Laporan pendahuluan Skizofrenia 1. definisi
Kata skizofrenia berasal dari bahasa yunani dan terdiri dari dua kata, yaitu skhizein: spilit: terpecah dan phrenia: mind: pikiran. Jadi skizofrenia adalah gangguan psikotik yang sifatnya merusak, melibatkan gangguan berfikir, persepsi, pembicaraan, emosional, dan gangguan perilaku. Skizofrenia adalah sekelompok gangguan psikotik dengan gangguan dasar pada kepribadian, distorsi khas proses pikir, kadang-kadang mempunyai perasaan bahwa dirinya sedang dikendalikan oleh kekuatan dari luar dirinya, waham yang kadang-kadang aneh, gangguan persepsi, afek abnormal yang terpad dengan situasi nyata atau sebenarnya, dan autisme. Meskipun demikian, kesadaran yang jernih dan kapasitas intelektual biasanya tidak terganggu. Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang ditandai dengan gangguan utama dalam pikiran, emosi, dan perilaku- pikiran yang terganggu, dimana berbagai pemikiran tidak saling berhubungan secara logis, persepsi dan perhatian yang keliru, afek yang datar atau tidak sesuai, dan berbagai gangguan aktivitas motorik yang bizzare. ODS (Orang dengan skizofrenia) s kizofrenia) menarik diri dari orang lain dan kenyataan, sering kali masuk kedalam kehidupan fantasi yang penuh delusi dan halusinasi.( Nanda NIC NOC 2013). 2013).
2.
Klasifikasi
Kraepelin membagi Skizofrenia dalam beberapa jenis berdasarkan gejala utama antara lain: 1. Skizofrenia Simplek, sering timbul pertama kali pada usia pubertas, gejala utama berupa kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Ganggua proses berfikir sukar ditemukan, waham dan halusinasi jarang didapat, jenis ini timbulnya perlahan-lahan. 2. Skizofrenia Hebefrenia, permulaanya perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul pada masa remaja atau antara 15-25 tahun. Gejala yang menyolok adalah gangguan proses berfikir, ganggua kemauan dan adanya depersenalisasi atau
1
double personality. Gangguan psikomotor seperti manerism, neologisme atau perilaku kekanak-kanakan sering terdapat, waham dan halusinasi banyak sekali. 3. Skizofrenia Katatonia, timbulnya pertama kali umur 15-30 tahun dan biasanya akut serta sering didahului oleh stress emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah katatonik atau stupor katatonik. 4. Skizofrenia Paranoid, gejala yang mencolok ialah waham primer, disertai dengan waham-waham sekunder dan halusinasi. Dengan pemeriksaan yang teliti ternyata adanya gangguan proses berfikir, gangguan afek emosi dan kemauan. 5. Episode Skizofrenia aku, gejala Skizofrenia timbul mendadak sekali dan pasien dalam keadaan mimpi. Kesadarannya mungkin berkabut. Dalam keadaan ini timbul perasaan seakan-akan dunia luar maupun dirinya sendiri berubah, semuanya seakan-akan mempunyai arti yang khusus baginya. 6. Skizofrenia Residual, keadaan Skizofrenia dengan gejala primernya Bleuler, tetapi tidak jelas adanya gejala-gejala sekunder. Keadaan ini timbul sesudah beberapa kali serangan Skizofrenia. 7. Skizofrenia Skizo Afektif, disamping gejala Skizofrenia terdapat menonjol secara bersamaan juga gejala-gejala depresi (skizo depresif) atau gejala mania (psikomanik). Jenis ini cenderung untuk menjadi sembuh tanpa defek, tetapi mungkin bisa juga timbul serangan lagi.
3. Etiologi
Penyebab belum diketahui. Ditemukan kelainan pada area otak tertentu, termasuk sistem limbik, korteks frontal, dan basal ganglia, misalnya pelebaran sulkus, fisura, serta ventrikel lateral III dan IV, perubahan asimetri hemisfer serebri, dan gangguan densitas otak, namun tidak ada satu pun yang patognomonik atau selalu ditemukan pada pasien skizofrenia. Faktor
genetik
memegang
peran
penting.
