BAB I DISTILLASI BATCH
A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Dapat melakukan percobaan distillasi batch dengan sistem reflux . 2. Dapat menentukan fraksi uap dan fraksi cairan berdasarkan densitas yang diperoleh dari percobaan 3. Dapat menentukan jumlah tray atau stage yang ideal untuk sistem yang dilakukan dalam praktikum jika digunakan distilasi dengan sistem stage / tray
B. DASAR TEORI
1. Distilasi Distilasi adalah pemisahan dua zat atau lebih yang mempunyai perbedaan titik didih (Anonim, USU), hal ini dapat terjadi karena perbedaan kemampuan menguap komponen-komponen dalam campuran sehingga perpindahan massa yang terjadi lebih optimal. Zat yang mempunyai titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu (Anonim, USU). Proses pemisahan secara distilasi dapat dilakukan terhadap campuran yang terdiri dari komponen sebagai berikut: -
Mempunyai perbedaan titik didih yang cukup
-
Mempunyai sifat penguapan yang relatif tinggi
-
Tidak membentuk campuran azeotrop Prinsip distilasi adalah penguapan dan pengembunan kembali uapnya pada
tekanan dan suhu tertentu. Tujuan destilasi adalah proses pemurnian zat cair pada titik didihnya. Contoh distilasi dalam dunia industri adalah industri minman beralkohol dan industri farmasi (Ummu Hani, 2008). Proses pemisahan secara distilasi terdiri dari tiga langkah dasar, yaitu: 1.
Proses penguapan atau penambahan panas dalam larutan yang dipisahkan
2.
Proses pembentukan fase seimbang
3.
Proses pemisahan kedua fase seimbang
Pada proses pemisahan secara distilasi, fasa uap akan segera terbentuk setelah campuran dipanaskan. Uap dan sisa cairannya dibiarkan saling kontak sedemikian hingga pada suatu saat, semua komponen yang terdapat dalam campuran akan terdistribusi dalam kedua fasa membentuk keseimbangan. Setelah keseimbangan dicapai, uap segera dipisahkan dari cairannya, kemudian dikondensasikan membentuk destilat dan residu (Anonim, USU). Operasi ini biasanya dilaksanakan dalam suatu tray column atau packing column yang bertujuan untuk mendapatkan kontak antar fasa. Menurut K. B. A. Walangare (2013) distilasi dibedakan menjadi 5 yaitu: a. Distilasi sederhana Distilasi sederhana (distilasi biasa) adalah teknik pemisahan kimia untuk memisahkan dua atau lebih komponen yang memiliki perbedaan titik didih yang jauh. Suatu campuran dapat dipisahkan dengan distilasi biasa ini untuk memperoleh senyawa murni. Senyawa yang terdapat dalam campuran akan menguap saat mencapai titik didih masing-masing. b. Distilasi fraksinasi (bertingkat) Destilasi bertingkat adalah suatu proses destilasi berulang. Proses berulang ini terjadi pada kolom fraksional. Kolom fraksional terdiri atas beberapa plat dimana pada setiap plat terjadi pengembunan. Uap yang naik plat yang lebih tinggi lebih banyak mengandung cairan yang lebih atsiri (mudah menguap) sedangkan cairan yang yang kurang atsiri lebih banyak kondensat. Sama prinsipnya dengan destilasi sederhana, hanya destilasi bertingkat ini memiliki rangkaian alat kondensor yang lebih baik, sehingga mampu memisahkan dua komponen yang memiliki perbedaan titik didih yang berdekatan. Untuk memisahkan dua jenis cairan yang sama mudah menguap dapat dilakukan dengan destilasi bertingkat. c. Distilasi azeotrop Distilasi jenis ini digunakan untuk memisahkan campuran azeotrop (campuran dua atau lebih komponen yang sulit di pisahkan), biasanya dalam prosesnya
digunakan senyawa lain yang dapat memecah ikatan
azeotrop tersebut atau dengan menggunakan tekanan tinggi.
