LAPORAN PRAKTIKUM EVALUASI PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN HORTIKULTURA
ACARA IV PENGUKURAN TINGGI DAN PANJANG TANAMAN
Oleh : Apriliane Briantika Louise NIM A1L013055
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO 2016
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengukuran sangat penting dilakukan, karena dapat mengetahui atau menduga potensi suatu tegakan ataupun suatu komunitas tertentu. Dalam memperoleh data pengukuran, jenis dan cara penggunaan alat merupakan faktor penentu utama yang mempengaruhi keotentikan data yang diperoleh. Semakin bagus alat yang dipergunakan maka semakin baik pula hasil pengukuran yang akan didapat. Demikian pula halnya dengan kemampuan pengamat dalam pengukuran, semakin baik dalam penggunaan suatu alat maka semakin baik pula data yang dikumpulkan. Pendugaan suatu komunitas salah satunya dilakukan dengan melakukan pengukuran pada tinggi pohon dari komunitas yang akan diketahui tersebut. Tinggi pohon merupakan dimensi pohon yang sangat penting dalam pendugaan potensi pohon dan tegakan. Data tinggi bukan hanya diperlukan untuk menghitung nilai luas bidang dasar suatu tegakan melainkan juga dapat digunakan untuk menentukan volume pohon dan tegakan, berguna dalam pengaturan penebangan dengan batas tinggi tertentu serta dapat digunakan untuk mengetahui struktur suatu tegakan hutan. Pengukuran tinggi dan diameter pohon dengan menggunakan beberapa alat yang berbeda akan menghasilkan data yang berbeda juga. Dengan demikian, perbedaan relatif dari keakuratan data yang diperoleh diantara alat yang berbeda akan terlihat. Sehingga dapat diketahui pula kelebihan dan kekurangan alat tertentu, dengan mengetahui kekurangan dan kelebihan suatu alat yang akan kita gunakan, maka akan memungkinkan kita untuk mengurangi kemungkinan kesalahan saat pengukuran.
Pengukuran tinggi pohon dengan menggunakan beberapa alat yang berbeda akan menghasilkan data yang berbeda pula. Dengan demikian, perbedaan relatif dari keakuratan data yang diperoleh diantara alat yang berbeda akan terlihat. Sehingga dapat diketahui pula kelebihan dan kelemahan suatu alat tertentu.
B. Tujuan
1. Mengetahui cara pengukuran tinggi tanaman dan panjang tanaman 2. Membandingkan tinggi tanaman dan panjang tanaman dengan berbagai alat.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Pengukuran adalah kegiatan yang paling penting dilakukan, karena pengukuran dilakukan untuk mengetahui atau menduga potensi suatu tegakan ataupun suatu komunitas tertentu (Dephut, 1995). Pengukuran yang dilakukan kali ini yaitu mengukur tinggi pohon. Menurut Hastaka (2012) Tinggi pohon yaitu sebagai jarak terpendek antara suatu titik pada puncak pohon (titik lain pada pohon) dengan titik proyeksinya pada bidang datar (permukaan tanah). Sedangkan panjang pohon merupakan jarak yang menghubungkan dua titik yang diukur baik menurut garis lurus maupun tidak. Pengukuran tinggi pohon dari sebuah komunitas dilakukan dengan tujuan dalam penaksiran volume suatu komunitas. Tinggi pohon merupakan salah satu karakteristik pohon yang mempunyai arti penting dalam penafsiran hasil hutan. puncak pohon terhadap permukaan tanah. Pengukuran tinggi pohon dapat dilakukan pada ketinggian tertentu dari batang. Pengukuran yang baik dilakukanadalah pohon-pohon yang telah ditebang dan pohon-pohon yang berdiri, khususnya untuk penaksiran yang berhubungan dengan volume (Faldiansah, 2011). Terdapat banyak kesalahan yang dilakukan praktikan dalam mengukur tinggi pohon yang menyebabkan hasilnya tidak sesuai dengan tinggi yang sebenarnya, salah satunya yaitu ketidak tepatan dalam membidik tajuk pohon. Menurut Suwardi (2002) ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kesalah-kesalahan dalam pengukuran, antara lain kesalahan dalam melihat puncak pohon, pohon yang diukur tingginya dalam keadaan tidak tegak, jarak antara pengukuran dan pohon tidak diatas ataupun karena jarak ukur tidak tepat (Faldiansah, 2011).
