LAPORAN KASUS OBSTETRI LETAK SUNGSANG DENGAN KPD
Oleh
Evert Yanri Imanuel Silaen H1A008039
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini tepat pada waktunya.
Laporan kasus yang berjudul “ Letak Sungsang dengan Ketuban Pecah Dini” ini disusun dalam rangka mengikuti Kepaniteraan Klinik Madya di Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Rumah Sakit Umum Provinsi NTB. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bimbingan kepada penulis. 1. Dr. Agus Rusdhy Hariawan Hamid, Sp.OG, selaku Ketua SMF Obstetri dan Ginekologi RSUP NTB. 2. Dr. Agus Thoriq, Sp.OG, selaku Koordinator Pendidikan SMF Obstetri dan Ginekologi RSUP NTB. 3. Dr. H. Doddy Ario Kumboyo, Sp.OG (K), selaku pembimbing dan supervisor. 4. Dr. Edi Prasetyo Wibowo, Sp.OG, selaku supervisor 5. Dr. I Made Putra Juliawan, Sp.OG, selaku supervisor 6. Bidan-bidan dan Pegawai SMF Obstetri dan Ginekologi RSUP NTB 7. Teman-teman seperjuangan, Dokter Muda SMF Obstetri dan Ginekologi RSUP NTB. 8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan
BAB I PENDAHULUAN
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri . Tipe letak sungsang yaitu : Frank breech (50 – 70 %) yaitu kedua tungkai fleksi ; complete breech ( 5 – 10%) yaitu tungkai atas lurus keatas, tungkai bawah ekstensi ; footling footling (10-30%) yaitu yaitu satu satu atau kedua tungkai atas ekstensi, presentasi kaki.
1,2
Kehamilan dengan presentasi bokong merupakan kehamilan yang memiliki resiko. Hal ini dikaitkan dengan abnormalitas janin dan ibu. Banyak Faktor yang dapat menyebabkan kelainan letak presentasi bokong , diantaranya paritas ibu dan bentuk panggul ibu. Angka Kejadian presentasi bokong jika dihubungkan dengan paritas ibu maka kejadian terbanyak adalah pada ibu dengan multigravida dibanding dengan primigravida, sedangkan jika dihubungkan dengan panggul ibu maka angka kejadian presentasi presentasi bokong terbanyak adalah pada 3
panggul sempit, dikarenakan fiksasi kepala janin tidak baik pada pintu panggul atas.
Baik Ibu dan Janin akan menghadapi resiko yang lebih besar pada presentasi bokong daripada presentasi kepala meski tidak sama derajatnya. Pada sebuah analisis terhadap 57.819 kehamilan di belanda, Schutte dkk. (1985) Melaporkan bahwa bahkan setelah dilakukan koreksi berdasarkan usia kehamilan, defek kongenital dan berat lahir, mortalitas perinatal lebih tinggi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Letak sungsang 2.1.1 Definisi
Letak sungsang didefinisikan sebagai keadaan janin memanjang dengan kepala di fundus uteri 1
dan sedangkan bokong di bagian terbawah.
2.1.2 Etiologi 3
Menurut Cunningham (2005), penyebab letak sungsang adalah :
1) Grandemultipara dengan peregangan otot-otot uterus akibat sering hamil dan melahirkan
2) Gemelli : yaitu kehamilan lebih dari satu janin sehingga ada janin yang mengambil posisi abnormal untuk mengimbangi ruangan di dalam rahim
8) Tumor panggul.
2.1.3 Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan komposisi dari bokong dan kaki dapat ditentukan beberapa bentuk letak sungsang sebagai berikut :
1,4
a. Letak Bokong Murni
1) Teraba bokong 2) Kedua kaki menjungkit ke atas sampai kepala bayi
b. Letak Bokong kaki sempurna
1) Teraba bokong 2) Kedua kaki berada di samping belakang
c. Letak Bokong tak sempurna
2.1.4 Diagnosis
Diagnosis letak sungsang yaitu pada pemeriksaan luar kepala tidak teraba di bagian bawah uterus melainkan teraba di fundus uteri . kadang – kadang bokong janin teraba bulat dan dapat memberikan kesan seolah – olah kepala, tetapi bokong tidak dapat digerakan semudah kepala seringkali wanita tersebut menyatakan bahwa kehamilannya terasa lain daripada yang terdahulu , karena terasa penuh di bagian atas dan gerakan terasa lebih banyak di bagian bawah. Denyut jantung janin pada umumnya ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi daripada
umbilkus, sedangkan bila telah terjadi engagement kepala janin, suara jantung terdengar paling 3
keras di bawah umbilkus.
