaan lahan, dan penamanan bibit kelapa sawit. Upaya
peningkatan
produktivitas
tanaman
dari
faktor
budidaya
adalah
memperbaiki lingkungan, pengelolaan air, dan kesuburan tanah serta pemuliaan tanaman yang dilakukan untuk mendapat hasil panen yang baik. Potensi produksi kelapa sawit akan baik jika berada di lingkungan yang sesuai. Pemeliharaan tanaman meliputi pemupukan, penunasan, pemeliharaan jalan, dan saluran air. Pemeliharaan dilakukan untuk mengatur keseimbangan ekosistem dan kesuburan tanah. Manajemen panen bertujuan mencapai sasaran panen dengan mengelola produksi yaitu TBS serta mempertahankan produktiitas yang akan datang. Manajemen panen yang baik memperhatikan kegiatan panen yang meliputi persiapan di kebun, penurunan TBS, pengumpulan, sortasi, dan pengangkutan TBS serta organisasi tenaga pemanen. Suatu kegiatan dalam bidang perkebunan sawit yang menerapkan manajemen dengan melaksanakan fungsi fungsi perencanaan,fungsi pengorganisasian,fungsi pengarahan dan pengendalian dan fungsi pengawasan dan pengendalain dengan menggunakan sumber daya yang tersedia untuk menghasilkan produk pertanian dan keuntungan yang maksimal. Dalam menerapkan suatu program manajemen dalam perkebunan kelapa sawit diperlukan suatu system yaitu: 1.
Input system Adalah System yang menghasilkan barang-barang sebagai modal bagi kegiatan pertanian. Contoh : -
Tanah, yaitu media tempat kelapa sawit tumbuh,dimana tanah tersebut harus sesuai dengan kondisi bagi kelapa sawit untuk tumbuh dengan tingkat keasaman (pH) yang optimum untuk sawit adalah 5,0-5,5. Kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur, subur, datar, berdrainase (beririgasi) baik dan memiliki lapisan solum cukup dalam (80 cm) tanpa lapisan padas. Kemiringan lahan pertanaman kelapa sawit sebaiknya tidak lebih dari 150.
-
Bibit, Bibit Unggul yaitu Biji yang belum berkecambah pada umur 10-14 hari ,Kecambah yang tumbuh normal dan sehat, warnanya kekuning-kuningan, tumbuhnya lurus.
2.
Processing system Adalah kegiatan yang menggunakan barang-barang modal dan sumberdaya alam untuk menghasilkan komoditas pertanian primer. 1. Pengolahan Lahan -
Lahan diolah sebaik mungkin, dibersihkan dari semak-semak dan
rumput-
rumputliar. -
Buatlah lobang tanam dengan ukuran 40 x 40 x 40 cm atau 60 x 60 x 60 cm, 2 minggu sebelum tanam dengan jarak 9 x 9 x 9 m membentuk segitiga sama sisi.
-
Tanah galian bagian atas dicampur dengan pupuk fosfat sebanyak 1 kg/lobang.
-
Lobang tanam ditutup kembali dan jangan dipadatkan.
2. Penanaman -
Masukkan bibit ke dalam lobang dengan hati-hati dan kantong plastik dibuka.
-
Lobang ditimbun dengan tanah, tidak boleh diinjak-injak agar tidak terjadi kerusakan.
-
Bibit yang tingginya lebih dari 150 cm, daunnya dipotong untuk mengurangi penguapan.
-
Penanaman sebaiknya dilakukan pada awal musim penghujan.
3.
Pemeliharaan tanaman
-
Lakukan penyulaman untuk mengganti tanaman yang mati dengan tanaman baru yang seumur dengan tanaman yang mati.
-
Cadangan bibit untuk penyulaman terus dipelihara sampai dengan umur 3 tahun dan selalu dipindahkan ke kantong plastik yang lebih besar.
-
Penyiangan gulma dilakukan 1bulan sekali.
-
Lakukan perawatan dan perbaikan parit drainase.
-
Anjuran pemupukan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
-
Sedangkan pemupukan Tanaman Menghasilkan (TM), kebutuhan pupuk berkisar antara 400 – 1000 kg N, P, K, Mg, Bo per Ha/tahun.
-
Lakukan pemupukan 2 kali dalam satu tahun; pada awal dan akhir musim penghujan dengan cara menyebar merata di sekitar piringan tanaman.
-
Hama-hama yang sering menyerang tanaman kelapa sawit adalah Ulat Kantong; Metisaplama, Mahasena Coubessi dan Ulat Api; Thosea asigna, Setora nitens, Dasna trina. Sedangkan penyakitnya busuk tandan Marasmius sp. Hama ulat kantong
dikendalikan
dengan
insektisida
yang
mengandung
bahan
aktif
metamidofos 200/liter atau 600 g/liter, hama ulat api dengan insektisida yang mengandung bahan aktif permetrin 20 g/liter dan monokrotofos 600 g/lite. -
Potonglah daun yang sudah tua, agar penyebaran cahaya matahari lebih merata, mempermudah
penyerbukan
alami,
memudahkan
panen
dan
mengurangi
penguapan. 3.
Production system Adalah system yang mengolah komoditas pertanian primer menjadi produk olahan berupa produk antara dan produk akhir. Panen -
Telah dapat menghasilkan pada umur 30 bulan setelah tanam.
-
Jumlah pohon yang dapat dipanen per hektar sebanyak 60%.
-
Dipilih tandan yang buahnya sudah masak dengan tanda adanya sejumlah buah merah yang jatuh (brondol ).
-
Cara panen dengan memotong tandan buah.
