LAPORAN HASIL PELATIHAN RESUSITASI NEONATUS di PERINASIA RSAB HARAPAN KITA JAKARTA Tanggal 17-18 Oktober 2015 Oleh : Fitria Sri Utami Amd.Keb
BAB I PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Kelahiran adalah saat yang indah,menakjubkan,dan sangat special bagi semua yang terlibat.Moment tersebut merupakan saat akrab dan emosional bagi ibu dan ayah,ketika bayi mereka mulai menangis dan melakukan kontak mata pertama dengan mereka.Namun kelahiran mungkin pula merupakan kejadian paling berbahaya yang pernah kita alami dalam kehidupan.Tubuh kita harus melakukan penyesuaian fisiologis yang radikal segera setelah lahir,yang tidak akan pernah terulang l agi. Hal yang luar biasa adalah lebih dari 90% bayi mengalami transisi dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterine dengan sempurna,hanya dengan sedikit atau bahkan tanpa bantuan,dan sangat penting bahwa kita sama sekali jangan mengganggu mengganggu moment kedekatan dan kenangan bagi 90% keluarga yang menghadapi persalinan lancar tanpa komplikasi. Meskipun proporsi bayi yang lahir memerlukan bantuan mungkin kecil,tetapi angka bayi yang memerlukan bantuan cukup besar karena jumlah persalinannya banyak.Dampak dari tidak mendapat pertolongan secara baik akan terkait dengan masalah seumur hidup,bahkan menyebabkan kematian.Aspek paling menyenangkan jika memberi bantuan dengan mahir kepada bayi bermasalah yang baru dilahirkan adalah bahwa upaya tersebut kemungkinan akan berhasil.Hal ini menginspirasi menginspirasi untuk mengikuti Pelatihan Program Resusitasi Neonatus dalam menurunkan angka kematian bayi di RSUD Waikabubak. Resusitasi bayi baru lahir penekanannya berbeda dari resusitasi orang dewasa.Fokusnya adalah pada ventilasi,bukan pada pemulihan aktifitas jantung.
B. TUJUAN 1.
Meningkatkan kualitas pelayanan dalam penanganan resusitasi neonatus secara optimal.
2.
Meningkatkan dan menjaga derajat kesehatan anak.
3.
Meningkatkan efektifitas latihan keterampilan dalam pelayanan resusitasi neonatus.
4.
Memiliki pedoman kerja dalam resusitasi neonatus.
C. MANFAAT Bagi tenaga kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam menangani resusitasi neonatus secara baik sesuai dengan prosedur tetap atau SOP.
BAB II PELAJARAN PELATIHAN NEONATUS
1. GAMBARAN UMUM DAN PRINSIP DASAR RESUSITASI
Sebagian besar bayi lahir bugar. Hanya sekitar 10% bayi membutuhkan beberapa jenis bantuan dan hanya 1% yang membutuhkan tindakan resusitasi lengkap (intubasi, kompresi dada dan/atau obat-obatan) untuk bertahan hidup. Ventilasi paru bayi adalah tindakan resusitasi neonatus yang paling penting dan efektif . Kurangnya ventilasi paru bayi baru lahir berakibat pada konstriksi arteriol pulmonal menetap, sehingga menghambat oksigenasi darah arterial sistemik. Hambatan perfusi dan oksigenasi adekuat ke organ-organ bayi yang berlangsung lama dapat mengakibatkan kerusakan di otak, kerusakan organ lain atau bahkan kematian. Ketika janin atau bayi baru lahir kekurangan oksigen akan terjadi pernafasan cepat, diik uti oleh apnu primer dan penurunan frekuensi jantung, keadaan ini akan membaik dengan rangsang taktil.Jika kekurangan oksigen akan tetap terjadi, maka akan terjadi periode apnu sekunder, selanjutnya akan diikuti oleh penurunan frekuensi jantung dan tekanan darah. Apnu sekunder tidak dapat diatasi dengan pemberian rangsangan, harus diberikan bantuan ventilasi. Pemberian ventilasi tekanan positif yang efektif selama apnu sekunder biasanya akan cepat memperbaiki frekuensi jantung. Bayi yang membutuhkan resusitasi dapat diantisipasi dengan mengenali keberadaan faktor risiko antepartum dan intrapartum. Semua bayi baru lahir perlu penilaian awal untuk menentukan apakah resusitasi dibutuhkan atau tidak. Setiap persalinan harus dihadiri paling tidak oleh 1 orang yang bertanggung jawab untuk bayi dan dapat melakukan resusitasi lengkap. Keterampilan perilaku seperti kerja tim, kepemimpinan dan komunikasi efektif sangat penting untuk keberhasilan resusitasi neonatus. Resusitasi harus dilakukan dalam waktu kurang lebih 30 detik untuk melihat respon dari setiap tahap, sebelum memutuskan ke tahap berikutnya. Evaluasi dan pengambilan keputusan didasarkan terutama pada pernafasan, frekuensi jantung dan oksigenasi. Tahap-tahap resusitasi neonatus adalah sebagai berikut: a.
