Pasang Surut
LAPORAN PRAKTIKUM
OSEANOGRAFI FISIKA
Data Pasang Surut Tanjung Pandan
OLEH
Juaini Anggraini A
08111005006
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Dasar teori
Pasang surut adalah proses naik turunnya muka air laut secara periodik (hampir teratur), dibangkitkan terutama oleh gaya tarik bulan dan matahari. Pasang merupakan perubahan gerak relatif dari materi suatu planet, bintang dan benda-benda astronmis lainnya yang diakibatkan aksi gravitasi benda-benda angkasa di luar materi itu berada. Gelombang pasang (tidal waves) adalah gelombang yang mempunyai periode antara 12 jam sampai dengan 24 jam, disebabkan adanya gaya gravitasi dan percepatan gaya coriolis, tumbuh akibat gaya tarik benda-benda langit terutama matahari dan bulan. (Yogi,2010).
Bulan dan matahari keduanya memberikan gaya gravitasi tarikan terhadap bumi yang besarnya tergantung kepada besarnya masa benda yang saling tarik menarik tersebut. Bulan memberikan gaya tarik (gravitasi) yang lebih besar dibanding matahari. Hal ini disebabkan karena walaupun masa bulan lebih kecil dari matahari, tetapi posisinya lebih dekat ke bumi. Gaya-gaya ini mengakibatkan air laut, yang menyusun 71% permukaan bumi, menggelembung pada sumbu yang menghadap ke bulan. Pasang surut terbentuk karena rotasi bumi yang berada di bawah muka air yang menggelembung ini, yang mengakibatkan kenaikan dan penurunan permukaan laut di wilayah pesisir secara periodik. Gaya tarik gravitasi matahari juga memiliki efek yang sama namun dengan derajat yang lebih kecil. Daerah-daerah pesisir mengalami dua kali pasang dan dua kali surut selama periode sedikit di atas 24 jam (Rio, 2012).
Pasang surut terjadi disebabkan gaya tarik menarik antara matahari dan bumi, bumi dan bulan, serta matahari-bulan dan bumi. Gaya tarik menarik antara bumi dan palnet lainnya kecil, sehingga bisa diabaikan. Gerakan-gerakan yang penting dalam sistem matahari-bumi-bulan adalah revolusi dari bumi mengitari matahari dan revolusi bulan mengelilingi bumi. Bidang dimana bumi mengitari matahari disebut bidang "ecliptic", sumbu roasi bumi membuat sudut dengan bidang Ecliptic ini sebesar (Soebyakto, 2009).
Pasang surut merupakan sebuah fenomena yang terjadi sehari-hari. Pasang surut dapat dijumpai di sekitar kita setiap harinya.banyak ilmuwan yang meneliti tentang pasnag surut. Dengan melakukan pengamatan pasnag surut kita dapat memperoleh data sifat dan fenomena perairan yang berbeda-beda di tiap tempat, tergantung pada topografi tempat, letak geografis, sifat masing-masing lautan maupun karakteristik tempat tersebut (Wibowo, 2007). Dengan waktu selama 15 atau 29 piantan (hari) pengamatan pasang surut dilakukan. Hasilnya kemuudian dianalisis dengan metode Admiralty dengan pertimbangan unsur bulan dan matahari. Metode Admiralty dilakukan dengan per-hitungkan unsur bulan dan matahari. Dari perhitungan dengan metode ini akan didapatkan data pasang surut. Data pasang surut dimanfaatkan sebagai referensi pembangunan daerah pantai, seperti coastal engineering, pengerukan (dredging), keselamat-an pelayaran (safety of navigation), untuk pembangunan pertambakan. Selain itu dapat digunakan untuk mengetahui dampak dari Sea Level Rise terhadap pesisir. Selain itu dapat juga digunakan sebagai upaya perencanaan proteksi ter-hadap bahaya tsunami dan abrasi (Wibowo, 2007).
Fenomena pasang surut diartikan sebagai naik turunnya muka laut secara berkala akibat adanya gaya tarik benda-benda angkasa terutama matahari dan bulan terhadap massa air di bumi. Sedangkan menurut Dronkers (1964) pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil.
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami bagaimana cara pengolahan data pesang surut dengan metode admiralty
2. Mahasiswa dapat mengetahui nilai komponen harmonic serta mengetahui tipe pasang surut di suatu perairan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Pasang Surut
Pasang surut yang terjadi di bumi ada tiga jenis yaitu: pasang surut atmosfer (atmospheric tide), pasang surut laut (oceanic tide) dan pasang surut bumi padat (tide of the solid earth) (Yogi,2010).
Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari (Wibowo, 2007).
