Laporan Pendahuluan Konstipasi Laporan Pendahuluan Konstipasi Konsep Dasar 1. Definisi Konstipasi merupakan defekasi tidak teratur yang abnormal dan juga pengerasan feses tak normal yang membuat pasasenya sulit dan kadang menimbulkan nyeri. Konstipasi sering diartikan sebagai kurangnya frekuensi buang air besar, biasanya kurang dari 3 kali per minggu dengan feses yang kecil-kecil dan keras dan kadang-kadang disertai kesulitan sampai rasa sakit saat buang air besar (N!!K, "###$. Konstipasi adalah suatu keluhan, bukan penyakit (%olson, "##"&'er, "##)$. Pada umumnya konstipasi sulit didefinisikan secara tegas karena sebagai suatu keluhan terdapat *ariasi yang berlainan antara indi*idu ('er,"##)$. Penggunaan istilah konstipasi secara keliru dan belum adanya definisi yang uni*ersal menyebabkan lebih kaburnya hal ini (%amdy, )+$. edangkan batasan dari konstipasi klinik yang sesungguhnya adalah ditemukannya sejumlah feses pada kolon, rektum atau keduanya yang tampak pada foto polos perut (%arari, )+++$. Para tenaga medis mendefinisikan konstipasi sebagai penurunan frekuensi buang air besar, kesulitan dalam mengeluarkan feses, atau perasaan tidak tuntas ketika buang air besar. tudi epidemiologik menunjukkan kenaikan pesat konstipasi berkaitan dengan usia terutama berdasarkan keluhan penderita dan bukan karena konstipasi klinik. /anyak orang mengira dirinya konstipasi bila tidak buang air besar setiap hari. ering ada perbedaan pandangan antara dokter dan penderita tentang arti konstipasi (cheskin dkk, )++#$.
•
2. Etiologi 0bat-obatan tertentu (tran1uilier, antikolinergis, antihipersensitif, opioid, antasida dengan aluminium$
•
2angguan rektalanal (hemoroid, fisura$
•
0bstruksi (kanker usus$
•
Kondisi metabolis, neurologis, dan neuromuskuler
•
Kondisi endokrin
•
Keracunan timah
•
2angguan jaringan pembuluh 4aktor penyebab lainnya mencakup kelemahan, imobilitas, kecacatan, keletihan, dan ketidakmampuan untuk meningkatkan tekanan intra-abdomen untuk mempermudah pasase feses, seperti yang terjadi pada emfisema.
•
3. Manifestasi Klinis !istensi abdomen
•
/orborigimus
•
5asa nyeri dan tekanan
•
Penurunan nafsu makan
•
akit kepala
•
Kelelahan
•
6idak dapat makan
•
ensasi pengosongan tidak lengkap
•
7engejan saat defekasi
•
8liminasi *olume feses sedikit, keras, dan kering 4. Patofisiologi Patofisiologi konstipasi masih belum dipahami. Konstipasi diyakini, berhubungan dengan pengaruh dari sepertiga fungsi utama kolon 9 ()$ transpor mukosa, ("$ aktifitas mioelektrik, atau (3$ proses defekasi. !orongan untuk defekasi secara normal dirangsang oleh distensi rektal melalui empat tahap kerja 9 rangsangan refleks penyekat rektoanal, relaksasi otot sfingter internal, relaksasi otot sfingter e:ternal dan otot dalam region pel*ik, dan peningkatan tekanan intraabdomen. 2angguan salah satu dari empat proses ini dapat menimbulkan konstipasi. 'pabila dorongan untuk defekasi diabaikan, membran mukosa rektal dan muskulatur menjadi tidak peka terhadap adanya massa fekal, dan akibatnya rangsangan yang lebih kuat diperlukan untuk menghasilkan dorongan peristaktik tertentu agar terjadi defekasi. 8fek a;al retensi fekal ini adalah untuk menimbulkan kepekaan kolon, dimana pada tahap ini sering mengalami spasme, khususnya setelah makan, sehingga menimbulkan nyeri kolik midabdominal atau abdomen ba;ah. etelah proses ini berlangsung sampai beberapa tahun, kolon kehilangan tonus dan menjadi sangat tidak responsif terhadap rangsangan normal, akhirnya terjadi konstipasi. 'toni usus juga terjadi pada proses penuaan, dan hal ini dapat diakibatkan oleh penggunaan laksatif yang berlebihan.