-
Pemanenan dilakukan 1 kali seminggu. Pada usia tujuh sampai sepuluh tahun disebut sebagai periode matang (the mature
periode), dimana pada periode tersebut mulai menghasilkan buah tandan segar ( Fresh Fruit Bunch). Tanaman kelapa sawit pada usia sebelas sampai dua puluh tahun mulai mengalami penurunan produksi buah tandan segar. Dan terkadang padausia 20-25 tahun tanaman kelapa sawit mati buah sawit memiliki daging dan biji sawit (kernel), dimana daging sawit dapat diolah menjadi CPO (crude palm oil) sedangkan buah sawit diolah menjadi PK (kernel palm). Ekstraksi CPO rata-rata 20 % sedangkan PK 2.5%. Sementara itu serta dan cangkang biji sawit dapat dipergunakan sebagai bahan bakar ketel uap. Minyak sawit dapat dipergunakan untuk bahan makanan dan industri melalui proses penyulingan, penjernihan dan penghilangan bau atau RBDPO (Refined, Bleached and Deodorized Palm Oil). Disamping itu CPO dapat diuraikan untuk produksi minyak sawit padat (RBD Stearin) dan untuk produksi minyak sawit cair (RBD Olein). RBD Olein terutama dipergunakan untuk pembuatan minyak goreng. Sedangkan RBD Stearin
terutama dipergunakan untuk margarin dan shortening, disamping untuk bahan baku industri sabun dan deterjen. Pemisahan CPO dan PK dapat menghasilkan oleokimia dasar yang terdiri dari asam lemak dan gliserol. 4.
Marketing system Pemasaran adalah aliran produk secara fisis dan ekonomik dari produsen melalui
pedagang perantara ke konsumen. Kegiatan-kegiatan dalam usaha pemasaran tidak hanya kegiatan memindahkan barang /jasa dari tangan produsen ke tangan konsumen saja dengan sistem penjualan, tetapi banyak kegiatan lain yang juga dijalankan dalam kegiatan pemasaran 1. Product (Produk) Kelapa
sawit
adalah
penghasil
minyak
nabati
yang
memiliki
berbagai
keunggulan dibandingkan dengan minyak yang dihasilkan oleh tanaman lain. keunggulan tersebut di antaranya memiliki kadar kolesterol rendah bahkan tanpa kolesterol, dapat menghasilkan berbagai produk turunan baik di bidang pangan.Maupun non pangan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup manusia, danmerupakan salah satu sumber bahan bakar alternatif. Minyak nabati yang dihasilkan dari pengolahan buah kelapa sawit berupaminyak sawit mentah (CPO atau Crude Palm Oil ) yang berwarna kuning danminyak inti sawit (PKO atau Palm Kernel Oil ) yang tidak berwarna/jernih. CPOatau PKO banyak digunakan sebagai bahan industri sabun (bahan penghasil busa),industri baja (bahan pelumas),industri tekstil, kosmetik, dan sebagai bahan bakar alternatif. Keuntungan yang diinginkan produsen. Dimana hargadari petani kepada pedagang di desa / KUD adalah Rp 1150/kg. Kemudian pedagang pengumpul ini menjual kembali kepada Sub-District Seller sebesar Rp1.300/kg. Akhir dari rantai tataniaga ini adalah penjualan Kelapa Sawit dalambentuk CPO seharga Rp 6.650 kepada pedagang di dalam maupun di luar negeri. 2. Price (harga) Penentuan
harga
keberhasilansuatu
dari
suatu
perusahaan
produk dalam
akan
sangat
memperoleh
mempengaruhi
keuntungan
yang
dari akan
didapatkan oleh suatuperusahaan. Penentapan harga dari suatu produk, akan sangat dipengaruhi dariseberapa besar pengorbanan yang telah dilakukan dalam memproduksi produk itusendiri.Penetapan harga kelapa sawit berdasarkan pada besarnya biaya produksi yangdikeluarkan dengan mark up.
3. Place (sistem distribusi) Distribusi merupakan bagian yang vital dari bagian strategi pemasaran itusendiri. Pemilihan strategi dengan tepat akan dapat membantu produk sampai kekonsumen dengan harga yang sesuai dengan harga yang telah ditentukan olehperusahaan.Hasil budidaya kelapa sawit di Riau pada umunya didistribusikan ke industripengolahan kelapa sawit yang terdapat di Riau dan sekitarnya. Saluran distribusiyang umum terdapat di Riau adalah dari petani ke tengkulak dan didistribusikan keindustri pengolahan oleh pedagang pengumpul. 4. Promotion (kegiatan promosi) Kegiatan promosi merupakan komponen prioritas dari kegiatan pemasaran dengan menganalisis keungulan produk, modal lain yang dimiliki oleh perusahaan,dan segmen pasar yang dibidik. Kegiatan promosi sangat erat kaitannya dengan penyebaran informasi untuk disampaikan ke konsumen mengenai keunggulan produk,
harga,
cara
memperoleh
serta
informasi
lain
yang
dibutuhkan
konsumen.Pada perkebunan kelapa sawit biasanya petani kurang memperhatikan aspek promosi karena para tengkulak atau pedagang akan datang dengan sendirinya kekebun sawit untuk melihat kualitas dan melakukan kerja sama.
Manajemen Panen Sawit
Manajemen panen sawit merupakan kegiatan pengelolaan pemanenan sawit agar tercapai hasil produksi yang maksimal dan menguntungkan. Untuk mendapatkan hasil produksi yang optimal,
dibutuhkan beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi
produktivitas tanaman kelapa sawit. Faktor-faktor manajemen panen harus benar-benar dimengerti
oleh
pimpinan
kebun,
agar
hasil
produksi
yang
berkualitas
dapat
tercapai. Beberapa faktor tersebut adalah sistem panen, taksasi panen, seksi panen, rotasi panen, kriteria matang panen, kebutuhan tenaga kerja, peralatan panen, pelaksanaan panen, transportasi panen, premi panen, dan denda potong buah (Sukamto, 2008).
