BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kebakaran merupakan sebuah fenomena kecelakaan yang sering terjadi pada era saat ini. Adanya kebakaran yang sering terjadi, para ahli menciptakan sebuah sistem untuk memadamkan kebakaran, sistem tersebut disebut dengan sistem hidran. Sistem hidran merupakan salah satu bentuk proteksi aktif dalam sistem jaringan instalasi kebakaran (Annistyaningrum dkk, 2015). Sistem hidran tidak hanya terdapat pada gedung-gedung perkantoran maupun industri namun sistem ini juga tersedia pada jalan raya. Sistem ini digunakan untuk memadamkan pemadaman api yang besar dan biasanya digunakan untuk para pemadam kebakaran sebagai sarana untuk menyemprotkan air dengan volume air yang besar untuk memadamkan api. Pada sistem hidran ini terdapat beberapa komponen salah satunya adalah selang, selang yang digunakan pada sistem hidran adalah untuk menyalurkan air atau menyemprotkan air. Selang pemadam kebakaran harus digulung dan dikemas dengan kondisi yang baik agar tidak mengalami kerusakan dan untuk mempermudah saat akan memasangkan pada tangki hidran serta untuk mempermudah saat menyemprot air. 1.2 Tujuan 1. Mahasiswa diharapkan mampu mengaplikasikan teori perawatan peralatan pemadaman kebakaran. 2. Mahasiswa mampu memahami tentang prosedur penggulungan selang pemadam kebakaran. 1.3 Manfaat 1. Dapat mengaplikasikan mengaplikasikan teori perawatan peralatan pemadaman kebakaran. 2. Dapat memahami tentang prosedur penggulungan selang pemadam kebakaran.
1
BAB II DASAR TEORI
2.1 Teori Segitiga Api Kebakaran terjadi akibat adanya api, penyalaan dari api berkaitan erat dengan teori segitiga api. Segitiga api adalah elemen-elemen pendukung terjadinya kebakaran dimana elemen tersebut adalah panas, bahan bakar, dan Oksigen. Namun dengan adanya ketiga elemen tersebut, kebakaran belum terjadi dan hanya menghasilkan pijar. Untuk berlangsungnya suatu pembakaran, diperlukan komponen keempat, yaitu rantai reaksi kimia (chemical chain reaction). Teori ini dikenal sebagai piramida api atau tetrahedron. Rantai reaksi kimia adalah peristiwa dimana ketiga elemen yang ada saling bereaksi secara kimiawi, sehingga yang dihasilkan bukan hanya pijar tetapi berupa nyala api atau peristiwa pembakaran.
Gambar 2.1 Teori Segitiga Api (Sumber: http://junior-satuan-pengamanan.blogspot.co.id/2013/10/definisi-apiteori-dan-permasalahannya.html)
Gambar 2.2 Teori Tetrahedron Api (Sumber: https://learnhse.wordpress.com/2012/01/18/teori-dasar-api/) Ketika terjadi fenomena kebakaran diperlukan adanya sebuah penanganan atau upaya pemadaman kebakaran agar tidak terjadi sebuah fenomena yang tidak diinginkan. Proses pemadaman dapat dilakukan dengan prinsip teknik pemadaman dengan merusak keseimbangan campuran unsur penyebab kebakaran. Terdapat 4 teknik pemadaman
2
kebakaran, dengan mempertimbangkan unsur-unsur dan reaksi yang membentuk terjadinya api. Adapun teknik pemadaman kebakaran tersebut adalah sebagai berikut: 1. Smothering (menyelimuti), adalah teknik pemadaman dengan cara memisahkan uap bahan bakar dengan udara. 2. Cooling (mendinginkan), teknik pemadaman dengan cara menyerap panas dari bahan bakar yang terbakar, sehingga proses pembakaran akan terhalang. 3. Starvation (mengurangi atau memisahkan bahan bakar), teknik pemadaman dengan cara memutuskan persediaan bahan bakar. 4. Breaking chain reaction, teknik pemadaman dengan cara memutuskan rantai reaksi kimia/reaksi pembakaran, atau dengan menangkap radikalradikal bebas seperti OH - dan H+, agar tidak dapat melanjutkan proses pembakaran dari api tersebut. Pemadaman ini tentunya membutuhkan sebuah alat pemadam kebakaran. 2.2 Klasifikasi Kebakaran Kebakaran diklasifikasin (dikelaskan) menurut sumber apinya. Klasifikasi (kelas) kebakaran yang secara umum dirujuk secara internasional ialah klasifikasi (kelas) kebakaran menurut NFPA (National Fire Protection Association).
