LAPORAN PENDAHULUAN KETUBAN PECAH DINI (KPD)
A. DEFINISI
Ketuban (cairan ketuban) adalah cairan yang bening agak kekuningkuningan, yang mengelilingi bayi yang belum lahir (janin), bila cairan ini sudah tidak bening bahkan kehijau-hijauan memperlihatkan tanda sudah terinfiksi kuman dari luar, infeksi ini mengancam janin atau tergolong dengan gawat darurat janin sehingga janin perlu diselamatkan agar tidak mendrita infeksi dalam kandungan ibunya. (Koes Irianto,2014) Di dalam rahim, bayi mengapung dalam cairan ketuban. Cairan ketuban
mengelilingi
dan
mendukung
bayi
dalam
seluruh
perkembangannya. Jumlah cairan ketuban terbesar adalah sekitar 34 minggu kehamilan. Cairan ketuban terus bergerak (beredar) saat bayi menelan dan menghirup cairan, dan kemudian melepaskan atau menghembuskan cairan melalui urin. Cairan ketuban membantu: 1. Perkembangan gerakan bayi di dalam rahim, yang memungkinkan untuk pertumbuhan tulang yang tepat. 2. Paru-paru bayi berkembang dengan baik 3. Menjaga suhu relatif konstan di sekitar bayi, melindungi dari kehilangan panas. 4. Melindungi bayi dari cedera luar akibat guncangan atau gerakan tiba-tiba. 5. Cairan ketuban yang terlalu sedikit (oligohidramnion) atau terlalu banyak (polihidramnion) dapat berbahaya berbahaya bagi ibu dan bayinya.
Definisi Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah : pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan / sebelum inpartu, pada pembukaan <4 cm (fase laten). Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya kelahiran. (Nugroho, 2010 : 1) Ketuban Pecah Dini (KDP) yaitu pecahnya ketuban sebelum ada tanda-tanda inpartu, dan setelah ditunggu selama satu jam belum juga mulai ada tanda tanda inpartu. Early rupture of membrane adalah ketuban yang pecah pada saat fase laten. Hal ini bisa membahayakan karena dapat terjadi infeksi asenden intrauterine. (Manuaba,2012) Ketuban pecah dini (KDP) atau ketuban pecah premature (KPP) adalah keluarnya cairan dari jalan lahir/vagina sebelum proses kelahiran. (Achmad, 2012 : 113)
B. KLASIFIKASI 1.
Premature Rupture Of The Membrane (PROM) : Pecahnya selaput ketuban sebelum onset persalinan pada pasien yang umur kehamilannya ≥ 37 minggu.
2.
Preterm Premature Rupture Of The Membrane (PPROM) : Pecahnya selaput ketuban sebelum onset persalinan pada pasien yang umur kehamilannya < 37 minggu.
3.
Prolonged Premature Rupture Of The Membrane : Pecahnya selaput ketuban selama ≥ 24 jam dan belum terjadi onset persalinan
4.
Periode Laten : Interval waktu antara pecahnya selaput ketuban dengan persalinan. Bervariasi dari 1 – 12 jam tergantung umur kehamilannya (semakin kurang bulan, periode laten semakin lama ; 85 % kehamilan cukup bulan dengan KPD memiliki periode laten < 24 jam sedangkan 57 % kehamilan < 37 minggu dengan KPD memiliki periode laten > 24 jam).
C. ETIOLOGI
Penyebab KPD maasih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang berhubungna erat dengan KPD, namun faktor-faktor mana yang lebih berperan sulit diketahui. Kemungkinan yang menjadi faktor predisposisinya adalah: a. Infeksi: Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD. b. Servik yang inkompetensia, kanalis servikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan pada servik uteri (akibat persalinan, curetage). c. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan (overdistensi uterus) misalnya trauma, hidramnion, gamelli. d. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam, maupun amnosintesis menyebabkan terjadinya KPD karena biasanya disertai infeksi. e. Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah. f. Keadaan sosial ekonomi. g. ISK (infeksi saluran kencing) h. Faktor lain: 1. Faktor golongan darah, akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak sesuai dapat menimbulkan kelemahan bawaan termasuk kelemahan jaringan kulit ketuban. 2. Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu. 3. Faktor multi graviditas, merokok dan perdarahan antepartum. 4. Definisi gizi dari tembaga atau asam askorbat (Vitamin C). i.
