LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR AGRONOMI
TAHUN AJARAN 2010/2011
Kelompok 1.4
Fitri Yani Noor Medina A24090027
Shinta Nugraheni K. A24090031
Elischa A34090048
Dony Hasman A34090055
Bayu Aji Pamungkas A34090056
Yozi Fitri Yeni A44090021
Miftahul Jannah A44090024
Fauzan M. Fahrudin A44090095
Dewi Estuning Pratiwi H34090008
Nora Asfia H34090060
Asisten
Nazri Annas A24060583
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
KATA PENGANTAR
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya lah kita semua masih dapat menjalankan aktivitas sehari-hari
dengan baik, amin.
Kami menyusun laporan praktikum ini sebagai tugas akhir Praktikum Mata
Kuliah Dasar-Dasar Agronomi. Adapun isi laporan ini meliputi percobaan
penanaman jagung yang kami lakukan di KP Leuwikopo, pengamatan tanaman
perkebunan di KP Cikabayan Atas, pengamatan tanaman hortikultura di KP
Cikarawang, serta budidaya tanaman dalam wadah di KP Cikabayan.
Kami sepenuhnya menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna.
Seperti kata pepatah, tiada gading yang tak retak, maka kami memohon maaf
atas segala kesalahan dan kekurangan yang terdapat dalam laporan kami ini.
Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu hingga
terselesainya laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat pagi
pembacanya, sekaligus bagi kami sebagai penyusunnya.
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Desember 2010,
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Daftar Gambar iii
Daftar Tabel iv
BAGIAN I. PRAKTIK BUDIDAYA TANAMAN
Percobaan 1: Dosis Pemupukan Nitrogen pada Dua Varietas Jagung 1
BAB I. PENDAHULUAN 1
1. Latar Belakang 1
2. Tujuan 1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2
2.1 Jagung (Zea mays) 2
2.2 Deskripsi Varietas 4
BAB III. METODE PELAKSANAAN 4
3.1 Tempat dan Waktu 4
3.2 Bahan dan Alat 4
3.3 Perlakuan 5
3.4 Pelaksanaan 5
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 7
4.1 Hasil Percobaan 7
4.2 Pembahasan 10
KESIMPULAN 12
DAFTAR PUSTAKA 13
BAGIAN II. IDENTIFIKASI TANAMAN PERKEBUNAN 14
BAB I. PENDAHULUAN 14
1. Latar Belakang 14
2. Tujuan 14
BAB II. ISI 14
2.1 Daftar Tanaman Perkebunan 14
2.2 Kesimpulan 17
BAGIAN III. IDENTIFIKASI TANAMAN SAYUR DAN BUAH 18
BAB I. PENDAHULUAN 18
1. Latar Belakang 18
2. Tujuan 18
BAB II. ISI 18
2.1 Daftar Tanaman Hortikultura 18
2.2 Kesimpulan 22
BAGIAN IV. BUDIDAYA TANAMAN DALAM WADAH 23
BAB I. PENDAHULUAN 23
1. Latar Belakang 23
2. Tujuan 23
BAB II. ISI 23
2.1 Metode Pelaksanaan Budidaya Tanaman dalam Wadah atau
Pembibitan
23
2.2 Jenis Tanaman yang Ditanam 24
2.3 Pembahasan 25
2.4 Kesimpulan 25
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Tanaman jagung siap panen 2
Gambar 2. Grafik perbandingan tinggi tanaman jagung 7
Gambar 3. Grafik perbandingan jumlah daun 8
Gambar 4. Grafik perbandingan lingkar batang 8
Gambar 5. Grafik perbandingan bobot tongkol tanaman contoh 9
Gambar 6. Grafik perbandingan bobot brangkasan tanaman contoh 9
Gambar 7. Grafik perbandingan dimensi tongkol tanaman contoh 9
Gambar 8. Grafik perbandingan indeks panan 10
Gambar 9. Grafik perbandingan bobot tongkol basah berkelobot perpetak
10
Gambar 10. Grafik perbandingan produktivitas 10
Gambar 11. Kopi 15
Gambar 12. Kakao 15
Gambar 13. Teh 15
Gambar 14. Kelapa 16
Gambar 15. Kelapa sawit 16
Gambar 16. Karet 17
Gambar 17. Jarak pagar 17
Gambar 18. Pepaya 19
Gambar 19. Jujube 19
Gambar 20. Buah naga 19
Gambar 21. Ubi jalar 19
Gambar 22. Tomat ceri 20
Gambar 23. Jambu kristal 20
Gambar 24. Kucai 20
Gambar 25. Terong 20
Gambar 26. Pare 21
Gambar 27. Gambas 21
Gambar 28. Buncis 21
Gambar 29. Kangkung 21
Gambar 30. Bayam merah 22
Gambar 31. Sawi 22
Gambar 32. Selada 22
Gambar 33. Biji jeruk 24
Gambar 34. Biji pepaya 24
Gambar 35. Biji lengkeng 24
Gambar 36. Benih sengon buto dan putih 25
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman jagung (dalam centimeter) 7
Tabel 2. Rata-rata jumlah daun tanaman jagung (dalam helai) 8
Tabel 3. Rata-rata lingkar batang tanaman jagung (dalam centimeter)
8
Tabel 4. Rata-rata Komponen Produksi Tanaman Jagung 9
BAGIAN I.
PRAKTIK BUDIDAYA TANAMAN
Percobaan I.
Dosis Pemupukan Nitrogen pada Dua Varietas Jagung
BAB I.
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sekalipun termasuk jenis tanaman yang mudah beradaptasi dengan lingkungan
tumbuhnya, jagung tetap membutuhkan standar pemeliharaan tertentu agar
dapat tumbuh maksimal. Beberapa contoh hal yang perlu diketahui mengenai
pembudidayaan jagung adalah bagaimana mempergunakan media tanam benih,
pemupukan, pengendalian hama penyakit, dan langkah-langkah pemeliharaan
tanaman jagung itu sendiri, dari mulai penanaman hingga penanganan
pascapanen.
Dengan melakukan kegiatan langsung di lapangan, teori yang dipelajari di
bangku kuliah dapat langsung diaplikasikan. Tidak hanya mengenai
pemeliharaan jagung, namun pengamatan terhadap faktor-faktor yang
memengaruhi pertumbuhan jagung (dalam hal ini, faktor paling dominan yang
diamati adalah kebutuhan nitrogen) dapat dilakukan, serta hasilnya dapat
dikaji dan disesuaikan dengan teori yang ada.
2. Tujuan
Adapun beberapa tujuan dilaksanakannya praktikum ini antara lain,
1. Mahasiswa dapat menjelaskan prinsip dasar dalam budidaya tanaman.
2. Mahasiswa dapat menentukan tahapan kerja dalam budidaya tanaman.
3. Mahasiswa dapat menentukan dan menghitung kebutuhan sarana produksi:
benih, pupuk, pestisida, dan alat mesin pertanian.