Seseorang
mempunyai
kecenderungan skizofrenia bila mempunyai keluarga seorang pasien skizofrenia. Demikian juga pada kembar monozigot. Ditinjau dari aspek psikososial, disebutkan terdapat defek dan disintegrasi ego. Faktor lingkungan dan psikologis juga berperan. 1. Keturunan 2
Telah dibuktikan dengan penilitian bahwa angka kesakitan bagi saudara tiri 0,9-1,8 %, bagi saudara kandung 7-15%, bagi anak dengan salah satu orang tua yang menderita skizofrenia 40-68%, kembar 2 telur 2-15% dan kembar 1 telur 61-68%. 2. Endokrin Teori ini dikemukakan berhubung dengan sering timbulnya Skizofrenia pada waktu pubertas, waktu kehamilan, atau puerperium dan waktu klimakterium, tetapi teori ini tidak dapat dibuktikan. 3. Metabolisme Teori ini disebarkan karena penderita skizofrenia tampak pucat, tidak sehat, ujung ekstermitas atas agak sianosis, nafsu makan berkurang dan berat badan menurun serta pada penderita dengan stupor katatonik konsumsi zat asam menurun. Hipotesa ini masih dalam pembuktian dengan pemberian obat halusinogenik. 4. Susunan saraf pusat Penyebab skizofrenia diarahkan pada kelainan SSP yaitu pada diensefalon atau kortek otak, tetapi kelainan patologis yang ditemukan mungkin disebabkan oleh perubahan postmortem atau merupakan artefakt pada waktu membuat sediaan. 5. Teori Adolf Meyer Skizofrenia tidak disebaban oleh penyakit badaniah sebab hingga sekarang tidak dapat ditemukan kelainan patologis anatomis atau fisiologis yang khas pada SSP tetapi Meyer mengakui bahwa suatu konstituisi yang inferior atau penyakit badaniah dapat mempengaruhi timbulnya Skizofrenia. Menurut Me yer skizofrenia merupakan suatu reaksi yang salah, suatu maladaptasi, sehingga timbul disorganisasi kepribadian dan lama-kelamaan orang tersebut menjauhkan diri dari kenyatan (otisme). 6. Teori Sigmund Freud Skizofrenia terdapat (1) kelemahan ego, yang dapat timbul karena penyebab psikogenik ataupun somatik (2) superego dikesampingkan sehingga tidak bertenaga lagi dan Id yang berkuasa serta terjadi sesuatu regresi ke fase narsisime dan (3) kehilangan kapasitas untuk pemindahan (transference) sehingga terapi psikoanalitik tidak mungkin. 7. Eugen Bleuler 3
Penggunaan istlah Skizofrenia menonjolkan gejala utama penyakit ini yaitu gangguan jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni antara proses berpikir, perasaan dan perbuatan. Bleuler membagi gejala Skizofrenia menjadi 2 kelompok yaitu gejala primer (gangguan, proses pikiran, gangguan emosi, gangguan kemauan, dan otisme) dan gejala sekunder (waham, halusinasi dan gejala katatonik atau ganggua psikomotorik yang lain).
4. Patofisiologi
Patofisiologi schizophrenia dihubungkan dengan genetic dan lingkungan. Faktor genetic dan lingkungan saling berhubungan dalam patofisiologi terjadinya schizophrenia. Neurotransmitter yang berperan dalam patofisiologinya adalah DA, 5HT, Glutamat, peptide, norepinefrin. Pemeriksaan CT scan dan MRI pada penderita schizophrenia menunjukkan atropi lobus frontalis yang menimbulkan gejala negatif dan kelainan pada hippocampus yang menyebabkan gangguan memori. Pengaruh neurogiologis
Neurobiologis. yang
Ada
menyebabkan
beberapa Skizorenia.
teori Salah
tentang satunya
pengaruh adalah
ketidakseimbangan pada dopamin, yaitu salah satu sel kimia dalam otak. Pada pasien penderita, ditemukan penurunan kadar transtiretin atau pre-albumin yang merupakan pengusung hormon tiroksin, yang menyebabkan permasalahan pada zalir serebrospinal.
4
5.
Pathway Keperawatan (nanda nicno, hal. 528)
Gangguan fungsi:
Fungsi pekerjaan atau Fungsi social atau penderitaan diri
Kepribadian yang sangat kaku dan sulit untuk menyesuaikan diri sepanjang masa dewasa
Ya
Tidak
Riwayat penggunaan zat secara patologis
Gangguan kepribadian
Aneh/ aksentrik
Gangguan kepribadian schizoid, skizotipal, paranoid
Gangguan penggunaan zat
Dramatik emosional Gangguan kepribadian histrionik, narsistrik, ambang dan anti sosial
5
Gangguan jiwa yang lain
Khawatir/ takut Gangguan kepribadian menghindar, dependen, anankastik, dan pasif agresif
6.