Beberapa faktor risiko dari KPD: 1. Inkompetensi serviks (leher rahim) 2. Polohidramnion (cairan ketuban berlebih) 3. Riwayat KPD sebelumnya
4. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban 5. Kehamilan kembar 6. Trauma 7. Serviks (leher rahim) yang pendek (<25 mm) pada usia kehamilan 23 minggu 8. Infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis (Manuaba,2012)
D. PATOFISIOLOGI
Infeksi dan inflamasi dapat menyebabkan ketuban pecah dini dengan menginduksi kontraksi uterus dan atau kelemahan fokal kulit ketuban . Banyak mikroorganisme
servikovaginal,
menghasilkan
fosfolipid
C
yang
dapat
meningkatkan konsentrasi secara local asam arakidonat, dan lebih lanjut menyebabkan pelepasan PGE2 dan PGF2 alfa dan selanjutnya menyebabkan kontraksi miometrium . Pada infeksi juga dihasilkan produk sekresi akibat aktivitas monosit/makrofag , yaitu sitokrin, interleukin 1 , factor nekrosis tumor dan interleukin 6. Platelet activating factor yang diproduksi oleh paru-paru janin dan ginjal janinyang ditemukan dalam cairan amnion , secara sinergis juga mengaktifasi pembentukan sitokin. Endotoksin yang masuk kedalam cairan amnion juga akan merangsang sel-sel disidua untuk memproduksi sitokin dan kemudian prostaglandin yang menyebabkan dimulainya persalinan. Adanya kelemahan local atau perubahan kulit ketuban adalah mekanisme lain terjadinya ketuban pecah dini akibat infeksi dan inflamasi . Enzim bacterial dan atau produk host yang disekresikan sebagai respon untuk infeksi dapat menyebabkan kelemahan dan rupture kulit ketuban .Banyak flora servikoginal komensal dan patogenik mempunyai kemampuan memproduksi protease dan kolagenase yang menurunkan kekuatan tenaga kulit ketuban.Elastase leukosit polimorfonuklear secara spesifik dapat memecah kolagen tipe III papa manusia, membuktikan bahwa infiltrasi leukosit pada kulit ketuban yang terjadi karena kolonisasi bakteri atau infeksi dapat menyebabkan pengurangan kolagen tipe III dan menyebabkan ketuban pecah dini.
Enzim hidrolitik lain , termasuk katepsin B , katepsin N, kolagenase yang dihasilkan netrofil dan makrofag , nampaknya melemahkan kulit ketuban . Sel inflamasi manusia juga menguraikan aktifator plasminogen yang mengubah plasminogen menjadi plasmin , potensial , potensial menjasi penyebab ketuban pecah dini.
E. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
Menurut Morgan (2009), Kejadian Pecah Dini (KPD) dapat disebabkan oleh beberapa faktor meliputi : a. Usia Karakteristik pada ibu berdasarkan usia sangat berpengaruh terhadap kesiapan ibu selama kehamilan maupun menghadapi persalinan (Julianti, 2001). Usia untuk reproduksi optimal bagi seorang ibu adalah antara umur 20-35 tahun. Di bawah atau di atas usia tersebut akan meningkatkan resiko kehamilan dan persalinan (Depkes, 2003). Usia seseorang sedemikian besarnya akan mempengaruhi sistem reproduksi, karena organ-organ reproduksinya sudah mulai berkurang kemampuannya dan keelastisannya dalam menerima kehamilan. b. Sosial ekonomi (Pendapatan) Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas kesehatan di suatu keluarga. Rendahnya pendapatan merupakan rintangan yang menyebabkan seseorang tidak mampu memenuhi fasilitas kesehatan
E. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
Menurut Morgan (2009), Kejadian Pecah Dini (KPD) dapat disebabkan oleh beberapa faktor meliputi : a. Usia Karakteristik pada ibu berdasarkan usia sangat berpengaruh terhadap kesiapan ibu selama kehamilan maupun menghadapi persalinan (Julianti, 2001). Usia untuk reproduksi optimal bagi seorang ibu adalah antara umur 20-35 tahun. Di bawah atau di atas usia tersebut akan meningkatkan resiko kehamilan dan persalinan (Depkes, 2003). Usia seseorang sedemikian besarnya akan mempengaruhi sistem reproduksi, karena organ-organ reproduksinya sudah mulai berkurang kemampuannya dan keelastisannya dalam menerima kehamilan. b. Sosial ekonomi (Pendapatan) Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas kesehatan di suatu keluarga. Rendahnya pendapatan merupakan rintangan yang menyebabkan seseorang tidak mampu memenuhi fasilitas kesehatan sesuai kebutuhan (BPS, 2005). c. Paritas Paritas adalah banyaknya anak yang dilahirkan oleh ibu dari anak pertama sampai dengan anak terakhir. Adapun pembagian paritas yaitu primipara, multipara, dan grande multipara. Wanita yang telah melahirkan beberapa kali dan pernah mengalami KPD pada kehamilan sebelumnya serta jarak kelahiran yang terlampau dekat diyakini lebih beresiko akan mengalami KPD pada kehamilan berikutnya (Helen, 2008). d. Anemia Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi. Jika persediaan zat besi minimal, maka setiap kehamilan akan mengurangi persediaan zat besi tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia. Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena darah ibu hamil mengalami hemodelusi atau pengenceran dengan peningkatan volume 30% sampai 40% yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34 minggu. e. Perilaku Merokok