a. Sistem Panen
Umumnya dikenal dua sistem ancak panen, yaitu ancak giring dan ancak tetap. Pada system panen ancak giring pemanen diberi ancak sempit dan setelah selesai pindah ke
ancak berikutnya yang telah ditunjuk oleh mandor. Sistem ini baik digunakan untuk areal yang rata. Kelebihan sistem ini adalah memudahkan pengawasan pekerjaan panen dan hasil panen lebih cepat sampai ke TPH untuk diangkut ke PKS. Sedangkan pada sistem panen ancak tetap pemanen diberikan ancak yang tetap setiap rotasi panen di areal tersebut. Sistem ini baik digunakan pada areal yang sempit, daerah rendahan atau daerah berbukit dan pada areal tahun tanam yang berbeda. Pada sistem ini mandor lebih mudah membagi ancak, tetapi buah lebih lambat keluar, sehingga lambat juga sampai ke pabrik (Fauzi, 2012). Pada manajemen panen sawit juga dikenal istilah system organisasi panen. Sistem organisasi panen yang dikenal ada dua macam yaitu Block Harvesting System Non Division Of Labour (BHS Non DOL) dan Block Harvesting System by Division Of Labour (BHS by DOL). BHS Non DOL adalah sistem panen yang menerapkan dengan satu pemanen saja yang melakukan kegiatan pemotongan tandan buah masak di pokok, mengutip berondolan sampai dengan mengantar tandan buah masak ke tempat pengumpul hasil. Sedangkan BHS by DOL adalah sistem panen yang menerapkan dengan beberapa orang untuk melakukan pemotongan tandan buah masak pada pokok, mengutip berondolan dan mengantar TBS ke tempat pengumpul hasil. BHS by DOL terbagi atas dua macam, yaitu BHS by DOL 2 dan BHS by DOL 3. BHS by DOL-2 adalah sistem panen yang menggunakan 2 tenaga kerja/hancak panen untuk melakukan kegiatan potong buah dan pengutipan berondolan, sedangkan BHS by DOL-3 menggunakan 3 tenaga kerja pemanen/hancak panen untuk melakukan kegiatan potong buah, pengutipan berondolan dan mengantar tandan buah segar ke tempat pengumpul hasil (Sukamto, 2008).
b. Taksasi Produksi
Taksasi produksi atau yang biasa disebut dengan taksasi panen merupakan kegiatan untuk memperkirakan
hasil
panen
yang
akan
dilaksanakan
pada
kegiatan
panen
berikutnya. Taksasi panen dilakukan pada sore hari sebelum besoknya dilakukan pemanen pada areal yang sama, kegiatan taksasi panen ini dilakukan oleh mandor panen. Tujuan dilakukan taksasi panen adalah untuk menentukan jumlah tenaga kerja panen , menentukan jumlah tranportasi pengangkut hasil panen, kemudian untuk memudahkan penentuan pengerjaan pengolahan TBS pada pabrik kelapa sawit. Hal hal yang sangat dibutuhkan dalam taksasi adalah informasi Berat Janjang Rata rata (BJR), jumlah pokok setiap hektar,
jumlah pokok sampel, jumlah pokok yang masak dan basis borong/HK untuk menentukan kebutuhan tenaga kerja panen (Pahan, 2008).
c. Seksi Panen
Seksi panen merupakan pengumpulan blok-blok areal TM. Seksi panen berfungsi sebagai kerangka area kerja yang harus bisa diselesaikan dalam satu hari panen atau satu rotasi panen.
Sehingga, seksi panen dapat membantu kontrol mandor ataupun asisten,
mempermudah pindah hancak dari satu blok ke blok lainya dan pengangkutan TBS lebih efesien. Penetapan seksi panen dibuat menyerupai arah putaran jarum jam, sedangkan penetapan luas setiap seksi dihitung berdasarkan hasil sensus produksi semester. Seksi panen yang banyak dipakai dibagi dalam 6 seksi panen, yaitu seksi A,B,C,D,E dan F. Seksi panen dari A,B,C,D,E dan F di buat muai dari ujung barat menuju ke timur.
Seksi
ini
memiliki
luasan
yang
berbeda-beda,
penetapan
seksi
panen
mempertimbangkan beberapa hal yaitu jumlah rotasi panen, luas areal TM, lama jam kerja dan hasil identifikasi potensi produksi. Seksi panen tersebut memiliki luasan yang berbeda-beda, hal ini disebabkan oleh pertimbangan atas identifikasi potensi produksi atau taksasi produksi semester.
Blok yang dianggap memiliki potensi produksi sedikit
digabungkan dengan blok-blok serupa sehinga dalam satu seksi terdapat luasan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan blok yang dianggap memiliki produksi tinggi (Sukamto, 2008).
d. Rotasi Panen / Pusingan Panen
Rotasi panen atau yang biasa disebut dengan “pusingan panen” adalah waktu yang diperlukan antara panen terahir sampai dengan panen berikutnya pada areal atau hancak yang sama.
Penetapan rotasi panen berguna untuk menentukan produksi TBS,
kualitas/mutu buah dan mutu transport. Pada umumnya, perkebunan kelapa sawit di Indonesia menggunakan rotasi panen 7 hari. Tiap areal panen dapat dibagi menjadi 3 atau 4 hari panen, namun rotasi panen harus tetap 7 hari. Dalam keadaan normal, panen setidaknya dilakukan sebanyak 5 kali dalam seminggu atau biasa disebut dengan sistem
panen 5/7 yaitu hari senin sampai dengan hari jumat. Rotasi panen dapat dirubah 9-12 hari pada panen rendah dan pada puncak panen 5/7 hari (Semangun, 2005). Menurut Semangun (2005) pusingan panen dapat dikatakan normal apabila memenuhi beberapa hal yaitu : Ø 7 hari pusingan panen mencapai, artinya dibutuhkan waktu 7 hari untuk memanen seluruh seksi panen. Ø Satu seksi panen diselesaikan dalam satu/dua hari, lebih dari itu maka pusingan panen tidak bisa diakatakan normal. Ø Apabila mengulang rotasi panen, pelaksanaan panen terjadi pada hari yang sama dan areal yang sama.
