LAPORAN TETAP PRAKTIKUM NUTRISI TERNAK UNGGAS DAN PRODUKSI TERNAK UNGGAS
OLEH
KELOMPOK 3
Baiti Sarah Dhanny Setyawan Gusty Trianti M. Alif Rizkilah Maulana Faris Amrullah Nurmelianti Rizkia Hartati
05041281520048 05041181520003 05041181520008 05041281520039 05041181520018 05041381520035 05041181520006
PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA INDRALAYA 2017
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. LatarBelakang
Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk penduduk Indonesia Indonesia yang semakin meningkat setiap tahunnya, kebutuhan akan protein hewani seperti daging, susu, telur semakin meningkat pula. Masyarakat semakin menyadari akan pentingnya protein hewani bagi pemenuhan gizi. Salah satu sumber protein hewani yang memiliki nilai gizi tinggi adalah daging. Daging menduduki peringkat teratas sebagai salah satu sumber protein hewani yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat, karena cita rasan ya yang enak dan kandungan zat gizinya yang tinggi. Sumber daging yang paling familiar dan sangat sering dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia adalah ayam, salah satunya adalah ayam broiler. Ayam broiler sebagai salah satu sumber daging yang memiliki nilai gizi tinggi merupakan penyumbang terbesar protein hewani asal ternak dan merupakan komoditas unggulan. Ayam broiler adalah ayam ras yang mampu tumbuh cepat sehingga dapat menghasilkan daging dalam waktu relatif singkat yakni 4 (lima) sampai 7 (tujuh) minggu. Meningkatnya konsumsi daging ayam terutama daging ayam broiler yang kini menjadi primadona di Indonesia, tidak dibarengi dengan kenaikan populasi dan produksi ayam broiler itu sendiri. Penyebab utama hal ini adalah manajemen pemeliharaan yang kurang kura ng baik dan belum efektif dalam usaha peternakan ayam broiler. Hanya sebagian seb agian kecil saja dari usaha peternakan ayam broiler yang sudah menerapkan manajemen pemeliharaan yang sesuai dan diikuti dengan penerapan teknologi. Sebenarnya jika dilihat, peluang peningkatan populasi dan produksi ayam broiler di Indonesia masih sangat terbuka lebar. Hal ini dikarenakan, Indonesia memiliki kondisi lingkungan yang sangat baik untuk pengembangan ayam broiler. Faktor penting yang harus diperhatikan dalam pemeliharaan ayam broiler antara lain adalah perkandangan, pemilihan bibit, manajemen pakan serta pencegahan dan pengobatan pengobatan penyakit.
1 Universitas Sriwijaya
Pencernaan adalah rangkaian penguraian bahan makanan ke dalam zat-zat makanan dalam saluran pencernaan untuk dapat diserap dan digunakan oleh jaringan-jaringan tubuh. Pada pencernaan tersangkut suatu perubahan fisik dan kimia dan dipengaruhi oleh banyak faktor. Proses pencernaan makanan pada ternak ruminansia relatif lebih komplek dibandingkan proses pencernaan pada je nis ternak lainnya.Alat pencernaan terdiri atas saluran yang memanjang mulai dari mulut sampai ke usus dan berakhir di lubang pelepasan atau anus. Ayam memiliki pencernaan yang sederhana. Oleh sebab itu hanya tersedia tempat yang sempit untuk kehidupan jasad renik dalam usus yang diperlukan untuk membantu mencerna pakan Unggas termasuk hewan monogastrik, yaitu hewan yang berlambung tunggal tidak seperti ternak ruminansia atau ternak poligastrik lainnya. Pada ternak ruminansia atau poligastrik lambung terdiri dari empat bagian, yang mana terdapat banyak mikroba yang membantu proses perncernaan. Tidak demikian dengan ayam yang hanya memiliki lambung tunggal, sehingga peranan mikroba sangat sedikit untuk degradasi makanan yang dicernanya.Lambung unggas, semua alat pencernaan lainnya hampir sama antara hewan monogastrik dengan hewan ruminansia. Alat pencernaan pada unggas sedikit berbedapula dengan hewan monogastrik lainnya. Ukuran panjang saluran pencernaan secara kes eluruhan pada unggas
lebih
kecil
atau
lebih
pendek
dari
hewan
mamalia.
Unggas mengambil makanannya dengan paruh dan kemudian terus ditelan. Makanan tersebut disimpan dalam tembolok untuk dilunakkan dan dicampur dengan getah pencernaan proventrikulus dan kemudian digiling dalam empedal. Tidak ada enzim pencernaan yang dikeluarkan oleh empedal unggas. Fungsi utama alat tersebut adalah untuk memperkecil ukuran partikel-partikel makanan. Sistem digesti adalah suatu lintasan organ yang menghubungkan antara lingkungan dengan proses metabolisme alamiah pada hewan. Pencernaan diartikan sebagai pengelolaan pakan sejak masuk dalam mulut sehingga diabsorbsi. Secara garis besar fungsi saluran pencernaan adalah sebagai tempat pakan ditampung, tempat pakan dicerna, tempat pakan diabsorbsi dan tempat pakan sisa yang dikeluarkan. Sistem pencernaan meliputi saluran pencernaan (paruh, mulut, tenggorok, lambung
2 Universitas Sriwijaya
kelenjar, empedal, usus halus, usus buntu, usus besar, kloaka, anus) dan alat tambahan (hati, pankreas, lien). Sistem pencernaan adalah penghancuran bahan makanan (mekanis/ enzimatis, kimia dan mikrobia) dari bentuk komplek (molekul besar) menjadi sederhana (bahan penyusun) dalam saluran cerna. Tujuan dari pencernaan itu sendiri adalah untuk mengubah bahan komplek menjadi sederhana. Dan kegunaanya
adalah
unuk
mempermudah
penyerapan
oleh
vili
usus.
