LAPORAN PENDAHULUAN BRONCHOPNEUMONIA
A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1.
Pengertian
Bronchopneumonia adalah suatu infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah dari parenkim paru yang melibatkan bronkus / bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercak-bercak yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. (Price Sylvia A, 2005) Bronchopneumoni adalah peradangan yang mengenai parenkhim paru distal dari bronchiolus terminalis yang mencakup bronchiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. (Tjokronegoro, 2001) Broncho pneumonia adalah suatu infeksi akut pada paru – paru yang secara anatomi mengenai bagian lobulus paru mulai dari parenkim paru sampai perbatasan bronkus yang dapat disebabkan oleh bermacam – macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing ditandai oleh trias (sesak nafas, pernafasan cuping hidung, sianosis sekitar hidung/mulut). (Smeltzer, Suzanne C, 2001) Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa bronkopneumonia adalah radang paru-paru paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat yang disebabkan oleh bakteri,virus, jamur dan benda asing.
2.
Anatomi dan Fisiologi Sistem Respirasi
a. Anatomi sistem respirasi 1) Hidung Merupakan saluran udara yang pertama yang mempunyai dua lubang dipisahkan oleh sekat septum nasi. Di dalamnya terdapat bulu-bulu untuk menyaring udara, debu dan kotoran. Selain itu terdapat juga konka nasalis inferior, konka nasalis superior dan konka nasalis media yang berfungsi untuk mengahangatkan udara.
2) Faring Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan makanan. Terdapat di bawah dasar pernapasan, di belakang rongga hidung, dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Di bawah selaput lendir terdapat jaringan ikat, juga di beberapa tempat terdapat folikel getah bening. Pada kiri dan kanan dari faring terdapat dua buah tonsil. Rongga faring dibagi dalam 3 bagian: a) Nasofaring, sebelah atas tingginya sama dengan konka b) c)
Orofaring, bagian tengah yang tingginya sarna dengan ist mus fausium. Laringofaring, bagian bawah
3) Laring Merupakan saluran udara dan bertindak sebelum sebagai pembentuk suara. Terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya. Laring dilapisi oleh selaput lendir, kecuali pita suara dan bagian epiglottis yang dilapisi oleh sel epitelium berlapis. 4) Trakea Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 – 20 cincin yang terdiri dari tulang rawan yang berbentuk seperti tapal kuda yang berfungsi untuk mempertahankan jalan napas agar tetap terbuka. Sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia, yang berfungsi untuk mengeluarkan benda asing yang masuk bersama-sama dengan udara pernapasan. 5) Bronkus Merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang terdapat pada ketinggian vertebra thorakalis IV dan V. mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus kanan lebih besar dan lebih pendek daripada bronkus kiri, terdiri dari 6 – 8 cincin dan mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri terdiri dari 9 – 12 cincin dan mempunyai 2 cabang. Cabang bronkus yang lebih kecil dinamakan bronkiolus, disini terdapat cincin dan terdapat gelembung paru yang disebut alveolli.
6) Paru-paru Merupakan alat tubuh yang sebagian besar dari terdiri dari gelembunggelembung. Di sinilah tempat terjadinya pertukaran gas, O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah. Paru-paru di bagi dua, yaitu a. Paru-paru kanan, terdiri dari tiga lobus yaitu lobus superior, lobus media, dan lobus inferior. Paru-paru kanan mempunyai 10 segmen, 5 segmen pada lobus superior, 2 segmen pada lobus medialis, dan 3 segmen pada lobus inferior. b. Paru-paru kiri, terdiri dari 2 lobus, yaitu lobus superior dan lobus inferior. Paru-paru kiri mempunyai 10 segmen; 5 segmen pada lobus superior, dan 5 segmen pada lobus inferior. Paru paru dibungkus oleh selaput pleura, yang dibagi menjadi dua, yaitu : a. Pleura visceral, yaitu selaput sela put yang membungkus membungkus paru-paru b. Pleura parietal, yaiut selaput sela put yang melapisi rongga dada sebelah luar Antara kedua pleura terdapat rongga yang disebut kavum pleura, dan berisi sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk melumasi permukaannya dan menghindari gesekan antara dinding dada pada saat bernapas. Gambar 1 Anatomi Sistem Respirasi
b. Fisiologi sistem respirasi Udara bergerak masuk dan keluar paru-paru karena ada selisih tekanan yang terdapat antara atmosfir dan alveolus akibat kerja mekanik otot-otot. Seperti yang telah diketahui, dinding toraks berfungsi sebagai penembus. Selama inspirasi, volume toraks bertambah besar karena diafragma turun dan iga terangkat
akibat
kontraksi
beberapa
otot
yaitu
sternokleidomastoideus
mengangkat sternum ke atas dan otot seratus, skalenus dan interkostalis eksternus mengangkat iga-iga. (Price,1994) Selama pernapasan tenang, ekspirasi merupakan gerakan pasif akibat elastisitas dinding dada dan paru-paru. Pada waktu otot interkostalis eksternus relaksasi, dinding dada turun dan lengkung diafragma naik ke atas ke dalam rongga toraks, menyebabkan volume toraks berkurang. Pengurangan volume toraks ini meningkatkan tekanan intrapleura maupun tekanan intrapulmonal. Selisih tekanan antara saluran udara dan atmosfir menjadi terbalik, sehingga udara mengalir keluar dari paru-paru sampai udara dan tekanan atmosfir menjadi sama kembali pada akhir ekspirasi. (Price,1994) Tahap kedua dari proses pernapasan mencakup proses difusi gas-gas melintasi membrane alveolus kapiler yang tipis (tebalnya kurang dari 0,5 μm). Kekuatan pendorong untuk pemindahan ini adalah selisih tekanan parsial antara darah dan fase gas. Tekanan parsial oksigen dalam atmosfir pada permukaan laut besarnya sekitar 149 mmHg. Pada waktu oksigen diinspirasi dan sampai di alveolus maka tekanan parsial ini akan mengalami penurunan sampai sekiktar 103 mmHg. Penurunan tekanan parsial ini terjadi berdasarkan fakta bahwa udara inspirasi tercampur dengan udara dalam ruangan sepi anatomic saluran udara dan dengan uap air. Perbedaan tekanan karbondioksida antara darah dan alveolus yang jauh lebih rendah menyebabkan karbondioksida berdifusi kedalam alveolus. Karbondioksida ini kemudian dikeluarkan ke atmosfir. (Price,1994) Dalam keadaan beristirahat normal, difusi dan keseimbangan oksigen di kapiler darah paru-paru dan alveolus berlangsung kira-kira 0,25 detik dari total waktu kontak selama 0,75 detik. Hal ini menimbulkan kesan bahwa paru-paru normal memiliki cukup cadangan waktu difusi. Pada beberapa penyakit, seperti fibosis paru, udara dapat menebal dan difusi melambat sehingga ekuilibrium mungkin tidak lengkap, terutama sewaktu berolahraga dimana waktu kontak
total berkurang. Jadi, blok difusi dapat mendukung terjadinya hipoksemia, tetapi tidak diakui sebagai faktor utama. uta ma. (Rab,1996) Menurut P.M. Mowschenson (2008), fungsi pernapasan adalah sebagai berikut : 1) Mengambil O2 yang kemudian dibawa oleh darah ke seluruh tubuh (selselnya) untuk mengadakan pembakaran. 2) Mengeluarkan CO2 yang terjadi sebagai sisa dari pembakaran, kemudian dibawa oleh darah ke paru-paru untuk dibuang. 3) Menghangatkan dan melembabkan udara.
3.
