BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Suatu tempat kerja yang nyaman dapat meningkatkan gairah kerja, yang pada akhirnya dapat meningkatkan prokduktifitas kerja. Sedangkan tempat kerja
yang
tidak
dikendalikan
dengan
baik
dapat
menyebabkan
bertambahnya beban kerja. Kondisi lingkungan kerja mempengaruhi kinerja para pekerja di lingkungan kerja, keadaan yang nyaman akan membuat pekerja mampu meningkatkan produktivitas kerja. Salah satu faktor yang mempengaruhi ialah intensitas penerangan pada lingkungan kerja. Hal tersebut menjadi penting di samping beberapa faktor lainnya. Jika salah satu faktor ini dapat dipenuhi maka pekerja dapat melakukan pekerjaan dengan nyaman karena intensitas penerangan yang cukup cukup dan memenuhi standard. Banyak industri yang terkadang sering melupakan hal yang sangat sederhana mengenai intensitas penerangan di lingkungan kerja. Hal itu bisa saja terjadi karena beberapa faktor, misalnya dari segi biaya sehingga sebuah industri tidak mau mengeluarkan uang untuk kepentingan tersebut. .Hal ini dapat mengakibatkan pada penurunan produktivitas pekerja di lingkungan kerja. Jika hal tersebut terjadi tentu akan merugikan sebuah industri. Intensitas penerangan yang cukup diharapkan dapat memberi solusi agar pekerja dapat bekerja secara nyaman, sehingga produktivitas kerja yang dihasilkan tinggi dan sebuah perusahaan atau industri dapat meraih keuntungan. Penerangan yang baik memungkinkan tanaga kerja untuk melihat obyek yang dikerjakannya secara jelas, cepat, dan tanpa upaya yang tidak perlu lebih. Penerangan yang memadai memberikan kesan pemandangan yang lebih baik dan keadaan lingkungan yang nyaman(Suma‘mur, 2000). Permasalahan penerangan meliputi kemampuan manusia untuk melihat mel ihat suatu karakteristika dari indera penglihatan. Upaya-upaya yang dilakukan agar dapat melihat
obyek dengan lebih baik dan pengaruh termasuk pencahayaan terhadap lingkungan. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan alat yang bernama luxmeter untuk mengetahui intensitas penerangan yang dihasilkan dari sumber penerangan di Kelas PPNS, studio gambar, dan lain-lain. Sehingga dengan mengetahui mengetahui kondisi penerangan di ruangan tersebut diharapkan diharapkan dapat member rekomendasi yang sesuai dengan kondisi kerja. 1.2
Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana cara membuat analisa survey awal? 2. Bagaimana cara melakukan pengukuran intensitas penerangan? penerangan? 3. Bagaimana cara melakukan analisa hasil pengukuran? 4. Apakah hubungan antara penerangan dengan luas tempat kerja?
1.3
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mahasiswa mampu membuat analisa survey dalam pengukuran penerangan dan pemetaan ruangan (mapping) 2. Mahasiswa
mampu
melakukan
pengukuran
penerangan
dengan
menggunakann lux meter 3. Mahasiswa mampu melakukan analisa hasil pengukuran dengan membandingkan dengan standart serta menentukan kondisi ideal sesuai dengan landasan teori yang benar. 4. Mahasiswa
mampu
membuat
analisa
tentang
hubungan
antara
penerangan dengan luas tempat kerja.
1.4
Batasan Penelitian
Batasan penelitian dalam penelitian ini adalah: 1. Penelitian ini dilakukan pada area PPNS dengan batasan ruang yaitu Studio Gambar dan ruang kelas 2. Pengambilan data di laksanakan pada hari Senin, 8 April 2013 mulai pukul 07.00 sampai 10.25 10.25
3. Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah lux meter dan meteran. 4. Standar yang digunakan adalah SNI 16-7062-2004 tentang pengukuran intensitas penerangan di tempat kerja
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Dasar Teori
Penerangan di tempat kerja sangat berpengaruh terhadap keadaan kesehatan keselamatan dan produktivitas tenaga kerja . penerangan yang buruk secara lansung tidak menyebabkan kerusakan pada mata namun sring menimbulkan kelelahan dan ketidaknyamanan pada mata. Sedangkan penerangan yang terlalu kuat juga tidak dikehendaki karena dapat menimbulkan kesilauan. Alat yang digunakan untuk intensitas penerangan adalah luxmeter. Alat ini bekerja berdasarkan pengubahan energy cahaya menjadi tenaga listrik oleh photo elektrik cell . Intensitas penerangan diukur dengan 2 cara , yaitu: 1. Penerangan umum , pengukuran dilakukan setiap meter persegi luas lantai , dengan tinggi pengukuran kuang lebih 85 cm dari lantai(setinggi pinggang) 2.