Pada hewan bahan makanan yang diubah menjadi energi melalui pencernaan adalah karbohidrat, lemak, protein. Sedangkan yang langsung diserap berupa vitamin, mineral, hormon, air.Hewan mempunyai 4 aktivitas makanan, yaitu : prehensi (mengambil makanan), mastikasi (mengunyah), salivasi (mensekresikan air ludah), dan deglutisi (menelan). Dalam hal ini deglutisi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : peristaltik (peristaltik esophagus mendorong bolus ke arah lambung), tekanan buccopharyngeal (mendorong bolus ke sofagus), dan gravitasi (membantu memudahkan jalannya bolus).Pada pencernaan terdapat lambung tunggal untuk hewan carnivora dan omnivora, lambung komplek untuk hewan herbivora, dan pencernaan pada unggas. Sistem pencernaan pada unggas terdiri dari dua saluran pencernaan dan organ asesori. Saluran pencernaan merupakan organ yang menghubungkan proses metabolic di dalam tubuh. Saluran pencernaan unggas terdiri dari mulut, esophagus, crop, proventrikulus, gizzard, duodenum, usus halus, ceca, rectum dan kloaka. Sedangkan organ asesori terdiri dari pancreas dan hati. Pada sistem pencernaan unggas mempunyai perbedaan yang mendasar jika dibandingkan dengan sistem pencernaan mamalia.
1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui bagian-bagian saluran pencernaan serta mengetahui fungsi dari masing-masing bagian pada saluran pencernaan broiler dan juga untuk mengetahui karkas yang ada di ayam broiler. Serta untuk mengetahui proses manajemen peternakan ayam broiler meliputi manajemen kandang, biosecurity, populasi kandang, pakan dan minum, dan lain sebagainya.
3 Universitas Sriwijaya
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan adalah sistem organ dalam hewan multisel yang menerima makanan, mencernanya menjadi energi dan nutrien, serta mengeluarkan sisa proses tersebut melalui dubur. Sistem pencernaan antara satu hewan dengan yang lainnya bisa sangat jauh berbeda. Secara spesifik, sistem pencernaan berfungsi untuk mengambil makanan, memecahnya menjadi molekul nutrisi yang lebih kecil, menyerap molekul tersebut ke dalam aliran darah, kemudian membersihkan tubuh dari sisa pencernaan. Saluran pencernaan merupakan saluran yang kontinyu berupa tabung yang dikelilingi otot. Saluran pencernaan mencerna makanan, memecah nya menjadi bagian yang lebih kecil dan menyerap bagian tersebut menuju pembuluh darah. Organ-organ yang termasuk di dalam nya adalah : mulut, faring, esofagus, lambung, usus halus serta usus besar. Dari usus besar makanan akan dibuang keluar tubuh melalui anus.
2.1.1. Mulut
Mulut ayam tidak memiliki lidah, pipi dan gigi. Langit-langitnya lunak, tetapi memiliki rahang atas dan bawah yang menulang untuk menutup mulut. Rahang atas melekat pada tulang tengkorak dan yang bawah bergelantung. Kedua rahang berhunungan sebagai paruh. Lidah berbentuk sepeti pisau yang memiliki permukaan kasar di bagian belakang untuk membantu mendorong makanan ke esophagus. Di dalam mulut terdapat saliva yang disekresikan oleh kelenjar di mulut dengan bantuan enzim amilase (Suprijatna et al., 2008). Mulut menghasilkan saliva yang mengandung amilase dan maltase saliva, tetapi pemecahan bahan pakan di mulut ini kecil sekali karena mulut hanya digunakan untuk lewat sesaat (Yuwanta, 2004).
4 Universitas Sriwijaya
Menurut Amrullah (2004) bentuk paruh pada unggas disuaikan dengan bentuk makananya paruh runcing jika makanan utamanya adalah bijian kecil, dan berbentuk runcing bengkok dapat digunakan untuk menyobek mangsanya dan memecah bijian yang besar yang keras serta berbentuk seperti sendok sehingga mudah digunakan untuk menyaring dan menangkap makanan yang bercampur air. Pengganti fungsi gigi pada mulut unggas terdapat pada lidah dan juga paruh.
2.1.2. Esophagus
Esophagus merupakan saluran lunak dan elastis yang mudah mengalami pemekaran apabila ada bolus yang masuk. Esophagus memanjang dari pharynx hingga proventrikulus melewati tembolok (crop). Organ Esophagus menghasilkan mukosa yang berfungsi membantu melicinkan pakan menuju tembolok (Yuwanta, 2004). Esophagus berupa pipa tempat pakan melalui saluran ini dari bagian belakang mulut (pharinx) ke proventrikulus (Suprijatna et al., 2008).
2.1.3. Crop (tembolok)
Sebelum kerongkongan memasuki rongga tubuh, ada bagian yang melebar di salah satu sisinya menjadi kantong yang dikenal sebagai crop (tembolok). Tembolok berperan sebagai tempat penyimpanan pakan. Sedikit atau bahkan tidak ada proses pencernaan di sini, kecuali pencampuran sekresi saliva dari mulut yang dilanjutkan aktivitasnya di tembolok (Suprijatna et al., 2008). Tembolok adalah modifikasi dari esophagus. Fungsi utama tembolok adalah untuk menyimpan pakan sementara, terutama pada saat ayam makan dalam jumlah banyak (Yuwanta, 2004). Menurut Yuwanta (2000), kisaran normal panjang tembolokadalah antara 7 sampai 10 cm.
2.1.4. Proventrikulus
Proventrikulus disebut juga perut kelenjar atau succenturiate ventricle atau glandular stomach yang mensekresikan pepsinogen dan HCl untuk mencerna protein dan lemak. Pada proventrikulus lintasan pakan sangat cepat masuk ke empedal melalui isthmus proventrikulus sehingga secara nyata belum sempat untuk dicerna (Yuwanta, 2004). Proventrikulus adalah suatu pelebaran dari kerongkongan
5 Universitas Sriwijaya
sebelum berhubungan dengan gizzard (empedal). Di proventrikulus nantinya akan diproduksi gastric juice (Suprijatna et al., 2008).