4. Mahasiswa mendapatkan pengalaman empirik melakukan tindakan budidaya
mulai penanaman, pemeliharaan tanaman, hingga pemanenan.
5. Mahasiswa dapat menjelaskan fase-fase pertumbuhan dan perkembangan
tanaman, serta peranan faktor produksi dan tindakan budidaya terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jagung (Zea mays)
Gambar 1. Tanaman jagung siap panen
Jagung merupakan tanaman asli benua Amerika, telah ditanam oleh suku
Indian jauh sebelum Benua Amerika ditemukan. Di Indonesia sendiri, sejumlah
penulis sejarah berpendapat bahwa jagung mulai dikenal di Maluku pada akhir
abad ke-16 (Li, 1999).
Memiliki nama latin Zea mays, jagung termasuk dalam famili Graminae.
Kerabat jagung yang paling dekat bukanlah padi, melainkan rumput gama
(Tripsacum) dan teosinte (Zea mexicana). Teosinte sendiri sering disebut-
sebut sebagai 'ibu tanaman jagung' (Iriany et al, 2008).
Tanaman jagung termasuk dalam tanaman beriklim sedang hingga subtropis
atau tropis basah, dan faktor penting yang memengaruhi pertumbuhannya
adalah sinar matahari (Purwono, Hartono, 2007). Suhu ideal untuk
pertumbuhan jagung adalah 270-300C, dan pada kondisi normal, jagung
membutuhkan curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan.
Saat proses perkecambahan, pada awalnya jagung memiliki radicle (akar
kecambah), seminal root (akar primer), baru kemudian muncul fibrious root
system (akar serabut). Namun, akar kecambah dan akar primer hanya bersifat
sementara, yang kemudian hidup terus sebagai akar jagung yang sebenarnya
adalah akar serabut (Warisno, 1998).
Proses pertumbuhan jagung dibedakan dalam dua fase (stadia) pertumbuhan,
yaitu stadia vegetatif dan stadia generatif. Stadia vegetatif meliputi fase
berkecambah hingga pertumbuhan vegetatif (akar, batang, dan daun) yang
cepat, sebelum akhirnya menurun dan memasuki stadia generatif. Stadia
generatif dimulai dengan pembentukan primordia, lalu disusul proses
pembungaan yang mencakup penyerbukan dan pembuahan (AAK, 1993). Pada jagung
terdapat dua bunga, yaitu bunga jantan (staminate) yang terletak di ujung
batang, dan bunga betina (pistilate) yang terdapat pada buku-buku batang
yang nanti akan berkembang menjadi tongkol. Umumnya, hanya hanya tongkol
teratas atau dengan tongkol nomor dua yang berkembang.
Jagung merupakan tanaman yang peka terhadap kekurangan nitrogen, sebab
itu kesediaan nitrogen pada lahan akan sangat memengaruhi pertumbuhan
jagung. Terdapat beberapa jenis pupuk yang biasa digunakan pada tanaman
jagung, diantaranya urea (dosis hingga 250 kg/ha), SP-36 (dosis 75-100
kg/ha), dan KCl (dosis 50 kg/ha) (Martodireso, Suryanto, 2001). Pupuk urea
biasanya diberikan dua kali selama penanaman, yaitu setengah dosis di awal
penanaman benih, dan sisanya pada usia sekitar 4-MST.
Pada umumnya, umur jagung berkisar 3-4 bulan, tetapi umur panen jagung
sangat dipengaruhi oleh suhu. Setiap kenaikan tinggi 50 mdpl, umur panen
jagung akan mundur satu hari (Hyene, 1987). Tanaman jagung dapat dipanen
bila kelobotnya telah kuning, dan bijinya telah keras serta mengkilat.
Panennya dilakukan dalam bentuk tongkol berkelobot, harus dipisahkan antara
jagung yang sehat dengan jagung yang terinfeksi hama penyakit. Panen jagung
sendiri bervariasi menurut tujuan penanamannya, namun petani sebaiknya
memproses jagungnya agar mendapatkan nilai tambah (Matodierso, Suryanto,
2001).
Beberapa hama yang sering menyerang tanaman jagung antara lain ulat
tongkol, ulat tanah, penggerek daun, belalang, dan tikus. Terdapat juga
hama penyakit yang sering ditemui pada tanaman jagung, antara lain
penyakit, bulai, karat, busuk batang, dan busuk tongkol.
2.2 Deskripsi Varietas
Sejalan dengan perkembangan pemuliaan tanaman jagung, jagung dapat
dibedakan berdasarkan komposisi genetiknya, yaitu jagung bersari bebas dan
jagung hibrida. Jagung bersari bebas memiliki komposisi genetik yang
heterozigot heterogenus, sedangkan jagung hibrida memiliki komposisi
genetik heterozigot homogenus (Iriany et al, 2008).
Yang dimaksud dengan varietas bersari bebas adalah varietas yang benihnya
diambil dari pertanaman sebelumnya, atau dapat dipakai terus-menerus dari
setiap pertanamannya dan belum tercampur atau diserbuki oleh varietas lain.
Salah satu contoh varietas bersari bebas yang baik adalah Arjuna
(Firmansyah, 2010). Sedangkan, varietas jagung hibrida merupakan generasi
pertama (F1) hasil persilangan dua tetua galur murni atau lebih. Kelebihan
varietas hibrida dibandingkan dengan bersari bebas terletak pada daya hasil
yang lebih tinggi dan tanamannya yang lebih tahan hama penyakit. Namun,
benih jagung hibrida sendiri memiliki harga lebih mahal dan membutuhkan
pemupukan yang tinggi, serta lingkungan tumbuh yang lebih memadai
(Firmansyah, 2010).
BAB III.
METODE PELAKSANAAN
3.1 Tempat dan Waktu
Tempat : Kebun Percobaan Leuwikopo
Waktu : 3 September 2010 s.d. 19 November 2010, pk 07.00 – 10.00
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1. Bahan
1. Benih jagung bersari bebas dan hibrida
2. Pupuk Urea (45% N) dengan dosis 90 kg N/Ha dan 135 kg N/Ha
3. Pupuk SP-36 (36% P2O5) dengan dosis 72 kg P2O5/Ha
4. Pupuk KCL (60% K2O) dengan dosis 60 kg K2O/Ha
5. Furadan
6. Insektisida dan fungisida
3.2.2 Alat
1. Cangkul
2. Kored
3. Tali rafia
4. Ajir
5. Tugal
6. Meteran pengukur
7. Ember
8. Label percobaan
9. Kertas Koran
10. Plastik
11. Timbangan
3.3 Perlakuan
Pada praktikum ini, terdapat 4 (empat) perlakuan yang menggunakan dua
varietas jagung dengan dua dosis pemupukan Urea yang berbeda, antara lain:
1. J1N1: Jagung hibrida dengan dosis 90 kg N/ha.
2. J1N2: Jagung hibrida dengan dosis 135 kg N/ha.
3. J2N1: Jagung bersari bebas dengan dosis 90 kg N/ha.
4. J2N2: Jagung bersari bebas dengan dosis 135 kg N/ha.
3.4 Pelaksanaan
3.4.1 Penanaman
1. Jarak tanam jagung adalah 80 cm x 20 cm, dengan baris pertama
dimulai setengah jarak tanam antarbaris dari pinggir petakan.
