LAPORAN PRAKTIKUM FOTOGRAMETRI DASAR
Interpretasi Citra Foto dengan mennggunakan Mirror Stereoscope Topcon MS-3 (Pengamatan Stereoskopis)
Oleh: Nama
: M.Dwiki Rahmandika
NIM
: G03140033
Kelompok
: Kelompok 5
Program Studi
: D3 Teknik Geodesi
Tanggal Praktikum
: 07 -11 Desember 2015
Minggu ke-
: II
Praktisi
: Hairunnida, S.T.
LABORATORIUM TEKNIK GEODESI JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN 2015
DAFTAR ISI DAFTAR ISI .............................................................................................................
i
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang....................................................................................................
1
1.2 Tujuan .................................................................................................................
2
1.3 Manfaat ...............................................................................................................
2
BAB II DASAR TEORI 2.1 Foto Udara ...........................................................................................................
3
2.1.1 Foto Udara Pankroamatik .........................................................................
5
2.1.2 Informasi tepi foto udara ..........................................................................
5
2.2 Pengamatan Foto udara .......................................................................................
6
2.2.1 Pengamatan monoskopis ...........................................................................
6
2.2.2 Pengamatan stereoskopis ...........................................................................
7
2.3 Stereoskop ...........................................................................................................
9
2.3.1 Stereoskopi mata .......................................................................................
12
2.3.2 Kualitas Stereoskop ...................................................................................
13
2.4 Paralaks................................................................................................................
15
BAB III PELAKSAAN PRAKTIKUM 3.1 Tempat dan Waktu...............................................................................................
16
3.2 Peralatan dan Bahan ............................................................................................
16
3.3 Langkah Kerja .....................................................................................................
19
BAB IV HASIL PENGAMATAN Hasil Pengamatan ......................................................................................................
21
BAB V KESIMPULAN LAMPIRAN Lampiran A ................................................................................................................
23
Lampiran B ................................................................................................................
23
i
i
DAFTAR GAMBAR 2.1. Gambar Jenis foto udara berdasarkan sudut pengambilannya ................