Pusingan yang yang tinggi ( > 7 hari ) disebabkan oleh beberapa hal yaitu : Ø Tenaga panen tidak tercukupi, tenaga panen yang ada dialihkan ke kegiatan teknis lainya sehingga berakibat pusingan panen lebih dari 7 hari. Ø Tingkat ketidak hadiran pemanen tinggi, sehingga berakibat tidak adanya tenaga panen untuk melaksanakn kegiatan potong buah pada hancak si pemanen tersebut. Ø Panen puncak, mengakibatkan pemanen kualahan untuk melakukan potong buah karena kondisi buah yang sedang banyak, sehingga dibutuhkan waktu 1 atau 2 hari untuk menyelesaikan hancak dalam satu seksi. Ø Curah hujan tinggi, kondisi curah hujan yang tinggi apalagi hujan pada saat jam kerja memaksa pemanen memutuskan untuk tidak bekerja dan melanjutkannya pada esok hari, sehingga berakibat penyelesaian satu seksi panen lebih dari 1 atau 2 hari.
Pusingan yang tinggi tersebut dapat mengakibatkan beberapa hal, yaitu : Ø Munculnya buah over ripe atau buah terlalu matang, hal ini dikarenakan pemanen tidak mampu mengejar pusingan yang tinggi sehingga buah lambat dipanen. Ø Buah restan atau buah tidak diantar ke pabrik selama 24 jam, kondisi buah yang banyak mengakibatkan sistem pengangkutan tidak mampu mengangkut TBS ke pabrik. Ø Potensi losses atau
kerugian
tinggi,
banyaknya
TBS
dan
brondolan
di
hancak
memungkinkan pemanen tidak mengutip dan membawanya ke TPH karena kondisi buah yang banyak sehingga biasanya terjadi buah tidak dipanen dan brondolan tinggal.
Ø Kenaikan asam lemak basa pada hasil olahan kelapa sawit yaitu CPO, adanya buah restan, buah terlalu masak atau terangkutnya brondolan yang sudah membusuk mengakibatkan tingginya asam lemak basa pada CPO.
e. Kriteria Matang Panen
Menurut Sunarko (2009) kriteria matang panen merupakan beberapa klasifikasi tandan buah kelapa sawit untuk menentukan apakah TBS tersebut siap dipanen atau tidak. Kriteria matang panen dapat ditentukan pada saat kandungan rendemen minyak kelapa sawit dalam keadaan maksimal. Buah kelapa sawit dikatakan masak apabila terjadi perubahan pada warna kulit, buah akan berubah menjadi warna merah jingga ketika masak. Tandan buah kelapa sawit dapat dikatakan matang apabila dalam setiap tandannya terdapat buah yang lepas atau disebut dengan memberondol sekurang kurangnya 5 brondolan. Tanaman dengan umur kurang lebih 10 tahun , jumlah berondolan dapat mencapai 10 butir sedangkan tanaman yang berumur lebih dari 10 tahun dapat memberondol sebanyak 15-20 butir/pokok.
Penetapan matang panen juga dapat dilihat secara fisiologi dan visual. Secara fisiologi tandan buah yang sudah masak akan menjatuhkan beberapa buahnya ke piringan atau ke gawangan, hal ini diakibatkan karena rendemen minyak yang terkandung dalam buah sudah mencapai maksimal sehingga buah tidak dapat menempel pada tandannya. Selain itu, secara fisiologi buah yang sudah masak memiliki daging buah yang lemah atau kenyal sehingga apabila di tusuk dengan benda tajam akan mudah melukai permukaan buah kelapa sawit. Secara visual , tandan buah yang masak mengalami perubahan warna pada buahnya, buah yang masak ditandai dengan perubahan warna kulit buah menjadi jingga.
f. Kebutuhan Tenaga Panen
Dalam proses pemanenan, tenaga panen menjadi faktor penting dalam menyukseskan kegiatan panen. Dimana tenaga panen berhubungan langsung dengan aspek teknis pemanenan. Oleh karena itu, kebutuhan tenaga panen yang berkualitas sangat dibutuhkan untuk mendapatkan hasil produksi yang berkualitas dan dapat diterima oleh pasar. Dalam memenuhi
kebutuhan
tenaga
kerja
panen,
seorang
pimpinan
kebun
harus
mempertimbangkan luas areal dan kemampuan pekerja agar pekerjaan panen dapat terselesaikan dengan baik.
Pada umumnya, perusahaan kelapa sawit di Indonesia
menetapkan rasio tenaga kerja berkisar 1:18, artinya setiap pemanen memiliki areal/hancak yang harus dipanen sebanyak 18 hektar selama satu rotasi/pusingan panen. Kebutuhan tenaga pemanen dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kerapatan panen, luas hancak panen, kapasitas pemanen, berat janjang rata rata serta populasi pohon dalam setiap blok (Semangun, 2005). Berikut perhitungan kebutuhan tenaga panen :
Kebutuhan tenaga panen : A x B x C x D / E Keterangan :
A = Luas hancak yang akan dipanen ( ha ) B
= Kerapatan Panen (%)
C = Berat Janjang Rata – rata ( kg ) D = Populasi Tanaman (pohon/ha) E = Kapasitas Pemanen / HK
g. Peralatan Panen
Penggunan alat panen yang tepat akan mengehemat waktu pekerjaan dan menjaga kualitas TBS dan brondolan yang dihasilkan. Alat panen sawit yang digunakan menurut Pahan (2008) adalah sebagai berikut : 1.
Alat chisel (dodos dengan lebar 8cm) di areal tanaman muda (3-5 tahun)
2.
Egrek ntuk memotong pelepah dan TBS di areal tanaman sawit lebih dari 10 tahun
3.
Kampak untuk memotong gagang panjang yang ada di TBS
4.
Gancu untuk mengangkat TBS ke angkong atau menyusun TBS di TPH
5.
Kereta sorong atau angkong untuk mengangkut TBS menuju TPH
6.
Karung atau goni untuk menaruh brondolan
7.
Tojok untuk mengangkat TBS ke dalam truck pengangkut
Setiap karyawan baru yang masuk sebagai tenaga panen, akan diberikan tanggung jawab untuk menjaga alat-alat tersebut dengan baik. Setiap pagi, pemanen harus mengecek kondisi alat, apabila ditemukan kerusakan pemanen akan melapor kepada mandor untuk diperbaiki ataupun diganti dengan yang baru. Selepas pulang bekerja, alat-alat ini dibawa pulang oleh pemanen dan disimpan di rumah masing-masing.
h. Pelaksanaan Panen
Kegiatan panen dimulai dari lingkaran pagi oleh mandor panen kepada tenaga panen.