Gunakan tali dan ajir sebagai acuan jarak tanam.
2. Alur pupuk dibuat dengan kedalaman 7 cm dan jarak 7 cm dari lubang
tanam.
3. Campurkan setengah dosis pupuk Urea dan seluruh dosis pupuk SP-36
dan KCl secara merata, lalu dibagi rata sesuai jumlah alur pupuk.
Setelah dibagi, pupuk ditaburkan secara merata dari ujung ke ujung.
4. Buat lubang benih dengan kedalaman 3-4 cm dan ditanami 1
benih/lubang, serta ditaburkan furadan sebanyak 5-6 butir/lubang.
5. Setelah semua lubang benih ditanami dan diberi insektisida, tutup
lubang benih dan alur pupuk dengan tanah lembut yang gembur. Pasang
label sesuai perlakuan, dan siram lagan dengan air secukupnya
hingga lembab.
3.4.2 Pemeliharaan
1. Penyulaman benih, dilakukan pada 1-MST. Lubang tanam diperiksa,
benih yang tidak tumbuh dibuang, lalu diganti dengan benih yang
baru.
2. Penyiangan gulma dan penggemburan tanah, dilakukan secara manual
menggunakan cangkul atau kored.
3. Pemupukan II (setengah dosis Urea yang tersisa), dilakukan pada 3-
MST dengan alur pupuk yang berbeda dari sebelumnya.
4. Pembumbunan, bersama dengan pemupukan II, membentuk guludan di
kanan dan kiri bagian bawah batang jagung untuk menguatkan posisi
dan menegakkan batang jagung.
5. Pengendalian hama penyakit, yaitu dengan menyemprotkan insektisida
jika dibutuhkan dan menaburkan furadan pada 3 atau 4 MST.
6. Pemasukan dan pembuangan air, dilakukan sesuai dengan kondisi tanah
pada petakan agar tetap lembab, tidak tergenang apalagi kering).
3.4.3 Pengamatan
1. Pengamatan dari pertumbuhan hingga panen, meliputi:
a. Daya tumbuh benih (presentase benih tumbuh) pada 1-MST
b. Ambil 10 tanaman contoh pada 2-MST, beri label, dan selanjutnya
amati peubah berikut hingga 75% populasi tanaman mengeluarkan
tassel:
1. tinggi tanaman (cm), dari permukaan tanah hingga ujung daun
tertinggi
2. jumlah daun (helai) yang telah membuka sempurna
3. lingkar batang (cm) pada ketinggian 10 cm saat tanaman mulai
keluar malai jantan
4. luas daun per tanaman, pada 6-MST dengan metode gravimetric,
yaitu menggambar semua daun pada kertas koran dan ditimbang,
lalu dibandingkan dengan bobot kertas koran.
c. Hitung umur tanaman saat 75% populasi mengalami tasseling.
d. Hitung umur tanaman saat 75% populasi mengalami silking.
e. Amati dan tentukan jenis hama penyakit yang menyerang tanaman.
2. Pengamatan pada saat panen (10-MST), meliputi:
a. Pada 10 tanaman contoh, peubah yang diamati adalah:
1. bobot tongkol berkelobot
2. bobot brangkasan tanaman contoh, lalu hitung Indeks Panennya
3. bobot tongkol siap dipasarkan
4. bobot tongkol tanpa kelobot
5. lingkar tongkol (cm) tanpa kelobot
6. panjang tongkol (cm) tanpa kelobot
7. panjang tongkol berbiji (cm)
b. Bobot tongkol basah berkelobot per petak, dengan cara memanen
seluruh tongkol kecuali tanaman baris dan kolom pinggir.
Hasilnya dijumlahkan dengan bobot tongkol tanaman contoh dan
dikonversikan ke luasan hektar.
BAB IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Percobaan
Hasil percobaan dari kelompok besar J (J1N1, J1N2, J2N1, J2N2) pada
praktikum Dosis Pemupukan Nitrogen Pada Dua Varietas Jagung:
"Perlakua"Umur Tanaman (MST) "
"n " "
" "1 "2 "3 "4 "5 "6 "
"J1N1 "42.7"64.5"98.7"133."158."189."
" " " " "1 "9 "4 "
"J1N2 " " "46.3"- "76.6"156."
" " " " " " "7 "
"J2N1 " " "52.3"77.4"134."157."
" " " " " "4 "9 "
"J2N2 "- "48.8"73.2"113."148."179."
" " "2 "8 "4 "86 "96 "
Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman jagung (dalam centimeter), serta
Gambar 2. Grafik perbandingan tinggi tanaman jagung
Dari tabel dan grafik di atas, dapat diamati pertumbuhan tanaman jagung
setiap perlakuan yang terus meningkat setiap minggunya, tanpa ada
pengurangan tinggi. Pada 6-MST (data lengkap) terlihat bahwa pertumbuhan
tertinggi dialami oleh perlakuan J1N1.
"Perlakua"Umur Tanaman (MST) "
"n " "
" "1 "2 "3 "4 "5 "6 "
"J1N1 "6 "7 "8 "8 "9 "10 "
"J1N2 "- "- "7 "- "7 "10 "
"J2N1 "- "- "7 "8 "9 "10 "
"J2N2 "- "6 "6 "8 "10 "11 "
Tabel 2. Rata-rata jumlah daun tanaman jagung (dalam helai), dan
Gambar 3. Grafik perbandingan jumlah daun
Dari data pada tabel dan grafik di atas dapat dilihat pertumbuhan jumlah
daun masing-masing kelompok. Pada 6-MST (data lengkap) diperoleh bahwa
jumlah daun terbanyak terdapat pada perlakuan J2N2.
"Perlakua"Umur Tanaman (MST) "
"n " "
" "6 "7 "8 "9 "10 "
"J1N1 "4.31 "4.5 "5.6 "5.71 "- "
"J1N2 "- "- "7.22 "- "6.51 "
"J2N1 "6 "6,34 "- "- "- "
"J2N2 "- "5,7 "6,1 "6.21 "- "
Tabel 3. Rata-rata lingkar batang tanaman jagung (dalam centimeter), dan
Gambar 4. Grafik perbandingan lingkar batang
Lingkar batang mulai diukur semenjak tasseling (keluarnya bunga jantan).
Dari data pada tabel dan grafik di atas, terlihat bahwa lingkar batang
terus bertambah. Tidak ada data MST yang lengkap, namun pada 8-MST terlihat
bahwa lingkar batang terbesar terdapat pada petak J1N2.
