Kelompok 1 : Fatmah Syafiqoh
1110102000001
Yeyet Durotul Y
11101020000
Arsyadanie Syafiadli
11101020000
Auva Marwah Murod
1110102000075
Yusna Fadliyah
11101020000
Suchinda Fer
11101020000
Mayta Ravika
11101020000
Lu’luatil Hayati Hayati
11101020000
Luther Pindo
11101020000
PENYIAPAN SIMPLISIA TUJUAN
Praktikan menyiapkan simplisia yang selanjutnnya akan dijadikan ekstrak, distandarisasi dan di uji aktifitas farmakologisnya. DASAR TEORI
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dibedakan menjadi 3 macam : 1. Bahan nabati, flora, tumbuhan 2. Bahan hewani, fauna 3. Bahan pelikan, mineral 1. Bahan nabati
Berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat. EKSUDAT, isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu di pisahkan dari tanaman .
2. Bahan hewani
Berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni.
3. Bahan pelikan
Berupa pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni
Tiga konsep penyusun parameter standar mutu 1. Bahwa simplisia sebagai bahan kefarmasian seharusnya mempunyai tiga parameter mutu umum suatu bahan yaitu :
Identifikasi
Kemurnian ( bebas dari kontaminasi kimia dan biologis )
Aturan penstabilan ( wadah, penyimpanan dan transportasi )
2. Bahan simplisia sebagai bahan dan produk konsumsi manusia sebagai obat tetap diupayakan memilki tiga paradigma seperti produk kefarmasian lainnya, yaitu
Quality
Safety
Efficacy
3. Bahwa simplisia sebagai bahan dengan kandungan kimia yang bertanggung jawab terhadap respons biologis untuk mempunyai spesifikasi kimia, yaitu informasi komposisi ( jenis dan kadar ) senyawa kandungan
SUMBER SIMPLSIA
1. TUMBUHAN LIAR - Kerugian: a. umur dan bagian tanaman b. jenis (species) c. lingkungan tempat tumbuh - Keuntungan : ekonomis
2. TANAMAN BUDIDAYA (tumpangsari, TOGA, perkebunan) - Keuntungan : a. bibit unggul b. pengolahan pascapanen c. tempat tumbuh - Kerugian :
a. tanaman manja b. residu pestisida
DASAR PEMBUATAN SIMPLISIA
Cara pengeringan :
- waktu - suhu - perajangan
Proses fermentasi:
- harus tepat waktu
Proses khusus :
- penyulingan - pengentalan eksudat - pengeringan sari air
Proses pembuatan memerlukan air : - pati - talk
Catatan: air harus bebas racun serangga, kuman patogen, logam berat, dll
PEMBUATAN EKSTRAK
TUJUAN
Praktikan membuat ekstrak dari simplisia yang nantinya akan dilakukan standarisasi dan beberapa pengujian farmakologis.
DASAR TEORI
Ekstraksi
merupakan
proses
pemisahan
bahan
dari
campurannya
dengan
menggunakan pelarut. Ekstrak adalah sediaan yang diperoleh dengan cara ekstraksi tanaman obat dengan ukuran partikel tertentu dan menggunakan medium pengekstraksi yang tertentu pula. Ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Ekstrak yang diperoleh sesudah pemisahan cairan dari residu tanaman obat dinamakan “micela”. Micella ini dapat diuba h menjadi bentuk obat siap pakai, seperti ekstrak cair dan tinktura atau sebagai produk atau bahan antara yang selanjutnya dapat diproses menjadi ekstrak kering (Agoes.G, 2007 )
Cara ekstraksi kandungan kimia dari tumbuhan dapat dibedakan atas :
I.
Cara ekstraksi tradisional A. Dengan menggunakan pelarut organik 1. Maserasi 2. Sokletasi 3. Perkolasi B. Dengan menggunakan pelarut air 1. Dekokta 2. Infusa 3. Destilasi uap
II.