d. Distilasi uap
Distilasi jenis ini digunakan untuk memurnikan zat / senyawa cair yang tidak larut dalam air, dan titik didihnya cukup tinggi, sedangkan sebelum zat cair tersebut mencapai titik didihnya, zat cair sudah terurai, teroksidasi atau mengalami reaksi pengubahan ( rearranagement ), maka zat cair tersebut tidak dapat dimurnikan secara destilasi sederhana atau destilasi bertingkat, melainkan harus didestilasi dengan destilasi uap. Destilasi uap adalah istilah yang secara umum digunakan untuk destilasi campuran air dengan senyawa yang tidak larut dalam air, dengan cara mengalirkan uap air kedalam campuran sehingga bagian yang dapat menguap berubah menjadi uap pada temperature yang lebih rendah dari pada dengan pemanasan langsung. Untuk destilasi uap, labu yang berisi senyawa yang akan dimurnikan dihubungkan dengan labu pembangkit uap (lihat gambar alat destilasi uap). Uap air yang dialirkan
ke dalam labu yang berisi
senyawa yang akan dimurnikan,dimaksudkan untuk menurunkan titik didih senyawa tersebut, karena titik didih suatu campuran lebih rendah dari pada titik didih komponen-komponennya. e. Distilasi vakum Memisahkan dua kompenen yang titik didihnya sangat tinggi, motode yang digunakan adalah dengan menurunkan tekanan permukaan lebih rendah dari 1 atm, sehingga titik didihnya juga menjadi rendah, dalam prosesnya suhu yang digunakan untuk mendistilasinya tidak perlu t erlalu tinggi.
Sementara berdasarkan prosesnya distilasi dibedakan menjadii 2 jenis, yaitu distilasi batch dan distilasi kontinyu. Distilasi kontintu merupakan proses distilasi di mana feed masuk ke dalam proses secara kontinyu dan produk keluar secara kontinyu. Sedangkan distilsi batch adalah proses distilasi di mana feed masuk pada kondisi awal mulainya proses distilasi dan produk diambil secara bertahap berdasarkan waktu tertentu selama proses distilai berjalan (Buku Petunjuk Praktikum OTK II, 2016). Ditilasi batch memiliki beberapa keuntungan :
1. Kapasitas operasi terlalu kecil jika dilaksanakan secara kontinu. Di bawah batas minimum tersebut, harga peralatan akan lebih mahal dan tingkat kesulitan operasinya akan semakin tinggi. 2. Karakteristik umpan maupun laju operasi berfluktuasi sehingga jika dilaksanakan secara kontinu akan membutuhkan fasilitas pendukung yang mampu menangani fluktuasi tersebut. Peralatan distilasi batch dapat dipandang memiliki fleksibilitas operasi dibandingkan peralatan distilasi kontinu. Hal ini merupakan salah satu alasan mengapa peralatan distilasi batch sangat cocok digunakan sebagai alat serbaguna untuk memperoleh
kembali pelarut maupun digunakan pada pabrik skala pabrik. Berdasarkan Coulson & Richardson’s (1983) dalam distilasi batch campuran yang akan didistilasi dibebankan sebagai batch untuk tetap dan distilasi dilakukan sampai produk atas atau bawah yang diinginkan tercapai. Kondisi operasi distilasi batch harus seperti berikut: 1. Dimana jumlah yang akan didistilasi kecil. 2. Apabila multi produk yang harus dihasilkan. 3. Feed diproduksi pada interval yang tidak teratur. 4. Komposisi feed bervariasi.
Gambar I.1 Distilasi Batch
Distilasi dengan sistem refluks
Distilasi batch dapat dilakukan dengan sistem refluks. Refluks dilakukan untuk mempercepat reaksi dengan jalan pemanasan tetapi tidak akan mengurangi jumlah zat yang ada. Dimana pada umumnya reaksi- reaksi senyawa organik adalah “lambat” maka campuran reaksi perlu dipanaskan tetapi biasanya pemanasan akan menyebabkan penguapan baik pereaksi maupun hasil reaksi. Karena itu agar campuran tersebut reaksinya dapat cepat, dengan jalan pemanasan dan jumlahnya selalu tetap reaksinya dapat dilakukan secara refluks (Anonim). Distilasi Batch dengan stage seimbang akan memberikan pemisahan yang lebih baik dibandingkan pemisahan flash. Menambah kolom diatas ketel dan mengirimkan sebagian dari kondensat kembali ke dalam kolom dan ketel sebagai refluks akan membuat pemisahan berlangsung lebih baik lagi. Suatu kolom distilasi batch dengan umpan dimasukkan ke dalam reboiler berfungsi sebagai suatu seksi enriching . Seperti pada distilasi batch sederhana, jika rasio refluks sudah tertentu dan jumlah plate dalam kolom sudah diketahui, komposisi distilat dan cairan dalam ketel akan berubah setiap waktu. Uap yang meninggalkan ketel pada tiap waktu berada dalam keseimbangan dengan cairan yang tertinggal dalam ketel, sehingga
=
. Distilasi dengan Kolom Bahan Isian (Packing)
Fungsi dari bahan isian adalah untuk meningkatkan turbulensi dan permukaan tempat kontak fase uap dan cair, dan juga menyediakan suatu jalur yang rumit sehingga tidak terjadi by-pass . Bahan isian yang digunakan harus tahan terhadap korosi dan memiliki struktur yang kuat untuk menahan beban tumpukan. Bahan isian tersebut harus mempunyai fraksi ruang kosong yang besar (untuk menjaga agar pressure drop tetap rendah) dan memiliki densitas rendah serta biaya yang murah. Beberapa bentuk bahan isian dapat dilihat dalam Gambar I.2 berikut.