Etiologi
a. Bakteri Organisme gram posifif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa. b. Virus Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet. Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus. c. Jamur Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah serta kompos. d. Protozoa Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves, 2001) e. Aspirasi benda asing f. Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya bronchopnemonia adalah daya tahan tubuh yang menurun misalnya akibat malnutrisi energi protein (MEP), penyakit menahun, pengobatan antibiotik yang tidak sempurna. (Smeltzer, Suzanne C, 2001)
4.
Tanda dan Gejala
a. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
Nyeri pleuritik
Nafas dangkal dan mendengkur mendengkur
Takipnea
b. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
Mengecil, kemudian menjadi hilang
Krekels, ronki, egofoni
c. Gerakan dada tidak simetris d. Menggigil dan demam 38,8
C sampai 41,1C, delirium
e. Diafoesis f. Anoreksia g. Malaise h. Batuk kental, produktif
Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi kemerahan atau berkarat
i. Gelisah j. Sianosis
Area sirkumoral
Dasar kuku kebiruan
k. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas. 5.
Fatofisiologi
Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan oleh virus penyebab bronchopneumonia yang masuk ke saluran pernafasan sehingga terjadi peradangan broncus dan alveolus. Inflamasi bronkus ditandai adanya penumpukan sekret, sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Bila penyebaran kuman sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang terjadi adalah kolaps alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis. Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak napas, dan napas ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru dan penurunan produksi surfaktan sebagai pelumas yang berpungsi untuk melembabkan rongga fleura. Emfisema (tertimbunnya cairan atau pus dalam rongga paru) adalah tindak lanjut dari pembedahan. Atelektasis mengakibatkan peningkatan frekuensi napas,
hipoksemia, acidosis respiratori, pada klien terjadi sianosis, dispnea dan kelelahan yang akan mengakibatkan terjadinya gagal napas. (Smeltzer, Suzanne C, 2001) 6. Pathway Bronchopneumonia (Smeltzer, Suzanne C, 2001 )
Pederita sakit berat yang dirawat di RS
Penderita dengan supresi sistem kekebalan tubuh
Kontaminasi peralatan RS
Jamur, virus, bakteri, protozoa
Saluran napas bagian bawah
Peningkatan produksi
Bronchiolus
secret
Stimulasi chemoreseptor hipotalamus
Alveolus Akumulasi secret Reaksi peradangan pada bronchus dan alveolus
Obstruksi jalan napas
Gangguan ventilasi
Rangsangan batuk
Fibrosus dan pelebaran
Atelektasis Bersihan jalan nafas tidak efektif
Nyeri pleuritik
Gangguan rasa nyaman nyeri
Peningkatan frekuensi napas
Resiko penyebaran
Perangsangan RAS
infeksi Susah tidur
Distensi abdomen
Set point bertambah
Respon menggigil
Reaksi peningkatan panas tubuh
Gangguan difusi Hipertermi Gangguan pertukaran gas
O2 kejaringan menurun
Evaporasi meningkat
Cairan tubuh berkurang
Kelemahan Defisit volume cairan
Muntah, anoreksia
Perubahan pola tidur
Intoleransi aktifitas
Ancaman kehidupan Metabolisme meningkat Ansietas (orang tua) Nutrisi kurang dari kebutuhan Gangguan tumbang
Penurunan status gizi
Kompensasi cadangan lemak digunakan tubuh
7.
Pemeriksaan Penunjang
Menurut Ngastiah (2002), yaitu sebagai berikut : 1)
Foto thorax Pada foto thorax Bronchopneumonia terdapat bercak-bercak infiltrat pada satu atau beberapa lobus. Jika pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus.
2)
Laboratorium
Terjadi leukositosis pada pneumonia bakterial Nilai analisa gas darah : untuk mengetahui status kardiopulmoner yang berhubungan dengan oksigenasi
Hitung darah lengkap dan hitung jenis: digunakan untuk menetapkan adanya anemia, infeksi dan proses inflamasi
3)
Pewarnaan gram : untuk seleksi awal anti mikroba
Kultur darah spesimen darah untuk menetapkan agen penyebab seperti virus
Tes kulit untuk tuberkulin : untuk mengesampingkan kemungkinan terjadi tuberkulosis jika anak tidak berespon terhadap pengobatan
4)
Tes fungsi paru : digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru, menetapkan luas dan beratnya penyakit dan membantu memperbaiki keadaan.
5)
8.
Spirometri statik digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang diinspirasi
Komplikasi
Menurut Ngastiyah (2002), bronchopneumonia pada anak bila tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan komplikasi sebagai berikut : a.
Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru merupakan akibat kurangnya kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.
b.
Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
c.
Otitis Media Acute
d.
Infeksi sitemik
e.
Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
9.
Penatalaksanaan
Menurut Ngastiyah (2002), Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi, tetapi karena hal itu perlu waktu, dan pasien perlu therapy secepatnya maka biasanya diberkan : a. Penisillin 50.000 U/ kgbb/hari, ditambah dengan chloramfenicol 50-70 mg/kgbb/hari atau diberkan antibiotic yang mempunyai spectrum luas seperti Ampicillin, pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari b. Pemberian oksigen, fisioterafi dada dan cairan intravena biasanya diperlukan campuran glucose dan NaCl 0,9% dalam perbandingan 3 : 1 ditambah larutan KCl 10 mEq / 500 ml/ botol infus. c. Karena sebagian besar pasien jatuh kedalam asidosis metabolic akibat kurang makan dan hipoksia, maka dapat diberikan koreksi sesuai dengan hasil analisis gas darah arteri. 10. Tumbuh Kembang Anak
a. Pengertian Tumbuh kembang adalah proses yang kontinyu sejak dari konsepsi sampai
maturitas/dewasa
yang
dipengaruhi
oleh
faktor
bawaan
dan
lingkungan. Ini berarti bahwa tumbuh kembang anak sudah terjadi sejak di dalam kandungan dan setelah kelahiran merupakan me rupakan suatu masa dimana mulai saat itu tumbuh kembang anak dapat d apat dengan mudah dipahami. Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interseluler, yang berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat. Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian. (Depkes RI, 2005) Pertumbuhan terjadi secara simultan dengan perkembangan. Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan syaraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya, misalnya perkembangan sistem neuromusculer, kemampuan bicara, emosi dan sosialisasi. Kesemua fungsi tersebut berperan penting dalam kehidupan manusia yang utuh.
