ANATOMI IKAN NILEM (Osteochilus haselti ) DAN IKAN LELE (Clarias batrachus)
Oleh: Nama : Muhammad Rifqi Abdurrahman NIM : B1J013138 Rombongan : VII Kelompok : 3 Asisten : Senja Rahayu Kinanti
LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR HEWAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO 2014
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan adalah anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin) yang hidup di air dan bernapas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih dari 27,000 di seluruh dunia. Secara taksonomi, ikan tergolong kelompok paraphyletic yang hubungan kekerabatannya masih diperdebatkan; biasanya ikan dibagi menjadi ikan tanpa rahang (kelas Agnatha, 75 spesies termasuk lamprey dan ikan hag), ikan bertulang rawan (kelas Chondrichthyes, 800 spesies termasuk hiu dan pari), dan sisanya tergolong ikan bertulang keras (kelas Osteichthyes) (Achjar, 1974). Ikan nilem (Osteochilus hasselti ) bertulang sejati dan tubuhnya ditutupi oleh sisik sebagai kerangka luar. Kulit ini mengandung lendir untuk melicinkan agar mudah bergerak di air. Tubuh ikan nilem dilengkapi dengan beberapa sirip dan terdapat gurat sisi untuk mengetahui perubahan tekanan air (Jasin, 1989). Ikan lele (Clarias batrachus) badannya tidak diselubungi dengan sisik melainkan licin pada permukaan tubuhnya dan sedikit berlendir. Kepala ikan lele (Clarias batrachus) berbentuk pipih, simetris dan dari kepala sampai punggung berwarna coklat kehitaman, mulut lebar dan tidak bergigi, bagian badan membulat dan memipih ke arah ekor dan memiliki patil. Patil ikan lele merupakan senjata ampuh dan berbisa yang terdapat pada pectoral fin ikan lele (Soemarwoto, 1981). Ikan nilem (Osteochilus hasselti ) dan Ikan lele (Clarias batrachus) digunakan dalam praktikum ini untuk mewakili spesies dari kelas pisces. Ikan nilem memiliki susunan morfologi dan anatomi yang sederhana. Selain itu ikan nilem memiliki organ yang jelas dan sederhana sehingga mempermudah praktikan melakukan pengamatan, baik organ dalam maupun organ luar.
B. Tujuan Tujuan dari praktikum kali ini adalah Untuk mengetahui morfologi dan anatomi ikan nilem (Osteochilus hasselti ) dan ikan lele (Clarias batrachus)
II. TINJAUAN PUSTAKA Ikan nilem (Osteochilus hasselti ) merupakan ikan herbivora yang hidup di perairan bebas pada danau atau rawa. Ikan yang dewasa akan memilih secara alami tempat yang berair jernih dan dasar airnya memiliki pasir. Pada umumnya, ikan nilem dapat dipelihara dengan baik pada daerah dengan ketinggian sekitar 150-800 meter dari permukaan laut. Makanannya terdiri dari lumut-lumut halus dan tumbuh-tumbuhan pelekat (Achjar, 1974). Ikan Nilem (Osteochilus hasselti ), menurut Nelson (1994) dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Phylum
: Chordata
Subphylum : Vertebrata Super Class : Taleostomi Class
: Actinopterygii
Subclass
: Nepterygii
Divison