"Komponen "Perlakuan "
"Produksi " "
" "J1N1 "J1N2 "J2N1 "J2N2 "
"BTK (g) "200 "317 "196 "292.5 "
"BTTK (g) "108 "200 "181.9 "201.5 "
"BTSP (g) "174 "302 "107 "143 "
"BBr (g) "432 "615.8 "234 "483 "
"Rasio B/A "1.97 "6.3 "- "2.89 "
"PTTK (cm) "17.26 "22.30 "12.88 "18.75 "
"PTBj (cm) "14.78 "17.9 "10.56 "15.75 "
"LTTK (cm) "13.68 "13.60 "11.46 "14.71 "
"IP "0.42 "0.51 "0.83 "0.60 "
"BTBP (kg) "51.5 "65.17 "56.96 "49.79 "
"Produktivita"6.866 "8.670 "7.594 "6.639 "
"s (ton/ha) " " " " "
Tabel 4. Rata-rata Komponen Produksi Tanaman Jagung
Keterangan tabel rata-rata komponen produksi tanaman jagung:
BTK : bobot tongkol berkelobot
BTTK : bobot tongkol tanpa kelobot
BTSP : bobot tongkol siap dipasarkan
BBr : bobot berangkasan
Rasio B/A : rasio batang per akar
PTTK : panjang tongkol tanpa kelobot
PTBj : panjang tongkol berbiji
LTTK : lingkar tongkol tanpa kelobot
IP : indeks panen
BTKP : bobot tongkol basah berkelobot perpetak
Gambar 5.Grafik perbandingan bobot tongkol tanaman contoh,
Gambar 6.Grafik perbandingan bobot brangkasan tanaman contoh, serta
Gambar 7.Grafik perbandingan dimensi tongkol tanaman contoh
Dari grafik mengenai perbandingan bobot tongkol, bobot brangkasan, dan
dimensi tongkol tanaman contoh keempat perlakuan di atas, terlihat bahwa
bobot tongkol, bobot brangkasan, dan dimensi tongkol terbesar mayoritas
terdapat pada perlakuan J1N2.
Gambar 8.Grafik perbandingan indeks panen, Gambar 9.Grafik perbandingan
bobot tongkol basah berkelobot perpetak, dan Gambar 10.Grafik perbandingan
produktivitas
Begitu pun dengan bobot tongkol basah per petak dan produktivitas, hasil
tertinggi dimiliki oleh perlakuan J1N2, walaupun indeks panen tertinggi
dimiliki oleh J2N1.
4.2 Pembahasan
Faktor pemberian pupuk terlihat sangat memengaruhi pertumbuhan tanaman
jagung. Pada umumnya, tanaman jagung yang diberikan dosis pemupukan
Nitrogen sebanyak 135 kg N ha-1 lebih baik produksinya dibandingkan dengan
dosis pemupukan Nitrogen sebanyak 90 kg N ha-1. Namun, jika dilihat pada
data perbandingan tinggi tanaman, tanaman tertinggi justru didapatkan pada
perlakuan J1N1, yaitu jagung hibrida dengan dosis pemupukan Nitrogen
sebanyak 90 kg N ha-1. Hal ini memberi gambaran bahwa dosis pemupukan tidak
selamanya memiliki kurva yang linier terhadap tanaman, melainkan bersifat
kuadratik atau ada kemungkinan terlalu banyak pupuk justru mengurangi
produktivitas tanaman (dalam hal ini adalah tinggi tanaman) (Sirappa,
2002).
Pertumbuhan tanaman jagung cenderung stagnan setelah 6 MST (terjadi
tasseling, sehingga setelahnya pengukuran tidak dicantumkan). Hal ini
terjadi karena setelah keluar bunga jantan, tanaman jagung mulai memasuki
fase pengisian tongkol (sudah melewati fase vegetatif). Setelah 6-MST,
jumlah daun juga stagnan bahkan ada yang berkurang, hal ini masih wajar
karena daun bisa lepas dari batangnya, diantaranya disebabkan oleh sudah
layu atau lepas kerena faktor manusia. Akan tetapi, kasus penurunan
pertumbuhan lingkar batang, hal ini sudah masuk dalam ketidakwajaran karena
tanaman bersifat irreversible (tidak dapat balik). Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu kesalahan perhitungan pada saat pengamatan atau
kesalahan jarak standar pengukuran (10 cm dari tanah). Pada kasus J1N2,
lingkar batang minggu ke-8 bukanlah rataan dari seluruh tanaman contoh
(namun sudah 75% tasseling), sedangkan data minggu ke-10 adalah data
keseluruhan tanaman contoh.
Pada data pengamatan pascapanen, dapat dilihat pula bahwa tanaman jagung
berdosis pemupukan Nitrogen 135 kg N ha-1 memiliki bobot tongkol, bobot
brangkasan, dan dimensi tongkol lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman
jagung berdosis pemupukan Nitrogen 90 kg N ha-1. Namun, pada data bobot
tongkol basah berkelobot dan produktivitas, justru jagung bersari bebas
dengan dosis Nitrogen 135 kg N ha-1 memiliki nilai paling rendah, walau
indeks panennya paling tinggi. Hal ini dapat disebabkan oleh pengaruh dosis
pemupukan juga, serta beberapa faktor lain (seperti kondisi benih,
penyakit, ataupun kondisi lainnya) yang mungkin terjadi selama proses
pertumbuhan tanaman jagung.
Berdasarkan data pertumbuhan tinggi, terbentuknya daun, pertumbuhan
lingkar batang, dan komponen produksi tanaman jagung, dapat diketahui bahwa
produktivitas dari jagung hibrida lebih tinggi dibandingkan dengan
produktivitas jagung bersari bebas. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal,
yaitu:
1. Lingkungan yang tidak mendukung pada saat pertumbuhan. Penanaman
dilakukan pada awal musim hujan dan varietas jagung bersari bebas tidak
resisten terhadap curah hujan yang tinggi dibandingkan varietas hibrida,
pertumbuhan varietas jagung bersari bebas lebih rendah dibandingkan
dengan varietas jagung hibrida. Pada kasus kali ini, curah hujan yang
tinggi dan lingkungan yang lembab menjadi starter penyebab penyakit pada
jagung.
2. Penyakit bulai pada daun. Dinamakan penyakit bulai karena tanaman jagung
yang terserang mempunyai gejala khas, yakni timbulnya garis putih
kekuningan pada helaian daun yang cukup lebar, dan memanjang sepanjang
helaian daun. Penyakit bulai ini merupakan jenis penyakit paling utama
pada tanaman jagung, dan pertama kali ditemukan di Indonesia pada tahun
1897. Jamur yang menyebabkan penyakit bulai ini diberi nama
Peronosclerospora maydis. Selain itu, juga terdapat tepung putih yang
merupakan spora jamur yang mudah sekali diterbangkan angin dan menular
pada tanaman jagung sekitarnya sampai jarak 2 km. Penyakit ini
menyebabkan tanaman yang terserang tidak bisa berfotosintesis dengan
sempurna karena zat hijau daunnya menjadi berkurang. Hal ini berakibat
pada sulitnya pertumbuhan tanaman jagung yang terserang.