b. Tahap-tahap tumbuh kembang Walaupun terdapat variasi yang sangat besar, akan tetapi setiap anak akan melalui suatu "milestone" yang merupakan tahapan dari tumbuh kembang anak dan setiap seti ap tahapan mempunyai me mpunyai ciri-ciri tersendiri. adapun tahap-tahap tumbuh kembang anak (Cecily, 2002) : 1) Masa pranatal
Masa mudigah / embrio
: Konsepsi – Konsepsi – 8 8 minggu
Masa janin / fetus
: 9 minggu – minggu – lahir lahir
2) Masa bayi
Masa neonatal
: 0 – 28 – 28 hari
Masa neonatal dini
: 0 – 7 – 7 hari
Masa neonatal lanjut
: 8 – 28 – 28 hari
Masa pasca neonatal
: 29 hari – hari – 1 1 tahun
Masa prasekolah
: 1 – 6 – 6 tahun
3) Masa sekolah
Masa praremaja
Masa remaja
: 6 – 10/20 – 10/20 tahun : 6 – 10 – 10 tahun
Masa remaja dini : Wanita, usia 8-13 tahun
Masa remaja lanjut : Wanita, usia 13-18 tahun dan Pria, usia 1520 tahun
Menurut Sigmund Freud, periodesasi perkembangan dibagi 5 fase : 1) Fase oral (0-1 tahun) Anak memperoleh kepuasan dan kenikmatan yang bersumber pada mulutnya. Hubungan sosial lebih bersifat fisik, seperti makan atau minum susu. Objek sosial terdekat adalah ibu, terutama saat menyusu. 2) Fase anal (1-3 tahun) Pada fase ini pusat kenikmatannya terletak di anus, terutama saat buang air besar. Inilah saat yang paling tepat untuk mengajarkan disiplin pada anak termasuk toilet training. 3) Fase falik (3-5 tahun) Anak memindahkan pust kenikmatannya pada daerah kelamin. Anak mulai tertarik dengan perbedaan anatomis antara laki-laki dan perempuan. Pada anak laki-laki kedekatan dengan ibunya menimbulkan gairah sexual perasaan cinta yang disebut Oedipus Complex. Sedangkan pada anak
perempuan disebut Electra Complex. 4) Fase laten (5-12 tahun) Ini adalah masa tenang, walau anak mengalami perkembangan p erkembangan pesat pada aspek motorik dan kognitif.. Anak mencari figure ideal diantara orang dewasa berjenis kelamin sama dengannya. 5) Fase genital (12 ke atas) Alat-alat reproduksi sudah mulai masak, pusat kepuasannya berada pada daerah kelamin. Energi psikis (libido) diarahkan untuk hubungan-hubungan heteroseksual. Rasa cintanya pada anggota keluarga dialihkan pada orang lain yang berlawan jenis. Menurut Erik H. Erikson perkembangan anak dibagi dalam 8 tahap : 1) Masa oral-sensorik yaitu masa kepercayaan keperca yaan vs ketidakpercayaan. Tahap ini berlangsung pada masa oral, kira-kira terjadi pada umur 0-1 atau 1 ½ tahun. Tugas yang harus dijalani pada tahap ini adalah menumbuhkan dan mengembangkan kepercayaan tanpa harus menekan kemampuan untuk hadirnya suatu ketidakpercayaan. 2) Masa anal-muskular yaitu kebebasan vs perasaan malu-malu atau raguragu. Pada tahap kedua adalah tahap anus-otot (anal-mascular stages), masa ini biasanya disebut masa balita yang berlangsung mulai dari usia 18 bulan sampai 3 atau 4 tahun. Tugas yang harus diselesaikan pada masa ini adalah kemandirian (otonomi) sekaligus dapat memperkecil perasaan malu dan raguragu. 3) Masa genital-locomotor yaitu inisiatif vs rasa bersalah Tahap ketiga adalah tahap kelamin-lokomotor (genital-locomotor stage) atau yang biasa disebut tahap bermain. Tahap ini pada suatu periode tertentu saat anak menginjak usia 3 sampai 5 atau 6 tahun, dan tugas yang harus diemban seorang anak pada masa ini ialah untuk belajar punya gagasan (inisiatif) tanpa banyak terlalu melakukan kesalahan. 4) Masa laten yaitu ada gairah vs rendah diri Tahap keempat adalah tahap laten yang terjadi pada usia sekolah dasar antara umur 6 sampai 12 tahun. Salah satu tugas yang diperlukan dalam tahap ini ialah mengembangkan kemampuan bekerja keras dan menghindari perasaan rasa rendah diri.
5) Masa remaja yaitu identitas vs kekaburan peran Tahap kelima merupakan tahap adolesen (remaja), yang dimulai pada saat masa puber dan berakhir pada usia 18 atau 20 tahun. melalui tahap ini orang harus mencapai tingkat identitas ego, dalam pengertiannya identitas pribadi berarti mengetahui siapa dirinya dan bagaimana cara seseorang seseor ang terjun ke tengah masyarakat. 6) Masa dewasa yaitu kemesraan vs keterasingan yaitu pada masa dewasa awal yang berusia sekitar 20-30 tahun. Adalah ingin mencapai kedekatan dengan orang lain dan berusaha menghindar dari sikap menyendiri. 7) Masa dewasa muda yaitu generativitas vs kehampaan Masa dewasa (dewasa tengah) berada pada posisi ke tujuh, dan ditempati oleh orang-orang yang berusia sekitar 30 sampai 60 tahun. salah satu tugas untuk dicapai ialah dapat mengabdikan diri guna keseimbangan antara sifat melahirkan sesuatu (generativitas) dengan tidak berbuat apa-apa (stagnasi). 8) Masa kematangan yaitu integritas ego vs kesedihan Tahap terakhir dalam teorinya Erikson disebut tahap usia senja yang diduduki oleh orang-orang yang berusia sekitar 60 atau 65 ke atas. Yang menjadi tugas pada usia senja ini adalah integritas dan berupaya menghilangkan putus asa dan kekecewaan.
Tabel 1. Ringkasan Kemajuan Perkembangan Anak dari Lahir Sampai 5 Tahun (Sacharin, 1996) Umur
Sampai 1 bulan
Motorik/Sensorik
1-3 bulan
Sosial
Reflek-reflek primitif Dapat enghisap Menggenggam, Memberikan respon terhadap suara-suara mengejutkan Menegakkan kepala sebentar, Mengadakan gerakan-gerakan merangkak jika tengkurap
Memberikan respon senyum
Bahasa
Manipulatif
Umur
3-4 bulan
Motorik/Sensorik
5-9 bulan
9-10 bulan
Sosial
Mengangkat kepala dari posisi tengkurap dalam waktu yang singkat. Memalingkan kepala ke arah suara.
Berguling dari sisi ke sisi ketika terlentang. Memalingkan kepala pada orang yang berbicara.
Duduk dari posisi berbaring Berpindah Merangkak.
1½ tahun
Merangkak dengan baik menarik badan sendiri untuk berdiri Dapat berjalan dengan dibimbing. Berjalan tanpa ditopang Menaiki tangga atau peralatan rumah tangga (kursi)
Mampu berlari Memanjat Menaiki tangga Membuka pintu.
Bersuara jika diajak bicara .
Memperlihatkan kegembiraan dengan berlagak dan tersipusipu.
Bervokalisasi suara-suara bergumam, suaraseperti "da", "ma".
2 tahun
Manipulatif
1 tahun
Tersenyum.
Bahasa
Mengenal dan menolak orang asing Meniru Berteriak untuk menarik perhatian.
Menurut perintah sederhana meniru orang dewasa. Memperlihatkan berbagai emosi.
Mulai mengamati tangan sendiri Mampu untuk memegang kerincingan.
Mulai memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lainnya. Mampu memanipulasi benda-benda.
Ngoceh dan bervokalisasi Mengatakan kata-kata seperti da-da, mam- mam.
Mengucapkan kata-kata tunggal
Memegang gelas untuk minum.
Ingin bermain dekat anak-anak lain. Meminta minum. Mengenal gambargambar binatang. Mengenal beberapa bagian tubuhnya
Telah menggunakan 20 kata-kata yang dapat dimengerti.
Mencoretcoret, Membalik balik halaman, Bermain dengan balok-balok bangunan ecara konstruktif.
Mulai bernain dengan anakanak lain
Mulai menggunakan dua atau tiga kata secara bersamaan
Memungut benda diantara jari jari dan ibu jari.
Berpakaian sendiri, tidak mampu untuk mengikat atau memasang kancing.
Umur
Motorik/Sensorik
3 tahun
Berlari bebas Melompat Mengendari sepeda roda tiga.
Sosial
4-5 tahun
Bahasa
Mengetahui nama dan jenis kelaminnya sendiri dapat diberi pengertian Bermain secara konstruktif dan imitatif.