Penerapan local, diukur ditempat kerja atau meja kerja pada obyek yang dilihat oleh tenaga kerja. Keadaan penerangan di tempat kerja memadai atau tidak selain
ditentukan oleh kualitas atau tinggi luminasi yang menyebabkan obyek dan sekitarnya terlihat dengan jelas, juga di tentukan oleh kualitas penerangan tersebut yang di antaranya menyangkut arah dan penyebaran/distribusi cahaya, tipe dan tingkat kesilauan. Demikian pula dengan dekorasi tempat kerja atau warna dari dinding, langit-langit , peralatan kerja dan lain-lainnya juga berpengaruh dalam tingkat penerangan di tempat kerja Faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengukuran intensitas penerangan dalam ruangan antara lain adalah efisiensi penerangan yang dipengaruhi oleh: rendemen armature/distribusi cahaya/faktor refleksi/ pemantulan/
indeks
ruangan/
bentuk-bentuk
penyusutan/depresiasi.
Sehingga diperlukan kemampuan teori dan praktek yang baik agar diperoleh hasil analisa yang akurat agar dapat meningkatkan keberhasilan pelaksanaan
K3 khususnya penerangan yang baik dalam lingkungan. Dua macam pengukuran penerangan adalah 1.
Pengukuran penerangan umum
2.
Pengukuran penerangan lokal Penentuan titik pengukuran penerangan umum yaitu potong garis
horizontal panjang dan lebar ruangan pada setiap jarak tertentu setinggi 1 meter dari lantai. Penentuan titik lokal yaitu obyek kerja berupa meja kerja maupun peralatan , ila merupakan meja kerja, pengukuran dapat diliakukan di atas meja yang ada. Jarak tertentu dibedakan berdasarkan luas ruangan sebagai berikut: 1.
Luas ruangan kurang dari 10 meter persegi Titik potong garis horisontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 1(satu) meter. Contoh denah pengukuran intensitas penerangan umum untuk luas ruangan kurang dari 10 meter persegi seperti gambar 2.1 berikut 1m
1m
1m
1m
1m
1m Gambar 2.1 Penentuan Titik Pengukuran Penentuan Umum dengan luas Kurang dari 10 m 2 (Sumber :
SNI 16-7062-2004 tentang pengukuran intensitas penerangan di tempat kerja)
2.
Luas ruangan antara 10 meter persgi sampai 100 mter persegi Titik potong garis horizontal psnjsng dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 3 (tiga) meter. Contoh denah pengukuran intensitas penerangan umum untuk luas ruangan antara 10 meter sampai 100 meter persgi seperti gambar 2.2 berikut ini
Gambar 2.2
Pentuan Titik Pengukuran Penerangan Umum dengan Luas Antara 10 m2 — 100 m2
(Sumber:
SNI 16-7062-2004 tentang pengukuran intensitas penerangan di tempat kerja)
3.