Merokok pada masa kehamilan dapat menyebabkan gangguangangguan seperti kehamilan ektopik, ketuban pecah dini, dan resiko lahir mati yang lebih tinggi (Sinclair, 2003). f. Riwayat KPD Pengalaman yang pernah dialami oleh ibu bersalin dengan kejadian KPD dapat berpengaruh besar pada ibu jika menghadapi kondisi kehamilan. Riwayat KPD sebelumnya beresiko 2-4 kali mengalami ketuban pecah dini kembali. Wanita yang pernah mengalami KPD pada kehamilan atau menjelang persalinan maka pada kehamilan berikutnya akan lebih beresiko dari pada wanita yang tidak pernah mengalami KPD sebelumnya karena komposisi membran yang menjadi rapuh dan kandungan kolagen yang semakin menurun pada kehamilan berikutnya (Helen, 2008). g. Tekanan intra uterm yang meninggi atau meningkat secara berlebihan Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini,
F. MANIFESTASI KLINIS
1. Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina 2. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. 3. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila Anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya “menganjal” atau “menyumbat” kebocoran untuk sementara. 4. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi. (Manuaba, 2012).
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium a. Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna, kosentrasi, bau dan pH-nya. b. Cairan yang keluar dari vagina ini ada kemungkinan air ketuban, urine atau secret vagina. c. Secret vagina ibu hamil pH :4-5, dengan kertas nitrazin tidak berubah warna, tetap kuning. d. Tes lakmus (tes Nitrazin), jika kertas lakmu merah berubah menjadi biru menunjukan adanya air ketuban (alklis). pH air ketuban 7-7,5 , darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes positif yang palsu. e. Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopis menunjukkan gambaran daun pakis.
2. Pemeriksaan untrasonografi (USG) a. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri. b. Pada kasusn KDP terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering terjadi kesalahan pada penderita olighidramnion. (Manuaba, 2012).
H. KOMPLIKASI
Komplikasi yang biasa terjadi pada KPD meliputi ; a. mudah terjadinya infeksi intra uterin, b. partus prematur, c. prolaps bagian janin terutama tali pusat (Manuaba, 2009).
Terdapat tiga komplikasi utama yang terjadi pada ketuban pecah dini yaitu: a. peningkatan morbiditas neonatal oleh karena prematuritas, b. komplikasi selama persalinan dan kelahiran, c. resiko infeksi baik pada ibu maupun janin, dimana resiko infeksi karena ketuban yang utuh merupakan barrier atau penghalang terhadap masuknya penyebab infeksi (Sarwono, 2010).
I. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan KPD memerlukan pertimbangan usia kehamilan, adanya infeksi pada komplikasi ibu dan janin dan adanya tanda-tanda persalinan. Penanganan ketuban pecah dini menurut Sarwono (2010), meliputi : a. Konservatif 1. Pengelolaan konserpatif dilakukan bila tidak ada penyulit (baik pada ibu maupun pada janin) dan harus di rawat dirumah sakit. 2. Berikan antibiotika (ampicilin 4 x 500 mg atau eritromicin bila tidak tahan ampicilin) dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari. 3. Jika umur kehamilan <32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi. 4. Jika usia kehamilan 32-27 minggu, belum in partu, tidak ada infeksi, tes buss negativ beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan kesejahteraan janin, terminasi pada kehamilan 37 minggu. 5. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan tokolitik (salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah 24 jam. 6. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan induksi. 7. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intra uterin). 8. Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memicu kematangan paru janin, dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis
tunggal selama 2 hari, deksametason IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali. b. Aktif 1. Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol 50 mg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali. 2. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi. Dan persalinan diakhiri. Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan servik, kemudian induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea 3. Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN a. Identitas ibu b. Riwayat penyakit c. Riwayat kesehatan sekarang ;ibu dating dengan pecahnya ketuban sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu dengan atau tanpa komplikasi d. Riwayat kesehatan dahulu 1) Adanya trauma sebelumnya akibat efek pemeriksaan amnion 2) Sintesi ,pemeriksaan pelvis dan hubungan seksual 3) Infeksi vagiana /serviks oleh kuman sterptokokus 4) Selaput amnion yang lemah/tipis 5) Posisi fetus tidak normal 6) Kelainan pada otot serviks atau genital seperti panjang serviks yang pendek 7) Multiparitas dan peningkatan usia ibu serta defisiensi nutrisi. e. Pemeriksaan fisik 1. Kepala dan leher a.