Gambar I.2 Bentuk-Bentuk Packing Bahan isian tersebut termasuk jenis random packing, yaitu bahan isian yang dituangkan ke dalam kolom. Alternatif lain dari random packing adalah bahan isian berstruktur yang berbentuk keranjang telur atau gelombang. Kelebihan dari penggunaan kolom bahan isisan adalah sebagai berikut: a. Kolom bahan isian biasanya lebih murah b. Memberikan pengoperasian yang lebih baik untuk sistem yang korosif karena dapat digunakan material keramik c. Biasanya memberikan pressure drop yang lebih rendah d. Biasanya memiliki liquid holdup yang lebih singkat e. Relatif tidak terpengaruh oleh terbentuknya busa ( foaming) Di sisi lain kolom bahan isian juga mempunyai sejumlah kekurangan berikut ini: a. Sulit untuk dibersihkan b. Umumnya lebih berat dariada kolom tray c. Tidak dapat dipanaskan atau didinginkan secara internal d. Dapat mengakibatkan channeling
Channeling menjadi pertimbangan utama dalam kolom-kolom yang
diameternya melebihi 1-2 meter. Pada kolom bahan isian berdiameter besar, channeling ditunjukkan dengan cairan yang mengalir sepanjang dinding kolom
dan ia bergerak naik dibagian tengah kolom. Apabila diameter kolom melebihi satu meter, distributor aliran diletakkan pada interval-interval tertentu. Bila diinginkan untuk membandingkan kinerja berbagai jenis tray dengan bahan isian, kita biasanya menggunakan suatu dasar perbandingan yang umum. Parameter yang digunakan sebagai pembanding adalah kecepatan uap perancangan dalam kolom, yang digunakan sebagai referensi bagi kec epatan uap pada berbagai kondisi yang lain. Rasio kecepatan maksimum perancangan dengan kecepatan operasi diistilahkan sebagai rasio turndown .
C. PROSEDUR KERJA 1. Alat
a. Pipet ukur (25 ml) b. Ball filler c. Neraca analitik d. Piknometer (5 ml) e. Termometer f. Beaker glass (250 ml dan 500 ml) g. Pengaduk kaca h. Pipet tetes i.
Labu takar
j.
Corong kaca
k. Seperangkat alat distilasi + refluk 2. Bahan
a. Etanol b. Aquades
3. Rangkaian Alat Distilasi Batch Dengan Sistem Refluks
Keterangan : 1. Pemanas Listrik 2. Labu didih 3. Termometer 4. Kolom Distilasi 5. Kondensor 6. Kran pengatur refluk dan distilat 7. Pengeluaran Distilat
Gambar I.3 Rangkaian Alat Distilasi Batch
4. Gambar Alat
a.
Pipet ukur
e. Termometer
b.
