Laporan Pendahuluan Konstipasi
Konstipasi Konstipasi atau sembelit sembelit adalah terhambatnya terhambatnya defekasi defekasi (buang air besar) besar) dari kebiasaan normal normal.. Dapat Dapat diarti diartikan kan sebaga sebagaii defekas defekasii yang yang jarang, jarang, jumlah jumlah feses feses (kotor (kotoran) an) kurang kurang,, atau atau fesesnya keras dan kering. Semua orang dapat mengalami konstipasi, terlebih pada lanjut usia (lansia) akibat gerakan peristaltik (gerakan semacam memompa pada usus, red) lebih lambat dan kemungkinan sebab lain. Kebanyakan terjadi jika makan kurang berserat, kurang minum, dan kurang olahraga. Kondisi ini bertambah parah jika sudah lebih dari tiga hari berturutturut. Kasu Kasuss konst konstip ipas asii umum umumnya nya dider diderit itaa masy masyara araka katt umum umum seki sekita tarr !"# !"# pers persen en pada pada kelompok usia $# tahun ke atas. %ernyata, &anita lebih sering mengeluh konstipasi dibanding pria dengan perbandingan "' hingga '. *nsiden konstipasi meningkat seiring bertambahnya umur, terutama usia $+ tahun ke atas. Pada suatu penelitian pada orang berusia usia $+ tahun ke atas, terdapat penderita penderita konstipasi sekitar sekitar "! persen &anita &anita dan pria $ persen. persen. Konstipasi Konstipasi bisa terjadi di mana saja, dapat terjadi saat bepergian, misalnya karena jijik dengan -nya, bingung caranya buang air besar seperti se&aktu naik pesa&at dan kendaraan umum lainnya. Penyebab konstipasi bisa karena faktor sistemik, efek samping obat, faktor neurogenik saraf sentral atau saraf perifer. isa juga karena faktor kelainan organ di kolon seperti obstruksi organik atau fungsi otot kolon yang tidak normal atau kelainan pada rektum, anak dan dasar pel/is dan dapat disebabkan faktor idiopatik kronik. k ronik. 0encegah konstipasi secara umum u mum ternyata tidaklah sulit. Lagilagi, kuncinya adalah mengonsumsi serat yang cukup. Serat yang paling
mudah diperoleh adalah pada buah dan sayur. 1ika penderita konstipasi ini mengalami kesulitan mengunyah, misalnya karena ompong, haluskan sayur atau buah tersebut dengan blender. 1.2 Rumusan Masalah
2pa konsep teori dari konstipasi dan bagaimana asuhan kepera&atan dalam menangani kasus konstipasi3 1.3 Tujuan
%ujuan umum ' 0engetahui dan memahami konsep teori konstipasi dan asuhan kepera&atan dalam menangani kasus konstipasi %ujuan khusus ' .
0emahami definisi konstipasi
.
0emahami patofisiologis konstipasi
".
0emahami faktor faktor risiko konstipasi pada usia lanjut
!.
0emahami manifestasi klinis konstipasi
+.
0emahami komplikasi konstipasi pada usia lanjut
$.
0emahami penatalaksanaan konstipasi
4.
0emahami &eb of causes konstipasi
5.
0emahami asuhan kepera&atan pada konstipasi
1.4 Manfaaat
0emberikan konsep dasar teori tentang gangguan sistem gastrointestinal, yaitu diare dan konstipasi pada lansia berdasarkan pertimbangan gerontik, beserta asuhan kepera&atannya. 2.1 Definisi
Pada umumnya konstipasi sulit didefinisikan secara tegas karena sebagai suatu keluhan terdapat /ariasi yang berlainan antara indi/idu. Penggunaan istilah konstipasi secara keliru dan belum adanya definisi yang uni/ersal menyebabkan lebih kaburnya hal ini. iasanya konstipasi berdasarkan laporan pasien sendiri atau konstipasi anamnestik dipakai sebagai data pada penelitianpenelitian. atasan dari konstipasi klinis yang sesungguhnya adalah ditemukannya sejumlah besar feses memenuhi ampul rektum pada colok dubur, dan atau timbunan feses pada kolon, rektum, atau keduanya yang tampak pada foto polos perut. Studi epidemiologis menunjukkan kenaikan pesat dari konstipasi terkait dengan usia terutama berdasarkan keluhan pasien dan bukan karena konstipasi klinis. anyak orang mengira dirinya konstipasi bila tidak buang air besar (2) tiap hari sehingga sering terdapat perbedaan pandang antara dokter dan pasien tentang arti konstipasi itu sendiri. 6rekuensi 2 ber/ariasi dari " kali per hari sampai " kali per minggu. Secara umum, bila " hari belum 2, massa feses akan mengeras dan ada kesulitan samapi rasa sakit saat 2. Konstipasi sering diartikan sebagai. kurangnya frekuensi 2, biasanya kurang dari " kali per minggu dengan feses yang kecilkecil dan keras, serta kadangkal disertai kesulitan sampai rasa sakit saat 2.