: Teleostei
Ordo
: Cypriniformes
Familia
: Cyprinidae
Genus
: Osteochilus
Spesies
: Osteochilus hasselti Ikan nilem mempunyai tubuh yang ditutupi dengan sisik yang berwarna hijau
keabu-abuan, coklat atau hijau kehitam-hitaman ataupun merah. Pada kiri dan kanan badan terdapat linea lateralis atau gurat sisi yang memanjang ke belakang tutup insang sampai ke ekor. Gurat sisi ini berfungsi untuk mengetahui besar atau kecilnya arus dalam air. Kedua sudut mulut ikan nilem terpasang dua pasang kumis atau barbel. Mulut ikan nilem relatif lebar dan gigi yang berkerut-kerut sebagai tanda pemakan tumbuh-tumbuhan seperti ganggang penempel. Sisik ikan nilem berbentuk garis-garis melingkar dan garis-garis radier yang disebut cycloid. Tipe ikan nilem adalah homocerk yaitu terlihat simetri dorsoventral dari luar. Dilihat dari dalam tulang-tulang penyusunnya asimetris. Tipe homocerk terjadi bila columna vertebralis tidak berakhir persis diujung ekor, tapi agak membelok sedikit, tepi ujung membagi dua bagian yang sama (Jasin, 1989). Ikan lele (Clarias batrachus) adalah vertebrata yang termasuk kelas pisces karena habitatnya di air yaitu hidup di air tawar, dan merupakan family dari clariidae. Tubuh ikan lele dibagi menjadi 3 bagian yaitu kepala (caput), badan (truncus), dan ekor (cauda). Dimana bagian kepala dimulai dari ujung moncong sampai dengan batas tutup insang,
badan dimulai dari belakang tutup insang sampai dengan anus, dan ekor dimulai dari belakang anus sampai ujung sirip ekor (Sarwono, 2007). Menurut Kay (1998), klasifikasi ikan Lele (Clarias batrachus) adalah sebagai berikut: Kingdom
: Animalia
Sub-kingdom : Metazoa Phyllum
: Chordata
Sub-phyllum : Vertebrata Kelas
: Pisces
Ordo
: Ostariophysi
Familia
: Clariidae (kepala pipih dan mempunyai alat pernapasan tambahan)
Genus
: Clarias
Species
: Clarias batrachus
III. MATERI DAN METODE A. Materi Alat yang digunakan adalah gunting, baki (tempat ikan), lap, pinset Bahan yang digunakan adalah ikan Nilem (Osteochilus hasselti ), ikan lele (Clarias batrachus).
B. Metode Metode yang digunakan dalam praktikum ini Ikan Nilem (Osteochilus hasselti ) dan Ikan Lele (Clarias batrachus) adalah sebagai berikut: 1.
Ikan dimatikan dengan cara ditusuk dengan gunting di bagian kepala
2.
Ikan digunting dari anus dan sepanjang tubuh ikan bagian tengah ke arah kepala sampai dekat sirip dada
3.
Daging yang sudah tergunting dipegang dan pengguntingan dilanjutkan dari anus ke arah tubuh bagian dorsal sampai ke tutup insang
4.
Ekor dipotong melintang sehingga terlihat otot -otot epaxial, otot-otot hypaxial, septum horizontal, dan septum vertikal (khusus ikan nilem
5.
Keterangan bagian-bagian organ dicatat, yaitu anatomi luar, organ dalam, penampang melintang otot ekor, dan rangka ekor ikan nilem (Osteochilus hasselti ) dan ikan lele (Clarias batrachus).
6.
Pembedahan selesai, alat-alat dibersihkan, dan organ-organnya diamati.
