BAB I PENDAHULUAN I.1
Latar Be Bellakang
Bidang farmasi berada dalam lingkup dunia kesehatan yang berkaitan erat dengan produk dan pela ya nan produk untuk untuk kesehatan kesehata n. Dalam bidang industri farmasi, perkembangan teknologi farmasi sangat berperan aktif dalam peningkatan kualitas produ prod uksi obat- obatan. Hal ini banyak banyak
ditunjukan dit unjukan
dengan
banyaknya
sediaan sediaa n
obat- obatan
ya ng
disesuaikan dengan karakteristik dari zat aktif obat, kondisi pasien dan peningkatan peningkatan k ualitas obat dengan meminimalka n efek samping obat tanpa harus me ngurangi atau mengga mengga nggu dar i e fek farm far makologi akolo giss zat aktif akt if obat. oba t. Dalam perkembangan kefarmasian banyak produk obat yang sediaannya di buat beragam, khususnnya untuk menarik perhatian dari masyarakat masyarakat untuk untuk meng me ngo o nsumsi sums i obat tersebut, te rsebut, macammacam- macam sediaan sediaa n obat yaitu ait u serbu serb uk, kapsul, kapsul, tablet, pil, e mulsi, mulsi, siru sir up, dan supositoria. Dalam percobaan percobaa n ini ka mi membu emb uat sediaan obat berupa berupa serbuk yang merupakan suatu campuran obat atau bahan kimia yang halus terbagi-bagi dalam bentuk kering, atau pembuantan serbuk biasanya di pakai untuk menentukan menentukan bentuk fisik fisik suatu bahan kimia kim ia atau ata u suatu obat tunggal (Ansel, 2008). Serbuk biasanya di siapkan untuk pemakain dalam (internal), dan juga untuk pemakaian luar luar (eksternal). Serbuk di berikan berika n kepada pasien oleh ahli farmasi dalam jumlah yang besar dan ada juga yang di bagi dalam bagian-bagian terbungkus, pada dasarnya tergantung pada dosis atau potensi dari serbuk serbuk terseb ut (An (A nsel, 2008). Dalam hal ini terlebih khusus kami membuat serbuk efflorescent di mana serbuk ini termasuk dalam kategori serbuk istimewa seperti halnya serbuk effervescent. Dalam penanganan pembuatan serbuk efflorescent haruslah hati-hati karena serbuk ini bersifat higroskopis atau dapat menyerap menyerap kelemb ke lembapan apan dari d ari udara.
1
I.2
Maksud Percobaan
Membuat
serbuk
efflorescent
yang
memenuhi
standar
dan
disyaratkan untuk menghasilkan serbuk yang baik. I.3
Tujuan Percobaan
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan mampu untuk membuat serbuk yang memenuhi standar yang disyaratkan untuk menghasilkan serbuk yang baik.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Teori Umum
II.1.1 Pengertian Serbuk Serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih obat yang diserbukkan, karena mempunyai luas permukaan yang luas, serbuk lebih muda h terdispersi dan lebih larut dari pada bentuk sediaan yang dipadatkan (Dirjen POM, 1979). Serbuk bagi adalah serbuk yang dibagi dalam bobot kurang lebih sama, dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali minum. Untuk serbuk bagi yang mengandung bahan yang mudah meleleh atau atsiri harus dibungkus dengan kertas perkamen atau kertas yang mengandung lilin kemudian dilapisi lagi dengan kertas logam (Dirjen POM, 1995). Serbuk diracik dengan cara mencampurkan bahan obat satu persatu, sedikit demi sedikit dan dimulai dari bahan obat yang jumlahnya sedikit. Dalam mencampur serbuk hendaklah dilakukan secara cermat dan jaga agar jangan ada bagian yang menempel pada dinding mortir. Terutama untuk serbuk yang berkhasiat keras dan dalam jumlah kecil. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat serbuk (FI III 23, Ilmu Resep Teori jilid I) : 1.