Cara ekstraksi modern 1. Ekstraksi ultrasonik 2. Ekstraksi dengan bantuan radiasi microwave 3. Ekstraksi fluida super kritikis
a. Metode maserasi
Maserasi adalah proses penyarian senyawa dari simplisia tumbuhan cara dingin dengan mengguanakan metode perendaman. Cara kerjanya adalah sampel yang telah dihaluskan dengan derajat kehalusan tertentu direndam dalam suatu bejana yang tertutup dan terlindung dari cahaya matahari langsung selama lebih kurang 1-2 hari. Perendaman biasanya dilakukan sebanyak 2 kali perulangan, dimaksudkan agar proses perendaman dapat menyari kandungan kimia tumbuhan dengan sempurna. Maserasi dilakukan dengan cara merendam simplisia dalam cairan penyari, cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk kedalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam dan di luar sel, maka larutan yang terpekat akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari yang lain. Peristiwa tersebut berulang hingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan. Selain itu, kerusakan pada komponen kimia sangat minimal. Adapun kerugian cara maserasi ini adalah pengerjaannya lama dan penyariannya kurang sempurna.
b.
Metode sokletasi
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam selonsong yang telah dilapisi kertas saring sedemikian rupa,cairan penyari dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah mencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan turun kembali kelabu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi. Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak berwarna, tidak tampak noda jika di KLT, atau sirkulasi telah mencapai 20-25 kali. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan Adapun keuntungan dari proses sokletasi ini adalah cara ini lebih menguntungkan karena uap panas tidak melalui serbuk simplisia, tetapi melalui pipa samping. Kerugiannya adalah jumlah ekstrak yang diperoleh lebih sedikit dibandingkan dengan metode maserasi.
c.
Metode Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Prinsip ekstraksi dengan perkolasi adalah serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori, cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui sampel dalam keadaan jenuh. Gerakan ke bawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan tekanan penyari dari cairan di atasnya, dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung untuk menahan gerakan ke bawah.
SKRINING FITOKIMIA
TUJUAN
Praktikan mengetahui golongan senyawa yang terkandung di dalam sampel tanaman uji. DASAR TEORI
Skrining fitokimia terhadap kandungan senyawa kimia metabolit sekunder merupakan langkah awal dan salah satu pendekatan yang penting dalam penelitian mengenai tumbuhan obat atau dalam hal pencarian senyawa aktif baru yang berasal dari bahan alam yang dapat menjadi precursor bagi sintesis obat-obat baru atau menjadi prototype senyawa aktif tertentu.
Maka dari itu, metode uji fitokimia merupakan uji sederhana tetapi terandalkan. Metode uji fitokimia yang banyak digunakan adalah metode reaksi warna dan pengendapan yang dapat dilakukan di lapangan atau di laboratorium. Skrining fitokimia merupakan analisis kualitatif terhadap senyawa-senyawa metabolit sekunder. Suatu ekstrak dari bahan alam terdiri atas berbagai macam metabolit sekunder yang berperan dalam aktivitas biologinya. Senyawa-senyawa tersebut dapat diidentifikasi dengan pereaksi-pereaksi yang mampu memberikan ciri khas dari setiap golongan dari metabolit sekunder (Harborne, 1987). Skrining atau penapisan fitokimia memberikan informasi yang dapa digunakan untuk keperluan sumber bahan yang mempunyai nilai ekonomi lain seperti sumber tanin, minyak untuk industri, sumber gum dll . Berbagai metode yang dapat digunakan untuk identifikasi metabolit sekunder yang terdapat pada suatu ekstrak antara lain: a. Identifikasi senyawa fenolik Identifikasi adanya senyawa fenolik dalam suatu cuplikan dapat dilakukan dengan pereaksi besi (III) klorida (FeCl3) 1% dalam etanol. Adanya senyawa fenolik ditunjukkan oleh timbulnya warna hijau, merah ungu, biru atau hitam yang kuat (Harborne, 1987). b. Identifikasi senyawa golongan saponin (steroid dan terpenoid) Saponin adalah suatu glikosida yang larut dalam air dan mempunyai karakteristik dapat membentuk busa bila dikocok. Saponin mempunyai toksisitas yang tinggi. Karakteristik dapat membentuk busa bila dikocok, serta mempunyai kemampuan menghemolisis sel darah merah. Saponin mempunyai toksisitas yang tinggi. Berdasarkan strukturnya, saponin dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu saponin yang mempunyai rangka triterpenoid dan yang mempunyai
rangka
stetorid.