Manifestasi Klinik
1. Gejala episode akut dari Skizofrenia meliputi tidak bisa membedakan antara khayalan dan kenyataan, halusinasi (terutama mendengar suara-suara bisikan), delusi (keyakinan yang salah namun dianggap benar oleh penderita), ide-ide karena pengaruh luar (tindakannya dikendalikan oleh pengaruh dari luar dirinya), proses berpikir yang tidak berurutan (asosiasi longgar), ambiven (pemikiran yang saling bertentangan). Datar, tidak tepat atau efek yang labil, autisme (menarik diri, dari lingkungan sekitar dan hanya memikirkan dirinya), tidak mau bekerja sama, menyukai hal-hal yang dapat menimbulkan konflik pada lingkungan sekitar dan melakukan serangan balik secara verbal maupun fisik kepada orang lain, tidak merawat diri sendiri, dan gangguan tidur dan maupun nafsu makan. 2. Setelah
terjadinya
episod
psikotik
akut,
biasanya
penderita
Skizofrenia
mempunyai gejala-gejala sisa (cemas, curiga, motivasi menurun, kepedulian berkurang, tidak mampu memutuskan sesuatu, menarik diri dsri hubungan bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, sulit untuk belajar dari pengalaman dan tidak bisa merawat diri sendiri) (Yuliana elin, 2009 dalam nanda nicnoc hal. 527)
Gejala (menurut Bleuler) 1. Gejala primer
Gangguan proses pikir (bentuk, langkah dan isi pikiran). Yang paling menonjol adalah gangguan asosiasi dan terjadi inkoherensi.
Gangguan afek emosi
Terjadinya kedangkalan afek emosi
Paramimi dan paratimi (incongruity of affect/ inadekuat)
Emosi dan afek serta ekspresinya tidak mempunyai satu kesatuan
Emosi berlebihan
Hilangnya kemampuan untuk mengadakan hubungan emosi yang baik
Gangguan kemauan
Terjadinya kelemahan kemauan
Perilaku Negativisme atas permintaan
Otomatisme: merasa pikiran/ perbuatannya dipengaruhi oleh orang lain
Gangguan psikomotor
6
Stupor atau hiperkinensia: koma, logorea: membentuk kata-kata baru yang tidak dipahami dan neologisme: kata baru yang diciptakan oleh sesorang untuk mengekspresikan ide yang sangat kompleks/ tidak dimengerti oleh orang lain
Stereotipi: konsepsi mengenai sifat suatu golongan berdasarkan prasangka yang subjektif dan tidak tepat
Katalepsi: mempertahankan kondisi tubuh dalam waktu yang lama
Echolalia: mengulang kata atau pembicaraan dan echopraxi: meniru gerakan
Autisme
2. Gejala sekunder Waham, Halusinasi
7. Penatalaksanaan
1. Terapi Somatik (Medikamentosa) (obat-obatan) 2. Terapi psikososial (terapi perilaku, terapi keluarga , terapi kelompok, psikoterapi individual) 3. Perawatan di Rumah Sakit (Hospitalization)
8. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut NANDA NIC NOC yang mungkin muncul adalah: 1) Resiko perilaku kekerasan terhadap orang lain 2) Resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri 3) Ketidakefektifan koping 4) Resiko pelemahan martabat 5) Resiko gangguan identitas pribadi 6) Resiko cedera
9. Discharge Planning
1. Hindari kebiasaan menyendiri 2. Berusaha untuk menceritakan masalah yang ada dengan teman terdekat 3. Kenali gejala-gejala penyakit dan konsultasikan dengan dokter 4. Konsumsi makanan yang bergizi 5. Observasi secara ketat perilaku klien 7
6. Singkirkan semua benda tajam dan berbahaya 7. Berikan obat 8. Menurunkan ketegangan 9. Periksa mulut penderita setelah minum obat 10. Alihakn jika halusinasi 11. Focus dan kuatkan realitas
8
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirmanm Journal of Nursing), Volume 3 No.3 Nopember 2008 Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid Kedua Kusuma,H. Nurarif,H,A, 2013. NANDA NIC-NOC. Panduan Penyusunan Asuhan Keperawatan Professional,Yogjakarta
9