Pendugaan komunitas pohon dilakukan dengan melakukan pengukuran pada tinggi dan panjang dari komunitas pohon yang akan diukur tersebut. Tinggi dan panjang pohon merupakan dimensi pohon yang sangat penting dalam pendugaan potensi pohon dan tegakan. Data tinggi dan panjang bukan hanya diperlukan untuk menghitung nilai luas bidang dasar suatu tegakan melainkan juga dapat digunakan untuk menentukan volume pohon dan tegakan, berguna dalam pengaturan penebangan, perkiraan hasil pengolahan kayu dan mengetahui struktur suatu tegakan hutan (Murdawa, 1994). Pengukuran tinggi dan panjang pohon dengan menggunakan beberapa alat yang berbeda akan menghasilkan data yang berbeda juga. Dengan demikian, perbedaan relatif dari keakuratan data yang diperoleh diantara alat yang berbeda akan terlihat. Sehingga dapat diketahui pula kelebihan dan kekurangan alat tertentu, dengan mengetahui kekurangan dan kelebihan suatu alat yang akan kita gunakan, maka akan memungkinkan kita untuk mengurangi kemungkinan kesalahan saat pengukuran. Pengukuran tinggi tanaman dari sebuah komunitas dilakukan dengan tujuan dalam penaksiran volume suatu komunitas. Tinggi tanaman merupakan salah satu karakteristik yang mempunyai arti penting dalam penafsiran hasil pertanian. Pengukuran tinggi tanaman dapat dilakukan pada ketinggian tertentu dari batang. Pengukuran yang baik dilakukan adalah pohon-pohon yang telah ditebang dan pohonpohon yang berdiri, khususnya untuk penaksiran yang berhubungan dengan volume. Pengukuran tinggi serta pengukuran diameter atas batang adalah pengukuran tak langsung yang dilakukan dengan alat-alat optik dan konsikuensinya memerlukan banyak waktu. Pada waktu memilih metoda penaksiran volume dalam inventore hutan harus dicek dengan hati-hati apakah pengukuran tambahan ini pada semua sampel (pada bagian yang signifikan darinya) dapat dipertanggung jawabkan (Murdawa, 1994).
III. METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan adalah tanaman pepaya, tanaman jagung, tanaman singkong dan bugenvil. Alat yang digunakan yaitu mistar kayu, mistar plastik, roll meter dan meteran baju.
B. Prosedur Kerja
1. Alat dan bahan disiapkan 2. Ukur tinggi tanaman pepaya, tanaman jagung, tanaman singkong dan bugenvil dengan mistar kayu, mistar plastik, roll meter dan meteran baju. 3. Ukur panjang tanaman pepaya, tanaman jagung, tanaman singkong dan bugenvil dengan mistar kayu, mistar plastik, roll meter dan meteran baju.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil (Terlampir) B. Pembahasan
Tinggi pohon berdiri tidak selalu sama dengan panjang pohon tersebut sesudah rebah. Tinggi pohon berdiri dimaksudkan sebagai panjang proyeksi dari titik ujung pohon sampai ke tanah (Dephut, 1995). Tinggi pohon didefinisikan sebagai jarak atau panjang garis terpendek antara suatu titik pada pohon dengan proyeksinya pada bidang datar. Istilah tinggi pohon hanya berlaku untuk pohon yang masih berdiri sedangkan untuk pohon rebah digunakan istilah panjang pohon (Simon, 1988).