Dalam lingkaran pagi, mandor memberikan evaluasi kegiatan panen yang
berlangsung pada hari sebelumnya, selain itu mandor juga membagikan hancak kepada pemanen dan memberikan arahan, lingkaran pagi berlangsung selama 15-20 menit dimulai pada pukul 06.00. Selepas itu, pemanen bersiap-siap menuju hancak dengan membawa seluruh peralatan panen. Setelah di hancak, pemanen mencari buah yang masak dengan melihat 10 brondolan atau lebih di piringan, apabila menjumpainya maka pemanen wajib memotong buah yang ada di pokok tanaman. Pemotongan TBS sebisa mungkin tidak memotong pelepah, hal ini dimaksudkan untuk menjaga jumlah pelepah agar tidak terjadi over pruning yang mengakibatkan terganggunya proses fotosintesis.
Namun,
apabila tidak memungkinkan untuk tidak memotong TBS tanpa memotong pelepah, maka pemanen dianjurkan untuk memotong pelapah dan menyusunya di gawangan mati dengan membentuk u shape front staking. Setelah dua pasar rintis dipotong maka pemanen akan mengutip seluruh brondolan yang berada di piringan, gawangan mati, jalan rintis dan yang berada pada pokok. Brondolan tersebut dimasukkan ke dalam karung berondolan. Selain mengutip brondolan, pemanen juga mengangkut TBS yang sudah di potong ke Tempat Pengumpul Hasil (TPH) dengan menggunakan angkong. Di TPH, pemanen memotong gagang panjang pada TBS, pemotongan gagang panjang membentuk v-cut. Hal ini bertujuan untuk mengurangi penyerapan minyak kelapa sawit terhadap gagang, sehingga pemotongan gagang secara v-cut merupakan tindakan maksimal untuk mengurangi kerugian. Pemanen disarankan untuk mengantrikan buah di TPH pada pukul 08.00, karena diharapkan proeses pengangkutan kelapa sawit ke pabrik dapat berlangsung secara cepat sehingga tidak menimbulakan buah restan. Setelah TBS diperiksa oleh kerani cek sawit, maka TBS diangkut dan diantar ke pabrik kelapa sawit (Sunarko, 2009).
i. Transportasi Panen
TBS yang baru dipanen harus segera dikirim selambat-lambatnya 24 jam ke pabrik kelapa sawit untuk dilakukan pengolahan. Apabila melebihi dari 24 jam maka buah akan mengalami restan sehingga mempengaruhi hasil olahan kelapa sawit. Oleh karena itu,
perlu adanya pengelolaan transportasi panen yang baik agar setiap harinya transportasi panen terpenuhi.
Transportasi yang dimaksudkan adalah pengangkutan TBS dan
brondolan mulai dari TPH menuju pabrik kelapa sawit. Pengangkutan TBS menggunakan truk Mitsubishi colt dieser 125 PS, truk ini dapat mengangkut TBS sebanyak 6-7 ton/trip. Dalam satu hari biasanya truk ini dapat mengangkut TBS ke pabrik sebanyak 3 kali atau 3 trip, namun tergantung pada banyaknya buah yang dipanen pada hari itu. Selain itu, pengangkutan TBS juga menggunakan truk besar jenis Hino FG 210 PS, truk ini dapat menampung TBS sebanyak 8-9 ton/trip. Dalam satu hari biasanya truk ini dapat mengirim TBS ke pabrik sebanyak 2 kali atau 2 trip. Truk ini biasanya digunakan pada saat keadaan buah mengalami peak crop atau panen puncak (Semangun, 2005).
Berbeda dengan pengangkutan TBS, pengangkutan brondolan menggunakan mobil pick up. Pengangkutan brondolan dilakukan pada pukul 12.00, hal i ni dikarenakan pemeriksaan brondolan oleh kerani brondolan yang baru selesai pada jam tersebut. Dalam satu hari, biasanya mobil ini dapat mengangkut brondolan sebanyak 400-500 kg untuk dikirim ke pabrik kelapa sawit. Pengadaan alat-alat transportasi ini disediakan oleh perusahaan. Alatalat transportasi ini dikelola oleh traksi yang ada di perusahaan. Kegiatan traksi di perkebunan kelapa sawit diarahkan untuk menjamin kelancaran pengangkutan produksi TBS kelapa sawit ke PKS. Selain itu, traksi juga bertanggung jawab dalam pengelolaan sarana listrik, pompa air, jalan, jembatan dan sebagainya (Pahan, 2008).
j. Premi Panen
Premi tidak lepas kaitannya dengan basis, basis merupakan hasil standar kerja yang ditetapkan oleh perusahaan. Premi panen sangat berpengaruh terhadap kinerja dan kepuasan kerja karyawan. Pada dasarnya, pembuatan premi panen berhubungan dengan biaya potong buah per kg TBS sesuai anggaran tahun berjalan dan sistem premi sebelumnya. Besaran premi harus sesuai dengan anggaran namun premi tersebut dapat menarik perhatian tenaga kerja agar terciptanya semangat kerja yang tinggi. Di indonesia, perkebunan perkebunan kelapa sawit menggunakan dua jenis sistem premi panen yang diterapkan, yang pertama adalah premi potong buah berdasarkan jumlah janjang buah/TBS yang didapat kemudian yang kedua premi panen ditentukan dari jumlah berat (kg) buah/TBS yang didapat setelah ditimbang dari pabrik (Pahan 2008)
Biasanya basis panen yang harus dicapai seorang pemanen adalah 1300 kg pada hari biasa, sedangkan pada hari Jumat 930 kg. Premi akan diberikan kepada pemanen apabila pemanen tersebut mampu mencapai basis atau melebihi basis. Premi di bagi atas dua macam yaitu, premi siap borong dan premi lebih borong. Premi siap borong merupakan premi yang diberikan kepada pemanen apabila sudah mencapai basis, sedangkan premi lebih borong diberikan kepada pemanen jika pemanen melebihi basis yang sudah ditentukan pada hari tersebut. Sistem premi tidak hanya diperuntukan bagi tenaga kerja pemanen, premi juga diberikan kepada mandor, kerani cek sawit dan mandor 1. Walaupun sitem premi ini diberikan kepada seluruh organisasi panen terkecuali asisten divisi, besaran premi setiap jabatan berbeda-beda. Hal ini tentu saja disebabkan oleh kapasitas tanggung jawab yang dimiliki setiap jabatan berbeda. Contoh, pada premi yang diberikan kepada mador 1 didapat dari total jumlah premi hari ini dibagi dengan jumlah tenaga kerja yang masuk kemudian di kalikan dengan 125 %. Angka ini lebih besar dari premi yang didapatkan dari seorang mandor panen yang dikalikan 150 %, hal ini tentu saja berhubungan dengan kapasitas tanggung jawab seorang mandor panen lebih besar dari mandor 1 (Fauzi, 2012). Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai basis dan premi panen.