3
Tabel 2.1 Klasifikasi (Kelas) Kebakaran Berdasarkan NFPA beserta Media Pemadam Efektif dan Aman Digunakan Memadamkan Kebakaran Berdasarkan Kelas Kebakaran Masing-Masing KELAS KEBAKARAN PEMADAM
Kertas, kain, plastik, dan kayu Air, uap air, pasir, busa, CO2, serbuk kimia kering, dan cairan kimia
Padat non logam
Metana, amoniak, dan solar Gas/uap/cairan
CO2, serbuk kimia kering, dan busa
Arus pendek Listrik
CO2, serbuk kimia kering, dan uap air
Aluminium, tembaga, besi, dan baja Serbuk kimia sodium klorida dan grafit Logam
Bahan-bahan radioaktif
Radioaktif
Lemak dan minyak masakan Cairan kimia dan CO 2 Bahan masakan (Sumber: http://staff.unila.ac.id/suudi74/files/2014/10/Materi-7-K3-JenisKebakaran-APAR-dan-APD-2014.pdf .)
4
2.3 Peggunaan dan Cara Penggulungan Selang Pemadam Kebakaran (Fire Hose) Penggunaan dan cara menggulung selang pemadam kebakaran ( fire hose) perlu untuk diketahui bagi sebuah perusahaan yang baru melakukan pemasangan sistem jaringan hidran, hal t ersebut tentunya berkaitan dengan pembentukan team fire brigade perusahaan tersebut. Pada dasarnya selang pemadam kebakaran (fire hose) ditempatkan di dalam box pemadam yang sering disebut dengan hydrant box . Peletakannya pun ada beberapa cara yaitu di tempatkan begitu saja di dalam box atau diletakkan dengan cara di gantung dengan menggunakan hose rack . Hose rack berfungsi untuk menempatkan selang pemadam kebakaran (fire hose) di dalam hydrant box dengan cara menggantungkan selang pemadam kebakaran (fire hose) sehingga terlihat lebih rapi. Penggunaan hose rack tidak hanya akan membuat selang pemadam kebakaran (fire hose) menjadi lebih rapi tetapi penggunaan hose rack sebenarnya dapat bermanfaat bagi fireman agar dapat menarik atau membentangkan selang pemadam kebakaran (fire hose) dengan lebih cepat, karena kecepatan sangat dibutuhkan bagi para petugas kebakaran dalam menghadapi kasus kebakaran. Ada dua cara menggulung selang pemadam kebakaran (fire hose): 1. Cara pertama adalah menggulung selang pemadam kebakaran (fire hose) dengan teknik single roll . Teknik ini sangat sederhana baik dari cara menggulung maupun mempergunakannya. Cara menggulungnya kita dapat memulai dengan cara melipat pada satu ujung selang pemadam kebakaran (fire hose) dan memastikan mulai melipat pada bagian ujung selang pemadam kebakaran ( fire hose), male coupling (sangat perlu untuk diperhatikan, karena kesalahan dalam menggulung selang pemadam kebakaran (fire hose) dapat berakibat memperlambat proses pemadaman. Saat kita sudah selesai menggulung selang pemadam kebakaran (fire hose), memastikan female coupling berada pada bagian luar gulungan tersebut. Karena saat kita melempar selang pemadam kebakaran (fire hose) bagian female coupling adalah bagian yang akan kita sambungkan ke katup hidran atau hydrant pillar .