2.1.5. Empedal (gizzard)
Empedal (gizzard) disebut juga sebagai perut muskular yang merupakan kepanjangan dari organ proventrikulus. Fungsi utama dari empedal adalah memecah dan melumatkan pakan serta mencampurkannya dengan air menjadi pasta yang dinamakan chymne. (Yuwanta, 2004). Biasanya, gizzard mengandung material yang bersifat menggiling, seperti grit , karang dan batu kerikil. Partikel pakan segera digiling menjadi partikel kecil yang mampu melalui saluran usus. Material halus akan masuk ke gizzard dan keluar lagi dalam beberapa menit, tetapi pakan berupa material kasar akan tinggal di gizzard untuk beberapa jam (Suprijatna et al., 2008).
2.1.6.Usus halus
Usus halus merupakan organ utama tempat berlangsungnya pencernaan dan absoprsi produk pencernaan. Berbagai enzim yang masuk ke dalam saluran pencernaan ini berfungsi untuk mempercepat dan mengefesiensikan pemecahan karbohidrat, protein dan lemak untuk mempermudah proses absorpsi. (Suprijatna et al., 2008). Usus halus (small intestine) dinamakan juga intestinum tenue, panjangnya bisa mencapai 120 cm dan terbagi menjadi tiga bagian yakni duodenum, jejunum dan ileum. Duodenum terdapat pada bagian yang paling atas dari usus halus dan panjangnya mencapai 24 cm. Pada bagian ini te rjadi pencernaan yang paling aktif dengan proses hidrolisis dari nutrien kasar berupa pati, lemak dan protein. Jejunum dan ileum merupakan kelanjutan dari duodenum. Pada bagian ini proses pencernaan dan penyerapan zat makanan yang belum diselesaikan pada duodenum dilanjutkan sampai tinggal bahan yang tidak dapat tercerna (Yuwanta, 2004). Organ tubuh ini menghubungkan gizzard dengan usus besar. Di dalam rongga perut usus halus digantungkan oleh selaput penggantung yang disebut mesentrium. Usus halus berfungsi dalam digesti, absorpsi, penyerapan zatpakan yang larut dalam garam organik. Usus halus secara anatomis dibagi menjadi tiga bagian yaitu
6 Universitas Sriwijaya
duodenum, jejunum, dan ileum. Segmen yang pertama, duodenum, bermula dari ujung distal gizzard. Bagian ini berbentuk kelokan, disebut sebagai duodenal loop. Pankreas mensekresikan pancreatic juice yang mengandung enzim amylase, lipase, dan tripsin. Jejunum dan ileum merupakan segmen yang sulit dibedakan pada saluran pencernaan ayam. Beberapa ahli menyebut kedua segmen ini sebagai usus halus bagian bawah (Suprijatna, 2005).
2.1.7. Usus buntu
Sekum terdiri atas dua seka atau saluran buntu yang berukuran panjang 20 cm. Beberapa nutrien yang tidak tercerna mengalami dekomposisi oleh mikrobia sekum, tetapi jumlah dan penyerapannya kecil sekali (Yuwanta, 2004). Pada unggas dewasa yang sehat, seka berisi pakan lembut yang keluar masuk. Akan tetapi, tidak ada bukti mengenai peran serta dalam pencernaan. Hanya sedikit air diserap, se dikit karbohidrat
dan
protein
dicerna
berkat
bantuan
beberapa
bakteri
atau
mikroorganisme (Suprijatna et al., 2008).
2.1.8. Usus besar
Usus besar (rektum) dinamakan juga intestinum crasum. Pada bagian ini terjadi perombakan partikel pakan yang tidak tercerna oleh mikroorganisme menjadi feses. Pada bagian ini juga bermuara ureter dari ginjal untuk membuang urine yang tercampur dengan feses (Yuwanta, 2004). Pada ayam dewasa, panjangnya hanya sekitar 10 cm dengan diameter sekitar dua kali usus halus. Bentuknya melebar dan terdapat pada bagian akhir usus halus ke kloaka (Suprijatna et al., 2008).Panjang usus besar pada ayam kisaraan normalnya adalah 10 cm (Fadilah et al., 2007).
2.1.9. Kloaka
Kloaka merupakan penghubung usus besar dan anus, dan muara bagi sisa-sisa hasil metabolisme dalam bentuk materi faeces dari usus besar, telur dari oviduct dan urine dari ureter. Kloaka merupakan tempat keluarnya ekskreta karena urodeum dan cuprodeum terletak berhimpitan (Yuwanta, 2004).
7 Universitas Sriwijaya
Kloaka berbentuk bulat(Suprijatna et al., 2008) dan merupakan merupakan pertemuan atau muara bagi saluran pengeluaran sistem pencernaan, urinari, danreproduksi genital(Isnaeni, 2006) saluran umum tempat saluran pencernaan, saluran urinaria dan reproduksi bermuara. 2.1.10. Vent ( Anus )
Vent (anus) adalah lubang bagian luar dari cloaca. Pada ayam betina, ukurannya sangat bervariasi karena di pengaruhi oleh masa produksi atau tidak. Ketika bertelur, ukuran vent lebih besar dari pada tidak berproduksi (Yuwanta, 2004).
2.2.