Berdasarkan pada strukturnya saponin akan memberikan
reaksi warna yang khas dengan pereaksi Liebermann-Buchard (LB) (Harbone, 1987). c. Identifikasi senyawa golongan alkaloid Alkaloid merupakan senyawa nitrogen yang sering terdapat dalam tumbuhan. Atom nitrogen yang terdapat pada molekul alkaloid umumnya merupakan atom nitrogen sekunder ataupun tersier. Salah satu pereaksi untuk mengidentifikasi adanya alkaloid adalah menggunakan pereaksi Dragendorff dan pereaksi Mayer (Harborne, 1987).
d. Identifikasi golongan antraquinon Antrakuinon merupakan suatu glikosida yang di dalam tumbuhan biasanya terdapat sebagai turunan antrakuinon terhidloksilasi, termitilasi, atau terkarboksilasi. Senyawa antrakuinon dapat bereaksi dengan basa memberikan warna ungu atau hijau (Harborne, 1987).
PENYIAPAN SIMPLISIA ALAT
Tampah Pisau Koran Blender Oven BAHAN
Tanaman bangle segar
PEMBUATAN EKSTRAK ALAT
Becker glass Erlenmeyer Spatula Botol gelap Seperangkat alat vacuum rotary evaporator Kertas saring
BAHAN
TanamanBangle segar Methanol
SKRINING FITOKIMIA ALAT dan BAHAN
Bahan
Alat
-
Plat KLT
-
Lampu uv
-
Etanol 70%
-
Tabung reaksi
-
Kloroform
-
Kaps
-
Kloroform amoniak
-
Plat tetes
-
H2SO4 2 N
-
Pipet tetes
-
Serbuk Mg
-
HCl pekat
-
Eter
-
Asetat anhidrat
-
H2SO4 pekat
-
FeCl3
-
Reagen Mayer
-
Reagen Drogendorf
PENYIAPAN SIMPLISIA CARA KERJA 1. PenyiapanSimplisia
a. Pengumpulan bahan baku Rimpang bangle dicabut, dibersihkan dari akar,dipotong melintang dengan ketebalan tertentu b. Sortasi Basah Memilih rimpang bangle yang masih segardan membuang bangle yang sudah tua dan agak layu c. Pencucian Mencuci bangle yang sudah disortir dengan air bersih dan mengalir d. Perajangan Merajang kasar semua bagian bangle e. Pengeringan Hasil rajangan ditempatkan pada nampan dan diberi jarak, lalu dijemur
f. Sortasi kering
PEMBUATAN EKSTRAK CARA KERJA
a. Serbuk simplisia yang telah dihaluskan ditimbang dan selanjutnya dimasukkan kedalam botol gelap dan kemudian ditambahkan pelarut methanol sampai serbuk simplisia terendam dan terdapat lapisan pelarut setebal 2,5 cm diatas serbuk simplisia b. Tutup botol dan lakukan maserasi simpisia selama 3 hari sambil sesekali diaduk , ulangi sebanyak 2 kali c. Setelah proses maserasi selesai, hasil maserasi disaring dengan menggunakan kertas saring yang dipasang diatas corong sehingga didapatkan filtrate, selanjutnya filtrate yang dihasilkan disaring lagi dengan kertas saring. d. Filtrat yang didapatkan kemudian diuapkan pelarutnya dengan menggunakan penguap putar vakum (vacuum rotary evaporator ) sampai didapatkan ekstrak kental e. Ekstrak kental yang didapatkan ditimbang. Memilih rimpang bangle yang sudah dikeringkan dan membuang jika terdapat bangle yang busuk g. Penggilingan Menggiling bangle yang telah disortir didalam blender sampai halus, lalu dikeringkan dalam oven
SKRINING FITOKIMIA CARA KERJA
1.
Uji alkaloid
Dengan plat KLT, dimana pada plat ditotolkan ekstrak, allu disemprotkan dengan reagen Droendorf. Apabila ada noda yang naik yang memberikan perubahan warna menjadi orange atau merah, diduga positif alkaloid. Ekstrak ditambahkan 10 mL kloroform amoniak 0,05N, digerus. Saring dengan kapas, lalu ambil dengan pipet dan masukkan kedalam tabung reaksi besar, tambahkan 5 mL asam sulfat 2 N, lalu dikocok. Lapisan asam diambil dan dimasukkan kedalam tabung reaksi kecil, lalu ditambahkan satu tetes reagen Mayer. Apabila terbentuk endapan putih, berarti positif alkaloid.
2.
Uji flavonoid
Ekstrak ditambahkan serbuk Mg, lalu ditambahkan HCl pekat. Apabila terbentuk warna oarange, merah atau kuning berarti positif flavonoid
3.