Tahap awal -
Berikan kehangatan
-
Posisikan kepala dan bersihkan jalan nafas bila diperlukan *
-
Keringkan dan rangsang bayi agar bernafas
-
Evaluasi pernafasan,frekuensi jantung dan oksigenasi
b. Berikan ventilasi tekanan positif dengan alat resusitasi tekanan positif dan pasang oksimeter * c.
Berikan kompresi dada sambil melanjutkan bantuan ventilasi dan masukkan kateter vena umbilikalis *
d. Berikan epinefrin sambil melanjutkan bantuan ventilasi dan kompresi dada * *Pertimbangkan intubasi trakea
2. LANGKAH AWAL RESUSITASI
Bugar adalah bila bayi memiliki usaha nafas kuat, tonus otot baik dan frekuensi jantung lebih dari 100 dpm. Bila terdapat mekonium dan bayi tidak bugar, hisap dahulu sekret dari trakea bayi sebelum melanjutkan ke langkah berikutnya. Namun apabila bugar, hisap hanya dari mulut dan hidung, kemudian berikan bayi pada ibunya sambil melanjutkan penilaian. Buka jalan nafas dengan meletakkan bayi pada posisi menghidu (sedikit tengadah). Rangsangan taktil yang tepat adalah dengan menepuk atau menyentil telapak kaki dan menggosok pungung. Melanjutkan rangsangan taktil pada bayi apnu, akan membuang waktu yang berharga. Bila apnu menetap, segera berikan ventilasi tekanan positif. Janin mempunyai saturasi oksigen sekitar 60 %, dan bayi baru lahir sehat memerlukan waktu sekitar 10 menit untuk meningkatkan saturasi oksigen mencapai normal yaitu melebihi 90%. Cara pemberian oksigen aliran bebas yang tepat adalah : o
menggunakan sungkup oksigen yang lekat dengan wajah bayi.
o
menggunakan sungkup dengan balon tidak mengembang sendiri atau mengunakan T-piece resuscitator yang diletakkan dekat mulut dan hidung bayi.
o
mendekatkan selang oksigen dalam tangan yang membentuk mangkuk ke mulut dan hidung bayi.
Oksigen aliran bebas tidak dapat diberikan dengan menggunakan sungkup terpasang pada balon mengembang sendiri. Oksigen harus dianggap sebagai obat, terlalu sedikit atau terlalu banyak akan berbahaya. Frekuensi jantung bayi ditentukan dengan menghitung jumlah denyut selama 6 detik, dikalikan 10. Sebagai contoh, bila menghitung 8 denyut j antung dalam 6 detik maka dilaporkan frekuensi jantung adalah 80 dpm. Menggunakan oksimeter apabila diperlukan resusitasi, ventilasi tekanan positif lebih dari beberapa kali nafas, terdapat sianosis sentral yang menetap, diberikan oksigen tambahan, mengkorfirmasi dugaan anda tentang sianosis.
