PENGAMATAN LICHENES LAPORAN MIKROBIOLOGI
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Mikrobiologi Mi krobiologi dibimbing oleh Prof.Dr.Dra. Utami Sri Hastuti, M.Pd
Disusun oleh: Kelompok 4 offering H 2015 1. 2. 3. 4. 5.
Achib Irmawati Atikah Amalia Solichatul Afifah Sugi Hartono Yasinta Swastika Ayu
(150342605103) (150342605103) (150342603782) (150342603782) (150342603789) (150342603789) (150342608273) (150342608273) (150342607572) (150342607572)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN BIOLOGI S1 BIOLOGI Februari 2017
A. Topik
: Pengamatan lichens
B. Waktu Pelaksanaan
: Selasa, 21 Februari 2017
C. Tujuan
:
1. Untuk mengetahui morfologi lichen 2. Untuk mengetahui anatomi lichen D. Dasar Teori Lichenes (Lumut Kerak)
Lichenes atau lumut kerak biasanya dianggap sebagai kelompok khusus, walaupun pada dasarnya merupakan suatu asosiasi simbiosis yang swasembada antara cendawan mikobion(mycobiont) dengan ganggang fikobion(phycobiont) (Tjitrosono,1983). Lichen sekilas setipe dengan tumbuhan lumut. Tapi jika diperhatikan dengan seksama maka lichen merupakan suatu bentuk life form yang unik (khas). Lichen merupakan suatu komposisi organisme yaitu jamur dan alga atau cyanobakteri. Dua jenis organisme ini hidup saling berhubungan yang dinamakan simbiosis, alga menyediakan energi melalui proses fotosintesis dan jamur menyediakan tempat perlindungan bagi alga (Kett , Dong, Andrachuck, & Craig, 2005) Lichen merupakan suatu organisme hasil asosiasi simbiosis antara jamur dan algae dalam bentuk simbiosis mutualistik dan helotisme yang dapat membentuk kesatuan morfologi yang berbeda dengan spesies lain pada komponen – komponenya. Algae memiliki klorofi l untuk melakukan fotosintesis sedangkan fungi mengambil air dan mineral lainnya dari lingkungan. Sedangkan helotisme maksudnya pada awalnya menguntungkan tapi selanjutnya fungi
bersifat
parasit
pada
alga
dikarenakan
hanya
fungi
yang
memiliki
alat
perkembangbiakan berupa badan buah/thalus (Muzayyinah, 2005) Berdasarkan fungsinya lichen memiliki nilai ekonomis diantaranya sebagai bahan obat – obatan (Parmelia sulcata) dan beberapa spesies Usnea untuk obat batuk, dan Cetraria islandica untuk obat diabetes, paru – paru dan katarak. Fungsi lainnya dari lichen adalah sebagai indikator, misal dari genus Cetraria sebagai indikator adanya marmer atau pualam (Muzayyinah, 2005). Komponen jamur penyusun lichenes yang terbanyak adalah dari kelompok Ascomycetes (96%), selanjutnya diikuti oleh Basidiomycetes, dan Deuteromycetes. Jamur berperan menyerap air dan mineral dari udara, proteksi dari perubahan fi sik, suhu, dan
intensitas sinar matahari tinggi. Dengan menyerap mineral dari udara sehingga lichen dapat digunakan untuk indikator biologi pencemaran udara (Aptroot, Diaz, Bárcenas-Peña, Cáceres, Fernando, & Dal-Forno, 2014). Menurut klasifikasi morfologi lichen dibagi menjadi : 1) Thalus Crustose lichen - Lumut kerak yang memiliki thallus yang berukuran kecil,datar, tipis, dan selalu melekat pada permukaan batu, kulit pohon, atau tanah. Jenis ini susah untuk mencabutnya tanpa merusak substratnya. Permukaan thalus biasanyaterbagi menjadi areal – areal yang agak heksagonal yang disebut areole (Pratiwi, 2006). Contoh : Graphis scipta, Haematomma puniceum, Acarospora atau pleopsidium. Habitat Lichenes