B. Pembahasan Tubuh ikan terbagi menjadi tiga bagian, yaitu kepala, badan dan ekor. Kepala mulai dari moncong sampai dengan batas tutup insang. Badan mulai dari belakang tutup insang sampai anus. Ekor mulai dari belakang anus sampai dengan ujung sirip ekor. Pada bagian kepala terdapat lubang mulut (moncong) yang terdiri dari premaksilla terletak paling ujung dari moncong bagian dorsal, admaksilla terletak sebelah posterior dari premaksilla, maksilla terletak sebelah postero-lateral dari admaksilla, dentale merupakan tulang yang menyokong rahang bawah terletak pada ujung moncong sebelah bawah, lekuk hidung terletak pada tulang admaksilla,di depan mata, dan mata terletak postero-lateral dari lekuk hidung (tidak mempunyai kelopak mata) (Storer, 1961). Badan ikan nilem seluruhnya ditutupi sisik. Terdapat linea lateralis atau gurat sisi, yang memanjang dari belakang tutup insang sampai ekor, berfungsi sebagai indera keenam untuk mengetahui besar arus dalam air. Bagian truncus dari Ikan Nilem terdiri dari berbagai jenis sirip. Sirip-sirip tersebut berfungsi membantu pergerakan Ikan Nilem di dalam air. Sirip-sirip tersebut terdiri dari sirip punggung (pinna dorsalis), sepasang sirip dada (pinna pectoralis), dan sirip perut (pinna abdominalis). Selain sirip pada bagian truncus juga terdapat porus urogenitalis, yaitu lubang tempat alat reproduksi dan tempat pengeluaran hasil ekskresi. Cauda Ikan Nilem terdapat sirip ekor tunggal (pinna analis). Diseluruh bagian tubuh Ikan Nilem juga terdapat sisik dengan bentuk pipih dan bulat sehingga disebut cycloid (Jasin, 1989). Sirip punggung memiliki 3 jari-jari keras dan 12-18 jari-jari lunak. Sirip ekor berbentuk cagak dan simetris. Sirip dubur disokong oleh 3 jari-jari keras dan 5 jari-jari lunak. Sirip perut disokong oleh 1 jari-jari keras dan 8 jari-jari lunak. Sirip dada terdiri dari 1 jari-jari keras dan 13-15 jari-jari lunak. Jumlah sisik pada gurat sisi ada 33-36 keping. Dekat sudut rahang atas ada 2 pasang sungut peraba (Saanin, 1987). Sistem pencernaan pada ikan disusun oleh organ-organ yang berbentuk hampir mirip, sehingga untuk membedakan bagian-bagiannya cukup sulit. Sistem pencernaan pada ikan nilem dimulai dari oesophagus yang sangat pendek, karena rongga mulut langsung menuju ke lambung atau intestine yang sangat berliku-liku bermuara pada anus. Intestine dibedakan menjadi 2, yaitu pars cardiaca yang lebar dan pars pylorica yang sempit. Oesophagus terhubung ke gelembung renang oleh pembuluh halus, ductus pneumaticus. Hati (hepar) berwarna merah kekuningan, letaknya masih menempel pada usus. Limpa (lien), berbentuk bulat pipih berwarna merah dipegang oleh selaput (mesenterium). Kantung empedu (vesica felea), letaknya pada usus bagian depan, berhubungan dengan
usus melalui saluran empedu (ductus choledocus) yang pendek. Osteochilus hasselti mempunyai hati dan pankreas yang sulit dibedakan sehingga disebut hepatopankreas (Radiopoetro, 1988). Sistem pencernaan pada Ikan Nilem dimulai dari mulut, faring, oesophagus, ventriculus dan intestinum yang bermuara di kloaka. Cavum oris (rongga mulut) relatif kecil, pada rahangnya tidak bergigi. Di dalam dinding kanan kiri pharynx terdapat sel-sel insang. Oesophagus berbentuk seperti pita pendek, sedangkan bentuk ventriculus melengkung seperti huruf U. Sistem pencernaan Ikan Nilem juga terdiri dari intestine (usus) yang berupa saluran yang berliku-liku dan bermuara pada anus (Radiopoetro, 1988). Ikan Nilem memiliki organ-organ pencernaan berupa intestine, hepar dan vesica felea yang terdapat di sebelah dalam intestine. Organ-organ tersebut akan tampak terlihat jelas setelah direntangkan. Ductus choleodocus merupakan saluran pada empedu yang menghubungkan kantong empedu dengan usus melalui saluran empedu pendek (Hildebrand (1995). Sistem urinaria atau eksresi pada Ikan Nilem adalah ren yang terjadi dari mesonephros, ureter yang terjadi dari ductus mesonephridicus, vesica urinaria, dan sinus urogenitalis. Sepasang ren yang