Gambar 2.3 Cara Menggulung Selang Pemadam Kebakaran ( Fire Hose) dengan Teknik Single Roll (Sumber: http://www.bromindo.com/fire-hose-penggunaan-dan-caramenggulungnya/) 2. Cara kedua adalah menggulung selang pemadam kebakaran (fire hose) dengan menggunakan teknik double roll . Teknik ini sangat berbeda dari teknik menggulung selang pemadam kebakaran ( fire hose) single roll ,
5
langkah yang harus dilakukan adalah menyatukan kedua ujung selang pemadam kebakaran (fire hose) seperti kita melipat selang pemadam kebakaran (fire hose) dengan mempertemukan antara ujung satu dengan ujung lainya, setelah dipertemukan menggeser ujung selang pemadam kebakaran (fire hose) yang terletak pada bagian atas kurang lebih 20 sampai 25 cm, setelah itu memindahkan posisi kita pada posisi lipatan selang pemadam kebakaran (fire hose) dan kemudian menggulung selang pemadam kebakaran (fire hose) secara padat dan rapi hingga ke ujung. Bagaimana cara menggunakan selang pemadam kebakaran (fire hose) jika kita menggunakan teknik double roll ? Caranya adalah saat kebakaran terjadi mengambil selang pemadam kebakaran (fire hose) yang telah digulung double roll dan meletakkan selang pemadam kebakaran (fire hose) pada permukaan tanah dengan jarak separuh panjang selang pemadam kebakaran (fire hose) tersebut dari hydrant pillar atau katup hidran yang akan digunakan. Artinya jika panjang selang pemadam kebakaran (fire hose) 20 meter maka meletakkan selang pemadam kebakaran (fire hose) tersebut dengan jarak 10 meter dari hydrant pillar atau katup hidran. Memastikan coupling female pada selang pemadam kebakaran ( fire hose) menuju ke hydrant pillar atau katup hidran sedang ujung selang pemadam kebakaran ( fire hose) male menuju ke sumber api dan di sambungkan dengan nozzle.
Gambar 2.3 Cara Menggulung Selang Pemadam Kebakaran ( Fire Hose) dengan Teknik Double Roll (Sumber: http://www.bromindo.com/fire-hose-penggunaan-dan-caramenggulungnya/) 2.4 Kerusakan Selang Pemadam Kebakaran (Fire Hos e) Titik berat dari metode pembuatan selang pemadam kebakaran ( fire hose) adalah agar tanggung jawab kemasakan selang dapat diperhatikan sepenuhnya. Hal ini penting bahwa semua fireman dapat mengetahui cara memelihara selang pemadam kebakaran (fire hose) dan bagaimana memenuhi panggilan bila terjadi kebakaran. Kerusakan selang pemadam kebakaran (fire hose) dapat dihindari dengan mempertegas instruksi dalam pelatihan dan setiap kesempatan mengingatkan personil agar hati-hati dalam mempergunakan selang pemadam kebakaran ( fire hose). Kemampuan yang tinggi dan banyaknya pengalaman diperlukan untuk menguji dan memelihara selang pemadam kebakaran ( fire hose). Hal ini dapat memacu sikap hati-hati dan menambah pengetahuan tentang selang pemadam kebakaran (fire hose). Penyebab kerusakan selang pemadam kebakaran ( fire hose) antara lain:
6
Gesekan (abrasi) Orang harus selalu ingat cara meletakkan selang pemadam kebakaran (fire hose) tanpa harus menyeretnya. Pernyataan mengenai abrasi adalah berkaitan dengan cara pembenahan selang pemadam kebakaran (fire hose). Pengertian abrasi adalah rusaknya selang pemadam kebakaran (fire hose) akibat adanya gesekan air dengan volume yang besar saat dilakukannya proses pemadaman. Lapuk (mildew ) Lapuk atau mildew terjadi apabila selang pemadam kebakaran ( fire hose) dalam keadaan belum kering (masih setengah basah/lembab) disimpan dalam waktu yang lama dan akhirnya terjadi pelapukan. Kejutan (shock ) Hal ini terjadi apabila selang pemadam kebakaran ( fire hose) tidak digunakan dalam waktu yang lama, tiba-tiba digunakan secara langsung untuk mengalirkan air dalam volume yang besar sehingga selang menjadi shock . Asam, minyak, pelumas dan bahan bakar Apabila selang pemadam kebakaran (fire hose) yang digunakan dalam pemadaman terlalu banyak terkena minyak pelumas maupun zat cair yang bersifat asam akan mengalami pengeroposan secara perlahan.
