LAPORAN PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM ENERGI
“Rancang Bangun Kompor Berbahan Bakar Oli Bekas
”
Dosen Pengajar :
Dedy Eko Rahmanto, S.TP., M.Si.
Disusun Oleh :
1.
Mukhamad Aprianto
(H41150047)
2.
Devi Arianti Lestari
(H41150245)
3.
Fa Rizal Aziz Gatut K
(H41150356)
4.
Alif Adi Sudendy
(H41150398)
5.
Adinda Ayuning Amri
(H41150430)
6.
Anggy
(H41150487)
PROGRAM STUDI TEKNIK ENERGI TERBARUKAN JURUSAN TEKNIK POLITEKNIK NEGERI JEMBER 2018
DAFTAR ISI
BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................... 1 1.1
Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2
Tujuan ..................................................................................................... 1
1.3
Manfaat ................................................................................................... 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 3 2.1
Kompor Oli Bekas .................................................................................. 3
2.2
Oli Bekas ................................................................................................. 4
2.3
Kalor Jenis .............................................................................................. 5
BAB 3. METODOLOGI ..................................................................................... 10 3.1
Waktu dan Tempat .............................................................................. 10
3.2
Alat dan Bahan ..................................................................................... 10
3.3
Prosedur Kerja ..................................................................................... 10
BAB 4. PEMBAHASAN ..................................................................................... 11 4.1
Hasil ....................................................................................................... 11
4.1.1
Kalibrasi Data Logger ..................................................................... 11
4.1.2
Data Pengujian ................................................................................ 13
BAB 5. KESIMPULAN ...................................................................................... 16 5.1
Kesimpulan ........................................................................................... 16
5.2
Saran ...................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 17
i
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Energi merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia untuk berbagai kebutuhan. Seperti memasak, bahan bakar kendaraan, industri dan lain sebagainya. Sementara ini energi mayoritas dipenuhi oleh minyak bumi yang didapat dari hasil tambang, yaitu yang terjadi dari proses fosil di dalam perut bumi dan kini keberadaannya semakin lama semakin berkurang, maka tersedianya bahan bakar alternatif sangatlah diperlukan. Salah satu solusi dan jalan keluarnya yaitu pemanfaatan limbah oli bekas yang sangat melimpah di Indonesia. Akan tetapi untuk memanfaatkan limbah oli bekas tersebut diperlukan suatu kompor atau suatu alat yang bisa membakar oli tersebut. Kompor merupakan suatu alat dapur yang digunakan untuk memasak. Kompor yang masih mudah kita temui dan dipakai masyarakat adalah kompor minyak tanah. Namun, seiring berjalannya waktu minyak tanah sem akin langka dan mahal karena persediaan minyak bumi semakin menipis, apalagi dengan adanya program konversi energi dari minyak tanah ke LPG (Liquid Petroleum Gas) yang saat ini sedang dilakukan pemeritah. Oleh karena itu, harus adanya bahan bakar alternatif sebagai pengganti minyak tanah disamping LPG. Salah satu bahan bakar alternatif yang dapat digunakan untuk bahan bakar kompor adalah oli bekas. Oli berfungsi sebagai pelumasan kendaraan bermotor, namun oli memiliki batasan umur untuk dilakukan penggantian. Oli Bekas merupakan salah satu limbah B3 yang cukup berbahaya. Sehingga dengan memanfaatkan oli Bekas sebagai kompor dapat mengatasi masalah kelangkaan bahan bakar dan juga membantu mengurangi pencemaran lingkungan.
1.2
Tujuan
Tujuan dalam perancangan kompor berbahan bakar oli bekas yaitu: 1. Untuk mengetahui kinerja kompor berbahan bakar oli bekas 2. Untuk mengetahui cara pembuatan kompor berbahan bakar oli bekas.