2.2.a Teori Kesetimbangan (Equilibrium Theory)
Teori kesetimbangan pertama kali diperkenalkan oleh Sir Isaac Newton (1642-1727). Teori ini menerangkan sifat-sifat pasut secara kualitatif. Teori terjadi pada bumi ideal yang seluruh permukaannya ditutupi oleh air dan pengaruh kelembaman (Inertia) diabaikan. Teori ini menyatakan bahwa naik-turunnya permukaan laut sebanding dengan gaya pembangkit pasang surut (King, 1966). Untuk memahami gaya pembangkit passng surut dilakukan dengan memisahkan pergerakan sistem bumi-bulan-matahari menjadi 2 yaitu, sistem bumi-bulan dan sistem bumi matahari (Pond dan Pickard, 1978).
Pada teori kesetimbangan bumi diasumsikan tertutup air dengan kedalaman dan densitas yang sama dan naik turun muka laut sebanding dengan gaya pembangkit pasang surut atau GPP (Tide Generating Force) yaitu Resultante gaya tarik bulan dan gaya sentrifugal, teori ini berkaitan dengan hubungan antara laut, massa air yang naik, bulan, dan matahari. Gaya pembangkit pasut ini akan menimbulkan air tinggi pada dua lokasi dan air rendah pada dua lokasi (Gross, 1987).
2.2.b Teori Pasut Dinamik (Dynamical Theory)
Pond dan Pickard (1978) menyatakan bahwa dalam teori ini lautan yang homogen masih diasumsikan menutupi seluruh bumi pada kedalaman yang konstan, tetapi gaya-gaya tarik periodik dapat membangkitkan gelombang dengan periode sesuai dengan konstitue-konstituennya. Gelombang pasut yang terbentuk dipengaruhi oleh GPP, kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi, dan pengaruh gesekan dasar. Teori ini pertama kali dikembangkan oleh Laplace (1796-1825). Teori ini melengkapi teori kesetimbangan sehingga sifat-sifat pasut dapat diketahui secara kuantitatif. Menurut teori dinamis, gaya pembangkit pasut menghasilkan gelombang pasut (tide wive) yang periodenya sebanding dengan gaya pembangkit pasut. Karena terbentuknya gelombang, maka terdapat faktor lain yang perlu diperhitungkan selain GPP.
Menurut Defant (1958), faktor-faktor tersebut adalah :
1. Kedalaman perairan dan luas perairan
2. Pengaruh rotasi bumi (gaya Coriolis)
3. Gesekan dasar
Rotasi bumi menyebabkan semua benda yang bergerak di permukaan bumi akan berubah arah (Coriolis Effect). Di belahan bumi utara benda membelok ke kanan, sedangkan di belahan bumi selatan benda membelok ke kiri. Pengaruh ini tidak terjadi di equator, tetapi semakin meningkat sejalan dengan garis lintang dan mencapai maksimum pada kedua kutub. Besarnya juga bervariasi tergantung pada kecepatan pergerakan benda tersebut. (Yogi,2010).
Menurut Mac Millan (1966) berkaitan dengan dengan fenomeana pasut, gaya Coriolis mempengaruhi arus pasut. Faktor gesekan dasar dapat mengurangi tunggang pasut dan menyebabkan keterlambatan fase (Phase lag) serta mengakibatkan persamaan gelombang pasut menjadi non linier semakin dangkal perairan maka semaikin besar pengaruh gesekannya (Pond dan Pickard, 1978).
2.3 Faktor Penyebab Terjadinya Pasang Surut
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pasang surut berdasarkan teori kesetimbangan adalah rotasi bumi pada sumbunya, revolusi bulan terhadap matahari, revolusi bumi terhadap matahari. Sedangkan berdasarkan teori dinamis adalah kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi (gaya coriolis), dan gesekan dasar. Selain itu juga terdapat beberapa faktor lokal yang dapat mempengaruhi pasut disuatu perairan seperti, topogafi dasar laut, lebar selat, bentuk teluk, dan sebagainya, sehingga berbagai lokasi memiliki ciri pasang surut yang berlainan (Khayana, 2012).
2.4 Tipe Pasang Surut
Perairan laut memberikan respon yang berbeda terhadap gaya pembangkit pasang surut,sehingga terjadi tipe pasut yang berlainan di sepanjang pesisir. Menurut Dronkers (1964), ada tiga tipe pasut yang dapat diketahui, yaitu :
1. Pasang surut diurnal
Yaitu bila dalam sehari terjadi satu satu kali pasang dan satu kali surut. Biasanya terjadi di laut sekitar katulistiwa.
2. Pasang surut semi diurnal
Yaitu bila dalam sehari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang hampir sama tingginya.
3. Pasang surut campuran
Yaitu gabungan dari tipe 1 dan tipe 2, bila bulan melintasi khatulistiwa (deklinasi kecil), pasutnya bertipe semi diurnal, dan jika deklinasi bulan mendekati maksimum, terbentuk pasut diurnal.