7rang usia lanjut seringkali terpancang dengan kebiasaan 2nya. 8al ini mungkin merupakan kelanjutan dari pola hidup semasa kanakkanak dan saat masih muda, dimana setiap usaha dikerahkan untuk 2 teratur tiap hari, kalau perlu dengan menggunakan pencahar untuk mendapatkan perasaan sudah bersih. 2da anggapan umum yang salah bah&a kotoran yang tertimbun dalam usus besar akan diserap lagi, berbahaya untuk kesehatan, dan dapat memperpendek usia. 2da pula yang mengkha&atirkan keracunan dari fesesnya sendiri bila dalam jangka &aktu tertentu tidak dikeluarkan. Suatu batasan dari konstipasi diusulkan oleh 8olson, meliputi paling sedikit dari keluhan di ba&ah ini dan terjadi dalam &aktu " bulan ' a. konsistensi feses yang keras9 b. mengejan dengan keras saat 29 c. rasa tidak tuntas saat 2, meliputi +: dari k eseluruhan 29 d. frekuensi 2 kali seminggu atau kurang. *nternational orkshop on -onstipation berusaha lebih jelas memberikan batasan konstipasi. erdasarkan rekomendasinya, konstipasi dikategorikan dalam dua golongan ' ) konstipasi fungsional,
) konstipasi karena penundaan
keluarnya
feses pada muara
rektisigmoid.Konstipasi fungsional disebabkan &aktu perjalanan yang lambat dari feses, sedangkan penundaan pada muara rektosigmoid menunjukkan adanya disfungsi anorektal. ;ang terakhir ditandai adanya perasaan sumbatan pada anus.
Definisi Konstipasi sesuai international &orkshop on constipation
%ipe
Kriteria
.
Konstipasi 6ungsionalDua atau lebih dari keluhan ini ada paling sedikit dalam bulan '
. hambatan pada anus lebih dari +: . . ". !.
mengedan keras +: dari 2 feses yang keras +: dari 2 rasa tidak tuntas +: dari 2 2 kurang dari kali per minggu
2 . Penundaan pada muara rectum ". &aktu untuk 2 lebih lama !. perlu bantuan jarijari untuk mengeluarkan feses
0odel tinja atau feses (konstipasi kronis), (konstipasi sedang) dan " (konstipasi ringan) dari ristol Stool -hart yang menunjukkan tingkat konstipasi atau sembelit.
2.2 Patofisiologi
Defekasi seperti juga pada berkemih adalah suatu proses fisiologis yang menyertakan kerja otototot polos dan serat lintang, persarafan sentral dan perifer, koordinasi dari sistem refleks, kesadaran yang baik dan kemampuan fisis untuk mencapai tempat 2. Kesukaran diagnosis dan pengelolaan dari konstipasi adalah karena banyaknya mekanisme yang terlibat pada proses 2 normal. =angguan dari salah satu mekanisme ini dapat berakibat konstipasi. Defekasi dimulai dari gerakan peristaltik usus besar yang menghantakan feses ke rektum untuk dikeluarkan. 6eses masuk dan meregangkan ampula dari rektum diikuti relaksasi dari
sfingter anus interna. >ntuk meghindarkan pengeluaran feses yang spontan, terjadi refleks kontraksi dari sfingter anus eksterna dan kontraksi otot dasar pel/is yang depersarafi oleh saraf pudendus. 7tak menerima rangsang keinginan untuk 2 dan sfingter anus eksterna diperintahkan untuk relaksasi, sehingga rektum mengeluarkan isinya dengan bantuan kontraksi otot dinding perut. kontraksi ini akan menaikkan tekanan dalam perut, relaksasi sfingter dan otot ele/ator ani. aik persarafan simpatis maupun parasimpatis terlibat dalam proses 2. Patogenesis dari konstipasi ber/ariasi, penyebabnya multipel, mencakup beberapa faktor yang tumpang tindih. alaupun konstipasi merupakan keluhan yang banyak pada usia lanjut, motilitas kolon tidak terpengaruh oleh bertambahnya usia. Proses menua yang normal tidak mengakibatkan perlambatan dari perjalanan saluran cerna. perubahan patofisiologi yang menyebabkan