Obat yang berbentuk Kristal/bongkahan besar hendaknya digerus halus dulu.
2.
Obat yang berkhasiat keras dan jumlahnya sedikit d icampur dengan zat penambah ( konstituen ) dalam mortir.
3.
Obat yang berlainan warna diaduk bersamaan agar tampak bahwa serbuk sudah homogen.
4.
Obat yang jumlahnya sedikit dimasukkan terlebih dahulu.
5.
Obat yang volumenya kecil dimasukkan terlebih dahulu. Supaya dapat terbagi tepat, maka campuran serbuk sering ditambah
zat tambahan yang berkhasiat netral atau indiferen, seperti Saccharum
3
Album, Saccharum Lactis, sampai berat serbuk tiap bungkusnya 20 mg. Penggunaan Saccharum Album ada keuntungannya sebagai korigen rasa, tetapi serbuk akan mudah basah karena higroskois. Serbuk yang diberikan kepada pasien diabetes tidak boleh digunakan Saccharum Album sebagai zat tambahan. Tetapi digunakan Mannitum atau Saccharum Lactis (Anief, 1987). II.1.2 Keuntungan dan Kerugian Serbuk ∑
Keuntungan serbuk 1. Serbuk lebih mudah terdispersi da n lebih larut daripada sediaan yang dipadatkan. 2. Anak-anak atau orang tua yang sukar menelan kaps ul ata u tablet, lebih mudah menggunakan obat dalam bentuk serbuk. 3. Masalah stabilitas yang sering dihadapi da lam sediaan cair, tidak ditemuka n dalam sediaan serbuk. 4. Obat yang tidak stabil dalam sediaan suspensi, atau larutan dapat dibuat dalam bentuk serbuk. 5. Obat yang terlalu besar volumenya untuk dibuat tablet atau kapsul, dapat dibuat dalam be ntuk serbuk. 6. Dokter lebih leluasa dalam memilih dos is yang sesuai.
∑
Kerugian serbuk 1. Tidak tertutupnya rasa dan bau yang tidak enak. 2. Pada penyimpanan kadang terjadi lembab atau basah.
II.1.3 Sifat-sifat serbuk (Voight, 1995). 1.
Sifat dimensi Definisi bentuk dan ukuran partikel serbuk dilakukan dengan berbagai cara yang berbeda pada hakekatnya sangat bergantung dengan metode pengukurannya. Kemungkinan penilaian lain bagi serbuk adalah melalui analisis ayakan, analisis sedimentasi, dan perhitungan partike l secara elektro nik.
4
2.
Sifat permukaan Atas dasar bidang gaya yang dimilikinya, permukaan partikel zat padat mampu mengadsorbsi molekul-molekul air dan uap. Dengan teradsorpsinya uap air pada serbuk, dibanyak bahan obat padat akan terbentuk lapisan antara berupa air, yang dapat mempengaruhi stabilitas, ke mampuan bereaksi, dan kelarutan zat.
3.
Sifat aliran Sifat aliran serbuk dapat diperbandingkan dengan cairan bukan newton, yang dpengaruhi oleh bentuk dan ukuran partikel, melalui gaya kohesi diantara partikel dan oleh pembentukan lapisan tipis permukaan dan faktor-ffaktor lainnya.
4.
Sifat tekhnologi farmasi Dalam hal ini diartikan sebagai kelarutan dan hubungan antara ukuran partikel dengan kerja klinis, dan juga beberapa karakteristik semacam itu muncul akibat teknologi pengolahan serbuk menjadi sediaan obat.