Menurut Wyrtki (1961), pasang surut di Indonesia dibagi menjadi 4 yaitu :
1. Pasang surut harian tunggal (Diurnal Tide)
Merupakan pasut yang hanya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dalam satu hari, ini terdapat di Selat Karimata
2. Pasang surut harian ganda (Semi Diurnal Tide)
Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang tingginya hampir sama dalam satu hari, ini terdapat di Selat Malaka hingga Laut Andaman.
3. Pasang surut campuran condong harian tunggal (Mixed Tide, Prevailing Diurnal)
Merupakan pasut yang tiap harinya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut tetapi terkadang dengan dua kali pasang dan dua kali surut yang sangat berbeda dalam tinggi dan waktu, ini terdapat di Pantai Selatan Kalimantan dan Pantai Utara Jawa Barat.
4. Pasang surut campuran condong harian ganda (Mixed Tide, Prevailing Semi Diurnal)
Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari tetapi terkadang terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dengan memiliki tinggi dan waktu yang berbeda, ini terdapat di Pantai Selatan Jawa dan Indonesia Bagian Timur.
(AO1+AK1)
F= ___________
(AM2+AS2)
Tipe pasang surut dapat ditentukan menggunakan rumus Formzahl
dimana:
AO1 = unsur pasut tunggal utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan
AK1 = unsur pasut tunggal yang disebabkan oleh gaya tarik matahari
AM2 = unsur pasut ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan
AS2 = unsur pasut ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik matahari
Dimana :
F 0.25 : Pasut ganda
0.25 < F 1.5 : Pasut tunggal
1.5 < F 3.0 : Pasut campuran dominan ganda
F > 3.0 : Pasut campuran dominan tunggal
2.5 Alat-alat Pengukuran Pasang Surut
2.5.1 Tide Staff
Alat ini berupa papan yang telah diberi skala dalam meter atau centi meter. Biasanya digunakan pada pengukuran pasang surut di lapangan.Tide Staff (papan Pasut) merupakan alat pengukur pasut paling sederhana yang umumnya digunakan untuk mengamati ketinggian muka laut atau tinggi gelombang air laut. Bahan yang digunakan biasanya terbuat dari kayu, alumunium atau bahan lain yang di cat anti karat. (Yogi,2010).
2.5.2 Tide Gauge
Merupakan perangkat untuk mengukur perubahan muka laut secara mekanik dan otomatis. Alat ini memiliki sensor yang dapat mengukur ketinggian permukaan air laut yang kemudian direkam ke dalam komputer. Tide gauge terdiri dari dua jenis yaitu :
1. Floating tide gauge (self registering)
Prinsip kerja alat ini berdasarkan naik turunnya permukaan air laut yang dapat diketahui melalui pelampung yang dihubungkan dengan alat pencatat (recording unit). Pengamatan pasut dengan alat ini banyak dilakukan, namun yang lebih banyak dipakai adalah dengan cara rambu pasut.
2. Pressure tide gauge (self registering)
Prinsip kerja pressure tide gauge hampir sama dengan floating tide gauge, namun perubahan naik-turunnya air laut direkam melalui perubahan tekanan pada dasar laut yang dihubungkan dengan alat pencatat (recording unit). Alat ini dipasang sedemikian rupa sehingga selalu berada di bawah permukaan air laut tersurut, namun alat ini jarang sekali dipakai untuk pengamatan pasang surut (Sahala dan Steward, 2008)
2.5.3. Satelit
Sistem satelit altimetri berkembang sejak tahun 1975 saat diluncurkannya sistem satelit Geos-3. Pada saat ini secara umum sistem satelit altimetri mempunyai tiga objektif ilmiah jangka panjang yaitu mengamati sirkulasi lautan global, memantau volume dari lempengan es kutub, dan mengamati perubahan muka laut rata-rata (MSL) global. Prinsip Dasar Satelit Altimetri adalah satelit altimetri dilengkapi dengan pemancar pulsa radar (transmiter), penerima pulsa radar yang sensitif (receiver), serta jam berakurasi tinggi. Pada sistem ini, altimeter radar yang dibawa oleh satelit memancarkan pulsa-pulsa gelombang elektromagnetik (radar) kepermukaan laut. Pulsa-pulsa tersebut dipantulkan balik oleh permukaan laut dan diterima kembali oleh satelit (Wibowo, 2007).
