70
6
LAPORAN AKHIR
STASE MANAJEMEN KEPERAWATAN DENGAN PROYEK INOVASI
"PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN FORMULIR ASESMEN KEPERAWATAN PASIEN DEWASA DI BANGSAL AL KAUTSAR"
RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UNIT II
DisusunOleh:
KELOMPOK D
Sabniyanto (2014-403-1-010)
AyukoRizkyOktavia (2014-403-1-071)
Tantiya Rani (2014-403-1-076)
DisaGrapella (2014-403-1-081)
Hajarudin (2014-403-1-130)
NinndaDwiKurniasari (2014-403-1-134)
Maya Febriana (2014-403-1-178)
SatriaPutra Nuryadi (32-001-06-1-2013)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2015
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN AKHIR PROYEK INOVASI
STASE MANAJEMEN KEPERAWATAN DENGAN PROYEK INOVASI
"PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN FORMULIR ASESMEN KEPERAWATAN PASIEN DEWASA DI BANGSAL AL KAUTSAR"
RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UNIT II
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Praktik Profesi Ners Stase Manajemen Keperawatan
Oleh: Kelompok D
Profesi Ners Angkatan XXII
Mengetahui
PembimbingKlinik PembimbingAkademik
Arif Riyanto, S.Kep., Ns Novita Kurniasari Ns., M.Kep
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan, Rahmat dan Taufiq-Nya sehingga kelompok dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Stase Manajemen Keperawatan Di Bangsal Al Kautsar RS PKU Muhammadiyah PKU 2 Yogyakarta. Adapun tujuan penyusunan laporan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas praktik stase Manajemen Keperawatan.
Dalam penulisan laporan dan menjalankan praktik Manajemen Keperawatan ini tidak akan terwujud tanpa dukungan, dorongan, bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan manajemen keperawatan ini, terutama kepada yang terhormat :
Azizah Khoiriyati, S.Kep.,Ns., selaku Kepala Pendidikan Ners UMY
Dr. Ahmad Faesol, M.Kes., Sp. Rad selaku Direktur RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta unit II.
Arif Riyanto, S.Kep, Ns, selaku Manajer Keperawatan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta unit II dan menjadi pembimbing klinik yang selalu mengarahkan, menuntun kami, dan bersedia meluangkan waktu membimbing kelompok setiap hari sehingga kelompok selalu termotivasi dalam menyelesaikan laporan.
Novita Kurniasari,Ns., M.Kep selaku pembimbing Akademik yang selalu sabar serta memberi masukan-masukan yang membangun dan luar biasa dalam stase menajemen keperawatansehingga kelompok mampu memperbaiki setiap permasalahan yang ditemui.
Rubiyanto, S.Kep.,Ns selaku Kepala Ruang Bangsal Al Kautsar RS PKU MuhammadiyahYogakarta unit II yang selalu memberi kesempatan pada kelompok untuk mengaplikasikan manajemen keperawatan, dan selalu membantu dalam praktek manajemen keperawatan.
Segenap perawat primer dan perawata assosiate yang telah memberi dukungan dan bersedia bekerja sama dalam praktek manajemen keperawatan.
Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan ini, masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan penyusunan laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat. Terimakasih
Yogyakarta, Oktober 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL. i
LEMBAR PENGESAHAN. ii
KATA PENGANTAR. iii
Daftar Isi v
BAB 1
PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang .1
B. Waktu Dan Tempat Pelaksanaan .7
C. Tujuan .8
D. Manfaat .9
BAB II
TINJAUAN TEORI .10
A. Dokumentasi Keperawatan .10
1. Pengertian .10
2. Tujuan dokumentasi .10
3. Manfaat dokumentasi .11
4. Prinsip dokumentasi keperawatan .12
5. Komponen Dokumentasi .14
6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dokumentasi .18
B. Petunjuk Teknis .21
BAB III
METODELOGI DAN HASIL PENGKAJIAN .24
C. Desain Penelitian .24
D. Lokasi Dan Waktu Penelitian .24
E. Populasi dan Sampel .24
F. Teknik Pengambilan Sampling .25
G. Pengumpulan Data .25
H. Hasil Pengkajian Fungsi Manajemen Di Bangsal Al Kautsar .27
1. Sejarah Rumah Sakit .27
2. Denah Ruangan Al-Kautsar .29
3. Denah Ners Station .30
4. Struktur Organisasi di Bangsal Al-Kautsar .31
5. Jenis Layanan .32
6. Proses Manajemen Keperawatan Di Bangsal Al-Kautsar .32
Input .32
Indikator Pelayanan Bangsal Al Kautsar .32
Perhitungan Jumlah Tenaga Keperawatan .33
Sarana dan Prasarana .34
Pasien Rawat Inap di Bangsal Al Kautsar .36
Proses .37
Job Description .37
Supervisor .37
Perawat Penanggung Jawab Pasien (PPJP) .38
Perawat Penanggung Jawab Shift .39
Perawat Pelaksama .40
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan……………….…………...42
Hasil Wawancara Terkait Asuhan Keperawatan .43
Hasil Wawancara Mendalam Terhadap Kepala Ruang .43
Hasil Wawancara Mendalam Terhadap Perawat .45
Ouput .51
Hasil evaluasi Kepuasan Pasien Terhadap Mutu Pelayanan .51
I. Permasalahan .56
J. Prioritas Masalah .57
K. Diagram Fish Bone .58
BAB IV
PLAN OF ACTION (POA) .59
BAB V
Kesimpulan...........................................................................................................60
Saran.....................................................................................................................60
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pendokumentasian merupakan suatu kegiatan pencatatan, pelaporan atau merekam suatu kejadian serta aktivitas yang dilakukan dalam bentuk pemberian pelayanan yang dianggap penting dan dapat dipertanggung jawabkan (Dalami, 2011). Dokumentasi dalam keperawatan memegang peranan penting terhadap segala macam tuntutan masyarakat yang semakin kritis dan mempengaruhi kesadaran masyarakat akan hak-haknya dari suatu unit kesehatan (Yanti & Waskito, 2013). Pendokumentasian yang tidak dilakukan dengan lengkap dapat menurunkan mutu pelayanan keperawatan karena tidak dapat mengidentifikasi sejauh mana tingkat keberhasilan asuhan keperawatan yang telah diberikan, dalam aspek legal perawat tidak mempunyai bukti tertulis jika klien menuntut ketidakpuasan akan pelayanan keperawatan (Nursalam, 2008).
Menurut Potter & Perry (2009), dokumentasi asuhan keperawatan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sebagai metode ilmiah penyelesaian masalah keperawatan pada pasien untuk meningkatkan outcome pasien. Ciri dokumentasi asuhan keperawatan yang baik adalah berdasarkan fakta (factual basis), akurat (accuracy), lengkap (completeness), ringkas (conciseness), terorganisir (organization), waktu yang tepat (time liness), dan bersifat mudah dibaca (legability) (Aziz, 2002).
Prinsip-prinsip pendokumentasian direvisi menjadi tiga bentuk standar dokumentasi yaitu communication, accountability, dan safety (ANA, 2010). Untuk menilai kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat dapat menggunakan instrumen studi dokumentasi. Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan pendokumentasian yang ditemukan dalam rekam medik pasien dengan pendokumentasian yang ditentukan dalam standar asuhan keperawatan (Yanti, R & Waskito, 2013).
Berdasarkan penelitian Agung dan Wijaya (2013), terdapat hubungan antara dokumentasi keperawatan dengan tingkat kepuasan pasien dimana berdasarkan hasil uji Spearman's Rho antara variabel dokumentasi keperawatan dengan tingkat kepuasan pasien di instalasi rawat inap RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto didapatkan nilai ρ = 0,007. Hasil tersebut lebih kecil dari taraf signifikan yang digunakan yaitu α = 0,05 dengan kata lain terdapat hubungan antara dokumentasi keperawatan dengan tingkat kepuasan pasien.
Beberapa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dokumentasi asuhan keperawatan yaitu motivasi, beban kerja, tanggung jawab perawat, pre conference, supervise dan petunjuk teknis (juknis) dalam dokumentasi asuhan keperawatan. Faktor yang pertama yaitu motivasi merupakan dorongan yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan, dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja (Mangkunegara, 2005). Berdasarkan penelitiannya Yanti & Waskito (2013), terdapat hubungan antara motivasi dengan kualitas dokumentasi proses asuhan keperawatan dengan hasil uji statistik diperoleh P value = 0,036. Hal ini didukung juga oleah Mudayana (2010) bahwa motivasi kerja yang semakin tinggi menjadikan perawat mempunyai semangat yang tinggi untuk memberikan pelayanan yang terbaik. Hal ini sebanding dengan motivasi untuk melakukan pendokumentasian yang tinggi akan menghasilkan kualitas dokumentasi yang baik.
Berdasarkan Lapod (2015), salah satu penyebab perawat tidak melaksanakan pengisian dokumen standar asuhan keperawatan adalah terbatasnya sumber daya manusia sehingga pekerjaan yang akan dilakukan begitu banyak dan kurangnya waktu untuk melakukan pengisian dokumen. Faktor yang kedua yaitu beban kerja, karena keterbatasan tenaga perawat menjadikan perawat bekerja hanya berorientasi pada tindakan saja, sehingga tidak cukup waktu untuk menuliskan setiap tindakan yang telah diberikan pada lembar format dokumentasi keperawatan, supervisi yang masih belum terorganisir dengan jelas mulai dari jadwal supervise, kapan harus dilakukannya supervisi, pemberian arahan dan bimbingan yang jarang dilakukan, untuk mendorong perawat agar dapat lebih giat lagi dalam bekerja, yang menjadi alasan bagi perawat untuk tidak melengkapi pendokumentasian asuhan keperawatan (Hafid, 2014).
Pengisian dokumen standar suhan keperawatan merupakan tanggung jawab seorang perawat. Seorang perawat harus melaksanakan tugas-tugas yang dilimpahkan kepadanya, apabila terdapat kesalahan dalam pengisian akan dapat menimbulkan suatu masalah bagi pasien ataupun perawat itu sendiri dalam melaksanakan proses tindakan keperawatan. Kepatuhan perawat pada pengisian dokumen standar asuhan keperawatan dapat bermanfaat untuk melakukan tindakan yang terarah dan teratur sesuai dengan prosedur yang ada, dapat melakukan tindakan perkembangan pasien dan ada bukti pelaksanan tindakan keparawatan (Lestari & Rosyidah, 2011).