Karkas
Karkas unggas adalah bagian tubuh hasil pemotongan setelah dikurangi darah, kepala, kedua kaki pada bagian bawah (mulai dari carpus dan tarsus), kulit, saluran pencernaan, usus, jantung, tenggorokan, paru-paru, limpa, dan hati sedangkan ginjal sering dimasukkan sebagai karkas. Faktor utama
yang
diperhatikan untuk menilai karkas yang dipasarkan adalah; bobot karkas, potongan karkas yang dapat dijual (cutability) dan kualitas daging. Pada dasarnya, kualitas karkas adalah nilai karkas yang dihasilkan oleh ternak relatif terhadap suatu kondisi pemasaran. Kualitas karkas dan daging dipengaruhi oleh faktor sebelum dan setelah pemotongan. Faktor sebelum pemotongan yang dapat mempengaruhi kualitas daging antara lain genetik, spesies, bangsa, tipe ternak, jenis kelamin, umur, pakan termasuk bahan aditif (hormon, antibiotik atau mineral), dan stress. Faktor setelah pemotongan yang mempengaruhi kualitas daging antara lain meliputi metode pelayuan, stimulasi listrik, metode pemasakan, pH karkas dan daging, bahan tambahan termasuk enzim pengempuk daging, hormon dan antibiotik, metode penyimpanan dan preservasi, macam otot daging dan lokasi pada suatu otot daging (Suryanto, 2001). Untuk memperoleh karkas yang baik, prosessing perlu dil akukan di tempat pemotongan yang bersih dengan cara yang baik dan benar. Karkas yang baik adalah karkas yang besih, higienis dengan penampilan menarik. Karkas ayam dibuat klasifikasinya berdasarkan bagian-bagian tubuh. Selama proses pengolahan akan terjadi kehilangan berat hidup kurang lebih 1/3 bagian (berat daging siap masak itu
8 Universitas Sriwijaya
nantinya kurang lebih 2/3 dari berat hidupnya) karena bulu, kaki, cakar, leher, kepala, jeroan atau isi dalam dan ekor dipisah dari bagian daging tubuh dengan demikian daging siap masak itu hanya tinggal daging pada bagian tubuh tambah dengan siap masak itu 75% dari berat hidup (Murtidjo dan Bambang, 2003). Hati unggas berwarna kecoklatan sampai coklat muda kekuningan dengan bobot 45 sampai 51 g atau 1,7 sampai 2,3 % dari bobot. Warna hati tergantung pada nutrisi, warna hati yang normal adalah coklat kemerahan atau coklat terang dan apabila makanan mengandung lemak tinggi warnanya menjadi kuning. Jantung adalah suatu struktur muskular berongga yang bentuknya menyerupai kerucut yang berfungsi memompakan darah ke dalam bilik-bilik atrial dan kemudian memompakan darah tersebut dari ventrikel menuju ke jaringan dan kembali lagi. Katup-katup jantung terbuka dan tertutup mengikuti urutan yang tepat agar darah mengalir kesalah satu jaringan. Persentase bobot jantung yang normal berkisar antara 0,50 sampai 1,42% dari bobot. Pada pemotongan umur 8 minggu persentase jantung pada broiler jantan dan betina adalah 0,6% dan pada pemotongan umur 10 minggu untuk broiler jantan adalah tetap dan broiler betina m enurun menjadi 0,4% (Suprijatna, Atmomarsono dan Kartasudjana, 2005).
2.3.
Desain Kandang
Kandang termasuk peralatannya merupakan salah satu sarana fundamental yang secara langsung terut serta menentukan suskses tidaknya suatu usaha peternakan. Oleh karena itu kondisi kandang harus diperhatikan dengan baik yang memacu pada prinsip ideal yang senantiasa memberi perhatian pada temperatur lingkungan, kelembaban udara dan sirkulasi atau pertukaran udara ( Pattilesano dan Sangle, 2011). Tipe kandang ayam Broiler ada dua, yaitu bentuk panggung dan tanpa panggung (litter). Tipe panggung ini menerapkan sistem lantai renggang atau alas berlubang, dimana jarak terendah lantai dari tanah sekitar 100-170 cm. Tipe panggung ini lebih bersih karena kotoran langsung jatuh ke tanah, tidak memerlukan alas kandang sehingga pengelolaan lebih efisien, tetapi biaya pembuatan kandang lebih besar. Sedangkan Tipe litter lebih banyak dipakai peternak, karena lebih mudah dibuat dan lebih murah. Pada awal pemeliharaan,
9 Universitas Sriwijaya
kandang ditutupi plastik untuk menjaga kehangatan, sehingga energi yang diperoleh dari pakan seluruhnya untuk pertumbuhan, bukan untuk produksi panas tubuh. Kepadatan kandang yang ideal untuk daerah tropis seperti Indonesia adalah 8-10 ekor/m2, lebih dari angka tersebut, suhu kandang cepat meningkat terutama siang hari pada umur dewasa yang menyebabkan konsumsi pakan menurun, ayam cenderung banyak minum, stress, pertumbuhan terhambat dan mudah terserang penyakit.(Prabowo, 2011). Umunya peternak ayam broiler di Indonesia menjalankan usaha pemeliharaan menggunakan kandang sistem all in all out dengan litter atau dikenal dengan sistem postal. Disatu sisi sistem ini selain memberi keuntungan bagi bternak dalam pengelolaan secara finansial menguntungkan dan disisi lain menimbulkan masalah baru. Ini berkaitan dengan keterbatasan litter menyerap air feses sehingga litter menjadi basah dan meggumpal (Pattilesano dan Sangle, 2011). Karena kandang menggunakan litter, maka dalam memilih litt er harus baik. Ciri-ciri litter yang baik menurut Anonymous (2011) yaitu dapat menyerap air sehingga kandang tidak becek, bahan-bahan litter meganding vitamin B12 yang baik untuk pertubuhan
2.4.