Apabila diagnosis letak sungsang dengan pemeriksaan luar tidak dapat dibuat , karena misalnya dinding perut tebal , uterus mudah berkontraksi atau banyaknya air ketuban, maka diagnosis ditegakan berdasarkan pemeriksaan dalam. Apabila masih ada keragu-raguan, harus dipertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografik. Setelah ketuban pecah, dapat diraba lebih jelas adanya bokong yang ditandai dengan sacrum , kedua tuber ossis iskii, dan anus. Bila dapat diraba kaki, maka harus dibedakan dengan tangan. Pada kaki terdapat tumit, maka harus dibedakan dengan tangan.
1
Pada kaki tumit, sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari yang letaknya tidak sejajar dengan jari – jari lain dan panjang jari kurang lebih sama dengan panjang telapak tangan. Pada persalinan lama, bokong janin mengalami edema, sehingga kadang-kadang sulit untuk membedakan bokong dengan muka. Pemeriksaan yang teliti dapat membedakan antara bokong dengan muka karena jari yang akan dimasukkan ke dalam anus mengalami rintangan otot,
a. Komplikasi pada ibu Trias komplikasi pada ibu; perdarahan, robekan jalan lahir dan infeksi. Infeksi terjadi karena : 1) Ketuban pecah saat pembukaan belum lengkap 2) Persalinan berlangsung lama 3) Manipulasi dengan pemeriksaan dalam.
b. Komplikasi pada bayi
1) Asfiksia bayi dapat disebabkan oleh : a). Kemacetan persalinan kepala; aspirasi air ketuban b). Perdarahan atau edema jaringan otak c). Kerusakan persendian tulang leher.
2.1.5. Penatalaksanaan
0
1
2
Paritas
Primi
Multi
Usia Kehamilan
> 39 mgg
38 mgg
< 37 mgg
Taksiran berat janin
> 3630 gram
3629 – 3176 gram
< 3176
Pernah letak
Tidak
1 kali
> 2 kali
Pembukaan serviks
< 2 cm
3 cm
> 4 cm
Station
-3
-2
-1 atau lebih rendah
sungsang
Arti Nilai :
≤3
: Persalinan perabdominam
4
: Evaluasi kembali secara cermat, khususnya berat badan janin, bila nilai tetap dapat
dilahirkan pervaginam 5
: Dilahirkan per-vaginam
b. Manual Aid Janin dilahirkan sebagian dengan tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian lagi dengan tenaga penolong. c. Ekstraksi sungsang Janin dilahirkan seluruhnya dengan memakai tenaga penolong.
2. Perabdominam Jenis-jenis persalinan sungsang:
1. Persalinan Pervaginam Berdasarkan tenaga yang dipakal dalam melahirkan janin pervaginam, persalinan pervaginam dibagi menjadi 3, yaitu:
4
a) Persalinan spontan (spontaneous breech), janin dilahirkan dengan k ek ua ta n dan tena ga ibu sendiri. Cara ini lazim d isebut cara, Bracht. b) Manual aid (partial breech extraction; assisted breech delivery), janin dilahirkan sebagian menggunakan tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian lagi dengan tenaga penolong.
Teknik :
4
1. Sebelum melakukan pimpinan persalinan penolong harus memperhatikan sekali lagi persiapan untuk ibu, janin, maupun penolong. Pada persiapan kelahiran janin harus selalu . disediakan cunam Piper. 2. Ibu tidur dalam posisi litotomi, sedang penolong berada didepan vulva. Ketika timbul his ibu disuruh mengejan dan merangk ul kedua pangkal paha. Pada saat bokong mulai membuka vulva (crowning) disuntikan 2-5 unit oksitosin intramuskuler. 3. Episiotomi dikerjakan saat bokong membuka vulva. Segera setelah bokong lahir, bokong dicengkram secara Bracht, yaitu kedua ibu jari penolong sejajar sumbu panjang paha, sedangkan jani-jari lain memegang panggul. 4. Pada setiap his, ibu disuruh mengejan. Pada waktu tali pusat lahir dan tampak teregang, tali pusat dikendorkan. Kemudian penolong melakukan hiperlordosis pada badan janin guna mengikuti gerakan rotasi anterior, yait u pu ng gu ng ja ni n did ek at ka n ke pu ng gu ng ib u. Pe nol ong ha nya me ngi kut i gerakan ini tanpa melakukan tarikan, sehingga
gerakan
tersebut
disesuaikan
dengan
gaya
berat
badan
janin.