3
2.2. Gambar Contoh foto udara (a) pankromatik (b) inframerah ....................
4
2.3. Gambar Foto udara Pankromatik Berwarna (a) dan Hitam Putih (b) .....
5
2.4. Gambar Informasi tepi foto udara ...............................................................
6
2.5. Gambar Prinsip Pengamatan Stereoskopis .................................................
8
2.6. Gambar Prinsip Pengamatan Stereoskopis .................................................
9
2.7. Gambar Poket Stereoskop .............................................................................
10
2.8. Gambar Sketsa Stereoskop Cermin ..............................................................
11
2.9. Gambar Stereoskop Cermin dan Tongkat ...................................................
11
2.10. Gambar Kesan Kedalaman ...........................................................................
12
2.11. Gambar Alat Stereoskop Top MS-3 Stereo Scope ......................................
13
2.12. Gambar Tongkat Paralaks ............................................................................
14
2.13. Gambar Binokuler Viewers (Teropong Pengamat) ....................................
14
ii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Interpretasi foto udara merupakan kegiatan menganalisa citra foto udara dengan maksud untuk mengidentifikasi dan menilai objek pada citra tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip interpretasi. Interpretasi foto merupakan salah satu dari macam pekerjaan fotogrametri yang ada sekarang ini. Interpretasi foto termasuk didalamnya kegiatan-kegiatan pengenalan dan identifikasi suatu objek. Untuk mengetahui kondisi suatu wilayah yang luas tanpa harus langsung turun kelapangan, dapat dilakukan melalui analisa foto udara (citra) yang dihasilkan melalui pemotretan oleh satelit merupakan foto yang sulit untuk dipahami tanpa analisa terlebih dahulu. Secara manual,analisa citra dilakukan menggunakan alat stereoskop. Dengan bantuan stereoskop ini akan terlihat dalam bentuk 3D dari citra yang diamati sehingga bentuk – bentuk lahan dapat diketahui lebih jelas, berbeda hal bila menganalisa foto udara (citra) hanya dengan menggunakan mata telanjang yang mana hal ini sesuai dengan mata kuliah praktikum interpretasi foto udara, yang mempelajari tentang penginterpretasi citra foto dengan menggunakan alat stereoskop yang telah dilaksanakan.Untuk itu laporan ini merupakan bukti dan hasil interpretasi. Salah satu aplikasi dari penginderaan jauh adalah pada bidang ilmu fotogrametri. Fotogrametri ialah ilmu, seni dan teknologi untuk memperoleh ukuran terpercaya dari foto udara. (Kiefer, 1993). Dari pengertian tersebut obyek yang dikaji
adalah
kenampakan
dari
foto
udara
dengan
menginterpretasinya
menggunakan sistem penginderaan jauh. Akan tetapi analisis fotogrametri dapat berkisar dari pengukuran jarak, luas dan elevansi dengan alat atau teknik, sampai menghasilkan berupa peta topografik (Kiefer,b 1993). Aplikasi fotogrametri yang paling utama ialah untuk survey dan kompilasi peta topografik berdasarkan pengukuran dan informasi yang diperoleh dari foto udara atau citra satelit. Meskipun fotogrametri merupakan sebagian dari kegiatan pemetaan, tetapi ia merupakan jantung kegiatan tersebut karena fotogrametri yang 1
diukur berupa obyek-obyek yang tergambar pada foto udara. Perlu pula pengenalan atas obyek-obyek tersebut. Oleh karena itu dalam fotogrametri juga dipelajari pengenalan obyek yang lazimnya termasuk interpretasi foto udara. Alat pengukuran dan pengenalan obyek, pengukuranlah yang menjadi tujuan utama. (Sutanto,1983) 1.2 Tujuan 1. Mahasiswa mengetahui dan mempraktikan cara menggunakan alat stereoskop 2. Mahasiswa mampu mengamati atau melihat sepasang foto udara secara bersamaan dengan kedua mata kiri dan mata kanan 3. Mahasiswa
mampu
menginterpretasi
object
pada
foto
udara
dengan
menggunakan alat stereskop 4. Mahasiswa mampu melakukan pembacaaan angka pada paralaks bar 1.3 Manfaat 1. Mahasiswa dapat mengetahui dan mempraktikan cara menggunakan alat stereoskop 2. Mahasiswa dapat mengamati atau melihat sepasang foto udara secara bersamaan dengan kedua mata kiri dan mata kanan 3. Mahasiswa dapat menginterpretasi object pada foto udara dengan menggunakan alat stereoskop 4. Mahasiswa dapat melakukan pembacaaan angka pada paralaks bar
2
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Foto Udara Foto udara adalah salah satu produk dari bidang ilmu geografi dalam mengambil obyek, daerah, atau fenomena yang ada di permukaan bumi ini menggunakan alat berupa kamera dengan proses perekaman secara fotografik dengan bantuan detektor atau alat pendeteksi berupa film. Foto didapatkan dengan cara memotret menggunakan sebuah wahana atau alat transportasi udara seperti balon udara, pesawat, helikopter, ataupun gantole. Terdapat beberapa jenis pemotretan yaitu: pemotretan udara secara tegak (vertikal), pemotretan udara secara miring (oblique), dan pemotretan udara sangat miring (high oblique). Pemotretan udara secara tegak dilakukan dengan posisi pesawat udara yang membawa kamera melakukan pemotretan secara tegak lurus dengan permukaan bumi.Pemotretan udara secara miring atau oblique dilakukan dengan sudut pengambilan gambar agak miring. Hasil pemotretan akan terlihat agak miring namun tidak menampakkan batas cakrawala. Sedangkan untuk pemotretan sangat Miring atau high oblique dilakukan dengan sudut pengambilan gambar yang sangat Miring sehingga menampakkan garis cakrawala. Ilustrasinya dapat dilihat pada gambar 2.1.
