LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA I LIPID
OLEH : Nama
: Rahika Ontita Leni
NIM
: 06111010038
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA INDRALAYA 2013
LIPID
I.
NOMOR PERCOBAAN
: IX
II.
NAMA PERCOBAAN
: Lipid
III.
TUJUAN PERCOBAAN
:
-
Mengetahui kelarutan lipid pada pelarut tertentu
-
Mempelajari terjadinya reaksi hidrolisis pada minyak oleh basa (reaksi penyabunan)
-
IV.
Mengetahuio kadar lemak dalam susu
LANDASAN TEORI
Lipid adalah senyawa organik yang tidak larut dalam air tapi dapat diekstraksi dengan pelarut non polar seperti khloroform, eter, benzena, alcohol, aseton, dan karbondisulfid. Lipid juga merupakan kelompok senyawa beraneka ragam. Lemak dikenal merupakan salah satu dari senyawa lipid. Adapun yang termasuk senyawa lipid antara lain kolesterol, steroid, dan terpenoid. Lipid berasal dari kata Yunani yang berarti lemak. Secara bahasa lipid merupakan lemak, sedangkan kalau dilihat dari stukturnya, lipid merupakan senyawa trimester yang dibentuk dari senyawa gliserol dan berbagai asam karboksilat rantai panjang. Jadi lemak disusun dari dua jenis molekul yang lebih kecil yaitu gliserol dan asam lemak. Gliserol adalah sejenis alkohol yang memiliki tiga karbon yang masing-masing mengandung sebuah gugus hidroksil. Asam lemak memiliki kerangka karbon yang panjang, umumnya 16 sampai 18 atom karbon, panjangnya salah satu ujung asam lemak itu adalah kepala yang terdiri atas suatu gugus karboksil dan gugus fungsional yang menyebabkan molekul ini disebut asam lemak, yang berikatan dengan gugus karboksilat itu adalah hidrokarbon panjang yang disebut ekor. Sifat dari lemak: a) Hidrofobik (sulit untuk larut dalam air).
b) Hanya larut dalam larutan non-polar seperti klorofom, eter, dan benzene. c) 1 gram lemak menghasilkan 39.06 kjoule atau 9,3 kcal. d) Lemak terdiri atas unsur-unsur karbon, hidrogen, dan oksigen. Fungsi utama lemak: sebagai penyekat, bantalan dan cadangan energi. Fungsi penyekat tampak jelas pada membran sel. Seluruh sel mahluk hidup dibungkus oleh membran yang antara lain terdiri dari molekul-molekul lemak yang tersusun sedemikian rupa sehingga isi sel terpisah dari dunia luar. Fungsi penyekat tampak jelas pula pada sel-sel syaraf. Baik sel syaraf maupun serat syaraf diliputi oleh sarung pembungkus yang disebut MIELIN, yang terutama terdiri atas lemak. Fungsi sebagai bantalan tampak misalnya pada jaringan bawah kulit, yang menebal ditempat-tempat tertentu dan juga disekitar berbagai alat didalam rongga tubuh dan dibelakang bola mata. Lemak juga merupakan bentuk cadangan energi bagi tubuh. Senyawa ini dibentuk bila tubuh kelebihan makanan dan dipecah bila tubuh kekurangan energi. Secara kasar tampak dalam bentuk perubahan berat badan atau dalam bentuk gemuk dan kurus.
