LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK “Preparat Sayatan Organ Hewan”
Disusun oleh: Firda Shintia Armella F05109009
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2012
BAB I PENDAHULUAN A. Tujuan 1. Untuk mengetahui pembuatan preparat dengan metode paraffin hewan 2. Untuk mengetahui struktur jaringan hewan B. Dasar Teori Metode parafin merupakan cara pembuatan preparat permanen yang menggunakan parafin sebagai media embedding dengan tebal irisan kurang lebih mencapai 6 mikron-8 mikron. Metode ini memiliki irisan yang lebih tipis daripada menggunakan metode beku atau metode seloidin yang tebal irisannya kurang lebih mencapai 10 mikron. Langkahlangkah penting dalam metode ini antara lain fiksasi, pencucian, dehidrasi, penjernihan, embedding, penyayatan (section), penempelan, pewarnaan, dan penutupan (Wararindi, 2011). Pengamatan secara mikrokopis dari suatu jaringan yang normal sifatnya maupun yang mengidap sesuatu penyakit (patologis) akan lebih baik hasilnya bila dilakukan dari preparat jaringan yang telah dipersiapkan secara baik, telah dilakukan penyayatan yang cukup tipis, serta diberi pewarnaan yang sesuai, sehingga berbagai elemen jaringan yang diteliti lebih mudah untuk diamati. Dengan demikian, tidak saja penelitian secara mikroanatomi yang dapat dilakukan, tetapi juga memberi kemudahan dalam membedakan berbagai perubahan yang terjadi pada sel-sel jaringan yang diteliti. Adakalanya beberapa jenis jaringan memerlukan perlakuakan yang khusus untuk dapat menelitinya, seperti dalam hal jenis pewaranaan yang harus digunakan untuk sesuatu jenis jaringan tertentu (Sugiharto, 1989). Urutan kerja pembuatan preparat sayatan dengan metode paraffin sebagai berikut : fiksasi, pencucian (washing), dehidrasi, penjernihan (clearing), infiltrasi paraffin, penanaman (embedding), penyayatan (section), penempelan (affiksing), deparafinasi, pewarnaan (staining), dan penutupan (mounting). Setelah hewan dimatikan, segera diambil organ-organ yang diperlukan untuk segera difiksasi. Kalau diperlukan, sebelum difikasisi dicuci dulu dengan larutan garam fisiologis. Suatu larutan fikasasi (fiksatif) yang baik akan mematikan serta mengawetkan semua isi sel dalam ukuran serta posisi semula dalam sel. Akan tetapi bila ditangani secara kasar, bahan akan rusak sebelum dimasukkan ke dalam larutan pengawet (Sugiharto, 1989). Metode pembuatan sediaan dengan penyelubungan parafin disebut juga sebagai metode embedding. Pembuatan sediaan dengan pemotongan jaringan menggunakan parafin dan mikrotom sebagai alat pemotongnya. Kelebihn metode ini adalah irisannya jauh lebih tipis dan prosedurnya juga lebih cepat jika dibandingkan dengan metode seliondin maupun metode beku. Alat pemotomg mikrotom yang digunakan bekerja berdasarkan suatu ulir yang berfungsi untuk mendorong maju blok preparat atau pisau (Pujawati, 2002).
BAB II METODOLOGI A. Alat dan Bahan Alat: 1. Alat untuk pemotongan / pengambilan organ (seperangkat alat bedah) 2. Alat untuk infiltrasi paraffin (oven, bekker glass, pinset) 3. Alat untuk embedding (pinset, kotak-kotak kecil 1,5 cm x 1,5 cm) 4. Alat untuk sectioning (mikrotom dan kuas) 5. Alat untuk affixing (object glass, pipet tetes, cutton bud, dan hot plate) 6. Alat untuk staining / pewarna (staining jar, kertas label, tissue) 7. Alat untuk mounting (cover glass) 8. Alat untuk pengamatan (mikroskop) Bahan: 1. Organ hewan seperti usus, jantung, ginjal, lambung, hati, dan empedal 2. NaCl 0,9% / fisiologis atau larutan ringer 3. FAA (Formalin Alkohol Acetid Acid) atau formalin 10% 4. Alkohol 30%, 40%, 50%, 60%, 70%, 80%, 90%, dan 96% 5. Meyer albumin (albumin dan gliserin) 6. Larutan xylol 7. Paraffin 8. Pewarna eosin 9. Pewarna hematoxilin 10. Canada balsam B. Metode Paraffin C. Cara Kerja 1. Burung puyuh disembelih, dibedah, dan diambil organ yang diperlukan. 2. Washing (pencucian) : masing-masing organ tersebut dicuci dengan larutan NaCl 0,9% fisiologis selama 30 menit. 3. Fiksasi (mematikan sel) : masing-masing organ dimasukkan ke dalam botol film, kemudian difiksasi dengan larutan FAA atau formalin 10% selama 3 x 24 jam. 4. Dehidrasi (penghilangan cairan) : masing-masing organ dimasukkan ke dalam alkohol bertingkat yakni 30%, 50%, 70%, 80%, 90%, 96%, masing-masing selama 30 menit. 5. Clearing (penjernihan) : organ dimasukkan ke dalam xylol selama ±15 menit. 6. Infiltrasi (penyusupan media) : Menyusupkan media penanaman ke dalam jaringan. Media penanaman disimpan di dalam oven bersuhu 58oC. Langkah pada infiltrasi adalah : a. Xylol : Parafin (3:1) selama 15 menit b. Xylol : Parafin (1:1) selama 15 menit