Kelengkapan data merupakan suatu data yang fakta, sesuai dengan keadaan pasien yang sebenarnya sedangkan kelengkapan dokumen asuhan keperawatan pada ruang perawatan Al-Kautsar masih dibawah 100%, dimana berdasarkan hasil pengkajian menggunakan Instrument Studi Dokumentasi didapatkan nilai pengkajian keperawatan sebesar 36,1 %, dokumentasi 18, 5%, perencanaan 50%, tindakan 63,8 %, evaluasi 50% dan catatan askep 73,3%. Hal ini dimungkinkan karena beban kerja yang tinggi mengingat BOR dibulan Juni 2015 sebesar 60,5%, bulan Juli 2015 sebesar 50,8% dan bulan Agustus 2015 sebesar 51,0%. Sedangkan TOI dibulan Juni 2015 sebesar 2,3 hari, bulan Juli 2015 sebesar 2,9 hari dan bulan Agustus 2015 sebesar 3 hari dengan 25 tempat tidur.
Faktor yang ketiga yang mempengaruhi pendokumentasian asuhan keperawatan yaitu tanggung jawab perawat dimana berdasarkan hasil penelitian Ulum & Wulandari (2013), bahwa terdapat pengaruh dari tanggung jawab terhadap kepatuhan pendokumentasian asuhan keperawatan. Tanggung jawab merupakan sesuatu yang harus atau wajib dilakukan dan dikerjakan. Dengan adanya rasa tanggung jawab maka akan dapat meningkatkan kinerja terutama dalam pemberian asuhan keperawatan.
Berdasarkan Matyarini (2014), faktor yang selanjutkan yaitu pre-conference, dimana pre-conference merupakan untuk mengidentifikasi masalah- masalah pasien, merencanakan asuhan dan merencanakan evaluasi hasil, mempersiapkan hal-hal yang akan ditemuai di lapangan dan mempersiapkan kesempatan untuk berdiskusi tentang keadaan pasien. Isi pre-conference adalah rencana tiap perawat, dan tambahan rencana dari ketua tim dan penanggungjawab tim. Perencanaan yang baik pada pre-conferenceakan membantu pelaksanaan keperawatan bagi para perawat sehingga mereka melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar dan perencanaan yang telah disusun. Hal ini sesuai dalam penelitian nya didapatkan bahwa p value = 0,01< α = 0,05 sehingga Ha di terima artinya ada hubungan antara pre-conference dengan pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan.
Faktor yang mempengaruhi pendokumentasian askep yang selanjutnya yaitu supervisi. Supervisi perlu di rencanakan kepala ruang dalam memberikan arahan, melatih, mengamati dan menilai kerja perawat. Peran supervisi keperawatan bila dilakukan dengan baik maka akan terjadi peningkatan kemampuan perawat pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan dan pendokumentasian asuhan keperawatan hal ini akan berdampak pada peningkatan kerja perawat yang maksimal (Lestari & Rosyidah, 2011). Kegiatan supervisi yang baik dapat dipakai sebagai usaha untuk melakukan penjaminan mutu. Penyebab supervisi yang belum memberikan kontribusi dalam meningkatkan kualitas dokumentasi diantaranya karena supervisi dilaksanakan dengan kaku, tanpa empati, gagal memberikan dukungan, dan tidak mendidik (Pitman, 2011). Berdasarkan penelitian Lapod, dkk (2015) nilai signifikansi p=0,000 menunjukan nilai tersebut lebih kecil dari p<0,05 yang artinya ada hubungan yang bermakna antara supervisi keperawatan dengan kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan.
Faktor yang mempengaruhi pendokumentasian askep yang terakhir yaitu adanya petunjuk teknis dokumentasi dalam asuhan keperawatan. Petunjuk teknis atau sering disingkat juknis adalah pengaturan yang memuat hal-hal yang berkaitan dengan teknis kegiatan dan prosedur. Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 setiap penyelenggara pelayanan publik baik yang memberikan pelayanan kepada masyarakat secara langsung maupun tidak langsung wajib menyusun dan menerapkan standar pelayanan sebagai tolok ukur dalam penyelenggaraan pelayanan di lingkungan masing-masing maupun di lingkungan rumah sakit. Sebagai tindak lanjut pelaksanaannya, diperlukan petunjuk teknis (juknis) dalam pelaksaan dokumentasi asuhan keperawatan sebagai acuan bagi penyelenggara dalam menyusun, menetapkan dan menerapkan standar pelayanan askep di rumah sakit.
Berdasarkan hal tersebut, mahasiswa Keperawatan PSPN UMY dituntut untuk dapat mengaplikasikan secara langsung petunjuk teknis terkait pendokumentasian asuhan keperawatan di Bangsal Al Kautsar RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II dengan arahan pembimbing akademik dan pembimbing klinik. Adanya praktek manajemen keperawatan di klinik, diharapkan mahasiswa mampu menerapkan ilmu yang sudah didapat, mampu mengelola ruang perawatan dengan pendekatan proses manajemen serta melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan dengan tepat.
Waktu Dan Tempat Pelaksanaan
Tempat praktek mahasiswa profesi Ners Angkatan XXII Stase Manajemen Keperawatan dilaksanakan di Bangsal Al Kautsar RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit berlangsung mulai 21 September – 17 Oktober 2015. Pelaksanaa pengkajian manajemen keperawatan dimulai pada minggu pertama yaitu dari tanggal 21 September – 23 September 2015. Pada tanggal 28 September 2015 mahasiswa melakukan presentasi yang pertama tentang hasil dari pengkajian dan identifikasi masalah. Pelaksanaan role play berlangsung selama 2 minggu, yang dimulai tanggal 27 September – 10 Oktober 2015, sedangkan pelaksanaan evaluasi manajemen keperawatan mulai tanggal 12 – 15 Oktober 2015.
Praktikan
Mahasiswa tahap profesi Ners Angkatan XXII Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dengan anggota :
Sabniyanto (2014-403-1-010)
Ayuko Rizky Oktavia (2014-403-1-071)
Tantiya Rani (2014-403-1-076)
Disa Grapella (2014-403-1-081)
Hajarudin (2014-403-1-130)
Ninnda Dwi Kurniasari (2014-403-1-134)
Maya Febriana (2014-403-1-178)
Satria Putra Nuryadi (32-001-06-1-2013)
Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan umum dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan dokumentasi asuhan keperawatan di Bangsal Al Kautsar RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II.
Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktek manajemen di Bangsal Al Kautsar diharapkan tercapainya kegiatan mahasiswa yang terdiri dari:
Tersedianya formulir assesmen keperawatan pasien dewasa yang mudah diisi oleh perawat di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II.
Tersedianya petunjuk teknis pengisian formulir assesmen keperawatan dewasa di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II.
Manfaat
Bagi Mahasiswa Profesi PSPN FKIK UMY angkatan XXII kelompok D :
Dapat memahami cara menerapkan menejemen keperawatan dan melakukan asuhan keperawatan secara real, terutama dalam hal pendokumentasian asuhan keperawatan.
Bagi Perawat Bangsal :
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam mengelola pelayanan asuhan keperawatan yang profesional dan mengetahui pendokumentasian asuhan keperawatan secara tepat.
Bagi Bangsal Al Kautsar
Sebagai evaluasi pendokumentasian asuhan keperawatan untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan di bangsal Al Kautsar.
Bagi Rumah Sakit
Dapat meningkatkan kualitas pelayanan bagi masyarakat.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Dokumentasi Keperawatan
Pengertian
Pengertian dokumentasi keperawatan menurut Carpenito (1999), merupakan suatu rangkaian kegiatan yang rumit dan sangat beragam serta memerlukan waktu yang cukup banyak dalam proses pembuatannya. Perkiraan waktu pembuatan dokumentasi asuhan keperawatan dapat mencapai 35-40 menit, hal ini dikarenakan seringnya perawat melakukan pencatatan yang berulang¬ulang atau duplikatif. Walaupun demikian, terkadang dokumentasi keperawatan yang dihasilkan masih sering kurang berkualitas.
Sementara itu, Ali (2010) mendefinisikan dokumentasi keperawatan merupakan suatu dokumen atau catatan yang berisi data tentang keadaan pasien yang dilihat tidak saja dari tingkat kesakitan akan tetapi juga dilihat dari jenis, kualitas dan kuantitas dari layanan yang telah diberikan perawat dalam memenuhi kebutuhan pasien.
Tujuan dokumentasi
Tujuan pendokumentasian keperawatan, antara lain sebagai berikut:
Sebagai media untuk mendefinisikan fokus keperawatan bagi klien dan kelompok.
Untuk membedakan tanggung gugat perawat dengan anggota tim kesehatan lainnya.
Sebagai sarana untuk melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah diberikan kepada klien.
Sebagai data yang dibutuhkan secara administratif dan legal formal.
Memenuhi persyaratan hukum, akreditasi dan professional.
Untuk memberikan data yang berguna dalam bidang pendidikan dan penelitian.
Manfaat dokumentasi
Manfaat dokumentasi asuhan keperawatan menurut Nursalam (2008) berdasarkan beberapa aspek berikut :
Aspek hukum: Dokumentasi keperawatan yang dibuat merupakan aspek legal didepan hukum. Dokumentasi merupakan bukti catatan dari tindakan yang diberikan dan sebagai dasar untuk melindungi pasien, perawat dan institusi.
Kualitas pelayanan, komunikasi: Melalui audit keperawatan dokumentasi keperawatan dijadikan alat untuk mengukur dalam membandingkan antara tindakan yang diberikan dengan standar yang dijadikan rujukan. Dengan demikian dapat diketahui apakah dalam bekerja telah sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Keuangan: Dokumentasi yang baik dan teliti akan menjadi bukti bahwa tindakah telah dilakukan oleh perawat. Dan dengan dokumentasi ini maka besarnya jasa yang diberikan akan diberikan sesuai dengan aturan yang ditetapkan ditempat masing-masing.