Senyawa organik ini terdapat dalam semua sel dan berfungsi sebagai :
1. Penyimpan energi dan transpor 2. Struktur membran 3. Kulit pelindung, komponen dinding sel 4. Penyampai kimia Beberapa senyawa lipida mempunyai aktivitas biologis yang sangat penting dalam tubuh, diantaranya vitamin dan hormon. Ditinjau dari sudut nutrisi, lemak merupakan sumber kalori penting disamping berperan sebagai pelarut berbagai vitamin. a. Lipid Terhidrolisis Lipid terhidrolisis merupakan ester dari gliserol dengan suatu asam lemak atau asam fosfat yang mengikat etanolamin atau serin b. Steroid Steroid merupakan senyawa turunan (derivat) lipid yang tidak terhidrolisis. Senyawa yang termasuk turunan steroid, misalnya kolesterol, ergosterol, dan estrogen. Pada umumnya steroid berfungsi sebagai hormon. Steroid
mempunyai struktur inti. Perbedaan jenis steroid yang satu dengan steroid yang lain terletak pada rantai samping (cabang) yang diikatnya. c. Terpenoid Seperti halnya steroid, terpenoid juga merupakan derivat dari lipid. Senyawa ini umumnya terdapat pada minyak atsiri, misalnya sitral (minyak sereh), geraniol (minyak mawar), limonen (jeruk), dan juga sebagai vita¬min A. Berikut ini beberapa contoh senyawa terpena.
Secara Kimia, Lemak terbagi tiga , yaitu: 1. Lemak Sederhana Lemak jenis ini bila dihidrolisis akan menghasilkan alkohol, biasanya berupa gliserol, serta menghasilkan asam lemak. Contoh yang paling banak ditemukan adalah Triasilgliserol yang disebut juga Trigliserida (TG), yang ditemukan antara lain dalam serum, dalam minyak kelapa dan dalam berbagai minya lain yang berasal dari mahluk hidup. Yang dimaksud dengan minyak adalah lemak yang dalam suhu ruang berada dalam bentuk cair , l emak yang dalam suhu ruang masih berbentuk padat disebut lemak saja. Biasanya minyak berasal dari tumbuhan dan lemak dari hewan. Konsistensi cair atau padat pada suhu ruang ini biasanya ditentukan dari jumlah atom C yang menyusun asam lemak dari TG. Makin panjang atom C, biasanya makin padat. Dilain pihak, makin banyak ikatan rangkap, konsistensi semakin cair. Lemak yang banyak mengandung ikatan rangkap ini disebut asam lemak essensial, yang harus ada dalam makanan. Lemak tumbuhan berupa minyak karena jumlah atom C-nya lebih pendek dan ikatan rangkapnya relatif lebih banyak.
2. Lemak Majemuk Lemak jenis ini bila dihidrolisis akan menghasilkan alkohol, asam lemak dan senyawa lain seperti fosfat, asam amino, basa organik, sepert kolin atau betain. Umumnya lemak majemuk mengandung listrik atau paling tidak mempunyai pengkutuban muatan dalam molekulnya, sehingga menjadi lebih mudah berinteraksi dengan air. Lemak Majemuk ini ikut menyusun membran sel dan juga selubung sel dan serat syaraf.
3. Turunan Lemak Yaitu berbagai senyawa yang diperoleh dari hidrolisis atau pemecahan kedua jenis lemak terdahulu. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah Gliserol dan berbagai alkohol lain yang ikut menyusun lemak, asam lemak, dengan ikatan rangkap (ikatan tak jenuh) dan asam lemak tanpa ikatan rangkap (jenuh), kolesterol dan berbagai macam senyawa steroid seperti hormon steroid (kortisol, prednison, estrogen, progesteron, testosteron, dan aldosteron). Meskipun bukan termasuk lemak, perlu juga diketahui bahwa vitaminvitamin A, D, E dan K sangat memerlukan lemak untuk dapat diserap dan digunakan tubuh. Karena vitamin-vitamin ini tidak larut dalam air dan hanya larut dalam lemak atau pelarut lemak. Lipid dapat dikelompokkan menurut sifat kimia dan sifat fisiknya. Bloor membagi lipida sebagai berikut: 1. Lipid Sederhana Kelompok ini disebut juga homolipida yaitu suatu bentuk ester yang mengandung karbon, hydrogen, dan oksigen. Jika dihidrolisis, lipida yang termasuk ini hanya menghasilkan asam lemak dan alcohol. Lipida sederhana ini dapat dibagi kedalam tiga golongan, yaitu: a. Lemak, ester asam lemak dan gliserol b. Lilin, ester asam lemak
2. Lipid Majemuk Kelompok ini berupa ester asam lemak dengan alcohol yang mengandung gugus lain, contohnya fosfolipida, serebrosida (glikolipida), sulfolipida, amino, lipida, dan lipoprotein.