Gambar 2.1. Jenis foto udara berdasarkan sudut pengambilannya 3
Ketinggian pesawat udara terhadap permukaan bumi pada saat pemotretan juga mempengaruhi skala foto udara yang dihasilkan. Semakin tinggi pesawat udara, maka akan menghasilkan skala foto udara yang relatif kecil namun cakupan cukup luas, akan tetapi obyek yang tampak jadi tidak begitu detil. Dan jika pemotretan dilakukan dengan ketinggian rata-rata, maka hasil foto udara adalah cakupan yang cukup luas dan kenampakan obyek yang cukup detil pula. Ada dua jenis foto udara, yaitu foto udara pankromatik (hitam putih) dan foto udara inframerah. Gambar 2.2 menunjukkan contoh hasil foto udara pankromatik dan foto udara inframerah (Sumber Google).
Gambar 2.2. Contoh foto udara (a) pankromatik (b) inframerah
Foto udara bisa dikatakan sebagai produk penginderaan jauh, karena hasil perolehannya dilakukan dengan bantuan alat seperti wahana balon udara, pesawat, maupun gantole, dan tanpa kontak langsung dengan obyek yang direkam. Beberapa manfaat dari foto udara adalah sebagai berikut: 1. Pemetaan wilayah 2. Survei daerah bencana 3. Pemetaan dibidang pertanian 4. Melihat perkembangan suatu wilayah
4
4.1.1
Foto udara pankromatik Foto Pankromatik adalah foto yang menggunakan seluruh spektrum tampak mata mulai dari warna merah hingga ungu. Kepekaaan film hampir sama dengan kepekaan mata manusia. Pada umumnya digunakan film sebagai negatif dan kertas sebagai positifnya.Wujudnya seperti pada foto, tetapi bersifat tembus cahaya. Foto pankromatik menggunakan spektrum tampak dengan panjang gelombang 0.4 – 0.7 mikrometer. Karena menggunakan seluruh saluran sinar tampak maka objek yang terekam sesuai dengan keadaan sebearnnya dan sesuai dengan kepekaan mata manusia. Kelemahan dari citra ini adalah harganya yang mahal dan resolusinya yang masih terlalu kasar dibandingkan pankromatik hitam putih. Contoh
2 gambar pankromatik
berwarna dan hitam putih seperti dibawah ini :
(a)
(b)
Gambar 2.3. Foto udara Pankromatik Berwarna (a) dan Hitam Putih (b) 4.1.2
Informasi tepi foto udara Informasi tepi adalah sesuatu yang memiliki makna atau manfaat yang berada pada tepi foto udara. Keterangan tepi foto Udara tegak ukuran standar 23cm x 23 cm seperti gambar dibawah ini.
5
Jam Pemotretan Kompas Identitas project
Gambar 2.4 : Informasi tepi foto udara Keterangan dari gambar : 1. 2. 3. 4.