Pendidikan: Dokumentasi keperawatan dapat dijadikan sebagai rujukan bagi siswa-siswa perawat.
Penelitian: Penelitian keperawatan dengan menggunkan data-data sekunder akan sangat bergantung dengan kualitas dari dokumentasi keperawatan yang dibuat. Kesalahan dalam membuat atau pengisian dokumentasi yang tidak lengkap akan membuat informasi tentang riwayat pasien menjadi kabur.
Prinsip dokumentasi keperawatan
Dokumentasi kepeawatan mempunyai 3 prinsip yaitu: Brevity, Legibility, dan Accuracy (Carpenitto, 1991). Prinsip-prinsip tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Brevity
Dalam melakukan pendokumentasian setiap petugas/perawat harus brevity, brevity sendiri adalah ringkas, jadi kita dalam mencatat isi dokumentasi keperawatan harus ringkas dan tidak perlu memasukan kata: kata atau kalimat yang tidak penting dan mempunyai makna yang tidak sesuai, misal:
Intervensi: Berikan cairan infus RL 4 tetes/menit (ringkas/brevity)
Intervensi: Berikan cairan infus ringer laktat 4 tetes per menit karena di sarankan oleh dokter bedah yaitu dr. AA Sp.D. yang jaga sihf pagi (tidak brevity).
Dengan menuliskan catatatan yang ringkas dan mengenai inti masalah maka catatan dokumentasi akan mudah dipahami dan tidak memakan ruang dalam lembar yang tersedia.
Legidibility
Legidibility yaitu dimana dalam penulisan/pencatatan dokumentasi keperawatan harus mudah dibaca dan di pahami oleh perawat lain atau profesi lain yang ikut dalam proses pendokumentasian, misal:
Perawat harus menuliskan catatan yang jelas yang bisa dibaca dan di mengerti oleh perawat lain, dan tidak menuliskan istilah-istilah yang tidak di pahami oleh orang lain. Semisal ada istilah baru maka harus segera di diskusikan ke semua tim untuk menggunakan istilah tersebut.
Accuracy
Accuracy adalah sesuai dengan data yang ada pada klien.Jadi kita harus memasukan data pada dokementasi keperawatan harus benar dan sesuai dengan data baik identitas, laboratorium dan radiologi pada setiap klien. Ini adalah aspek yang sangat vital dan tidak boleh salah atau tertukar dengan klien lain, misal:
Dalam memasukan data pemberian obat perawat harus teliti dan tidak boleh salah, obat yang resepkan untuk Tn. A tidak boleh di berikan kepada Tn. C.
Komponen Dokumentasi
Terdapat tiga komponen penting yang berperan dalam pembuatan dokumentasi asuhan keperawatan yaitu:
Sarana komunikasi
Komunikasi yang baik antara perawat dengan klien atau keluarganya akan diperoleh informasi yang akurat sehingga dokumentasi keperawatan akan dilaksanakan dengan optimal. Dengan komunikasi yang baik akan memudahkan dalam proses pengumpulan data serta tercipta hubungan yang harmonis antara perawat dan klien sehingga akan membantu dalam memecahkan masalah yang dihadapi oleh klien.
Dokumentasi proses keperawatan
Proses keperawatan merupakan inti dari praktik keperawatan dan juga sebagai isi pokok dokumentasi keperawatan. Beberapa tahap proses keperawatan meliputi beberapa pengelompokan dokumentasi keperawatan:
Dokumentasi pengkajian keperawatan
Dokumentasi diagnosa keperawatan
Perencanaan keperawatan
Dokumentasi tindakan keperawatan
Dokumentasi evaluasi keperawatan.
Standar keperawatan
Standar keperawatan merupakan gambaran dari kualitas, karakteristik, sifat, dan kompetensi yang diharapkan dari beberapa aspek dalam praktik keperawatan.Standar keperawatan diperlukan oleh perawat karena sebagai dasar menentukan arah atau petunjuk dalam dokumentasi kegiatan serta dalam pembuatan format pencatatan yang tepat.
Tabel 1. Komponen Dokumentasi Asuhan Keperawatan
Tahapan proses Keperawatan
Komponen
Hal- Hal yang Harus Diperhatikan
Pengkajian
Mengumpulkan dan mengorganisasikan data. Pengumpulan data dari hasil wawancara, inspeksi dan observasi langsung.
Catat data yang telah dikumpulkan yang meliputi data dasar tentang tanda- tanda vital, bb dan tb, pemeriksaan fisik dan observasi, tanda- tanda khusus, riwayat kesehatan termasuk hasil pengkajian ulang data yang diperoleh dari data flowsheet
Yakinkan bahwa semua data tercatat pada status klien. Data yang didokumentasikan memberikan kemudahan untuk komunikasi antar anggota tim kesehatan. Tujuan mengumpulkan data adalah menentukan kebutuhan klien sehingga memudahkan untuk membuat rencana keperawatan bagi klien
Diagnosis Keperawatan
Menggambarkan masalah klien, baik aktual maupun potensial berdasarkan hasil pengkajian data
Dokumentasikan pada daftar diagnosis keperawatan/ masalah kolaboratif termasuk masalah potensial
Dokumentasikan masalah- masalah yang berpengaruh pada kesehatan klien.
Identifikasi kebutuhan klien yang riil seperti pengetahuan tentang pengobatan jangka panjang.
Rencana Keperawatan
Menentukan prioritas tujuan, kemungkinan pemecahan, metode pendekatan pemecahan masalah
Catat kerangka tujuan, pendekatan yang dilakukan untuk setiap masalah, termasuk perubahan intervensi untuk mengubah masalah klien atau merevisi diagnosis keperawatan
Ingat, rencana alternatif mungkin diperlukan untuk memecahkan masalah klien. Tentukan pendekatan yang akan dilakukan dalam pemecahan masalah
Intervensi
Melakukan tindakan keperawatan, aktivitas perawatan
Dokumentasikan tindakan perawat, termasuk tindakan mencegah komplikasi dan meningkatkan status kesehatan. Dokumentasikan penyuluhan, pengobatan, prosedur khusus dan pemeriksaan diagnostik
Berfokus pada pencapaian tujuan, intervensi dengan batas waktu yang telah ditetapkan. Waktu merupakan bagian dari dokumentasi intervensi. Intervensi melibatkan klien dan keluarganya. Dokumentasikan secara sistematis tahap demi tahap dari intervensi yang diberikan.
Evaluasi
Memeriksa kembali hasil pengkajian awal dan intervensi awal untuk mengidentifikasi masalah dan rencana keperawatan klien termasuk strategi keperawatan
Modifikasi tujuan evaluasi/kesimpulan akhir didasarkan pada pengkajian awal, catatan perkembangan, data yang telah direvisi dan data klien yang terbaru
Evaluasi menghasilkan informasi/ data yang baru. Informasi baru ini dibandingkan dengan informasi awal dan keputusam yang telah dibuat tentang tujuan yang telah dicapai.
Tabel 2. Kemampuan Perawat dalam Asuhan Keperawatan
Tahapan Dokumentasi Keperawatan
Kemampuan Perawat
Pengkajian
Mengidentifikasi kebutuhan dasar manusia, hal- hal yang berkaitan dengan status kesehatan. Memiliki pengetahuan patofisiologi. Mengidentifikasi sistem keluarga.
Mengidentifikasi sistem lingkungan fisiok, budaya, sosial, ekonomi, politik. Terampil berkomunikasi dengan baik dan benar dalam pengumpulan data. Terampil dalam pemeriksaan fisik klien.
Diagnosa Keperawatan
Mengidnetifikasi masalah, penyebab dan tanda/ gejala masalah tersebut
Merumuskan karakteristik diagnosis keperawatan
Menyusun urutan prioritas masalah keperawatan
Mengidentifikasi hubungan sebab akibat dari komponen komponen- komponen diagnosis keperawatan
Perencanaan
Memahami ruang lingkup praktek keperawatan sebagai dasar penyusunan perencanaan. Memahami kompetensi dari setiap anggota tim kesehatan/ tim keperawatan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. Mengambil keputusan untuk pemecahan masalah/ diagnosis keperawatan.
Kemampuan untuk memprediksi kesehatan klien pada masa yang akan datang.
Implementasi
Memenuhi kebutuhan dasar klien
Menguasai teknik- teknik keperawatan tertentu yang berkaitan dengan kebutuhan klien misalnya teknik septik dan aseptik, teknik pemenuhan o2, dll.
Menguasai teknik penunjang observasi klien, teknik psikomotor, teknik kolaborasi penyuluhan/ pendidikan kesehatan, dll.
Memahami dan mampu melaksanakan etika keperawatan pada setiap tindakan dengan memperhatikan norma- norma yang berlaku pada setiap institusi.
Evaluasi
Membandingkan hasil tindakan atau proses keperawatan dengan standart yang harus dilakukan dalam menilai perkembangan klien.
Memodifikasi rencana dan tindakan sesuai dengan hasil penilaian.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dokumentasi
Motivasi
Motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri sesorang secara sadar ataupun tidak sadar untuk melakukan sesuatu tindakan dengan tujuan tertentu (KBBI, 2005). Sementara itu, motivasi kerja adalah suatu kondisi yang berpengaruh untuk membangkitkan, mengarahkan, dan memelihara prilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja (Mangkunegara, 2000 dalam Nursalam, 2007).
Dalam suasana kerja, motivasi sangat penting karena motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal (Hasibuan, 2005). Motivasi semakin penting karena manajer membagikan pekerjaan pada bawahannya untuk dikerjakan dengan baik dan terintegrasi kepada tujuan yang diinginkannya.
Supervisi
Supervisi merupakan proses berkesinambungan untuk peningkatan kemampuan dan merupakan tindakan, melakukan pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan terhadap pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahan untuk kemudian apakah ditemukan masalah, segera diberikan petunjuk atau bantuan yang bersifat langsung guna mengatasinya. Supervisi perlu di rencanakan kepala ruang dalam memberikan arahan, melatih, mengamati dan menilai kerja perawat
Sikap
Menurut Notoadmodjo (2000), sikap merupakan kesiapan atau kesedianuntuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktifitas, akan tetapimerupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup. Sikap merupakanreaksi atau respon yang masih tetap dari seseorang terhadap sesuatu stimulus atauobjek, Menurut Green dalam Notoatmodjo (2003) mengatakan bahwa sikap menentukan perilaku seseorang.Sikap yang positif diharapkan menjadi motivasiyang kuat dalam usaha melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan.