II.1.4 Serbuk Efflorescent Serbuk efflorescent adalah serbuk kristal yang mengandung air hidrasi atau kristalisas i. Air ini dapat dibebaskan baik selama pengerjaan maupun karena terkena paparan lingkungan (Kelembaban rendah). Akibatnya serbuk menjadi lengket dan pucat, atau bahkan mencair. Untuk mencegahnya digunakan garam anhidrat dari obat tersebut. Contohnya atropin sulfat, cafein, asam sitrat, kodein dan kokain (Ansel dan Allen, 2005). II.2 Rancangan Formula
Tiap sachet (4 g) mengandung : Coffein sitrat
0,1 g
Aspartam
1%
Na Benzoat
0,02 %
Wild cherry
q.s
5
Dextrin
add 1 g
II.3 Alasan Penambahan
II.3.1 Alasan formulasi Coffein adalah alkaloid yang biasanya terdapat dalam kopi dan teh. Coffein berkhasiat menstimulasi SSP dengan efek menghilangkan letih dan ngantuk, juga daya konsentrasi dan kecepatan reaksi d itingkatkan serta prestasi otak da n suasana jiwa diperbaiki (Tjay da n Rahardja, 2008). Dalam pembuatan sediaan caffein dibutuhkan zat tambahan berupa asam sitrat. Dimana asam sitrat berguna sebagai pengatur pH. Asam sitrat berguna untuk menurunkan pH sediaan yang terlalu basa antara 7-8. Kombinasi coffein dan asam sitrat mengakibatkan sediaan akan lebih cepat larut, karena asam sitrat memiliki kelartan yang sangat mudah larut dalam air. Coffein sitrat merupakan salah satu obat yang dapat dibuat sediaan serbuk efflorescent. Kafein sitrat mengandung tidak kurang dari 48,0 % dan tidak lebih dari 52,0 % kafein anhidrat dan tidak kurang dari 48,0 % dan tidak lebih dari 52,0 % asam sitrat anhidrat. Sedangkan pada pembuatan serbuk efflorescent membutuhkan garam anhidrat dar i suatu obat yang digunaka n untuk mecegah keluarnya air hidrasi (Dirjen POM, 1979 : Ansel dan Allen, 2005).
II.3.2 Alasan pe nambahan zat ta mbahan 1. Asam Sitrat Asam sitrat anhidrat merupakan bahan yang banyak digunakan dalam formulasi farmasi. Asam sitrat anhidrat merupakan garam anhidrat, dimana garam anhidrat ini digunakan sebagai penyusun serbuk efflorescent, karena serbuk efflorescent adalah serbuk yang mengandung air kristal, untuk mencegahnya maka digunakan garam anhidrat. Konsentrasi asa m sitrat yng biasanya digunakan pada serbuk yaitu 0,3 - 2,0 % (Excipient, 181 : Ansel dan Allen 2005).
6
2. Aspartam Aspartam digunakan sebagai agen pemanis dalam produk minuman, makanan da n dalam sediaan farmasi. Hal ini dapat digunakan untuk meningkatkan sistem rasa dan dapat digunakan untuk menutupi beberapa karakteristik yang tidak enak, perkiraa n daya pemanis aspartam adaah 180-200 kali dari sukrosa. Jika dibandingkan dengan sakarin dan sukrosa, sakarin dan sukrosa juga merupakan agen pemanis tetapi penggunaan sakarin mendapat larangan yang telah diusulkan beberapa negara kare na dapat menimbulkan kanker kandung kemih. Sedangkan penggunaan sukrosa dapat menyebabkan penyakit diabetes melitus dan obesitas. Sehingga pengunaan aspartam cocok digunakan untk oranng diet dan mencegah penyakit DM karena memiliki kandungan rendah kalori (Excipient, 2006 : 49, 605 : 606, 703). 3. Natrium Benzoat Natrium be nzoat adalah salah satu contoh pengawet yang memliki konsentrasi ya g biasa dipaka i dalam preparat farmasi (Ansel, 2008). Natrium be nzoat memiliki kelarutan yang mudah lar ut dalam air. Konsentrasi yang diguakan untuk oral yaitu 0,02% - 0,5%. Penggunaan pengawet yang terlalu besar terlalu berbahaya, sehinggan pada formulasi ini digunakan konsentrasi yang paling rendah (Excipient, 471). 4. Dextrin Dextrin adalah polimer sukrosa yang digunakan sebagai perekat dan bahan pengisi untuk sediaan farmasi, misalnya dalam tablet dan kapsul sebagai pe ngikat gra nulasi tablet, dextrin juga digunakan sebagai pengental suspe nsi. Dextrin digunakan sebagai pengisi dan juga bisa digunakan sebagai pengawet gula yang berfungsi melindungi dan sebagai perekat. Jika dibandingkan dengan laktosa dan talk, laktosa tidak dicerna diusu sehingga
menyebabkan
diare
7
dan
pertu
kembung.