Tanda waktu (jam pemotretan) = waktu kejadian pemotretan Kompas = Petunjuk Arah angin Identitas Project = Berisi identitas foto Tanda Fidusial ( ) = tanda pada tengah-tengah sisi atau pojok foto untuk penentuan titik utama foto / principal point foto udara untuk menarik garis dua fidusial yangt berhadapan
2.2 Pengamatan Foto Udara Pengamatan foto udara terbagi menjadi dua yaitu pengamatan monoskopik dan pengamaatan stereoskopis 2.2.1
Pengamatan Monoskopik Pengamatan Monoskopi adalah pengamatan yang dilakukan dengan hanya satu mata. Dengan cara ini obyek yang dipandang tidak memberikan kesan di dalam ruang atau keruangan. Jadi obyek yang terlihat seolah-olah diproyeksikan pada suatu bidang datar sehingga tidak dapat diperkirakan perbedaan jarak antara obyek atau benda yang satu dengan yang lain terhadap mata kita. Hanya secara kualitatip dapat dikatakan benda yang satu lebih jauh dari pada benda yang lain atau sebaliknya. Sifat atau keadaan yang dapat dipakai sebagai dasar untuk membedakan jauh dekatnya benda yang satu terhadap yang lain adalah :
6
1. Benda yang di depan akan menutupi sebagian dari benda yang ada dibelakangnya, atau dikatakan benda yang lebih dekat akan menutupi sebagian dari pada benda yang letaknya lebih jauh dari kita. 2. Sifat Perspektip. Dua benda dengan bentuk dan ukuran yang sama maka benda yang lebih dekat dengan mata kita akan terlihat lebih besar dari yang letaknya lebih jauh. Itulah sebabnya dalam deretan tiang listrik yang ada di tepi jalan makin jauh terlihat listrik yang ada di tepi jalan makin jauh terlihat makin kecil atau jalan yang lurus makin jauh makin sempit. 3. Akomodasi mata. Apabila kita melihat suatu benda yang dekat dengan jelas kemudian pandangan kita bepindah ke benda yang jauh, terasa mata kita mengalami akomodasi untuk menyesuaikan jarak agar benda tersebut kelihatan jelas. 4. Transparansi
udara. Bila kita melihat
benda
yang dekatan
tempat jelas dengan warna aslinya. Hal ini karena media yang dilalui cahaya pendek sehingga warna yang dipancarkan oleh benda tersebut tidak mengalami penyerapan. Tetapi bila benda itu jauh cahaya yang dipantulkan akan melalui media yang panjang dan
mengalami
penyerapan
warna,
sehingga
akan
terjadi
perubahan warna benda tersebut. 2.2.2 Pengamatan stereoskopis Pengamatan stereoskopik adalah pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan kedua buah mata secara bersamaan. Dari cara memandang ini menghasilkan kesan keruangan atau tiga dimensional. Dalam hal ini perbedaan jarak dapat diperkirakan sebatas kemampuan mata dalam berfungsi secara normal. Kemampuan mata untuk membedakan jarak secara stereoskopik bila obyek terletak di antara 10 sampai 2000 inci. Selebihnya itu orang tidak dapat melihat kesan keruangan. Dengan demikian tidak ada perbedaan seperti melihat secara monoskopik. Melihat secara monoskopik adalah suatu kegiatan interpretasi citra / foto udara dengan menggunakan alat bantu yang bernama stereoskop. Pada
7
kegiatan pengamatan ini stereoskop berfungsi untuk menampilkan gambar 3 dimensi dari foto yang diamati, ada beberapa syarat syarat yang harus dipenuhi yaitu : 1. Terdapat
daerah
udara/citra
yang
udara/citra
yang
bertampalan akan
pada
foto
diinterpretasi
berurutan
garis
udara.
harus
terbangnya
Setiap
foto
merupakan
foto
dan
mempunyai
daerah yang berrtampalan. (pada foto 1 ada sebagian wilayah yang sama dengan foto 2) 2. Untuk dapat diinterpretasi dengan jelas maka lebar daerah yang bertampalan kira-kira 1/3 – 2/3 dalam sebuah foto/citra.da
Gambar 2.5. Prinsip Pengamatan Stereoskopis Prinsip kerja stereoskop adalah sebagai berikut : a. Mata 1 (mata kanan) mengamati citra sebelah kanan b. Mata 2 (mata kiri) mengamati citra sebelah kiri c. Stereoskop menyatukan daerah bertampalan sehingga seolah – olah hanya mengamati 1 citra saja d. Daerah bertampalan menghasilkan gambar 3D yang dapat digunakan untuk mengamati unsur ketinggian dan kemiringan , terutama pada foto udara tegak lurus.