Prinsip penentuan perubahan kedudukan muka laut dengan teknik altimetri yaitu pada dasarnya satelit altimetri bertugas mengukur jarak vertikal dari satelit ke permukaan laut. Karena tinggi satelit di atas permukaan ellipsoid referensi diketahui maka tinggi muka laut (Sea Surface Height atau SSH) saat pengukuran dapat ditentukan sebagai selisih antara tinggi satelit dengan jarak vertikal. Variasi muka laut periode pendek harus dihilangkan sehingga fenomena kenaikan muka laut dapat terlihat melalui analisis deret waktu (time series analysis). Analisis deret waktu dilakukan karena kita akan melihat variasi temporal periode panjang dan fenomena sekularnya (Sahala dan Steward, 2008)
2. 6 Pasang Surut di Perairan Indonesia
Indonesia merupakan negara kepulauan yang dikelilingi oleh dua lautan yaitu Samudera Indonesia dan Samudera Pasifik serta posisinya yang berada di garis katulistiwa sehingga kondisi pasang surut, angin, gelombang, dan arus laut cukup besar. Hasil pengukuran tinggi pasang surut di wilayah laut Indonesia menunjukkan beberapa wilayah lepas laut pesisir daerah Indonesia memiliki pasang surut cukup tinggi. Gambar 15 memperlihatkan peta pasang surut wilayah lautan Indonesia. Dari gambar tersebut tampak beberapa wilayah lepas laut pesisir Indonesia yang memiliki pasang surut cukup tinggi antara lain wilayah laut di timur Riau, laut dan muara sungai antara Sumatera Selatan dan Bangka, laut dan selat di sekitar pulau Madura, pesisir Kalimantan Timur, dan muara sungai di selatan pulau Papua (muara sungai Digul) (Sumotarto, 2003).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Adapun pelaksanaan praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 18 Desember 2012 pukul 08.00 – 09.30 WIB bertempat di Laboratorium Penginderaan Jarak Jauh , Program studi Ilmu Kelautan, Fakultas MIPA, Universitas Sriwijaya, Inderalaya.
3.2 Alat dan Bahan
1 PC komputer
Modul Praktikum
Aplikasi Ms. Excel
3.3 Cara Kerja
Adapun cara kerja dari praktikum Pasang Surut ini adalah:
Sebelum dilakukan pengolahan data pasut dilakukan terlebih dahulu smoothing pada data lapangan yang diperoleh dari pengukuran alat, hal ini dilakukan untuk menghilangkan noise.
Sebelum dilakukan pengolahan data pasut dilakukan terlebih dahulu smoothing pada data lapangan yang diperoleh dari pengukuran alat, hal ini dilakukan untuk menghilangkan noise.
Isi tiap kolom – kolom pada skema II ini dengan bantuan Tabel2 yaitu denganmengalikan nilai pengamatan dengan harga pengali pada Tabel 2 untuk setiap hari pengamatan
Isi tiap kolom – kolom pada skema II ini dengan bantuan Tabel2 yaitu denganmengalikan nilai pengamatan dengan harga pengali pada Tabel 2 untuk setiap hari pengamatan
Karena pengali dalam daftar hanya berisi bilangan 1 dan -1 kecuali untuk X4ada bilangan 0 (nol) yang tidakdimasukkan dalam perkalian, maka lakukan perhitungan dengan menjumlahkan bilangan yang harus dikalikan dengan 1 dan diisikan pada kolom yang bertanda (+) dibawah kolom X1, Y1, X2, Y1, X4,dan Y4.
Karena pengali dalam daftar hanya berisi bilangan 1 dan -1 kecuali untuk X4ada bilangan 0 (nol) yang tidakdimasukkan dalam perkalian, maka lakukan perhitungan dengan menjumlahkan bilangan yang harus dikalikan dengan 1 dan diisikan pada kolom yang bertanda (+) dibawah kolom X1, Y1, X2, Y1, X4,dan Y4.
Lakukan hal yang sama untuk pengali -1 dan isikan kedalam kolom di bawah tanda (-).
Lakukan hal yang sama untuk pengali -1 dan isikan kedalam kolom di bawah tanda (-).
Untuk mengisi kolom – kolom pada skema-III, setiap kolom pada kolom –kolom skema-IIImerupakan penjumlahan dari perhitungan pada kolom – kolom pada skema-II.
Untuk mengisi kolom – kolom pada skema-III, setiap kolom pada kolom –kolom skema-IIImerupakan penjumlahan dari perhitungan pada kolom – kolom pada skema-II.
Mengisi seluruh kolom – kolom pada skema-IV, diisi dengan data setelah penyelesaian skema-III dibantu dengan daftar 2 (Tabel-5)
Mengisi seluruh kolom – kolom pada skema-IV, diisi dengan data setelah penyelesaian skema-III dibantu dengan daftar 2 (Tabel-5)
Mengisi kolom – kolom pada skema-V dan kolom – kolom pada skema-VI dengan bantuan daftar 3a skema-V (Tabel 7) mempunyai 10 kolom, kolom kedua disisi pertama kali sesuai dengan perintah pada kolom satu dan angka – angkanya dilihat pada skema-V
Mengisi kolom – kolom pada skema-V dan kolom – kolom pada skema-VI dengan bantuan daftar 3a skema-V (Tabel 7) mempunyai 10 kolom, kolom kedua disisi pertama kali sesuai dengan perintah pada kolom satu dan angka – angkanya dilihat pada skema-V
Untuk kolom 3,4,5,6,7,8,9 dan 10 dengan melihat angka – angka pada kolom 2 dikalikan dengan faktorpengali sesuai dengan kolom yang ada pada daftar 3a
Untuk kolom 3,4,5,6,7,8,9 dan 10 dengan melihat angka – angka pada kolom 2 dikalikan dengan faktorpengali sesuai dengan kolom yang ada pada daftar 3a
Format isian pada skema VII dapat dilihat pada Tabel 9
Format isian pada skema VII dapat dilihat pada Tabel 9
Tabel-VIII dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok.