Mata perlu diperiksa dibagian skelra,konjungtiva
b.
Hidung ,ada atau tidaknya pembebngkakan konka nasalis .Ada /tidaknya hipersekresi mukosa
c.
Mulut :gigi karies/tidak ,mukosa mulut kering dan warna mukosa gigi,
d.
Leher berupa pemeriksaan JVP,KGB Dan tiroid
2. Dada / Toraks a. Inspeksi
kesimetrisan
dada,jenis
oernapasan
torakaabdominal,dan tidak ada retraksi dinding dada.Frekuensi pernapasan normal. b. Palpasi :payudara tidak ada pembengkakan c. Auskultasi:terdengar Bj 1 dan II di IC kiri/kanan,Bunyi napas normal vesikuler
3. Abdomen a. Inspeksi :ada a/tidak bekas operasi ,striae dan linea b. Palpasi:TFU kontraksi ada/tidak ,Posisi ,kansung kemih penuh/tidak c. Auskultasi: DJJ ada/tidak. 4. Genitalia a.
Inspeksi :kebersihan ada/tidaknya tanda-tanda REEDA (Red, Edema, discharge, approxiamately); pengeluaran air ketuban (jumlah ,warna,bau 0dan lender merah muda kecoklatan .
b.
Palpasi : pembukaan serviks(0-4)
5. Ekstrimitas : edema ,varises ad/tidak.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN a. Ansietas yang berhubungan dengan proses persalinan b. Risiko tinggi infeksi maternal yang berhubungan dengan prosedur infasif,pemeriksaan vagina berulang dan rupture membrane amniotic c. Kurang pengetahuan b.d kurangnya paparan informasi
3. INTERVENSI KEPERAWATAN No.
Dx
TUJUAN/KH
NIC
Dx
1
Ansietas yang
Tujuan : Ansietas pada ibu dapat
berhubungan
teratasi
dengaan proses
Kriteria hasil :
persalinan
a. Mengungkapkan rasa takut pada keselamatan ibu dan janin b. Mendiskusikan perasaan tentang kelahiran caesarea c. Pasien tampak benar – benar rileks d. Menggunakan sumber / system pendukung dengan efektif
2
Risiko tinggi infeksi
Tujuan : Infeksi tidak terjadi
maternal yang
Kriteria Hasil :
berhubungan dengan
1)
Klien bebas infeksi
prosedur infasif,
2)
Pencapaian tepat waktu
pemeriksaan vagina
dalam pemulihan luka tanpa
berulang dan rupture
komplikasi
membrane amniotic
1. Kaji respon psikologi pada kejadian d an ketersediaan system pendukung 2. Pastikan apakah prosedur direncanakan atau tidak direncanakan. 3. Tetap bersama ibu, dan tetap bicara perlahan, tunjukan empati. 4. Beri penguatan aspek positif dari ibu dan janin 5. Anjurkan ibu dan pasangannya mengungkapkan atau mengekspresikan perasaan 6. Dukung atau arahkan kembali mekanime koping yang diekspresikan 7. Berikan masa privasi terhadap rangsangan lingkungan seperti jumlah orang yang ada sesuai kenginan ibu.
