WALK THROUGH SURVEY DI PERUSAHAAN PT. MARTINA BERTO TBK 17 SEPTEMBER 2015
KESELAMATAN KERJA
Kelompok III
Kezia Marsilina, S. Ked Krisna Adiyuda, S. Ked Meita Kusumo Putri, S. Ked Melissa Mauli Sibarani, S. Ked Nanda Soraya¸ S. Ked S. Ratriazqi Rachmayanti, S. Ked Sely Fauziah, S. Ked Teresia Shinta P, S. Ked
PELATIHAN HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA KEMENTRIAN KETENAGAKERJAAN INDONESIA PERIODE 14 – 21 21 SEPTEMBER 2015 JAKARTA
BAB I PENDAHULUAN I.
Latar Belakang
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan. K3 bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero accident). accident). Ruang lingkup dari keselamatan dan kesehatan kerja meliputi pencegahan kecelakaan, pencegahan kebakaran, pencegahan peledakan, pemasangan jalur evakuasi, pelaksanaan P3K, manajemen APD, pemantauan lingkungan kerja, pencegahan penyakit akibat kerja, pemantauan penerangan tempat kerja, pemantauan iklim kerja, pemasanan ventilasi, pelaksanaan sanitasi industri dan pemeriksaan kesehatan, pelaksanaan ergonomi, K3 angkat angkut, K3 konstruksi, K3 bongkar muat dan penempatan barang, K3 listrik dan K3 ditempat kerja beresiko tinggi. Semua lingkup tersebut dibagi menjadi 4 sektor, yaitu keselamatan kerja, higien industri, ergonomi, dan kesehatan kerja. Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang menghabiskan banyak biaya (cost) (cost) perusahaan, melainkan harus dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang yang memberi keuntungan yang berlimpah pada masa yang akan datang. Berbagai macam permasalahan di bidang K3 masih banyak ditemukan terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Masalah yang masih ditemukan antara lain kurangnya perhatian dari semua pihak akan pentingnya keselamatan kerja, masih tingginya angka kecelakaan kerja dan rendahnya komitmen dari pemilik dan pengelola usaha. Hal ini juga berpengaruh terhadap kemampuan perusahaan untuk dapat bersaing secara global. Salah satu kegiatan dalam pelatihan hiperkes yang diselenggarakan oleh Pusat K3 Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI adalah a dalah melakukan kunjungan ke perusahaan PT. Martina Berto, tbk. pada tanggal 17 September 2015, merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri kosmetik pria dan wanita, berlokasi di Pulo Gadung, Jakarta Timur. Melalui laporan ini kami, dokter muda Universitas Trisakti menyampaikan hasil inspeksi secara objektif dan subjektif pada PT. Martina Berto, tbk. beserta hasil analisa data dan pemecahan masalah yang kami temukan terkait penerapan SMK3 di perusahaan tersebut.
2
BAB I PENDAHULUAN I.
Latar Belakang
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan. K3 bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero accident). accident). Ruang lingkup dari keselamatan dan kesehatan kerja meliputi pencegahan kecelakaan, pencegahan kebakaran, pencegahan peledakan, pemasangan jalur evakuasi, pelaksanaan P3K, manajemen APD, pemantauan lingkungan kerja, pencegahan penyakit akibat kerja, pemantauan penerangan tempat kerja, pemantauan iklim kerja, pemasanan ventilasi, pelaksanaan sanitasi industri dan pemeriksaan kesehatan, pelaksanaan ergonomi, K3 angkat angkut, K3 konstruksi, K3 bongkar muat dan penempatan barang, K3 listrik dan K3 ditempat kerja beresiko tinggi. Semua lingkup tersebut dibagi menjadi 4 sektor, yaitu keselamatan kerja, higien industri, ergonomi, dan kesehatan kerja. Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang menghabiskan banyak biaya (cost) (cost) perusahaan, melainkan harus dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang yang memberi keuntungan yang berlimpah pada masa yang akan datang. Berbagai macam permasalahan di bidang K3 masih banyak ditemukan terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Masalah yang masih ditemukan antara lain kurangnya perhatian dari semua pihak akan pentingnya keselamatan kerja, masih tingginya angka kecelakaan kerja dan rendahnya komitmen dari pemilik dan pengelola usaha. Hal ini juga berpengaruh terhadap kemampuan perusahaan untuk dapat bersaing secara global. Salah satu kegiatan dalam pelatihan hiperkes yang diselenggarakan oleh Pusat K3 Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI adalah a dalah melakukan kunjungan ke perusahaan PT. Martina Berto, tbk. pada tanggal 17 September 2015, merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri kosmetik pria dan wanita, berlokasi di Pulo Gadung, Jakarta Timur. Melalui laporan ini kami, dokter muda Universitas Trisakti menyampaikan hasil inspeksi secara objektif dan subjektif pada PT. Martina Berto, tbk. beserta hasil analisa data dan pemecahan masalah yang kami temukan terkait penerapan SMK3 di perusahaan tersebut.
2
II. Dasar Hukum
1. UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja. 2. UU RI No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. 3. UU Uap tahun 1930. 4. Peraturan Uap tahun 1930. 5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per 01/MEN/1980 tentang keselamatan dan kesehatan tenaga kerja pada konstruksi bangunan. 6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per 04/MEN/1980 tentang syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan alat pemadam api ringan. 7. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per 01/MEN/1982 tentang bejana tekanan. 8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per 04/MEN/1985 tentang pesawat tenaga dan produksi. 9. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per 05/MEN/1985 tentang pesawat angkatangkut. 10. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per 02/MEN/1989 tentang pengawasan instalasi penyalur petir. 11. Keputusan menteri tenaga kerja RI No. Kep 186/MEN/1999 tentang penanggulangan kebakaran di tempat kerja. 12. Keputusan menteri tenaga kerja RI No. Kep 187/MEN/1999 tentang pengendalian bahan kimia berbahaya. 13. Keputusan menteri tenaga kerja RI No. Kep 75/MEN/2002 tentang pemberlakuan SNI No SNI 04-0225-2000 mengenai persyaratan umum instalasi listrik 2000 (PUIL 2000) di tempat kerja. 14. Surat keputusan direktur jenderal pembinaan dan pengawasan ketenagakerjaan nomor 113 ahun 2006 tentang pedoman dna pembinaan teknis petugas K3 ruang terbatas 15. Surat keputusan direktur jenderal pembinaan dan pengawasan ketenagakerjaan nomor 45/DJPPK/IX/2008 tentang pedoman keselamatan dan kesehatan kerja bekerja pada ketinggian dengan menggunakan akses tali ( rope access).