8
Gambar 2.6. Prinsip Pengamatan Stereoskopis 2.3 Stereoskop
Stereoskop merupakan alat yang dipakai untuk melihat sepasang foto udara secara stereoskopis atau tiga dimensional. Fungsinya adalah mengatur agar mata kiri hanya melihat pasangan foto sebelah kiri dan mata kanan hanya melihat pasangan foto sebelah kanan. Jenis stereoskop ada : 1. Stereoskop lensa atau saku (pocket stereoscope). Stereoskop ini adalah jenis paling sederhana dan paling mudah dibawa karena mempunyai ukuran yang kecil dan hanya terdiri dari dua lensa yang hanya berjarak sebesar basis mata. a. Ukuran foto yang dapat dilihat bentuk tiga dimensinya terbatas sekitar 6 cm x 10 cm b. stereoskop saku mempunyai lensa positif. Lensa – lensanya
biasanya
mempunyai perbesaran 2,5 kali. c. Stereoskop ini memiliki kelemahan yang sama seperti pemakaian mata telanjang, yaitu jarak antar titik yang berpasangan tak boleh melebihi d. panjang basis mata (basis mata rata rata = 64 mm).
9
Gambar 2.7. Poket Stereoskop 2. Stereoskop cermin. a. Ada lensa yang dilengkapi cermin yang dipasang di kiri dan kanan (cermin sayap) di bagian bawah lensa ada prisma yang berfungsi sebagai cermin untuk membelokkan cahaya dari cermin sayap agar dapat masuk ke lensa, kemudian menuju ke mata. Dengan demikian jarak antara kedua buah foto ukuran 23cm x 23cm yang dipasang di bawah stereoskop dapat diperbesar. b. Bagian-bagian dari stereoskop cermin ini meliputi lensa cembung, sepasang prisma/cermin, cermin perak, tiang penyangga, dan lensa binokuler. c. Kelebihan dari stereoskop cermin ini adalah dapat melakukan perbesaran dengan penambahan lensa binokuler, daerah yang diamati lebih luas daripada stereoskop saku, dan dapat menampakkan satu lembar foto udara secara penuh. d. Kekurangan stereoskop ini adalah ukurannya yang besar sehingga tidak praktis (lebih sukar jika dibawa ke lapangan), harga relatif mahal, dan jika ditambahkan dengan binokuler maka akan memperkecil daerah yang diamati.
\ 10
Gambar 2.8. Sketsa Stereoskop Cermin e. sebagai alat pelengkap stereoskop cermin alah tongkat paralaks yang berfungsi sebagai alat pengukur paralaks. Tongkat ini dapat diperpanjang atau diperpendek serta dilengkapi dengan skala pembacaan. f. Disamping itu untuk menunjuk titik bayangan obyek di foto kiri dan kanan pada tongkat ini juga disediakan tempat untuk dipasangi kaca yang ada titik apungnya (berupa titik, cincin dan silang). Untuk pembacaan, apabila bacaan makin besar jarak antara kedua titik apung makin kecil. Obyek yang diukur akan makin tinggi, dan sebaliknya. g. Pada tongkat ini sering pula dilengkapi tempat pensil, sehingga dapat digunakan untuk menggambar peta dari foto.
Gambar 2.9. Stereoskop Cermin dan Tongkat Paralaks
11
2.3.1 Stereoskopi Mata Stereoskopi mata adalah pandangan dua mata yang terpusat pada suatu titik, sumbusumbu optis lensa mata berpotongan dan membentuk sudut yang disebut sudut paralaktis di titik tersebut. Bayangan titik tersebut jatuh tepat pada bintik kuning. Untuk tiap titik pada umumnya sudut paralaktisnya berbeda dengan perbedaan sudut ini orang akan melihat perbedaan jarak titik-titik terhadap mata, dan memberikan kesan kedalaman stereoskopik. Gambar berikut ini menunjukkan bahwa sudut paralaktis di titik A dan B berbeda. Sudut paralaktis αB. Sehingga terjadi kesan kedalaman yang berbeda pula. Disini B tampak lebih dalam daripada A.