Manajemen Pemeliharaan
2.4.1. Persiapan Ayam Broiler
Persiapan yang baik merupakan modal pertama yang harus dimiliki sebelum mendatangkan bibit ayam broiler yang akan dipelihara. Tersedianya sarana yang lengkap akan memudahkan dalam pengelolaan secara baik dan sempurna. Persiapan yang diperlukan antara lain yaitu tersedianya boks atau kandang DOC, boks ini diletakkan di atas lantai kandang, tirai plastik dipasang pada keempat sisi boks, lampu pemanas digantung 15 cm dari lantai boks, termometer untuk mengontrol panas bisa digantung atau diikat pada kandang (Murtidjo, 1987). Pemeliharaan saat DOC tiba merupakan awal dari pemeliharaan selanjutnya. DOC yang baru datang biasanya mengalami stress dan kemunduran kondisi. Oleh karena itu, pemberian air minum dilakukan setelah DOC beristirahat kira-kira 2-3 jam. Air minum yang diberikan pertama kali biasanya diberi tambahan gula jawa sebagai suplay energi. Pemberian air harus ad libitum dan ditempatkan secara merata
10 Universitas Sriwijaya
disekitar sumber pemanas. Kandang DOC harus diberi pemanas karena pada umumnya sistem kekebalan tubuh DOC belum stabil dalam fungsinya. Pada keesokan
harinya,
air
minum
di
tambah
suplemen/vitamin
(Ginsono,
1986). Ginsono (1986) menambahkan ransum pakan yang diberikan untuk DOC harus mengandung kadar protein 23% dan metabolisme energi (ME) 2000-3000 kcal. 2.4.2. Pemeliharaan Minggu Pertama
Pemeliharaan minggu pertama memerlukan pengawasan yang khusus karena di dlam periode ini, DOC sedang mengalami tahap penyesuaian dengan tempat yang baru. Pemeliharaan DOC umur 1 minggu dengan cara: DOC yang barudibeli satu-persatu dipindahkan ke kandang yang sudah terdapat lampu sebagai pemanas. Jangan diberi minum atau pakan lebih dahulu, dibiarkan selama 25 menit untuk mengenali lingkungan yang baru. Selanjutnya dapat diberikan air minum dicampur gula pasir dengan perbandingan 20 gram gula pasir dicampur 4 liter air putih untuk 100 ekor DOC. Gunakan tempat minum tabung ukuran 1 liter. Peranannya sangat penting untuk pengembalian kondisi DOC selama perjalanan. Pada hari kedua air minum dicampur dengan antibiotik, dan pada hari keempat diberi vaksin ND (Murtidjo, 1987). 2.4.3. Pemeliharaan Minggu Kedua
Pemeliharaan minggu kedua, meskipun masih memerlukan pengawasan, namun lebih ringan dibandingkan pada minggu pertama. Pemanas masih diperlukan. Tirai plastik salah satu kandang bisa dibuka untuk memperlancar sirkulasi udara. Pemanas bisa diturunkan hingga suhu 320C dengan cra meninggikan lampu pemanas. Penambahan jatah pakan dan air minum. Ayam memerlukan pakan 33 gr/ekor. 2.5.4. Pemeliharaan Minggu Ketiga
Pemeliharaan minggu ketiga masih memerlukan pemanas. Ayam sudah lincah dan nafsu makan tinggi. Selain itu pertumbuhan bulu sudah cukup baik sehingga tirai plastik penutup sisi boks dapat dibuka. Temperatur diturunkan sehingga 290C. penambahan jatah makan dan minum. Pakan dibutuhkan sebanyak
11 Universitas Sriwijaya
48 gram/ekor. Air minum dicampur antibiotik dan pada minggu dilakukan vaksinasi ND II (Murtidjo, 1987). 2.5.5. Pemeliharaan Minggu Keempat
Pada minggu keempat, bulu sudah lebat sehingga sudah tidak membutuhkan pemanas lagi. Dilakukan penambahan jatah makan dan minum, yaitu jatah makan sebesar 65 gram/ekor. Nafsu makan baik, jatah yang diberikan tidak tersisa. Pada malam hari tidak usah diberi penerang, tetapi jika pakan yang diberikan tidak habis, dianjurkan untuk diberi penerangan. Penerangan dihentikan jika jatah ransum sudah habis (Murtidjo, 1987). 2.5.6. Pemeliharaan Minggu Kelima
Pada minggu kelima dilakukan penambahan jatah makan dan minum. Ayam diberi pakan 88 gram/ekor. Air minum ditambah dengan obat cacing untuk menyiapkan periode pertumbuhan yang cepat. Obat cacing cukup diberikan sekali saja dengan dosis sesuai anjuran penggunaan merk obat ccing yang dibeli (Murtidjo, 1987). 2.5.7. Pemeliharaan Minggu Keenam
Pada pemeliharaan minggu keenam, pengawasan yang berkaitan dengan performan ayam broiler mulai dilakukan khususnya bagi ayam yang akan dipasarkan pada akhir minggu keenam, sehingga dengan pengawasan rutin dan program yang baik bisa dicapi berat badan optimal. Selain itu perlu dilaksanakan program penerangan tambahan pada malam hari. Dilakukan penambahan jatah makan dan minum yaitu jatah makan 117 gram/ekor. Program penambahan penerangan pada malam hari dilakukan mulai pukul 02.00 – 06.00 dengan intensitas cahaya 30 watt/20m2 luas kandang. Sebelum ayam dikeluarkan, alat-alat kandang dikeluarkan terlebih dahulu. Penanggkapan ayam hendaknya dilakukan pada malam hari. Penangkapan dilakukan dengan bantuan penerangan lampu pijar warna biru/hijau. Hindarkan perlakuakn kasar, ambil satu-persatu, dan pegang kakinya. Tempat untuk ayam hasil penangkapan dianjutkan keranjang yang bertepi bulat. Isilah keranjang sesuai kapasitas dan jangan terlalu padat (Murtidjo, 1987).
12 Universitas Sriwijaya
2.5.
Sanitasi Kandang
Sanitasi adalah salah satu cara yang dilakukan untuk mencegah dan memberantas mikroorganisme yang mempunyai pengaruh yang berbahaya terhadap kesehatan ternak. Cara sanitasi yang baik adalah suatu faktor yang penting dalam manajeman pencegahan penyakit (Mulyantini, 2010). Semua peralatan yang digunakan harus dicuci bersih agar kuman yang terdapat dalam seluruh peralatan yang di pergunakan untuk membersihkan kandang dapat mati terbunuh. Kebersihannya harus dijaga karena kandang yang kotor dapat mengundang penyakit dan dapat merusak kesehatan ternak (Rasyaf, 2008). Sanitasi merupakan suatu usaha untuk pencegahan dan penyebaran bibit penyakit 5 pada ternak sehingga dapat menyebabkan terjangkitnya penyakit pada ternak (Suprijatna et al ., 2008).
2.8. Tingkat Biosekuriti
Biosekuriti adalah usaha pencegahan penyakit untuk mengoptimalkan produksi pada unggas. Biosekuriti dapat dibatasi dengan cara membatasi kontak dunia luar, misalnya dengan penyemprotan desinfektan pada seluruh orang dan kendaraan yang memasuki areal peternakan, seluruh peralatan harus dicuci bersih dengan
pembunuh
kuman
(Rasyaf,
2008).