konstipasi bukanlah karena bertambahnya usia tapi memang khusus terjadi pada mereka dengan konstipasi. Penelitian dengan petanda radioopak yang ditelan oleh orang usia lanjut yang sehat tidak mendapatkan adanya perubahan dari total &aktu gerakan usus, termasuk akti/itas motorik dari kolon. %entang &aktu pergerakan usus dengan mengikuti petanda radioopak yang ditelan, normalnya kurang dari " hari sudah dikeluarkan. Sebaliknya, penelitian pada orang usia lanjut yang menderita konstipasi menunjukkan perpanjangan &aktu gerakan usus dari !? hari. Pada mereka yang dira&at atau terbaring di tempat tidur, dapat lebih panjang lagi sampai ! hari. Petanda radioaktif yang dipakai terutama lambat jalannya pada kolon sebelah kiri dan paling lambat saat pengeluaran dari kolon sigmoid. Pemeriksaan elektrofisiologis untuk mengukur akti/itas motorik dari kolon pasien dengan
konstipasi menunjukkan
berkurangnya respons
motorik
dari sigmoid
akibat
berkurangnya iner/asi intrinsic karena degenerasi ple@us mienterikus. Ditemukan juga berkurangnya rangsang saraf pada otot polos sirkuler yang dapat menyebabkan memanjangnya &aktu gerakan usus. *ndi/idu di atas usia $# tahun jug aterbukti mempunyai kadar plasma betaendorfin yang meningkat, disertai peningkatan ikatan pada reseptor opiate endogen di usus. 8al ini dibuktikan dengan efek konstipatif dari sediaan opiate yang dapat menyebabkan relaksasi tonus kolon, motilitas berkurang, dan menghambat refleks gasterkolon. Selain itu, terdapat kecenderungan menurunnya tonus sfingter dan kekuatan otototot polos berkaitan dengan usia, khususnya pada perempuan. pasien dengan konstipasi mempunyai kesulitan lebih besar untuk mengeluarkan feses yang kecil dan keras sehingga upaya mengejan lebih keras dan lebih lama. 8al ini dapat berakibat penekanan pada saraf pudendus sehingga menimbulkan kelemahan lebih lanjut. Sensasi dan tonus dari rektum tidak banyak berubah pada usia lanjut. Sebaliknya, pada mereka yang mengalami konstipasi dapat mengalami " perubahan patologis pada rektum ' .
Diskesia Aektum Ditandai dengan penurunan tonus rektum, dilatasi rektum, gangguan sensasi rektum, dan
peningkatan ambang kapasitas. Dibutuhkan lebih besar regangan rektum untuk menginduksi refleks relaksasi dari sfingter eksterna dan interna. Pada colok dubur pasien dengan diskesia rektum sering didapatkan impaksi feses yang tidak disadari karena dorongan untuk 2 sering sudah tumpul. Diskesia rektum juga dapat diakibatkan karena tanggapnya atau penekanan pada dorongan untuk 2 seperti yang dijumpai pada penderita demensia, imobilitas, atau sakit daerah anus dan rektum
.
Dissinergis Pel/is %erdapatnya kegagalan untuk relaksasi otot puborektalis dan sfingter anus eksterna saat
2. Pemeriksaan secara manometrik menunjukkan peningkatan tekanan pada saluran anus saat mengejan. .
Peningkatan %onus Aektum %erjadi kesulitan mengeluarkan feses yang bentuknya kecil. Sering ditemukan pada kolon
yang spastik seperti pada penyakit *rritable o&el Syndrome, dimana konstipasi merupakan hal yang dominan.
2.3 Faktor- faktor risiko konstipasi pada usia lanjut
Dibutuhkan pengenalan faktorfaktor resiko yang berkaitan dengan konstipasi pada usia lanjut untuk memahami masalah ini. Sebagai contoh, polifarmasi dapat menyebabkan konstipasi karena beberapa golongan obat mempunyai potensi untuk hal ini. eberapa kelainan neurologis dan endokrinmetabolik juga dapat mengakibatkan konstipasi yang berat. 6aktorfaktor resiko konstipasi pada usia lanjut '
.