Panjang pohon adalah jarak antara dua titik yang dimulai dari pangkal batang menyusur batangnya sampai puncak pohon. Pengukuran tinggi pohon dan panjang pohon dari sebuah komunitas dilakukan dengan tujuan dalam penaksiran volume suatu komunitas. Pengukuran ini juga bermanfaat untuk mengetahui potensi tegakan suatu komunitas hutan. Besarnya tinggi pohon dipengaruhi kualitas tempat tumbuh dan usia dari pohon tersebut. Semakin subur tempat tumbuh maka pertumbuhan pohon akan semakin baik, hal ini ditunjukkan dengan besarnya ukuran diameter pohon tersebut. Tinggi pohon merupakan salah satu karakteristik pohon yang mempunyai arti penting dalam penafsiran hasil hutan dan puncak pohon terhadap permukaan tanah. Pengukuran tinggi pohon dapat dilakukan pada ketinggian tertentu dari batang. Pengukuran yang baik dilakukan adalah pohon-pohon yang telah ditebang dan pohon-pohon yang berdiri, khususnya untuk penaksiran yang berhubungan dengan volume (Faldiansah, 2011).
Pengukuran tinggi pohon dan panjang pohon menggunakan alat ukur yaitu christen meter, walking stick, suunto clinometer, dan haga hypsometer. 1. Cristen Hypsometer (CH meter) Alat ini merupakan alat ukur yang sederhana dan mudah digunakan. Bentuk umum dari alat ini berupa sebilah kayu atau logam sepanjang 30 cm dengan alat bantu berupa galah sepanjang 4 m. Penempatan skala pada alat semakin pendek untuk pengukuran pohon yang lebih tinggi. Ketelitian hanya sampai 0,5 meter dan di atas 35 meter alat ini tidak lagi mempunyai pembagian skala dalam satuan meter. Saat praktek hal yang perlu di perhatikan adalah pucuk pohon, pangkal pohon, serta ujung atas galah. Dengan bergerak menjauh atau mendekati pohon akan mendapatkan titik dimana garis penglihatan dari puncak dan pangkal pohon bertepatan dengan batas atas dan batas bawah dari bilah ukur. Tinggi pohon dapat terbaca pada skala yang bertepatan dengan ujung atas dari galah pembantu.
Gambar 11. Prinsip kerja CH Meter 2. Tali tambang, tali plastik/tali rafia, walking stick Tali tambang, tali plastik atau tali rafia, walking stick dan sabit/golok merupakan peralatan dasar untuk melakukan perintisan jalur pengamatan, pembuatan petak contoh dan membuka jalan dalam hutan agar dapat sampai ke lokasi pengamatan yang telah ditentukan sebelumnya. Tali tambang dan tali plastik yang digunakan harus berwarna cerah agar kontras dengan warna pohon ataupun daun-daun dalam
hutan sehingga batas petak dapat dilihat dengan mudah. Walking stick digunakan untuk mengukur tinggi pohon jika alat pengukur tinggi pohon yang lebih canggih, seperti haga hypsometer tidak ada.
Gambar 12. Walking Stick 3. Clinometer Alat yang digunakan mengukur ketinggian dari suatu pohon, dengan tingkat kecepatan dan ketelitian tinggi. Alat ini juga dapat digunakan untuk menentukan sudut dari suatu gradien. Alat ini dilapis oleh paduan aluminium anodized yang tahan terhadap korosi. Cara menggunakannya yaitu diletakkan pada satu mata dan dinaikkan atau diturunkan hingga pangkal pohon terlihat pada titik penghitungan. Pada saat yang sama, posisi pangkal pada skala menunjukkan pembacaan. Alat ini dilengkapi dengan penunjuk jarak dan beberapa kombinasi skala, persen dan derajat, persen dan topografi, derajat dan topografi, feet dan metric. 4. Haga Meter Untuk menentukan tinggi suatu pohon yang terdiri atas pengontrol gravitasi, penunjuk berputar, dan serangkaian skala dalam batang metal hexagonal yang dapat diputar, serta kotak berbentuk pistol. Enam skala regular Amerika adalah 15, 20, 25, 30 % dan skala topografi. Alat ini memiliki tingkat ketelitian sampai 0,1 m. Cara penggunaannya adalah menentukan jarak mendatar antara pengukur dengan pohon. Hal ini dapat dilakukan secara optis yaitu dengan menggunakan alat
pembantu (rangefinder) dimana kedua bilah pada rangefinder tersebut tidak terlihat rangkap bila jarak sudah tepat atau dapat ditentukan secara langsung tanpa alat pembantu. Selanjutnya adalah menyesuaikan bilah ukur sesuai dengan jarak pembidikan. Bidikan pertama yaitu puncak pohon kemudian bidikan kearah pangkal pohon. Tinggi pohon adalah jumlah/selisih dari kedua pembacaan tersebut, tergantung apakah kaki pohon lebih rendah atau lebih tinggi dari mata pengukur.