Program
biosekuriti
untuk
meminimalkan atau mencegah bibit penyakit berkembang di area peternakan yang dapat menimbulkan penyakit pada ternak (Dwi cipto, 2010). Program biosekuriti merupakan metode paling efisien dan efektif untuk mencegah penyakit yang meliputi sanitasi secara teratur (sanitasi kandang, sanitasi lingkungan kandang, sanitasi pegawai), isolasi, vaksinasi (Mulyantini, 2010).
13 Universitas Sriwijaya
BAB 3 PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan tempat
Praktikum Nutrisi Ternak Unggas dan Produksi Ternak Unggas dilaksanakan pada hari Sabtu, 15 April 2017 pukul 09.00 WIB s.d. selesai, bertempat di desa lembak, Kecamatan Gelumbang, Kabupaten Muara Enim.
3.2. Alat dan bahan 3.2.1. Alat
Adapun alat yang diperlukan dalam praktikum ini, yakni sebagai berikut. 1. Alat Tulis
4. Penggaris
2. Pisau
5. Timbangan
3. Gunting
6. Daun Pisang
3.2.2. Bahan
Adapun alat yang diperlukan dalam praktikum ini, yakni sebagai berikut. 1.
Unggas (Ayam Broiler)
3.3. Cara kerja
Adapun cara kerja yang dilakukan pada praktikum sistem pencernaan unggas yaitu 1.
Leletakkan ayam yang sudah disembelih , lalu lalakukan pembedahan dada unggas yang dimulai dengan mengiris bagian perut ke samping kiri dan kanan sampai pada bagian dada depan, mengusahakan agar organ dalam tidak rusak. Pengirisan dilakukan menggunakan pisau.
2.
Bagian yang telah diiris dibuka sehingga terlihat organ dalamnya.
14 Universitas Sriwijaya
3.
Mengeluarkan dan memisahkan organ reproduksi, pernapasan dan sisakan organ pencernaan
4.
Amati dan ukur organ-organ sistem pencernaan tersebut.
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil
4.1.1. Hasil Pengukuran Sistem Pencernaan Unggas
Berikut ini hasil dari praktikum nutrisi dan produksi ternak unggas yakni sebagai berikut.
Tabel 1. Sistem Pencernaan Unggas (Ayam Besar) Organ Pencernaan Mulut/ paruh Esophagus Proventiculus Tembolok Gizzard Duodenum Jejenum Ileum Usus Besar Sekum Kanan Sekum Kiri Anus
Panjang 2,5 cm 5 cm 4,5 cm 4 cm 5 cm 17 cm 98 cm 78 cm 6,5 cm 17 cm 16 cm 2 cm
Tabel 2. Sistem Pencernaan Unggas (Ayam Kecil) Organ Pencernaan Mulut/ paruh Esophagus Proventiculus Tembolok Gizzard Duodenum Jejenum Ileum
Panjang 1,5 cm 3 cm 3 cm 1 cm 4 cm 23 cm 34 cm 37 cm
15 Universitas Sriwijaya
Usus Besar Sekum Kanan Sekum Kiri Anus
12 cm 12 cm 11 cm 1 cm
Tabel 3. Berat Ayam Berat Ayam Bobot badan hidup Bobot badan mati Bobot karkas 4.2.
Ayam Besar 1,190 kg 1,105 kg 0,685 kg
Ayam Kecil 0,375 kg 0,360 kg 0,205 kg
Pembahasan
4.2.1. Sistem pencernaan dan karkas pada ayam broiler
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan yaitu tentang sistem pencernaanpada unggas. dapat kita ketahui bahwa organ pencernaanpada unggas terdiri atas mulut, kerongkongan atau esophagus, tembolok, lambung kelenjar (proventrikulus), lambung otot (gizzard), usus halus yang terdiri dari duodenum, jejenum dan illeum, usus besar, usus buntu (secum) dan kloaka. Di samping itu terdapat kelenjar pencernaan yang berperan sebagai penghasil enzim dalam proses pencernaan makanan yaitu pankreas, hati dan saluran empedu.Masing-masing alat tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda. Berdasarkan data yang kami dapatkan dengan menggunakan sampel yaitu ayam broiler yang berukuran kecil dengan umur 18 hari dan ayam broiler yang berukuran besar berumur 24 hari. Dari kedua data di atas kami mendapatkan hasil yang berbeda-beda mengenai ukuran dari setiap organ pencernaan ayam tersebut. Pada ayam yang berukuran besar organ pencernaan yang terpanjang adalah jejenum dengan panjang 98 cm sedangkan pada ayam kecil organ yang paling panjang adalah ileum. Pada organ pencernaan sekum kanan dan kiri pada organ pencernaan ayam besar memiliki ukuran yang berbeda yaitu sekum kanan dengan ukuran 17 cm sedangkan sekum kiri memiliki ukuran 16 cm. Kemudian tidak berbeda dengan ayam broiler besar, ayam yang berukuran kecil pun memiliki ukuran yang berbeda sekum kanan dengan ukuran 12 cm sedangkan sekum kiri adalah 11 cm. Dari kedua sampel di atas jika dilihat dari sekum memiliiki perbedaan dalam ukuran. Selain itu 16 Universitas Sriwijaya
juga oragan pencernaan yang memiliki ukuran paling kecil pada ayam broiler berukuran besar yaitu anus 2 cm sedangkan ayam broiler yang berukuran kecil anusnya memiliki ukuran 1 cm. Selain itu juga organ pencernaan a yam broiler besar bagian proventikulus memiliki ukuran 4,5 sedaangkan pada bagian eshopagus memiliki ukuran 5 cm sedangkan jika dilihat dari ayam kecil ukuran proventikulus 3 cm dan ukuran eshopagus yaitu sama 3 cm. Dari kedua organ tersebut a yam yang berukuran kecil memiliki ukuran yang sama sedangakan ayam broiler besar memiliki ukuran yang berbeda antara proventikulus dan eshopagus. Jika dilihat dari ukuran yang berbeda-beda antar organ dari ayam besar maupun kecil karena disebabkan faktor umur dari kedua ayam tersebut. Kemudian selain ukuran dari setiap organ pencernaan kami