3. Derivat Lipid Derivat lipid merupakan hasil hidrolisis kelompok yang telah disebut terdahulu. Termasuk ke dalam golongan ini ialah asam lemak, gliserol, steroid, alcohol, aldehida, dan keton. Banyak lipid yang mempunyai sifat fisik amfipatik. Istilah amfipatik yang semula digunakan oleh Hartley pada tahun 1936, memberikan turunan
hidrokarbon yang mempunyai satu bagian (polar) “bersimpati” dengan suasana air dan satu bagian hidrokarbon (hidrofobik) yang tidak bersimpati dengan suasana air. Asam lemak jarang terdapat bebas di alam tetapi terdapat sebagai ester dalam gabungan dengan fungsi alcohol. Kita dapat membuat beberapa penyamarataan mengenai asam lemak, walaupun ada perkecualian seperti yang akan kita lihat. 1. Asam lemak pada umumnya adalah asam monokarboksilat berantai lurus. 2. Asam lemak pada umumnya mempunyai jumlah atom karbon genap. 3. Asam lemak dapat dijenuhkan atau dapat mempunyai satu atau lebih ikatan rangkap Berdasarkan ada tidaknya ikatan rangkap, asam lemak terbagi menjadi asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Hewan-hewan tingkat yang lebih tinggi dapat mengadakan biosintesa asam-asam lemak jenuh dan yang mono tak jenuh dari sumber-sumber lain seperti karbohidrat. Asam-asam linoleat dan linolenat dan asam-asam lemak poli tak jenuh bertingkat lebih tinggi tidak dapat dihasilkan pada hewan bertingkat lebih tinggi dan karena itu diistilahkan asam lemak essensial. Garam asam lemak biasanya disebut sabun. Daya pembersih sabun bertumpu pada sifat amfipatrik molekul sabun. Dengan ion Ca++ dan Mg++ sabun dapat membentuk garam Ca atau Mg yang mengendap. Oleh karena itu, apabila dalam air terdapat ion-ion tersebut atau yang disebut air sadah. Sabun mempunyai sifat dapat menurunkan tegangan permukaan air. Hal ini tampak dari timbulnya busa apabila sabun dilarutkan dalam air dan diaduk.Asam lemak tak jenuh mudah mengadakan reaksi pada ikatan rangkapnya. Dengan gas hidrogen dan katalis Ni dapat terjadi reaksi hidrogenasi, yaitu pemecahan ikatan rangkap menjadi ikatan tunggal. Proses hidrogenasi ini mempunyai arti penting karena dapat mengubah asam lemak yang cair menjadi asam lemak padat. Ini adalah salah satu proses pada pembuatan margarin dari minyak kepala sawit. Lemak netral disebut juga asil gliserol atau gliserida. Lemak ini merupakan komponen utama lemak simpanan pada sel-sel hewan dan tumbuhan, terutama pada jaringan adipose vertebrata. Sifat-sifat fisik lemak netral
mencerminkan susunan asam lemak dari lemak. Sebagai dalil umum adalah titik lebur suatu asam lemak berkurang dengan bertambahnya ketidakjenuhan dan berkurangnya bobot molekulernya. Lemak hewan dan tumbuhan mempunyai susunan asam lemak yang terkandung didalamnya diukur dengan bilangan iodium. Bilangan iodium adalah banyaknya gram iodium yang dapat bereaksi dengan 100 gram asam lemak. Jadi, makin banyak ikatan rangkap, makin besar bilangan iodium. Dengan proses hidrolisis lemak akan terurai menjadi asam lemak gliserol. Proses ini dapat berjalan dengan menggunakan asam, basa, atau enzim tertentu. Proses hidrolisis yang menggunakan basa menghasilkan gliserol dan garam asam lemak atau sabun. Oleh karena itu, proses hidrolisis yang menggunakan basa disebut proses penyabunan. Oksidasi asam lemak tidak jenuh akan menghasilkan peroksida dan selanjutnya akan terbentuk aldehida. Inilah yang menyebabkan terjadinya bau dan rasa yang tak enak atau tengik. Kelembapan udara, cahaya, suhu tinggi dan adanya bakteri perusak adalah factor-faktor yang menyebabkanterjadinya ketengikan lemak. -
Lilin adalah ester dari asam lemak berantai panjang dengan alcohol monohidrat. Terdapat sebagai pelidung kulit dan bulu, pelindung daun danbuah, atau sebagai sekresi insekta. Lilin tak la rut dalam air.