3. PENGGUNAAN PERALATAN RESUSITASI UNTUK VENTILASI TEKANAN POSITIF
Ventilasi paru merupakan langkah paling penting dan efektif pada resusitasi kardiopulmoner bayi bermasalah. Indikasi ventilasi tekanan positif adalah : -
Apnu/megap-megap
-
Frekuensi jantung kurang dari 100 dpm walaupun bayi bernafas
-
Sianosis sentral menetap dan SPO2 yang rendah, walaupun sudah diberikan oksigen aliran bebas 100%
Resusitasi pada bayi baru lahir cukup bulan dimulai dengan oksigen 21% (udara kamar), resusitasi pada bayi prematur dapat dimulai dengan konsentrasi oksigen lebih tinggi. Oksimeter nadi digunakan untuk menyesuaikan pemberian jumlah oksigen tambahan, untuk menghindari pemberian oksigen terlalu banyak atau sedikit. Balon mengembang sendiri o
terisi secara spontan setelah balon diremas, menarik oksigen atau udara ke dalam balon
o
tetap mengembang setiap saat
o
harus mempunyai lekatan rapat antara sungkup dan wajah agar dapat mengembangkan paru
o
dapat memberikanVTP tanpa sumber gas bertekanan, namun untuk resusitasi neonatus balon harus tersambung ke sumber oksigen
o
membutuhkan pemasangan reservoir oksigen agar dapat mengalirkan oksigen dengan konsentrasi lebih tinggi
o
tidak dapat digunakan untuk memberikan oksigen airan bebas secara tepat melalui sungkup dan tidak dapat digunakan untuk mengalirkan tekanan jalan nafas positif kontinu (CPAP)
o
harus mempunyai pengukur tekanan, atau jika ada t empat untuk memasang pengukur tekanan (manometer), manometernya harus terpasang
Balon tidak mengembang sendiri o
o
hanya terisi bila gas dari sumber bertekanan mengalir masuk ke balon bergantung pada sumber gas bertekanan
o
agar mengembang, harus ada lekatan rapat antara wajah dan sungkup
o
mempunyai katup pengatur aliran untuk mengatur tekanan/pengembangan
o
harus mempunyai alat pengukur tekanan (manometer)
o
tampak sebagai balon kempis bila tidak digunakan
o
dapat digunakan untuk memberikan oksigen aliran bebas dan CPAP
T-Piece Resusitator o
bergantung pada sumber gas bertekanan
o
harus ada lekatan rapat antara wajah dan sungkup agar dapat mengembangkan paru
o
perlu pengaturan tekanan maksimum, tekanan puncak inspirasi, dan tekanan positif akhir ekspirasi (TPAE)
o
perlu penyesuaian tekanan puncak inspirai ketika sedang melakukan resiusitasi agar dapat mencapai perbaikan fisiologik, terdengar suara nafas, dan gerakan dada jelas
o
memberikan tekanan positif ketika operator bergantian menutup – membuka lubang pada kap TPAE
o
dapat digunakan untuk mengalirkan oksigen aliran bebas dan CPAP Dengan menggunakan oksimeter nadi, konsentrasi oksigen tambahan harus
disesuaikan hingga mencapai nilai target saturasi pra-duktal yang tertera pada table diagram alur program resusitasi neonatus. Jika tidak mendengar suara nafas bilateral dan tidak melihat pengembangan dada yang jelas pada bantuan ventilasi, periksa atau perbaiki hal-hal berikut : S : sunkup melekat rapat R : reposisi jalan nafas I : isap mulut dan hidung B : buka mulut T : tekanan dinaikkan A : alternatif jalan nafas Tanda bahwa VTP sudah efektif dan dapat dihentiksn ialah : o
frekuensi jantung meningkat lebih dari 100 dpm
o
saturasi oksigen membaik
o
mulai terjadi pernafasan spontan
4. KOMPRESI DADA
Kompresi dada dilakukan bila frekuensi j antung tetap dibawah 60 dpm, meskipun telah dilakukan ventilasi tekanana positif efektif selam 30 detik. Bila frekuensi jantung
kurang dari 60 dpm, oksimeter mungkin tidak berfungsi. Anda sebaiknya meningkatkan oksigen menjadi 100% sampai oksimeter terbaca kembali untuk panduan memberikan oksigen tambahan yang sesuai. Kompresi dada : o
Menekan jantung kea rah tulang belakang
o
Meningkatkan tekanana intratorakal
o
Mengalirkan darah ke organ-organ vital, termasuk ke ot ak Ada dua tekhnik untuk kompresi dada – tekhnik ibu jari dan tekhnik dua jari – namun