Lichenes hidup sebagai epifit pada pohon-pohonan, tetapi dapat juga di atas tanah terutama di daerah ini areal dengan luas ribuan kilometer persegi yang tertutup oleh lichenes. Baik di atas cadas maupun pada batu, tidak terikat pada tingginya tempat di atas permukaan air laut, lichenes dapat ditemukan dari tepi pantai sampai di atas gunugn-gunung yang tinggi. Tumbuhan ini tergolong dalam tumbuhan perintis yang ikut berperan dalam pembentukan tanah. Beberapa jenis dapat masuk pada bagian pinggir batu-batu, oleh karena itu disebut bersifat endolitik (Tjitrosoepomo,1981). Lichenes dapat tumbuh pada kayu yang membusuk serta dapat bertahan dalam keadaan panas, dingin, dan kering yang luar biasa(Tjitrosono,1983). Lichenes tidak memerlukan syarat-syarat hidup yang tinggi, Lichenes dapat hidup pada tanah yang kekurangan air dalam jangka waktu yang lama. Karena panas yang terik, lichenes yang hidup pada batu-batu dapat menjadi kering, tetapi tidak mati, dan jika kemudian turun hujan, lichenes dapat hidup kembali. Pertumbuhan talusnya sangat lambat, dalam satu jarang lebih dari 1cm. Tubuh buah baru terbentuk setelah mengadakan pertumbuhan vegetatif bertahun-tahun(Tjitrosoepomo,1981). Anatomi lichens
Lichen merupakan simbiosis antara dua jenis organisme. Organisme tersebut yaitu fungi (mikrobion) dan alga (cyanobacteria, protobion). Protobion menghasilkan makanan dari fungsi dari proses fotosintesis dan fungi juga melindungi alga dengan menyisakan air dan menyediakan nutrisi mineral (Sujetoviene, 2010). Simbiosis yang terjadi mengakibatkan
kedua komponen tersebut saling tergantung satu sama lain. Lumut kerak dapat mengabsorbsi air dari hujan, aliran permukaan dan embun(GC, Catalano I, & A, 2011) (Pratiwi, 2006). Secara anatomi, jaringan thalus tersusun atas beberapa lapis an diantaranya : 1) lapisan yang paling atas disebut sebagai lapisan hifa fungi. Lapisan ini tidak memiliki ruang antar sel jika ada biasanya diisi dengan gelatin. Pada beberapa jenis lumut kerak yang bergelatin, kulit atas juga kekurangan satu atau beberapa sel tipis. Namun, permukaan tersebut tertutupi oleh epidermis. 2) lapisan alga, berada di bawah lapisan korteks atas yang terdiri atas lapisan gonidial. Lapisan ini merupakan jalinan hifa fungi yang bercampur dengan alga. Berdasarkan penyebaran lapisan alga pada thalusnya, lumut kerak t elah diklasifi kasi menjadi dua kategori yaitu homoiomerus dan heteromerous. Homoiomerus, sel alga tersebar merata pada jaringan longgar hifa fungi sedangkan pada heteromerous sel – sel alga terbatas pada lapisan atas thalus(Pratiwi, 2006)(GC, Catalano I, & A, 2011). 3) Medulla, merupakan lapisan yang terdiri atas hifa longgar. Lapisan ini akan memberikan kekuatan dan penghubung antara lapisan bawah dan atas atau bagian luar dan dalam thalus. Lapisan ini menyerupai lapisan parenkim bunga karang seperti jaringan daun. Pembagian atau pemisahan antara lapisan alga dan lapisan medulla tidak selalu terjadi secara sempurna. Pada lapisan ini hanya sedikit terdapat sel – sel alga, pada uumumnya lapisan ini relatif tebal dan tidak berwarna atau transparan; 4) Korteks bawah, lapisan korteks bawah ini menyerupai lapisan korteks atas. Di lapisan ini terbentuk rhizoid yang berkembang masuk ke substrat. Jika tidak ada rhizoid, maka fungsinya akan digantikan dengan hifa – hifa fungi yang merupakan perpanjangan hifa dari lapisan medulla (Pratiwi, 2006). Klasifikasi Lichenes
Menurut Tjitrosono(1983), penggolongan lichenes menurut bentuknya dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu: 1. Krustose(seperti kerak)
Gb.1 Graphis scipta (Campbell, 2005)
2. Foliose(seperti daun)
Gb.2 Xantoria elegans (Campbell, 2005) 3. Fruktitos(seperti semak)
Gb.3 Ramalina stenospora (Campbell. 2005)
Menurut Tjitrosoepomo(2005), menurut habitusnya lichenes dibedakan dalam: 1. Lichenes dengan talus berbentuk lembaran-lembaran. Pada golongan ini talus seluruhnya melekat dengan sisi bawahnya pada alas 2. Lichenes dengan talus berbentuk semak-semak. Pada golongan ini hanya pangkal talus yang melekat sedang ujungnya bebas bercabang-cabang seperti batang pada Cormophyta.