Tabel-VIII dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok.
Setelah selesai pindahkan harga amplitude (A) dan kelambatan fase (go) untuk setiap komponen dari skema-VII ke hasil terakhir dengan nilai pembulatan
Setelah selesai pindahkan harga amplitude (A) dan kelambatan fase (go) untuk setiap komponen dari skema-VII ke hasil terakhir dengan nilai pembulatan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Skema 1
Tabel 1. Penyusunan untuk Skema I
Tanggal
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
1-Dec-12
151.2
125.1
100.6
80.4
67.3
63.3
69.2
84.6
107.5
135.1
164
191
2-Dec-12
156.9
136.8
117.1
100.3
88.7
84.4
88.5
100.7
119.9
143.5
168.5
192
3-Dec-12
153
139.3
125.8
114.3
106.7
104.6
109.2
120.4
137.4
158
179.8
200
4-Dec-12
139.9
132
125
119.8
117.9
120.2
127.5
140
156.7
176.1
195.8
213.6
5-Dec-12
120
116.2
114.6
115.7
120
128.1
140.1
155.8
174.3
194.2
213.6
230.3
6-Dec-12
97
94.8
96.7
102.8
112.9
126.9
144.5
164.9
187
209.2
229.8
247
7-Dec-12
75.1
71.8
74.6
83.4
97.8
117
140.1
165.8
192.4
218.3
241.6
260.5
8-Dec-12
58.4
51.4
52.4
61.3
77.6
100.3
127.9
158.4
189.8
219.9
246.7
268.5
9-Dec-12
49.8
37.5
34.2
40.6
56.3
80.2
110.3
144.4
179.7
213.9
244.4
269.6
10-Dec-12
51
32.5
23.6
25.4
38
60.5
90.8
126.5
164.5
201.7
235.4
263.6
11-Dec-12
61.6
37.3
22.3
18.4
26.1
45
73.4
108.5
147.1
185.8
221.6
252
12-Dec-12
79.4
51
30.7
20.9
22.9
36.8
61.3
93.8
131.1
169.6
205.8
237.2
13-Dec-12
100.9
70.8
47
32.5
29.1
37.5
57
85.5
119.8
156.2
191.3
222.1
14-Dec-12
122
92.9
68.2
50.9
43.4
47
61.5
85.2
115.4
148.5
181.1
210
15-Dec-12
138.5
112.9
90
72.6
63.2
63.5
73.8
93
118.8
148.1
177.3
203.3
16-Dec-12
147.1
127.1
108.3
93.4
84.7
84.7
91.8
107.6
129.7
155.1
180.7
203.3
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
213.4
229.8
239.7
243.7
243
239.1
233
225.4
216.3
205.4
191.9
175.7
211.2
224.7
231.7
232.9
229.3
222.7
214.5
205.6
196.6
187.3
177.2
165.8
216
226.4
230.3
228.1
221.1
210.7
198.9
187
175.8
165.8
156.7
148.2
227.1
234.7
235.8
230.5
219.8
205.5
189.2
172.9
157.8
144.8
134.2
126
242.3
248.2
247.3
239.6
226
207.9
187.3
166.1
145.9
128.2
113.9
103.4
258.9
264.4
262.6
253.7
238.3
217.6
193.4
167.7
142.3
119
99.4
84.5
273.7
280
278.9
270.1
254.4
232.7
206.4
177.4
147.5
118.9
93.4
72.7
284.1
292.3
292.9
285.7
271.2
250.1
223.7
193.2
160.6
127.7
96.9
70.2
288
298.9
302
297.4
285.4
266.6
241.8
212
178.7
143.7
109.1
77.3
284.9
298.6
304.5
302.9
294.1
278.7
257.1
230.1
198.4
163.6
127.5
92.6
275.5
291.5
299.9
301.1
295.7
284.1
266.7
243.7
215.7
183.5
148.5
112.9
261.9
279.2
289.2
292.4
289.7
281.6
268.4
250.3
227.2
199.4
167.9
134.3
246.7
264.1
274.4
278.5
277.2
271.5
261.8
248.2
230.3
208.1
181.9
152.6
233
249.2
258.5
261.9
260.6
255.8
248
237.7
224.4
207.8
187.5
164
223.8
237.6
244.7
246
243
237.2
229.6
220.7
210.4
198.2
183.6
166.4
220.7
220.7
235.6
233.9
227.8
219.3
209.8
200.2
190.8
181.2
170.8
159.1
Skema II
Tabel 2. Hasil Penyusunan untuk Skema II
X1
Y1
X2
Y2
X4
Y4
+
-
+
-
+
-
+
-
+
-
+
-
2160
1836
2656
1339
2123
1873
1997
1999
1336
1329
1996
2000
2166
1831
2500
1497
2113
1884
2037
1960
1336
1329
2004