3
III. Profil Perusahaan a. Sejarah perusahaan
PT. Martina Berto Tbk merupakan perusahaan yang didirikan pada tahun 1977 oleh Dr HC. Martha Tilaar, (alm) Pranata Bernard, dan Theresa Bu Harsini Setiady. Perusahaan ini berlokasi di Jalan Pulokambing II no.1, kawasan Industri Pulogadung. Perusahaan ini bergerak di bidang barang kosmetik, obat tradisional (jamu) dan pemasaran serta perdagangan kosmetik, perawatan kecantikan dan barang-barang obat tradisional. Selain itu, perusahaan memiliki dukungan dari kegiatan bisnis yang dilakukan oleh anak perusahaannya, PT Cedefindo, yang merupakan kosmetik manufaktur kontrak atau makloon dengan kering, semi-padat, cairan, dan aerosol. Pada tahun 1981 perusahaan ini mendirikan pabrik di kawasan industri Pulogadung dengan partnership Grup Kalbe. Setelah dua tahun kemudian, mendirikan pabrik keduanya PT. Sari Ayu Indonesia untuk mendukung distribusin kosmetik. Dari tahun 1988 - 1995 mereka melakukan konsolidasi dari beberapa bisnis yang diperoleh oleh Martha Tilaar Group menjadi PT. Martina Berto.
Pada tahun 1999 PT. Martino Berto resmi menjadi perusahaan keluarga Martha Tilaar.
Tahun 2006 - 2008 meluncurkan produk dalam keindahan dan segmen perawatan pribadi. Jaringan ekspornya semakin meluas ke pasar Eropa (Yunani dan Ukraina) dan Asia (Jepang, Hongkong, dan Taiwan).
Tahun 2010, meluncurkan toko ritel baru. Martha Tilaar Shop (MTS), di luar Indonesia untuk meraih pangsa pasar Internasional.
b. Visi dan misi perusahaan Visi
Untuk menjadi salah satu perusahaan terkemuka dunia dalam perawatan kecantikan dan industri spa dengan nuansa alam dan nilai timur, melalui teknologi modern, penelitian dan pengembangan untuk mengoptimalkan nilai tambah kepada konsumen dan stakeholder lainnya.
Misi
Untuk mengembangkan, memproduksi, dan memasarkan produk-produk perawatan kecantikan dan spa dengan nuansa alam & timur dan standar kualitas internasional untuk memenuhi kebutuhan konsumen di berbagai segmen pasar dengan portofolio yang sehat mampu mencapai peringkat tiga besar di setiap segmen di Indonesia.
4
Untuk menyediakan layanan pelanggan yang sangat baik untuk semua pelanggan dalam
proporsi seimbang, termasuk pelanggan konsumen dan perdagangan;
Untuk menjaga kondisi keuangan yang sehat dan pertumbuhan yang berkelanjutan;
Untuk merekrut, melatih, dan mempertahankan tenaga kerja yang kompeten dan produktif sebagai bagian dari aktiva Perusahaan; Untuk mempertahankan metode yang efisien dan efektif operasi, sistem, dan teknologi di
seluruh organisasi dan unit bisnis; Untuk menerapkan Good Corporate Governance secara konsisten untuk kepentingan
semua stakeholder; Untuk memberikan return atas investasi yang adil untuk dia pemegang saham;
Untuk memperluas pasar internasional pada kosmetik dan produk herbal dengan fokus
jangka menengah pada kawasan Asia Pasifik dan fokus jangka panjang di pasar global dengan produk yang dipilih dan merek.
c. Jumlah pegawai perusahaan
Jumlah pekerja sebanyak ± 1200 orang pekerja. Jam kerja pegawai dibagi menjadi 2 shift utama.
d. Sektor usaha
Perusahaan ini bergerak di bidang barang kosmetik, obat tradisional (jamu) dan pemasaran serta perdagangan kosmetik, perawatan kecantikan dan barang-barang obat tradisional. 1. Segment A Plus Dewi Sri Spa Martha Tilaar, PAC Martha Tilaar, Martha Tilaar Solutions, Jamu Garden Martha Tilaar 2. Segment A Biokos Martha Tilaar, Rudi Hadisuwarno Martha Tilaar 3. Segment B Sariayu Tilaar Martha, Martha Tilaar Caring Colours, Belia Martha Tilaar 4. Segment C Mirabella, Cempaka,Pesona, Martina. Currently, Pesona and Martina products have been sold in Malaysia through direct selling.
5
e. Jam kerja
Factory : Jam Kerja : 07.30 – 14.30 Shfit I dan Shift II 15.30 – 22.00 Office
f.
: Jam Kerja : 08.00 - 16.30
Asuransi
Karyawan Tetap Provider Asuransi AVIVA sesuai plafon Karyawan BPJS Kesehatan : Karyawan Kontrak Dalam menangani kasus emergensi perusahaan bekerjasama dengan RS Antam, RS Jayakarta dan RS Persahabatan.
g. Sertifikasi perusahaan
Pada tahun 1996 menjadi pabrik kosmetik pertama di Indonesia yang mendapatkan sertifikat ISO 9001. Tahun 2000 menjadi satu ‐satunya pendiri UN Global Compact dari Asia, mendapatkan sertifikat ISO 14001 dan sertifikat GMP: CPKB (Cara Produksi Kosmetika yang Baik) dan CPOTB (Cara Produksi Obat Tradisional yang Baik).
h. Kelembagaan P2K3
1. P2K3 di PT. Martina Berto Tbk:
Implementasi P2K3: 1) No accidents/ tidak ada kecelakaan 2) No harm to people/ tidak ada yang membahayakan orang 3) No damage to the environment / tidak ada kerusakan lingkungan
6
Struktur Organisasi:
Total personnel P2K3 ialah sebanyak 56 orang. Total petugas K3 ialah sebanyak 20 orang.
7
IV.
