BAB I PENDAHULUAN Infeksi Infeksi cacing cacing usus usus masih masih merupa merupakan kan masalah masalah kesehat kesehatan an masyarak masyarakat at di Indonesia. Sasaran yang mudah terkena infeksi cacing biasanya adalah masyarakat di daerah pedesaan atau perkotaan yang sangat padat dan kumuh. Cara infeksi cacing dapat melalui tertelannya telur yang matang pada air, makanan, atau tanah yang telah terkontaminasi, serta dapat pula larvanya menembus kulit. Salah satu penyebab infeksi cacing usus adalah Ascaris lumbricoides atau dikenal pula dengan cacing gelang. Manusia merupakan satu-satunya hospes definitif, penyakit yang disebabkan cacing ini disebut askariasis. Penyebaran parasit ini di daerah tropis dengan tingkat kelembaban cukup tinggi. Cacing dewasa mempunyai ukuran paling besar diantara Nematoda yang lain. Tingginya prevalensi askariasis di pengaruhi oleh pertumbuhan telur yang sesuai dengan lingkungan, tingginya jumlah telur yang diproduksi per parasit, dan kondis kondisii sosial sosial ekonom ekonomii masyar masyaraka akatt miskin miskin yang yang memfasi memfasilit litasi asi penyeb penyebara aranny nnya. a. Transmisi Transmisi ini juga diperkuat diperkuat oleh adanya adanya kemungkina kemungkinan n bahwa orang yang terinfeksi terinfeksi bisa tanpa gejala. Variasi yang signifikan dalam intensitas infeksi terjadi di antara rumah tangga di masyarakat. Jumlah anggota keluarga yang tinggal di rumah sangat mempengaruhi terjadinya terjadinya askariasis askariasis yang
relatif menjadi menjadi infeksi berat berat pada manusia. manusia. Meskipun Meskipun
terjadi di semua usia, usia, askariasis umumnya umumnya terjadi pada anak-anak. Di Indone Indonesia sia preval prevalens ensii askaria askariasis sis tinggi tinggi,, terutam terutamaa pada pada anak. anak. Kurang Kurangnya nya pemakaian jamban keluarga dapat menimbulkan pencemaran tanah, dengan tinja di sekitar sekitar halama halaman n rumah, rumah, bawah bawah pohon, pohon, tempat tempat mencuc mencucii dan tempat tempat pembua pembuanga ngan n sampah. Di negara tertentu terdapat kebiasaan memakai tinja sebagai pupuk. Tanah
1
liat, kelembaban tinggi dan suhu yang berkisar antara 25°-30°C merupakan hal-hal yang sangat baik untuk berkembangnya telur Ascaris lumbricoides menjadi bentuk infektif.
2
BAB II LAPORAN KASUS Seorang anak perempuan usia 4 tahun dibawa ibunya ke puskesmas karena badannya semakin kurus dan tidak nafsu makan sejak 2 bulan terakhir. Kadang- kadang ada gejala diare.
Sejak 2 minggu yang lalu pasien batuk-batuk dan sesak nafas. Anak juga mengalami demam.
Demam telah dirasakan hilang timbul sejak sekitar 2 minggu yang lalu, tetapi tetap tinggi selama 3 hari terakhir. Batuknya kering dan berbunyi. Keluarga pasien tinggal di daerah yang padat, kumuh dan tidak mempunyai jamban keluarga. Anak sering bermain di halaman tanpa memakai alas kaki dan tidak mencuci tangan sebelum makan.
Pemeriksaan fisik: Kesadaran: compos mentis. Suhu 39°C, kulit tidak ditemukan petechiae, motoric normal, mata dan THT tidak ada kelainan, jantung tidak ada kelainan. Pada auskultasi paru-paru didapatkan wheezing. RR 20/menit. Abdomen tampak membuncit, hepar dan lien tidak teraba.
Laboratorium: Hb 10 g/dl, leukosit 4.500/uL, Ht 32%, LED 25 mm/jam. Trombosit 250.000/uL, hitung jenis leukosit: 0/15/4/25/40/6, tidak ditemukan sel muda dalam darah tepi, parasit malaria tidak ditemukan.
3
Urin: protein -, glukosa -, sedimen: leukosit 3-4/LPB, eritrosit 0/LPB, silinder -, bakteri -. Faeces: telur cacing ditemukan, leukosit -, eritrosit -, darah samar-.
Widal: S. Tiphy O: negatif, S. Tiphy H: negatif, S. Paratiphy A/B/C: negatif. Rontgen thorax: tampak infiltrate pada seluruh lapangan paru kiri dan kanan. Hasil pemeriksaan sputum: a. Pewarnaan gram tidak ditemukan bakteri b. Pewarnaan tahan asam: BTA negatif c. Pemeriksaan KOH 10%: jamur negatif d. Pewarnaan wright/giemsa: eosinofillia
4
BAB III PEMBAHASAN ANAMNESIS
Status Pasien Nama
: -
Usia
: 4 tahun
Jenis kelamin
: perempuan
Alamat
:-
Keluhan Pasien Dari keluhan-keluhan pasien diatas kelompok kami mendapatkan beberapa hipotesis untuk kasus ini yaitu : 1.
Kecacingan Pada kecacingan, didapat gejala penurunan berat badan yang disebabkan oleh adanya malnutrisi dari zat-zat makanan tersebut seperti karbohidrat dan protein. Zat-zat tersebut di absorpsi oleh cacing sebagai nutrisi untuk tumbuh dan berkembang biak. Cacing juga dapat menyebabkan kerusakan mukosa usus sehingga dapat terjadi malabsorpsi dan menyebabkan diare. Beberapa cacing mengalami siklus paru dan hal ini dapat menimbulkan gejala batuk dan sesak seperti yang dialami oleh pasien ini. Infeksi cacing juga dapat memicu respon imun yang nantinya menyebabkan demam. Didapatkan pula informasi bahwa tempat tinggal pasien yang kumuh dan kebiasaan pasien yang memungkinkan masuknya telur cacing ke dalam tubuh pasien.
5