Gambar 13. Bagian-bagian Hagameter dan cara pengunaannya
Pengukuran tinggi pohon yang paling akurat yaitu menggunakan haga hypsometer dan suunto clinometer karena dari keduanya menggunakan prinsip trigonometri. Menurut Rahlan (2004) prinsip trigonometri sering dipakai dalam pengukuran tinggi dan hasilnya lebih cermat dan teliti, namun membutuhkan waktu yang relatif lama. Pengukuran menggunakan walking stick dan christen meter terkadang memiliki angka yang jauh berbeda dengan yang lainnya, karena kedua alat tersebut dapat dibuat secara manual. Kelemahan dari christen meter dan walking stick adalah tidak adanya ketepatan dalam membuat alat, maka dari itu terdapat data yang terlalu jauh dari hasil yang lainnya.
Faktor-faktor yang mempengarui panjang dan tinggi tanaman (Murdawa, 2004) adalah : 1. Suhu Suhu atmosfer yang tinggi akan mempercepat pertumbuhan tanaman dan respirasi. Suhu penting bagi tumbuhan karena berhubungan dengan kemampuan melakukan fotosintesis, translokasi, respirasi, dan transpirasi. Tumbuhan memiliki suhu optimum untuk dapat tumbuh dan berkembang. Sebagian besar tumbuhan memerlukan temperatur sekitar 10°–38°C untuk pertumbuhan tinggi dan panjang tanaman. 2. Sinar matahari Cahaya matahari sangat menentukan proses fotosintesis. Fotosintesis adalah proses dasar pada tumbuhan untuk menghasilkan makanan. Makanan yang dihasilkan akan menentukan ketersediaan energi untuk pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Cahaya merupakan faktor penting terhadap berlangsungnya fotosintesis, sementara fotosintesis merupakan proses yang menjadi kunci dapat berlangsungnya proses metabolisme yang lain di dalam tanaman. Kekurangan cahaya akan menimbulkan gejala etiolasi, dimana batang tanaman akan tumbuh lebih cepat namun lemah dan daunnya berukuran kecil, tipis dan berwarna pucat (tidak hijau). Walaupun kebutuhan hara cukup tetapi penerimaan cahaya matahari tidak optimal maka pertumbuhan tanaman akan terganggu. 3. Kelembapan Kelembaban udara pada umumnya dinyatakan dalam kelembaban relatif yang mempengaruhi evapotranspirasi tanaman. Evapotranspirasi akan meningkat apabila kelembaban udara di sekitar tanaman rendah. Transpirasi tanaman sangat erat
hubungannya dengan penyerapan unsur hara dari dalam tanah. Apabila transpirasi cepat, penyerapan unsur hara juga akan cepat. Akan tetapi apabila kelembaban udara tinggi menyebabkan transpirasi menjadi lambat, sehingga penyerapan unsur hara juga akan lambat. 4. Ketersediaan Hara Unsur hara adalah sumber energi dan sumber materi untuk mensintesis berbagai komponen sel. Tidak hanya karbondioksida dan air saja yang dibutuhkan tumbuhan untuk bisa tumbuh dengan baik tetapi juga beberapa unsur unsur mineral. Jika kekurangan nutrisi maka tumbuhan tersebut akan mengalami difisiensi. Difisiensi ini menyebabkan pertumbuhan tanaman terganggu, sehingga akan mengganggu proses perkembangan tinggi tanaman. 