1993
2237
1776
2365
1649
2099
1914
2076
1937
1341
1336
2020
1994
2363
1680
2278
1765
2085
1958
2108
1935
1349
1347
2039
2004
2520
1559
2256
1823
2072
2007
2126
1953
1359
1360
2058
2021
2678
1437
2302
1814
2063
2052
2127
1989
1370
1373
2074
2041
2809
1336
2406
1738
2060
2085
2110
2035
1378
1384
2084
2061
2888
1274
2549
1613
2061
2100
2078
2084
1383
1390
2085
2076
2901
1261
2701
1461
2068
2093
2037
2125
1384
1390
2077
2085
2846
1300
2833
1314
2080
2067
1995
2152
1379
1385
2063
2084
2736
1382
2919
1199
2092
2026
1959
2159
1371
1374
2043
2075
2593
1489
2942
1141
2106
1976
1936
2146
1361
1361
2024
2059
2444
1601
2895
1150
2116
1929
1930
2115
1350
1347
2007
2039
2321
1694
2788
1226
2123
1892
1943
2071
1341
1336
1996
2019
2247
1750
2641
1355
2124
1872
1973
2023
1336
1329
1994
2002
2226
1757
2470
1514
2110
1874
2003
1980
1336
1328
1989
1994
X0
X1+
Y1+
X2+
Y2+
X4+
Y4+
+
2000
2000
2000
2000
500
500
3996
2325
3317
2250
1998
507
496
3997
2334
3002
2229
2077
507
512
4014
2461
2717
2185
2139
505
526
4043
2683
2514
2127
2174
503
534
4079
2960
2433
2065
2173
500
537
4115
3241
2488
2011
2138
497
533
4145
3473
2668
1975
2075
494
523
4161
3614
2936
1962
1994
493
509
4162
3639
3240
1975
1912
493
493
4147
3546
3520
2013
1843
495
479
4118
3355
3720
2067
1799
497
469
4082
3104
3801
2129
1789
500
465
4045
2844
3746
2187
1815
503
468
4015
2627
3562
2231
1872
506
478
3996
2497
3286
2253
1950
507
491
3983
2469
2956
2236
2023
508
495
Hasil Skema IV
Tabel 4. Hasil Penyusunan untuk Skema IV
INDEX
TANDA
X
Y
X
Y
TAMBAHAN
JUMLAH
00
+
65096
65096
10
+
47171
49906
17171
-
30000
30000
19906
12
+
23970
22372
-
23200
27533
-1230
-7161
(29)
(-) (+)
2000
2000
1b
+
20766
18758
-
17972
21634
2795
-2877
13
+
17626
16083
-
29544
33823
-13918
-19740
(29)
(-) (+)
2000
2000
1c
+
20880
20330
-
19968
23822
912
-3492
20
+
33894
31770
3894
1770
-
30000
30000
22
+
14131
13550
-
19763
18220
-7632
-6670
(29)
(-) (+)
2000
2000
2b
+
16804
16766
-
12879
11069
3925
5697
23
+
9991
9623
-
23904
22148
-15913
-14525
(29)
(-) (+)
2000
2000
2c
+
12667
12052
-
15060
14225
-2393
-2173
42
+
3469
3470
-
4545
4537
-1576
-1567
(29)
(-) (+)
500
500
4b
+
3497
3674
-
3009
2849
489
825
44
+
3510
3475
-
4505
4532
-1495
-1558
(29)
(-) (+)
500
500
4d
+
3000
3002
-507
-519
-
3506
3521
Skema V dan VI
Tabel 5. Hasil penyusun untuk skema V dan VI
V
X00 =
65096
65096.1
X10 =
17171
171.705
-171.705
171.705
515.115
17170.5
-1201.9
171.705
X12 - Y1b =
1647
-32.93
148.2
-16.465
-148.185
-148.185
1646.5
-32.93
32.93
X13 - Y1c =
-10427
-417.072
729.876
-104.268
-1355.48
-2085.36
6151.812
-312.804
X20 =
3894
-38.941
5.8
3894.1
1129.3
38.941
-77.882
X22 - Y2b =
-13329
-133.294
-13329.4
1866.116
-8130.9
266.6
-399.9
-399.882
399.9
X23 - Y2c =
-13740
274.806
8931.195
-3435.08
-13740.3
-412.209
687.015
137.403
X42 - Y4b =
-2401
-24.007
-24.007
-240.07
-2400.7
X44 - Y4d =
-976
9.759
-9.759
-19.518
-985.659
-48.8
VI
Y10 =
19906
-199.055
398.11
20104.56
-1592.4
199.055
199.055
Y12 + X1b =
-4367
-218.3
-43.665
218.325
524.0
-4584.83
130.995
-43.7
Y13 + X1c =
-18828
376.552
376.552
-1694.48
-4518.62
12237.94
-753.104