Sedangkan
penggunaan talk merupakan bahan alami sehingga sering mengandung mikroorganisme (Excipient, 2006 : 220, 368, 728). II.4 Uraian Bahan
1.
Kafein (FI IV : 254) Nama resmi
: Coffeinum
Nama lain
: Coffein
Rm/Bm
: C 8H10 N4O2 / 194,19
Rumus bangun
:
Pemerian
: Serbuk putih atau bentuk jarum mengkilat putih, biasnya menggumpal, tidak berbau, rasa pahit, larutan bersifat netral terhadap kertas lakmus, bentuk hidratnya mekar di udara.
Kelarutan
: Agak sukar larut dalam air, dalam etanol, mudah larut dalam kloroform, sukar larut dalam eter.
Stabilitas
: Kafein sitrat digunakan untuk
injeksi dan
penggunaan internal sesua i dengan pemenkasan Eseuber dan knog, siapkan suntikan dalam air steril dan dipanaskan pada suhu 121 0C selama 15 menit. Untuk serbuk kaffein sitrat solusi di buat untuk internal, dibuat untuk melarutkan kaffein
sitrat
pada
Aquades
dengan
menambahkan sirup ceri sebagai penyedap. kafein stabil da lam p lastik. Incompabilitas
: Kafein inkome terhadap garam perak, adanya asam klorida dan iodium, kafein dapat di
8
endapkan oleh asam tenik dan jumlah yang lebih. Penyimpanan
: Kafein hidrat dalam wadah tert utup rapat, dan kafein anhidrat dalam wadah tertutup baik
2.
Kegunaan
: Sebagai zat aktif
DM
: 100-200 mg
Asam sitrat (FI IV : 48 Exipient : 182) Nama resmi
: Acidum citricum
Nama lain
: Asam sitrat
Rm/Bm
: C 6H8O2.H2O/210,14
Rumus Ba ngun
:
Pemerian
:
Hablur bening, tidak berwarnahatau serbuk hablur granul sampai halus, putih tidak berbau atau praktis tidak berbau, rasa sangat asam, bentuk hidrat mekar da lam udara dingin.
Kelarutan
: Sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam etanol, agak s ukar larut da lam eter
Stabilitas
: Asam sitat monohidrat kehilangan Kristal air di udara kering atau ketika di panaskan pada 40 o c. Sedikit mencair di udara lembab. Larutan asam sitrat encer dapat di gunakan juga untuk fermentasi. Jadi bahan-bahan anhidrat dan monohidrat dalam jumlah yang banyak harus disimpan diwadah kedap udara dan ditempat yang sejuk dan kering.
Incompatibilitas
: Asam sitrat ini incompatible dengan alkali tanah, karbonat dan bikarbonat asetat dan
9
sulfina.
Incompatibilitas
termasuk
bahan
pengoksida basa atau sebaga i zat pe reduksi da n nitrat, berpotensi meledak jika di kombinasikan dengan metal nitrat Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaa n
: Sebaga i ba ha n pe nga sa mi, zat aktif da n za t tambahan.
3.