•
5. Komplikasi %ipertensi arterial
•
mfaksi fekal
•
%emoroid dan fisura anal
•
7egakolon 6. Penatalaksanaan a. Pengobatan non-farmakologis ). Latihan usus besar 9 melatih usus besar adalah suatu bentuk latihan perilaku yang disarankan pada penderita konstipasi yang tidak jelas penyebabnya. Penderita dianjurkan mengadakan ;aktu secara teratur setiap hari untuk memanfaatkan gerakan usus besarnya. dianjurkan ;aktu ini adalah <-)# menit setelah makan, sehingga dapat memanfaatkan refle: gastro-kolon untuk /'/. !iharapkan kebiasaan ini dapat menyebabkan penderita tanggap terhadap tanda-tanda dan rangsang untuk /'/, dan tidak menahan atau menunda dorongan untuk /'/ ini. ". !iet 9 peran diet penting untuk mengatasi konstipasi terutama pada golongan usia lanjut. !ata epidemiologis menunjukkan bah;a diet yang mengandung banyak serat mengurangi angka kejadian konstipasi dan macam-macam penyakit gastrointestinal lainnya, misalnya di*ertikel dan kanker kolorektal. erat meningkatkan massa dan berat feses serta mempersingkat ;aktu transit di usus. untuk mendukung manfaa serat ini, diharpkan cukup asupan cairan sekitar =- gelas sehari, bila tidak ada kontraindikasi untuk asupan cairan. 3. 0lahraga 9 cukup akti*itas atau mobilitas dan olahraga membantu mengatasi konstipasi jalan kaki atau lari-lari kecil yang dilakukan sesuai dengan umur dan kemampuan pasien, akan menggiatkan sirkulasi dan perut untuk memeperkuat otot-otot dinding perut, terutama pada penderita dengan atoni pada otot perut b. Pengobatan farmakologis >ika modifikasi perilaku ini kurang berhasil, ditambahkan terapi farmakologis, dan biasanya dipakai obat-obatan golongan pencahar. 'da tipe golongan obat pencahar 9 ). 7emperbesar dan melunakkan massa feses, antara lain 9 ?ereal, 7ethyl selulose, Psilium.
". 7elunakkan dan melicinkan feses, obat ini bekerja dengan menurunkan tegangan permukaan feses, sehingga mempermudah penyerapan air. ?ontohnya 9 minyak kastor, golongan dochusate. 3.
2olongan osmotik yang tidak diserap, sehingga cukup aman untuk digunakan, misalnya pada penderita gagal ginjal, antara lain 9 sorbitol, laktulose, gliserin
.
7erangsang peristaltik, sehingga meningkatkan motilitas usus besar. 2olongan ini yang banyak dipakai. Perlu diperhatikan bah;a pencahar golongan ini bisa dipakai untuk jangka panjang, dapat merusak pleksusmesenterikus dan berakibat dismotilitas kolon. ?ontohnya 9 /isakodil, 4enolptalein.
suhan Kepera!atan 1. Pengka"ian 5i;ayat kesehatan dibuat untuk mendapatkan informasi tentang a;itan dan durasi konstipasi, pola emliminasi saat ini dan masa lalu, serta harapan pasien tentang elininasi defekasi. nformasi gaya hidup harus dikaji, termasuk latihan dan tingkat aktifitas, pekerjaan, asupan nutrisi dan cairan, serta stress. 5i;ayat medis dan bedah masa lalu, terapi obat-obatan saat ini, dan penggunaan laksatif serta enema adalah penting. Pasien harus ditanya tentang adanya tekanan rektal atau rasa penuh, nyeri abdomen, mengejan berlebihan saat defekasi, flatulens, atau diare encer. Pengkajian objektif mencakup inspeksi feses terhadap ;arna, bau, konsistensi, ukuran, bentuk, dan komponen. 'bdomen diauskultasi terhadap adanya bising usus dan karakternya. !istensi abdomen diperhatikan. 'rea peritonial diinspeksi terhadap adanya hemoroid, fisura, dan iritasi kulit.
2. Diagnosa Kepera!atan ). Konstipasi berhubungan dengan pola defekasi tidak teratur ".
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan hilangnya nafsu makan
3.