Tingkatan sikap
Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian itu terhadap ceramah-ceramah.
Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang menerima ide tersebut.
Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya: seorang petugas mengajak petugas yang lain (tetangganya, saudaranya dan sebagainya). Untuk ikut melaksanakan pendokumentasian yang lengkap, atau mendiskusikan tentang hal-hal terkait tentang cara pendokumentasian yang lengkap, adalah suatu bukti bahwa si petugas tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap pentingnya dokumentasi.
Bertanggung jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi. Sikap mungkin terarah terhadap benda, orang tetapi juga peristiwa, pandangan, lembaga, norma dan nilai.
Beban Kerja
Pengertian beban kerja
Menurut Moekijat (2004) beban kerja adalah volume dari hasil kerja atau catatan tentang hasil pekerjaan yang dapat menunjukan volume yang dihasilkan oleh sejumlah pegawai dalam suatu bagian tertentu.Jumlah pekerjaan yang harus diselesaikan oleh sekelompok atau seseorang dalam waktu tertentu atau beban kerja dapat dilihat pada sudut pandang obyektif dan subyektif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja
Untuk memperkirakan beban kerja keperawatan pada sebuah unit pasien tertentu, manajer harus mengetahui beberapa faktor yang mempengaruhi beban kerja diantaranya (Caplan & Sadock, 2006):
Berapa banyak pasien yang dimasukkan ke unit perhari, bulan atau tahun
Kondisi pasien di unit tersebut
Rata-rata pasien menginap
Tindakan perawatan langsung dan tidak langsung yang akan dibutuhkan olehmasing-masing pasien
Frekuensi masing-masing tindakan keperawatan yang harus dilakukan
Rata-rata waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan masing-masing tindakanperawatan langsung dan tak langsung
Pre Conferens
Pre conference merupakan komunikasi ketua tim dan perawat pelaksana setelah selesai timbang terima untuk rencana kegiatan pada dinas shift tersebut yang dipimpin oleh ketua tim atau penanggungjawab tim. Isi pre conference adalah rencana tiap perawat, dan tambahan rencana dari ketua tim dan penanggungjawab tim. Perencanaan yang baik pada pre conference akan membantu pelaksanaan keperawatan bagi para perawat sehingga pelaksanaan asuhan keperawatan sesuai standar dan perencanaan yang telah disusun.
Petunjuk Teknis
Sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, bahwa setiap penyelenggara pelayanan publik baik yang memberikan pelayanan kepada masyarakat secara langsung maupun tidak langsung wajib menyusun, menetapkan, dan menerapkan standar pelayanan sebagai tolok ukur dalam penyelenggaraan pelayanan di lingkungan masing-masing.
Sebagai tindak lanjut pelaksanaan Undang-Undang tersebut diperlukan adanya petunjuk teknis (juknis). Juknis ini dimaksudkan sebagai acuan bagi penyelenggara dan masyarakat dalam menyusun, menetapkan, dan menerapkan standar pelayanan. Rumah sakit merupakan salah satu pemberi layanan publik yang membutuhkan adanya pedoman pemberi layanan, khusunya pada praktek di ruang rawat inap pada proses keperawatan. Dibutuhkan adanya petunjuk teknis sebagai pedoman dalam mengisi dokumentasi asuhan keperawatan.
Petunjuk teknis pendokumentasian asuhan keperawatan merupakan tulisan yang memuat aturan dan tata cara yang berkaitan dengan kegiatan pendokumentasian asuhan keperawatan. Petunjuk teknis bermanfaat untuk mempermudah dalam ketepatan pengisian dokumentasian keperawatan.
Adapun tujuan dari pembuatan juknis antara lain:
Tujuan umum
Sebagai panduan pengisian asesmen asuhan keperawatan secara tepat, sehingga diharapkan tercapainya perawatan yang tepat dan paripurna.
Tujuan khusus
Sebagai panduan untuk mengisi formulir alasan utama atau keluhan utama dirawat
Sebagai panduan untuk mengisi formulir pemeriksaan fisik secara lengkap
Sebagai panduan untuk mengisi formulir pengkajian fungsional
Sebagai panduan untuk mengisi formulir pengkajian sttatus psikologi
Sebagai panduan untuk mengisi formulir pengkajian status sosial
Sebagai panduan untuk mengisi formulir pengkajian spiritual dan kepercayaan
Sebagai panduan untuk mengisi formulir assesmen resiko jatuh morse
Sebagai panduan untuk mengisi formulir asesmen nyeri secara lengkap
Sebagai panduan untuk mengisi formulir pengkajian skrining nutrisi
Sebagai panduan untuk mengisi skrining kebutuhan discharge planing dan menentukan masalah keperawatan pasien secara tepat.
BAB III
METODELOGI DAN HASIL PENGKAJIAN
Desain Penelitian
Penelitian yang digunakan menggunakan mix method dengan pendekatan deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Peneliti menggunakan metode depth interview dan kuesioner untuk mendapatkan informasi secara mendalam mengenai pengisian dokumentasi asuhan keperawatan di bangsal Al kautsar.
Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Bangsal Al-kautsar, Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta unit II. Waktu penelitian dilaksanakan pada 21 september 2015 – 17 oktober 2015.
Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik teretentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Hidayat, 2009). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perawat di bangsal Al Kautsar RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II berjumlah 20 orang.
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Kriteria sampel yang digunakan pada penelitian ini ditentukan dengan kriteria inklusi dan eksklusi.
Kriteria inklusi
Seluruh perawat di bangsal Al Kautsar.
Bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.
Dokumentasi asuhan keperawatan 2 hari
Kriteria eksklusi
Dokumentasi keperawatan yang kurang dari 2 hari.
Teknik Pengambilan Sampling
Tekhnik sampling yang digunakan dalam pengambilan sampling yaitu total sampling dimana semua perawat menjadi responden penelitian.
Pengumpulan Data
Sumber data
Rekam Medis
Teknik pengambilan sampling untuk pasien dan rekam medis adalah purposive sampling. Purposive sampling adalah pengambilan sample sesuai dengan kriteria yang di tentukan oleh peneliti (Nursalam,2013).
Perawat
Teknik pengambilan sampling untuk perawat adalah total sampling. Total sampling adalah sample yang digunakan adalah total populasi. Metode ini diperbolehkan karena jumlah populasi jumlah populasi yang terbatas atau sedikit (Nursalam,2013).
Proses pengambilan data
Pada awal dimulainya penelitian, peneliti melakukan observasi terhadap kinerja perawat dalam melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan. Observasi dilakukan pada saat perawat melakukan aktivitas pendokumentasian keperawatan saat shift pagi, siang dan malam. Setelah melakukan observasi kepada para perawat, peneliti melakukan studi dokumentasi rekam medik. data yang didapatkan merupakan hasil dari pengkajian studi dokumentasi dengan menggunakan form instrumen dokumentasi untuk menilai kemampuan pendokumentasian asuhan keperawatan oleh perawat. Selain itu, tekhnik lain yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu menggunakan tekhnik wawancara. Peneliti melakukan wawancara mendalam terhadap kepala ruangan dan beberapa perawat di bangsal Al kautsar.
Hasil Pengkajian Fungsi Manajemen Di Bangsal Al Kautsar
Sejarah Rumah Sakit
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II merupakan pengembangan dari RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, Jl. Ahmad Dahlan 20 Yogyakarta. Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II adalah milik Perserikatan Muhammadiyah dibawah pengelolaan oleh Pimpinan Pusat Muhammadaiyah dan diakui pemerintah mengenai badan hukum Nomor: I-A/8.a/1588/1993, pada tanggal 15 Desember 1993. Sebagai bagian pengembangan, sejarah Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II tidak bisa lepas dari sejarah berdirinya RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, Jl. Ahmad Dahlan 20 Yogyakarta. RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta awalnya didiriakan berupa klinik pada tanggal 15 February 1923 dengan lokasi pertama di Kampung Jagang Notoprajan No. 27 Yogyakarta. Awalnya bernama PKO (Penolong Kesengsaraan Oemoem) dengan maksud menyediakan pelayanan bagi kaum dhuafa'. Pendirian atas nama inisiatif H.M. Sudjak yang didukung penuh oleh K.H Ahmad Dahlan. Seiring dengan waktu, nama PKO berubah menjadi PKU (Pembina Kesejahteraan Umat).
Rumah sakit mendapatkan ijin operasional sementara pertama nomer 503/0299a/DKS/2010. Rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II di opersionalkan sejak tanggal 15 Februari 2009.
Ruang Al Kautsar merupakan unit rawat inap kelas III yang dikembangkan berdasarkan perluasan pelayanan pasien BPJS kesehatan di PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Ruangan ini mulai di operasionalkan pada tanggal 1 juni 2015 yang mempunyai 25 tempat tidur dan terdiri dari 5 Ruangan (253, 254, 255, 256, 257). Satu Ruangan terdiri dari 5 tempat tidur dengan difasilitasi kipas angin, kursi almari meja dan toilet.