Mengetahui banyak hurufhuruf dari alphabet Mengetahui lagu kanakkanak Dapat menghitung sampai 10.
Manipulatif
Berbicara dengan kalimatkalimat pendek.
Menggambar lingkaran Menggambar gambargambar yang dapat dikenal.
Bernyanyi Berdendang
c. Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang 1) Keturunan Jenis kelamin dan determinan keturunan lain secara kuat mmpengaruhi hasil akhir pertumbuhan dan laju perkembangan untuk mendapatkan hasil akhir tersebut. Terdapat hubungan yang besar antara orangtua dan anak dalam hal sifat seperti tinggi badan, berat badan, dan laju pertumbuhan.. 2) Neuroendokrin 2) Neuroendokrin Beberapa hubungan fungsional diyakini ada diantara hipotalamus dan system endokrin yang memengaruhi pertumbuhan.Kemungkinan semua hormone memengaruhi pertumbuhan dan beberapa cara. Tiga hormonhormon pertumbuhan, hormone tiroid, dan endrogen. Tampak bahwa setiap hormone
yang
mempunyai
pengaruh
bermakna
pada
pertumbuhan
memanifestasikan efek utamanya pa periode pertumbuhan yang berbeda. 3) Nutrisi 3) Nutrisi Nutrisi mungkin merupakan satu-satunya pengaruh paling pentng pada pertumbuhan. Faktor diet mengatur pertumbuhan pada semua tahap perkembangan, dan efeknya efeknya ditujukan pada cara beragam dan rumit.
4) Hubungan Interpersonal Hubungan dengan orang terdekat memainkan peran penting dalam perkembangan, terutama dalam perkembangan emosi, intelektual, dan kepribadian. luasnya rentang kontak penting untuk pembelajaran dan perkembangan kepribadian yang yang sehat. 5) Tingkat Sosioekonomi Riset
menunjukkan
bahwa
tingkat
sosioekonomi
keluarga
anak
mempunyai dapak signifikan pada pertumbuhan dan perkembangan. 6) Penyakit Banyak penyakit kronik dan Gangguan apapun yang dicirikan dengan ketidakmampuan untuk mencerna dan mengabsorbsi nutrisi tubuh akan member efek merugikan pada pertumbuhan dan perkembangan. 7) Bahaya lingkungan Bahaya dilikungan adalah sumber kekhawatiran pemberi asuhan kesehatan dan orang lain yang memerhatikan kesehatan dan keamanan. Bahaya dari residu kimia ini berhubungan dengan potensi kardiogenik, efek enzimatik, dan akumulasi. (Baum dan Shannon, 1995) 8) Stress pada masa kanak-kanak Stress adalah ketidakseimbagan antara tuntutan lingkungan dan sumber koping individu yang menggangggu ekuiibrium individu tersebut. ( mastern dkk, 1998) Usia
anak,
temperamen
situasi
hidup,
dan
status
kesehatan
mempengaruhi kerentanan, reaksi dan kemampuan mereka untuk mengatasi stress. Koping adalah tahapan khusus dari reaksi individu terhadap stressor. Strategi koping adalah cara khusus anak mengatasi stersor ang dibedakan dari gaya koping yang relative tidak mengubah karakteristik kepribdian atau hasil koping. ( Ryan-wengger, 1992) 9) Pengaruh media masa Terdapat peningkatan kekhawatiran mengenai berbagai pengaruh media pada perkembangan anak. (Rowitz, 1996) 1996)
11. Dampak Hospitalisasi
1) Pengertian Menurut Wong (2000), hospitalisasi adalah suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau darurat mengharuskan anak untuk tinggal di RS, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah. Perasaan yang sering muncul pada anak adalah cemas, marah, sedih, takut dan rasa bersalah. Penyebab timbul reaksi hospitalisasi pada anak (Wong, 2000) :
Menghadapi sesuatu yang baru dan belum pernah dialaminya
Rasa tidak aman dan nyaman
Perasaan kehilangan sesuatu yang biasa dialaminya dan sesuatu yang dirasakan menyakitkan
2) Reaksi anak terhadap hospitalisasi a. Masa bayi ( 0 - 1 tahun )
Perpisahan dengan orang tua : gangguan pembentukan rasa percaya dan kasih sayang.
Terjadi stranger anxiety ( usia 6 bulan ) : cemas apabila berhadapan dengan orang asing dan perpisahan.
Reaksinya : menangis, marah, banyak melakukan gerakan.
b. Masa toddler ( 2 – 2 – 3 3 tahun )
Sumber stress yang utama : cemas akibat perpisahan
Respon : tahap protes, putus asa dan pengingkaran
Tahap protes : menangis kuat, menjerit memanggil orang tua atau menolak perhatian yang diberikan orang lain
Tahap putus asa : menangis berkurang,anak tidak aktif, kurang menunjukkan minat bermain dan makan, sedih dan apatis
Tahap pengingkaran : mulai menerima perpisahan,membina hubungan secara dangkal, anak mulai terlihat menyukai lingkungannya
c. Masa prasekolah
Perawatan di RS : anak untuk berpisah dari lingkungan yang dirasakannya aman, penuh kasing sayang dan menyenagkan.
Reaksi terhadap perpisahan : menolak makan, sering bertanya, menagis secara perlahan dan tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan.
d. Masa sekolah
Timbul kecemasan : berpisah dengan lingkungan yang dicintainya Kehilangan kontrol karena adanya pembatasan aktivitas
Kehilangan kontrol : perubahan peran dalam keluarga, kehilangan kelompok sosialnya karena ia biasa melakukan kegiatan bermain atau pergaulan sosial, perasaan takut mati dan adanya kelemahan fisik
Reaksi terhadap perlukaan atau rasa nyeri : ekspresi baik secara verbal maupun nonverbal : anak sudah mampu mengkomunikasikannya, sudah mampu mengontrol perilaku jika merasa nyeri : menggigit bibir/menggigit dan memegang sesuatu dengan erat.
e. Masa remaja
Timbul perasaan cemas : harus berpisah dengan teman seba yanya
Pembatasan aktivitas di RS : anak kehilangan kontrol terhadap dirinya dan menjadi tergantung pada keluarga atau pertugas kesehatan.
Reaksi yang sering muncul : menolak perawatan atau tindakan yang dilakukan, anak tidak mau kooperatif dengan petugas kesehatan atau menarik diri dari keluarga, sesama pasien dan petugas kesehatan.
Perasaan
sakit
:
respon
anak
bertanya-tanya,
menarik
diri
dari
lingkungannya / menolak kehadiran orang lain. 3) Reaksi orang tua terhadap hospitalisasi anak a. Perasaan cemas dan takut
Perasaan cemas dan takut : mendapat prosedur menyakitkan
Cemas paling tinggi : menunggu informasi tentang diagnosa penyakit anaknya.
Takut muncul : takut kehilangan anak pada kondisi sakit terminal
Perilaku : sering bertanya/bertanya tentang hal yang sama secara berulangulang pada orang yang berbeda, gelisah, ekspresi wajah tegang dan marah.
b. Perasaan sedih
Muncul pada saat anak dalam kondisi terminal
Perilaku : isolasi, tidak mau didekati orang lain, tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan.
c. Perasaan frustasi
Putus asa dan frustasi : anak yang telah dirawat cukup lama dan tidak mengalami perubahan, tidak adekuatnya dukungan psikologis.
Perilaku : tidak kooperatif, putus asa, menolak tindakan, menginginkan pulang paksa.