v Basis Ø Basis borong
= 1300 kg
= 930 kg pada hari Jumat Ø Basis Lebih borong= > 1300 kg = > 930 kg pada hari Jumat
Ø Basis borong pemanen
= Rp 13.500,- /basis borong
v Premi Ø Premi lebih borong pemanen
= Rp 45,-/ kg
Ø Premi mandor panen
= Total jumlah premi hari ini / jumlah HK
panen x 150 % Ø Premi kerani cek sawit
= Total jumlah premi hari ini / jumlah HK panen x 125
% Ø Premi Mandor 1 panen x 125 %
= Total jumlah premi hari ini / jumlah HK
v Premi brondolan Ø Premi pemanen
= Rp. 140,-/kg
Ø Premi mandor panen
= Total seluruh brondolan yang didapat x Rp 5,-/kg
Ø Premi Kerani brondolan
= Total seluruh brondolan yang didapat x Rp 8,-/kg
Ø Premi mandor 1
= Total seluruh brondolan yang didapat x Rp 2,-/kg
k. Denda Potong Buah
Menurut Sukamto (2008) pembuatan denda potong buah bertujuan untuk memberikan rasa pembelajaran terhadapa kesalahan yang dibuat oleh karyawan sehingga muncul rasa kehati-hatian terhadap karyawan maupun pengawas kegiatan agar tidak terjadi kesalahan. Sistem denda yang ada ditujukan kepada seluruh organisasi panen selain asisten divisi. Berikut tabel yang menjelaskan tentang denda panen.
Tabel 1. Denda potong buah untuk pemanen
Jenis kesalahan
Besaran denda
Potong buah mentah
Rp. 10.000,-/ Janjang
Buah Underrip dipanen
Rp. 5.000,-/Janjang
Buah masak tidak dipanen
Rp. 10.000,-/Janjang
Buah dipotong tinggal di hancak
Rp. 7.500,-/Janjang
Brondolan tidak dikutip
Rp. 1.000,-/Pokok
Memotong buah tidak sempurna
Rp. 500,-/Pokok
Buah tidak diantrikan di TPH
Rp. 250,-/Janjang
Brondolan banyak sampah
Rp. 10,- /Kg
Gagang panjang lebih dari 3 cm
Rp. 500,-/Janjang
Pelepah sengkleh
Rp. 1.000,-/Pelepah
Buah busuk/ tidak diketek
Rp. 500,- /Janjang
Over pruning
Rp. 1.000,-/Pokok
Apabila mandor melakukan denda terhadap pemanen, maka denda tersebut tidak berlaku bagi mandor. Selain itu, perhitungan kerani cek sawit apabila melakukan denda terhadap pemanen dilakukan dengan perhitungan premi krani digunakan premi total hari ini yang belum dikurangi oleh denda tersebut. Namun berbeda dengan mandor yang perhitungan preminya digunakan dari total sisa premi hari ini atau setelah dikurangi denda. Pemberian denda khusus kepada level supervisi dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 2. Denda potong buah untuk supervise
Jenis Kesalahan
Kerani Panen
Unripe tidak dicatat di LPB- Premi SKU
hari
Mandor Panen
pada -
Mandor 1 -
tersebut
tidak dibayar Ripe < 92 %
Premi hari
Empty Bunch > 5 %
pada
Premi pada hari -
tersebut tersebut
tidak
tidak dibayar
dibayar
-
Premi pada hari tersebut
-
tidak
dibayar Tidak
melakukan
terhadap
denda
kesalahan
mutu
buah Tidak
Premi hari
pada Premi pada hari tersebut tersebut
tidak dibayar mencatat
jumlah
janjang dengan benar
Premi hari
tidak
dibayar
pada -
-
tersebut
tidak dibayar Brondolan
tinggal
>2
-
Premi pada hari
brondolan/pokok pada saat
tersebut
pemeriksaan PSQM
dibayar
Brondolan
tinggal
brondolan/pokok buah
tinggal
>2
-
tidak
Premi pada hari
dan
atau
tersebut
pada
saat
dibayar
-
Sanksi
tidak Adminstratif
kunjungan manajemen Brondolan
tinggal
brondolan/pokok
dan
>2 atau
-
Premi pada hari tersebut
Sanksi
tidak Administratif
buah
tinggal
pemeriksaan
pada oleh
saat
dipotong 50 %
internal
kebun
perhitungan diatas lebih mengoptimalkan basis borong atau hasil yang harus dipenuhi oleh seorang pemanen dengan strategi memperluas hancak panen ketika kerapatan matang panen sedang rendah. Namun, perhitungan tersebut dapat mempengaruhi kualitas panen, hal itu terjadi ketika seorang pemanen kurang disiplin atau faktor usia pemanen yang mempengaruhi penyelesaian hancak panen (Fauzi, 2012).