1. Tinjau ulang kondisi factor resiko yang ada sebelumnya. 2. Kaji terhadap tanda dan gejala infeksi (misalnya peningkatan suhu, nadi, jumlah sel darah putih atau bau / warna secret vagina. 3. Berikan perawatan perineal sedikitnya setiap 4 jam bila ketuban telah pecah. 4. Lakukan persiapan kulit praoperatif, scrub sesuai protocol. 5. Dapatkan kultur darah vagina dan plasenta sesuai indikasi. 6. Catat Hb dan Ht catat p erkiraan kehilangan darah selama prosedur pembedahaan. 7. Berikan antibiotic spectrum luas parental pada praoperasi
2
Risiko tinggi infeksi
Tujuan : Infeksi tidak terjadi
maternal yang
Kriteria Hasil :
berhubungan dengan
1)
Klien bebas infeksi
prosedur infasif,
2)
Pencapaian tepat waktu
pemeriksaan vagina
dalam pemulihan luka tanpa
berulang dan rupture
komplikasi
membrane amniotic
1. Tinjau ulang kondisi factor resiko yang ada sebelumnya. 2. Kaji terhadap tanda dan gejala infeksi (misalnya peningkatan suhu, nadi, jumlah sel darah putih atau bau / warna secret vagina. 3. Berikan perawatan perineal sedikitnya setiap 4 jam bila ketuban telah pecah. 4. Lakukan persiapan kulit praoperatif, scrub sesuai protocol. 5. Dapatkan kultur darah vagina dan plasenta sesuai indikasi. 6. Catat Hb dan Ht catat p erkiraan kehilangan darah selama prosedur pembedahaan. 7. Berikan antibiotic spectrum luas parental pada praoperasi
3
Kurang pengetahuan
Tujuan: Setelah dilakukan
b.d kurangnya
tindakan keperawatan selama
paparan informasi
3×24 jam di harapkan pasien memahami pengetahuan tentang penyakitnya . dengan Kriteria hasil : Pasien terlihat tidak bingung lagi.
1. Kaji apa pasien tahu tentang tanda-tanda dan gejala normal selama kehamilan. 2. Ajarkan tentang apa yang harus dilakukan jika tanda KPD muncul kembali. 3. Libatkan keluarga untuk memantau kondisi pasien .
3
Kurang pengetahuan
Tujuan: Setelah dilakukan
b.d kurangnya
tindakan keperawatan selama
paparan informasi
3×24 jam di harapkan pasien
1. Kaji apa pasien tahu tentang tanda-tanda dan gejala normal selama kehamilan. 2. Ajarkan tentang apa yang harus dilakukan jika tanda
memahami pengetahuan tentang
KPD muncul kembali.
penyakitnya . dengan Kriteria
3. Libatkan keluarga untuk memantau kondisi pasien .
hasil : Pasien terlihat tidak bingung lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Geri morgan ,2009,obsteri dan ginekologi panduan praktik,Jakarta EGC. Mirzanie, Hanifah dan Desy Kurniawati.2009 .Obgynacea obstetric & ginekologi.Yogjakarta:TOSCA Enterprise. Nugroho, taufan.2010.Obstetric Untuk Mahasiswa Kebidanan.Yogjakarta: Nuha Medika. http://firwanintianur93.blogspot.com/2014/01/laporan-pendahuluan-ketuban pecah-dini.html http://www.scribd.com/doc/83328609/Ketuban-Pecah-Dini Saryono.
2010. Metodologi
Penelitian
Kualitatif
Dalam
Bidang
Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika Feryanto, Achmad. 2011. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta : Salemba medika. Nugroho, dr Taufan. 2012. OBSGYN OBSTETRI dan GINEKOLOG kebidanan dan keperawatan . Yogyakarta : Nuha Medika
DAFTAR PUSTAKA
Geri morgan ,2009,obsteri dan ginekologi panduan praktik,Jakarta EGC. Mirzanie, Hanifah dan Desy Kurniawati.2009 .Obgynacea obstetric & ginekologi.Yogjakarta:TOSCA Enterprise. Nugroho, taufan.2010.Obstetric Untuk Mahasiswa Kebidanan.Yogjakarta: Nuha Medika. http://firwanintianur93.blogspot.com/2014/01/laporan-pendahuluan-ketuban pecah-dini.html http://www.scribd.com/doc/83328609/Ketuban-Pecah-Dini Saryono.
2010. Metodologi
Penelitian
Kualitatif
Dalam
Bidang
Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika Feryanto, Achmad. 2011. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta : Salemba medika. Nugroho, dr Taufan. 2012. OBSGYN OBSTETRI dan GINEKOLOG kebidanan dan keperawatan . Yogyakarta : Nuha Medika Manuaba,Prof.dr.Ide Bagus, dkk. 2012. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : Buku Kedoktera EGC