Bersamaan dengan dilakukannya hiferlordossis, seorang asisten melakukan ekspresi Kristeller pada fundus uteri sesuai dengan sumbu panggul. Dengan gerakan hiperlordossis ini berturut-turut lahir pusar, perut, badan lengan, dagu, mulut dan akhirnya kepala.
Prosedur Manual Aid
Indikasi :
4
Dilakukan jika pada persalinan dengan cara Bracht mengalami kegagalan, misalnya terjadi kemacetan saat melahirkan bahu atau kepala. Dan memang dari awal sudah direncanakan untuk manual aid. Tahapan :
4
1. Tahap pertama :lahirnya bokong sampai pusar yang dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri. 2. Tahap kedua : lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga penolong. Cara/teknik untuk melahirkan bahu dan lengan ialah secara : a) Klasik (Deventer) b) Mueller c) Lovset d) Bickenbach. 3. Tahap ketiga : lahirnya kepala, dapat dengan, cara a) Mauriceau (Veit-Smellie) b) Najouks c) Wigand Martin-Winckel d) Parague terbalik
penolong pada pergelangan kakinya dan dielevasi ke atas sejauh mungkin sehingga perut janin mendekati perut ibu. Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam jalan lahir dan dengan jari tengah dan telunjuk menelusuri bahu janin sampai pada fossa kubiti kemudian lengan bawah dilahirkan dengan gerakan seolah-olah lengan bawah mengusap muka janin. Untuk melahirkan lengan depan, pergelangan kaki janin diganti dengan tangan kanan penolong dan ditarik curam ke bawah sehingga punggung janin mendekati punggung ibu. Dengan cara yang sama lengan depan dilahirkan. Keuntunga cara klasik adalah pada umumnya dapat dilakukan pada semua persalinan letak sungsang tetapi kerugiannya lengan janin relative tinggi didalam panggul sehingga jari penolong harus masuk 4
ke dalam jalan lahir yang dapat manimbulkan infeksi.
2. Cara Mueller Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara Mueller ialah melahirkan bahu dan lengan depan lebih dulu dengan ekstraksi, baru kemudian melahirkan bahu dan lengan belakang. Bokong janin dipegang dengan femuro-pelvik yaitu kedua ibu jari penolong diletakkan sejajar spina sakralis media dan jari telunjuk pada krisat iliaka dan jari-jari lain mencengkram bagian
dilakukan pada semua letak sungsang, minimal bahay infeksi. Cara lovset tidak dianjurkan dilakukan pada sungsang dengan primigravida, janin besar, panggul sempit.
4
4. Cara Bickhenbach Prinsip melahirkan ini merupakan kombinasi antara cara Mueller d engan cara klasik.
4
Tahap ketiga : melahirkan kepala yang menyusul (after coming head ) 1. Cara Mauriceau Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan
ke
dalam
jalan
lahir.
Jari
tengah
dimasukkan ke dalam mulut dan jari telunjuk dan jari keempat mencengkeram fossa kanina, sedang jari lain mencengkeram leher. Badan anak diletakkan diatas lengan bawah penolong seolah-olah janin menunggang kuda. Jari telunjuk dan jari ketiga penolong yang lain mencengkeram leher janin dari punggung. Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam ke bawah sambil seorang asisten melakukan ekspresi kristeller. Tenaga tarikan terutama dilakukan oleh penolong yang mencengkeram leher janin dari arah punggung. Bila suboksiput tampak dibawah simpisis,
3. Cara Prague Terbalik Teknik ini dipakai bila oksiput dengan ubun-ubun kecil berada di belakang dekat sacrum dan muka janin menghadap simpisis. Satu tangan penolong mencengkeram leher dari bawah dan punggung janin diletakkan pada telapak tangan penolong. Tangan penolong yang lain memegang kedua pergelangan kaki, kemudian ditarik keatas bersamaan dengan tarikan pada bahu janin sehingga perut janin mendekati perut ibu. Dengan laring sebagai hipomoklion, kepala janin dapat dilahirkan.