Program Kerja 2015:
Alur Produksi
Rencana produksi bulanan dihitung oleh bagian PPIC. Dari rencana produksi ini bagian produksi akan menghitung jumlah jam orang yang diperlukan berdasarkan standar jam orang yang telah ditetapkan oleh bagian IE ( Industrial Engineering ). Jam orang adalah jumlah jam produksi dikali dengan jumlah orang yang diperlukan melaksanakan produksi tersebut. Hal ini berkaitan dengan efisiensi dan produktifitas perusahaan. Dalam pelaksanaanya, produksi akan meminta bahan baku ke gudang bahan baku menggunakan dokumen PWO ( Proccess Work Order ). Gudang akan menyiapkan kebutuhan sesuai dengan PWO dan hasil penimbangan akan diperiksa ulang oleh produksi. Jika semua bahan telah siap, produksi akan mengolah bahan tersebut sesuai dengan LPP (Lembar Petunjuk Proses). Tiap langkah LPP yang telah dilaksanakan kemudian diparaf oleh operator dan pengawas yang bersangkutan dan setiap penyimpangan, adjusting , atau segala perbaikan yang tidak tertera di LPP akan dicatat sebagai pedoman pemeriksaan dan penelusuran jika terjadi
8
kesalahan. Proses pencucian dan sanitasi mesin produksi dilakukan setiap pergantian batch ataupun pergantian produk dengan prosedur yang telah ditetapkan. Selama proses hingga dihasilkan produk ruahan, dibagian produksi terdapat tim dari QC untuk melakukan pengawasan mutu pada tiap akhir proses sebelum pengemasan. QC akan memeriksa kesesuain spesifikasi produk tersebut dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Jika telah memenuhi spesifikasi tersebut dapat diteruskan untuk pengemasan dan jika kurang memenuhi, bagian produksi akan melakukan adjusting . Segala perbaikan yang dilakukan terhadap produk harus dicatat LPP dan didokumentasikan. Produk ruahan yang telah dinyatakan lulus oleh QC kemudian akan dikemas. Permintaan bahan kemas ke gudang menggunakan dokumen PCO ( Packing Order ) dan pengemasan dilakukan berdasarkan prosedur pengemasan dari R&D yang disebut LPK (Lembar Petunjuk Kemas). Secara umum produksi kosmetik yang dilakukan di PT Martina Berto Tbk. ada 4 macam yaitu produksi liquid , lipstik, make-up base, dan dekoratif. Masing- masing produksi tersebut memiliki supervisor yang bertanggung jawab secara langsung pada manager produksi.
Gambar. Alur produksi PT Martina Berto Tbk V.
Landasan Teori
Keselamatan berasal dari bahasa Inggris yaitu kata ‘safety’ dan biasanya selalu dikaitkan dengan keadaan terbebasnya seseorang dari peristiwa celaka (accident) atau nyaris celaka (nearmiss). Jadi pada hakekatnya keselamatan sebagai suatu pendekatan keilmuan maupun sebagai suatu pendekatan praktis mempelajari faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
9
kecelakaan dan berupaya mengembangkan berbagai cara dan pendekatan untuk memperkecil resiko terjadinya kecelakaan. Menurut Bennett N.B. Silalahi dan Rumondang (1991:22 dan 139) menyatakan keselamatan merupakan suatu usaha untuk mencegah setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan sedangkan kesehatan kerja yaitu terhindarnya dari penyakit yang mungkin akan timbul setelah memulai pekerjaannya. Sedangkan pendapat Leon C Meggison yang dikutip oleh Prabu Mangkunegara (2000:161) bahwa istilah keselamatan mencakup kedua istilah yaitu resiko keseamatan dan resiko kesehatan. Dalam kepegawaian, kedua istilah tersebut dibedakan, yaitu Keselamatan kerja menunjukan kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian ditempat kerja. Resiko keselamatan merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran listrik, terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan, dan pendengaran. Semua itu sering dihubungan dengan perlengkapan perusahaan atau lingkungan fisik dan mencakup tugas-tugas kerja yang membutuhkan pemeliharaan dan latihan. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keselamatan adalah suatu usaha untuk mencegah terjadinya kecelakaan sehingga manusia dapat merasakan kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian terutama untuk para pekerja konstruksi. Agar kondisi ini tercapai di tempat kerja maka diperlukan adanya keselamatan kerja. Keselamatan kerja secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil budaya dan karyanya. Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Keselamatan kerja adalah faktor yang sangat penting agar suatu proyek dapat berjalan dengan lancar. Dengan situasi yang aman dan selamat, para pekerja akan bekerja secara maksimal dan semangat.Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan di tempat kerja yang mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja. Menurut Suma’mur pada tahun 1993 keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan, dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Kemudian pada tahun 2001 Suma’mur memperbaharui pengertian dari keselamatan kerja yaitu rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan. 10
Pengertian di atas hampir sama dengan pengertian yang dikemukakan oleh Mangkunegara (2002), bahwa secara umum keselamatan kerja dapat dikatakan sebagai ilmu dan penerapannya yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungan kerja serta cara melakukan pekerjaan guna menjamin keselamatan tenaga kerja dan aset perusahaan agar terhindar dari kecelakaan dan kerugian lainnya. Keselamatan kerja juga meliputi penyediaan Alat Pelindung Diri (APD), perawatan mesin dan pengaturan jam kerja yang manusiawi. Slamet (2012) juga mendefinisikan tentang keselamatan kerja. Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai keadaan terhindar dari bahaya selama melakukan pekerjaan. Dengan kata lain keselamatan kerja merupakan salah satu faktor yang harus dilakukan selama bekerja, karena tidak yang menginginkan terjadinya kecelakaan di dunia ini. Keselamatan kerja sangat bergantung .pada jenis, bentuk, dan lingkungan dimana pekerjaan itu dilaksanakan. Unsur-unsur penunjang keselamatan kerja adalah sebagai berikut: a) Adanya unsur-unsur keamanan dan kesehatan kerja b) Adanya kesadaran dalam menjaga keamanan dan kesehatan kerja. c) Teliti dalam bekerja d) Melaksanakan prosedur kerja dengan memperhatikan keamanan dan kesehatan kerja.
Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja karyawan dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja seperti pernyataan Jackson (1999) bahwa keselamatan adalah merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera yang terkait dengan pekerjaan. Dalam melaksanakan K3, terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan yaitu:
1. Identifikasi potensi bahaya Merupakan tahapan yang dapat memberikan informasi secara menyeluruh dan mendetail mengenai risiko yang ditemukan dengan menjelaskan konsekuensi dari yang paling ringan sampai dengan yang paling berat. Pada tahap ini harus dapat mengidentifikasi hazard yang dapat diramalkan (foreseeable) yang timbul dari semua kegiatan yang berpotensi membahayakan kesehatan dan keselamatan terhadap: 1. Karyawan 2. Orang lain yg berada ditempat kerja 3. Tamu dan bahkan masyarakat sekitarnya 11
Pertimbangan yang perlu diambil dalam identifikasi risiko antara lain : 1. Kerugian harta benda (Property Loss) 2. Kerugian masyarakat 3. Kerugian lingkungan Identifikasi risiko dapat dilakukan dengan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut: 1. Apa Yang Terjadi Hal ini dilakukan untuk mendapatkan daftar yang komprehensif tentang kejadian yang mungkin mempengaruhi tiap-tiap elemen. 2. Bagaimana dan mengapa hal itu bisa terjadi Setelah mengidentifikasi daftar kejadian sangatlah penting untuk mempertimbangkan penyebab-penyebab yang mungkin ada/terjadi. 3. Alat dan Tehnik Metode yang dapat digunakan untuk identifikasi risiko antara lain adalah: a. Inspeksi b. Check list c. Hazops (Hazard and Operability Studies) d. What if e. FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) f. Audits g. Critical Incident Analysis h. Fault Tree Analysis i. Event Tree Anal ysis j. Dll Dalam memilih metode yang digunakan tergantung pada type dan ukuran risiko. 2. Penilaian Risiko Terdapat 3 ( tiga) sasaran yang akan dicapai dalam pelaksanaan penilaian risiko di tempat kerja yaitu untuk : a. mengetahui, memahami dan mengukur risiko yang terdapat di tempat kerja; b. menilai dan menganalisa pengendalian yang telah dilakukan di tempat kerja; c. melakukan penilaian finansial dan bahaya terhadap risiko yang ada. d. mengendalikan risiko dengan memperhitungkan semua tindakan penanggulangan yang telah diambil; 3. Pengendalian Risiko Pengendalian dapat dilakukan dengan hirarki pengendalian risiko sebagai berikut: 1. Eliminasi Menghilangkan suatu bahan/tahapan proses berbahaya 2. Substitusi a. Mengganti bahan bentuk serbuk dengan bentuk pasta b. Proses menyapu diganti dengan vakum c. Bahan solvent diganti dengan bahan deterjen d. Proses pengecatan spray diganti dengan pencelupan 3. Rekayasa Teknik a. Pemasangan alat pelindung mesin (mechin guarding) b. Pemasangan general dan local ventilation 12
c. Pemasangan alat sensor otomatis 4. Pengendalian Administratif a. Pemisahan lokasi b. Pergantian shift kerja c. Pembentukan sistem kerja d. Pelatihan karyawan 5. Alat Pelindung Diri
13
BAB II PELAKSANAAN
I.
Tanggal dan Waktu Pengamatan
Kunjungan perusahaan ke PT Martina Berto Tbk ini dilakukan pada hari Kamis tanggal 17 September 2015 pukul 14.00-16.30.
II.
Lokasi Pengamatan
PT Martina Berto Plant I, Jalan Pulokambing II no.1, kawasan Industri Pulogadung.
III.
Dokumen Pengamatan
14
BAB III HASIL PENGAMATAN A. MESIN, PESAWAT, DAN ALAT KERJA YANG DIGUNAKAN
Mesin mesin
: Conveyor, videojet, Driling,
Kontruksi
: Bangunan sesuai kontruksi Factory
Perseonnel
: K 3 Kontruksi
Maintenance
: Sesuai prosedur pemeliharaan dan Perwatan
Data Data umum Nama dan alamat Perusahaan
Jenis pesawat Angkat dan Transport Daerah pemasangan/penggunaan Ijin/pengesahan pemakaian Jenis pemeriksaan Pelaksanaan pemeriksaan dan pengujian Data teknis Merk/buatan No.Serir Kapasitas angkut Tahun pembuatan Kecepatan angkat Tiggi angkat Tanggal Pemeriksaan Data
Data umum Nama dan alamat Perusahaan
Pesawat Angkat / Lift Barang dan Alat yang digunakan
Lift Barang / Chain Hoist
PT Martina Berto Jl. Pulo kambing II/I KIP Jakarta Timur Lift barang / traksi
PT Martina Berto Jl. Pulo kambing II/I KIP Jakarta Timur Chain Hoist
PT Martina Berto Jl. Pulo kambing II/I KIP Jakarta Timur SI.362/W.26-06/II/K/M/1995 Berkala / Ulang Setiap 3 bulan sekali
PT Martina Berto Jl. Pulo kambing II/I KIP Jakarta Timur SI.418/W.26-06/VIII/K/M/1994 Berkala / Ulang Setiap 3 bulan sekali
Bonfiglioli / Elektris – Italy ASP.8003962 2.000 kg 1993 11m/dtk 24 Agustus 2015
PT.Karya Meta Taruna 233673007 – 2 FH 1.000 kg 1993 4m/dtk 6m 24 Agustus 2015
Pesawat Angkat Jenis
Pesawat Angkut / Lift
Traksi / Lift Barang
Barang
PT Martina Berto Jl. Pulo kambing II/I KIP Jakarta Timur Lift barang / traksi
PT Martina Berto Jl. Pulo kambing II/I KIP Jakarta Timur Lift barang / traksi
PT Martina Berto Jl. Pulo kambing II/I KIP Jakarta Timur
PT Martina Berto Jl. Pulo kambing II/I KIP Jakarta Timur
Ijin/pengesahan pemakaian
SI.361/W.2606/VIII/K/M/1996
SI.421/W.2606/VIII/K/M/1994
Jenis pemeriksaan
Berkala / Ulang
Berkala / Ulang
Jenis pesawat Angkat dan Transport Daerah pemasangan/penggunaan
15
Pelaksaan pemeriksaan dan pengujian Data teknis Merk/buatan No.Seri Kapasitas angkut Tahun pembuatan Kecepatan angkat Tiggi angkat Tanggal Pemeriksaan Data
Setiap 3 bulan sekali
Setiap 3 bulan sekali
Bonfiglioli / Elektris – Italy
PT.Karya Meta Taruna