memanjang sepanjang dinding dorsal abdomen, kanan dan kiri dari linea mediana. Ureter ialah saluran yang keluar dari ren. Selanjutnya, ureter membesar dan membentuk vesica urinaria. Ureter bermuara ke dalam sinus urogenitalis. Sinus urogenitalis bermuara keluar melalui porus urogenitalis yang terdapat caudal dari anus, cranial dari pangkal pinna analis (Noris dan Rhicard, 1987). Ginjal terletak antara vesica pneumatica dengan tulang vertebrae. Cairan yang mengandung sisa-sisa persenyawaan nitrogen dan hidrogen diambil dari darah dalam ginjal dan ditampung ke dalam vesica urinaria melalui ureter, pembuluh yang sangat halus, terletak sebelah dorsal dari gelembung renang bagian posterior. Urin kemudian dikeluarkan melalui uretra yang berakhir pada porus urogenital, terletak disebelah posterior dari anus (Jasin, 1989). Ikan nilem merupakan ikan ovipar, bereproduksi secara eksternal dan telurnya dilengkapi dengan yolk (Storer, 1961). Sistem genitalis berfungsi untuk proses reproduksi. Pada ikan betina terdapat oviduct, saluran telur berupa tabung yang pendek, sedangkan pada ikan jantan terdapat vas deferens, tempat penyaluran sperma. Kedua sel kelamin ini juga berakhir pada porus urogenitalis. Ikan jantan dan ikan betina dapat dibedakan dengan cara memijit bagian perut ke arah anus. Ikan jantan akan mengeluarkan cairan putih susu dari lubang genitalnya. Induk
betina yang sudah matang telurnya dicirikan dengan perut yang relatif besar dan lunak bila diraba (Sumantadinata, 1981). Hasil pengamatan, memperlihatkan tubuh lele yang tidak bersisik, sehingga tubuhnya licin, memiliki sungut (barbel) yang berada disekitar bagian mulutnya, dan bentuk tubuhnya pipih memanjang. Menurut Fujaya (2002), pada tubuh lele ditemukan tiga bentuk potongan melintang yaitu pipih kebawah, bulat dan pipih kesamping. Kepala pipih kebawah (depressed), tengah badannya mempunyai potongan membulat, dan bagian belakang tubuhnya berbentuk pipih kesamping (compressed). Organ-organ lainya dari ikan lele, terdiri dari jantung, empedu, gonad, hati, lambung dan anus. Ikan-ikan genus Clarias dikenali dari tubuhnya yang tak bersisik, licin memanjang, memiliki kulit berlendir. Tidak seperti ikan nilem, ikan lele tidak mempunyai gelembung renang (vesica metetoria) sebagai alat keseimbangan. Pada kulitnya, terdapat pigmen hitam yang apabila terkena cahaya matahari berubah menjadi pucat. Mulutnya lebar, berada diujung moncong (terminal), yang dilengkapi dengan 4 pasang sungut (barbel), terdiri dari barbell superior (sungut atas) dan barbell inferior (sungut bawah). Barbell ini berfungsi untuk mendeteksi makanan dan sangat berguna untuk bergerak di air yang gelap. Kepalanya keras menulang, ditutupi pelat tulang di bagian atas dan bawah. Pelat ini membentuk ruangan rongga diatas insang, dan disini terdapat alat pernapasan tambahan yaitu arborecent, yang tergabung dengan busur insang kedua dan keempat. Mata berbentuk kecil dengan tepi orbital yang bebas. Lubang hidung depan merupakan tabung pendek berada dibelakang bibir atas dan lubang hidung belakang berupa celah yang kurang lebih bulat, berada di belakang sungut nasal (Djuhanda, 1981). Ikan lele mempunyai sirip punggung dan sirip dubur yang memanjang sampai ke pangkal ekor namun tidak menyatu dengan sirip ekor, mempunyai senjata berupa patil atau taji untuk melindungi dirinya dari serangan atau ancaman dari luar yang membahayakan, panjang maksimum mencapai 400 mm. Ikan lele mempunyai sirip punggung (dorsal fin), sirip dubur (anal fin) dan sirip ekor (caudal fin) yang disebut ekor tidak berpasangan. Sirip dada (pectoral fin) dan sirip perut (abdominal fin) disebut sirip berpasangan. Ikan lele tidak mempunyai gelembung renang (vesica metatoria) yang merupakan alat keseimbangan naik turun dalam air, hal ini dikarenakan ikan lele lebih sering berada didasar perairan (lumpur) (Jasin, 1989). Menurut Kimball (1991), sirip punggung dan dubur memanjang sampai ke pangkal ekor namun tidak menyatu dengan sirip ekor.