Gambar 2.10. Kesan Kedalaman
αA, αB = sudut paralaktis di titik A dan B dB – dA = Beda kedalaman titik A dan B
12
2.3.2 Kualitas Stereoskop Kualitas Stereoskop tinggi dari Topcon - desain berorientasi pengguna, ditambah sistem aksesori untuk fleksibilitas yang lebih besar.
Gambar 2.11. Alat Stereoskop Topcon MS-3 Stereo Scope 1. kecepatan , melihat teropong akurat pasangan stereo 2. fitur topografi terlihat tiga dimensi dan dengan diskriminasi yang besar 3. pasang stereo berukuran 180mm x 240mm diamati pada 1x pembesaran dan area melingkar dari 170mm x 230mm diamati pada perbesaran 1,8x dengan alat bantu. 4. instrumen kompak mudah folder untuk kunjungan lapangan , dengan kaki instrumen yang tepat disesuaikan untuk meratakan operasi. Dengan Topcon cermin Stereoskop . Model ms - 3 , pengamatan foto udara sangat mudah dan cepat . topografi yang diamati dalam tiga dimensi , bahkan ketinggian benda kecil diamati dengan Disc bersih tingkat tertinggi presisi dipertahankan dengan sumbu visual yang tersisa benar-benar paralel bahkan selama bertahun-tahun penggunaan konstan. Bingkai instrumen tubuh dan reflektor dibuat di casting kasar tunggal soild, mencegah misalignment. sebagai kaki instrumen disesuaikan untuk meratakan, instrumen pengaturan sangat mudah dan cepat.
13
1. Stereometer (Tongkat Paralaks)
Gambar 2.12. Tongkat Paralaks stereometer menghilangkan semua pekerjaan menebak sebelumnya yang terkait dengan pembacaan tinggi dan sangat mempercepat pemetaan
udara
akurat.
stereometer
yang
memiliki
jangkauan
pengukuran yang efektif 40mm dan kenaikan berulang – ulang minimal 0.05mm , sedangkan pembacaan disimpulkan dari 0,01 juga mungkin, dengan pengalaman. tiga stereomarks ( nol ,titik dan tambah ) yang terukir pada pelat kaca stereometer sesuai tengara yang digunakan.
2. Binocular Viewers (Teropong Pengamat)
3X Teropong Standard
6X Teropong Pilihan
Gambar 2.13. Lensa Binokuler (Teropong Pengamat) dalam komposisi standar , 1,8 pembesar dan 3x penampil teropong yang tersedia. untuk pembesaran lebih besar , rasio 6x pemirsa teropong
14
cenderung 45 derajat dari vertikal , dengan pupil jarak disesuaikan dari 56mm ke 74mm . a. 3X Teropong ( Standard ) b. 6X Teropong ( Pilihan ) 2.4 Paralaks Paralaks ialah perubahan letak obyek pada citra terhadap titik atau sistem acuan. Pada umumnya disebabkan oleh perubahan letak titik pengamatan (Wolf, 1983). Titik pengamatan ini berupa tempat pemotretan. Paralaks stereoskopik ialah pergeseran posisi bayangan obyek yang disebabkan oleh pergantian posisi pemotretan. Pertampalan pada foto udara berupa pertampalan depan (overlap) dan pertampalan samping (sidelap). Paralaks yang terjadi karena titik pengamatan 1 dan 2 disebut paralaks x, yaitu paralaks sejajar jalur terbang. Paralaks lainnya ialah paralaks y, yaitu paralaks yang tegak lurus paralaks x dan disebabkan oleh perubahan tempat kedudukan pada jalur terbang yang berdampingan. Apabila dua buah foto udara telah dipasang di bawah stereoskop dalam keadaan belum diorientasikan dan dilihat melalui lensa stereoskop maka akan terlihat bahwa masing-masing detil dari kedua foto tersebut belum saling berimpit atau dari bayangan tersebut masih ada paralaks. Paralaks ini dapat timbul karena : 1. Skala kedua buah foto tidak sama 2. Salah satu fotonya miring.