B. Pengawasan Panen
Salah satu proses operasional yang penting dalam aspek produksi untuk mencapai tujuan perusahaan
tersebut
adalah
dengan
pengawasan
produksi
(production
control). Pengawasan produksi (panen) merupakan suatu usaha yang dilakukan perusahan untuk mengawasi proses produksi agar kegiatan produksi dapat terlaksana secara efektif (tercapai tujuan yang di ingin kan) dan efisien (hemat waktu, tenaga, dan biaya). Dalam hal ini yang dimaksud dengan pengawasan produksi ialah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui berapa jumlah buah kelapa sawit yang di hasilkan oleh tanaman kelapa sawit dalam suatu lahan produksi sehingga dapat di prediksi jumlah panen yang akan di peroleh dan untuk menjaga kualitas mutu sehingga tercapainya target yang di inginkan oleh perusahaan (Sunarko, 2009).
Kegiatan-kegiatan Pengawasan panen yang dilakukan antara lain yaitu pengawasan angka kerapatan buah (AKP) dan penghitungan bunga buah (PBB), pengawasan panen, kap inspeksi, pengawasan penyortiran buah sawit, pengawasan lingkungan perkebunan.
a. Angka Kerapatan Panen (AKP)
Menurut Pahan (2008) angka kerapatan panen (AKP) adalah suatu kegiatan untuk menghitung jumlah buah yang sudah siap panen di lapangan, dimana kriteria buah sawit yang sudah layak untuk di panen ialah antara lain : sudah berwarna merah atau orange dan brondolan yang jatuh berjumlah lima biji atau lebih (Fraksi 5 ke atas). Kegiatan menghitung AKP ini biasanya dilakukan sehari sebelum kegiatan pemanenan di lakukan yang bertujuan untuk mengetahui jumlah tros yang dapat di panen di lapangan esok hari sehingga dapat di tentukan jumlah produksi yang akan di hasilkan, jumlah truk yang di perlukan untuk mengangkut TBS yang di panen, dan berapa harian kerja (HK) yang di perlukan untuk memanen area tersebut.
Cara kerja dalam kegiatan AKP ini, pertama-tama kita harus mengambil sampel yang akan mewakili seluruh populasi pohon sawit yang ada, biasanya jumlah sampel yang diambil bervariasi tergantung kebijakan pimpinan namun biasanya yang paling sering digunakan ialah 3% atau 5% dari jumlah populasi, pemilihan sampel dilapangan di lakukan secara acak dimana sampel yang diambil harus lah yang dapat mewakili dari keseluruhan jumlah populasi.
b. Perhitungan Bunga Buah “Buah Hitam” (PBB)
PBB adalah suatu kegiatan menghitung jumlah bunga dan buah yang ada di lapangan, yang perlu diperhatikan dalam kegiatan PBB ini adalah : Ø Bunga yang di hitung adalah bunga betina yang telah mengalami penyerbukan dan telah memecah. Ø Buah yang di hitung dalam kegiatan ini adalah buah yang masi berwarna hitam sedangkan buah yang warnanya sudah mulai memerah tidak di hitung.
Tujuan : Untuk meramalkan jumlah produksi yang akan di capai untuk 6 bulan mendatang dan di proyeksikan perbulan. Kegiatan PBB tidak seluruh populasi pohon yang di hitung bunga dan buah hitam yang dimilikinya namun hanya sampel saja yang di hitung dan sampel yang diambil harus lah yang dapat mewakili keseluruhan populasi dimana sampel yang di ambil biasanya bervariasi tergantung dengan kebijakan pimpinan tapi biasanya minimal 5% dari jumlah populasi yang ada di lahan budidaya (Sunarko, 2009).
c. Pengawasan Panen
Panen adalah serangkaian kegiatan mulai dari memotong tandan matang panen sesuai kriteria matang panen, mengumpulkan dan mengutip brondolan serta menyusun tandan di tempat pengumpulan hasil (TPH). Tujuan panen adalah untuk memanen seluruh buah yang sudah matang panen dengan mutu yang baik secara konsisten sehingga potensi produksi minyak dan inti sawit maksimal dengan dicapai. Oleh karena itu, bila terjadi ada buah matang yang tidak terpanen, mutu buah yang tidak sesuai dengan kriteria matang panen dengan buah yang dipanen tidak dapat segera dikirim ke pabrik, agar segera dicari solusinya. Manajemen kebun bertugas untuk memanen semua buah matang yang ada dan mengirimnya ke pabrik pada saat kualitas buah optimum untuk mendapatkan kualitas minyak dan inti sawit yang maksimum. Buah yang dipanen hari ini harus sampai di pabrik hari ini juga. TBS yang tidak dilakukan pengolahan di pabrik melebihi 24 jam akan menimbulkan Asam Lemak Bebas (ALB) yang tinggi (Hartanto, 2011).
Kriteria matang panen adalah persyaratan kondisi tandan yan ditetapkan untuk dipanen,adapun kriteria matang panen TBS yaitu 5 Brondolan segar per tandan di piringan. Brondolan di piringan yang kecil ukurannya, brondolan kering atau yang sakit tidak bisa dijadikan dasar sebagai kriteria matang panen. Dengan tidak memanen tandan yang berondolannya < 5 butir di piringan secara konsekuen maka komposisi kematangan buah yang dipanen sampai ke PKS (Pabrik Kelapa Sawit) akan sangat baik. Demikian juga mengenai jumlah pelepah dipokok dapat dipertahankan 48 − 56 helai karena pelepah baru di turunkan setelah tandan matang. Kondisi seperti ini dalam jangka panjang sangat berpengaruh terhadap produksi (Fauzi, 2012) d. Kap Inspeksi
Kap inspeksi adalah pemeriksaan terhadap seluruh proses panen dengan memberikan nilai kesalahan
sesuai
mempertahankan
nomor dan
yang
ditetapkan.
meningkatkan
Kap
disipalin
inspeksi
ini
bertujuan
untuk
panen
sesuai
pelaksanaan
norma. Menurut Hartanto (2011) hal-hal yang diperiksa adalah antara lain:
1) Pemeriksaan dan nilai kesalahan di ancak pemanen : Ø Buah matang tidak di panen (nilai : 5)
Ø Tandan di panen tidak di angkat ke TPH (nilai : 5) Ø Brondolan tidak di kutip (nilai : 0,5/brondolan) Ø Pelepah tidak dipotong dua dan tidak di susun (nilai : 1) Ø Tidak menurunkan pelepah yang seharusnya diturunkan (nilai : 1)
2) Pemeriksaan dan penilaian kesalahan di TPH : Ø Buah mentah (nilai : 5) Ø Buah busuk (nilai : 5) Ø Gagang tandan panjang (nilai : 1) Ø Kebersihan brondol (nilai : 2) Ø Penulisan nomor (mandor dan panen) di pangkal gagang tandan (nilai : 0,5).