B. DAMPAK PENYAKIT TERHADAP KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
1. Kebutuhan Oksigenasi Reaksi peradangan pada bronchus dan alveolus terjadi peningkatan produksi secret, terjadi akumulasi secret pada saluran napas, mengakibatkan obstruksi jalan napas, terjadi peningkatan frekuensi napas akibat bersihan jalan napas tidak efektif. Sedangkan fibrosis jaringan paru mengakibatkan terjadinya atelektasis, terjadi gangguan pertukaran gas (difusi) sehingga supla y oksigen kejaringan menurun. 2. Kebutuhan Cairan dan Elektrolit Respon tubuh terhadap proses inflamasi pada saluran napas terjadi peningkatan suhu tubuh (hipertermia), kehilangan cairan tubuh melalui evaporasi meningkat, terjadi defisit volume cairan tubuh. 3. Kebutuhan Nutrisi Respon gastrointestinal terhadap reaksi peradangan pada saluran napas terjadi mual dan anoreksia, menyebabkan intake nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, sehingga terjadi ketidakseimbangan antara intake nutrisi dengan peningkatan kebutuhan metabalisme. 4. Kebutuhan Aktifitas Perfusi jaringan menurun terjadi peningkatan metabolisme anaerob, produksi ATP menurun, terjadi kelemahan fisik yang mengakibatkan terjadinya keterbatasan dalam beraktifitas. 5. Kebutuhan Rasa Aman Kurangnya pengetahuan keluarga tentang pengelolaan penyakit merupakan faktor yang memicu timbulnya kecemasan pada keluarga. 6. Pertumbuhan dan Perkembangan Intake nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh merupakan faktor penyebab terjadinya penurunan status gizi, dan penurunan imunitas yang mengakibatkan klien menjadi rentan terhadap infeksi, sehingga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak.
C. ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian
a. Identitas 1. Data umum meliputi : ruang rawat, kamar, tanggal masuk, tanggal pengkajian, diagnosa medis, perawat yang mengkaji, nomor medical record. 2. Identitas klien dan keluarga klien meliputi : nama, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, agama, suku bangsa dan alamat. 3. Ayah meliputi : nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, dan alamat 4. Ibu meliputi : nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, dan alamat saudara kandung meliputi: umur, jenis kelamin dan pendidikan b. Riwayat Kesehatan 1. Keluhan Utama Keluhan utama penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit. 2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Provocative, yaitu penyebab/hal-hal yang mendahului sebelum terjadi keluhan utama. Pada pasien bronchopneumonia biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratorius atas.
Qualitas/quantitas, yaitu seberapa berat keluhan dirasakan, bagaimana rasanya seberapa sering terjadinya. Pada pasien bronchopnemonia keluhan yang dirasakan yaitu sesak nafas, dan demam tinggi sampai kejang.
Region/radiasi, yaitu lokasi keluhan utama tersebut dirasakan/ditemukan, daerah/area penyebaran sampai kemana. Pada pasien bronchopnemonia biasanya sesak dirasakan pada seluruh daerah dada.
Severity scale, yaitu skala keperawatan/tingkat kegawatan sampai seberapa jauh. Pada pasien bronchopnemonia biasanya biasan ya sesak dirasakan sangat berat diikuti oleh demam tinggi dan kejang sampai terjadi penurunan kesadaran.
Timing, yaitu kapan keluhan tersebut mulai ditemukan/dirasakan pada pasien bronchopnemonia keluhan dirasakan berat pada saat malam hari dan aktifitas yang berlebihan. (Carpenito, 2008)
3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu Meliputi penyakit yang pernah dialami (apa kapan dirawat/tidak dimana, reaksi anak), pernah dirawat (dimana, kapan, berapa lama, bagaimana reaksi anak), pengobatan yang pernah diberikan (jenis, berapa lama, dosis), tindakan medis (operasi, vena pungtie dan lain-lain) alergi atau tidak. Adanya riwayat
infeksi saluran pernapasan sebelumnya : batuk, pilek, demam, anorexia, sukar menelan, mual dan muntah. Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas seperti malnutrisi, anggota keluarga lain yang mengalami sakit saluran pernapasan. 4. Riwayat Kesehatan Keluarga Meliputi keluarga inti, ayah, ibu, nenek, kakek, parnan, bibi dan lainlain, penyakit yang pernah diderita/masih diderita penyakit menular, penyakit keturunan dan lain-lain. 5. Riwayat Kehamilan a. Pre Natal Meliputi penyakit ibu selama hamil, perdarahan, makanan pantangan, pemeriksaan kehamilan.
Trisemester I (0-12 minggu) tiap 4 minggu (7 kali pemeriksaan)
Trisemester II (13-24 minggu) : tiap 2 minggu (7 kali pemeriksaan)
Trisemester III (25-36 minggu) : tiap minggu sampai bayi lahir imunisasi TT 2 kali selama kehamilan
b. Intra Natal Meliputi : bayi waktu lahir ditolong siapa, jenis persalinan, Apgar score, berat badan lahir, adakah proses kelahiran yang lama, perdarahan, posisi janin waktu lahir. c. Post Natal Meliputi kesehatan ibu yang buruk pada masa post natal, kesehatan bayi, kelainan congenital, infeksi, hipo/hipertermin nutrisi (colostrums) segera setelah lahir, menunggu asi keluar diganti pasi, pantangan makanan ibu. 6. Riwayat Tumbuh Kembang Meliputi kejadian penting pada perkembangan masa kanak-kanak seperti tengkurap, berjalan, imunisasi dan lain-lain. 7. Riwayat Psikologis a. Pola interaksi, meliputi dengan orang tua, teman dan orang lain b. Pola kognitif, meliputi kemampuan berfikir, berbahasa dan intelegensi c. Pola emosi, meliputi bila marah, sedih, takut, gembira dan lain-lai n d. Konsep diri meliputi penilaian atau pandangan terhadap dirinya; harga diri, bodi image, ideal diri / cita-cita hal yang terbaik, dan aktualisasi diri.
e. Pola pertahanan diri, meliputi bagaiman keluarga menghadapi masalah yang dihadapi. (Anastasia anne, 2006) 8. Riwayat Sosial Yang harus dikaji adalah pola kultural atau norma yang berlaku, rekreasi, lingkungan tempat tinggal klien dan keadaan ekonomi. 9. Kebiasaan Sehari-hari Meliputi pola nutrisi, eliminasi, istirahat, aktifitas seperti bermain dan personal hygiene. c. Pemeriksaan fisik 1.
Keadaan umum
Pengukuran pertumbuhan meliputi : tinggi badan, berat badan, lingkar kepala atas dan lingkar dada
2.
Pengukuran tanda vital meliputi : tensi darah, nadi, respirasi dan suhu
Keadaan sistem tubuh
Sistem optalmikus
Inspeksi : bentuk, warna konjunctiva, pupil, dan sklera
Palpasi : adanya oedema, massa dan peradangan.
Pada pasien bronchopneumoni biasanya ditemukan perubahan warna sklera mata bila terjadi hipertermi.
3.
Sistem respiratorik
Inspeksi : observasi penampilan umum, konfigurasi thorak, kaji terhadap area intercosta dan penggunaan otot tambahan, evaluasi kulit, bibir dan membran mukosa, kaji kuku mengenai warnanya. Palpasi mengetahui adanya masa, pembesaran kelenjar limfe, bengkak, nyeri, pulpasi, krepitasi dan fokal fremitus
Perkusi : untuk mengetahui batas dan keadaan paru-paru
Auskultasi : untuk mengevaluasi bunyi nafas yang meliputi frekuensi, kualitas, tipe dan adanya bunyi tambahan.
Pada
penderita
pernafasan
cepat
bronchopneumonia dan
dangkal,
biasanya
pernafasan
ditemukan cuping
dispneu,
hidung,
dan
penggunaan otot-otot tambahan, suara nafas naf as abnormal (ronchi) dan d an batuk dengan produksi sputum.