5. Hormon Hormon mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hormon tumbuhan disebut fitohormon. Peran hormon tumbuhan adalah merangsang pertumbuhan, pembelahan sel, dan pemanjangan sel. Pengaruh auksin terhadap batang yaitu sel tanaman akan rnemanjang lebih cepat yang mempengaruhi panjang tanaman. Berdasarkan hasil praktikum diperoleh pengukuran tinggi tanaman pepaya dengan mistar kayu 198 cm, mistar plastik 198 cm, roll meter 208 cm, meteran 198 cm sedangkan panjang tanaman dengan mistar kayu 248 cm, mistar plastik 245 cm, roll meter 256 cm, meteran 248 cm. Pengukuran tinggi tanaman jagung dengan mistar kayu 215 cm, mistar plastik 217 cm, roll meter 218 cm, meteran 176 cm sedangkan panjang tanaman dengan mistar kayu 208 cm, mistar plastik 213 cm, roll meter 219 cm, meteran 174 cm. Pengukuran tinggi tanaman singkong dengan mistar kayu 205 cm, mistar
plastik 210 cm, roll meter 221 cm, meteran 205 cm sedangkan panjang tanaman dengan mistar kayu 235 cm, mistar plastik 220 cm, roll meter 231 cm, meteran 229 cm. Pengukuran tinggi tanaman bugenvil dengan mistar kayu 163 cm, mistar plastik 159 cm, roll meter 163 cm, meteran 73 cm sedangkan panjang tanaman dengan mistar kayu 178 cm, mistar plastik 179 cm, roll meter 88 cm, meteran 178 cm. Terdapat banyak kesalahan yang dilakukan praktikan dalam mengukur tinggi pohon yang menyebabkan hasilnya tidak sesuai dengan tinggi yang sebenarnya, salah satunya yaitu ketidak tepatan dalam membidik tajuk pohon. Menurut Suwardi (2002) ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kesalah-kesalahan dalam pengukuran, antara lain kesalahan dalam melihat puncak pohon, pohon yang diukur tingginya dalam keadaan tidak tegak, jarak antara pengukuran dan pohon tidak diatas ataupun karena jarak ukur tidak tepat.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pengukuran tinggi pohon dan panjang pohon dapat dilakukan dengan menggunakan mistar kayu, mistar plastik, roll meter dan meteran baju. Masing-masing alat mempunyai kelebihan dan kelemahan, maka dari itu nilai yang didapatkan juga beragam. 2. Alat yang paling teliti berdasarkan praktikum adalah mistar kayu. Tanaman tertinggi adalah tanaman singkong dan tanaman terendah yaitu bunga Bougenvil. Terdapat banyak kesalahan pada pengukuran pohon yaitu kesalahan dalam membidik, kesalahan mengukur jarak, dan keadaan tanah yang tidak datar.
B. Saran
Semoga praktikum selanjutnya lebih baik lagi dan alat-alat lebih diperbanyak agar proses praktikum berjalan dengan lancar dan lebih tepat waktu lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Faldiansah. 2011. Survei Metode of Thropical Forest Press. Rome. Odum, E.P.1959. Fundamentals of Ecology.WB Souders Co.Philadelphia Hastaka. 2012. Ekologi Kuantatif Analisis Populasi. Usaha Nasional. Surabaya. Murdawa. 1994. Pengenalan dan Pengukuran Karakteristik Pohon. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta Rahlan. 2004. Membangun Kota Kebun Bernuansa Hutan Kota. IPB Press. Bogor. Simon. 1988. Manual Inventore Hutan. Universitas Indonesia Press. Jakarta, Suwardi. 2002. Tekhnik Penarikan Sampel. USU Press. Medan.
LAMPIRAN