1
2
1.3
Manfaat
Manfaat dalam perancangan kompor berbahan bakar oli bekas yaitu: 1. Dapat mengetahui kinerja kompor berbahan bakar oli bekas 2. Dapat mengetahui cara pembuatan kompor berbahan bakar oli bekas.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Kompor Oli Bekas
Kompor adalah alat masak yang menghasilkan panas tinggi. Biasanya kompor ditemukan di dapur dan bahan bakarnya dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu cair, padat, dan gas. Pada dasarnya jenis kompor yang banyak digunakan oleh masyarakat adalah kompor minyak tanah dan kompor gas. Meskipun demikian, masih ada jenis lain yang juga bisa dijadikan sebagai alat memasak yaitu salah satunya kompor berbahan bakar oli bekas. Apalagi, kondisi saat ini di mana harga bahan bakar untuk kompor minyak dan gas semakin mahal maka mulai perlu diperhatikan kembali berbagai jenis kompor dengan alternatif bahan bakar tanpa minyak dan gas sehingga bisa digunakan oleh masyarakat nantinya pada saat kompor minyak dan kompor gas sudah tidak bisa digunakan (Kuncoro dan Damanik, 2005). Salah satu solusi dan jalan keluarnya yaitu pemanfaatan limbah oli bekas yang sangat melimpah di Indonesia. Akan tetapi untuk memanfaatkan limbah oli bekas tersebut diperlukan suatu kompor atau suatu alat yang bias membakar oli tersebut. Kompor berbahan bakar oli bekas belum banyak dipakai oleh masyarakat dikarenakan belum banyak pengetahuan tentang kompor berbahan bakar oli bekas. Kompor oli bekas memiliki beberapa komponen yaitu : 1. Tungku pembakaran, dimana tempat proses pembakaran berlangsung. 2. Bak penampung oli bekas, tempat untuk menampung bahan bakar yaitu oli bekas. 3. Pipa saluran oli bekas, pipa yang berfungsi untuk menyalurkan bahan bakar dari bak penampung oli ke tungku pembakaran. 4. Blower, sebagai sumber udara paksa dimana salah satu syarat terjadinya pembakaran yaitu adanya udara. 5. Pipa saluran blower, pipa yang berfungsi untuk menyalurkan udara paksa dari blower ke tungku pembakaran.
3
4
6. Kran pengatur, kran pengatur terletak diantara pipa saluran oli bekas yang berfungsi untuk mengatur volume bahan bakar yang digunakan untuk pembakaran pada tungku pembakaran.
2.2
Oli Bekas
Oli bekas seringkali diabaikan penanganannya setelah tidak bisa digunakan kembali, padahal jika asal dibuang dapat menambah pencemaran lingkungan. Bahaya dari pembuangan oli bekas sembarangan memiliki efek yang lebih buruk daripada efek tumpahan minyak mentah biasa. Ditinjau dari komposisi kimianya sendiri, oli adalah campuran dari hidrokarbon kental ditambah berbagai bahan kimia aditif. Oli bekas memiliki campuran komposisi lebih dari itu, dalam oli bekas terkandung sejumlah sisa hasil pembakaran yang bersifat asam korosif, deposit, dan logam berat yang bersifat karsinogenik. Sampai saat ini usaha yang di lakukan untuk memanfaatkan oli bekas ini antara lain : 1. Dimurnikan kembali (proses refinery) menjadi refined lubricant. Tidak banyak yang tertarik untuk berbisnis di bidang ini karena cost yang tinggi relatif terhadap lube oil blending plant (LOBP) dengan bahan baku fresh,sehingga harga jual ekonomis-nya tidak akan mampu bersaing di pasaran. 2. Digunakan sebagai fuel oil/minyak bakar. Yang masih menjadi kendala adalah tingkat emisi bahan bakar ini masih tinggi. Perlu dipertimbangkan beberapa hal mengenai pentingnya pemanfaatan ke mbali oli bekas antara lain : 1. Dari tahun ke tahun, regulasi yang mendukung terhadap teknologi ramah lingkungan akan semakin meningkat. Dan ada kemungkinan nanti, produsen oli juga harus bertanggung jawab atas oli bekas yang dihasilkan, sehingga akan muncul berbagai teknologi pemanfaatan oli bekas. 2. Kedepan, cadangan minyak mentah akan semakin terbatas, bera rti harga minyak mentah akan semakin melambung. Used-Oil refinery akan semakin kompetitif dengan LOBP konvensional. Berdasarkan
kriteria
limbah
yang
dikeluarkan
oleh
Kementerian
Lingkungan Hidup, oli bekas termasuk kategori limbah B3. Meski oli bekas masih
5
bisa dimanfaatkan, bila tidak dikelola dengan baik, ia bisa membahayakan lingkungan (Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup).