tekhnik ibu jari lebih banyak dipilih. Letak yang benar untuk melakukan kompresi dada dengan menelusuri tepi bawah tulang iga dengan jari-jari sampai mendapatkan sifoid. Kemudian letakkan ibu jari atau jari-jari pada tulang dada, diantara sifoid dan garis imajiner yang menghubungkan kedua puting susu. Untuk memastikan rasio kompresi dan ventilasi yang tepat, pelaku kompresi dada mengucapkan “satu-dua-tiga-pompa-...”. selama kompresi dada, kecepatan ventilasi adalah 30 kali/menit, sedangkan kecepatan kompresi dada adalah 90 kali/menit. Ini berarti 120 “kegiatan” per menit. Satu siklus, terdiri atas 3 kompresi dan 1 ventilasi, dilakukan dalam 2 detik. Bila bayi akan membutuhkan obat-obatan melalui akses tali pusat, maka kompresi dada dapat diteruskan dengan berpindah ke bagian kepala tempat tidur, untuk meneruskan pemberian kompresi dengan tekhnik ibu jari. Selama kompresi dada, pastikan bahwa : o
Gerakan dada adekuat selama ventilasi
o
Diberikan oksigen tambahan
o
Kedalaman kompresi adalah 1/3 diameter dada
o
Selama fase relaksasi kompresi dada, tekanan dilepaskan sepenuhnya untuk memberi kesempatan bagi pengembangan dada
o
Selama kompresi, ibu jari atau jari-jari tetap kontak dengan dada
o
Pada saat kompresi, durasi menekan lebih singkat dibandingkan durasi saat pelepasan
o
Kompresi dada dan ventilasi harus terkoordinasi dengan baik
Setelah 45 sampai 60 detik kompresi dada dan ventilasi, periksalah frekuensi jantung : o
Lebih dari 60 dpm, hentikan kompresi dada dan lanjutkan ventilasi dengan kecepatan 40-60 kali pompa/menit
o
Lebih dari 100dpm, hentikan kompresi dada dan hentikan ventilasi secara bertahap jika bayi sudah bernafas spontan
o
Kurang dari 60 dpm, lakukan intubasi pada bayi (jika belum dilakukan), dan berikan epinefrin, lebih baik melalui intravena. Intubasi adalah cara yang lebih diandalkan untuk melanjutkan ventilasi.
5. INTUBASI ENDOTRAKEAL DAN PEMASANGAN SUNGKUP LARING
Tenaga berpengalaman dalam intubasi endotrakeal sebaiknx tersedia pada setiap persalinan. Indikasi intubasi endotrakeal meliputi : o
Menghisap trakea bila ada mekonium dan bayi tidak bugar
o
Memperbaiki efektifitas ventilasi bila ventilasi dengan balon dan sungkup tidak efektif
o
Memperbaiki efektifitas ventilasi bila ventilasi dengan balon dan sungkup diperlukan lebih dari beberapa menit
o
Memperbaiki koordinasi kompresi dada dan ventilasi, serta memaksimalkan setiap bantuan ventilasi
o
Memperbaiki ventilasi pada kondisi khusus, seperti prematuritas berat, pemberian surfaktan atau bila dicurigai hernia diafragma Laringoskop selalu dipegang dengan tangan kiri. Bilah laringoskop untuk bayi cukup
bulan adalan no.1. Bilah untuk bayi premature adalah no.0 dan untuk bayi sangat premature adalah no.00.Intubasi endotrakeal idealnya selessi dalam 30 detik Langkah melakukan intubasi endotrakeal pada neonatus adalah : o
Stabilkan kepala bayi dalam posisi menghidu
o
Masukkan laringoskop dari arah kanan lidah bayi, dorong lidah ke sebelah kiri mulut dan masukkan bilah laringoskop sampai ujungnya berada di belakang pangkal lidah
o
Angkat bilah laringoskop, naikkan bilah seluruhnya, jangan hanya bagian ujungnya
o
Cari petanda anatomis. Pita suara akan tampak sebagai garis vertical di kedua sisi glotis atau sebagai huruf “V” terbalik. Hisap lendir dengan kateetr yang besar, bila perlu, untuk visualisasi lebih baik
o
Masukkan pipa dari sebelah kanan mulut dengan lengkung pada b idang horizontal, sampai pipa melengkung dari kiri ke kanan
o
Bila pita suara dalam posisi tertutup maka tunggu sampai pita terbuka. Masukkan pipa endotrakeal sampai pedoman pita suara sejajar pita suara
o
Tahan pipa dengan kuat langit-langit bayi saat mengeluarkan laringoskop. Pegang pipa dengan baik saat anda akan mencabut stilet
Pemasangan sungkup laring mungkin berguna dalam keadaan berikut : o
Adanya malformasi pada wajah atau jalan nafas atas sehuingga ventilasi dengan sungkup tidak efektif
o
Bila ventilasi tekanan positif dengan sungkup wajah tidak efektif dan intubasi endotrakeal tidak mungkin dilakukan.