Luas ruangan lebih dari100 meter persegi Titik potong horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak 6 meter.Contoh denah pengukuran intensitas penerangan umum untuk luas ruangan lebih dari 100 m² seperti gambar 2.3 berikut: 6m
6m
6m
6m
6m
6m
6m Gambar 2.3 Penentuan Titik Pengukuran Penerangan Umum dengan Luas Lebih dari 100 m² (Sumber:
SNI 16-7062-2004 tentang pengukuran intensitas penerangan di tempat kerja)
Dalam ruang lingkup pekerjaan,faktor yang menentukan visibili tas guna memudahkan dilakukannya pekerjaan adalah ukuran obyek, derajat kontras di antara obyek, sekelilingnya luminensi (brightness) lapangan penglihatan yang tergantung dari pencahayaan, dan pemantulannya pada arah pengamat, serta lama waktunya melihat. Faktor - faktor demikian dapat saling mengimbangi satu dengan yang lainnya misalnya, suatu obyek dengan kontras yang kurang dapat dilihat apabila obyek tersebut cukup besar dan bila penerangan cukup baik. Konsep ini sangat penting pengaruhnya
terhadap arti ketajaman penglihatan yang diartikan sebagai harga kebalikan dari ukuran obyek terkecil dan dapat dilihat. Ukuran yang terkecil itu ternyata masih tergantung kepada kontras dan tingkat penerangan. Ukuran suatu obyek dinyatakan dengan derajad sudut penglihatan (Suma‘mur, 2000) Pengertian sederhana dari sifat keterlihatan (visibilitas) suatu obyek bagi seseorang adalah perbandingan antara ukuran obyek dan ukuran obyek terkecil yang dapat dilihat. Jika ukuran sudut terkecil yang dapat dilihat adalah Do, sedangkan D adalah ukuran sudut suatu benda , maka visibilitasnya adalah V = D / Do. Atau jika benda berukuran garis setinggi h dan di lihat pada jarak d. Maka V = 3400 x h/d Table 2.1 Derajat Visibilitas Perbandingan ukuran
Visibilitas
2.5 atau lebih
Terlihat dengan mudah
1- <2.5
Perlu upaya agar terlihat
Lebih kecil dari 1
Tidak terlihat
Sumber : Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Suma‘mur, 2000)
Upaya mata yang berlebihan menjadi sebab kelelahan psikis / mental. Gejala-gejalanya meliputi sakit kepala, penurunan kemampuan intelektual, berkurangnya daya konsentrasi, dan melambatnya kecepatan berfikir. Lebih dari itu, bila tenga kerja mencoba mendekatkan matanya terhadap obyek untuk memperbesar ukuran benda (visibilitas),terjadi upaya akomodasi mata yang lebih dipaksakan, sehingga mungkin terjadi penglihatan rangkap atau (dobel ) atau kabur. Gejala demikian biasanya, disertai pula oleh perasaan sakit kepala di daerah atas mata. Menurut DR.Suma‘mur P.K.MSc ketajaman penglihatan berkurang dengan bertambahnya usia. Pada tenaga kerja yang berusia lebih dari 40 tahun, visus jarang ditemukan 6/6 melainkan berkurang. Maka dari itu, kontras dan ukuran benda perlu lebih besar untuk melihat dari ketajaman yang sama. Perbandingan ukuran benda untuk orang berusia lebih dari 40 tahun dapat dihitung dari rumus R 40+x =2.5-0.05x, maka dari itu perlu pembesaran obyek, kontras yang lebih baik dan penerangan yang jelas. Sehubungan dengan itu, perlu upaya:
a. Perbaikan kontras. Cara ini termudah dan tersederhana, serta dilakukan dengan memilih latar belakang penglihatan yang tepat tetapi kontras selalu ditentukan oleh sifat bahan yang tidak dapat dirubah atas permintaan dari tenaga kesehatan. b. Meninggikan
penerangan.
Biasanya,
intensitas
penerangan
harus
sekurang kurangnya 2x dibesarkan. Dalam berbagai hal, masih perlu dipasang lampu – lampu ditempat kerja untuk lebih mempermudak penglihatan. c. Penempatan tenaga kerja dengan visus yang setinggi tingginya. Kerja malam harus dikerjakan oleh tenaga kerja yang berusia muda, yang apabila usianya bertanbah yang bersangkutan dapat ditempatkan pada pekerjaan yang kurang memerlukan ketelitian. Dapat pula digunakan alat pembesar sehingga dapat melihat obyek dengan mudah, namun dalam hal ini terdapat kerugian sebagai berikut: a. Lapangan penglihatan menjadi terbatas b. Berkurangnya pengguna potensi mata untuk berakomodasi c. Terganggunya koordinasi antara indera penglihatan dan gerakan tan gan d. Kepala harus tetap berada pada posisi tertentu. Alat bantu yang dapat memperbaiki kerugian ini adalah semacam penggunaan televisi yang di sertai dengan pembesaran visibilitas obyek. Penerangan yang baik adalah penerangan yang memungkinkan tenaga kerja dapat melihat obyek pekerjaannya dengan teliti, cepat, dan tanpa upaya yang tidak perlu, serta membantu menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan menyenangkan. Penerangan yang baik ditentukan oleh faktorfaktor: a. Pembagian luminensi dalam lapangan penglihatan b. Pencegahan terhadap kesilauan c. Pengaturan arah sinyal d. Penggunaan warna yang di pakai untuk penerangan e. Pemakaian sumber cahaya yang tidak atau minimal yang menimbulkan panas terhadap lingkungan.