4
4. Cara Cunam Piper Seorang asisten memegang badan janin pada kedua kaki dan kedua lengan janin diletakkan dipunggung janin. Kemudian badan janin dielevasi ke atas sehingga punggung janin mendekati punggung ibu. Pemasangan cunam piper sama prinsipnya dengan pemasangan pada letak belakang kepala. Hanya saja cunam dimasukkan dari arah bawah sejajar dengan pelipatan paha belakang. Setelah oksiput tampak dibawah simpisis, cunam dielevasi ke atas dan dengan suboksiput sebagai
2. Morbiditas dan mortalitas janin dan bayi
Prognosis bayi pada presentasi bokong jauh lebih buruk daripada presentasi puncak kepala. Faktor penyebab utama kematian perinatal ini adalah kelahiran prematur, kelainan kongenital, serta trauma lahir.
3,5
2.1.7 Penyulit pada Pelahiran Pervaginam
Pelahiran bokong akan menarik umbilicus dan tali pusat masuk ke dalam panggul, yang akan menekan tali pusat. Oleh karenanya, begitu bokong melewati introitus vagina, perut, dada, lengan dan kepala harus segera dilahirkan. Hal ini meliputi pelahiran bagian – bagian yang semakin padat secara berturut turut. Pada janin aterm, moulage kepala hingga derajat tertentu boleh jadi sangat penting agar kepala berhasil melewati jalan lahir. Pada situasi yang tidak 3
menguntungkan ini, alternative yang ada pada pelahiran pervaginam tidak memuaskan :
1. Pelahiran dapat tertunda beberapa menit sementara aftercoming head menyesuaikan dengan panggul ibu, namun hipoksia dan asidosis bertambah berat.
3
2.2 Ketuban Pecah dini 2.2.1 Definisi
Ketuban pecah dini adalah Pecahnya selaput ketuban secara spontan pada saat belum inpartu atau selaput ketuban pecah 1 jam kemudian tidak diikuti tanda – tanda awal persalinan. Bila Ketuban Pecah Dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut Ketuban Pecah Dini pada kehamilan premature. Dalam keadaan normal 8 -10% perempuan hamil aterm akan 1,5
mengalami ketuban pecah dini.
2.2.2 Mekanisme ketuban pecah dini
Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh, bukan karena seluruh selaput ketuban rapuh. Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degradasi ekstraselular matriks. Perubahan struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan menyebabkan
Mendekati waktu persalinan, Keseimbangan antara MMP dan TIMP-1 mengarah kepada degradasi proteolitik dari matriks ekstraselular dan membran
janin. Aktivitas degradasi
proteolitik ini meningkat menjelang persalinan. Pada penyakit periodontitis di mana terdapat peningkatan MMP, cenderung terjadi Ketuban Pecah Dini. 1,6 Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester ketiga selaput ketuban mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada hubungannya dengan pembesaran uterus, kontraksi rahim, dan gerakan janin. Pada trimester terakhir terjadi perubahan biokimia pada selaput ketuban. Pecahnya ketuban pada k ehamilan aterm merupakan hal yang fisiologis.1 2.2.3 Diagnosis
Tentukan pecahnya selaput ketuban, dengan adanya cairan ketuban di vagina. Jika tidak ada dapat dicoba dengan menggerakan sedikit bagian terbawah janin atau meminta pasien batuk atau mengedan. Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan dengan tes lakmus (Nitrazin tes) merah menjadi biru. Tentukan usia kehamilan, bila perlu dengan pemeriksaan USG. Tentukan ada tidaknya infeksi. Tanda
o
tanda infeksi adalah bila suhu ibu lebih dari 38 C serta air ketuban
dirawat selama air ketuban masih keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi. Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa negative bila diberi deksametason, observasi tanda – tanda infeksi, dan kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 37 minggu. Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu, sudah inpartu, tidak ada tanda infeksi, berikan tokolitik (salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah 24 jam. Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan induksi, nilai tanda – tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda – tanda infeksi intrauterine). Pada usia kehamilan 32 -37 minggu berikan steroid untuk memacu kematangan paru janin, dan bila memungkinkan periksa kadar 1
lesitin dan spingomielin tiap minggu.