2.5 Cara Perawatan Selang Pemadam Kebakaran (Fire Hos e) Selang pemadam kebakaran (fire hose) sering digunakan untuk pelatihan Untuk selalu menjaga kualitas selang pemadam kebakaran ( fire hose), cara yang pertama adalah selang pemadam kebakaran ( fire hose) tersebut sering digunakan untuk sarana pelatihan. Apabila selang pemadam kebakaran (fire hose) tersebut tidak sering digunakan untuk pelatihan maka bisa saja selang pemadam kebakaran ( fire hose) itu bisa kaku atau bisa bocor. Mengeringkan setelah digunakan Mengeringkan bagian dalam selang pemadam kebakaran ( fire hose) setelah digunakan, agar selang pemadam kebakaran ( fire hose) tidak menjadi lengket atau terserang jamur dan lumut. Bila selang pemadam kebakaran (fire hose) sudah lengket atau terserang jamur dan lumut ini bisa menghambat aksi pemadaman karena air yang tersumbat. Memerhatikan cara membuka selang pemadam kebakaran (fire hose) Banyak orang salah dengan cara membuka selang pemadam kebakaran (fire hose), kebanyakan orang saat membuka selang pemadam kebakaran (fire hose) dengan cara ditarik padahal hal tersebut dapat merusak selang pemadam kebakaran ( fire hose). Cara membuka selang pemadam kebakaran (fire hose) yang benar adalah dengan mendorong bagian kumparan selang pemadam kebakaran ( fire hose) diuraikan, bukan ditarik. Meminimalkan penarikan selang pemadam kebakaran (fire hose) Mengusahakan seminim mungkin untuk menarik selang pemadam kebakaran (fire hose), terutama saat digunakan di aspal. Dikarenakan gesekan selang pemadam kebakaran ( fire hose) dengan aspal dapat membuat selang pemadam kebakaran (fire hose) tersebut bocor atau rusak dan tidak dapat digunakan lagi. Menyimpan selang pemadam kebakaran (fire hose) dengan benar
7
Sebaiknya selang pemadam kebakaran ( fire hose) disimpan pada tempatnya yaitu hydrant box dan mengusahakan selang pemadam kebakaran (fire hose) tersebut tidak terkena sinar matahari langsung. 2.6 Prinsip Menggelar dan Menggulung Selang Pemadam Kebakaran (Fire Hose) Menggelar selang pemadam kebakaran ( fire hose): 1. Arah lemparan dari sumber air ke arah api. 2. Gelaran selang pemadam kebakaran (fire hose) tidak boleh terpuntir. 3. Selang pemadam kebakaran (fire hose) tidak boleh ditarik/diseret sepanjang permukaan tanah. Menggulung selang pemadam kebakaran ( fire hose): 1. Dengan melemparkan mendatar ke bawah. 2. Dengan dibawa berjalan (khusus kopling instantaneous). 3. Untuk lipatan, ujungnya langsung dibawa ke arah api.
8
BAB III METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat 1. Selang pemadam kebakaran. 2. Nozzle. 3.2 Rangkaian Praktikum a. The roll or coil/donut roll (digulung tunggal).