Aspartam (exipient : 49) Nama resmi
: Suciname Acid
Nama lain
: Aspartam
Rm/Bm
: C 14H 18H2O5 /294,30
Rumus Ba ngun
:
Pemerian
: Serbuk putih, serbuk Kristal dengan rasa manis
Stabilitas
: Aspartam stabil dalam kondisi kering, dalam keadaan lemak hidrolisis dapat menyebabkan terjadinya
kerusakan
produk
seperti
aspharthylpeny lalaine dalam 3 be nny 6-carboxy metal 2,5-di ketopiperozine. Hasil degradasi produk yang ke tiga juga d i ketauhi b-1 aspartyl 1-phenylala nine methyl ester. Kestabilanya pada suhu 25 oc dalam larutan penyangga. Stabilitas dalam larutan dapat di tingkatkan dengan penambahan siklodextrin dan penambaha n PEG 4oo pada pH2 sebagaimana di ketauhi pada pH 3,5-4,5. Stabilitas tidak dapat ditingkatkan dengan mengganti air dengan pelarut organic, degradasi aspartame juga dapat terjadi selama
10
waktu pemanasan kerugian dari aspartame dapat diminimalisir dengan menggunakan temperature yang tinggi dalam waktu yang singkat diikuti dengan pe ndinginyang c epat. incompatibilitas
: Aspartam inkompatibel dengan kalsium dibasik fosfat dengan lubrikan magnesium stearat dan juga reaksi antara aspartam dan gula.
Kegunaan 4.
: Sebagai bahan pemanis
Natrium Benzoat (FI III : 395, Exipient 627-628) Nama resmi
: Natrii benzoat
Nama lain
: Asam benzoate garam natrium, benzoat soda, natrii benzoat, natrium benzocum, so benate, sodii benzoate, natrium asam benzoat
Rm/Bm
: C7H5 N2 O2/144,11
Rumus Ba ngun
:
Pemerian
: Butiran atau serbuk hablur putih, tidak berbau atau hamper tidak berbau, stabil di udara
Kelarutan
: Mudah larut alam air, agak sukar larut dalam etanol dari lebih mudah larut dalam etanol 90%
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik, tempat sejuk dan keing
Kegunaan
: Zat pengawet
Kestabilan
: Larutan air dapat di sterilkan dengan aoutoklaf atau filtrasi
Incompatability
: Tidak kompatibel dengan senyawa kuartener, gelatine, garam besi, kalsium garam, da n garamgaram dan logam berat termasuk perak, timah
11
dan merkuri, aktifitas pengawet dapat dikurangi dengan interaksi dengan kadin atau surfaktan non ionik. Konsentrasi 5.
: 0,02-0,5 %
Dextrin (exipient, 220) Nama resmi
: Dextrinum
Nama lain
: Dextrin
Rm/Bm
: C 6H10O5/162,14
Rumus Ba ngun
:
Pemerian
: Pucat kuning atau berwarna coklat bubuk putih dengan sedikit bau khas
Kelarutan
: Praktis tidak larut dalam kloroform, etanol (95%), eter dan propan. 20,1 perlahan larut dalam air dingin, sangat larut dalam air mendidih, membentuk solusi mucila gines
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik, sejuk dan kering
Kegunaan
: Sebagai bahan poengisi
Kestabilan
: Karakteristik fisik antara dextrin dapat berubah tergantung pada metode pembuatan pada bahan bahan sumber dalam larutan cair molekul dextrin
cenderung
menjadi
agregat
karena
poeruba han kerapatan, temperatur, pH atau karakter lain, peningkatan viskositas disebarkan oleh usia larutan dextrin yang memburuk dan keistimewaanya terlihat dalam dextrin pati jagung yang tidak lar ut. Asam yang ada dalam dextrin
12
sebagai
sisa
pembuatan
dapat
menyebabkan
hidroksi
yang
lebih
lama.