Aktif
Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin. Bila gagal seksio sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol 25 -50 mikrogram intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali. Bila ada tanda
– tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi dan persalinan diakhiri. Bila skor pelvik < 5
a. Persalinan prematur setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28 – 34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.
1
b. Infeksi Resiko infeksi ibu dan adank meningkat pada Ketuban Pecah Dini. Pada ibu terjadi korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septicemia, pneumonia, omfalitis. Umunya terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada ketuban pecah dini prematur, infeksi lebih sering daripada aterm. Secara umum insiden infeksi sekunder pada ketuban pecah dini meningkat sebanding dengan lamanya periode laten.
c. Hipoksia dan asfiksia
1
BAB III STATUS OBSTETRI
I. IDENTITAS
Nama
: Ny S
Usia
: 30 tahun
Pekerjaan
: IRT
Agama
: Islam
Suku
: Sasak
Alamat
: Mekar Sari - Narmada
RM
: 511302
MRS
: 27 April 2013
II. ANAMNESIS Keluhan Utama : Keluar air dari jalan lahir
Riwayat Penyakit Sekarang :
OS merupakan rujukan Puskesmas Narmada dengan G2P1A0H1 uk 38-39 mgg T/H/IU Letak sungsang dengan KPD.Pasien datang dengan keluhan keluar air dari jalan lahir sejak
Riwayat Alergi :
Alergi terhadap obat-obatan dan makanan disangkal.
Riwayat Sosial :
Os menyangkal riwayat merokok, namun di sekitarnya terdapat anggota keluarga yang sering merokok (suami).
Riwayat Obstetri :
-
Pasien mengaku sudah menikah 1x, dengan suami sekarang 10 tahun, menikah pertama kali usia 25 tahun.
-
-
HPHT : 02/08/2012
HPL
: 09/05/2013
Riwayat ANC
Frekuensi
ANC terakhir : 06/04/2013
Hasil
Riwayat USG : -
: 7 kali
: Dalam batas normal
N
: 84 x /mnt
RR
: 20 x/mnt
Suhu
: 36 C
L1
: Kepala
L2
: Puka
L3
: Bokong
L4
:-
TFU
: 32 cm
0
Lingkar perut : 92 cm VT
: ø 1 cm, eff 10 %, ketuban (-), bagian terbawah sudah masuk PAP
denom tidak jelas. HIS 1x10‟-10” DJJ 144 x/mnt A/ G2P1A0H1 uk 38-39 minggu T/H/IU dengan Letsu + KPD P/ Rujuk IV. STATUS GENERALIS
Keadaan umum : Baik Kesadaran Tanda Vital
: CM
V. STATUS OBSTETRI
L1
: Kepala
L2
: Puka
L3
: Bokong
L4
: 4/5
TFU
: 32 cm
Lingkar perut : 93 cm TBJ
: 2976 gram
HIS
: 2x10‟-15‟‟
DJJ
: 12-13-12
VT
: ø 3 cm, eff 25%, ketuban (-), teraba bokong ↓H I, tidak teraba bagian kecil
janin/tali pusat.