-
Fosfolipida adalah suatu gliserida yang mengandung fosfor dalam bentuk ester asam fosfat. Fosfolipida banyak terdapat pada bakteri, jaringan tumbuhan dan hewan. Fosfolipida yang disebut fosfatidil kolin biasanya didapat pada membran dan hanya sedikit sekali fosfolipida ini terdapat pada lemak simpanan.
-
Sfingolipida merupakan lipida yang tak mengandung gliserol amfipatik, terutama berlimpah dalam jaringan otak dan syaraf. Lipida ini diturunkan dari sfingosin. Sfingolipida yang paling berlimpah adalah sfingomyelin yang terdapat dalam jaringan otak dan saraf dan dalam bagian lipida darah.
-
Terpena dan steroid adalah lipida yang tak dapat disaponifikasikan yang berarti bahwa hidrolisis alkali tak menghasilkan sabun. Struktur umum yang biasa bagi semua steroida adalah kerangka siklompentano perhidro penantren. Steroid banyak terdapat di alam. Diantaranya dalam jumlah yang terbatas tetapi mempunyai aktivitas biologis yang penting yaitu asam empedu, hormon seks betina dan jantan, hormon korteks adreval dan beberapa racun steroid yang terdapat dalam jumlah lebih banyak yakni golongan sterol. Contohnya kolesterol, lanosterol, fitosterol, dan mikosterol.
V.
ALAT DAN BAHAN
Alat : -
Tabung reaksi
-
Beaker glass
-
Batang pengaduk
-
Erlenmeyer
-
Pipet tetes
-
Gelas ukur
-
Penangas air
-
Tabung sentrifugasi
Bahan : -
Mentega
-
Aquadest
-
Minyak goreng
-
Eter
-
Alcohol
-
Bensin
-
HCL
- NaOH -
Amil alcohol
-
Asam sulfat
-
Susu
VI.
PROSEDUR PERCOBAAN
Pemeriksaan kelarutan lemak
1. Siapkan 5 buah tabung reaksi yang bersih dan kering 2. Tambahkan pada masing-masing tabung reaksi 1 ml minyak goreng, kemudian dicampurkan dengan bahan sebagai berikut : - Tabung I : ditambah dengan 1 ml air - Tabung II : ditambah dengan 1 ml bensin - Tabung III : ditambah dengan 1 ml alcohol 96% - Tabung IV : ditambah dengan 1 ml eter - Tabung V : ditambah dengan 1 ml NaOH I N
3. Aduk-aduk sampai homogen. Diamkan beberapa menit dan amati serta cata perubahan yang terjadi 4. Ulangi percobaan diatas dengan memakai susu dan mentega sebagai sumber lipid.
Reaksi penyabunan dan sifat-sifat asam lemak
1. 5 gram (ml) minyak goreng dimasukkan kedalam beker gelas kemudian ditambahkan NaOH I N sedikit demi sedikit sambil dipanaskan pada suhu 700C sebanyak 5 X 0,142 g = 1,71 g (yang terdapat dalam sekitar 42 ml I N NaOH). Pemanasan dilanjutkan sampai terbentuk sabun. Kedalam larutan 2. Sabun yang telah terbentuk ditambahkan HCl I N kemudian diamati apa yang terjadi. Kedalam campuran yang telah ditambahkan HCl ditambahkan bensin atau alcohol 96% dan diamati apa yang terjadi.