2.3
Kalor Jenis
Kalor adalah suatu bentuk energi yang diterima oleh suatu benda yang menyebabkan benda tersebut berubah suhu atau wujud bentuknya. Kalor berbeda dengan suhu, karena suhu adalah ukuran dalam satuan derajat panas. Kalor merupakan suatu kuantitas atau jumlah panas baik yang diserap maupun dilepaskan oleh suatu benda. Dari sisi sejarah kalor merupakan asal kata caloric ditemukan oleh ahli kimia perancis yang bernama Antonnie laurent lavoiser (1743 – 1794). Kalor memiliki satuan Kalori (kal) dan Kilokalori (Kkal). 1 Kal sama dengan jumlah panas yang dibutuhkan untuk memanaskan 1 gram air naik 1 derajat celcius (Akbar, 2010). Kalor Jenis Zat (c) adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan atau melepaskan suhu tiap satu kilogram massa suatu zat sebesar 1°C atau 1K. Secara matematis dapat dituliskan: ………………………………...…….(2.1) Keterangan : Q
: Kalor yang dilepas atau diserap (J)
M
: Massa benda (Kg)
C
: Kalor jenis zat (J/Kg K)
∆T
: Perubahan suhu (K) Banyaknya kalor jenis pada beberapa zat dapat dilihat pada table 2.1 berikut
ini : Tabel 2.1 Kalor Jenis Zat
6
Untuk mengetahui effisiensi termal dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut: thermal
=
+
Dimana: M
= berat air dalam kg
C
= kalor jenis air (4180 j/kg)
= Selisih suhu awal dan akhir
HHv
= nilai high heating value oli bekas (34,772 Kj/Kg)
L
= kalor penguapan air (226000 j/Kg)
moil
= berat oli yang digunakan
2.4
Low Heating Value (LHV) dan Higher Heating Value (HHV)
Nilai Panas ( Nilai Pembakaran) atau HV ( Heating Value) adalah jumlah panas yang dikeluarkan oleh 1kg bahan bakar bila bahan bakar tersebut dibakar. Pada gas hasil pembakaran terdapat H 2O dalam bentuk uap atau cairan. Dengan demikian nilai pembakaran bila H2O yang terbentuk berupa uap akan lebih kecil bila dibandingkan dengan H2O yang terbentuk sebagai cairan. Berarti ada 2 macam Nilai Pembakaran yaitu Nilai Pembakaran Atas (NPA) atau HHV dan Nilai Pembakaran Bawah (NPB) atau LHV. 1.
NPA atau HHV adalah : Yaitu Nilai Pembakaran bila didalam gas hasil
pembakaran terdapat H2O berebentuk cairan
7
2.
NPB atau LHV adalah: Yaitu Nilai Pembakaran bila didalam gas hasil
pembakaran terdapat H2O berbentuk gas. Prinsip pembakaran bahan bakar sejatinya adalah reaksi kimia bahan bakar dengan oksigen (O). Kebanyakan bahan bakar mengandung unsur Karbon (C), Hidrogen (H) dan Belerang (S). Akan tetapi yang memiliki kontribusi yang penting terhadap energi yang dilepaskan adalah C dan H. Masing-masing bahan bakar mempunyai kandungan unsur C dan H yang berbeda-beda. Proses pembakaran terdiri dari dua jenis yaitu pembakaran lengkap (complete combustion) dan pembakaran tidak lengkap (incomplete combustion). Pembakaran sempurna terjadi apabila seluruh unsur C yang bereaksi dengan oksigen hanya akan menghasilkan CO 2, seluruh unsur H menghasilkan H 2O dan seluruh S menghasilkan SO 2. Sedangkan pembakaran tak sempurna terjadi apabila seluruh unsur C yang dikandung dalam bahan bakar bereaksi dengan oksigen dan gas yang dihasilkan tidak seluruhnya CO 2. Keberadaan CO pada hasil pembakaran menunjukkan bahwa pembakaran berlangsung secara tidak lengkap. Jumlah energi yang dilepaskan pada proses pembakaran dinyatakan sebagai entalpi pembakaran yang merupakan beda entalpi antara produk dan reaktan dari proses pembakaran sempurna. Entalpi pembakaran ini dapat dinyatakan sebagai Higher Heating Value (HHV) atau Lower Heating Value (LHV). HHV diperoleh ketika seluruh air hasil pembakaran dalam wujud cair sedangkan LHV diperoleh ketika seluruh air hasil pembakaran dalam bentuk uap. Pada umumnya pembakaran tidak menggunakan oksigen murni melainkan memanfaatkan oksigen yang ada di udara. Jumlah udara minimum yang diperlukan untuk menghasilkan pembakaran lengkap disebut sebagai jumlah udara teoritis (atau stoikiometrik). Akan tetapi pada kenyataannya untuk pembakaran lengkap udara yang dibutuhkan melebihi jumlah udara teoritis.