ZA skor = 5 o
Paritas: (multi) = 1
o
Pernah letak sungsang: (tidak) = 0
o
TBJ : (<3176 g) = 2
o
Usia Kehamilan: (38 mgg) = 1
o
Stasion ( < -3) = 0 Pembukaan serviks (3 cm) = 1
VII. DIAGNOSIS
G2P1A0H1 uk 38-39 minggu T/H/IU Letak Sungsang inpartu kala I fase laten dengan riwayat keluar air
VIII. PLANNING
Diagnostik a. Pemeriksaan darah lengkap b. USG abdomen
Terapi a. Observasi kesra ibu dan janin. b. Inj ampicilin 1 gr / 6 jam
Monitoring a. Observasi keadaan umum & tanda vital ibu
KIE a. Sebaiknya menggunakan kontrasepsi IUD b. Memberikan ASI eksklusif pada bayinya
X. PLASENTA
Lahir
: Spontan
Lengkap
: Ya
Berat
: + 500 gram
Perdarahan
: 250 cc
XI. KONDISI IBU 2 JAM POST PARTUM
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Frekuensi nadi
: 80 x/menit
Frekuensi napas
: 19 x/menit
Suhu
: 36,6ºC
Kontraksi uterus
: (+) baik
TFU
: 2 jari di bawah umbilikus
Perdarahan aktif
: (-)
Lochea rubra
: (+)
BAB IV PEMBAHASAN
Pada laporan kasus ini, diajukan suatu kasus seorang wanita, 30 tahun yang kemudian di diagnosa dengan diagnosa G2P1A0H1 uk 38-39 minggu T/H/IU Letak Sungsang inpartu kala I fase laten dengan riwayat keluar air.Selanjutnya akan dibahas : 1. Apakah diagnosa dan pemeriksaan pada kasus ini sudah tepat ? Pasien di diagnosa hamil karena memenuhi beberapa kriteria kehamilan, diantaranya tanda-tanda tidak pasti kehamilan yaitu: amenorrhea, perut membesar, pigmentasi kulit pada areola mammae, striae gravidarum pada kulit abdomen. Dan tanda pasti kehamilan yaitu: adanya gerak janin, pemeriksaan leopold I-IV yang dapat meraba bagian besar dan kecil janin dan tedapat denyut jantung janin. Pasien pada kasus ini menghingat hari pertama haid terakhirnya 02/08/2012, sehinggadapat ditentukan usia kehamilanya yaitu 38-39 minggu. Dari leopold 1 didapatkan TFU 32 cm, sedangkan lingkar perut pasien 93 cm sehingga taksiran berat janin adalah 2976 gram, yang menunjukkan bahwa janin telah viabel untuk dilahirkan. Janin tunggal hidup dinilai dari pemeriksaan Leopold yang memberi kesan adanya satu janin dengan letak sungsang dimana teraba kepala di bagian fundus, punggung di sebelah kanan dan ekstremitas di sebelah kiri, serta bokong berada di bagian bawah. Diagnosa riwayat keluar air ditegakkan karena pasien mengeluh terdapat keluar air dari
Dari hasil pemeriksaan fisik dan evaluasi pada penderita ini didapatkan hal-hal sebagai berikut: 1. Persentasi bokong murni 2. Perkiraan berat janin yang masih dalam batas normal (2976 g) 3. Tidak ada kelainan letak pada tali pusat 4. Tidak ada riwayat seksio sesaria 5. Dari pengukuran dengan ZA skor didapatkan skor = 5 6. Penderita tidak ada riwayat obstetric yang buruk 7. Denyut jantung janin yang baik yaitu 134 x/menit (regular) Hal ini mendukung bahwa pasien dapat melahirkan secara pervaginam. Persalinan pada pasien ini menggunakan manual aid yang artinya janin dilahirkan sebagian dengan tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian lagi dengan tenaga penolong. Pada pasien ini terjadi kemacetan pada pelahiran bahu, lahirnya bahu dan lengan memakai teknik Lovset. Sedangkan lahirnya kepala pada pasien ini menggunakan teknik mauriceau.
BAB V KESIMPULAN
1. Diagnosis pada pasien ini sudah tepat sesuai dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik yaitu G2P1A0H1 uk 38-39 minggu T/H/IU Letak Sungsang inpartu kala I fase laten dengan riwayat keluar air. 2. Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien ini sudah tepat yaitu tindakan pelahiran secara pervaginam dengan menggunakan manual aid.
DAFTAR PUSTAKA
1. Winkjosastro, Hanifa, dkk. 2010. Letak Sungsang, dalam Ilmu kebidanan, edisi keenam. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 606-622 2. Giuliani A, Scholl WMJ, Basver A, Tamussino KF. Mode of delivery and outcome of 699 term singleton breeech deliveries at a single center. Am J Obstet Gynecol 2002;187:1694-8. st
3. Cunningham, F.G et al. 2005. Breech Presentation and Delivery In: Williams Obstetrics.22 edition. New York: Mc Graw Hill Medical Publising Division, 509 -536.