Uji terpenoid dan steroid
Ekstrak dimasukkan sedikit dalam tabung reaksi kecil, lalu dikocok dengan sediki eter Lapisan eter diambil lalu diteteskan pada plat tetes, dan biarkan sampai kering. Setelah keing, tambahkan 2 tetes asam asetat anhidrat dan satu tetes asam sulfat pekat. Apabila kuning berarti positif terpenoid. Tetapi apabila terbentuk warna hijau berarti positif steroid
4.
Uji fenolik
Sejumlah kecil ekstrak dimasukkan kedalam tabung reaksi kecil, lalu dikocok dengan sedikit eter. Lapisan eter keringkan pada plat tetes, ditambahkan larutan FeCl 3. Terbentuk warna ungu biru berarti positif fenolik
5.
Uji saponin
Lapisan air pada fraksi diatas diambil, lalu diocok vertikel. Apabila terbentuk busa stabil selama 10 menit berarti positif saponin.
HASIL PENGAMATAN SKRINING FITOKIMIA pengujian
Uji
parameter
alkaloid Oranye atau merah
hasil
Keterangan
+
Larutan
(plat KLT)
orange Oranye,merah
Uji flavanoid
Uji
tepenoid
steroid Uji fenolik
berwarna
atau
kuning &
+
Terpenoid=Oranye,mer ah
Larutan
berwarna
orange Larutan
berwarna
-
hitam gelap
-
Larutan
Steroid =hijau Biru atau ungu
berwarna
hitam gelap Uji saponin
Busa stabil ±10 menit
+
Busa larutan stabil selama 10 menit
FOTO
Uji alkaloid menggunakan plat KLT
Uji Terpenoid dan Steroid
UjiFlavanoid
Uji Fenolik
Uji Saponi
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini kami melakukan tahapan pertama dalam mempersiapkan ekstrak terstandar yaitu penyiapan simplisa. Simplisia yang kelompok kami gunakan adalah rimpang bangle (Zingiber cassumunar Roxb) . Tahapan dari penyiapan simplisia terdiri dari 8 tahap . Tahap pertama adalah pengumpulan bahan, dimana pada tahap ini kami mendapatkan sample dengan membelinya di pasar Ciputat sebanyak 3 kg . Bagian tanaman yang digunakan adalah rimpang tanaman Bangle, yang sudah dicabut kemudian dibersihkan dari akarnya. Menurut literatur, masa panen rimpang bangle yaitu 10 bulan tetapi untuk sampel kami ini, kami tidak mengetahui
masa panen dari Bangle yang kami beli. Tahap kedua adalah
melakukan sortasi basah yang dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan bahan asing lainnya dari simplisa seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak, dan pengotor lainnya. Tahap ketiga yaitu pencucian, mencuci sampel dengan menggunakan air bersih yang mengalir sambil dibersihkan dari pengotor yang masih menempel dirimpang dan pastikan tidak ada kotoran yang tertinggal. Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran lainnya yang melekat pada bahan simplisia. Tahap ke empat adalah melakukan perajangan. Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses perajangan. Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau, dengan alat mesin perajang khusus sehingga diperoleh irisan tipas atau potongan dengan ukuran yang dikehendali. Pada praktikum ini kami merajangnya dengan memotongnya menjadi bagian kecil lalu kami blender agar simplisia kami lebih kecil lagi. Semakin tipis bahan yang di keringkan semakin cepat proses penguapan air pada rajangan, sehingga mempercepat proses pengeringan. Akan tetapi irisan yang terlalu tipis juga akan menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat berkhasiat yang mudah menguap seperti minyak atsirinya sehingga mempengaruhi komposisi, bau dan rasa yang diinginkan. Selama perajangan seharusnya jumlah mikroba tidak bertambah.Penjemuran yang kami lakukan kurang lebih selama 1 minggu dan penjemurannya tidak terkena matahari langsung. Tahap kelima yaitu proses pengeringan. Tujuan pengeringan adalah
untuk
mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak dan tercemar mikroba, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan mencegah penurunan mutu atau perusakan simplisia serta dengan berkurangnya kandungan air maka akan mencegah bakteri tumbuh di simplisia. Pengeringan
kami lanjutkan dengan memasukkan rajangan ke dalam oven pada suhu 40 0-500C selama kurang lebih 4 hari. Panduan pengeringan ini kami dapatkan berdasarkan jurnal “Phagocytosis Effectivity Test of Phenylbutenoid Compounds Isolated from Bangle (Zi ngi ber cassumu nar Roxb.) Rhi zome “.