3. Ulat heliothis (Ulat penggerek tongkol). Hama ini diberi nama Heliothis
armigera Hbn. Ulat ini memakan tongkol jagung yang sudah siap panen. Hama
ini berwarna hijau. Jika tongkol dari salah satu tanaman saja dalam satu
areal tersebut sudah terkena ulat ini, maka bisa dipastikan areal
tersebut sudah terinfeksi oleh ulat ini. Hama yang satu ini menyebabkan
penurunan hasil panen jagung karena tongkol yang terkena ulat ini sudah
pasti rusak dan tidak layak jual.
KESIMPULAN
Dari data tentang laporan Praktikum Dosis Pemupukan Nitrogen pada Dua
Jenis Jagung dapat disimpulkan bahwa teori tanaman irreversible terbukti.
Selain itu, kaitannya dengan dosis pemupukan, tanaman yang dipupuk dengan
135 kg N ha-1 memiliki produktivitas lebih tinggi dibandingkan dengan
tanaman yang dipupuk 90 kg N ha-1.
Berdasarkan hasil produksi, dapat pula disimpulkan bahwa varietas
hibrida memiliki produktivitas lebih tinggi dibandingkan dengan varietas
bersari bebas. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain
keunggulan benih jagung hibrida sendiri jika dibandingkan dengan jagung
bersari bebas, adanya hama dan penyakit yang lebih mungkin diderita tanaman
jagung varietas bersari bebas karena kurang resisten terhadap lingkungan,
sehingga berpengaruh terhadap produktivitas.
DAFTAR PUSTAKA
Aksi Agraris Kanisius. 1993. Jagung. Yogyakarta: Kanisius.
Firmansyah, Hilman. 2010. Varietas Bersari Bebas (NonHibrida) dalam Usaha
Budidaya Jagung [terhubung berkala] http://binaukm.com/2010/06/varietas-
bersari-bebas-non-hibrida-dalam-usaha-budidaya-jagung/ [17 Desember 2010]
Hyene, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia-I. Balai Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan Bogor.
Iriany, Neni R., M. Yasin H. G, Andi Takdir M. 2008. Asal, Sejarah,
Evolusi, dan Taksonomi Tanaman Jagung [terhubung berkala]
http://balitsereal.litbang. deptan.go.id/ind/bjagung/tiga.pdf [17
Desember 2010]
Li, Tania Murray. 1999. Proses Transformasi Daerah Pedalaman di Indonesia.
Sumitro, S. N. Kartikasari, penerjemah. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Terjemahan dari: Transforming the Indonesian Uplands: Marginality, Power,
and Production.
Martodireso, Sudadi, Widada Agus Suryanto. 2001. Terobosan Teknologi
Pemupukan dalam Era Pertanian Organik. Yogyakarta: Kanisius.
Purwono, Rudi Hartono. 2007. Bertanam Jagung Unggul. Jakarta: Penebar
Swadaya
Sirappa, M. P. 2002. Penentuan Batas Kritis dan Dosis Pemupukan untuk
Tanaman Jagung di Lahan Kering pada Tanah Typic Usthorthents. Jurnal Ilmu
Tanah dan Lingkungan Vol 3 (2) (2002): hal 25-37.
Warisno. 1998. Budidaya Jagung Hibrida. Yogyakarta: Kanisius.
BAGIAN II.
IDENTIFIKASI TANAMAN PERKEBUNAN
BAB I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman perkebunan merupakan salah satu komoditas pertanian Indonesia.
Kakao, kopi, teh, kelapa, kelapa sawit, karet dan jarak, semuanya merupakan
sumber devisa negara. Wilayah Indonesia yang notabene memiliki tanah subur
dan kaya akan mineral sangat menunjang dalam proses pembudidayaan tanaman-
tanaman perkebunan ini. Oleh karena itu, melalui mata kuliah Dasar-Dasar
Agronomi, akan dipelajari proses budidaya tanaman perkebunan ini.
Praktikum Dasgron kali ini diselenggarakan di Kebun Percobaan Cikabayan,
sebagai sarana dalam pengenalan jenis tanaman perkebunan sebagai pelengkap
dan pendukung dalam pemahaman teori yang diberikan pada perkuliahan.
1.2 Tujuan
Mengidentifikasi berbagai jenis tanaman perkebunan yang terdapat di Kebun
Percobaan Cikabayan Atas.
BAB II.
ISI
2.1 Daftar Tanaman Perkebunan
a. Kopi (Coffea sp.)
Era penemuan biji kopi dimulai sekitar tahun 800 SM di Afrika.
Selanjutnya, kopi mulai berkembang di Arab dan barulah pada tahun 1600-an
biji kopi keluar dari Mekah lalu tumbuh di berbagai daerah di luar Arab,
seperti di Eropa, Amerika, dan seluruh dunia. Terdapat dua jenis kopi,
yaitu tipe Arabica (dataran tinggi) dan tipe Robusta (dataran rendah) yang
terdapat di KP Cikabayan.
Kopi sudah dapat dipanen saat berumur dua tahun, jarak tanam 3 m x 3
m, dan terdapat tunas air di sebelah batang bawah yang harus dipangkas.
Buah kopi muda berwarna hijau, lalu menguning, dan masak berwarna merah.
Hasilnya adalah biji kopi, diolah menjadi bahan minuman dan makanan.
b. Kakao (Theobroma cacao)
Berasal dari Amerika Selatan, dari biji tumbuhan ini dihasilkan produk
olahan yang dikenal sebagai cokelat. Kakao merupakan tumbuhan tahunan
(perennial), di alam bebas ketinggiannya dapat mencapai 10 m, namun dalam
pembudidayaan tingginya tidak lebih dari 5 m dan memiliki tajuk menyamping
meluas untuk memperbanyak cabang produktif.
Terdapat dua tipe kakao, yaitu tipe Forestero var UAH (Upper Amazon
Hibrid) dan tipe Criollo (terdapat di KP Cikabayan). Berbuah saat dua
tahun, Jenis buah saat muda berwarna hijau atau merah, lalu dapat dipanen
setelah warna buah berubah menjadi kuning atau orange. Kakao membutuhkan
naungan dan jarak tanamnya adalah 3 m x 3 m. Hasil yang diambil bijinya,
yang dijadikan bahan makanan, minuman, dan kosmetik.
c. Teh (Camelia sinensis)
Tinggi pohon teh tidak boleh lebih dari 65 cm. Tedapat 2 jenis pucuk
daun teh, yaitu pucuk burung (pucuk yang tidak berkembang) dan pucuk peko
(pucuk yang berkembang). Terdapat 3 jenis teh, yaitu teh hitam, teh hijau,
dan teh olong. Jarak tanam teh adalah 1,2 m x 0,7 m. Pohon produktif selama
50–70 tahun, namun setelah itu hasil produksinya menurun, yang berarti
pohon telah saatnya diganti oleh yang baru.