-376.552
Y20 =
1770
-283.248
1770.3
531.1
-17.703
35.406
-53.109
-17.703
Y22 + X2b =
-2746
-2855.63
-411.9
1674.9
-54.916
274.6
-109.832
54.9
Y23 + X2c =
-16918
11842.3
-4398.58
-17425.1
507.528
1065.809
1184.232
507.528
Y42 + X4b =
-1078
-21.6
-118.6
-1078.4
Y44 + X4d =
-2064
61.92
-20.64
-103.2
-2064
123.8
Skema VII
Tabel 6. Hasil penyusun untuk skema VII
S0
M2
S2
N2
K1
O1
M4
MS4
VII
V : PR cos r
64920.4
-3700.3
2366.4
-21774.0
14830.3
6196.5
-1190.5
-1879.3
VI : PR sin r
8902.0
-2927.0
-16400.3
16544.8
7436.5
-1584.4
-631.0
PR
64920.4
9640.4
3763.9
27259.5
22218.6
9679.8
1981.8
1982.4
Daftar 3a : P
360.0
175.0
214.0
166.0
217.0
177.0
273.0
280.0
Daftar 5 : f
1.0
1.0
1.0
0.9
0.8
1.0
1.0
VII : 1 + W
1.0
0.8
1.2
1.3
1.0
1.0
0.8
: V
109.5
0.0
155.9
348.1
121.4
219.0
109.5
Daftar 9 : u
1.7
0.0
1.7
7.9
-10.1
3.5
1.7
VIII : w
10.6
2.6
4.1
0.0
0.0
10.6
Daftar 3a : p
333.0
345.0
327.0
173.0
160.0
307.0
318.0
Daftar 4 : r
112.6
129.0
217.0
228.1
230.2
233.1
198.6
Jumlah = g
556.8
484.5
704.3
761.3
501.4
762.6
638.4
n x 360°
360.0
360.0
360.0
360.0
360.0
720.0
360.0
PR:((P* f *(1+W)) = A
180.3
53.9
21.3
136.6
81.6
65.0
6.95161
8.4
g°
196.8
124.5
344.3
401.3
141.4
42.6
278.4
Skema VIII
Tabel 7. Hasil Penyusun untuk Skema VIII
w dan (1+W), S2 , MS4
VII : K1 : V
=
348.1
VII : K1 : u
=
7.9
Jumlah : V + u
=
356.0
Daftar 10 : S2 : w/f
=
12.4
Daftar 10 : S2 : W/f
=
-0.2
Daftar 5 : K2 : f
=
0.9
w
=
10.6
W
=
-0.2
1 + W
=
0.8
w dan (1+W) utk K1
VII : K1 : 2V
=
696.3
VII : K1 : u
=
7.9
Jumlah : 2V + u
=
344.2
Daftar 10 : K1 : wf
=
3.9
Daftar 10 : K1 : Wf
=
0.3
Daftar 5 : K1 : f
=
0.94268
w
=
4.1
W
=
0.3
1 + W
=
1.3
w dan (1+W) utk N2
VII : M2 : 3V
=
328.5
VII : N2 : 2V
=
311.8
Selisih (M2 - N2)
=
16.7
Daftar 10 : N2 : w
=
2.6
Daftar 10 : N2 : 1+W
=
1.2
M2 , O1 , M4 :
W = 0 ; w = 0
S2 :
f = 1 ; V, u = 0
N2, MS4 :
f, u sama dengan M2
M4 :
f = ( f M2 ) ²
V = ( V M2 ) x 2
u = ( u M2 ) x 2
MS4 :
V = V M2
K2 :
A = A S2 x 0.27
g = g S2
P1 :
A = A K1 x 0.33
g = g K1
HASIL TERAKHIR
S0
M2
S2
N2
K1
O1
M4
MS4
K2
P1
A Cm
118
77
37
117
35
18
13
21
10
12
g °
343
194
354
317
145
5
226
194
317
F
0.464912
Grafik pasang Surut
4.2 Pembahasan
Pada praktikum oseanografi kali ini, pengamatan pasang surut dilakukan di daerah Tanjung Pandan yang termasuk dalam wilayah administratif Kecamatan Tanjung Pandan ini terletak di Kabupaten Belitung, Pulau Bangka. Secara geografis daerah Tanjung Pandan terletak antara 107°08' BT- 107°58' BT dan 02°30' LS sampai 03°15' LS. Melihat kondisi topografi Pulau Belitung yang pada umumnya bergelombang dan berbukit-bukit telah membentuk pola aliran sungai di daerah ini menjadi pola Sentrifugal, dimana sungai-sungai yang ada berhulu di daerah pegunungan dan mengalir ke daerah pantai. Sedangkan daerah aliran sungai mempunyai pola aliran sungainya berbentuk seperti pohon
Data yang digunakan untuk penelitian ini berupa data-data numerik yang disusun dalam tabel kedudukan tinggi air laut (dalam satuan sentimeter) tiap jam (24 jam) untuk 15 hari pengamatan dan sudah terkoreksi sehingga sudah siap untuk dilakukan perhitungan selanjutnya.