Tahap selanjutnya yaitu pengepakan, tetapi kami tidak melakukan pengepakan karena sampel yang sudah kami keringkan dengan oven langsung kami beri perlakuan selanjutnya yaitu di maserasi dengan metanol. Tetapi berdasarkan literatur untuk pengepakan Bangle sebagai berikut :
Kondisi
Detail
Pengemasan Metode
Pengepakan kedap udara, atau pengepakan yang
Pengepakan
sesuai untuk transportasi jarak jauh.
Pengepakan
Penutup kemasan disesuaikan menurut beratnya.
bagian luar
Dikepak dengan kotak karton yang kuat atau dalam drum, yang dikemas dengan tali pengikat atau terbungkus besi pengikat.
Alas Kemasan
Food Grade Cover PE,2-Layered material.
Jenis
Vacuum Packing.,Eco-friendly QS certified.
Pengemasan
per
unit Bahan Kemasan
Di bagian dalam:digunakan QS Certified Self Lock
Tiap Unit
PE
Bag,
or
QS
Certified
Vacuum
Bag.
Penutup digunakan 3-layer/4-layer Pure Alumnium Foil Bag. Metode Penyegelan
Vacuum heat sealing.
Tahap berikutnya yaitu Penandaan kemasan,
Kemasan diberi label yang ditulis
dengan bahan yang aman yang tidak luntur, data mudah terbaca dengan isi minimal sebagai berikut: Jenis/varietas, Kadar air, Tanggal panen, Masa kadaluarsa. Penanda kemasan ini tidak juga kami lakukan. Tahap selanjutnya adalah penyimpanan simplisia. Penyimpanan simplisia dapat dilakukan di suhu ruangan, terlindung dari cahaya, ruang tempat penyimpanan juga harus bersih, udaranya cukup kering dan ber-ventilasi. Ventilasi harus cukup baik karena hama menyukai udara yang lembab dan panas. Untuk kelembabab udara sebaiknya diusahakan serendah mungkin (65 0C) untuk mencegah terjadinya penyerapan air. Kelembaban udara yang tinggi dapat memacu pertumbuhan mikroorganisme sehingga menurunkan mutu bahan baik dalam bentuk segar maupun kering. Tahap terakhir dari penyiapan simplisia yaitu pemeriksaan mutu. Simplisia yang bermutu adalah simplisia yang memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia, Materia medika indonesia. Berdasarkan Farmakope Indonesia edisi IV pemeriksaan mutu terdiri dari penetapan kadar abu, penetapan kadar abu yang tidak larut asam, penetapan serat kasar, penetapan kadar minyak atsi ri, dan penetapan kadar air. Salah satu pendekatan untuk penelitian tumbuhan obat adalah penapis senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman. Cara ini digunakan untuk mendeteksi senyawa tumbuhan berdasarkan golonganya. Sebagai informasi awal dalam mengetahui senyawa kimia apa yang mempunyai aktivitas biologi dari suatu tanaman. Padapraktikum Homeopathy semester ini, kami menggunakan ekstrak tanaman Bangle ( Zingeberpurpureum). Menurut literature yang kami dapatkan Rimpang bangle (Zingiberpurpureum) atau disebut juga bangle merupakan bahan alami yang dapat digunakan untuk mengatasi penyakit cacing (SYAMSUHIDAYAT dan HUTAPEA, 1994). Tanaman yang telah dikeringkan mempunyai efek antielmintik yang cukup kuat terhadap cacing gelang pada manusia (Ascarislumbricoides) (BADAN PENELITIAN dan PENGEMBANGAN KESEHATAN, 1987). Bangle mengandung minyak atsiri (sineol, pinen), damar, pati, tanin,saponin, flavonoid, lemak, mineral, resin, albumin, serat, abu, alkohol, keton, terpen, gula (DEPARTEMENKESEHATAN, 1989).Bangle sering digunakan untuk mengobati demam, sakitkepala, batuk berdahak, nyeri perut, masuk angin, sembelit, sakit kuning, cacingan, rheumatik, ramuan jamu pada wanita setelah melahirkan untuk mengecilkan perut dan obat untuk ketombe.Daun yang digunakan untuk mengobati tidak nafsu makan (ANON., 1977; DEPARTEMENKESEHATAN,1989).