Pemanenan teh membutuhkan tenaga kerja intensif dan prosedur yang
digunakan memerlukan keahlian khusus. Pemetik teh belajar mengenali dengan
tepat pucuk daun mana yang harus dipetik. Hal ini penting untuk memastikan
kelunakan daun yang dipetik agar menghasilkan teh yang terbaik. Setelah
pemetikan, daun teh dibawa ke pabrik untuk diproses lebih lanjut.
d. Kelapa (Cocos nucifera)
Termasuk salah satu jenis tumbuhan dari suku aren-arenan atau
Arecaceae dan adalah anggota tunggal dalam marga Cocos. Tumbuhan ini
dimanfaatkan hampir semua bagiannya sehingga dianggap sebagai tumbuhan
serba guna, khususnya bagi masyarakat pesisir. Jarak tanam
kelapa adalah 8 m x 8 m atau 9 m x 9 m dengan membentuk segitiga sama sisi.
Terdapat 3 jenis kelapa, yaitu:
Kelapa dalam; menghasilkan setelah 7-8 tahun, pohon tinggi, buah
berjumlah sedikit, memiliki bole (gumpalan di batang dekat akar).
Kelapa genjah; menghasilkan setelah 4-5 tahun, pohonnya rendah, jumlah
buah banyak, ukuran buah kecil, kandungan minyak rendah.
Kelapa hibrida; cepat berbuah, pohonnya pendek, buahnya banyak, ukuran
buah besar, kadar minyak banyak.
e. Kelapa Sawit (Elaeis guineensi)
Mulai menghasilkan buah setelah berumur lebih dari 3 tahun, kelapa
sawit yang dibudidayakan di KP Cikabayan adalah varietas Dura, Pisivera,
dan Tenera. Hal ini dikarenakan Dura memiliki cangkang tebal namun
berdaging tipis, sedangkan Pasivera kebalikannya. Tenera (persilangan)
adalah keseimbangan dari keduanya, dengan cangkang dan daging berrasio
seimbang. Pada persilangan ini, yang menjadi jantan adalah varietas
Pisivera sedangkan betinanya adalah varietas Dura. Jarak tanam tanam kelapa
sawit adalah 8 m x 8 m atau 9 m x 9 m dengan bentuk segtiga sama sisi.
f. Karet (Havea brasiliensis)
Awalnya hanya tumbuh di Brasil, Amerika Selatan, namun akhirnya karet
berhasil dikembangkan di Asia Tenggara hingga saat ini. Hasil utama pohon
karet adalah lateks. Pohon karet yang sudah siap disadap jika telah tercium
bau asam semut. Penyadapan adalah mengiris kulit batang dari kiri atas ke
kanan bawah dengan sudut 30°-40°
dan pada ketinggian 45 cm. Waktu penyadapan pagi, hasil diambil siang. Bisa
dilakukan sehari, dua hari, hingga tiga hari sekali. Utamanya, penyadapan
dilakukan tiga hari sekali, agar memberi peluang tanaman karet berproduksi.
Terdapat dua macam sadapan, yakni sadapan perawan dan sadapan mati.
g. Jarak Pagar (Jatropha curcas)
Berasal dari daerah tropis di Meksiko, Amerika Tengah, konon, Jatropha
curcas dibawa ke Indonesia melalui tanam paksa di era penjajahan Jepang,
untuk dijadikan BBM oleh tentara Jepang. Ia merupakan tanaman tahunan yang
tahan kekeringan, termasuk dalam family Euphorbiaceae. Terdapat tiga
varietas jarak yang didasarkan pada umur pembungaan dan pembuahan, yaitu
varietas berumur genjah (pendek), tengahan, dan dalam. Fungsi tanaman ini
adalah sebagai bahan sumber energi, bahan pembuatan sabun, obat, dan
ampasnya untuk pupuk organik karena mengandung Nitrogen (N) dan bahan-bahan
organik lainnya.
2.2 Kesimpulan
Tanaman Perkebunan merupakan tanaman tahunan atau tanaman perennial.
Perawatannya tergolong sederhana, hanya pemupukan dan pemangkasan cabang
yang tidak berguna. Hasil tanaman perkebunan memiliki nilai jual yang cukup
tinggi, karenanya termasuk komoditas cukup penting bagi negara kita.
BAGIAN III.
IDENTIFIKASI TANAMAN SAYUR DAN BUAH
BAB I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Prinsip-prinsip dasar budidaya tanaman, pengenalan faktor-faktor produksi
dan pengaruhnya terhadap tumbuhan tanaman adalah salah satu nilai penting
dalam pembelajaran mata kuliah Dasar-dasar Agronomi. Praktikum ini berupa
kegiatan lapang yang diselenggarakan di KP Cikarawang. Kegiatan praktikum
ini sebagai sarana dalam penganalan jenis tanaman hortikultura untuk
mendukung pemahaman teori yang diberikan dalam perkuliahan. Selain itu,
mahasiswa akan memperoleh pengalaman empiris dengan melakukan kegiatan dari
pengenalan tanaman, yakni mengamati morfologi, cara penenaman, pembibitan,
pemeliharaan dan pengendalian hama tanaman di KP Cikarawang tersebut secara
langsung.
1.2 Tujuan
Praktikan dapat mengetahui berbagai jenis tanaman hortikultura, cara
menanam tanaman hortikultura, dan dapat mengidentifikasi jenis hama
penyakit tanaman hortikutura serta cara mengendalikannya.
BAB II.
ISI
1. Daftar Tanaman Hortikultura
a. Pepaya (Carica papaya)
Dari suku Caricaceae, tanaman ini dapat tumbuh pada dataran rendah dan
tinggi 700 - 1000 mdpl, curah hujan 1000 - 2000 mm/tahun. Tanah subur,
gembur, mengandung humus dan harus banyak menahan air, pH tanah yang ideal
adalah netral dengan pH 6 -7. Pupuk yang digunakan adalah pupuk ZA, TSP dan
KCL. Penyakit yang menyerang pepaya adalah kutu tanaman (Aphid sp.,
Tungau). Tanaman pepaya
dapat dipanen setelah berumur 9-12 bulan.
b. Jujube (Ziziphus mauritiana)
Jujubi berasal dari negara India, bisa disebut buah putsa di
Indonesia. Semakin tinggi intensitas cahaya, makin bagus hasilnya, namun
juga harus diimbangi dengan kebutuhan resapan air yang sesuai. Media
tanamnya merupakan kombinasi dari
beberapa bahan, diantaranya tanah, sekam, dan pupuk kandang dengan
perbandingan 1:2:3. Pemupukan harus dilakukan dengan dosis tertentu.