E. Alat dan Bahan
1. Alat :
a. Mikroskop b. Kaca benda c. Kaca penutup d. Pipet e. Silet 2. Bahan :
a. Lichen b. Air
F. Cara Kerja
Kaca benda bersih disediakan
Sediaan dari lichen dibuat
2-3 tetes air diteteskan diatas sediaan tersebut, kemudian ditutup dengan kaca penutup
Sediaan diamati dibawah mikroskop. Jenis lichen diamati kemudian anatomi lichen digambar
G. Data Pengamatan Hasil Pengamatan
Literatur 1 2
3
4
5
Perbesaran : 10x10 Keterangan : (sumber : Suryati, 2015) 1. Korteks atas
2. Lapisan alga 3. Medula 4. Korteks bawah 5. Lapisan yang menempel pada substrat
H. Analisis Data Dalam pengamatan lichenes ini dilakukan dengan pengirisan secara melintang pada lumut kerak(lichenes) yang basah. Setelah didapatkan irisan yang sesuai maka dilakukanlah pengamatan menggunkan mikroskop. Pada pengamatan lichenes (lumut kerak) ini terlihat adanya empat lapisan yang mana lapisan pertama bagian atas merupakan korteks atas yang terlihat susunannya tipis hanya beberapa lapis dan lapisan ini tampak kalau pada bagian ini tidak memiliki ruang antar sel atau dapat dikatakan rapat. Korteks ini merupakan hifa fungi yang membungkus lapisan alga dengan rapat dengan hifa melekat erat pada alga. Lapisan yang kedua adalah lapisan alga yang letaknya berada dibawah korteks atas dan dicirikan pula dengan warnanya yang hijau. Sel-sel alga ini tersebar secara merata dibawah korteks dan terdiri dari beberapa lapis sel. Lapisan dibawah alga adalah lapisan medula yang terdiri dari kumpulan hifa yang longgar dengan ketebalan lapisan ini relatif tebal dan tidak berwarna atau transparan. Dibawah medula terdapat lapisan korteks yang merupakan kumpulan hifa fungi seperti halnya korteks atas dengan struktur hifanya yang sangat padat/rapat. Pada korteks bawah ini terlihat bentukan seperti sebuah akar dengan bentukan ini memiliki fungsi untuk melekat pada substrat.
I. Pembahasan Pada praktikum kali ini lichen diamati morfologinya menggunakan alat indera berupa indra penglihatan untuk menentukan warna dan bentuk, kemudian indra peraba untuk menentukan teksturnya. Sedangkan untuk mengamati struktur anatominya dilakukan dengan membuat preparat lichen kemudian diamati di bawah mikroskop cahaya. Lichenes yang digunakan dalam praktikum ini berasal dari pohon jarak kintir ( Jathropa multifida). Warna dari lichen yang diamati adalah abu-abu kehijauan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Beaching dan Hill (2007) yang menyatakan bahwa pada umumnya
lichen yang menempel pada pohon berwarna hijau keabu-abuan, kuning, hijau, hijau biru, oranye, kuning cerah, coklat dan bahkan hitam. Lichen yang diamati memiliki bentuk menyerupai kerak sehingga digolongkan dalam bentuk Crustose. Lichen jenis Crustose memiliki thallus yang berukuran kecil, datar, tipis dan selalu melekat ke permukaan batu, kulit pohon, atau di tanah. Jenis ini susah untuk mencabutnya tanpa merusak substratnya (Campbell, 2005). Muzzayinah (2005) juga menjelaskan bahwa Crustose lichen memiliki tubuh seperti cruste (seperti lapisan kulit) yang menempel pada kulit pohon atau batu. Menurut Ronoprawiro (1989) lumut kerak merupakan tumbuhan rendah yang temasuk dalam divisi Thallophyta yang merupakan tumbuhan komposit dan perpaduan fisiologik dari dua makhluk, yakni antara fungi dan alga. Dua organisme tersebut hidup berasosiasi satu sama lain,sehingga muncul sebagai satu organisme. Penyusun komponen fungi disebut mycobiont yang pada umumnya berasal dari kelas Ascomycetes dan dua atau tiga genus termasuk kelas Basidiomycetes, sedangkan penyusun komponen alga disebut phycobiont , berasal dari divisi alga biru-hijau (Chyanophyceae) atau alga hijau (Chlorophyta) Pandey dan