Gambar 3.1 The Roll or Coil/Donut Roll (Digulung Tunggal) (Sumber: Handoko, 2009) b. Dutch roll or roll on the bight (digulung ganda).
Gambar 3.2 Dutch Roll or Roll On The Bight (Digulung Ganda) (Sumber: Handoko, 2009)
9
c. Flaking (dilipat).
Gambar 3.3 Flaking (Dilipat) (Sumber: Handoko, 2009) d. Model angka 8 (figure of eight ).
Gambar 3.4 Model Angka 8 (Figure Of Eight ) (Sumber: Handoko, 2009) 3.3 Prosedur Kerja 1. The roll or coil /donut roll (digulung tunggal) Metode ini adalah selang pemadam kebakaran ( fire hose) diletakkan dilantai dan mulai digulung dari kopling female (perempuan), kopling male (laki-laki) berada di luar gulungan, cara ini hanya dipakai untuk instantaneous coupling. Untuk coupling yang di Indonesia sebagian besar tidak menggunakan coupling tersebut. 2. Dutch roll or roll on the bight (digulung ganda) Selang pemadam kebakaran (fire hose) digelar di atas tanah dan coupling perempuan diletakkan di bagian dalam tekukan kurang lebih 60 cm. Kemudian digulung bersama-sama, sehingga pada akhir gulungan, coupling perempuan tetap berada di dalam. Cara memasangnya coupling laki-laki dipasang pada hidran dan coupling perempuan dilarikan ke arah sumber api. Cara ini hanya dipakai untuk instantaneous coupling. Untuk
10
coupling yang di Indonesia sebagian besar tidak menggunakan coupling tersebut. 3. Flaking (dilipat) Pada sistem ini selang pemadam kebakaran ( fire hose) dilipat bagian belakang dan depannya, sehingga coupling laki-laki dan perempuan saling terpisah di bagian luar dan melindungi bagian tengah dari lipatan. Cara ini sangat menguntungkan karena kecepatan waktu menarik selang pemadam kebakaran ( fire hose) tergantung dari kecepatan gesekan orang. 4. Model angka 8 (figure of eight) Variasi dari bentuk lipatan ini dimaksudkan untuk menghindari bentuk pinggiran yang tajam. Sesuai dengan namanya, bentuknya seperti angka delapan (8). Hal ini sangat menguntungkan untuk menghindari lekukan pada lipatan sehingga selang pemadam kebakaran ( fire hose) dapat bergerak leluasa. Melakukan kegiatan diatas sampai benar-benar mahir melakukannya. 3.4 Sistematika/Flowchart Praktikum Mulai
Perumusan masalah
Studi literatur
Modul, jurnal, dan internet
Persiapan alat dan bahan
Praktikum penggulungan selang pemadam kebakaran (fire hose)
Dokumentasi & analisa
Hasil
Kesimpulan Selesai Gambar 3.5 Sistematika/Flowchart Praktikum (Sumber: Bastara, 2017)
11
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Praktikum Praktikum pemasangan selang pemadam kebakaran ( fire hose) dilakukan pada: Hari/Tanggal : Rabu, 03 Mei 2017 Waktu : Pukul 12.30-15.00 WIB Lokasi : Lingkungan Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya Berdasarkan praktikum pengemasan selang pemadam kebakaran (fire hose), terdapat empat metode yang dapat dilakukan. Praktikum tersebut antara lain adalah: 1. Single donut roll . 2. Double donut roll . 3. Self locking twin donut roll . 4. Figure of eight . 4.2 Klasifikasi Model Pengemasan Selang Pemadam Kebakaran Berdasarkan Keperuntukannya 1. Single donut roll . Single donut roll merupakan cara menggulung selang pemadam kebakaran (fire hose) mengikuti alur berlawanan dan dilakukan oleh dua orang. Memastikan male coupling berada di tengah saat awal diputar berlawanan arah jarum jam, sampai akhirnya female coupling yang berada di luar lingkaran gulungan selang. Karena female coupling yang berguna untuk dihubungkan ke katup hidran. Teknik ini dapat diterapkan untuk selang pemadam kebakaran (fire hose) dengan spesifikasi selang dengan panjang dan diameter sedang. 