7batobatan
yaitu golongan obatobatan '
.
2ntikolinergik
.
".
2nalgesik
!.
Diuretik
+.
$.
Kalsium antagonis
4.
Preparat kalsium
5.
Preparat besi
?.
2ntasida alumunium
#.
Penyalahgunaan pencahar
.
Kondisi neurologis
.
Stroke
.
Penyakit Parkinson
".
%raauma medulla spinalis
!.
.
=angguan metabolik
.
8iperkalsemia
.
8ipokalemia
".
8ipotiroid
".
Kausa Psikologis
.
Psikosis depresi
.
Demensia
".
Kurang pri/asi untuk 2
!.
mengabaikan dorongan 2
+.
konstipasi imajiner
!.
Penyakitpenyakit saluran cerna
.
Kanker kolon
.
Di/ertikel
".
*lleus
!.
8ernia
+.
Bol/ulus
$.
*rritable o&el Syndrome
4.
Aektokel
5.
asir
?.
6istula atau 6issura ani
#.
*nersia kolon
+.
Lainlain
.
Diet rendah serat
.
Kurang cairan
".
*mobilitas atau kurang olahraga
!.
epergian jauh
+.
Pasca tindakan bedah perut
.! 0anifestasi klinis 2namnesis yang terperinci merupakan hal terpenting untuk mengungkapkan adakah konstipasi dan faktor resiko penyebabnya. Konstipasi merupakan suatu keluhan klinis yang umum dengan berbagai tanda dan keluhan lain yang berhubungan. Pasien yang mengeluh konstipasi tidak selalu sesuai dengan patokanpatokan yang obyektif. 0isalnya jika dalam ! jam belum 2 atau ada kesulitan dan harus mengejan serta perasaan tidak tuntas untuk 2 sudah mengira dirinya menderita konstipasi.
eberapa keluhan yang mungkin berhubungan dengan konstipasi adalah ' .
Kesulitan memulai dan menyelesaikan 2
.
mengejan keras saat 2
".
0assa feses yang keras dan sulit keluar
!.
Perasaan tidak tuntas saat 2
+.
Sakit pada daerah rektum saat 2
$.
Aasa sakit pada perut saat 2
4.
2danya perembesen feses cair pada pakaian dalam
5.
0enggunakan jarijari untuk mengeluarkan feses
?.
0enggunakan obatobatan pencahar untuk bisa 2 Pemeriksaan fisis pada konstipasi sebagian besar tidak didapatkan kelainan yang jelas.
alaupun demikian, pemeriksaan fisis yang teliti dan menyeluruh diperlukan untuk menemukan kelainankelainan yang berpotensi mempengaruhi khususnya fungsi usus besar. Dia&ali dengan pemerikssaan rongga mulut meliputi gigi gerigi, adan ya lesi selaput lendir mulut dan tumor yang dapat mengganggu rasa pengecap dan proses menelan. Pemeriksaan daerah perut dimulai dengan inspeksi adakah pembesaran abdomen, peregangan atau tonjolan. Selanjutnya palpasi pada permukaan perut untuk menilai kekuatan otototot perut. Palpasi lebih dalam dapat meraba massa feses di kolon, adanya tumor atau aneurisma aorta. Pada perkusi dicari antara lain pengumpulan gas berlebihan, pembesaran organ,
asietes, atau adanya massa feses. 2uskultasi antara lain untuk mendengarkan suara gerakan usus besar, normal atau berlebihan misalnya pada jembatan usus. Pemeriksaan daerah anus memberikan petunjuk penting, misalnya adakah &asir, prolaps, fisur, fistula, dan massa tumor di daerah anus dapat mengganggu proses 2. Pemeriksaan colok dubur harus dikerjakan antara lain untuk mengetahui ukuran dan kondisi rektum serta besar dan konsistensi feses. -olok dubur dapat memberikan informasi tentang ' .
%onus rektum
.
%onus dan kekuatan sfingter
".
Kekuatan otot puborektalis dan otototot dasar pel/is
!.
2dakah timbunan massa feses
+.
2dakah massa lain (misalnya hemoroid)
$.
2dakah darah
4.