juga menghitung berat dari bobot badan hidup, bobot badan mati, dan bobot karkas. Dari hasil yang kami lakukan dilapangan mendapatkan hasil yang berbeda-beda antara ayam besar dan ayam kecil. Bobot badan hidup ayam besar yaitu 1,190 kg sedangkan bobot hidup ayam kecil yaitu 0,375 kg, selain itu juga bobot badan mati ayam besar 1,105 kg sedangkan ayam kecil 0,360 kg serta bobot karkas ayam besar yaitu 0,685 kg sedangkan ayam kecil yaitu 0,205 kg. Mulut itu sendiri sebagai alat pengambilan pakan, ayam tidak memiliki gigi sehingga fungsi pemecahan partikel digantikan oleh paruh dan mulut menghasilkan kelenjar saliva akan mensekresi enzim mukosa yang berfungsi sebagai pelumas makanan agar memudahkan masuk ke oesophagus. Di oesophagus (kerongkongan) terjadi gerakan pristaltik yang akan mendorong makanan turun menuju tembolok dan dibantu enzim mukosa yang berfungsi membantu meli cinkan makanan. Di crop (tembolok) mengandung banyak kelenjar mukosa yang menghasilkan getah yang berfungsi untuk melembekkan makanan, fungsi utama tembolok yaitu sebagai tempat menyimpan pakan sementara yang akan dipengasaman/ pelunakan, Proventrikulus berfungsi untuk mensekresikan cairan lambung yaitu pepsin, enzim yang digunakan untuk mencerna protein dan lemak. Gizzard berbentuk oval dengan dua lubang masuk dan keluar pada bagian atas dan bawah, fungsi adalah untuk mencerna makanan secara mekanik dan menghasilkan asam hidrokolit yang berfungsi menggiling pakan yang keras. Usus halus terbagi atas tiga bagian yaitu duodenum, jejunum, dan ileum. Duodenum merupakan tempat sekresi enzim dari
17 Universitas Sriwijaya
pancreas dan getah empedu dari hati, jejunum, pada bagian ini pencernaan dan penyerapan zat makanan yang belum diselesaikan dilanjutkan sampai tinggal bahan yang tidak dapat dicerna. Ileum merupakan bagian usus halus yang paling banyak melakukan absorpsi. Usus buntu berfungsi mencerna pakan yang tersusun atas serat kasar dengan bantuan mikroba.Usus besar berfungsi sebagai reabsorpsi air untuk meningkatkan kandungan air dan mengatur keseimbangan air pada unggas. Kloaka sebagai saluran ekskresi urin dan feses. Vent (anus) adalah lubang bagian luar kloaka.
4.2.2. Manajemen Produksi ayam Broiler 4.2.2.1. Desain Kandang
Berdasarkan praktikum yang telah kami lakukan kunjungan di peternakan Broiler yang terletak didesa Lembak kecamatan Gelumbang Kabupaten Muara Enim, kami melakukan kunjungan pada peternakan yang ditangung jawabkan oleh Bapak Sawaludin, Bapak Rian, dan bapak Yuda. Peternakan milik mereka ini didirikan pada Tahun 2005 dimana mereka menjalani usaha mereka masih menggunakan sistem mandiri dan baru pada tahun 2016 mereka baru bermitra dengan PT JAFPA dan PT CIOMAS ADITAMA Peternakan ini memiliki luas lahan yang berukuran 20x60 M atau 1200 M 2 dan memilik 7 (Tujuh) buah Kandang dimana untuk bagian depan ada 4 Kandang yang berukuran 36x9 M, dan pada bagian belakang ada 3 kandang dengan ukuran 45x8 M. Kandang yang digunakan pada Peternakan ini bertipe Panggung dengan tinggi Kayu penyangga dari tanah sampai lantai kandang berukuran 1,8 M, dimana setiap 2 M diberi kayu penyangga. Sedangkan dinding kandang terbuat dari Papan dan Bambu. Sedangkan lantai terbuat dari bambu dan di bagian atasnya terdapat jaring. Saat ayam masih berusia muda peternak akan menggunakan terpal. Sedangkan atap terbuat dari daun nipa.
4.2.2.2.Peralatan Kandang
Peralatan yang digunakan pada usaha peternakan ini antara lain Brodder yang terbuat dari drum/tong kaleng, dimana 1 kandang menggunakan 8 (Delapan)
18 Universitas Sriwijaya
buah Brodder dan bahan bakar yang dipakai untuk brodder ini adalah kayu bakar. Kemudian alat yang digunakan selanjutnya adalah Tempat pakan dimana 1 kandang digunakan 72 Buah , sedangkan tempat minum untuk 1 kandang menggunakan
70 Buah, serta diluar area kandang terdapat drum yang berukuran besar untuk menampung air minum, ini dikarenakan usaha peternakan ini bersifat manual.
4.2.2.3. Populasi Kandang
Dipeternakan ayam memiliki memilik 7 (Tujuh) buah Kandang dimana untuk bagian depan ada 4 Kandang yang berukuran 36x9 M dimana populasi untuk masing masing kandang adalah
3000
ekor , dan pada bagian belakang ada 3
kandang dengan ukuran 45x8 M dimana populasi untuk masing-masing kandang ini
4.2.2.4. Umur dan Berat Panen
Pada saat kami berkunjung ke peternakan itu ayamnya masih berumur 20 hari, sedangkan untuk berat panen biasanya peternak ini menargetkan ayamnya berumur 34-35 hari dengan bobot panen 1,9-2,0 Kg. Setelah panen dilakukan proses kering kandang yang biasanya memerlukan waktu setengah bulan atau 15 hari sampai kandang itu siap lagi diisi untuk DOC yang baru dilakukan tinddakan biosecurity.
4.2.2.5.Manajemen Produksi
Manajemen produksi yang diterapkan oleh peternakan ini -
Grade DOC yang digunakan adalah grade Platinum
-
Anak kandang yang terdapat di usaha peternakan ini terdiri dari 3 orang yang bermukim di sekitar kandang.