Kelebihan udara dari
jumlah udara teoritis disebut sebagai excess air yang umumnya dinyatakan dalam persen. Parameter yang sering digunakan untuk mengkuantifikasi jumlah udara dan bahan bakar pada proses pembakaran tertentu adalah rasio udara-bahan
8
bakar. Apabila pembakaran lengkap terjadi ketika jumlah udara sama dengan jumlah udara teoritis maka pembakaran disebut sebagai pembakaran sempurna. Nilai kalori merupakan nilai panas yang dihasilkan dari pembakaran sempurna suatu zat pada suhu tertentu. Reaksi pembakaran sempurna hydrocarbon seperti ini: CxHy + (x + y/4) O 2 —– > x CO2 + y/2 H2O Sesuai definisinya, panas pembakaran dihitung seolah-olah reaktan dan hasil reaksi memiliki suhu yang sama. Biasanya kondisi sta ndar yang dipakai untuk perhitungan nilai kalori adalah 25 °C dan 1 atm. Seperti kita tahu pada 25 ° C dan 1 atm H2O memiliki fase liquid, maka perhitungan HHVmenganggap H2O hasil pembakaran diembunkan menjadi fase liquid, sehingga selain panas didapat dari pembakaran, diperoleh pula energi dari panas pengembunan H 2O. Kalau perhitungan LHV itu menganggap bahwa H 2O tetap pada fase gas pada 25 °C. Jadi selisih antara HHV dan LHV adalah panas pengembunan H 2O pada suhu dan tekanan standar. HHV dan LHV adalah notasi theoretical , hanya dipakai untuk indikasi dan tidak menunjukkan kondisi yang sebenarnya dalam praktek. Alasannya bahan bakar dan gas hasil pembakaran tidak pernah berada pada temperatur yang sama sesuai asumsi yang dipakai untuk perhitungan HHV dan LHV. Dalam praktek, energi yang bisa kita peroleh dari pembakaran bahan bakar akan selalu lebih kecil dari HHV atau LHV, karena ada energi dalam bentuk panas yang dibawa pergi oleh gas hasil pembakaran. Itulah sebabnya efisiensi semua mesin konversi energi ( steam power plant, internal combustion engine, gas turbine) tidak pernah bisa 100 %. Jadi HHV dan LHV sama sekali tidak ada hubungannya dengan fase dari bahan bakarnya, baik bahan bakar padat maupun cair, sama-sama punya HHV dan LHV. Kalau soal gampang atau susahnya membakar, juga tidak ada hubungannya dengan HHV & LVH. Karena, pembakaran itu proses eksotermis, jadi tidak mengambil panas (energi) dari lingkungan justru memberikan panas ke lingkungan. Sebenarnya yang bisa dibakar itu adalah fase gas, kalau ada bahan bakar cair, maka harus terbentuk cukup uap di atas permukaannya supaya bisa memulai pembakaran. Kalau kita mulai dari temperatur ambient, untuk bahan bakar cair tertentu, misa lnya diesel oil, mesti diberikan suhu yang cukup supaya tekanan uapnya cukup tinggi
9
untuk membentuk fase uap yang bisa dibakar (dari sinilah muncul istilah flash point). Tapi begitu sudah dibakar, panas dari pembakaran akan selalu menyediakan energi yang cukup untuk menghasilkan fase uap yang siap untuk dibakar. Rumus Dulong & Petit untuk menghitung Nilai Panas : HHV = 33950 C + 144200 ( H2-O2/8) + 9400 S kJ/Kg (Prinsip Prinsip Konversi Energi) Keterangan : C
: Persentase unsure Carbon.