Denah Ruangan Al-Kautsar
B
B
S U
S
U
TRuang LinenWC Belum Jadi
T
Ruang Linen
WC Belum Jadi
Balkon
Balkon
Balkon
Balkon
Ruang Obat Ruang Ners Station
Ruang Obat
Ruang Ners Station
WC
WC
WC
WC
WCWC
WC
WC
\
Runag Koas PutriRuang Koas PutraKamar Mandi perawat Putra
Runag Koas Putri
Ruang Koas Putra
Kamar Mandi perawat Putra
Ruang DiskusiKamar Mandi Perawat Putri
Ruang Diskusi
Kamar Mandi Perawat Putri
Lemari Alat Medis Wastafel Meja Komputer Loker LinenMeja Ruang Linen & istirahatMeja MejaMeja Denah Ners Station
Lemari Alat Medis
Wastafel
Meja Komputer
Loker Linen
Meja
Ruang Linen & istirahat
Meja
Meja
Meja
Meja kerja
Meja kerja
Loker Obat & Anfrah
Loker Obat & Anfrah
Struktur Organisasi di Bangsal Al-Kautsar
Kepala Ruang
Kepala Ruang
Perawat PelaksanaPerawat PelaksanaPPJP Tim BPPJP Tim APasien 256.4256.6Pasien 256.1256.2256.3Pasien 257.1257.2257.3257.4257.5Pasien 255.1255.2255.3255.4255.5Pasien254.1254.2254.3254.4254.5Pasienanak253.1253.2253.3253.4253.5
Perawat Pelaksana
Perawat Pelaksana
PPJP Tim B
PPJP Tim A
Pasien
256.4
256.6
Pasien
256.1
256.2
256.3
Pasien
257.1
257.2
257.3
257.4
257.5
Pasien
255.1
255.2
255.3
255.4
255.5
Pasien
254.1
254.2
254.3
254.4
254.5
Pasien
anak
253.1
253.2
253.3
253.4
253.5
Jenis Layanan
Ruang Al Kautsar adalah bangsal kelas III umum khusus dewasa.Dimana pada bangsal Al Kautsar menerima pasien bedah dan medikal.Pada bangsal ini menerima pasien jenis kelamin pria.
Proses Manajemen Keperawatan Di Bangsal Al-Kautsar
Input
Indikator Pelayanan Bangsal Al-Kautsar
Bulan
Hari
Bed
Pasien
Lama
Mati
Mati
>48
BOR
LOS
BTO
TOI
ND
GD
Hari
Jun 15
454
25
131
408
4
4
60.5
3.5
5.24
2.3
30.5
30.5
30
Jul 15
394
25
130
399
3
3
50.8
3.0
5.2
2.9
23.1
23.1
31
Agu 15
359
25
128
380
4
3
51.0
3.1
5.12
3.0
23.4
31.3
31
Berdasarkan tabel diatas, BOR tertinggi terjadi pada bulan Juni sebanyak 60,5%. Hal ini menunjukkan bahwa masih rendahnya pemanfaatan tempat tidur di bangsal Al Kautsar selama 3 bulan terakhir.
Sedangkan untuk jumlah LOS pada bulan Juni selama 3,5 hari, bulan Juli selama 3 hari, dan bulan Agustus selama 3,1 hari. Hal ini menunjukkan lamanya perawatan pasien dibangsal Al Kautsar.
Jumlah TOI pada bulan Juni selama 2,3 hari, bulan Juli selama 2,9 hari dan bulan Agustus selama 3 hari. Hal ini menunjukkan waktu rata-rata suatu tempat tidur kosong atau waktu antara tempat tidur ditinggalkan oleh pasien sampai diisi lagi sudah sesuai yaitu 1-3 hari.
Perhitungan Jumlah Tenaga Keperawatan
Menurut Gilles:
A x B x C
Tenaga Perawat =
(C – D) x E
Ket:
A : Rata-rata Jumlah Perawat / hari / pasien
B : rata-rata jumlah pasien/ hari
C : jumlah hari/tahun
D : jumlah libur masing-masing perawat
E : jumlah jam kerja masing-masing perawat
Tanggal 22 September 2015
Total Pasien : 8
Parsial : 1 x 3 jam = 3 jam
Minimal : 5 x 1 jam = 5 jam
Total : 2 x 5 jam = 10 jam +
18 jam
Jumlah jam perawat
18 jam
= 1,5 jam/klien/hari
12 hari Libur
Jumlah tenaga yang dilakukan/ klien/ hari
1,5 jam x 8 x 365 4380
Tenaga Perawat = =
(365-73) x 7 2044
= 2,1 orang
= 2 perawat / 8 pasien
Analisis Hasil:
Perhitungan menurut Gilles pada tanggal 22 September 2015, 8 pasien dirawat oleh 2 perawat sedangkan perawat yang tersedia ada 4 perawat di bangsal Al Kautsar sehingga menunjukan bahwa adanya kecukupan bahkan kelebihan tenaga keperawatan dalam 1 shift.
Sarana dan Prasarana
Table.1 Standar Peralatan Ruang Rawat Inap Kelas III Rumah Sakit Tipe C
Berdasarkan PMK No.56 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit, terdapat 10 jenis alat di bangsal Al Kautsar yang sesuai dengan standar peralatan RS tipe C (filem viewer = 1, matras dekubitus = 1, nebulizer = 1, pen light = 1, stetoskop = 4, suction pump = 1, bed patient manual = 25, tensimeter digital = 1, thermometer digital = 2 timbangan pasien = 1, oksigen portable = 1, set medikasi = 6, bengkok = 1.
Tabel. 2 Pemenuhan Sarana Prasarana Dan Peralatan Tempat Tidur Kelas III Rumah Sakit
No.
Nama Alat
Standar Jumlah Dalam 1 Bangsal
Jumlah di Bangsal
Al-Kautsar
1.
1 Ruangan kelas III
8 Set tempat tidur
5 set tempat tidur @ 5 ruangan kelas III
2.
Selasar
2
2 @ 5 ruang kelas III
3.
Kamar mandi
2
1 dalam satu ruangan kelas III
4.
Westafel
1
1 dalam satu ruangan kelas III
5.
Kipas Angin
2
1 dalam satu ruangan kelas III
6
1 buah set tempat tidur lengkap dengan (matras, bantal dan selimut)
1 buah nakas
1 buah tiang infus
1 buah meja makan
1
1 buah set tempat tidur lengkap dengan (matras, bantal dan selimut)
1 buah nakas
1 buah tiang infus
1 buah meja makan
Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 84
Tahun 2014.
Pasien Rawat Inap di Bangsal Al Kautsar
Jumlah dan Klasifikasi Pasien Rawat Inap
Bangsal Al Kautsar menerima pasien dengan jumlah pasien dengan ketersediaan Bed 25 dimana "pengklasifikasian pasien berdasarkan kategori tingkat kebutuhan pasien (minimal, partial dan total)". Hasil pengkajian pada hari Selasa, 22 September 2015 jumlah pasien yang rawat inap 9 orang dengan klasifikasi
5 pasien Minimal Care
2 pasien Partial Care
2 pasien Total Care
Dalam studi retrospektif selama kurun waktu bulan Juni - September 2015 terdapat 1 kejadian jatuh dari tempat tidur dan kejadian infeksi nosokomial yaitu >5 plebitis atau diperkirakan lebih yang tidak dilaporkan dan belum ada kejadian infeksi nosokomial seperti dekubitus. Berdasarkan Kepmenkes No. 129 tahun 2008 tentang standar pelayanan minimal di rumah sakit dalam point jenis pelayanan rawat inap yaitu indikator angka kejadian infeksi nosokomial di rumah sakit standar minimalnya yaitu 1,5% yang kejadiannya dianalisis dan dilaporkan per 3 bulan sekali.
Proses
Job Description
Pada bangsal Al Kautsar terdapat beberapa buku panduan job description yang diletakkan dibangsal, antara lain:
Uraian Tugas Supervisor
Uraian Tugas Perawat Penanggung Jawab Pasien
Uraian Penanggung Jawab Shift
Uraian Tugas Perawat Penanggung Jawab Pasien
Hasil analisa beradasarkan Uraian Tugas dari RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II adalah:
Supervisor
Pengertian Jabatan: Telah paham tentang jabatanya.
Persyaratan Jabatan: Sesuai persyaratan yaitu minilam S1 Keperawatan, Ners dengan pengalaman kerja minimal 1 tahun sebagai perawat pelaksana.
Hubungan Organisasi:
Atasan langsung: Manager Pelayanan Keperawatan.
Bawahan Langsung: PPJP / Ko Shift
Tugas: Tugas sebagai supervisor telah dipahami dan dijalankan oleh Kepala ruang bangsal Al Kautsar
Wewenang: Sebagian besar wewenang sebagai supervisor telah dipahami dengan baik meskipun sebagian wewenangnya dibantu oleh perawat primer dan perawat pelaksana, seperti melakukan pengawasan, pengendalian dan penilaian asuhan keperawatan di bangsal.
Perawat Penanggung Jawab Pasien (PPJP)
Pengertian Jabatan: Perawat mengerti tentang jabatannya sebagai PPJP untuk bertanggung jawab mengelola pasien sejak pasien masuk sampai pasien keluar rumash sakit.
Persyaratan Jabatan:
Perawat PPJP di bangsal Al Kautsar sebanyak 2 orang dengan latar belakang pendidikan ners.
Semua perawat memiliki sertifikat BLS.
Hubungan Organisasi: Perawat pelaksana mengetahui hubungannya langsung dengan atasan: Supervisor/Kepala Ruang. Bawahan: Perawat pelaksana.
Tugas PPJP:
Dari evaluasi uraian tugas 2 perawat PPJP didapatkan:
Sebagian besar penerimaan pasien baru dan pembuatan rencana keperawatan dilakukan oleh perawat pelaksana akibat besarnya keterlibatan PPJP dalan memberikan intervensi.
Masih kurangnya monitoring terhadap keberhasilan asuhan keperawatan.
Masih jarangnya penyuluhan pada pasien pulang.
Wewenang:
Data senjang yang ditemukan adalah sebagian besar belum menyelenggarakan kegiatan pelayanan asuahan keperawatan yang prima.
Perawat Penanggung Jawab Shift (Ko Shift)
Pengertian Jabatan: Perawat mengerti tentang jabatannya sebagai penanggung jawab shift tetapi belum begitu paham tentang batasan tugas dan wewenang dengan PPJP maupun PA.
Persyaratan Jabatan:
Perawat penanggung jawab shift di bangsal Al Kautsar sebanyak 4 orang dengan latar belakang pendidikan Ners.
Semua perawat sudah memiliki sertifikat BLS.
Hubungan Organisasi: Perawat mengetahui hubungannya langsung dengan atasan: Supervisor/Kepala Ruang.
Tugas Perawat Penanggung Jawab Shift
Dari evaluasi uraian tugas, 4 perawat Ko Shift didapatkan:
Terdapat 2 perawat yang tidak mengorientasi pasien baru.