-
Sumber air berasal dari sumur bor dimana saat pemberian air untuk minum ayam ditambahkan clorin dengan tujuan untuk mencegah adanya bakteri E. Coli pada air minum.
-
Pakan yang digunakan berasal dari PT. JAFPA
- brodding dilakukan selama 11-12 hari, lama pemakain brodder disesuaikan dengan cuaca
19 Universitas Sriwijaya
-
Litter yang digunakan untuk tiap kandang adalah Sekam dan dibawah sekam dilapisi Koran. Dimana sekam digunakan selama 17-18 hari dan setiap sehari sekali koran yang digunakan untuk melapisi sekam diganti.
-
Penggunaan terpal pada pemeliharaan doc saat berumur 1-14 hari atau masa broding terpalnya masih tertutup rapat, setelah berumur diatas 14 hari terpalnya dibuka separuh dan pada saat berumur 21 hari terpal akan diturunkan/ dibuka semua. Ketika cuaca dingin terpal itu akan ditutup kembali dengan tujuan untuk menjaga suhu didalam kandang tetap hangat.
-
Pakan saat masih berumur 20 hari diberikan 3x sehari dimana 1 kandang menghabiskan 5 Karung pakan, sedangkan untuk sampai ke finisher biasnya pakan yang dihabiskan sebanyak 8 Karung per Kandang dimana pakan diberikan tetap sama 3 kali dalam sehari.
-
Pada umur 24 hari dilakukan pemisahaan antara ayam jantan dan ayam betina, kemudian ayam betina dipisahkan untuk dikeluarkan terlebih dahulu dengan tujuan untuk mengurangi kepadadatan populasi didalam kandang. Biasanya bobot badan ayam betina itu adalah 1 Kg.
-
Feses yang terdapat pada peternakan tersebut dimanfaatkan sebagai pupuk dan dijual.
-
Peternakan ayam ini tidak lagi melakukan vaksin karena ayam tersebut hanya dilakukan pada saat berumur DOC.
-
Penyakit yang sering terjadi pada ayam broiler di peternakan tersebut yaitu e.coli, distokia (kaki lumpuh).
4.2.2.6. Deskripsi Lingkungan Kandang
Keadaan lingkungan sekitar bisa dikatakan kurang baik untuk di jadikan usaha peternakan ayam broiler dimana kotoran dari ayam tersebut masih berhamburan dan mengundang araoma yang tidak sedap. Kemudian banguanan dari knadang tersebut sudah tidak layak digunakan terutama atapnya banyak yang berlubangan. Selain itu juga lingkungan yang berada disekitar kandang tidak bersuih dan masih bnayak plastik yang bergantungan serta sampah bekas atap nipah banyak berhamburan. Terdapat rumput yang berada di antara kandang 1 dengan kandang lainnya. Brooder yang digunakan tidak terjadga dengan baik masih
20 Universitas Sriwijaya
tergennag oleh air yang akan membuat kaarat pada tempat brooder tersebut. Usaha peternakan tersebut untuk sumber air hanya terdapat satu sumur bor yang diguanakan untuk keperluan air minum yang terletak di tengah-tengah peternakan tersebut. Pada saat akan menaiki kandang di bagian bawah kandang terdapat kapur yang agar orang yang menaiki kandang tersebut tidak membawa penyakit bagi ayam yang terdapatdi dalam kandang.
4.2.2.7. Tindakan Bio-Security
Tindakan biosecurity yang terdapat pada usaha peternakan yaitu pada saat kering kandang di mana memerlukan waktu setengah bulan atau 15 hari. Dimana pada saat setelah panen kandang dibewrsihkan terlebih dahulu dengan air dan di sikat dengan menggunakan detergen lalu dibersihkan lagi den gan air yang mengalir kemudian juga diberi antisektan yaitu formalin setelah itu diberi kapur dengan tujuan untuk membunuh kuman atau bakteri yang menimbulkan penyakit pada ayam yang selanjutnya. Sebelum kedatangan DOC ke kandang tersebut brooder, pakan dan minum harus di siapkan terlebih dahulu sebelum kedatangan DOC agar suhu di dalam kandang tersebut tetap hangat yang disesuaikan dengan suhu tubuhnya. Setiap satu periode tempat pakan dibersihkan dan tempat minum dibersihkan selama 3 kali sehari. Di area luar kandang sebelum kita masuk kekandang ditaruh kapur untuk mencegah saat ada yang masuk ke kandang maka akan menginjak kapur sehingga ini akan mencegah terjadinya penularan penyakit pada broiler,
21 Universitas Sriwijaya
BAB 5 PENUTUP
5.1.Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dalam praktikum nutrisi ternak unggas dan produksi ternak unggas dapat ditarik kesimpulan
5.2
Saran
22 Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA
Amrullah, I. K. 2004. Nutrisi Ayam Broiler . Lembaga Satu Gunungbudi IPB. Bogor. Cipto,Dwi. 2010. Biosekuriti. Ugm. Yogyakarta. Fadhilah, R., A. Polana, S. Alam dan E. Parwanto. 2007. Sukses Beternak Ayam Broiler. Agromedia Pustaka. Tangerang Isnaeni, W. 2006. Fisiologi Hewan. Kanisius. Yogyakarta. Mulyantini. 2010. Manfaat Besar Dari Sanitasi/Kebersihan. IPB:Bogor. Murtidjo. 1987. Sistem Pemeliharaan Ayam Broiler . Tugas Akhir. Diploma III Kesehatan Hewan. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Pattilesano dan Sangle. 2011. Membuat Kandanng Ayam . PT. Penebar Swadaya:. Jakarta. Rasyaf, M. 2008. Panduan Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta. Suryanto.
2001.
Pemotongan
dan
Penanganan
Daging
Ayam .
Kanisius. Yogyakarta. Suprijatna. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta. Suprijatna, E., U. Atmomarsonodan R. Kartasudjana. 2008. Ilmu DasarTernak Unggas. PenebarSwadaya, Jakarta. Yuwanta, Tri. 2000. Telur dan Kualitas Telur . Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Yuwanta, Tri. 2004. Dasar-dasar Ternak Unggas. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
23 Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN
24 Universitas Sriwijaya