2dakah perlukaan di anus Pemeriksaan laboratorium dikaitkan dengan upaya mendeteksi faktorfaktor resiko
penyebab konstipasi, misalnya glukosa darah, kadar hormon tiroid, elektrolit, anemia yang berhubungan dengan keluarnya darah dari rektum, dan sebagainya. Prosedur lain misalnya anuskopi dianjurkan dikerjakan secara rutin pada semua pasien dengan konstipasi untuk menemukan adakah fisura, ulkus, &asir dan keganasan.
6oto polos perut harus dikerjakan pada penderita konstipasi, terutama yang terjadinya akut. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi adakah impaksi feses dan adanya massa feses yang keras yang dapat menyebabkan sumbatan dan perforasi kolon. ila diperkirakan ada sumbatan kolon, dapat dilanjutkan dengan barium Cnema untuk memastikan tempat dan sifat sumbatan. Pemeriksaan intensif ini dikerjakan secara selektif setelah "$ bulan pengobatan konstipasi kurang berhasil dan dilakukan hanya pada pusatpusat pengelolaan konstipasi tertentu. >ji yang dikerjakan dapat bersifat anatomik (enema, proktosigmoidoskopi, kolonoskopi) atau fisiologik (&aktu singgah di kolon, cinedefecografi, menometri, dan elektromiografi). Proktosigmoidoskopi bisanya dikerjakan pada konstipasi yang baru tejadi sebagai pprosedur penapisan adanya keganasan kolonrektum. ila ada penurunan berat badan, anemia, keluarnya darah dari rektum atau adanya ri&ayat keluarga dengan kanker kolon perlu dikerjakan kolonoskopi. aktu persinggahan suatu bahan radioopak di kolon dapat diikuti dengan melakukan pemeriksaan radioologis setelah menelan bahan tersebut. ila timbunan at ini terutama ditemukan di rektum menunjukkan kegagalan fungsi ekspulsi, sedangkan bila di kolon menunjukkan kelemahan yang menyeluruh. Sinedefecografi adalah pemeriksaan radiologis daerah anaorektal untuk menilai e/akuasi feses secara tuntas, mengidentifikasi kelainan anorektal dan menge/aluasi kontraksi serta relaksasi otot rektum. >ji ini memakai semacam pasta yang konsistensinya mirip feses, dimasukkan ke dalam rektum. Kemudian penderita duduk pada toilet yang diletakkan dalam pesa&at sinar E. Penderita diminta mengejan untuk mengeluarkan pasta tersebut. Dinilai kelainan anorektal saat proses berlangsung.
>ji manometri dikerjakan untuk mengukur tekanan pada rektum dan saluran anus saat istirahat dan pada berbagai rangsang untuk menilai fungsi anorektal. pemerikasaan elektromiografi dapat mengukur misalnya tekanan sfingter dan fungsi saraf pudendus, adakah atrofi saraf yang dibuktikan dengan respon sfingter yang terhambat. Pada kebanyakan kasus tidak didapatkan kelainan anatomik maupun fungsional, sehingga penyebab dari konstipasi disebut sebagai nonspesifik.
.+ Komplikasi Konstipasi Pada >sia Lanjut alaupun untuk kebanyakan orang usia lanjut, konstipasi hanya sekedar mengganggu, tetapi untuk untuk sebagian kecil dapat berakibat komplikasi yang serius, misalnya impaksi feses. *mpaksi feses merupakan akibat dari terpaparnya feses pada daya penyerapan dari kolon dan rektum yang berkepanjangan. 6eses dapat menjadi sekeras batu, di rektum (4#:), sigmoid(#:), dan kolon bagian proksimal(#:). *mpaksi feses penyebab penting dari morbiditas pada usia lanjut, menigkatkan resiko pera&atan di rumah sakit dan mempunyai potensi terjadinya komplikasi yang fatal. penampilannya sering hanya berupa kemunduran klinis yang tidak spesifik. kadangkadang dari pemeriksaan fisis didapatkan panas sampai "?,+ o, delirium perut yang tegang, suara usus melemah, aritmia serta takipnia karena karena peregangan dari diafragma. pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis. peristi&a ini dapat disebabkan ulserasi sterkoraseus dari suatu fecaloma yang keras menyebabkan ulkus dengan tepi yang nekrotik dan meradang. dapat terjadi perforasi dan penderita datang dengan sakit perut berat yang mendadak.