Terdapat seorang perawat yang tidak mengendalikan INOS
Terdapat seorang perawat yang tidak memelihara suasana kerja yang baik antar petugas, pasien dan keluarga.
Terdapat 2 perawat tidak menginformasikan setiap masalah terkait dengan pelayanan kepada perawat supervisor.
Terdapat seorang perawat tidak meningkatkan pengetahuan dan keterampilan di bidang keperawatan melalui pertemuan ilmiah maupun peningkatan pendidikan berkelanjutan.
Wewenang: Sebagian perawat masih belum memberikan informasi, masukan dan laporan kepada supervisor.
Perawat Pelaksana
Pengertian Jabatan
Semua perawat pelaksana memahami tugas masing-masing.
Persayaratan Jabatan:
Terdapat 5 orang perawat dengan latar belakang pendidikan Ners dan 3 orang perawat dengan latar belakang pendidikan D3 Keperawatan.
Semua perawat sudah memiliki sertifikat BLS
Hubungan Organisasi: Perawat pelaksana mengetahui hubungannya langsung dengan atasan: Perawat Primer.
Tugas Perawat Pelaksana: Dari evaluasi uraian tugas 8 perawat pelaksana didapatkan:
Terdapat 3 perawat pelaksana yang belum melakukan mentoring respon pasien.
Terdapat 5 perawat yang tidak membimbing dan melakukan pendidikan kesehatan kepada pasien yang menjadi tanggung jawabnya.
Terdapat seorang perawat yang belum melakukan pencatatan kegiatan asuhan keperawatan secara lengkap dan benar.
Terdapat 3 perawat yang belum melakukan konsultasi tentang masalah pasien kepada Kepala Ruang, Ko shift atau PPJP.
Terdapat 7 perawat yang belum paham bahwa perawat pelakasana juga menghadiri undangan pertemuan, kegiatan rumah sakit untuk mendukung pelaksanaan tugas.
Terdapat 5 perawat yang belum mengerti tugasnya dalam menjaga dan memelihara peralatan di ruangan.
Sebagian besar perawat belum berkoordinasi dengan kepala ruang atau PPJP jika terdapat masalah dengan pasien.
Wewenang: Sebagian perawat kurang aktif dalam memeriksa kelengkapan fasilitas dan alat yang diperlukan.
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
Pengkajian kemampuan pendokumentasian asuhan keperawatan menggunakan form Instrumen Studi Dokumentasi yang dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II Bangsal Al Kautsar dan hasil yang didapatkan adalah :
Pendokumentasian pengkajian keperawatan : 36,1%
Pendokumentasian diagnosa keperawatan : 18,5%
Pendokumentasian perencanaan keperawatan : 50%
Pendokumentasian tindakan keperawatan : 63,8%
Pendokumentasian evaluasi keperawatan : 50%
Pendokumentasian catatan Asuhan keperawatan : 73,3%
Interpretas hasil:
Baik : 100-80%
Cukup : 79-56%
Kurang : <55%
Analisis:
Hasil studi dokumentasi asuhan keperawatan didapatkan rata-rata pada hasil pengkajian, diagnose, perencanaan, dan evaluasi <55% (kategori cukup), sedangkan pendokumentasian catatan asuhan keperawatan sebesar 73,3 % (kategori cukup).
Hasil Wawancara Terkait Asuhan Keperawatan yang Belum Tepat
Hasil Wawancara Mendalam Terhadap Kepala Ruang
Perlunya staf keperawatan melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan yang dilakukan terhadap pasien. Disimpulkan bahwa staf keperawatan perlu melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan. Hal ini diperlukan dan bersifat keharusan mengingat catatan tersebut dapat digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi perawat dalam melakukan tindakannya terhadap pasien.
Supervisi terhadap kelengkapan dokumentasi asuhan keperawatan. Disimpulkan bahwa supervisi dilakukan setiap awal bulan yang bertepatan dengan waktu pertemuan rutin ruangan.
"Supervisi dilakukan setiap awal bulan saat ada pertemuan rutin, dimana dalam pertemuan tersebut membahas setiap masalah di bangsal dan dicatat dibuku notulen."
Kegiatan yang dilakukan untuk memotivasi perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan.
Disimpulkan bahwa kepala ruang memotivasi perawat secara lisan dalam setiap tindakan. Strategi dalam memotivasi juga menggunakan reward. Bentuk reward pada kelengkapan dokumentasi akan tampak pada besaran jasa pelayanan yang diterima.
"Motivasi kami berikan secara lisan, selain itu perawat juga sudah tahu semakin rajin mereka di ruangan melengkapi catatan asuhan keperawatan maka semakin besar pula jasa pelayanan yang mereka terima".
Faktor yang mempengaruhi dokumentasi asuhan keperawatan
Disimpulkan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi kelengkapan pengisian dokumentasi asuhan keperawatan, yaitu:
Belum tersedianya petunjuk teknis pengisian dokumentasi asuhan keperawatan.
Masih kuarangnya rasa tanggung jawab dan kotivasi perawat terhadap kelengkapan dokumentasi asuhan keperawatan
Belum adanya standar baku pengisian form dokumentasi asuhan keperawatan
Masih kurangnya kontroling dan pengawasan kelengkapan dokumentasi asuhan keperawatan
"Dibangsal Al Kautsar belum ada petunjuk teknis dan standar baku pengisian dokumentasi asuhan keperawatan. Hal itu didukung oleh masih rendahnya motivasi dan kesadaran perawat dalam pendokumentasian askep. Selain itu, RS kami sedang dalam proses akreditasi sehingga waktu saya banyak tersita untuk persiapan akreditasi akibatnya pengawasan dan monitoring kelengkapan dokumentasi askep belum berjalan maksimal. "
Hasil Wawancara Mendalam Terhadap Perawat.
Dokumentasi
Analisis hasil wawancara mendalam terhadap perawat ruang rawat inap yang dilakukan terfokus pada variabel dokumentasi keperawatan yang meliputi pengkajian, penegakkan diagnosis, perencanaan, tindakan, evaluasi, serta catatan asuhan keperawatan. Beberapa hal lainya juga ditanyakan mengenai persepsi pengarahan, bimbingan, observasi dan evaluasi.
Kebenaran apakah perawat menuliskan dokumentasi askep berikut alasannya:
Perawat menyatakan bahwa pendokumentasian adalah kewajiban perawat. Selain itu, penulisan pendokumentasian asuhan keperawatan dilakukan karena kekhawatiran terhadap adanya tanggung gugat jika ada tuntutan dikemudian hari.
Perawat menyatakan kadang-kadang mengisi dan kadang-kadang juga tidak mengisi asuhan keperawatan. Kebutuhan tindakan pada pasien yang tinggi mengakibatkan pengisian dokumentasi asuhan keperawatan tidak menjadi prioritas utama, waktu yang tersisa akan digunakam untuk melengkapi dokumentasi asuhan keperawatan. Perawat beranggapan bahwa pasien terlayani dengan baik lebih utama sehingga terkadang pendokumentasian bisa terabaikan.
Perawat memberikan jawaban bahwa apa yang mereka tuliskan hanyalah tindakan yang selalu dilakukan. Artinya format pengkajian menjadi bagian yang sangat sering tidak dilengkapi. Perawat beranggapan bahwa kolom tindakan dan catatan terintegrasi menjadi kunci utama dan sangat dibutuhkan saat operan jaga dengan perawat selanjutnya, sebagai alat komunikasi.
"Ya saya melakukannya. Menurut saya penulisan dokumentasi askep itu penting. Suatu saat jika ada apa-apa dengan pasien maka dokumen asuhan keperawatan bisa dijadikan sebagai alat bukti kita. Akan tetapi saat pasien membutuhkan penanganan maka pasien terlayani dengan baik menjadi prioritas. Jika ada waktu yang tersisa, akan digunakan untuk mengisi kelengkapan dokumentasi tetapi kita terbiasa hanya mengisi catatan tindakan keperawatan dan catatan terintegrasi karna itu akan digunakan sebagai alat komunikasi saat operan pada perawat selanjutnya."
Faktor penghambat/kesulitan yang dirasakan dalam upaya melaksanakan dokumentasi asuhan keperawatan.
Adapun beberapa kesulitan yang dirasakan dalam melengkapi dokumentasi asuhan keperawatan, antara lain:
Kebutuhan tindakan pada pasien yang cendrung tinggi, terutama pada saat banyaknya jumlah pasien yang memerlukan bantuan perawat dalam satu waktu yang sama.
Adanya rutinitas yang mengharuskan perawat menemani visit dokter.
Masih kurangnya system monitoring kelengkapan dokumentasi asuhan keperawatan sehingga sebagian perawat beranggapan kurang termotivasi.
Sebagian perawat beranggapan belum adanya punishment pada ketidaklengkapan dokumen asuhan keperawatan sehingga melengkapi dan tidak melengkapi dokumen asuhan keperawatan tidak akan diberi peringatan.
"Terkadang secara bersamaan pasien membutuhkan perawat, apalagi jika pasienya banyak maka pendokumentasian akan terganggu. Selain itu, Ada kebiasaan perawat harus menemani visit dokter. Faktor lainya adalah kami jarang dipantau langsung dan tidak diperingati dalam melengkapi dokumentasi askep."
Perbedaan teori ketika kuliah dengan aplikasi tentang penulisan dokumentasi asuhan keperawatan.
Secara umum perawat menyatakan tidak ada perbedaan berarti antara teori dan praktek lapangan. Pada dasarnya penulisan dokumentasi asuhan keperawatan selalu sesuai dengan teori diperkuliahan.
Perawat menggambarkan bahwa pendokumentasian asuhan keperawatan di rumah sakit penulisannya jauh lebih simple dibandingkan dengan teori diperkuliahan.
Sebagian perawat memiliki kecendrungan mengisi dan melengkapi pada bagian implementasi, sementara itu bagian lain seperti pengkajian, penegakan diagnosa keperawatan, perencanaan dan evaluasi masih belum dilengkapi.