Setelah menyiapkan sampel, kami melakukan ekstraksi dengan merendam/maserasi menggunakan methanol sampai seluruh ekstrak terendam 2,5 cm. Maserasi dilakukan untuk memisahkan zat-zat pada sampel sesuai kepolaranya. Setelah dimaserasi selama 5 hari, kami melakukan evaporasi untuk memisahkan ekstrak dengan pelarutnya. Kami melakukan proses maserasi dan evaporasi dua kali, karena sampel yang digunakan sebanyak 30 kg. Dan ekstrak yang didapat 13,36 mg. Hasil ekstrak itu kami uji dengan berbagai uji untuk mendeteksi adanya golongan senyawa alkaloid, flavonoid, fenolat, tannin, saponin, kumarin, quinon, dan steroid/terpenoid. Uji pertama adalah uji alkaloid, pada uji ini dilakukan menggunakan 2 cara :menggunakan plat KLT dan metode Culvenorfitzgerald. Uji alkaloid menggunakan plat KLT, dimana pada plat ditotolkan ekstrak, lalu disemprotkan dengan reagen Drogendorf. Parameternya adalah apabila ada noda yang naik yang memberikan perubahan warna menjadi orange atau merah, diduga positif alkaloid. Hasil yang didapat adalah ekstrak rimpang Bangle berubah warna menjadi orange, sehingga dapat dikatakan pada tanaman Bangle terdapat senyawa golongan alkaloid.Sedangkan uji alkaloid mengunakan metode Culvenorfitzgerald pada sampel bangle yang sudah dilakukan ekstraksi adalah dengan cara menambahkan kloroform amoniak 0,05 N sebanyak 2 ml, setelah itu sampel ditambah menggunakan 2 ml asam sulfat 2N, lalu dikocok. Hasil yang didapatkan adalah terbentuknya endapan putih pada saat penambahan reagen Meyer. Menurut literature, hasil yang didapatkan tersebut sesuai dengan parameter yang menunjukkan adanya senyawa alkaloid pada uji ini. Pengujian selanjutnya adalah Uji Flavonoid, ekstrak ditambahkan Mg, lalu ditambahkan HCl pekat. Apabila terbentuk warna orange, merah atau kuning berarti positif flavonoid.Hasil percobaan pun menunjukkan bahwa ekstrak rimpang bangle mengandung flavonoid, dengan menunjukkan perubahan warna saat dilakukan hal seperti diatas. Pengujians elanjutnya adalah Uji Terpenoid dan steroid. Pengujian dilakukan dengan memasukkan ekstrak kedalam tabung reaksi kecil, lalu dikocok dengan sedikit eter. Lapisan eter diambil lalu ditetes kan pada plat tetes, dan biarkan sampai kering. Setelah kering, ditambahkan 2 tetes asam asetat anhidrat atau satu tetes asam sulfat pekat. Apabila terbentuk warna orange, merah atau kuning berarti positif terpenoid. Tetapi apabila terbentuk warna hijau berarti positif steroid. Hasil yang kita dapatkan dari pengujian sampel dengan uji
terpenoid dan steroid ini adalah terbentuk warna hitam gelap, sehingga dapat dikatakan bahwa ekstrak Bangle tidak mengandung terpenoid maupun steroid. Pengujian selanjutnya adalah uji fenolik, sejumlah kecil ekstrak dimasukkan kedalam tabung reaksi kecil, lalu dikocok dengan sedikit eter. Lapisan eter keringkan pada plat tetes, lalu ditambahkan larutan FeCl3, terbentuklah warna biru berarti positif fenolik, Namun sampel rimpang bangle tidak memberikan warna itu saat dilakukan uji ini, sehingga dapat dikatakan Bangle tidak mengandung fenol. Uji saponin dilakukan dengan mengambil lapisan air pada fraksi diatas, lalu di kocok vertical. Apabila terbentuk busa yang stabil selama 10 menit, berarti senyawa tersebut mengandung saponin. Dan ekstrak rimpang Bangle juga melakukan teknik penelitian seperti itu, dan diadapat hasil yang sama dengan parameter positif pada uji ini. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rimpang Bangle mengandung saponin. Dari hasil seluruh pengujian skrining fitokimia, dapat disimpulkan bahwa rimpang Bangle mengandung alkaloid, flavonoid, dan saponin.
KESIMPULAN Dari hasil skrining fitokimia yang dilakukan terhadap ekstrak bangle dengan pelarut metanol, dapat disimpulkan bahwa rimpang Bangle memberikan hasil positif terhadap uji alkaloid, flavonoid, dan saponin, sehingga rimpang Bangle diduga mengandung ketiga senyawa tersebut.