Table 2.2 Standart IES ( Illuminating Engineering Society) Nilai level iluminasi Tempat
Jenis pekerjaan Sangat baik
Baik
1000
500
250
150
Ruang kelas
500
250
Ruang gambar
1000
500
Ruang jahit-menjahit
1000
500
500
2500
2000
1000
1000
500
Etalase took besar
2000
1000
Toko lain
1000
500
250
125
500
250
250
125
Pembukuan, mengetik, membaca, menulis, melayani Kantor biasa
mesin-mesin kantor Ruang arsip, tangga, gang, ruang tunggu
Sekolah
Pembuatan jam tangan, instrument kecil dan halus, mengukir Industri
Pekerjaan pemasangan halus, menyetel mesin bubut otomatis, bubut halus, poles Pekerjaan bor, bubut kasar, pekerjaan biasa
Toko
Rumah ibadah
Kamar tidur, kamar mandi, Rumah tinggal
kamar rias, dapur Penerangan umum
Sumber: Standart berdasarkan IES ( Iluminating Engineering Society)
Tabel 2.3 Standart Intensitas penerangan No
1.
Jenis bangunan atau tempat
Industri pesawat terbang, pabrikasi bagian : Pengeboran, pengerasan skrup, penggilingan Assembling aklur Hanggar untuk perbaikan pesawat Kasar Sedang Halus
2.
Penjilitan buku : Pemotongan, penjahitan, pelubangan Embasing, pemeriksaan
3.
4.
1000 1000 300 1000 2000
750 2000
Area pabrik
200
Ruangan pencampuran
300
Injeksi dan kalendering
500
Ruang pengendali
500
Laboratorium
750
Ruang pemeriksaan warna
1000
Pabrik keramik :
Pewarnaan Industri kelistrikan : Penggulungan Pekerjaan assembling : Halus Sangat halus 6.
750
Industri kimia :
Pencetakan, pengepresan, pembersihan
5.
Lux
300 1000
500
1500 2000
Garasi mobil : Tempat perbaikan
1000
Area untuk lalu lalang
200
Lanjutan Tabel 2.3 No
6
7.
Jenis bangunan atau tempat
Lux
Tempat parkir : Jalur masuk
500
Jalur lintasan
100
Gudang
50
Usaha pencucian dan penyetrukan pakaian :
300
Pencucian
500
Penyetrukan
750
Mesin penekanan akhir, Sortir 8.
9.
10.
Pabrik kulit : Pembersihan, pementangan, penyamakan
300
Pekerjaan akhir, scarfing
1000
Bengkel bermesin : Pengelasan
300
Pekerjaan kasar
500
Pekerjaan setengah halus
1000
Pekerjaan halus
2000
Bengkel pengecatan : Penyemprotan
500
Pengecetan halus dengan tangan
1000
Poles dan pengeringan
500
Sumber : Standart Intensitas penerangan( Suripto, 2000)
Tabel 2.4 Tingkat Penerangan Berdasarkan Jenis Pekerjaan Jenis pekerjaam Contoh pekerjaan Tingkat Penerangan yang dibutuhkan ( Lux) Tidak teliti
Penimbunan barang
80 – 170
Agak teliti
Pemasangan (tak teliti)
170-350
Teliti
Membaca, menggambar
350-700
Sangat teliti
Pemasangan
700-1000
Sumber : Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Suma‘mur, 2009)
Sedangkan menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri, tercantum dalam tabel 2 berikut ini : Tabel 2.5 Standar Tingkat Pencahayaan Menurut Kepmenkes No. 1405 Tahun 2002 Jenis Pekerjaan Tingkat Keterangan Pencahayaan Minimal ( Lux )
Pekerjaan kasar dan
100
tidak terus-menerus
Ruang penyimpanan dan ruang peralatan/instalasi yang memerlukan pekerjaan yang kontinyu
Pekerjaan kasar dan
200
terus-menerus
Pekerjaan dengan mesin dan perakitan kasar
Pekerjaan rutin
300
Ruang administrasi, ruang kontrol, pekerjaan mesin & perakitan/ penyusun
Pekerjaan agak
500
Halus
Pembuatan gambar atau bekerja dengan mesin kantor, pemeriksaan atau pekerjaan dengan mesin
Pekerjaan halus
1000
Pemilihan warna, pemrosesan tekstil, pekerjaan mesin halus & perakitan halus.
Pekerjaan amat halus
1500
Mengukir dengan tangan,
Tidak menimbulkan pemeriksaan pekerjaan mesin Bayangan
dan perakitan yang sangat halus.