"Penulisan dokumentasi asuhan keperawatan telah sesuai antar teori dan poraktek di lapangan yang berdasarkan pada kondisi pasien. Akan tetapi, di bentuk penulisan asuhan keperawatan jauh lebih mudah dan simple, dimana kami hanya perlu mencentang pada kolom pilihan yang telah disediakan sesuai kondisi pasien. Meskipun demikian, kadang implementasi menjadi bagian yang hamper selalu dilengkapi dibandingkan dengan bagian lainya."
Pengarahan
Persepsi perawat terhadap pengarahan kepala ruang dalam pelaksanaan dokumentasi keperawatan.
Supervisi oleh kepala ruang sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan penulisan dokumentasi keperawatan. Pemantauan dan monitoring dokumen oleh supervisor dapat mendorong dan meningkatkan motivasi perawat dalam melakukan pendokumentasian.
Adanya rapat evaluasi bulanan oleh kepala ruang dapat memberikan dampak positif terhadap perubahan kinerja perawat. Selain itu, supervisor cendrung memberikan motivasi lisan pada beberapa kesempatan saat kegiatan operan jaga berlangsung.
"Keterlibatan kepala ruang dalam pendokumentasian berpengaruh positif terhadap perbaikan kinerja perawat termasuk pendokumentasian asuhan keperawatan. Biasanya kepala ruang memberikan arahan baik pada saat operan jaga maupun pada kegiatan/rapat bulanan."
Bimbingan
Bimbingan dalam penulisan dokumentasi keperawatan:
Perawat menyatakan bimbingan secara spesifik tidak ada akan tetapi Kepala Ruang melakukannya dengan memberikan contoh dengan melakukan pendokumentasian.
"Bimbingan secara lisan tidak ada akan tetapi dengan tindakan.Hal ini misalnya dilakukan oleh Kepala Ruang dengan melakukan contoh pendokumentasian."
Observasi
Persepsi perawat terhadap observasi Kepala Ruang terhadap pendokumentasian asuhan keperawatan:
Semua perawat menyatakan bahwa observasi dilakukan secara tidak langsung.
"Yang lazim dilakukan perawat maupun Kepala Ruang memastikan bahwa CM lengkap terutama pada kolom tindakan bagi pasien yang mau pulang atau pindah ruangan."
Cara Observasi Kepala Ruang terhadap pendokumentasian asuhan keperawatan.
Semua perawat menyatakan caranya membuka kembali form catatan askep klien apakah sudah lengkap atau belum. Jika belum maka perawat jaga saat itu diminta untuk melengkapinya.
"Form catatan askep, kami pastikan bagian mana yang belum terisi. Baik diminta Kepala Ruang atau tidak, itu yang kami lakukan. "
Evaluasi
Persepsi perawat terhadap evaluasi yagn dilakukan oleh Kepala Ruang terhadap pendokumentasian asuhan keperawatan:
Evaluasi dilakukan, terutama waktu pertemuan bulanan. Bagi yang rajin diberikan reward berupa sanjungan dan dorongan agar terus maju. Bagi yang belum agar lebih rajin dan giat lagi karena akan mempengaruhi Jasa Pelayanan yang diterima.
"Ketika ada pertemuan bulanan Kepala Ruang juga mengevaluasi askep."
Output
Hasil evaluasi Kepuasan Pasien Terhadap Mutu Pelayanan
No
DAFTAR PERTANYAAN
Ya
Tidak
1.
Apakah perawat selalu memperkenalkan diri?
5
4
2.
Apakah perawat melarang pengunjung merokok di ruangan?
9
0
3.
Apakah perawat selalu menanyakan bagaimana nafsu makan pasien?
3
6
4.
Apakah perawat pernah menanyakan adanya makanan pantangan dalam keluarga/pasien?
9
0
5.
Apakah perawat menanyakan/memperhatikan berapa jumlah makanan/minuman yang dihabiskan oleh pasien?
2
7
6.
Bila pasien tidak mampu makan sendiri, apakah perawat membantu menyuapi?
4
5
7.
Pada saat pasien dipasang infus, apakah perawat selalu memeriksa cairan/tetesannya dan area sekitar pemasangan infuse?
5
4
8.
Bila pasien mengalami kesulitan buang air besar, apakah perawat menganjurkan makan buah, sayur, minum yang cukup dan banyak bergerak?
6
3
9.
Pada saat perawat membantu pasien BAB/BAK, apakah perawat memasang sampiran/selimut, menutup pintu/jendela, mempersilakan pengunjung keluar ruangan?
9
0
10.
Apakah ruangan tidur pasien selalu dijaga kebersihannya?
9
0
11.
Apakah lantai kamar mandi/WC selalu: bersih, tidak licin, tidak berbau, cukup terang?
9
0
12.
Selama pasien belum mampu mandi, apakah dimandikan oleh perawat?
3
6
13.
Apakah pasien dibantu oleh perawat, bila tidak mampu: menggosok gigi, membersihkan mulut atau mengganti pakaian atau menyisir rambut?
0
9
14.
Apakah alat-alat tenun seperti seprei, selimut, dll diganti setiap kotor?
9
0
15.
Apakah perawat pernah memberikan penjelasan akibat dari: kurang bergerak, berbaring terlalu lama?
6
3
16.
Pada saat pasien masuk ruangan, apakah perawat memberikan penjelasan tentang fasilitas yang tersedia dan cara penggunaannya, peraturan/tata tertib yang berlaku di RS?
9
0
17.
Selama pasien dalam perawatan, apakah perawat memanggil nama pasien dengan benar?
9
0
18.
Selama pasien dalam perawatan, apakah perawat mengawasi keadaan pasien secara teratur pada pagi, sore maupun malam hari?
6
3
19.
Selama pasien dalam perawatan, apakah perawat segera memberi bantuan bila diperlukan?
9
0
20.
Apakah perawat bersikap sopan dan ramah?
9
0
21.
Apakah pasien/keluarga mengetahui perawat yang bertanggung jawab setiap kali pergantian dinas?
2
7
22.
Apakah perawat selalu memberikan penjelasan sebelum melakukan tindakan perawatan/pengobatan?
7
2
23.
Apakah perawat selalu bersedia mendengarkan dan memperhatikan setiap keluhan pasien/keluarga?
9
0
24.
Dalam hal memberikan obat, apakah perawat membantu menyiapkan/meminumkan obat?
7
2
25.
Selama anda/keluarga anda dirawat apakah diberikan penjelasan tentang perawatan/pengobatan/pemerikasaan lanjutan setelah anda/keluarga anda diperbolehkan pulang?
5
4
Jumlah
163
65
Persentase
71,4%
28,5%
Dari hasil kuesioner tentang kepuasaaan pasien pada asuhan keperawatan yang di lakukan di bangsal Al-Kautsar RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II didapatkan hasil rata-rata tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan sebesar 71,4% (kategori cukup).
Dari hasil rata-rata presentasi didapatkan bahwa kepuasan pasien terhadap pelayanan asuhan keperawatan sebesar 71,4% (kategori cukup). Indikator pelayanan asuhan keperawatan yang masih dalam kategori kurang adalah item nomer 3, 5, 6, 12, 13, dan 21.
Item nomer 3 :" Apakah perawat selalu menanyakan bagaimana nafsu makan pasien ?"
Dari pertanyaan di atas jawaban pasien yang mengatakan bahwa perawat menanyakan nafsu makan, ada 33,3%, dikarenakan setiap perawat di bangsal al-kautsar jarang menanyakan langsung kepada pasien bagaimana nafsu makan pasien. Biasanya perawat hanya mengkaji makan pasien jika pasien memiliki riwayat DM.
Item nomer 5 :" Apakah perawat menanyakan/memperhatikan berapa jumlah makanan/minuman yang dihabiskan oleh pasien ?"
Dari pertanyaan di atas jawaban pasien yang mengatakan tentang perawat yang memperhatikan jumlah makan/minum ada 22,2%, dikarenakan perawat menanyakan jumlah makan/minum pasien jika perawat melakukan balance cairan.
Item nomer 6: "Bila pasien tidak mampu makan sendiri, apakah perawat membantu menyuapi ?"
Dari pertanyaan di atas jawaban pasien yang mengatakan iya, ada 44,4%, dikarenakan setiap pasien di bangsal al-kautsar memiliki keluarga yang menunggui, sehingga kebanyakan keluarga yang membantu pasien untuk makan atau menyuapi pasien.
Item nomer: 12 "Selama pasien belum mampu mandi, apakah dimandikan oleh perawat?"
Dari pertanyaan di atas jawaban pasien mengatakan iya 33,3%, dikarenakan kebanyakan pasien dimandikan oleh keluarga nya. Perawat juga jarang menawarkan pada pasien untuk dimandikan.
Item nomer 13: "Apakah pasien dibantu oleh perawat, bila tidak mampu : menggosok gigi, membersihkan mulut atau mengganti pakaian atau menyisir rambut ?"
Dari pertanyaan di atas jawaban pasien mengatakan iya 0%, karena kebanyakan perawat bekerjasama dengan keluarga yang menemani pasien.
Item nomer 25 : "Apakah pasien/keluarga mengetahui perawat yang bertanggung jawab setiap kali pergantian dinas ?"
Dari pertanyaan di atas jawaban pasien mengatakan iya, ada 22,2%, dikarenakan beberapa perawat tidak terlalu menjalin kedekatan dengan pasien, sehingga banyak pasien/keluarga pasien yang tidak tahu siapa perawat yang bertanggung jawab. Pasien hanya dikenalkan setiap perawat keliling saat pergantian dinas, tapi pasien tidak hafal. Selain itu perawat jarang mengunjungi pasien kecuali saat memberikan obat dan saat pasien ada keluhan sehingga pasien kurang mengenal perawat yang bertanggung jawab.
Kepuasan Pasien
Berdasarkan hasil kuesioner yang diberikan pada 9 pasien maka didapatkan hasil bahwa perawat di bangsal Al Kautsar cukup baik, ramah dan memperhatikan pasien. Tingkat kepuasan pasien paling tinggi adalah 84%.
Permasalahan
Dari hasil pengkajian di bangsal Al-Kautsar yang dilakukan pada tanggal 21, 22 dan 23 September 2015 ditemukan beberapa masalah antara lain :
Pendokumentasian asuhan keperawatan yang tidak lengkap.