Berdasarkan hasil pemeriksaan di TPH dan ancak panen dari setiap pemanen dapat di nilai dan di tentukan kelas pemanen sebagai dasar pembayaran premi. Klassifikasi pemanen sesuai tabel 3 berikut :
Tabel 3. Klasifikasi kelas pemanen sawit.
Klassifikasi
Total kesalahan
Nilai Pemeriksa Panen
A
0 – 10
90 – 100
B
11 – 20
80 – 89
C
21 – 30
70 – 79
D
31 – 40
60 − 69
Keterangan : Kelas = 100 - Total kesalahan
e. Penyortiran TBS
Penyortiran TBS adalah menyeleksi dengan cara memilih dan memilah TBS yang memenuhi kriteria panen dan TBS yang belum memenuhi kriteria panen. TBS tersebut akan di angkut dari TPH kedalam truck dan mengirimnya ke pabrik kelapa sawit. Kegiatan ini bertujuan agar tidak ada buah mentah atau pun janjangan kosong yang ikut diangkut ke pabrik kelapa sawit. Kegiatan penyortiran buah ini dilaksanakan oleh
petugas KCS (kerani chek sawit). Petugas KCS akan memeriksa dan melakukan pencatatan di TPH, hal-hal yang di awasi dan di catat oleh KCS adalah jumlah TBS yang ada di TPH, buah mentah yang ada di TPH, jumlah TBS yang di angkut truck, jumlah TBS yang tertinggal di TPH. Petugas KCS juga membuat Surat Pengantar (SP) yang akan ikut di bawa ke PKS. Surat Pengantar berisikan jumlah TBS yang di angkut dan nomor seri kendaraan truck yang mengangkut TBS (Semangun, 2005).
f. Pengawasan Lingkungan Perkebunan
Pengamanan adalah usaha yang dilakukan untuk menjaga suatu keadaan atau pun kondisi agar tetap stabil dan aman. Kegiatan pengamanan ini di lakukan oleh bagian pengamanan yang terdiri diri satpam dan centeng. Pengawasan lingkungan perkebunan adalah merupakan suatu usaha untuk menjaga keadaan lingkungan perkebunan agar tetap stabil aman dan terkendali. Dalam kegiatan pengawasan lingkungan perkebunan ini di lakukan oleh pertugas satpam yang merupakan karyawan dari bidang pengamanan. Menurut Semangun (2005) dalam kegiatan pengawasan lingkungan perkebunan ini ada beberapa hal penting yang rutin dilakukan oleh petugas satpam setiap harinya antara lain yaitu : Ø Membuka dan menutup pintu palang, dimana kegiatan membuka pintu palang dilakukan sebelum jam.08.00 WIB dan kemudian di tutup kembali kira-kira pada pukul 18.00 WIB. Ø Shift 1 (jaga malam) kegiatan ini dilakukan dari jam 18.00 WIB – jam 06.00 dalam kegiatan ini petugas CENTENG harus berkeliling keseluruh areal perkebunan dan juga harus mengawasi RESTAN (buah sawit yang tidak terangkut oleh truck dan harus bermalam di TPH). Ø Shift 2 (Patroli di siang hari) kegiatan ini dilakukan dari jam 06.00 WIB – 18.00 WIB dalam kegiatan ini petugas centeng juga harus berkeliling keseluruh areal perkebunan dan memantau keadaan di area perkebunan. Ø Kegiatan pengamanan ini dilakukan setiap harinya tanpa ada hari libur.
KESIMPULAN
1.
Manajemen panen yang dilakukan pada perkebunan kelapa sawit antara lain sistem
panen, taksasi panen, seksi panen, rotasi panen, kriteria matang panen, kebutuhan tenaga kerja, peralatan panen, pelaksanaan panen, transportasi panen, premi panen, dan denda potong buah. 2.
Sebelum melakukan panen sawit kita harus menyiapkan tenaga kerja dan peralatan
panen. 3.
Tujuan pengawasan panen sawit adalah agar dapat diketahui jumlah buah kelapa sawit
yang dihasilkan, dan kegiatan produksi dapat terlaksana secara efektif (tercapai tujuan yang di ingin kan) dan efisien (hemat waktu, tenaga, dan biaya) 4.
Kegiatan pengawasan panen sawit yang dilakukan antara lain pengawasan angka
kerapatan buah (AKP) dan penghitungan bunga buah (PBB), pengawasan panen, kap inspeksi, pengawasan penyortiran buah sawit, pengawasan lingkungan perkebunan.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat
Jendral
Perkebunan.
Mewujudkan
Visi
2013. Pengembangan Indonesia
Kelapa
Sawit
2020.
Nasional, Diakses
melalui http://ditjenbun.deptan.go.id//index.php.(5 Desember 2012). Fauzi. 2012. Kelapa Sawit . Penebar Swadaya. Jakarta. Hartanto. 2011. Budidaya Kelapa Sawit . Citra Media Publising. Yogyakarta. Pahan. 2008. Manajemen Agribisnis dari Hulu Hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta. Semangun.
2005. Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit .
Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta. Sunarko.
2009. Budidaya dan Pengolahan Kebun Kelapa Sawit Dengan Sistem Kemitraan. Agromedia Pustaka. Jakarta.