Pekerjaan terinci
3000
Pemeriksaan pekerjaan,
Tidak menimbulkan perakitan Bayangan Sumber : Kepmenkes No. 1405 Tahun 2002
sangat halus.
A = luas bidang yang diterangi (m²) Q = lumen total per armature, dapat dihitung dengan 1 watt = 65 lumen Ef → dihitung dengan permulaan menghitung nilai K untuk memperoleh nilai ef (efisiensi)
…………..(2.1)
Dengan : P = panjang ruangan L = lebar ruangan H = tinggi pemasangan lampu, tinggi bidang kerja
Setelah K diketahui nilai ef dapat dicari pada tabel berikut :
Tabel efisiensi penerangan lampu TL 40 watt dengan faktor depresiasi = 0,7 dan reflektansi dinding = 0,5
Tabel 2.6 Efisiensi penerangan K
Efisiensi
0,5
0,28
0,6
0,83
0,8
0,42
1
0,48
1,2
0,52
1,5
0,56
2
0,61
2,5
0,64
3
0,66
4
0,69
5
0,71
Sumber : Kepmenkes No. 1405 Tahun 2002
Jika yang dicari tidak ditemukan maka dilakukan interpolasi untuk menentukan, d = faktor depresiasi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1
Sistematika Penelitian
Latar Belakang
Untuk menciptakan suasana pada tempat kerja yang baik yaitu dengan memperhatikan atau menilai kualitas penerangannya. Untuk setiap kegiatan dalam sebuah ruangan, diperlukan kualitas penerangan yang baik dan disesuaikan dengan standart penerangan. Dengan mengetahui hasil analisis pengukuran penerangan, kita akan dapat mengontrol dan mengetahui pengukuran penerangan pada suatu tempat kerja sesuai dengan standart atau tidak agar dapat mengaplikasikan teori keselamatan dan kesehatan kerja mengenai penerangan di suatu tempat kerja. Rumusan Masalah
1. 2. 3. 4.
Bagaimana cara membuat analisa survey awal? Bagaimana cara melakukan pengukuran intensitas penerangan? Bagaimana cara melakukan analisa hasil pengukuran? Apakah hubungan antara penerangan dengan luas tempat kerja?
Metodologi Penelitian
Data primer 1 Pengukuran intensitas pencahayaan
Sekunder 1. Jenis lampu 2. Daya lampu
2. Karakteristik tempat kerja
Praktikum dilakukan untuk mengetahui hasil analisis pengukuran penerangan pada suatu tempat kerja sesuai dengan standart atau tidak dan dapat menentukan kondisi ideal sesuai dengan landasan teori yang benar.
Analisis Data > Analisis survey awal pengukuran > Analisis pemetaan ruangan (mapping) > Analisis hasil pengukuran dengan membandingkan dengan standart > Analisis kondisi ideal sesuai dengan landasan teori yang benar
Kesimpulan dan Saran
3.2
Peralatan
Alat yang digunakan untuk mengukur penerangan pada praktikum kali ini adalah lux meter. Satuan ukur sebagai hasil dari pengukuran lux meter adalah lux atau lumen per meter kuadrat. Setiap menggunakan lux meter harus dikalibrasi terlebih dahulu atau tiap satu tahun sekali, agar dalam pengukuran diperoleh hasil denagn ketelitian yang maksimal.
Gambar 3.1 Lux Meter Sumber: http://www.safety_25.blogspot.com/images/lux_meter.html
Bagian – bagian lux meter : 1. Display 2. Range switch yang trediri dari : A : < 2000 lux B : 2000 – 19.900 lux C : 20.000 – 50.000 lux 3. Tombol On / Off Dipakai untuk mengaktifkan atau menonaktifkan lux meter
4. Tombol Zero adjust VR Untuk meyakinkan bahwa light sensor membaca nilai ‗zero‘ pada display dapat digunakan tombol ini. Catatan : keadaan tidak ‗zero‘ tidak terlalu berpengaruh terhadap keakuratan pembacaan. 5. Light sensor Merupakan bagian terpisah dari lux meter dan digunakan untuk mengukur intensitas cahaya dari sumber cahaya yang dikehendaki. 6. Battery compartment Merupakan wadah baterai dan bisa dibuka / ditutup untuk mengganti baterai.
3.3
Prosedur Alat Kerja
Prosedur penggunaan lux meter adalah sebagai berikut : 1.