*mpaksi feses yang berat pada daerah rektosigmoid dapat menekan leher kandung kemih menyebabkan retensio urin, hidronefrosis bilateral, dan kadanghkadang gagal ginjal yang membaik setelah impaksi dihilangkan titik. *nkontinensia al/i juga sering didapatkan, karena impaksi feses di daerah kolorektal. Bol/ulus daerah sigmoid juga sering terjadi sebagai komplikasi dari konstipasi. 0engejan berlebihan dalam jangka &aktu lama pada penderita dengan konstipasi dapat berakibat prolaps dari rektum.
.$ Penatalaksanaan anyaknya
macammacam
obat yang
dipasarkan
untuk
mengatasi
konstipasi,
merangsang upaya untuk memberikan pengobatan secara simptomatik. Sedangkan bila mungkin, pengobatan harus ditujukan pada penyebab dari konstipasi. Penggunaan obat pencahar jangka panjang terutama yang bersifat merangsang peristaltik usus, harus dibatasi. Strategi pengobatan dibagi menjadi ' . Pengobatan nonfarmakologis . Latihan usus besar ' melatih usus besar adalah suatu bentuk latihan perilaku yang disarankan pada penderita konstipasi yang tidak jelas penyebabnya. Penderita dianjurkan mengadakan &aktu secara teratur setiap hari untuk memanfaatkan gerakan usus besarnya. dianjurkan &aktu ini adalah +# menit setelah makan, sehingga dapat memanfaatkan refle@ gastrokolon untuk 2. Diharapkan kebiasaan ini dapat menyebabkan penderita
tanggap terhadap tandatanda dan rangsang untuk 2, dan tidak menahan atau menunda dorongan untuk 2 ini. . Diet ' peran diet penting untuk mengatasi konstipasi terutama pada golongan usia lanjut. data epidemiologis menunjukkan bah&a diet yang mengandung banyak serat mengurangi angka kejadian konstipasi dan macammacam penyakit gastrointestinal lainnya, misalnya di/ertikel dan kanker kolorektal. Serat meningkatkan massa dan berat feses serta mempersingkat &aktu transit di usus. untuk mendukung manfaa serat ini, diharpkan cukup asupan cairan sekitar $5 gelas sehari, bila tidak ada kontraindikasi untuk asupan cairan. ". 7lahraga ' cukup akti/itas atau mobilitas dan olahraga membantu mengatasi konstipasi jalan kaki atau larilari kecil yang dilakukan sesuai dengan umur dan kemampuan pasien, akan menggiatkan sirkulasi dan perut untuk memeperkuat otototot dinding perut, terutama pada penderita dengan atoni pada otot perut . Pengobatan farmakologis a. 1ika modifikasi perilaku ini kurang berhasil, ditambahkan terapi farmakologis, dan biasnya dipakai obatobatan golongan pencahar. 2da ! tipe golongan obat pencahar ' .
.
memperbesar dan melunakkan massa feses, antara lain ' -ereal, 0ethyl selulose, Psilium. melunakkan dan melicinkan feses, obat ini bekerja dengan menurunkan tegangan permukaan feses, sehingga mempermudah
".
penyerapan air. -ontohnya ' minyak kastor, golongan dochusate. golongan osmotik yang tidak diserap, sehingga cukup aman untuk digunakan, misalnya pada penderita gagal ginjal, antara lain ' sorbitol, laktulose, gliserin
!.
merangsang peristaltik, sehingga meningkatkan motilitas usus besar. =olongan ini yang
banyak dipakai. Perlu diperhatikan bah&a pencahar golongan ini bisa dipakai untuk jangka panjang, dapat merusak pleksusmesenterikus dan berakibat dismotilitas kolon. -ontohnya 'isakodil, 6enolptalein. ila dijumpai konstipasi kronis yang berat dan tidak dapat diatasi dengan caracara tersebut di atas, mungkin dibutuhkan tindakan pembedahan. 0isalnya kolektomi sub total dengan anastomosis ileorektal. Prosedur ini dikerjakan pada konstipasi berat dengan masa transit yang lambat dan tidak diketahui penyebabnya serta tidak ada respons dengan pengobatan yang diberikan. Pasa umumnya, bila tidak dijumpai sumbatan karena massa atau adanya /ol/ulus, tidak dilakukan tindakan pembedahan.
Daftar Pustaka
0ansjoer arif dkk, ## .kapita selecta kedokteran. 1akarta' 0edia 2esculapius 0uhammad 2S, ## . konstipasi lansia. 1akarta ' *n ooks