Sirip ekor membulat, tidak bergabung
dengan sirip punggung maupun sirip anal. Tetapi terkadang sirip punggung dan sirip anal menyatu dengan sirip ekor, menjadikannya nampak seperti sidat yang pendek. Sirip perut
berbentuk membulat dan panjangnya mencapai sirip anal. Terdapat sepasang patil, yakni duri tulang yang tajam, pada sirip-sirip dadanya. Patil memiliki panjang maksimum mencapai 400 mm. Patil ini beracun terutama pada ikan-ikan remaja, sedangkan pada ikan yang tua sudah agak berkurang racunnya, dan patil ini berfungsi sebagai perlindungan diri. Pencernaan merupakan proses yang berlangsung terus-menerus, diawali dengan pengambilan makanan dan berakhir dengan pembuangan sisa makanan. Sistem pencernaan makanan Ikan Lele (Clarias sp.) dimulai dari mulut, rongga mulut, faring, esophagus, lambung, pylorus, usus, rektum, dan anus. Struktur anatomi mulut ikan erat kaitannya dengan cara mendapatkan makanan. Sungut terdapat di sekitar mulut lele, berperan sebagai alat peraba atau pendeteksi makanan dan ini terdapat pada ikan yang aktif mencari makan pada malam hari (nokturnal). Rongga mulut pada ikan lele diselaputi sel-sel penghasil lendir yang mempermudah jalannnya makanan ke segmen berikutnya, juga terdapat organ pengecap yang berfungsi menyeleksi makanan. Faring pada ikan ( filter feeder ) berfungsi untuk menyaring makanan, karena insang mengarah pada faring, maka material bukan makanan, akan dibuang melalui celah insang (Fujaya, 2002). Sistem respirasi pada ikan lele sama seperti ikan yang lainnya, yang membedakan, ikan lele memiliki alat pernapasan tambahan yang disebut arborescent, berupa modifikasi dari busur insangnya. Organ ini merupakan membran yang berlipat-lipat penuh dengan kapiler darah. Alat ini terletak didalam ruangan sebelah atas insang. Dengan alat tersebut ikan ini mampu muncul ke permukaan air untuk mengambil oksigen langsung dari udara, sehingga dapat hidup dalam waktu yang cukup lama pada lumpur lembab bahkan tanpa air sama sekali (Kay, 1998). Ikan lele mengeluarkan urin melalui lubang urogenital. Sebagai ikan air tawar, sistem ekskresi ikan lele sama seperti ikan nilem. Ikan yang hidup di air tawar, mengekskresikan ammonia dan aktif menyerap ion anorganik melalui insang. Kemudian ikan ini mengeluarkan urine dalam jumlah yang besar (Soemarwoto, 1981). Gonad betina ikan lele berwarna lebih kuning, terlihat bintik-bintik telur yang terdapat di dalamnya, dan kedua bagian sisinya mulus tidak bergerigi. Pada ikan betina terdapat oviduct, saluran telur berupa tabung yang pendek, sedangkan pada ikan jantan terdapat vas deferens, tempat penyaluran sperma. Gonad ikan lele jantan dapat dibedakan dengan gonad betina, dari ciri-cirinya yang memiliki gerigi pada salah satu sisi gonadnya, warna lebih gelap, dan memiliki ukuran gonad lebih kecil dari pada betinanya. Pada ikan lele juga terdapat klasper sebagai organ yang homolog dengan hemipenis. Kedua sel kelamin ini berakhir pada porus urogenitalis (Fujaya, 2002).
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan tujuan dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1.
Ikan nilem dan ikan lele terbagi dari tiga bagian caput (kepala), trucus (badan), cauda (ekor).