Mengubah power on / off pada posisi ―ON‖ ‗1‘ = ON
2.
‗2‘ = OFF
Memilih range yang sesuai ( 2000 lux, 20.000 lux, atau 50.000 lux) pada ―range switch‖.
3.
Bila dirasa perlu, melakukan ‗zero adjusment‘ untuk meyakinkan posisi ‗zero value‘.
4.
Memegang ―light sensor ‖ dengan setinggi kurangb lebih 0,85 – 0,90 cm dari lantai dan menghadapkan pada sumber cahaya dan tunggu beberapa saat sampai display menunjukkan nilai yang terbaca.
5.
Sebelum melakukan pengukuran membiarkan ‗light sensor‘ terpapar cahaya selama 5 menit.
6.
Memperhatikan jangan sampai bayangan o perator tertangkap oleh ‗light sensor‘ disarankan jauhkan dari badan operator.
7.
Pakaian operator hendaknya berwarna gelap, untuk menghindari terjadinya pantulan cahaya.
8.
Melakukan pengukuran sesuai dengan petunjuk praktikum
9.
Pembacaan untuk masing – masing range Range 0 – 1999
: sesuai display
Range 2000 – 19.999
: kalikan dengan 10
Range 20.000 – 50.000
: kalikan dengan 100
10. Menggunakan faktor koreksi dibawah ini untuk jenis lampu yang berbeda : Tabel 3.6 Faktor koreksi Lampu Lampu merkuri
X 1,05
Lampu fluorescent
X 0,96
Lampu Sodium
X 1.11
Daylight
X 0,96
(Sumber : SNI 16-7062-2004)
Rumus yang dapat digunakan dalam perhitungan penerangan suatu ruangan adalah sebagai berikut :
…………….(3.1)
Dengan :N = jumlah armature E = spesifikasi standart lumer ruangan, dapat dilihat dalam tabel yang ada untuk mengetahui standart lumer ruangan
BAB VI TUGAS PENDAHULUAN
1. Peraturan pemerintah nomer berapa yang mengatur tentang syarat penerangan ditempat kerja, serta berikan contoh salah satu aturannya ? 2. Suatu tuangan kerja dengan ukuran 10×20m dengan tinggi 5m diberi penerangan 2×3000 lumen. Tentukan jumlah armature yang diperlukan dan gambarkan
denahnya ? Keterangan :
Bila kerja 0,85m dari lantai
Faktor refleksi adalah rp = 0,7 rw = 0,5 rm = 0,1
Faktor depresiosi = 0,7
Pekerjaan yang dilakukan adalah jahit menjahit
Rendaman / efisiensi armature adalah penerangan langsung
Jawab : 1. Peraturan menteri perburuhan no.07 tahun 1964 tentang s yarat kesehatan, kebersihan, serta penerangan dalam tempat kerja Contoh pasal 10 :
Jarak antara gedung-gedung / bangunan-bangunan harus sedemikian rupa sehingga tidak menganggu masuknya adanya siang ditempat kerja
Setiap tempat kerja harus mendapat penerangan yang cukup untuk melakukan pekerjaan
2. Diket : L = (10×20)m² @ 2 lampu × TL 40 W Tinggi pemasangan = 5 cm
Tinggi bidang kerja = 0,85 m D = 0,7 Ditanya = jumlah armature dan gambar denah Jawab =
Untuk : K = 1,5 K=2
Untuk : K = 1,606 →
0,106x – 0,059 = 0,1462 – 0,34x 0,466× = 0,2052 ×= 0,46
N =
= 51, 759 = 52 armatur
6m
6m
m 4
m 6
20m
6m
DAFTAR PUSTAKA
Anizar. 2009. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri. Jakarta : Graha Ilmu Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Suma‘mur, 2009) Modul Tata Tertib Praktikum Pengukuran Lingkungan Kerja, PPNS ITS Penerangan di Tempat Kerja, Februari 2006, Keselamatan &
Kesehatan
Kerja PT Konimex Peraturan Menteri Perburuhan Nomer 7 Tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan serta Penerangan dalam tempat kerja. SNI 16-7062-2004, tentang pengukuran intensitas penerangan di tempat kerja. Standart IES (illuminating engineering society) Standart United Nations environment programe (UNEP) dalam Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia
PRAKTIKUM LINGKUNGAN KERJA
ILLUMINATION
Disusun Oleh
Lutfian Aditya Pratama
:
(6511040029)
TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA 2012