2. Double donut roll . Cara kedua adalah double donut roll . Cara ini berbeda dengan teknik sebelumnya. Saat awal male dan female coupling disatukan atau di dempetkan terlebih dahulu dan melipat rapih ujungnya. Kedua ujung coupling diberikan jarak 20 cm-25 cm untuk membuat hasil gulungan menjadi lebih rapi dan mudah dioperasikan. Kemudian gulung ujung lipatan sampai akhir dimana kedua coupling berada di luar lingkaran gulungan. Teknik ini memiliki rentan waktu penggulungan yang lebih cepat. Teknik kedua baik diterapkan untuk selang pemadam kebakaran (fire hose) dengan spesifikasi selang dengan panjang dan dengan diameter besar. 3. Self locking twin donut roll . Self locking twin donut roll merupakan metode penggulungan selang pemadam kebakaran (fire hose) yang digulung ganda yang cocok untuk selang pemadam kebakaran (fire hose) dengan ukuran yang panjang
12
dan diameter besar. Posisi selang pemadam kebakaran ( fire hose) sebelum digulung harus dilipat manjadi dua bagian dimana kopling perempuan berada di bawah dan lebih panjang lipatannya dari kopling laki-laki. 4. Figure of eight . Figure of eight merupakan metode pengemasan selang pemadam kebakaran (fire hose) yang dimaksudkan untuk menghindari bentuk pinggiran yang tajam. Hal ini sangat menguntungkan untuk menghindari lekukan pada lapisan sehinga selang dapat bergerak leluasa. 4.3 Analisa Selang pemadam kebakaran (fire hose) adalah salah satu alat pemadam kebakaran berupa selang yang digunakan tim pemadam kebakaran ketika terjadi kebakaran pada sebuah bangunan atau gedung. Selang pemadam api ini termasuk fire hydrant equipment yang penting digunakan untuk memaksimalkan sistem fire hydrant untuk memadamkan kebakaran. Fungsi dari selang pemadam kebakaran firehose untuk mendistribukan air dari hydrant pillar yang sebelumnya distribusikan oleh hydrant pump/pompa hydrant dengan tekanan tinggi dari tandon air/tangki air sehingga dapat digunakan untuk memadamkan kebakaran. Selang pemadam kebakaran (fire hose) biasanya terbuat dari bahan yang tahan dengan api karena digunakan di dalam bangunan yang penuh dengan nyala api. Pengemasan selang pemadam kebakaran ( fire hose) adalah kegiatan menggulung selang pemadam kebakaran (fire hose) yang dilakukan petugas pemadam kebakaran dengan keahlian khusus. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan pada hari Rabu, 03 Mei 2017 di lingkungan Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, tidak semua mahasiswa dituntut untuk praktikum menggulung selang pemadam kebakaran (fire hose) dengan semua metode. Pembagian motode yang akan digunakan untuk praktikum dilakukan dengan cara mengundi setiap kelompok yang terdiri dari dua orang serta ada yang satu orang karena jumlah mahasiswa pada kelas kami berjumlah ganjil. Dalam praktikum ini, kami mendapatkan metode single donut roll dan double donut roll yang beranggotakan dengan Abid Abdillah Noer. Selang pemadam kebakaran (fire hose) yang digunakan mempunyai panjang 30 m. Dan waktu maksimum praktikum untuk satu metode adalah 15 menit. Untuk mempersingkat waktu, kami saling bekerja sama agar dapat selesai dalam durasi waktu yang telah ditentukan. Berdasarkan praktikum ini, terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengemasan selang pemadam kebakaran ( fire hose), antara lain: 1. Sebelum melakukan pengemasan selang pemadam kebakaran (fire hose), harus memastikan tidak terdapat air di dalam selang pemadam kebakaran (fire hose). 2. Tidak boleh menarik terlalu kencang selang pemadam kebakaran ( fire hose) sehingga timbul goresan antara selang pemadam kebakaran ( fire hose.