Pada praktikum kali ini juga, menggunakan etode perhitungan Adiralti. Perhitungan dengan metode Admiralty, yaitu hitungan untuk mencari harga amplitudo (A) dan beda fase (g0) dari data pengamatan selama 15 piantan (hari pengamatan) dan mean sea level (S0) yang sudah terkoreksi. Dari besaran amplitudo (A) dan beda fase (g0) konstanta harmonik pasang surut air laut yang diperoleh, dapat dianalisis sifat-sifat perairan Tanjung Pandan melalui tabiat pasang surutnya, yaitu: Tipe pasang surutnya melalui nilai F (Formzal), pada kriteria Courtier.
Nilai F pada saat pengamatan diperoleh 0.464912 sehingga tipe pasang surut di perairan Tanjung Pandan adalah pasang surut campuran condong ke harian ganda. Hal ini diakibatkan karena nilai Formzal berkisar antara 0.25 < F < 1.50 berdasarkan kriteria Courtier. Terdapat 9 komponen harmonic dalam perhitungan pasang surut dengan metode admiralty yaitu M2 yang merupakan Harian ganda: bulan orbit lingkaran dan 'equatorial orbit', S2 Harian ganda: bulan orbit lingkaran dan 'equatorial orbit', K2 Harian ganda: deklinasi bulan dan deklinasi matahari, N2 Harian ganda: orbit bulan yang eliptis, K1 Harian ganda: deklinasi bulan dan deklinasi matahari, O1 Harian ganda: deklinasi bulan, P1 Harian ganda: deklinasi matahari, M4 'quarter diurnal': perairan dangkal dan MS4 yang merupakan 'quarter diurnal: perairan dangkal, interaksi M2 dan S2.
Dengan waktu selama 15 atau 29 piantan (hari) pengamatan pasang surut dilakukan. Hasilnya kemuudian dianalisis dengan metode Admiralty dengan pertimbangan unsur bulan dan matahari. Metode Admiralty dilakukan dengan per-hitungkan unsur bulan dan matahari. Dari perhitungan dengan metode ini akan didapatkan data pasang surut
BAB V
KESIMPULAN
Pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turun-nya permukaan air laut secara berkala yang dipengaruhi oleh gaya tarik benda astronomi terutama oleh matahari, bumi, dan bulan.
Gaya-gaya pembangkit pasang surut ditimbulkan oleh gaya tarik menarik antara bumi, bulan dan matahari.
Tipe-tipe pasang surut antara lain adalah pasang surut harian tunggal, pasang surut harian ganda, pasang surut campuran condong harian tunggal, pasang surut campuran condong harian ganda.
Metode perhitungan pasang surut laut dengan menggunakan metode admiralty adalah perhitungan untuk menentukan Muka Laut Rata-rata (MLR).
Perhitungan Formzhal digunakan untuk penentuan tipe pasang surut suatu perairan.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, Syekh.dkk. 1997. Ensiklopedia Nasional Indonesia. Jakarta: PT Delta Pamungkas
Anonim .2013. Alat-alat Pengukuran Pasang Surut. from http://gdl.geoph.itb.ac.id. diakses pada tanggal 4 Desember 2013 pukul 20.00WIB.
Dronkers, J. J. 1964. Tidal Computations in rivers and coastal waters. North Holland Publishing Company. Amsterdam
Hutabarat, Sahala dan M.Evans, Stewart. 2008. Pengantar Oseanografi. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).
Heron Surbakti, M.Si. 2007. Oseanografi : Pasang Surut . from http://surbakti77.wordpress.com/2007/09/03/pasang-surut/ . Akses pada tanggal 6 Desember 2013 pukul 19.25 WIB.
Pond dan Pickard, 1978. Introductory to Dynamic Oceanography. Pergamon Press, Oxford
Wyrtki, K. 1961. Phyical Oceanography of the South East Asian Waters. Naga Report Vol. 2 Scripps, Institute Oceanography, California.
Wibowo, Henky. 2007. Oseanografi Fisika. From http://www.ilmukelautan.com/oseanografi/fisika-oseanografi/408-faktor-penyebab-terjadinya-arus . Diakses tanggal 6 Desember 2013 16.45 WIB.
Yogi Suardi. 2010. Oseanografi Fisika – Pasang Surut. From http://www.ilmukelautan.com/oseanografi/fisika-oseanografi/402-pasan-surut. Akses pada tanggal 6Desember 2013 pukul 21.15 WIB.