ASP.8003961
C.123 No.512374
2.000 kg 1993 11m/dtk 24 Agustus 2015
1.000 kg 1999 12m/dtk 24 Agustus 2015
Pesawat Angkat Jenis
Pesawat Angkut Jenis
Chain Hoist Data umum Nama dan alamat Perusahaan
Forklift
PT Martina Berto Jl. Pulo kambing II/I KIP Jakarta Timur
PT Martina Berto Jl. Pulo kambing II/I KIP Jakarta Timur
Jenis pesawat Angkat dan Transport Daerah pemasangan/penggunaan
Chain Hoist
Forklift
PT Martina Berto Jl. Pulo kambing II/I KIP Jakarta Timur
PT Martina Berto Jl. Pulo kambing II/I KIP Jakarta Timur
Ijin/pengesahan pemakaian
SI.260/W.2606/VIII/K/M/1994
SI.03/DTKT/II/K/PL/2002
Jenis pemeriksaan Pelaksaan pemeriksaan dan pengujian Data teknis Merk/buatan No.Serir Kapasitas angkut Tahun pembuatan Kecepatan angkat Tiggi angkat Tanggal Pemeriksaan
Berkala / Ulang Setiap 3 bulan sekali
Berkala / Ulang Setiap 3 bulan sekali
Hitachi, Jepang A.233673007
TCM Jepang N-27 F6 2986
2.000 kg 1999 4m/dtk 6m 24 Agustus 2015
2.500 kg 1996 24 Agustus 2015
Data
Pesawat Angkat Jenis
Ketel UAP
Forklift Data umum Nama dan alamat Perusahaan
PT Martina Berto Jl. Pulo kambing II/I KIP Jakarta Timur
PT Martina Berto Jl. Pulo kambing II/I KIP Jakarta Timur
Jenis pesawat Angkat dan Transport Daerah pemasangan/penggunaan
Forklift
Ketel Uap
PT Martina Berto Jl. Pulo kambing II/I KIP Jakarta Timur
PT Martina Berto Jl. Pulo kambing II/I KIP Jakarta Timur
Ijin/pengesahan pemakaian
SI.417/W.2606/VIII/K/M/1994
4598/2012
16
Jenis pemeriksaan Pelaksaan pemeriksaan dan pengujian Data teknis Merk/buatan No.Serir Kapasitas angkut Tahun pembuatan Kecepatan angkat Tiggi angkat Luas pemanasan Tekanan kerja Tanggal Pemeriksaan
Berkala / Ulang Setiap 3 bulan sekali
Berkala / Ulang Setiap 3 bulan sekali
TCM Jepang N-24L.47558
Miura Co, Ltd Jepang IDK 6000-4403
2.500 kg 1985 6m 24 Agustus 2015
2.500 kg 2011 7,6 m2 10kg/cm2 24 Agustus 2015
Pengadaan mesin telah sesuai dengan standar perusahaan.
B. BAHAN DAN PROSES KERJA TERKAIT K3
Bahan baku terkait K3 terdapat terdapat 1000 jenis bahan baku yg telah tersertifikasi oleh dinas kesehatan. Namun rincian bahan baku tersebut tidak dapat diuraikan oleh pihak perusahaan dikarenakan membutuhkan waktu satu minggu untuk mendapatkan data-data tersebut.
Proses kerja
Dari hasil pengamatan sudah sesuai dengan yang dijelaskan dari system kerja perusahaan tersebut.
17
C. LANDASAN KERJA, SOP KERJA
Perusahaan dalam mencapai komitmen dan tekat dimaksud, Manajemen terus menerus meningkatkan kinerja Perusahaan dengan menerapkan sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) berbasis SMK3 sesuai dengan Kepmenaker 05 tahun 1996 dan Peraturan Pemerintah No 50 Tahun 2012 serta OHSAS 18001 secara konsisten dan berkesinambungan
Landasan kerja, SOP kerja
Komitmen Perusahaan
Komitmen Pusat K3
Menjamin keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) seluruh karyawan termasuk orang lain (Kontraktor, Supplier, Pengunjung dan Tamu) di tempat kerja.
Menyusun dan memelihara Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) berkelanjutan.
Menjamin pengendalian dampak lingkungan operasional.
Membentuk Organisasi / Unit K3 dalam lingkungan Manajemen Perusahaan.
Memenuhi semua perundangan dan peraturan yang berlaku yang berkaitan dengan K3.
Mengidentifikasi dan mengendalikan semua sumber bahaya dan aspek lingkungan operasi Perusahaan.
Melakukan perbaikan berkelanjutan guna meningkatkan K3 Perusahaan.
Memberikan pelatihan-pelatihan K3 bagi karyawan untuk meningkatkan Budaya K3 Perusahaan. Mengajak seluruh Karyawan untuk berperan serta meningkatkan K3 Perusahaan. Kebijakan K3 ini akan ditinjau ulang minimal 1 tahun sekali mengikuti tinjauan SMK3.
D. INSTALASI LISTRIK
Data Teknis : 1. Jenis/Type
: Electrostatic
2. Luas bangunan
: 15.000 M 2
3. Tinggi bangunan
: 16 m
18
4. Luas Penampang Hantaran
: Coaxcial Cable 50 mm2
5. Tinggi Penerima
: kurang lebih 7 m
6. Jumlah penerima
: 1 buah
7. Jumlah Hantaran Penyalur
: 1 buah
8. Sambungan Ukur/Joint Test
: 1 buah
9. Jumlah Elektroda Tanah
: 1 buah
10. Tahanan sebaran tanah
: < 5 ohm
11. Pelaksana pemasang
:-
12. Pelaksanaan Pemeriksaan dan Pengujian : 24 Agustus 2015 Pada saat kunjungan terlihat semua mesin dapat menyala dan mempunyai penerangan yang baik. Tidak terdapat permasalahan dalam hal listrik. Walaupun begitu, PT. Martina Berto tetap menyediakan Generator Set (Genset)/motor diesel yang berjumlah dua buah berkapasitas 500 kva. Sehingga dalam segi listrik, PT. Martina Berto tidak ada permasal ahan. Selain itu, PT. Martina Berto mempunyai prasarana lift pengangkut barang berjumlah 8 buah yang mampu mengangkut lebih dari 8000 kg barang. Data tersebut diambil dari sumber informasi terpercaya disana, karena kami tidak sempat untuk melihat lift tersebut. Selama ini, lift tersebut tidak ada masalah dan dirawat secara berkala. Dalam rangka mengantisipasi terjadinya sambaran petir pada musim hujan, PT. Martina Berto sudah membuat instalasi penyalur petir, sehingga tidak ada kejadian tersambar petir di PT tersebut. Kami tidak sempat melihat instalasi penyalur petir tersebut, tetapi kami mendapatkan informasi terpercaya dari perwakilan PT. Martina Berto tersebut. Dari peninjauan kami ke PT. Martina Berto, kami dapat menyimpulkan bahwa tidak terdapat permasalahan mengenai Instalasi listrik, instalasi penyalur petir dan lift barang pada perusahaan tersebut.