H2
: Persentase unsure Hidrogen.
S
: Persentase unsure Sulfur.
O2
: Persentase unsure Oksigen.
LHV = HHV – 2400 ( M+9H2) kJ/Kg. (Prinsip Prinsip Konversi Energi) Keterangan : M
: Moinsture (kebasahan) Jumlah kebutuhan udara untuk proses pembakaran juga dapat dihitung
dengan persamaan pembakaran. Komposisi udara = 21 % O 2 dan 79 % N2 dll dalam Volume atau dalam komposisi berat ; 23,2 % O 2 dan 76,8 % N2 dll. Untuk mengitung kebutuhan udara teorits dapat digunakan rumus: WA teoritis = (2,66C+7,94H-O2)/0,23
BAB 3. METODOLOGI
3.1
Waktu dan Tempat
Praktikum Perancangan Sitemtem Energi Kompor Berbahan Bakar Oli Bekas dilaksanakan pada tanggal 05 Desember 2018 Sampai 14 Desember 2018 diWorkshop Teknik Energi Terbarukan di Politeknik Negeri Jember.
3.2
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum Perancangan Sistem Energi Kompor Berbahan Bakar Oli Bekas antara lain : 1. Besi Lembaran 2. Blower Keong 3. Besi cor 4. Besi Kotak 5. Pipa Besi 6. Kran Besi 7. Pipa 8. Oli Bekas 9. Grinda 10. Las Listrik
3.3
Prosedur Kerja
Pada kompor oli bekas spirtus digunakan sebagai stater kompor, kemudian menghidupkankan api. Blower dihidup kan dengan kecepatan rendah dan ketika blower di nyalakan apinya berubah seperti kompor joss. bahan bakar oli yang ada di tempat penampungan bahan bakar akan mengalir setelah kran oli di buka, bahan bakar oli akan menetes ke ruang bahan bakar sehingga terjadi pembakaran.
10
BAB 4. PEMBAHASAN
4.1
Hasil
4.1.1
Kalibrasi Data Logger
Tabel 4.1 Data Kalibrasi Data Logger
Waktu (s)
Suhu Data Logger (ºC)
Suhu Termometer (ºC)
(X)
(Y)
3777
29,3
30
4213
30,4
31
4530
31,3
32
4827
32,4
33
5030
33,3
34
5263
34,4
35
5601
35,3
36
6029
36,4
37
6290
37,3
38
6619
38,4
39
6953
39,3
40
7557
40,4
41
7582
40,5
42
7723
41,5
43
7844
42,4
44
7991
43,3
45
8169
44,4
46
8209
44,8
47
8528
46,4
48
8753
47,5
49
8920
48,1
50
9648
50,3
51
10202
51,4
52
11
12
10603
52,3
53
10994
53,4
54
11308
54,2
55
11664
55,4
56
11976
65,5
57
12207
57,4
58
12239
57,5
59
12256
59
60
13082
60,7
61
13258
61,6
62
13819
61,8
63
14060
62,2
64
14382
62,3
65
14699
62,8
66
14960
64,3
67
15106
64,7
68
15270
64,7
69
15549
64,4
70
15717
65,2
71
15797
63,2
72
15834
67,6
73
15893
64,7
74
15988
60,7
75
16077
59,8
76
16334
59,2
77
18085
73,9
78
18229
73,6
79
18313
72,5
80
18840
80,3
81
19131
82,1
82
13
19525
83,3
83
19623
84
84
19856
84,7
85
20461
86,8
86
20470
87,4
87
20604
88,4
88
20715
88,4
89
20885
89,4
90
KALIBRASI SUHU y = 1.0157x + 1.4168 R² = 0.9481
100 90 80 70 60
KALIBRASI SUHU
50 40
Linear (KALIBRASI SUHU)
30 20
10 0 0
20
40
60
80
100
Gambar 4.1 Grafik Kalibrasi Suhu
Usaha untuk mengetahui kebenaran dari alat ukur yaitu dengan membandingkan hasil
pengukuran
termocouple
dengan
termometer.