c. Xylol : Parafin (1:3) selama 15 menit 7. Embedding (penanaman) : disiapkan kotak-kotak kecil (1,5 cm x 1,5 cm), dimasukkan masing-masing organ ke dalam kotak-kotak kecil parafin yang telah disediakan, kemudian dimasukkan parafin cair, setelah itu disimpan ke dalam kulkas hingga padat dan siap disayat selama ± 1 hari 8. Sectioning (penyayatan) : - Blok dipasang pada holder, rapikan sisi atas sejajar dengan sisi bawah - Holder dipasang pada mikrotom - Sayat dengan ketebalan ± 10 µm 9. Affixing (penempelan): - Bersihkan gelas benda dengan alkohol 70 % agar bebas lemak - Teteskan albumin pada gelas benda, gosok rata - Beri akuades secukupnya - Letakkan pita sayatan (coupes) di atas akuades - Pindahkan gelas benda ke atas hot plate dengan suhu ± 50oC, atur posisi pita organ, biarkan sampai akuades kering 10. Staining (pewarnaan): - Deparafinasi : Jaringan ke dalam xylol selama 3x2 menit. - Rehidrasi dengan alkohol dari tinggi ke rendah (96 %, 80%, 70%, 50% dan 30%) masing-masing 10 kali celupan. - Cuci dengan air mengalir, kemudian direndam menggunakan aquades selama 5 menit. - Warnai dengan hematoksilin selama 15 detik, kemudian cuci dengan air mengalir. Cek di bawah mikroskop. - Warnai dengan eosin selama 5 detik, cuci lagi dengan air mengalir. Kemudian cek di bawah mikroskop. - Dehidrasi dengan alkohol bertingkat 30%, 50%, 70%, 80%, dan 96% selama 10 kali celupan. - Clearing dengan xylol 1 dan xylol 2, masing-masing selama 10 menit. 11. Mounting : Tutup dengan canada balsam dan gelas penutup. Hindari terbentuk gelembung udara. 12. Labelling 13. Periksa di bawah mikroskop
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengamatan Tabel 1. Hasil Pembuatan Preparat Sayatan Organ Empedal Burung Puyuh. No. Nama Preparat Foto Perbesaran 10x10 1. Keterangan: 1 1. Otot polos Preparat Organ Empedal Puyuh
Keterangan
Preparat organ empedal tersebut memperlihatkan adanya otot polos. Namun, hasil dari preparat ini kurang baik karena inti dari otot polos tersebut tidak terlihat.
B. Pembahasan Metode paraffin digunakan untuk membuat preparat sayatan organ dalam bentuk mikroskopis. Paraffin sendiri membantu dalam membrikan bentuk dari sayatan organ yang digunakan agar mudah mengamati bagian-bagian yang ingin diamati dari preparat sayatan organ yang dibuat. Metode ini meliputi sejumlah proses yang harus dilakukan, mulai dari proses fiksasi, dehidrasi, infiltrasi, penanaman dalam paraffin, penyiapan parafin padat, penyayatan, pewarnaan dan penutupan spesimen dengan cover glass (Gunarso, 1986). Kelebihan metode ini adalah irisan dapat lebih tipis daripada menggunakan metode lain. Pada praktikum kali ini, digunakan sayatan jaringan organ empedal dari burung puyuh. Empedal atau ventrikulus, merupakan bagian dari sistem pencernaan burung yang sering dianggap sebagai perut mekanik. Bagian ini terdiri dari dua pasang otot yang kuat dimana berperan sebagai gigi pada burung. Jenis otot yang terdapat pada empedal adalah otot polos seperti yang terdapat pada hasil pengamatan. Otot polos sendiri memiliki inti di tengah, namun pada hasil preparat ini inti sel dari otot polos tidak terlihat. Yang terlihat hanyalah bercak-bercak hitam yang berada pada otot polos tersebut. Hal ini disebabkan setelah clearing menggunakan xylol pada tahap staining dengan waktu yang lama, jaringan tidak langsung ditutup dengan canada balsam. Ketebalan dari preparat ini adalah 10 µm. jadi selain karena bercak-bercak hitam yang terdapat pada otot polos, inti sel tidak dapat terlihat karena sayatan preparat agak tebal.
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan 1. Langkah dari metode paraffin adalah fiksasi, pencucian (washing), dehidrasi, penjernihan (clearing), infiltrasi paraffin, penanaman (embedding), penyayatan (section), penempelan (affiksing), deparafinasi, pewarnaan (staining), dan penutupan (mounting). 2. Preparat sayatan organ empedal yang terlihat adalah bagian dari otot polos.
DAFTAR PUSTAKA Gunarso, W. 1986. Pengaruh Dua Jenis Cairan Fiksatif Yyang Berbeda Pada Pembuatan Preparat Dari Jaringan Hewan Dalam Metoda Mikroteknik Paraffin. Bogor: IPB Press. Pujawati, E.D. 2002. Petunjuk Praktikum Mikroteknik Tumbuhan. Banjarbaru: Fakultas MIPA Jurusan Biologi, Universitas Lambung Mangkurat. Sugiharto. 1989. Mikroteknik. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas. Ilmu Hayat-Institut Pertanian Bogor. Wararindi. 2011. Membuat Preparat Organ. http://wararindi.wordpress.com/2011/06/07/ membuat-preparat-organ/. Diakses; Sabtu, 2 Juni 2012.