Kelebihan dan kekurangan dosis tentu berdampak buruk bagi tanaman.
c. Buah Naga
Buah naga memiliki berbagai macam spesies, diantaranya Hylocereus
undatus (daging putih), Hylocereus polyrhizus (daging merah), Hylocereus
costaricensis (daging
merah super), Selenicereus megalanthus (kulit kuning, tanpa sisik). Ditanam
di dataran rendah, pada ketinggian 20–500 mdpl, kondisi tanah yang gembur
dengan pH tanah 5–7. Pemanenan saat buah umur 50 hari terhitung sejak bunga
mekar.
d. Ubi Jalar Ungu (Ipomea batatas)
Dapat tumbuh di ketinggian 500-1000 mdpl dengan curah hujan 750-1500
mm/tahun, dan pH tanah 5,5-7,5. Ubi jalar ungu banyak ditemukan di Malang
dan Bali. Bibit berasal dari stek batang
atau pucuk diambil dari varietas/klon unggul. Pupuk yang digunakan adalah
pupuk organik atau anorganik (urea, KCl dan SP-36). Hama dan penyakit utama
yang menyerang ubi jalar adalah hama penggerek, hama Boleng atau Lanas,
tikus, penyakit Kudis atau Scab. Ubi jalar dapat dipanen pada umur 3–5
bulan.
e. Tomat Ceri (Solanum lycopersicum jenis cherry)
Cocok ditanam pada daerah ketinggian 600-1500 mdpl. Tomat berbentuk
kecil ini banyak terdapat di daerah Malang, Jawa Timur. Biji tomat cherry
terlebih dahulu dijadikan bibit selama satu
bulan. Pupuk yang digunakan adalah pupuk khusus hidroponik yang disebut
larutan AB mix. Tanaman ini dipanen setelah 5 -6 bulan.
f. Jambu Kristal (Psidium guajava L)
Teknik Top Working pada jambu biji merupakan teknik okulasi (budding)
yang memadukan antara batang bawah dengan batang atas, di mana batang bawah
umumnya sudah berwujud
pohon yang besar (pohon yang sudah berproduksi). Pemberian pupuk N berupa
Urea 0,5 kg/pohon dilakukan pada awal musim hujan (September).
g. Kucai (Allium tuberosum Rottler ex Spreng. , A. ramosus)
Kucai memiliki daerah sebaran di Nepal India, Cina, Taiwan, Korea,
Jepang, Indo-Cina, Tailand, Indonesia dan Filipina. Cara pemeliharaan
tanaman kucai sederhananya adalah
menyiangi gulma yang tumbuh di areal pertanaman sambil melakukan pengairan.
Pertumbuhan vegetatif bisa dilakukan melalui perbanyakan umbi atau bijinya.
h. Terung (Solanum melongena L.)
Berasal dari Benua Asia, terutama India dan Birma. Jenis terung yang
ditanam ada 2, yaitu terung Ungu dan terung Bogor yang berbentuk bulat.
Buah pertama dipetik setelah umur 3-4 bulan, tergantung varietas. Pemetikan
berikutnya dilakukan rutin 3-7 hari
Sekali, dipilih buah yang siap dipetik. Hama penyakit yang menyerang terung
adalah Kumbang Daun, Kutu Daun, Tungau, Busuk Buah, dan Bercak Daun.
i. Pare Taiwan (Momordica charantia)
Termasuk jenis sayuran dataran rendah, ketinggian 1 - 1.500 meter di
atas permukaan laut cocok untuk tanaman pare. Perawatan yang penting adalah
penyiangan dan pemangkasan Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang dan
NPK. Hama pare yang sering mengganggu adalah ulat dan kutu daun.
Pengendalian dapat dengan membungkus buah data kertas Koran atau plastik.
j. Gambas / Oyong (Luffa acutangula L. Roxb.)
Berasal dari India, namun tanaman ini telah beradaptasi lama di daerah
Asia Tenggara termasuk Indonesia. Pemeliharaan tanaman gambas yang biasa
dilakukan adalah pemangkasan daun dan pupuk yang digunakan adalah pupuk
kandang dan NPK.
Gambas diperbanyak dengan biji. Benih gambas dapat ditanam langsung di
lapangan dengan menggunakan para para maupun trails sebagai tempat
merambatnya sulur.
k. Buncis (Phaseolus vulgaris L.)
Berasal dari Amerika, hingga kini pembudidayaan tanaman buncis
di Indonesia telah meluas ke berbagai daerah. Pemeliharaan tanaman dapat
dilakukan dengan penyulaman, pembumbunan, pemangkasan sulur, dan pemupukan.
Pemanenan
dapat dilakukan saat tanaman berumur 60 hari.
l. Kangkung (Ipomoea sp)
Dapat ditanam di dataran rendah dan tinggi, merupakan jenis tanaman
sayuran daun termasuk kedalam famili Convolvulaceae. Daun kangkung
merupakan sumber vitamin
pro vitamin. Berdasarkan tempat tumbuh, kangkung dibedakan menjadi dua
macam yaitu kangkung darat dan kangkung air. Pemeliharaan yang perlu
diperhatikan adalah ketersediaan air, lakukan penyiraman jika tidak turun
hujan.
m. Bayam Merah (Amaranthus gangeticus)
Bayam merah berbunga tahunan dan mempunyai bunga ungu gelap. Ia mampu
tumbuh setinggi 2-3 kaki. Merupakan terna semusim yang menyukai iklim
hangat dan cahaya kuat. Bayam relatif tahan terhadap pencahayaan langsung
karena merupakan tumbuhan C4. Bunganya tersusun majemuk tipe tukal yang
rapat, dan bijinya berwarna hitam, kecil dan keras.
n. Sawi / Caisin (Brassica sinensis L.)
Termasuk famili Brassicaceae, berdaun panjang, halus, tidak berbulu,
dan tidak berkrop. Mengandung pro vitamin A dan asam askorbat yang tinggi.
Biasanya dibudidayakan di daerah 100
-500 mdpl, dengan kondisi tanah gembur, banyak mengandung humus, subur dan
drainase baik. Sawi terdiri dari dua jenis, yaitu sawi putih dan sawi
hijau.
o. Selada (Lactuca sativa L.)
Selada merupakan famili Umbelliferae, pusat penyebaran tanaman selada
diduga dari kawasan laut Mediteran. Selada merupakan tanaman sayuran
semusim, ditanam dengan bijinya dan
dikonsumsi daunnya. Tanaman selada tumbuh baik pada tanah dataran tinggi
tropik
2.2 Kesimpulan
Sebagian komiditi yang di tanam di kebun percobaan Cikarawang
merupakan tanaman annual atau tanaman semusim. Tanaman hortikultura
memerlukan prawatan yang sangat intensif. Tanaman sayuran, khususnya
sayuran organik, memiliki nilai jual yang tinggi dan memang diperuntukkan
bagi konsumen kelas menengah ke atas.