Penentuan kadar lemak susu
1. Masukkan 10 ml H 2SO4 kedalam tabung butirometer dengan tanpa membasahi leher tabung. 2. Pipet 10,75 ml susu, masukkan ke dalam tabung butirometer dengan tanpa membasahi leher tabung.
3. Tambahkan 1 ml amil alcohol. Tutup tabung dengan penutupnya, kocok merata, sentrifuge selama 4 menit pada 100 rpm. 4. Tempatkan tabung dalam penangas air 65 0C, selama 3 menit. 5. Baca persentase kadar lemak (w/w), sesuai dengan panjang kolom tabung yang telah dikalibrasi.
VII.
HASIL PENGAMATAN
a. Pemeriksaan kelarutan lemak Minyak goreng
Pereaksi
Hasil pengamatan
1 ml Minyak Goreng
1 ml Air
Tidak Larut, Terbentuk 2 Fase
1 ml Minyak Goreng
1 ml Bensin
Larut
1 ml Minyak Goreng
1 ml Alkohol
Tidak Larut, Terbentuk 2 Fase
1 ml Minyak Goreng
1 ml NaOH
Tidak Larut, Terbentuk 2 Fase
1 ml Minyak Goreng
1 ml Eter
Larut
Mentega
Pereaksi
Hasil pengamatan
1 ml Mentega
1 ml Air
Tidak Larut, Terbentuk 2 Fase
1 ml Mentega
1 ml Bensin
Larut
1 ml Mentega
1 ml Alkohol
Tidak Larut, Terbentuk 2 Fase
1 ml Mentega
1 ml NaOH
Tidak Larut, Terbentuk 2 Fase
1 ml Mentega
1 ml Eter
Larut
b. Reaksi penyabunan dan sifat sifat asam lemak Minyak goreng (5 gram) + NaOH 1 N, dipanaskan pada suhu 70 , larutan menjadi terpisah (minyak di atas, NaOH di bawah), + HCl, larutran terbentuk dua fase dan larutan bewarna putih + alcohol larutan menjadi tidak bewarna.
c. Penentuan kadar lemak susu
H2SO4 90 % 2,5 ml + susu cair 2,75 ml + amil alcohol 5 tetes → terbentuk gumpalan putih, lalu larutan dipusingkan selama 4 menit, lalu dipanaskan dengan suhu 60 0C → terbentuk gumpalan putih lebih banyak dan agak padat.
VIII. PERSAMAAN REAKSI
Pemeriksaan kelarutan lemak
Kelarutan minyak dalam NaOH : (C17H33COO)3C3H5 + 3NaOH → 3C 17H33COONa + C3H8O3
Kelarutan minyak dalam bensin : (C17H33COO)3C3H5 + C8H18 → 3C17H33COOC8H18 + C2H5
Kelarutan minyak dalam air : (C17H33COO)3C3H5 + H2O → (C17H33COO)3C3H5 + H2O
Kelarutan minyak dalam alcohol : (C17H33COO)3C3H5 + C2H5OH → (C17H33COO)3C3H5 + C2H5OH
Reaksi penyabunan dan sifat-sifat asam lemak (C17H33COO)3C3H5 + 3NaOH → 3C 17H33COONa + C3H8O3 Minyak goreng
Penentuan kadar lemak susu
Sabun
Gliserol
IX.