13
3. Setiap metode pengemasan selang pemadam kebakaran (fire hose) mempunyai posisi berbeda dalam meletakkan male/female coupling . 4. Terdapat lubang-lubang kecil pada sepanjang sisi selang pemadam kebakaran (fire hose). 5. Terdapat selang pemadam kebakaran (fire hose) yang tidak meliliki male/female coupling . 4.4 Prosedur Praktikum Berikut ini merupakan metode cara melakukan pengemasan selang pemadam kebakaran (fire hose) sesuai dengan prosedur yang ada. Single donut roll. 1. Memposisikan selang pemadam kebakaran (fire hose) di atas permukaan yang datar dengan posisi memanjang dan lurus.
Gambar 4.1 Meluruskan Selang Pemadam Kebakaran ( Fire Hose) (Sumber: Hasil Praktikum SPPK, 2017 ) 2. Menggulung selang pemadam kebakaran ( fire hose) dimulai dari ujung selang.
Gambar 4.2 Penggulungan Selang Pemadam Kebakaran ( Fire Hose) (Sumber: Hasil Praktikum SPPK, 2017 ) 3. Selama menggulung selang pemadam kebakaran ( fire hose) ada yang bertugas untuk merapikan selang pemadam kebakaran (fire hose) pada posisi tumpuk agar memudahkan penggulungan. Selang pemadam kebakaran (fire hose) tidak boleh ditarik/digeser karena akan menyebabkan kebocoran pada selang pemadam kebakaran ( fire hose).
14
Gambar 4.3 Merapikan dan Menggulung Selang Pemadam Kebakaran ( Fire Hose) (Sumber: Hasil Praktikum SPPK, 2017 ) 4. Selang pemadam kebakaran (fire hose) digulung dengan rapi dan rapat, mengusahakan tidak terdapat rongga diantara gulungan selang pemadam kebakaran (fire hose).
Gambar 4.4 Penggulungan Selang Pemadam Kebakaran (Fire Hose) dengan Rapi dan Rapat (Sumber: Hasil Praktikum SPPK, 2017 ) 5. Selesai. Double donut roll. 1. Memposisikan selang pemadam kebakaran (fire hose) di atas permukaan yang datar dengan posisi memanjang dan lurus, lalu dilipat menjadi dua bagian dimana kopling perempuan berada di posisi bawah dan lebih panjang lipatannya dari kopling laki-laki.
Gambar 4.5 Melipat Selang Pemadam Kebakaran ( Fire Hose) Menjadi 2 Bagian (Sumber: Hasil Praktikum SPPK, 2017 ) 2. Merapikan lipatan selang pemadam kebakaran (fire hose) dengan tujuan agar mudah untuk proses penggulungan.
15
Gambar 4.6 Merapikan Lipatan Selang Pemadam Kebakaran ( Fire Hose) (Sumber: Hasil Praktikum SPPK, 2017 ) 3. Menggulung selang pemadam kebakaran (fire hose) dimulai dari ujung selang pemadam kebakaran (fire hose) yang tidak mempunyai kopling atau pada tekukan lipatan.
Gambar 4.7 Penggulungan Selang Pemadam Kebakaran (Fire Hose) (Sumber: Hasil Praktikum SPPK, 2017 ) 4. Selama menggulung selang pemadam kebakaran ( fire hose) ada yang bertugas untuk merapikan selang pemadam kebakaran (fire hose) pada posisi tumpuk agar memudahkan penggulungan. Selang pemadam kebakaran (fire hose) tidak boleh ditarik/digeser karena akan menyebabkan kebocoran pada selang pemadam kebakaran ( fire hose).