2.
Ikan lele memiliki sungut (barbel) di sekitar mulutnya dan berfungsi untuk mendeteksi adanya makanan
3.
Terdapat linea lateralis pada kanan kiri badan ikan nilem dan ikan lele, berfungsi untuk mengetahui besar arus dalam air.
4.
Ikan lele dan ikan nilem mempunyai alat gerak berupa sirip, yang terdiri dari sepasang pectoral fin, abdominal fin, anal fin, dorsal fin, dan caudal fin yang tunggal.
5.
Khusus ikan lele terdapat patil, yaitu tulang yang tajam pada sirip dadanya, untuk perlindungan diri.
6.
Ikan nilem memiliki tipe sisik cyloid (melengkung) dan tipe ekor homocerk, simetris dorso ventral dari luar, dan tersusun atas tulang-tulang asimetris di bagian dalam. Sedangkan tubuh ikan lele pipih memanjang, tidak memiliki sisik, dan licin.
7.
Terdapat gelembung udara pada ikan nilem, tetapi tidak ada gelembung udara pada ikan lele yang berguna untuk keseimbangan naik turun di dalam air.
8.
Sistem pencernaan makanan ikan lele dimulai dari mulut, rongga mulut, faring, esophagus, lambung, pylorus, usus, rektum, dan anus.
9.
Ikan lele memiliki alat pernapasan tambahan yaitu arborecent yang dapat mengambil O2
10. Ikan lele dan ikan nilem mengeluarkan hasil eksresi melalui porus urogenitalia. 11. Pada ikan lele terdapat klasper sebagai organ yang homolog dengan hemipenis. Pada ikan betina terdapat oviduct (saluran telur) dan pada ikan jantan terdapat vas deferens, tempaat penyaluran sperma. 12. Sistem reproduksi ikan nilem yaitu oviduct pada ikan betina dan vas defferens pada ikan jantan.
B. Saran
Saran untuk praktikum kali ini adalah rmelumpuhkan ikan lele tidak hanya menusuk otaknya saja, tetapi sambil diputar guntingnya. Ikan lele juga memiliki kulit yang licin yg membuatnya susah untuk dipegang. Mengatasi hal itu sebaiknya praktikan menggunakan lap untuk memegang ikan lele.
DAFTAR REFERENSI Achjar, M. 1974. Perikanan Darat . NV Masa Baru, Bandung. Djuhanda. 1981. Pengantar Anatomi Perbandingan Vertebrata. Armico, Bandung. Fujaya, Y. 2002. Fisiologi Ikan. Direktorat Jenderal Pendidikan Nasional, Makasar. Hildebrand, M. 1995. Analysis of Vertebrate Structure. John Willey and Sons, Inc, New York. Jasin, M. 1989. Sistematika Hewan (Invertebrata dan Vertebrata). Sinar Winaja, Surabaya. Kay, I. 1998. Introduction to Animal Physiology . Bios Scientific Publiher Limited, SpingerVerlag New York USA. Kimball. 1991. Biologi Jilid V . Erlangga, Jakarta. Nelson Js. 1994. Fishes of the Word. Third edition. John Wiley & Sons. Inc., New York, USA. Norris, D. O. and Rhicard E. J. 1987. Hormones and Reproduction in Fishes, Amphibians, and Reptiles. Plenum Press, New York and London. Radiopoetro. 1988. Zoologi . Erlangga, Jakarta. Saanin, H. 1987. Taksonomi Dan Kunci Determinasi Ikan Jilid 1 . Bina Tjipta, Bandung. Sarwono, B. 2007. Beternak Lele Dumbo. Agromedia, Jakarta Selatan. Soemarwoto, I. 1981. Biologi Umum. Gramedia, Jakarta. Storer. and Usinger. 1961. Element of Zoology . Mc Graw Hill Book Company, New York. Sumantadinata, K. 1981. Pengembangan Ikan Peliharaan Di Indonesia. Sastra Hudaya, Bandung.