6. PEMBERIAN OBAT
Epinefrin adalah obat stimulan jantung yang juga menaikkna tekanan darah. Lebih diutamakan diberikan melalui jalur kateter vena umbilikalis. Pemberian melalui jalur endotrakeal sering lebih cepat dan lebih mudah dibanding pemasangan keteter umbilikalis, tetapi absorbsinya kurang dapat dipercaya dan kemungkinan kurang efektif. Indikasi pemberian epinefrin adalah bila frekuensi jantung tetap di bawah 60 dpm meskipun telah mendapat ventilasi efektif selama 30 deti k, dan pemberiannya harus diikuti dengan melakukan ventilasi yang terkoordinasi dengan kompresi dada selama 4560 detik. Epinefrin yang dianjurkan : o
Konsentrasi 1 : 10.000 (0,1 mg/ml)
o
Jalur intravena. Pemberian melalui endotrakeal dipertimbangkan bila jalur intravena sedang dipersiapkan
o
Dosis 0,1-0,3 ml/kg larutan konsentrasi 1 : 10.000 (pertimbangkan dosis lebih tinggi 0,5_1 ml/kg untuk jalur endotrakeal)
o
Kecepatan pemberian : secepat mungkin
Indikasi pemberian cairan penambah volume selama resusitasi adalah : o
Bayi tidak member respon terhadap upaya resusitasi
o
Bayi mengalami syok, pucat, nadi lemah, frekuensi jantung rendah menetap, tidak ada perbaikan sirkulasi
o
Ada riwayat keadaan yang terkait dengan kehilangan darah janin
Cairan penanbah volume yang dianjurkan : o
Larutan : garam fisiologis, ringer laktat atau darah O Rh-negatif
o
Dosis : 10 ml/kg
o
Jalur : vena umbilikalis
o
Persiapan : dosis yang tepat dimasukkan dalam semprit besar
o
Kecepatan : 5-10 menit
7. PERTIMBANGAN KHUSUS
Tindakan yang tepat untuk bayi yang gagal berespon pada resusitasi tergantung pada masalahnya – gagal pada ventilasi, desaturasi oksigen berkelanjutan atau bradikardia, atau gagal untuk mulai bernafas. Gagal nafas karena atresia khoana dapat dibantu dengan memasang jalan nafas peroral. Sumbatan jalan nafas dari sindrom robin dapat dibantu dengan memasukkan pipa sampai nasofaring dan menengkurapkan bayi. Pada keadaan darurat, pneumotoraks dapat dideteksi dengan transiluminasi dan diatasi dengan menghisap udara memakai semprit yang disambungkan pada jarum yang ditusukkan ke dalam dada. Jika dicurigai adanya hernia diafragmatika, jangan memeberi VTP dengan sungkup. Segera intubasi trakea dan masukkan pipa ororgrastik untuk dekompresi lambung dan usus. Bila seorang ibu mendapatkan narkotika, kemudian bayinya gagal bernafas, mulailah dengan memberi VTP efektif untuk mempertahankan frekuensi jantung diatas 100dpm, kkemudian harus mempertimbangkan pemberian nalokson pada bayi.