Pengenceran larutan secara berangsur-angsur sisa asam yang di temukan dalam dextrin yang tidak larut seperti prodextrin, yang juga akan menyebabkan
pengurain
kekentalan
selama
penyimpan. Untuk mengurangi masalah ini, dextrin dapat menetralkan kelarutan dextrin yang rendah dengan ammonia dan sodium bikarbonat dalam wadah dingin. Incompatability
: Tidak kompatible dengan oksidator kuat
13
BAB III METODE KERJA III.1 Alat yang Digunakan
1.
Batang Pengaduk
2.
Cawan Porselin
3.
Lumpang dan Alu
4.
Neraca Analitik
5.
Sendok Tanduk
6.
Sudip
III.2 Bahan yang Digunakan
1.
Kafein
2.
Asparta m
3.
Na Benzoat
4.
Dextrin
5.
Wild Cherry
III.3 Perhitungan Bahan v
Untuk 1 sac het
ß
Coffein Sitrat
= 0,1 g
ß
Aspartam
=
Na Benzoat
= 0,02 X 4 g = 0,0008 g 100
Dextrin
= 4 - (0,1 + 0,004 + 0,0008) g
ß
ß
1 X 4 g = 0,004 g 100
= 4 - 0, 1408 g = 3, 8592 g Untuk Batch ß
Coffe in sitrat
= 0,1 g x 5
= 0,5 g
ß
Aspartam
= 0,04 g x 5
= 0,2 g
Na Benzoat
= 0,0008 g x 5
= 0,004 g
Dextrin
= 3, 8592 g x 5
= 19,296 g
ß ß
14
III.4 Perhitungan Dosis
Coffein Sitrat
= 100 mg (sekali)
Dosis Maksimum = 500 mg – 1500 mg Dosis Lazim
= 100 mg – 200 mg
Untuk Umur 13 – 23 tahun v
v
Umur 13 tahun 13 X 500 mg = 325 mg 20 (100 mg < 325 mg)
Dosis 1X pakai
=
Persentasi 1x pakai
= 100 mg X 100 % = 37,76 % 325 mg
Umur 23 tahun 23+1 X 500 mg = 500 mg 24 (100 mg < 500 mg)
Dosis 1X pakai
=
Persentasi 1x pakai
= 100 mg X 100 % = 20 % 500 mg
III.5 Cara Kerja v
v
Pembuatan Coffein Sitrat 1.
Disiapkan alat dan bahan
2.
Ditimbang masing- masing bahan
3.
Digerus asam sitrat 50 mg
4.
Ditambahkan 50 mg kafein kedalam lumpang
5.
Digerus sampai homogen
Pembuatan serbuk kafein sitrat e fflorescent powder 1.
Digerus Aspartam, dimasukkan kedalam toples bersama Na Benzoat
2.
Digerus dextrin, ditamba hkan kedalam toples, di campur
3.
Dimasukkan aspartam, Na benzoat dan Dextrin kedalam lumpang yang berisi kafein sitrat
4.
Ditambahkan wild cherry secukupnya
5.
Diayak, lalu dikemas dalam sachet
6.
Diberi etiket dan brosur
15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Hasil Pengamatan
Masukkan gambar yang sudah torang seduhdigelas aaaaaa
IV.2 Pembahasan
Serbuk adalah bentuk sediaan yang paling sederhana yang merupakan dasar awal dari bentuk sediaan seperti tablet, kapsul, dan sebagainya (Modul penuntun praktikum tekhnologi sediaan padat. 2014). Serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih obat yang diserbukkan (Anief, 1993). Pada percobaan ini, dilakukan formulasi tentang serbuk efflorescen dengan zat aktif kafein. Dimana serbuk efloresen adalah adalah zat-zat yang berbentuk kristal dapat menjadi serbuk dan membebaskan kristal air. Salah satu penanganan dalam serbuk efloresen ini adalah d iatasi dengan penambahan garam-garam anhidrat. Dimana gara m- garam anhidrat, atau cenderung menyerap ke lembaban dar i udara. Dalam pemilihan zat-zat tambahan yang akan digunakan dalam for mulasi, ditinjau dari berbagai aspek. D iantaranya ya itu kelarutan, inkom dari setiap bahan, kestabilan dan bahan-bahan yang cocok. Rancangan dari suatu bentuk sediaan yang tepat memerlukan pertimbangan kriteria fisika, kimia dan biologis dar i semua baha n-bahan obat dan bahan-bahan farmasetik yang akan digunakan dalam membuat produk tersebut. Obat dan baha n-bahan farmasetik digunakan harus tercampur satu dengan yang lainnya, untuk menghasilkan suatu produk obat yang stabil, manjur, menarik, mudah dibuat dan aman (Ansel, 2008).