Trivendi (1977). Tubuh lichen yang disebut dengan thallus dan memiliki warna mulai dari putih, keabuan, coklat bahkan hitam. Bagian tubuh lichen yang memanjang disebut dengan hifa. Hifa merupakan organ vegetatif dari thallus atau miselium yang biasanya tidak didapatkan pada fungi yang bukan lichen (Yurnaliza, 2002). Berdasarkan hasil pengamatan irisan melintang perbesaran 400 x di bawah mikroskop cahaya diketahui bahwa struktur anatomi lichen terbagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama adalah bagian terluar yang melappisi lichen, bagian kedua adalah bagian di bawahnya yang nampak lebih rapat susunannya dan bagian ketiga yang terlihat tidak rapat susunannya. Hal ini dijelaskan oleh Yurnaliza (2002) bahwa secara garis besar susunan anatomi lumut kerak dibedakan menjadi tiga lapisan, antara lain: (1) lapisan luar (korteks), lapisan yang tersusun atas sel-sel jamur yang rappat dan kuat, menjaga agar lumut kerak tetap tumbuh; (2) lapisan gonidium, merupakan lapisan yang mengandung ganggang dan menghasilkan makanan dengan berfotosintesis; dan (3) lapisan empulur, lapisan yang tidak raat berfungsi untuk menyimpan cadangan air dan tempat terjadinya perkembangbiakan.
J. Kesimpulan
1.
Lichen berdasarkan hasil pengamatan memiliki bentuk menyerupai kerak sehingga digolongkan dalam bentuk Crustose. Lichen jenis Crustose memiliki thallus yang berukuran kecil, datar, tipis dan selalu melekat ke permukaan batu, kulit pohon, atau di tanah.
2.
Struktur anatomi lichen terbagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama adalah bagian terluar yang melappisi lichen, bagian kedua adalah bagian di bawahnya yang nampak lebih rapat susunannya dan bagian ketiga yang terlihat tidak rapat susunannya.
K. Daftar Rujukan Aptr oot, A., Diaz, J. A., Bárcenas-Peña, A., Cáceres, M. E., Fernando, L., & DalForno, M. (2014). Rapid assessment of the diversity of “vehiculicolous” lichens on a t hirty year old Ford Bronco Truck in Central Puerto Rico. Fungi, 22-27 Beaching, S. Q. dan Hill, R. 2007. Guide to Twelve Common & Conspicuous Lichens of Georgia’s Piedmont. Georgia: University of Georgia Atlanta (UGA). Campbell. 2005. Biology Seventh Edition. San Fransisco: Pearson Education, Inc., Publishing as Benjamin Cummings, 1301 samsome St. CA 94111. Kett , A., Dong, S., Andrachuck, H., & Craig, B. (2005). Learning with Lichens : Using Epiphytic Lichens as Bioindicators of Air Pollution. United States: Brook University. Misra, A., R.P. Agrawal. 1978. Lichenes ( A Premiliminary Text). New York-BombayCalcuta: Oxford and IBH Pulishing Co. Muzayyinah. (2005). Keanekaragaman Tumbuhan Tak Berpembuluh. Solo, Jawa Tengah, Indonesia: Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) UNS. Pandey, S.N & Trivendi, P.S. 1977. A Text Book of Botany (Algae, Fungi, Bacteria, Hycoplasma, Viruses, Lichens and Elementary Plant Pathology), Volume I. Pratiwi, M. E. (2006). Kajian Lumut Kerak Sebagai Bioindikator Kualitas Udara - Studi Kasus : Kawasan Industri Pulo Gadung, Arboretum Cibubur dan Tegakan Mahoni Cikabayan. Bogor: IPB Press.
Ronoprawiro, S. 1989. Gulma Lumut dan Lumut Kerak terhadap Pertumbuhan dan Hasil Teh (Camellia sinensis.L). Disertasi. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. Tjitrosoepomo,Gembong.1981.Taksonomi Tumbuhan.Jakarta:Bhratara Karya Aksara. Tjitrosoepomo,Gembong.1989.Taksonomi Tumbuhan.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Tjitrosoepomo,Gembong.2005.Taksonomi Tumbuhan Obat-Obatan .Yogyakarta:Gadjah Mada University Press. Tjitrosono,Siti Sutami.1983. Botani Umum 4.Bandung:Angkasa. Yurnaliza. 2002. Lichens (Karakteristik, Klasifikasi dan Kegunaan). Medan: USU Digital Library