4.
Sistem kardiovaskuler
Inspeksi : warna kulit, anggota tubuh dan membran mukosa, pelpebra anemis atau tidak, periksa prekordium dan adanya oedema palpasi: seluruh dada terhadap impuls apikal, getaran dan nyeri tekan, palpasi nadi dan oedema perifer
Perkusi : untuk mengetahui batas jantung
Auskultasi : untuk mendengarkan bunyi akibat vibrasi karena kegiatan jantung.
Pada bronchopneumonia biasanya ditemukan hipotensi, tanda-tanda sianosis pada mulut dan hidung, nadi cepat dan lemah.
5.
Sistem gastro intestinal
Inspeksi : mengetahui keadaan warna, lesi / kemerahan pada abdomen dan gerakan abdomen.
Auskultasi : untuk mengetahui frekuensi, nada dan intensitas bising usus yang dihasilkan
Perkusi : mengetahui adanya gelembung udara dalam saluran cerna dan pekak hati.
Palpasi : untuk merasakan adanya spasme otot, nyeri tekan, masa krepitasi subkutan dan organ abdomen.
Pada bronchopneumonia biasanya ditemukan diare, mual, muntah, penurunan berat badan dan distensi distensi abdomen.
6.
Sistem neurologis
Inspeksi:untuk mengetahui penampilan umum dan perilaku pasien
Perkusi : mengetahui refleks pasien.
Pada bronchopneumonia biasanya ditemukan dalam keadaan gelisah, bil a suhu terus-menerus meningkat dapat menimbulkan kejang dan penurunan kesadaran.
7.
Sistem muskulo skeletal
Inspeksi : mengetahui keadaan penampilan umum dan keadaan exstremitas.
Palpasi : mengetahui masa dan keadaan otot
Perkusi : untuk mengetahui adanya reflek dan kekuatan otot
Pada bronchopneumonia biasanya ditemukan dalam keadaan kelelahan,
tonus otot, email, penurunan kekuatan otot, dan intoleransi aktifitas. 8.
Sistem urogenetalia
Inspeksi : mengetahui warna, tekstur, luka memar pada kulit dan perhatikan keadaan panggul dengan adanya adanya mass /pembesaran.
2.
Diagnosa Keperawatan Yang Sering Muncul
Diagnosa
keperawatan
yang
mungkin
muncul
pada
anak
dengan
bronchopneumoni menurut menurut Wong (2003), adalah sebagai berikut : a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi b. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi secret c. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi d. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplay dan kebutuhan oksigen e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya organisme infasif f. Cemas berhubungan dengan dyspneu g. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan hospitalisasi Selain itu menurut Suriadi (2001), diagnosa keperawatan lain yang bisa muncul pada kasus bronchopneumoni antara lain : a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan meningkatnya akumulasi secret b. Resiko tinggi perubuhan suhu tubuh : hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi c. Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh berhubungan dengan hipertermi
3. Intervensi keperawatan Diagnosis
Tujuan
Intervensi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .......x 24 jam, menunjukan fungsi pernapasan normal, dengan kriteria : Frekuensi napas 20-40 x/menit (menurut Katreen Morgan Speer (2008) Tidak ada penggunaan otot-otot aksesori pernapasan Pernapasan teratur Anak istirahat dan tidur dengan baik
1. Posisikan pasien untuk ventilasi yang maksimum contoh : posisi semifowler 2. Hindari pakaian yang ketat 3. Beri oksigen lembab sesuai ketentuan 4. Tingkatkan istirahat dan tidur dengan penjadwalan yang tepat
1. Memungkinkan ekspansi paru maksimum
Bersihan jalan napas Setelah dilakukan tindakan tidak efektif keperawatan selama ......x 24 jam, jalan berhubungan dengan napas bersih, dengan kriteria hasil : akumulasi secret pada Jalan napas bersih Bronkhiolus Suara napas vesikuler Frekuensi napas 20-40 x/menit (menurut Katreen Morgan Speer (2008) Tidak ada dyspneu Tidak ada ronchi
1. Kaji frekuensi atau kedalaman pernapasan dan gerakan dada 2. Hisap secret sesuai kebutuhan
1. Tachipneu, pernapasan dangkal dan gerakan dada sering terjadi karena ketidaknyamanan 2. Merangsang batuk atau pembersihan jalan napas secara mekanik pada pasien yang tidak mampu melakukan karena batuk tak efektif 3. Memudahkan pengeluaran secret 4. Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi ronchi terjadi akibat respon terhadap secret auskultasi area paru catat adanya ronchi 5. Untuk mencegah pengerasan sekresi nasal dan pengeringan membrane mukosa. 6. Memudahkan pengenceran dan pengeluaran secret
Keperawatan
Pola napas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi
3. Lakukan fisioterapi dada 4. Auskultasi area paru catat adanya ronchi
5. Beri peningkatan kelembaban oksigen suplemen sesuai ketentuan. 6. Kolaborasi untuk pemberian therapy mukolitik (pengencer dahak) bila memungkinkan berikan ekspektoran atau nebulizer sesuai ketentuan
Diagnosis Keperawatan
Cemas berhubungan dengan dyspneu
Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan adanya organisme infeksi
Rasional
2. Untuk menghindari penekanan diafragma 3. Meningkatkan reoksigenasi 4. Memudahkan proses penyembuhan dan meningkatkan tahanan alamiah
Tujuan
Intervensi
setelah dilakukan tindakan perawatan selama .....x 24 jam, cemas hilang /berkurang, dengan kriteria hasil : Anak tidak menunjukan tanda-tanda ketidaknyamanan fisik seperti gelisah Anak tampak tenang dan dapat melakukan aktifitas seperti biasa Tanda-tanda vital dalam batas normal : TD : 86/54 mmhg, N : 130 x/menit, R : 20-40 x/menit S : 36,5o-37o C Setelah dilakukan tindakan perawatan selama .........x 24 jam, infeksi sekunder tidak terjadi, dengan kriteria hasil : Terjadi penurunan tanda-tanda infeksi Tanda-tanda vita normal : TD : 86/54 mmhg, N : 130 x/menit, R : 20-40 o o x/menit, S : 36,5 -37 C
1. Beri aktifitas pengalihan yang tepat sesuai kondisi anak : misal membacakan cerita/ dongeng 2. Beri tindakan kenyamanan yang diinginkan anak 3. Beri obyek kedekatan misal : mobilmobilan
1.
Untuk mengalihkan perhatian anak
2.
Berikan obyek kedekatan missal : boneka
3.
Untuk mengalihkan perhatian anak
1. Pantau tanda-tanda vital tiap 4 jam sekali 2. Dorong tehnik mencuci tangan yang baik 3. Kolaborasi : berikan antibiotic sesuai indikasi 4. Dorong keseimbangan istirahat adekuat dengan aktifitas sedang 5. Batasi pengunjung sesuai indikasi
1.
Untuk memantau status kesehatan
2.
Mencegah infeksi nasokomial
3.
Obat ini digunakan untuk membunuh mikroorganisme inefektif Memudahkan proses penyembuhan
1. Kaji tingkat toleransi fisik anak
1.
2. Bantu anak dalam aktifitas hidup sehari-hari
2.
3. Beri periode istirahat dan tidur yang sesuai dengan usia dan kondisi 4. Seimbangkan istirahat dan tidur bila psien berambulasi
3.
Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan tindakan perawatan berhubungan dengan selama .........x24 jam, terjadi ketidakseimbangan peningkatan toleransi aktifitas, dengan antara suplay dan kriteria hasil : kebutuhan oksigen Tidak ada dyspneu Tanda-tanda vital dalam batas normal : TD : 86/54 86/54 mmhg, mmhg, N : 130 x/menit, R : 20-40 x/menit, S : 36,5o-37o C
Rasional
4. 5.
4.
Menurunkan pemajanan terhadap pathogen infeksi lain Menunjukan respon fisiologis klien terhadap aktifitas Penghematan energi membantu menurunkan energi sehingga membantu dalam keseimbangan suplay oksigen Tehnik penghematan energi untuk menurunkan penggunaan energi Konsumsi oksigen selama aktifitas dapat meningkatkan jumlah oksigen yang ada
Diagnosis Keperawatan
Cemas berhubungan dengan dyspneu
Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan adanya organisme infeksi
Tujuan
Intervensi
setelah dilakukan tindakan perawatan selama .....x 24 jam, cemas hilang /berkurang, dengan kriteria hasil : Anak tidak menunjukan tanda-tanda ketidaknyamanan fisik seperti gelisah Anak tampak tenang dan dapat melakukan aktifitas seperti biasa Tanda-tanda vital dalam batas normal : TD : 86/54 mmhg, N : 130 x/menit, R : 20-40 x/menit S : 36,5o-37o C Setelah dilakukan tindakan perawatan selama .........x 24 jam, infeksi sekunder tidak terjadi, dengan kriteria hasil : Terjadi penurunan tanda-tanda infeksi Tanda-tanda vita normal : TD : 86/54 mmhg, N : 130 x/menit, R : 20-40 o o x/menit, S : 36,5 -37 C
1. Beri aktifitas pengalihan yang tepat sesuai kondisi anak : misal membacakan cerita/ dongeng 2. Beri tindakan kenyamanan yang diinginkan anak 3. Beri obyek kedekatan misal : mobilmobilan
1.
Untuk mengalihkan perhatian anak
2.
Berikan obyek kedekatan missal : boneka
3.
Untuk mengalihkan perhatian anak
1. Pantau tanda-tanda vital tiap 4 jam sekali 2. Dorong tehnik mencuci tangan yang baik 3. Kolaborasi : berikan antibiotic sesuai indikasi 4. Dorong keseimbangan istirahat adekuat dengan aktifitas sedang 5. Batasi pengunjung sesuai indikasi
1.
Untuk memantau status kesehatan
2.
Mencegah infeksi nasokomial
3.
Obat ini digunakan untuk membunuh mikroorganisme inefektif Memudahkan proses penyembuhan
1. Kaji tingkat toleransi fisik anak
1.
2. Bantu anak dalam aktifitas hidup sehari-hari
2.
3. Beri periode istirahat dan tidur yang sesuai dengan usia dan kondisi 4. Seimbangkan istirahat dan tidur bila psien berambulasi
3.
Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan tindakan perawatan berhubungan dengan selama .........x24 jam, terjadi ketidakseimbangan peningkatan toleransi aktifitas, dengan antara suplay dan kriteria hasil : kebutuhan oksigen Tidak ada dyspneu Tanda-tanda vital dalam batas normal : TD : 86/54 86/54 mmhg, mmhg, N : 130 x/menit, R : 20-40 x/menit, S : 36,5o-37o C
Rasional
4. 5.
4.
Menurunkan pemajanan terhadap pathogen infeksi lain Menunjukan respon fisiologis klien terhadap aktifitas Penghematan energi membantu menurunkan energi sehingga membantu dalam keseimbangan suplay oksigen Tehnik penghematan energi untuk menurunkan penggunaan energi Konsumsi oksigen selama aktifitas dapat meningkatkan jumlah oksigen yang ada
Diagnosis Keperawatan
Tujuan
Intervensi
Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama .........x24 jam, nyeri hilang, dengan kriteria hasil : Klien tampak tenang Klien tidak rewel Skala nyeri berkurang
1. Berikan tindakan kenyamanan 2. Anjurkan aktifitas pengalihan sesuai usia 3. Berikan analgesic sesuai indikasi
1. Dapat menghilangkan ketidaknyamanan 2. Untuk mengalihkan perhatian klien
1. Kenali kekhawatiran dan kebutuhan orang tua untuk informasi dan dukungan 2. Gali perasaan dan masalah seputar hospitalisasi dan penyakit anak 3. Berikan informasi seputar kesehatan anak 4. Berikan dukungan sesuai kebutuhan 5. Anjurkan perawatan yang berpusat pada keluarga dan anjurkan anggota keluarga agar terlibat dalam perawatan. 1. Kaji frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernapas 2. Observasi warna kulit, membrane mukosa, dan kuku, catat adanya sianosis kuku 3. Kaji status mental
1. Dapat menurunkan stress
Perubahan proses Setelah dilakukan tindakan perawatan keluarga berhubungan selama .........x24 jam, terjadi dengan hospitalisasi anak pengurangan ansietas keluarga, dengan kriteria hasil : Kecemasan keluarga berkurang Secara verbal keluarga mengatakan cemas berkurang
Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan perawatan berhubungan dengan selama .........x24 jam, gangguan meningkatnya akumulasi pertukaran gas dapat diatasi, dengan secret kriteria hasil : Tidak ada sianosis Anak tidak gelisah
4. Awasi frekuensi dan irama jantung 5. Pertahankan istirahat tidur 6. Observasi penyimpanan kondisi, catat sianosis, perubahan tingkat kesadaran dan gelisah
Rasional
3. Obat ini dapat meningkatkan klien
digunakan
untuk
2. Memudahkan dalam pemilihan intervensi 3. Untuk menurunkan ansietas yang dialami keluarga 4. Meningkatkan kemampuan koping 5. Meningkatkan pemahaman keluarga
1. Manifestasi distress pernapasan 2. Sianosis kuku menunjukan vasokontriksi atau respon tubuh terhadap demam 3. Gelisah dapat menunjukan hipoksemia/penurunan oksigen serebral 4. Tachikardi ada biasanya akibat demam 5. Menurunkan kebutuhan oksigen 6. Syok dan oedema paru adalah penyebab umum kematian
Diagnosis Keperawatan
Tujuan
Intervensi
Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama .........x24 jam, nyeri hilang, dengan kriteria hasil : Klien tampak tenang Klien tidak rewel Skala nyeri berkurang
1. Berikan tindakan kenyamanan 2. Anjurkan aktifitas pengalihan sesuai usia 3. Berikan analgesic sesuai indikasi
1. Dapat menghilangkan ketidaknyamanan 2. Untuk mengalihkan perhatian klien
1. Kenali kekhawatiran dan kebutuhan orang tua untuk informasi dan dukungan 2. Gali perasaan dan masalah seputar hospitalisasi dan penyakit anak 3. Berikan informasi seputar kesehatan anak 4. Berikan dukungan sesuai kebutuhan 5. Anjurkan perawatan yang berpusat pada keluarga dan anjurkan anggota keluarga agar terlibat dalam perawatan. 1. Kaji frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernapas 2. Observasi warna kulit, membrane mukosa, dan kuku, catat adanya sianosis kuku 3. Kaji status mental
1. Dapat menurunkan stress
Perubahan proses Setelah dilakukan tindakan perawatan keluarga berhubungan selama .........x24 jam, terjadi dengan hospitalisasi anak pengurangan ansietas keluarga, dengan kriteria hasil : Kecemasan keluarga berkurang Secara verbal keluarga mengatakan cemas berkurang
Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan perawatan berhubungan dengan selama .........x24 jam, gangguan meningkatnya akumulasi pertukaran gas dapat diatasi, dengan secret kriteria hasil : Tidak ada sianosis Anak tidak gelisah
4. Awasi frekuensi dan irama jantung 5. Pertahankan istirahat tidur 6. Observasi penyimpanan kondisi, catat sianosis, perubahan tingkat kesadaran dan gelisah
Diagnosis Keperawatan
Resiko tinggi perubahan suhu tubuh : Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
Tujuan
Intervensi
Setelah dilakukan tindakan perawatan 1. Kaji perubahan tanda vital contoh : selama .........x24 jam, resiko peningkatan suhu t ubuh setiap 4 jam hipertermi tidak terjadi, dengan sekali kriteria hasil : 2. Monitor intake out put Suhu tubuh 36,5-37 C 3. Berikan cairan intra vena atau Membran mukosa lembab peroral 4. Anjurkan dan berikan kompres hangat 5.
Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh berhubungan dengan hipertermi
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama .........x24 jam, resiko kekurangan cairan tidak terjadi, dengan kriteria hasil : Membran mukosa lembab turgor kulit baik Pengisian kapiler cepat Tanda-tanda vital dalam batas normal : TD : 86/54 mmhg, N : 130 x/menit, R : 20-40 x/menit, S : 36,5-37 C
Kolaborasi untuk pemberian obat antipiretik sesuai indikasi
1. Kaji perubahan tanda-tanda vital missal peningkatan suhu tubuh, tachicardi dan hipotensi 2. Kaji turgor kulit, kelembaban membrane mukosa
3. Pantau masukan dan haluaran 4. Tingkatkan asupan cairan sedikitnya 120 ml/kg BB/hari
Rasional
3. Obat ini dapat meningkatkan klien
digunakan
untuk
2. Memudahkan dalam pemilihan intervensi 3. Untuk menurunkan ansietas yang dialami keluarga 4. Meningkatkan kemampuan koping 5. Meningkatkan pemahaman keluarga
1. Manifestasi distress pernapasan 2. Sianosis kuku menunjukan vasokontriksi atau respon tubuh terhadap demam 3. Gelisah dapat menunjukan hipoksemia/penurunan oksigen serebral 4. Tachikardi ada biasanya akibat demam 5. Menurunkan kebutuhan oksigen 6. Syok dan oedema paru adalah penyebab umum kematian
Rasional
1. Peningkatan suhu tubuh meningkatkan laju metabolic 2. Memberikan informasi tentang keadekuatan cairan 3. Pemenuhan kebutuhan cairan menurunkan resiko dehidrasi 4. Menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah sehingga memudahkan penurunan suhu tubuh melalui evaporsi 5. Berguna untuk menurunkan demam
1. Peningkatan suhu / memanjangnya demam meningkatkan laju metabolic 2. Indikator langsung keadekuatan volume cairan, meskipun membrane mukosa mulut kering karena napas mulut dan oksigen tambahan 3. Memberikan informasi tentang keadekuatan cairan dan kebutuhan penggantian 4. pemenuhan kebutuhan cairan menurunkan resiko dehidrasi
Diagnosis Keperawatan
Resiko tinggi perubahan suhu tubuh : Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
Tujuan
Intervensi
Setelah dilakukan tindakan perawatan 1. Kaji perubahan tanda vital contoh : selama .........x24 jam, resiko peningkatan suhu t ubuh setiap 4 jam hipertermi tidak terjadi, dengan sekali kriteria hasil : 2. Monitor intake out put Suhu tubuh 36,5-37 C 3. Berikan cairan intra vena atau Membran mukosa lembab peroral 4. Anjurkan dan berikan kompres hangat 5.
Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh berhubungan dengan hipertermi
Rasional
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama .........x24 jam, resiko kekurangan cairan tidak terjadi, dengan kriteria hasil : Membran mukosa lembab turgor kulit baik Pengisian kapiler cepat Tanda-tanda vital dalam batas normal : TD : 86/54 mmhg, N : 130 x/menit, R : 20-40 x/menit, S : 36,5-37 C
Kolaborasi untuk pemberian obat antipiretik sesuai indikasi
1. Kaji perubahan tanda-tanda vital missal peningkatan suhu tubuh, tachicardi dan hipotensi 2. Kaji turgor kulit, kelembaban membrane mukosa
3. Pantau masukan dan haluaran 4. Tingkatkan asupan cairan sedikitnya 120 ml/kg BB/hari
1. Peningkatan suhu tubuh meningkatkan laju metabolic 2. Memberikan informasi tentang keadekuatan cairan 3. Pemenuhan kebutuhan cairan menurunkan resiko dehidrasi 4. Menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah sehingga memudahkan penurunan suhu tubuh melalui evaporsi 5. Berguna untuk menurunkan demam
1. Peningkatan suhu / memanjangnya demam meningkatkan laju metabolic 2. Indikator langsung keadekuatan volume cairan, meskipun membrane mukosa mulut kering karena napas mulut dan oksigen tambahan 3. Memberikan informasi tentang keadekuatan cairan dan kebutuhan penggantian 4. pemenuhan kebutuhan cairan menurunkan resiko dehidrasi
DAFTAR PUSTAKA
Betz & Sowden. Buku Sowden. Buku Saku Keperawatan Pediatri Pediatri.. Edisi 3. Jakarta: EGC;2002 Doenges, Marilynn.(2000). Rencana Marilynn.(2000). Rencana Asuhan Keperawatan Keperawatan,, Edisi 3, Jakata : EGC. Ngastiyah. Perawatan Ngastiyah. Perawatan Anak Sakit Sakit . Jakarta: EGC; 1997 Nettina, Sandra M.(2001). Pedoman Pedoman Praktik Keperawatan. Keperawatan. Jakarta : EGC Reevers, Charlene J, et all (2000). Keperawatan (2000). Keperawatan Medikal Bedah, Bedah , Jakarta : Salemba Medica. Suriadi, Yuliani. Asuhan Yuliani. Asuhan Keperawatan Pada Anak . Jakarta: CV Sagung Seto;2001 Smeltzer, Suzanne C.(2000). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Bedah, Volume I, Jakarta : EGC Staf
Pengajar FKUI. FKUI. Ilmu Infomedika;2000
Kesehatan
Anak ,
Buku
Kuliah
3.
Jakarta:
Wong and Whaley. ( 1995 ). Clinical Manual of Pediatric Nursing . Philadelphia: WB Saunders Company
DAFTAR PUSTAKA
Betz & Sowden. Buku Sowden. Buku Saku Keperawatan Pediatri Pediatri.. Edisi 3. Jakarta: EGC;2002 Doenges, Marilynn.(2000). Rencana Marilynn.(2000). Rencana Asuhan Keperawatan Keperawatan,, Edisi 3, Jakata : EGC. Ngastiyah. Perawatan Ngastiyah. Perawatan Anak Sakit Sakit . Jakarta: EGC; 1997 Nettina, Sandra M.(2001). Pedoman Pedoman Praktik Keperawatan. Keperawatan. Jakarta : EGC Reevers, Charlene J, et all (2000). Keperawatan (2000). Keperawatan Medikal Bedah, Bedah , Jakarta : Salemba Medica. Suriadi, Yuliani. Asuhan Yuliani. Asuhan Keperawatan Pada Anak . Jakarta: CV Sagung Seto;2001 Smeltzer, Suzanne C.(2000). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Bedah, Volume I, Jakarta : EGC Staf
Pengajar FKUI. FKUI. Ilmu Infomedika;2000
Kesehatan
Anak ,
Buku
Kuliah
3.
Jakarta:
Wong and Whaley. ( 1995 ). Clinical Manual of Pediatric Nursing . Philadelphia: WB Saunders Company