8. RESUSITASI BAYI PREMATUR
Bayi premature mempunyai resiko lebih tinggi membutuhkan resusitasi karena o
Cepat kehilangan panas
o
Rentan terhadap cedera hiperoksik
o
Otak imatur dan mudah berdarah
o
Rentan terhadap infeksi
o
Volume darah sedikit, meningkatkan dampak kehilangan darah
Bayi premature lebih rentan terhadap bahaya hiperoksia , gunakan oksimeter dan blender sampai tercapai saturasi oksigen sekitar 85 – 95 % selama dan pasca resusitasi. Bayi yang lahir sangat premature lebih rentan mengalami kehilangan panas : o
Naikkan suhu ruangan
o
Aktikan alat pemancar panas
o
Pertimbangkan untuk menggunakan alas penghangat kimiawi
o
Gunakan plastic pembungkus untuk bayi dengan gestasi kurang dari 29 minggu
o
Gunakan incubator transport yang telah dihangatkan sewaktu memindahkan bayi keruang rawat
Ketika memberikan bantuan ventilasi pada bayi premature : o
Gunakan kriteria memulai VTP yang sama dengan criteria untuk bayi cukup bulan
o
Pertimbangkan untuk memberikan CPAP bila bayi bernafas spontan dengan frekuensi jantung di atas 100 dp , tetapi mengalami kesulitan bernafas atau saturasi oksigennya rendah. Berikan TPAE bila bayi telah diintubasi
o
Bila perlu bantuan VTP, berikan tekanan inflasi serendah mmungkin yang menghasilkan respon adekuat
o
Pertimbangkan untuk memberikan surfaktan profilaktik
Kurangi risiko cedera otak dengan cara : o
Perlakukan bayi dengan lembut
o
Hindari posisi trendelenburg
o
Bila mungkin, hindari tekanan jalan nafas terlalu tinggi
o
Sesuaikan bantuan ventilasi secara bertahap berdasarkan pemeriksaan fisik, oksimetri dan analisis gas darah
o
Hindari pemberian bolus cairan intravena secara cepat dan hindari pemberian cairan hipertonik
9. DI AKHIR ETIKA DAN PERAWATAN KEHIDUPAN
Prinsip etika pada resusitasi bayi baru lahir tidak berbeda dengan prinsip etika resusitasi anak atau dewasa. Penghentian perawatan intensif atau pelaksanaan perawatan boleh dilakukan sepanjang petugas kesehatan dan orangtua sepakat bahwa kelanjutan resusitasi tidak akan berhasil, hanya menunda kematian atau hasilnya tidak sebanding dengan beban yang harus diderita bayi. Orangtua dianggap sebagai wali pengambilan keputusan terbaik untuk anaknya. Penghentian resusitasi mungkin tepat bila setelah 10 menit tidak ada denyut jantung. Seandainya akan melanjutkan resusitasi, pertimbangkan factor – factor seperti kemungkinan etiologi terjadinya henti jantung, usia gestasi bayi, ada aatu tidaknya komplikasi, kemungkinan potensi terapi hipotermia, dan perasaan kedua orangtua (yang dikemukakan sebelum kejadian) mengenai resiko morbiditas.
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
1. KESIMPULAN Kira – kira 10 % neonatus membutuhkan beberapa bantuan untuk mulai bernafas saat lahir. Kurang darim 1% membutuhkan tindakan resusitasi ekstensif. Bayi yang baru saja lahir tidak membutuhkan resusitasi, secara umum dapat diidentifikasi dengan menilai secara tepat 3 hal yaitu kehamilan cukup bulan? Bernafas atau menangis? Tonus otot baik?. Jika jawaban untuk 3 pertanyaan tersebut adalah “ ya”, bayi tidak memerlukan resusitasi dan jangan dipisahkan dari ibunya. Bayi dikeringkan, diletakkan dengan kontak kulit ke kulit dengan ibunya dan diselimuti dengan kain kring untuk mempertahankan suhu, diikuti dengan pemantauan pernafasan, aktifitas, dan warna. Jika salah satu jawaban prtanyaan tersebut diatas adalah “ tidak “, bayi harus mene rima satu atau lebih tindakan dari 4 kategori di bawah ini secara berurutan : a.
Langkah awal dalam stabilisasi (memberikan kehangatan, meembersihkan jalan nafas jika diperlukan, mengeringkan , stimulasi)
b. Ventilasi c.
Kompresi dada
d. Pemberian epinefrin dan/atau cairan penambah volume
2. SARAN Setiap tindakan resusitasi neonatus pada bayi baru lahir memerlukan berbagai macam-macam alat resusitasi yang harus disediakan,sehingga bisa dilaksanakan sesuai dengan prosedur tetap atau SOP yang berlaku di rumah sakit.Yang menjadi permasalahan adalah tidak lengkapnya alat-alat resusitasi neonatus di ruang bersalin,ruang NICU,IGD dan ruang OK. Dalam peningkatan kualitas pengetahuan dan kemampuan atau skill penanganan resusitasi neonatus terutama staf ruang bersalin,NICU dan Instalasi Gawat Darurat sebaiknya institusi membuat kurikulum dalam peningkatan mutu SDM staf RSUD Waikabubak dengan adanya Capacity Building yang terjadwal dengan baik.