Ball filler
f. Beaker glass
c. Neraca Analitik
g. Pengaduk kaca
d. Picnometer
h. Pipet tetes
j. Corong kaca Gambar I.4 Alat Praktikum Distilasi Batch 5. Skema Kerja
Etanol 100 ml
Aquades 100 ml
200 ml campuran umpan
Mengukur Densitas Larutan
Masukkan Labu Leher Tiga
Proses Distilasi Batch
Amati perubahan suhu dan larutan di bottom dan distilat
Hitung densitas larutan di bottom dan distilat
Gambar I.5 Skema kerja praktikum distilasi batch
D. DATA PENGAMATAN
Tabel I.1 Data Pengamatan Praktikum Distilasi Batch No Perlakuan 1 Membuat campuran umpan 50% volume etanol dalam aquades dengan volume 200 ml 2 Menyiapkan alat distilasi dan merangkainya 3 Campuran didistilasi dengan packing terisi ¼ volume 4
5
6
7
Di amati suhu saat terjadinya tetesan pertama dan dilakukan penghitungan densitas di distilat Diturunkan suhunya sampai suhu di labu didih turun menjadi sekitar 30-40oC, untuk dilakukan pengambilan larutan di bottom lalu penghitungan densitasnya Langkah 4 dan langkah 5 dilakukan sebanyak 3 kali, untuk memperoleh data densitas larutan di bottom dan distilat Rangkaian alat distilasi dilepaskan
Pengamatan Diperoleh campuran umpan 50% volume etanol dalam aquades dengan volume 200 ml Operasi distilasi siap dijalankan Suhu awal campuran pada labu didih diatur pada suhu sekitar 100 o C untuk mencapai 80 – 83 oC. Suhu saat tetesan pertama adalah 81oC pada distilat dan 71 oC pada bottom Suhu di bottom turun, lalu dilakukan pengambilan larutan di bottom untuk dihitung densitas, diperoleh data densitas larutan di bottom Diperoleh 3 data densitas di bottom dan distilat dan di rata-rata yang disajikan dalam tabel I.2
Rangkaian alat distilasi terlepas
Tabel I.2. Tabel perhitungan densitas Densitas
Kesetimbangan Kesetimbangan
Kesetimbangan Densitas
gr/ml
pertama
kedua
ketiga
rata (gr/ml)
Destilat
0,827
0,81
0,83
0,822
Bottom
0,933
0,944
0,944
0,940
rata-
E. ANALISIS DAN PEMBAHASAN 1. Praktikum
Dalam praktikum distilasi batch ini, larutan umpan yang digunakan adalah larutan etanol-aquades 50% volume etanol. Pada percobaan kali ini variabel yang digunakan adalah volume packing yang digunakan yaitu ¼ volume. Jumlah isian packing yang digunakan dalam alat distilasi di Laboratorium OTK Teknik Kimia UNNES adalah 288 buah, sehingga diperoleh jumlah packing yang dibutuhkan dalam praktikum ini adalah 72 buah isian packing. Packing tersebut terbuat dari bahan kaca dengan bentuk pipa-pipa kecil dengan ukuran diameter 0,5 cm dan panjang 2 cm. Larutan umpan yang digunakan mempunyai volume total 200 ml, yang dibuat dengan cara mengambil 100 ml etanol lalu ditambahkan larutan aquades hingga volumenya 200 ml. Larutan umpan dimasukkan ke dalam labu leher tiga kemudian dirangkai menjadi menjadi alat distilasi refluks sistem packing. Penggunaan sistem distilasi kolom isian ( packing) dimaksudkan untuk meningkatkan turbulensi dan luas permukaan tempat kontak fase uap dan cair, dan juga menyediakan suatu jalur yang rumit sehingga tidak terjadi by-pass . Selanjutnya dilakukan proses distilasi refluks dengan pemasangan kumparan dan aluminium foil pada kolom packing. Tujuan pemasangan kumparan dan alumunium foil adalah agar kolom distilasi mempunyai temperatur yang hampir sama pada labu leher ti ga (labu untuk reboiler ) sehingga distilat masih berupa fase uap saat berada dalam kolom distilasi dan tidak terkondensasi di dalam kolom distilasi itu sendiri. Setelah proses distilasi berjalan selama 90 menit, suhu yang terukur dalam labu didih (bottom) adalah 81 oC sementara suhu yang terukur pada distilat adalah 71oC. Suhu tersebut lebih tinggi dari titik didih etanol yaitu 78 oC, sehingga kandungan etanol dalam campuran akan teruapkan dan menerobos melewati packing dalam kolom distilasi. Kemudian terdapat distilat (cairan) yang keluar melalui saluran refluks. Cairan tersebut merupakan uap distilat yang terembunkan dalam saluran refluks melalui kondensor. Lalu densitas distilat yang keluar diukur dengan piknometer, sementara suhu dibottom diturunkan sampai 40-50oC. Penurunan suhu ini bertujuan untuk pengambilan larutan di