hasilnya
kemudian
dibandingkan dan dicari nilai kebenarannya, diperoleh hasil R = 0,9481. sehingga termometer dan termocouple dianggap sama. 4.1.2
Data Pengujian
Tabel 4.2 Data Hasil Pengujian
Parameter
Sebelum
Sesudah
Air
1,5 L
1,48 L
Bahan Bakar
300 ml
250 ml
Air Menguap
0,02 L
14
Konsumsi
Bahan
50 ml
bakar Effisiensi
29,2%
Perhitungan : thermal
= = =
+ j x (101−36) 34,772 0,04
1,48 kg x
406636 1390880
= 29,2%
4.1
Pembahasan
Perancangan sistem berbasis energi pada kompor berbahan bakar oli bekas ada karena ada peluang sumber energi yang selama ini belum dimanfaatkan secara optimal, yaitu oli bekas. Oli bekas selama ini dikumpulkan oleh pengepul dari berbagai bengkel, oli bekas tersebut akan dikumpulkan hingga jutaan liter kemudian akan diolah lagi menjadi base oil, base oli adalah bahan pembentuk oli selain dari sumber minyak bumi. Oli bekas sendiri memiliki nilai high heating value sebesar 34,772 Mj/kg. Pengujian kompor berbahan bakar dilakukan dengan menggunakan kompor ter sebut untuk memanaskan air hingga suhu 100 0C, sebab ketika suhu 100 0C kalor laten air dapat mengubah air menjadi bentuk lain, yaitu uap. Air memiliki kalor laten penguapan sebesar 226000 J/kg dan kalor jenis air sebesar 4180 j/kg. Pengujian kinerja oli dilakukan diworkshop TET, dengan ditambah alat perekam data atau data logger. Data suhu air diinterpretasikan oleh grafik pada gambar 4.1
15
120 100 80 60
Series1
40 20 0
0
50
100
150
200
250
Gambar 4.2 Grafik Data Logger Suhu 100 0C mampu dicapai oleh air dalam waktu 237 detik, sedangkan oli yang digunakan adalah sebanyak 50 ml atau 40,5 g. Efisiensi oli diukur dari energi yang dibutuhkan untuk memanaskan ait(Output) dibagi dengan energi yang digunakan untuk menghasilkan panas (Input). Berat air yang dipanaskan sebanyak 1,5 kg, dan berat yang menguap sebanyak 20 gr. Efisiensi kompor terhitung sebesar 29,2 %.
BAB 5. KESIMPULAN
5.1
Kesimpulan
Oli bekas memiliki nilai high heating value sebesar 34,772 Mj/kg. pengujian kompor dilakukan dengan memanaskan air hingga 100 0C, atau sampai air dalam keadaan mendidih. Ketika air memilki suhu 100 0C, kalor laten air akan mengubah air menjadi uap dengan kalor laten 226000 J/kg dan kalor jenis air sebesar 4180 j/kg. Pengujian alat dilakukan di workshop TET dengan menggunakan alat data logger. Dengan proses kalibrasi terlebih dahulu alat sampai 100 0C. Pengujian Awal kompor menggunakan air 1,5 L dengan hasil akhir 1,48 L sehingga dihasilkan penguapan sebesar 0,02 L ata u 20 gram. sedangkan pengunaan awal bahan bakar oli bekas sebesar 300 ml dengan hasil akhir 250 ml sehingga bahan bakar yang digunakan sebesar 50 ml. proses pembakaran dengan Suhu 1000C mampu dicapai oleh air dalam waktu 237 detik. Efisiensi kompor yang didapat dari hasil perhitungansebesar 29,2 %.hal tersebut menunjukkan kompor oli bekas sangat memilki peluang bekas untuk dijadikan bahan bakar dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.
5.2
Saran
Kompor oli bekas membutuhkan pengatur otomatis kecepatan angin serta pengatur banyaknya bahan bakar secara ideal sehingga kompor dapat bekerja secara optimal tanpa gangguan.
16
DAFTAR PUSTAKA
17