PEMBAHASAN
Percobaan kali ini tentang lipid, yakni menguji kelarutan lemak, system emulsi lemak, serta reaksi penyabunan. Pada percobaan pertama, yaitu uji kelarutan minyak goreng dan mentega yang direaksikan dengan berbagai macam pereaksi/pelarut yaitu air, bensin, alcohol, NaOH, dan eter. Secara teori, lipid merupakan sekumpulan senyawa biomolekul yang dapat larut dalam pelarut-pelarut organik nonpolar seperti kloroform, eter, benzene, aseton, dan petroleum eter. Berdasarkan hasil pengamatan dari percobaan yang telah dilakukan minyak goreng dan mentega hanya larut dengan bensin dan eter dan tidak larut dengan air, alcohol, dan NaOH. hasil percobaan ini membuktikan bahwa lipid larut dalam kloroform karena kloroform merupakan pelarut non polar sedangkan alcohol tidak karena alcohol merupakan pelarut polar begitu pula dengan alkali (Salirawati et al,2007). Pada percobaan kedua, yaitu reaksi penyabunan. Minyak goreng direaksikan dengan NaOH. Asam lemak bila bergabung dengan alkali (KOH/NaOH) akan membentuk sabun, yang berfungsi sebagai emuglator. Dengan adanya pemanasan dan penambahan alkali (NaOH) maka senyawa lemak akan membentuk gliserol dan sabun atau garam asam lemak.Menurut teori, lemak dan minyak dapat terhidrolisis dengan bantuan basa kuat, seperti NaOH atau KOH melalui pemanasan dan menghasilkan asam lemak dan gliserol. Proses ini dinamakan saponifikasi (uji sifat kesadahan). Pada percobaan ini hasil yang diperoleh kurang sesuai dengan teori yang semestinya. Dari hasil
pengamatan yang diperoleh yang terjadi adalah terbentuk dua fase, seharusnya untuk melihat tingkat kesadahan pada larutan tersebut dapat dilihat dari endapan yang terbentuk. Menurut teori semakin sadah suatu larutan maka endapan yang terbentuk semakin banyak. Sesuai dengan sifat kereaktifan uunsur pada golongan alkali tanah, dimana semakin ke bawah, maka semakin reaktif. Alcohol disini berfungsi untuk mempercepat reaksi hidrolisis. Reaksi positif ditandai dengan munculnya busa dan lama-kelamaan alcohol akan menguap. Kemudian percobaan yang ketiga, yaitu penentuan kadar lemak susu. H2SO4 90% direaksikan dengan susu + amil alcohol dan menghasilkan gumpalan putih atau butiran-butiran padat berwarna putih. lemak pada susu berbentuk butiran putih yang membentuk warna putih pada susu. Butiran lemak pada susu merupakan jenis lemak trigliserida dan kolesterol. Lemak tersebut terdapat sebagai emulsi kasar, sehingga terlihat seperti butiran bersama kasein menimbulkan warna putih pada susu. Warna susu yang putih disebabkan pemantulan cahaya oleh globula lemak yang terdispersi, kalsium kaseinat, dan fosfat koloidal (Soeparno, 2001).
X.
KESIMPULAN
1. Lipid tidak larut dalam air, alcohol, dan NaOH, tetapi dapat larut dalam eter dan bensin. 2. Lipid larut dalam pelarut organik yang bersifat nonpolar 3. Minyak dalam air akan membentuk emulsi yang tidak stabil apabila dibiarkan, maka kedua cairan akan memisah menjadi dua lapisan. 4. Pada reaksi penyabunan dihasilkan campuran gliserol dan sabun, reaksi positif ditandai dengan munculnya busa dan lama-kelamaan alcohol akan menguap. 5. Lemak pada susu berbentuk butiran putih yang membentuk warna putih pada susu.
DAFTAR PUSTAKA
Girindra, A. 1986, Biokimia I . Gramedia, Jakarta. Lehninger. 1982. Dasar – Dasar Biokimia Jilid 1. Diterjemahkan oleh Maggy Thenawijaya. Erlangga : Jakarta. Poedjiadi, A. (1994). Dasar-dasar Biokimia . Jakarta: UI Sukaryawan,Made,M.Si. 2011. Petunjuk Praktikum Biokimia. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
GAMBAR ALAT
Penjepit tabung
Gelas ukur
Beker gelas
tabung reaksi
Bunsen
Pengaduk
Neraca digital
Pipet tetes