4. Winkjosastro, Hanifa, dkk. 2000. Ilmu Bedah Kebidanan edisi pertama, cetakan kelima. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 103-132. 5. Benson, C,R. 2009. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi Ed. 9. Jakarta : EGC 6. Jeremy Oats and Suzanne Abraham. 2005. Llewellyn-Jones Fundamentals of Obstetrics and Gynaecology 8th Edition. Elsevier Mosby, Edinburgh 7. DeCherney, Alan H, et.al . 2007. Current Diagnosis & Treatment Obstetrics & Gynecology, Tenth Edition. Philadelphia : McGraw-Hills Companies 8. Doddy, A. K., et al . 2001. Standar Pelayanan Medik SMF Obstetri dan Ginekologi RSU Mataram. RSU Mataram : Mataram
21.50
S Os Rujukan PKM Narmada dengan G2P1A0H1 uk 38-39 minggu T/H/IU dengan Letak sungsang dan KPD. Os mengeluh keluar air sejak pukul 19.00 (27/04/2013), nyeri perut sejak pukul 21.00 (27/04/2013), bloody slim (-), FM (+)
Riwayat HT (-), Riwayat DM (-), Riwayat Asma (-) HPHT : 02/08/2012 HPL
: 09/05/2013
Riw ANC : 7 x di posyandu ANC terakhir : 6/04/2013 Hasil : dbn Riw KB : Suntikan 3 bulan Rencana KB : Suntikan 3 bulan Riwayat Obstetri :
1. ♀, 9 bulan, BL tidak tahu, spontan, rumah, dukun, 9 tahun, hidup 2. Ini
O
A
Keadaan umum Kesadaran
: Baik
G2P1A0H1
: CM
minggu
uk
T/H/IU
38-39
P Observasi kesra ibu dan
Letak janin.
Tanda Vital
Sungsang inpartu kala I
Observasi
Tekanan darah : 130/80 mmHg
fase laten dengan riwayat
umum & tanda vital ibu
Frekuensi nadi: 82 x/menit
keluar air
Inj ampicilin 1 gr / 6
Frekuensi napas
:
20
x/menit
jam DM konsul ke dokter
o
Suhu
: 36,6 C
jaga : advis observasi
Pemeriksaan Fisik Umum Mata
:
anemis
-/-,
ikterus -/Jantung
:
S1S2
tunggal reguler, murmur (-), gallop (-) Paru
:
vesikuler +/+,
ronki (-), wheezing (-) Abdomen luka
keadaan
operasi
:
bekas
(-),
striae
gravidarum (+), linea nigra (+), defense muscular (-)
Ekstremitas
:
edema -
,
-
-
akral teraba hangat +
+
+
+
L1
: Kepala
L2
: Puka
L3
: Bokong
L4
: 4/5
TFU
: 32 cm
Lingkar perut : 93 cm TBJ
: 2976 gram
HIS
: 2x10‟ -15‟‟
DJJ
: 12-13-12
VT
:
ø 3 cm, eff 25%
ketuban (- ), teraba bokong ↓H I tidak teraba bagian kecil janin/tal pusat. ZA skor = 5
Paritas: (multi) = 1
Pernah letak sungsang: (tidak) = 0 TBJ : (<3176 g) = 2 Usia Kehamilan: (38 mgg) = 1 Stasion ( < -3) = 0 Pembukaan serviks (3 cm) = 1 04.30
Ibu mengatakan bertambah sering
sakit
perut
KU : baik
G2P1A0H1
Kes : CM
mgg/T/H/IU
TD 130/ 80 mmHg
sungsang PK I Fase aktif Observasi
Nadi : 84 x / mnt
dengan riwayat keluar air persalinan
RR : 20 x/mnt T : 36,7 His : 3 x 10‟ -35” DJJ : 11-12-11 VT : ø 4 cm, eff 50%, ketuban (-
), teraba bokong ↓H I, tidak teraba bagian kecil janin/tali pusat.
08.25
Ibu merasakan ingin mengedan
KU : baik Kes : CM
Kala 2
38-39 dg
Observasi keadaan ibu
Letak dan janin kemajuan
TD 130/ 80 mmHg Nadi : 84 x / mnt RR : 20 x/mnt T : 36,7
His : 4 x 10‟-40” DJJ : 11-12-11 VT : ø 10 cm, eff 100%, ketuban (-), teraba bokong ↓H IV, tidak teraba bagian kecil janin/tali pusat. 08.35
Bokong terlihat pada vulva
Pimpin
Doran-Teknus-Perjol-Vulka
meneran
08.45
Bayi
ibu
Lahir
untuk
dengan
Manual aid, JK Laki – laki, AS
:
3 – 7, Hidup, BB 3000 gr PB : 50 cm. 10.45
Keadaan umum Kesadaran Tekanan darah mmHg
: Baik
: Compos mentis :
110/70
2 jam Post Partum