19
E. SARANA PENANGGULANGAN KEBAKARAN PENGAMATAN
STANDART
Pekerja hampir seluruhnya telah mengetahui letak
Memiliki tim penanggulangan kebakaran yang
dari alat pemadam api ringan (APAR) dan Hydrant
terlatih
oleh karena telah diletakkan pada posisi yang mudah dilihat dan dicapai juga berwarna merah dan kuning. (APAR) alat pemadam api ringan telah ditempatkan pada
Memiliki sistem proteksi kebakaran. Dan terdapat
posisi yang mudah dilihat serta dijangkau menggantung
APAR yang pemasanganya sesuai dengan
pada tembok dan diatas lantai, hampir terdapat pada seluruh permenakertrans no. Per-04/MEN/1980 koridor. Tabung alat berwarna merah dan kuning, bentuk dari tabung tersebut tidak berlubang ataupun cacat. Namun adapun yang belum sesuai dengan peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi tersebut, salah satunya adalah tidak terdapat adanya lemari atau peti untuk penyimpanan tabung tersebut.
Tanggal terakhir pemeriksaan berkala pada APPAR
Melaksanakan pemeriksaan dan pengujian
tercatat tanggal 22 Januari 2015. Yang menunjukkan
komponen yang berkaitan dengan penaggulangan
bahwa sudah >6 bulan APPAR tersebut belum
kebakaran minimal 6 bulan 1X
diperiksa
20
F. KONSTRUKSI TEMPAT KERJA Konstruksi
PENGAMATAN
tempat kerja
STANDART
Akses keluar
Akses keluar-masuk ruangan terdiri dari satu
Akses keluar masuk ruangan
masuk
lobi utama dan satu pintu keluar.
aman
Kebersihan dan
Kebersihan dan kerapian tata ruang sangat
Kebersihan dan kerapian tata
kerapian tata ruang
bersih dan rapi pada lantai 2 namun pada lantai
ruang tidak berantakan dan
1 terdapat banyak jirigen yang berisi bahan
merintangi akses jalan
kosmetik jadi yang diletakkan menghalangi jalan.
Jaminan
Tidak
didapatkan
informasi
akan
adanya
Terdapat jaminan keselamatan
keselamatan
jaminan keselamatan peralatan, bahan, dan peralatan, bahan, dan benda –
peralatan, bahan
benda-benda dalam ruangan.
benda dalam ruangan
Tampak tanda-tanda peringatan pada tempat-
Sudah Sesuai
dan benda – benda di dalam ruangan
Tanda peringatan
tempat tertentu yang merupakan tempat dengan resiko tinggi
21
G. ALAT PELINDUNG DIRI APD
PENGAMATAN
STANDART
Topi/ Penutup
Berbahan kain, berguna
Semua tenaga kerja
Semua pekerja
Kepala
sebagai pengaman
menggunakan penutup
mengunakan tutup kepala
rambut dan penutup
kepala tersebut.
(di Laboratorium, Quality Control , ruang produksi)
Helm
(di tempat penyimpanan bahan kimia yang sudah jadi)
kepala dari bahaya panas, api dan mesin juga bahan kimia, kemudian agar tidak terjadi kontaminasi Berwarna kuning
Pekerja yang di tempat
Pekerja yang di tempat
berbahan keras, berguna
penyimpanan bahan kimia
penyimpanan bahan kimia
sebagai pelindung
menggunakan helm
menggunakan helm
kepala dari benturan, terantuk atau kejatuhan benda.
Jas
Berwarna putih
Pekerja sebagian besar
Pekerja seharusnya
Laboratorium
berbahan kain, terdapat
menggunakan Jas Lab,
menggunakan jas Lab dan
kancing di bagian depan,
namun ada beberapa yang
mengancingkan jas nya,
tidak menggunakan jas, dan
agar seluruh badannya
banyak yang tidak di
tertutup jas dan juga agar
kancing.
tidak memungkinkan untuk
(Quality Control,
Untuk melindungi badan
Prosessing
dari bahaya panas,
Area)
percikan bahan kimia &
terjadinya jas yang terjerat
cairan, agar tidak
ke mesin.
tergores. Masker
(Quality Control, laboratorium, Prosessing Area)
Berwarna Putih
Pekerja menggunakan
Pekerja seharusnya
berbahan kain, dengan
masker, namun untuk
menggunakan masker
tali sebagai pengait,
penggunaan masker juga
dengan benar, yaitu
berfungsi untuk
belum semua benar karena
menutupi mulut dan
menyaring cemaran
ada yang hanya menutupi
hidung.
bahan kimia dan cegah
mulut.
terhirupnya partikel partikel kecil.
22
Sarung
Berbahan kain, karet,
Pekerja sebagian besar
Seharusnya pekerja yang
Tangan
sebatas pergelangan
menggunakan sarung tangan
memiliki kontak dengan
tangan, berfungsi untuk
yang dapat melindungi dari
bahan kimia, ataupun panas
melindungi tangan dari
pajanan api, namun sebagian
ataupun mesin harus
pajanan api, dan
besar menggunakan sarung
menggunakan sarung
percikan bahan kimia,
tangan karet biasa, sarung
tangan sesuai standar,
benturan, luka.
tangan juga hanya sebatas
termasuk jika ada
pergelangan tangan, padahal
pekerjaan yang
ada proses yang memasukan
membutuhkan sarung
bahan lebih dari sebatas
tangan panjang.