Gambar 4.8 Merapikan dan Menggulung Selang Pemadam Kebakaran ( Fire Hose) (Sumber: Hasil Praktikum SPPK, 2017 ) 5. Selang pemadam kebakaran (fire hose) digulung dengan rapi dan rapat, mengusahakan tidak terdapat rongga diantara gulungan selang pemadam kebakaran (fire hose).
16
Gambar 4.9 Penggulungan Selang Pemadam Kebakaran ( Fire Hose) dengan Rapi dan Rapat (Sumber: Hasil Praktikum SPPK, 2017 ) 6. Selesai. Adapun video praktikum menggulung selang pemadam kebakaran (fire hose) dengan metode single donut roll dan double donut roll yang terdapat pada link berikut: 1. Single donut roll : Https://youtu.be/pvdfiug6foo. 2. Double donut roll : Https://youtu.be/ab1pwqzlxlm. 4.5 Pembahasan Dengan dilakukannya kedua teknik tersebut, maka akan sangat membantu petugas pemadam kebakaran untuk mempercepat proses persiapan pemadaman kebakaran. Dengan menggunakan metode menggulung selang pemadam kebakaran ( fire hose) single donut roll dan double donut roll , maka akan memberikan manfaat bagi petugas pemadam kebakaran dan selang pemadam kebakaran (fire hose) tersebut. Sebelum menggulung selang pemadam kebakaran (fire hose) ada baiknya untuk memastikan apakah selang pemadam kebakaran ( fire hose) yang telah digunakan sudah bersih dan kering dari air. Manfaat menggulung selang pemadam kebakaran (fire hose) adalah memudahkan petugas pemadam kebakaran, untuk meminimalkan waktu mempersiapkan selang pemadam kebakaran (fire hose), selang pemadam kebakaran (fire hose) menjadi terawat dan tahan lama untuk dioperasikan kembali, dan membuat selang pemadam kebakaran (fire hose) tidak mudah robek ataupun lengket saat disimpan. Dalam penggunaan selang pemadam kebakaran ( fire hose) pun tim harus memiliki kerja sama yang kuat. Dimulai dari persiapan sampai akhirnya memadamkan api. Memastikan selang pemadam kebakaran ( fire hose) selalu aman dari benda-benda tajam yang dapat merusak selang pemadam kebakaran (fire hose). Tidak sampai lupa untuk menyimpan selang pemadam kebakaran (fire hose) pada tempatnya (hydrant box ). Selalu melakukan maintenance terhadap selang pemadam kebakaran (fire hose) seperti melakukan simulasi persiapan pemakaian selang pemadam kebakaran (fire hose). Saat menyimpan kembali selalu memastikan bahwa selang pemadam kebakaran (fire hose) dalam keadaan kering, hal tersebut untuk menghindari terjadinya lengket atau timbulnya jamur pada selang pemadam kebakaran (fire hose).
17
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 1. Terdapat empat metode penggulungan selang pemadam kebakaran (fire hose) yaitu single donut roll , double donut roll , self locking twin donut roll , dan figure of eight . 2. Penggulungan selang pemadam kebakaran ( fire hose) harus dilakukan sesuai dengan prosedur yang benar dan harus runtut dalam melakukannya. 3. Selama menggulung selang pemadam kebakaran (fire hose), selang pemadam kebakaran (fire hose) tidak boleh ditarik/digeser karena akan menyebabkan kebocoran pada selang pemadam kebakaran ( fire hose). 5.2 Saran 1. Seharusnya sudah memahami prosedur penggulungan selang pemadam kebakaran (fire hose) sebelum melakukan praktikum. 2. Sebaiknya menghindari penarikan/penggeseran selama menggulung selang pemadam kebakaran (fire hose), karena akan menyebabkan kebocoran pada selang pemadam kebakaran (fire hose).
18