bottom dan menghindari penguapan etanol di bottom agar tidak keluar. Proses penurunan suhu ini dilakukan dengan mematikan heating plate (suhu 0 oC) dan menunggu hingga suhu turun sampai 40-50 oC. Proses penurunan suhu ini berjalan lama karena proses ini tidak dilakukan dengan alat bantu (pendingin). Proses penghitungan densitas saat mencapai kesetimbangan dilakukan sebanyak 3 kali, di mana suhu saat terjadinya kesetimbangan di bottom dan distilat dari ke 3 kali penghitungan densitas adalah sama yaitu 81oC di bottom dan 71oC di distilat. Dari hasil percobaan diperoleh data densitas larutan di bottom dan di distilat. Nilai densitas di bottom antara lain 0,933 gr/ml, 0,944 gr/ml dan 0,944 gr/ml. Hasil ini menunjukkan bahwa dari percobaan pertama ke percobaan kedua mengalami peningkatan, sementara percobaan kedua ke percobaan ketiga mengalami nilai yang konstan, hal ini disebabkan karena saat mengambil larutan di bottom suhu masih terlalu tinggi, hal ini berpengaruh terhadap nilai densitas yang di hasilkan. Semakin tinggi suhu maka nilai densitas akan semakin rendah. Sementara nilai densitas di distilat antara lain 0,827 gr/ml, 0,81 gr/ml dan 0,83 gr/ml. Hasil percobaan menunjukkan bahwa nilai densitas mengalami naik turun, di mana seharusnya nilai densitas semakin lama semakin besar, karena seharusnya semakin lama distilasi maka kemurnian makin tinggi. Sementara semakin tinggi kemurnian maka densitas semakin kecil, sesuai dengan persamaan berikut: y = -3,3819x + 3,4653 dimana x merupakan fraksi dan y merupakan densitas. Persamaan diatas diperoleh dari kurva kalibrasi kelompok sebelumnya. Berikut merupakan gambar kurva kalibrasi:
Kurva Kalibrasi 1,2 1 i s a r t n e s n o K
0,8 0,6 y = -3,3819x + 3,4653 R² = 0,8852
0,4 0,2
Kurva Kalibrasi Linear (Kurva Kalibrasi)
0 -0,2 0 -0,4
0,2
0,4
0,6
Densitas
0,8
1
1,2
Dengan kurva kalibrasi di atas maka, dapat diperoleh fraksi berdasarkan densitas yang diperoleh, dengan memasukkan densitas sebagai x pada persamaan y = -3,3819x + 3,4653, sehingga diperoleh nilai fraksi yang disajikan pada tabel berikut: Densitas
Densitas
rata- Fraksi
gr/ml
rata (gr/ml)
Destilat
0,822
0,6853782
Bottom
0,940
0,286314
Berdasarkan tabel dapat disimpulkan bahwa fraksi etanol di distilat lebih tinggi dari pada fraksi di bottom, hal ini sesuai dengan literatur (Anonim). Sehingga nilai Xd = 0,6853782; Yd= 0,3146218; Xw= 0,286314 dan Yw= 0,713686. Nilai-nilai tersebut dapat digunakan untuk menghitung jumlah tray yang ideal untuk percobaan distilasi batch jika digunakan distilasi dengan sistem tray, dimana untuk menghitung jumlah tray dapat dilakukan dengan simulasi menggunakan aspen Hysys. 2. Simulasi
Simulasi yang dilakukan adalah menghitung jumlah tray / stage yang ideal untuk percobaan yang telah dilakukan. Simulasi ini menggunakan software aspen plus. Data yang dibutuhkan adalah suhu di bottom (81 OC), suhu di distilat (71oC) , Xd (0,6853782) Yd (0,3146218), Xw (0,286314) dan Yw (0,713686). Dari percobaan diperoleh bahwa jika sistem dilakukan dengan distilasi menggunakan tray maka jumlah tray yang dibutuhkan adalah 13,98 stage atau 14 stage dengan feed stage pada stage 13 dan rasio refluks sebesar 1. Untuk data lainnya dapat dilihat dibagian lampiran.
F. SIMPULAN
1.
Larutan etanol-aquades dapat dipisahkan dengan distillasi batch dengan sistem reflux .
2.