(Quality Control, laboratorium, Prosessing Area)
pergelangan tangan. Sepatu
(Quality Control, laboratorium, Prosessing Area)
Sepatu yang digunakan
Semua pekerja sudah
Semua pekerja sudah
berwarna merah,
menggunakan sepatunya.
menggunakan sepatunya.
berbahan kanvas dengan alas karet. Berguna untuk melindungi kaki dari bahan kimia, bahaya panas, dan benturan juga luka.
23
H. TANGGAP DARURAT DAN EVAKUASI
Gambar. Peta jalur evakuasi
Tanggap Darurat &
PENGAMATAN
STANDART
Evakuasi
Fire Alarm
Terdapat di semua ruangan, dan juga terdapat di luar
Sudah Sesuai
ruangan, di setiap lorong Emergency Lamp
Terdapat di semua ruangan
Sudah Sesuai
Jalur Evakuasi
Tangga darurat dan tangga umum, Pintu – pintu jalur
Sudah Sesuai
evakuasi mudah terlihat dan semuanya tidak ada yang ditemui dalam keadaan terkunci. Jalur cukup terawat dengan baik, terbuka, tidak terdapat benda yang membahayakan disekitar area evakuasi, cukup lebar, dan untuk menuju titik area evakuasi dapat menggunakan jalur yang sudah ditandai dengan garisgaris kuning. Rambu – Rambu
Rambu – rambu yang menunjukan lokasi jalur evakuasi
Rambu-rambu diperbesar
Jalur Evakuasi
cukup jelas, berwarna hijau dengan kondisi yang cukup
tulisannya, dan letaknya
baik.
jangan terlalu tinggi.
Hanya saja rambu – rambu ini kurang besar, letaknya
Tempat berkumpul
24
terlalu tinggi sehingga dapat tertutup asap saat terjadi
dikosongkan.
kebakaran. Peta jalur evakuasi juga jelas terdapat di setiap ruangan. Tempat berkumpul Titik Point terdapat 3 tempat didekat parkiran namun tidak kosong melainkan digunakan sebagai lahan parkir oleh beberapa pekerja. APAR ( Alat
Terdapat di setiap lorong, dalam keadaan baik, terdapat
Belum Sesuai. Harus
Pemadam Api
cara penggunaan, namun maintenance nya tidak
dilakukan pengecekan
Ringan)
dilaksanakan sesuai aturan, dimana pengecekan terakhir
rutin setiap 6 bulan
dilakukan pada tanggal 6 Januari 2015, yang seharusnya
sekali.
dilakukan pengecekan ulang setiap 6 bulan sekali.
Setiap bagian / divisi di PT. Martina Berto memiliki tim yang bertanggung jawab dalam keadaan darurat. Tim ini dilengkapi dengan HT, peralatan P3K, absensi pekerja, dan bertugas untuk menyisir bagian / divisi masing – masing untuk keluar dari gedung serta mengevakuasi dokumen – dokumen penting saat terjadi keadaan darurat dan memastikan tidak adanya pekerja yang tertinggal. Tim ini juga yang bertugas untuk segera melakukan absen di titik area evakuasi yang terdapat di luar gedung. Seluruh Tim tanggap darurat rutin diberi pelatihan K3 dan pelatihan keadaan darurat sekali dalam setahun, sedangkan pekerja lainnya, dilakukan pelatihan keadaan darurat secara bergiliran setiap tahunnya.
25
I. KEJADIAN KECELAKAAN KERJA PENGAMATAN
STANDART
Angka kejadian
Menurut PT. Martina Berto
Seharusnya pihak pimpinan
kecelakaan kerja
Tbk angka kejadian
PT Martina Berto melakukan
kecelakaan kerja adalah nihil
tahapan-tahapan untuk
sepanjang tahun 2015.
mencegah terjadinya
Menurut mereka, pegawai
kecelakaan kerja, yaitu
perusahaan taat terhadap
melakukan promosi kesehatan,
peraturan yang berkaitan
tidak lupa dengan dilakukan
dengan keselamatan kerja
juga evaluasi untuk melihat
sebagai salah satu contohnya
apakah promosi kesehatan
yaitu penggunaan alat
sudah berhasil. Dan apabila
pelindung diri.
memang sedang dilakukan
(saat ditanyakan ke pihak PT. Martina Berto)
Kami tidak mendapat data yang menggambarkan tingkat angka kejadian kecelakaan di
audit yang sebenarnya sebaiknya di utarakan angka kejadiannya.
perusahaan tersebut. Angka kejadian
Sudah dipasang spanduk dan
Pihak pimpinan PT Martina
kecelakaan kerja
poster tentang keselamatan
Berto sebaiknya melakukan
kerja dan peraturan tentang
kerja, yaitu melakukan
(setelah dilakukan kunjungan perusahaan)
penggunaan alat pelindung diri promosi kesehatan, seperti di setiap bidang perusahaan. Masih banyak pegawai yang belum tepat menggunakannya maupun tidak menggunakannya, sehingga memungkinan resiko terjadinya kecelakaan kerja di perusahaan tersebut.
misalnya apa itu apd, dan untuk apa menggunakannya dan bagaimana caranya, dan saat sampai ke tahapan evaluasi, benar-benar dievaluasi apakah ada perubahan perilaku dari pegawainya untuk mencegah kecelakaan kerja, seperti misalnya penggunaan apd yg baik dan benar.
26
J. PERSONIL KESELAMATAN KERJA
Pada perusahaan ini personil keselamatan kerja dibuat dalam bentuk panitia yang disebut dengan P2K3, yaitu Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Panitia ini memiliki spesifisikasi seperti berikut ini: o
Total P2k3
: 56 Orang
o
Petugas P3K
: 20 Orang
o
Pelatihan
: Tanggap Darurat untuk DAMKAR (Pemadam Kebakaran) Emergency Respond Kecelakaan Kerja
o
Sertifikasi P3K
: PMI dan Disnakertrans
o
Proses Kerjanya
: Standby di masing masing Bagian di setiap lantai
o
Bekerja sesuai kejadian darurat
o
PJK3
: Sesuai kualifikasinya masing :
AK3 Umum
AK 3 Kimia, DAMKAR
27
BAB IV PEMECAHAN MASALAH No 1
2
3
4
Unit Kerja Konstruksi tempat kerja
Permasalahan Dari segi keselamatan konstruksi semuanya sudah baik, namun masih belum terdapat adanya informasi mengenai keselamatan peralatan, bahan, dan benda-benda dalam ruangan.