16
Langkah awal yang dilakukan adalah menimbang masing-masing bahan yang akan digunakan yaitu untuk 1 batch atau untuk 5 sachet diper lukan kafe in 0,5 g, Aspartam 0,2 g, Na Benzoat 0,004 gr, dan dextrin 19,296 g. Selanjutnya dimasukka n kafein sitrat kedalam lumpang. Dimana kafein sitrat ini merupakan pencampuran antara kafein dengan asam sitrat yang telah digerus homogen. Setelah itu digerus aspartam sebagai pemanis, dan digerus sampai homogen. Penggunaan aspartam sebagai pemanis karena aspartam merupakan material yang tidak toksik, dan memiliki tingkat kemanisan 160-200 kali lebih manis dari sukrosa, serta tidak ada kepahitan atau tidak meninggalkan residu (Excipient, ha l 48). Kemudian aspartam dimasukkan kedalam toples dan ditambahkan Na Benzoat sebagai pengawet dalam sediaan ini. Tujuan ditambahkan pengawet da lam sed iaan ad alah untuk mengetahui expared date dar i suatu sediaan. Selain itu juga pengawet digunakan, untuk mencegah tumbuhnya mikroba dalam suatu sediaan ( Ansel, 2008). Langkah selanjutnya digerus dextrin sebagai pengisi. Selain sebagai pengisi, dextrin juga digunakan sebagai pengering serbuk. Pengisi ini digunakan sebagai zat tambahan dan mencukupkan bobot dalam suatu sediaan. Dimasukkan dextrin kedalam toples yang berisi aspartam dan na benzoat, dica mpurkan sampai merata. Kemudian semua ba han dimasukkan kedalam lumpang yang ber isi kafein s itrat. Semua bahan yang telah dimasukkan kedalam lumpang tadi, diatmbahkan wild cherry sebagai perasa. Lalu digerus hingga homogen, kemudian diayak serbuk yang digerus. Dimasukkan kedalam sachet dan diberi etiket dan brosur. Setelah dievaluasi kelarutannya, ternyata dengan kombinasi coffein dengan asam sitrat, sediaan ini lebih cepat larut. Karena asam sitrat memiliki kelarutan yang sangat mudah larut dalam air. Adapun sediaan ini, diindikasika n sebagai a lgesik atau pereda rasa sakit, perangsang jantung dan meningkatkan produksi urin. Serta
17
pembangkit stamina dan menghilangkan rasa lelah. Dimana kafein sitrat merangsang
sistem
saraf
pusat
dengan
cara
menaikkan
tingkat
kewaspadaan, sehingga fikiran lebih jelas dan terfokus dan koordinasi badan menjadi lebih baik.
18
BAB V PENUTUP V.1
Kesimpulan
serbuk effloresce nt adalah adalah zat- zat yang berbentuk kristal dapat menjadi serbuk dan membebaskan kristal air. Yang dapat diatasi dengan penambahan garam-garam anhidrat. Kombinasi antara kafein dengan asa m sitrat, lebih mudah larut dalam air dan diindikasikan untuk menghilangkan rasa letih. V.2
Saran
Diharapkan
kepada
seluruh
praktikan
untuk
lebih
lebih
memperhatikan dan lebih mempelajari rancangan formula, agar dapat menghasilkan sediaan yang baik.
19