BAGIAN IV.
BUDIDYA TANAMAN DALAM WADAH
BAB I.
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Wadah tanam memiliki dua fungsi umum, yaitu untuk penanaman sampai
tanaman dewasa dan berproduksi, serta untuk pembesaran bibit sebelum
dipindahkan ke lapangan. Wadah tanaman dapat dibuat dari berbagai macam
bahan, seperti logam, kayu, gerabah, porselen, maupun plastik. Wadah tanam
dari bahan plastik dapat berupa pot atau cukup berupa kantung (polybag).
1.2 Tujuan
Untuk mempelajari penanaman tanaman dalam wadah, mengetahui ukuran dan
jenis wadah, kondisi bahan tanaman, jenis dan dosis, serta konsentrasi
pupuk.
BAB II.
ISI
2.1 Metode Pelaksanaan Budidaya Tanaman dalam Wadah atau Pembibitan
Pertama-tama, disiapkan wadah kantong plastik (polybag) berukuran 15cm x
20 cm. Selanjutnya, disiapkan benih yang akan ditanam. Sebagai media,
digunakan campuran pupuk kandang dan tanah dengan perbandingan 1 : 1.
Lalu, tanah dan pupuk kandang yang sudah dicampur dimasukkan dalam
polybag yang sudah dilubangi, diisi hingga penuh dan dimampatkan agar
polybag berdiri tegak dan tidak roboh. Kemudian, benih dimasukkan dalam
polybag. Polybag yang sudah terisi benih diletakkan dibawah naungan/lath
house dan disusun secara teratur sehingga mudah dihitung.
2.2 Jenis Tanaman yang Ditanam
a. Jeruk (Citrus L.)
Asal jeruk adalah dari Asia Timur dan Asia Tenggara. Jeruk manis dan
sitrun (lemon) berasal dari Asia Timur, sedangkan jeruk bali, jeruk nipis
dan jeruk purut berasal dari Asia Tenggara. Bertajuk pohon kecil, perdu
atau semak besar dengan batang atau
ranting berduri panjang. Daun hijau abadi dengan tepi rata. Bunga tunggal
atau dalam kelompok, lima mahkota bunga (kadang-kadang empat) berwarna
putih atau kuning pucat, memiliki stamen banyak, seringkali sangat harum.
b. Pepaya (Carica papaya L.)
Berasal dari Meksiko bagian selatan dan bagian utara dari Amerika
Selatan, pepaya kini menyebar luas dan banyak ditanam di seluruh daerah
tropis untuk diambil buahnya. Umumnya tidak bercabang atau bercabang
sedikit, tumbuh hingga setinggi 5-10 m dengan daun-daunan yang membentuk
serupa spiral pada batang pohon bagian atas. Daunnya menyirip lima dengan
tangkai yang panjang dan berlubang di bagian tengah.
c. Lengkeng (Dimocarpus longan)
" " "
" " "
" " "
" " "
" " "
" " "
" " "
Lengkeng adalah tanaman buah-buahan yang berasal dari daratan Asia
Tenggara. Pohonnya dapat mencapai tinggi 40 m dan diameter batangnya hingga
sekitar 1 m. Berdaun majemuk, anak daun bulat memanjang, mengertas sampai
menjangat, dengan bulu-bulu kempa terutama di sebalah bawah di dekat
pertulangan daun.
d. Sengon (Enterolobium sp.)
Sengon Buto adalah pohon yang pertumbuhannya cepat hingga siap pakai
tanpa harus menunggu puluhan tahun untuk layak pakai dan layak jual. Sengon
buto kwalitasnya lebih baik dibanding dengan sengon putih. Sebaran alami
sengon dari daerah tropis Amerika, terutama di bagian utara, tengah dan
selatan Mexico. Jenis ini tumbuh pada ketinggian 0 – 1000 mdpl
dengancurah hujan 600 – 4800 mm/tahun. Di Indonesia, sengon mulai di tanam
pada tahun 1974 di KP Pusat Penelitian Hutan di Sumber Wringin dan RPH
Sumber Wringin, Situbondo Jawa Timur dan berfungsi sebagai sumber benih.
Buah sengon termasuk buah polong, dengan kulit keras. Benih masak
ditandai dengan warna buah coklat tua dan berisi ± 13 benih. Benih sengon
buto berwarna coklat tua dengan garis coklat muda ditengahnya. Dalam 1 kg,
terdapat 900 – 1000 benih.
2.3 Pembahasan
Penanaman lima bibit dilakukan dengan berbagai macam keadaan. Ada yang
dalam satu wadah satu benih (jeruk, lengkeng, dan sengon buto), serta ada
pula yang dalam satu wadah terdiri dari beberapa benih (pepaya dan sengon
putih).
Setelah dibiarkan beberapa minggu maka didapatkan hasil tanaman jeruk
yang tumbuh sebanyak 4 tanaman, tanaman lengkeng yang tumbuh sebanyak 5
tanaman, papaya sebanyak 8 tanaman, sengon buto sebanyak 5 tanaman, dan
tidak ada sengon putih yang tumbuh. Hal ini terjadi kemungkinan diakibatkan
karena perawatan yang tidak intensif (seperti tidak dilakukannya penyiraman
kecuali saat pertama menanam dan saat hujan, serta tidak dipenuhinya
kebutuhan unsur hara pada media tanam).
2.4 Kesimpulan
Budidaya tanaman tidak hanya dilakukan di lahan terbuka, namun dapat pula
menggunakan wadah sebagai tempat media tanam. Pada budidaya tanaman dalam
wadah, unsur pemeliharaan sangatlah penting. Akar tanaman menjadi terbatas
geraknya oleh wadah, karenanya secara berkala harus dicukupi kebutuhannya,
yaitu dengan disiram dan diberikan pupuk untuk pemenuhan unsur haranya
sesuai kebutuhan.
-----------------------
Gambar 11. Kopi
Gambar 12. Kakao
Gambar 13. Teh
Gambar 14. Kelapa
Gambar 15. Kelapa sawit
Gambar 16. Karet
Gambar 17. Jarak Pagar
Gambar 18.
Pepaya
Gambar 19.
Jujube
Gambar 20.
Buah naga
Gambar 21.
Ubi jalar
Gambar 22.
Tomat ceri
Gambar 23.
Jambu kristal
Gambar 24.
Kucai
Gambar 25.
Terung
Gambar 26. Pare
Gambar 27.
Gambas
Gambar 28.
Buncis
Gambar 29.
Kangkung
Gambar 30.
Bayam merah
Gambar 31.
Sawi
Gambar 32.
Selada
Gambar 33. Biji jeruk
Gambar 34. Biji pepaya
Gambar 35. Biji lengkeng
Gambar 36. Benih sengon
buto dan putih