Sebagian besar perawat tidak melakukan pekerjaan sesuai job desk masing-masing.
Perawat tidak melaksanakan asuhan keperawatan dengan tepat.
No.
Masalah
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
Total
Prioritas
1.
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan yang belum lengkap
4
4
5
3
5
5
4
3
5
4
5
47
Jadi dari analisis dengan menggunakan format prioritas masalah, didapatkan hasil bahwa Pendokumentasian Asuhan Keperawatan yang belum lengkap terkait pengisian form pengkajian, perencanaan, tindakan, dan evaluasi menjadi prioritas utama.
2.
Sebagian besar perawat tidak melakukan pekerjaan sesuai job desk masing-masing
5
5
4
5
4
4
4
3
4
4
4
46
3.
Perawat tidak melaksanakan asuhan keperawatan dengan tepat
3
4
4
4
3
3
5
3
3
5
3
40
Prioritas Masalah
Kategori pembobotan
SANGAT RENDAH
RENDAH
CUKUP
TINGGI
SANGAT TINGGI
A : Resiko terjadi masalah
B : Risiko keparahan masalah
C : Potensial untuk pendkes
D : Minat pasien/perawat
E : Kemungkinan diatasi
F : Sesuai dengan program pemerintah
G : Tempat
H : Waktu
I : Dana
J : Fasilitas kesehatan
K : Sumber daya
MethodDiagram Fish Bone Pendokumentasian asuhan keperawatan yang tidak lengkap
Method
EnvironmentTingkat kepuasan pasien cukupKurangnya pengawasanKrisis role model pendokumentasianMoneyTidak ada reward dan punishment dalam pendokumentasien keperawatanMachineTerdapat format yang tidak tersediaPendokumentasian asuhan keperawatan yang tidak lengkapManKurangnya rasa tanggung jawab perawatKurangnya motivasi dalam mengisi dokumentasiJuknis dokumentasi asuhan keperawatan belum adaTidak ada standar pengisian form dokumentasi asuhan keperawatanPelaksanaan asuhan keperawatan tidak berjalan dengan baik
Environment
Tingkat kepuasan pasien cukup
Kurangnya pengawasan
Krisis role model pendokumentasian
Money
Tidak ada reward dan punishment dalam pendokumentasien keperawatan
Machine
Terdapat format yang tidak tersedia
Pendokumentasian asuhan keperawatan yang tidak lengkap
Man
Kurangnya rasa tanggung jawab perawat
Kurangnya motivasi dalam mengisi dokumentasi
Juknis dokumentasi asuhan keperawatan belum ada
Tidak ada standar pengisian form dokumentasi asuhan keperawatan
Pelaksanaan asuhan keperawatan tidak berjalan dengan baik
BAB IV
PLAN OF ACTION (POA)
Plan Of Action (Rencana Kegiatan) Praktek Klinik Manajemen Keperawatan
Di Bangsal Al Kautsar RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II
No.
Masalah
Penyebab masalah
Tujuan
Program / Kegiatan
Indikator
Keberhasilan
Waktu
Penanggung Jawab
1.
Kurang lengkapnya pendokumentasian asuhan keperawatan di bangsal Al Kautsar
Kurangnya motivasi.
Format pendokumentasian yang terlalu banyak.
Kurangnya rasa tanggung jawab perawat
Tidak tersedianya juknis pendokumentasian.
Tidak ada standar pengisian form dokumentasi
Pelaksanaan asuhan keperawatan tidak berjalan baik.
Ada format yang tidak tersedia.
Tidak ada reward dan punishment dalam dokumentasi askep.
Krisis role model pendokumentasian.
Kurangnya pengawasan.
Tingkat kepuasan pasien cukup.
Dokumentasai asuhan keperawatan di bangsal Al Kautsar lengkap.
Perawat mengerti dalam pengisian Assesmen Keperawatan Pasien Dewasa.
Pembuatan buku petunjuk teknis Assesmen Keperawatan Pasien Dewasa.
Mengevaluasi formulir assesmen yang lama
Sosialisasi formulir assesmen keperawatan pasien dewasa.
Sosialisasi petunjuk teknis pengisian Assesmen Keperawatan Pasien Dewasa pada perawat di bangsal Al Kautsar.
Tersedianya buku petunjuk teknis pengisian formulir assesmen keperawatan dewasa.
Tersedianya formulir assesmen keperawatan pasien dewasa yang baru.
100 % perawat hadir dalam sosialisasi formulir.
100% perawat hadir dalam sosialisasi petunjuk teknis pengisian formulir assesmen keperawatan pasien dewasa di bangsal Al Kautsar.
28 September-13 Oktober 2015
28 September-13 Oktober 2015
15 Oktober 2015
Jam: 10.00 WIB
Hajarudin, Disa, Sabniyanto
Maya, Tantiya, Sabniyanto
Ninda, Ayuko, Satriya
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Setelah melaksanakan kegiatan praktek stase manajemen keperawatan di Ruang Al Kautsar RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II dari tanggal 5 Oktober –17 Oktober 2015 dapat diambil kesimpulan:
Tersedianya buku petunjuk teknis pengisian formulir assesmen keperawatan dewasa.
Tersedianya formulir assesmen keperawatan pasien dewasa yang baru.
Dari 20 perawat di bangsal Al Kautsar yang mengikuti sosialisasi formulir dan buku petunjuk teknis pengisian formulir assesmen keperawatan dewasa hanya 70% (14 perawat).
Dokumentasi asuhan keperawatan di bangsal Al Kautsar akan menjadi lengkap karena >80% perawat Al Kautsar dapat menerima dengan baik formulir dan petunjuk teknis pengisian formulir assesmen keperawatan dewasa.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, terdapat beberapa hal yang dapat direkomendasikan terkait topik penelitian ini yaitu
Bagi bangsal Al Kautsar
Bangsal diharapkan dapat mengguanakan formulira assesmen yang terbaru serta mengimplementasikan pengisian formulir asesmen keperawatan pasien dewasa sesuai petunjuk teknis yang sudah di buat sehingga dokumentasi dapat diisi dengan benar dan lengkap. Pengkajian yang lengkap dapat meningkatkan kualitas dokumentasi dan asuhan keperawatan yang dapat diberikan kepada pasien di bangsal Al Kautsar.
Bagi bidang keperawatan Rumah sakit
Dengan adanya buku panduan petunjuk teknis pengisian formulir asesmen keperawatan pasien dewasa, diharapkan setiap bangsal di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta unit II pasien dewasa dapat memilikinya sehingga perawat dapat melengkapi dokumentasi asuhan keperawatan dengan benar dan lengkap .
Bagi institusi Rumah sakit
Dengan adanya buku petunjuk teknis pengisian formulir asesmen keperawatan pasien dewasa diharapkan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta unit II dapat membuat petunjuk teknis dokumentasi yang lainnya sehingga rekam medis pasien dapat diisi dengan tepat dan lengkap.
DAFTAR PUSTAKA
Agung, S & Wijaya, A. (2013). Hubungan Dokumentasi Keperawatan dengan Kepuasan Pasien di RS Di Jawa Timur. Jombang: Departement of Management Nursing Insan Cendekia Medika Jombang Health School.
Ali, Z. (2010). Dasar-Dasar Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC.
American Nurses Association.Principles for Delegation.Nevada Information 2010.
www.indiananurses.org/education/principles_for_delegation.pdf pada tanggal 17 Maret 2013.
Aziz, Alimul. (2009). Pengantar Dokumentasi Proses Keperawatan. Jakarta: EGC.
Brown, Montague. (1997). Manajemen Perawatan Kesehatan. Jakarta: EGC.
Carpenito, L. J. (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan : Diagnosa
Keperawatan dan Masalah Kolaboratif., EGC. Jakarta.
Dalami,dkk. (2011). Dokumentasi Keperawatan dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Trans Info Media.
Depkes, R.I. (1997). Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta.
Hafid, M.A. (2014). Hubungan Kinerja Perawat Terhadap Tingkat Kepuasan Pasien Pengguna YANKESTIS Dalam Pelayanan Keperawatan Di RSUD Syech Yusuf Kab.Gowa. Makasar: UIN.
Hannah, K. J.et al. (2009). Standardizing Nursing Information in Canada for Inclusion in Electronic Health Record: C-HOBIC. Journal of the American Medical Informatic Assotiation
Kristiina Häyrinena, J. L., Kaija Saranto. (2010). Evaluation Of Electronic Nursing Documentation—Nursing Process Model And Standardized Terminologies As Keys To Visible And Transparent Nursing.
Kuntoro, Agus. (2010). Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Lapod, dkk. (2015). Hubungan Supervisi Keperawatan Dengan Kelengkapan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Ruang Penyakit Dalam RSUD Samratulangi Tondano. Fakultas Keperawatan, Universitas Sari Putra Indonesia Tomohon.
Lestari, C & Rosyidah. (2011). Analisis kepatuhan perawat pada standar asuhan keperawatan di unit rawat inap kelas iii RSU PKU Muhammadiyah Bantul Yogyakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan.
Mangkunegara, A.P. (2005). Perilaku dan Budaya Organisasi. Bandung: Refieka Aditama.
Martyarini, dkk. (2014). Hubungan Pre Conference Dengan Pelaksanaan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Di RSUD dr. R. Goetheng Taroenadibrata Purbalingga . Purwokerto : Program Studi S1 Keperawatan STIKES Harapan Bangsa Purwokerto.
Nursalam. (2008). Proses dan Dokumentasi Keperawatan: Konsep dan Praktik. Jakarta: Salemba Medika.
Pitman, S. (2011). Handbook for Clinical Supervisor: Nursing Post Graduate Programme. Dublin: Royal College of Surgeon Ireland.
Potter, C.J, Taylor.P.A.,& Perry,C. (2005). Fundamentals of Nursing, 2nd Edition. Australia: Mosby-Elsevier. Jakarta: EGC.
Suarli dan Bahtiar, Yanyan. (2002). Manajemen Keperawatan. Jakarta: Erlangga
Yanti, R & Waskito, B. (2013). Hubungan karakteristik perawat, motivasi, dan supervisi dengan kualitas dokumentasi proses asuhan keperawatan. Semarang : FK, UNDIP.