15
BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM 3.1 Tempat dan Waktu 1. Hari/Tanggal : Selasa 8 Desember 2015 ( 13.00 – 14.00 ) Kamis 10 Desember 2015 ( 08.15 – 09.15 ) Jum’at 11 Desember 2015 ( 08.40 – 10.30 ) 2. Tempat
: Laboratorium Teknik Sipil
3.2 Peralatan dan Bahan a. Peralatan 1. Alat Stereoskop Topcon MS-3
Gambar 3.1. Alat Stereoskop Topcon MS-3 2. Tongkat Paralaks
Gambar 3.2. Tongkat Paralaks 16
3. Cermin Reflektor Sokkia
Gambar 3.2 : Tongkat Paralaks
Gambar 3.3. Cermin Reflektor Sokkia 4. 2 Foto udara
Gambar 3.4. 2 foto udara 5. Senter 2 buah
Gambar 3.5. Senter 2 buah 17
6. Lensa Binokuler Zoom 6x
Gambar 3.6. Lensa Binokuler Zoom 6x 7. Meja
Gambar 3.7. Meja b. Bahan 1. Selotip
Gambar 3.8. Selotip
18
2. Alat tulis dan Kertas Kosong
Gambar 3.9. Alat tuils & Kertas kosong 3. Tisu
Gambar 4.10. Pembersih kaca lensa okuler
3.3 Langkah Kerja 1. Menentukan pandangan tiga dimensi a) Letakkan dua lembar foto udara yang mempunyai nomor berurutan di bawah stereoskop. b) Tentukan wing-point ( titik yang mudah dikenal pada foto udara yang overlap. Contoh : puncak bukit, kelokan sungai, dan bidang – bidang lainlain ) pada masing-masing foto.
19
c) Amati di bawah stereoskop sambil kedua lembar foto udara digeser-geser sehingga wing-point pada kedua foto tampak menyatu, dan diperoleh pandangan tiga dimensi.
20
BAB IV HASIL PENGAMATAN 1. Nomor Lembar Foto
: 2093 - 2094
2. Skala Foto
: 1: 50.000
3. Daerah yang diamati
: Jawa Timur
4. Tanggal pemotretan
: 07 – Agustus – 1993
5. Sumber Foto
: Bakosurtanal
6. Objek yang diamati
: Sudut Jalan
7. Angka pembacaan pada tongkat paralaks
: 18,70 mm
8. Nomor Seri
: NY.10 – W.21 – 31
21
BAB V KESIMPULAN Dari uraian sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan bahwa Pengamatan menggunakan alat stereoskopik adalah pemandangan yang dilakukan dengan cara melihat object yang ada pada dua lembar foto udara yang mempunyai nomor berurutan secara bersamaan agar kedua foto tampak menyatu dan diperoleh pandangan tiga dimensi (3D). Dalam dua lembar foto udara dengan nomor 2093 – 2094 object yang diamati adalah sudut jalan di daerah jawa timur dengan menggunakan tongkat paralaks bar. Angka pembacaan pada paralaks bar tersebut diperoleh 18,70 mm. Dengan demikian melalui praktikum ini mahasiswa menjadi dapat melatih dan menambah keterampilan dalam bidang Fotogrametri.
22
LAMPIRAN Lampiran A
Lampiran A. Hasil dari Angka Pembacaan Pada Paralaks Bar 18,70mm
Lampiran B
Lampiran B. Sudut Jalan yang diamati pada foto udara 23