Nyeri akut berhubungan dengan akumulasi feses keras pada abdomen
3. #nter$ensi Kepera!atan ). Konstipasi berhubungan dengan pola defekasi tidak teratur 6ujuan 9 pasien dapat defekasi dengan teratur (setiap hari$ Kriteria hasil 9 !efekasi dapat dilakukan satu kali sehari •
•
Konsistensi feses lembut
•
8liminasi feses tanpa perlu mengejan berlebihan
nter*ensi 7andiri 6entukan pola defekasi bagi klien dan latih klien untuk menjalankannya •
•
'tur ;aktu yang tepat untuk defekasi klien seperti sesudah makan
•
/erikan cakupan nutrisi berserat sesuai dengan indikasi
•
/erikan cairan jika tidak kontraindikasi "-3 liter per hari
Kolaborasi Pemberian laksatif atau enema sesuai indikasi •
". Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan hilangnya nafsu makan 6ujuan 9 menunjukkan status gii baik Kriteria %asil 9 6oleransi terhadap diet yang dibutuhkan •
•
7empertahankan massa tubuh dan berat badan dalam batas normal
•
Nilai laboratorium dalam batas normal
•
7elaporkan keadekuatan tingkat energy
nter*ensi 7andiri /uat perencanaan makan dengan pasien untuk dimasukkan ke dalam jad;al makan. •
•
!ukung anggota keluarga untuk memba;a makanan kesukaan pasien dari rumah.
•
6a;arkan makanan porsi besar disiang hari ketika nafsu makan tinggi
•
Pastikan diet memenuhi kebutuhan tubuh sesuai indikasi.
•
Pastikan pola diet yang pasien yang disukai atau tidak disukai.
•
Pantau masukan dan pengeluaran dan berat badan secara periodik.
•
Kaji turgor kulit pasien
Kolaborasi Pantau nilai laboratorium, seperti %b, albumin, dan kadar glukosa darah •
•
'jarkan metode untuk perencanaan makan
3. Nyeri akut berhubungan dengan akumulasi feses keras pada abdomen 6ujuan 9 menunjukkan nyeri telah berkurang Kriteria %asil 9 7enunjukkan teknik relaksasi secara indi*idual yang efektif untuk mencapai kenyamanan •
•
7empertahankan tingkat nyeri pada skala kecil
•
7elaporkan kesehatan fisik dan psikologisi
•
7engenali faktor penyebab dan menggunakan tindakan untuk mencegah nyeri
•
7enggunakan tindakan mengurangi nyeri dengan analgesik dan non-analgesik secara
tepat. nter*ensi 7andiri /antu pasien untuk lebih berfokus pada akti*itas dari nyeri dengan melakukan penggalihan melalui tele*isi atau radio •
•
Perhatikan bah;a lansia mengalami peningkatan sensitifitas terhadap efek analgesik
opiate •
Perhatikan kemungkinan interaksi obat @ obat dan obat penyakit pada lansia
Penutup 1. Kesimpulan Konstipasi sering diartikan sebagai kurangnya frekuensi buang air besar, biasanya kurang dari 3 kali per minggu dengan feses yang kecil-kecil dan keras dan kadang-kadang disertai kesulitan sampai rasa sakit saat buang air besar. Konstipasi merupakan masalah umum yang disebabkan
oleh penurunan motilitas, kurang akti*itas, penurunan kekuatan dan tonus otot. 7anifestasi klinis yang sering muncul adalah distensi abdomen, borborigimus, 5asa nyeri dan tekanan, penurunan nafsu makan, sakit kepala, kelelahan, tidak dapat makan, sensasi pengosongan tidak lengkap, mengejan saat defekasi, eliminasi *olume feses sedikit, keras, dan kering. Komplikasi yang bisa terjadi jika konstipasi tidak diatasi adalah hipertensi arterial, imfaksi fekal, hemoroid dan fisura anal, megakolon Penatalaksanaan konstipasi pada lansia dengan tatalaksana non farmakologik 9 cairan, serat, bo;el training, latihan jasmani, e*aluasi panggunaan obat. 6atalaksana farmakologik 9 pencahar pembentuk tinja, pelembut tinja, pencahar stimulant, pencahar hiperosmolar dan enema.
•
D%&' P()&K /runner A uddarth. "##". Kepera;atan 7edikal /edah. >akarta9 82?.
•
?arpenito, >uall Lynda. "##=. /uku aku !iagnosa Kepera;atan. 8disi )#. >akarta9 82?
•
!oenges, 8. 7arilynn. "###. 5encana 'suhan Kepera;atan. >akarta9 82?.
•
http9erni-jasmita.blogspot.com"#)"#askep-konstipasi.html