Dasar hukum Saran Undang-undang dasar Ditambahkan adanya no 1 tahun 1970, informasi keselamatan undang-undang no 18 peralatan, bahan, dan tahun 1999 tentang jasa benda-benda dalama konstruksi. ruangan.
Sarana penanggulangan kebakaran
Tidak semua pekerja dari PT. Martina Berto tbk. tersebut mengetahui cara penggunaan alat-alat penanggulangan kebakaran, serta pengecekan APAR yang tidak dilakukan secara rutin.
Permenakertrans No 4/MEN/tahun 1980
Dilakukannya sosialisasi dari perusahaan terhadap para perkerja tentang penaggulangan kebakaran dan cara penggunaan alat pemadam api ringan (APAR) dan Hydrant. Dilakukan pengecekan APAR secara rutin setiap 6 bulan sekali. Alat pelindung Dari perusahaan Peraturan menteri Perusahaan bersedia diri tersebut belum tenaga kerja dan menyediakan APD ditemukan dokumen transmigrasi RI nomor yang sesuai dengan tertulis (tertulis dalam PER.08/MEN/VII/2010 standard dan hazard SOP) standar APD yang tentang Alat Pelindung yang ada di lingkungan digunakan untuk Diri tempat kerja. Selain itu masing-masing lebih baik lagi apabila pekerjaan., belum ada sebelum memulai penjelasan (briefing ) pekerjaan diberikan mengenai APD suatu briefing singkat mengenai pentingnya APD dan cara penggunaan APD yang baik dan benar. Tanggap darurat Secara umum untuk Undang-undang no 18 Posisi rambu-rambu dan jalur evakuasi jalur dan rambu tahun 1999 tentang jasa diletakan secara teratur evakuasi di PT. konstruksi agar tetap terlihat pada Martina berto sudah Undang-undang dasar saat terjadi kebakaran. cukup baik. Hanya no 1 tahun 1970 Selain itu lebih baik saja, akan lebih baik Undang-undang No 28 menggunakan kata – jika rambu yang tahun 2002 tentang kata “ KELUAR ” tersedia tidak hanya bangunan gedung. daripada “ EXIT ”. diletakkan diatas pintu Tempat berkumpul atau tempat yang tinggi dikosongkan agar bisa karena kemungkinan digunakan saat terjadi akan tertutup asap jika keadaan darurat.
28
5
Personil keselamatan kerja
terjadi kebakaran. Pada tempat berkumpul masih terdapat kendaraan. Personil Keselamatan peraturan perundangan kerja pada persuhaan ini UU No. 1 tahun 1970 sudah tergolong baik, (Pasal 10 ayat 1, 2) namun belum ada data yang mewajibkan mengenai latihan yang perusahaan untuk diadakan oleh personil membentuk P2K keselamatan kerja.
Masukan untuk perusahaan yang terkait dengan masalah personil keselamatan kerja ini, yaitu diharapkan bagian personil ini lebih sering mengadakan evaluasi (sidingsidang) yang terkait dengan masalah keselamatan kerja atau program keselamatan kerja dan juga lebih meningkatkan upayaupaya promosi tentang keselamatan kerja pada tenaga-tenaga kerja di perusahaan tersebut.
29
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN
Secara umum penatalaksanaan sistem K3 di PT. Martina Berto Tbk dari penilaian keselamatan kerja sudah berjalan cukup baik, namun masih ada beberapa hal yang masih harus diperbaiki lagi. Antara lain: 1. Belum tersedia SOP yang memadai untuk mencegah kecelakaan kerja dari masing-masing kegiatan kerja. 2. Tidak dilakukan briefing rutin sebelum melakukan kerja yang mengingatkan tentang pentingnya perhatian dan kehati-hatian setiap pekerja agar terhindar dari kecelakaan kerja ( safety induction). 3. Dari segi keselamatan konstruksi semuanya sudah cukup baik, namun akan lebih baiknya apabila ditambahkan adanya informasi keselamatan peralatan, bahan, dan benda-benda dalama ruangan. 4. Tidak semua pekerja dari PT. Martina Berto tbk. tersebut mengetahui cara penggunaan alatalat penanggulangan kebakaran.
B. SARAN
1.
Menyediakan SOP yang memadai untuk mencegah kecelakaan kerja dari masing-masing kegiatan kerja.
2. Melakukan briefing rutin sebelum melakukan kerja yang mengingatkan tentang pentingnya perhatian dan kehati-hatian setiap pekerja agar terhindar dari kecelakaan kerja ( safety induction). 3. Ditambahkan adanya informasi keselamatan peralatan, bahan, dan benda-benda dalama ruangan. 4. Jadwal rutin pelatihan penggunaan APAR, pengecekan APAR, dan evakuasi.
30
BAB VI PENUTUP Dari pemaparan makalah di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu unsur yang penting dalam ketenagakerjaan, dimana diperlukan suatu usaha dan upaya untuk menciptakan perlindungan dan keamanan dari resiko kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental maupun emosional terhadap pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Oleh karena itulah sangat banyak berbagai peraturan perundang-undangan yang dibuat untuk mengatur masalah kesehatan dan keselamatan kerja. Meskipun banyak ketentuan yang mengatur mengenai kesehatan dan keselamatan kerja, tetapi masih banyak faktor di lapangan yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja yang disebut sebagai bahaya kerja dan bahaya nyata. Masih banyak pula perusahaan yang tidak memenuhi standar keselamatan dan kesehatan kerja sehingga banyak terjadi kecelakaan kerja. Oleh karena itu, perlu ditingkatkan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja yang dalam hal ini tentu melibatkan peran bagi semua pihak. Tidak hanya bagi para pekerja, tetapi juga pengusaha itu sendiri, masyarakat dan lingkungan sehingga dapat tercapai peningkatan mutu kehidupan dan produktivitas nasional.
31
LAMPIRAN
32