Fraksi uap dan fraksi cairan dapat ditentukan berdasarkan densitas dengan memasukkan ke dalam rumus y = -3,3819x + 3,4653 atau mengeplotkan nilai densitas yang diperoleh pada kurva kalibrasi antara densitas dan fraksi. Di mana dalam percobaan ini diperoleh fraksi etanol di distilat 0,6853782 dan fraksi etanol di bottom 0,286314.
3.
Jumlah tray atau stage yang ideal dari sistem distilasi batch untuk sistem yang dilakukan dipercobaan dapat ditentukan dengan melakukan simulasi menggunakan aspen hysys. Di mana dalam percobaan ini diperoleh jumlah tray yang dibutuhkan adalah 14 dengan feed stage pada stage 13 dan rasio refluks sebesar 1.
4. SARAN
1. Diperlukan kipas angin atau alat pendingin untuk mendinginkan bottom lebih cepat agar proses pendinginan berjalan lebih cepat. 2. Harus teliti dalam mengamati tetesan pertama yang terjadi selama proses distilasi dengan sistem refluks. 3. Sebaiknya saat memasukkan packing ke dalam tabung, tutup tabung harus dipasang terlebih dahulu agar packing tidak jatuh.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Ekstraksi minyak jahe dengan cara distilasi . Universitas Sumatera Utara. Tim Dosen Praktikum OTK II. 2016. Petunjuk Praktikum OTK II. Jurusan Teknik Kimia. Fakultas Teknik. Universitas Negeri Semarang. Semarang. Ummu Hani. 2008. Destilasi. Kumpulam Laporan Praktikum Kimia Fisika. Laboraorium Kimia PMIPA. FKIP. UNLAM. Banjarmasin. Walangare. K.B. A., dkk. 2013. Rancang Bangun Alat Konversi Air Laut Menjadi Air Minum Dengan Proses Destilasi Sederhana Menggunakan Pemanas Elektrik. E-Jurnal Teknik Elektro dan Komputer. Jurusan Teknik Elektro.
FT. UNSRAT. Manado
LAMPIRAN Tabel I.3 Data hasil simulasi dengan Aspen Plus
Minimum reflux ratio Actual reflux ratio Minimum number of stages Number of actual stages Feed stage Number of actual stages above feed Reboiler heating required Condenser cooling required Distillate temperature Bottom temperature Distillate to feed fraction HETP
0,72409796 1 7,08332841 13,9863764 13,3571472 12,3571472 10671,0146 10333,0553 78,4560338 92,5381408 0,289444877 0,005719852
cal/sec cal/sec C C meter
Flowsheet untuk sistem
78 1 81 1 DIST-OUT 93 FEED
DIST-01 1
BOTT-OUT
Tem pe ra ture (C) Pressure (bar)
Tabel I.4 Streams
Substream: MIXED Mole Flow kmol/hr ETHANOL WATER Total Flow kmol/hr Total Flow kg/hr Total Flow l/min Temperature C Pressure bar Vapor Frac Liquid Frac Solid Frac Enthalpy cal/mol Enthalpy cal/gm Enthalpy cal/sec Entropy cal/mol-K Entropy cal/gm-K Density mol/cc Density gm/cc Average MW Liq Vol 60F l/min
BOTT-OUT
DIST-OUT
DIST-01 LIQUID
DIST-01 LIQUID
0,1605387 4,65655 4,817088 91,28491 1,679709 92,53814 1,01325 0 1 0 -66959,24 -3533,427 -89596,82 -36,51379 -1,926826 0,0477968 0,9057609 18,95023 1,556495
1,444848 0,5173944 1,962243 75,88378 1,67506 78,45603 1,01325 0 1 0 -65244,56 -1687,128 -35562,68 -65,76841 -1,700674 0,0195241 0,7550352 38,67196 1,556495
FEED DIST-01 LIQUID
1,605387 5,173944 6,779331 167,1687 3,333333 81 1,01325 0 1 0 -66642,4 -2702,605 -1,26E+05 -45,24719 -1,834947 0,0338966 0,8358434 24,65858 3,11299
Kurva Kalibrasi
Kurva Kalibrasi 1,2 1 0,8 0,6 i s k a r F
y = -3,3819x + 3,4653 R² = 0,8852
0,4
Kurva Kalibrasi
0,2 0
Linear (Kurva Kalibrasi) 0
0,2
0,4
0,6
-0,2 -0,4
Densitas
0,8
1
1,2