LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI PERILAKU
Uji Sensorik dan Motorik Mencit ( M us musculus musculus ) SW
Oleh : Dyna Kholidaziah (1210702018) Kelompok 4 (empat) Biologi VI/A
Asisten : Rahmat Taufik Dosen : Ucu Julita
Tanggal Percobaan : 1 Mei 2013 Tanggal Pengumpulan : 8 Mei 2013
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2013
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mencit ( Mus Mus musculus) musculus ) adalah hewan yang masih satu kerabat dengan tikus liar ataupun tikus rumah. Mencit adalah binatang asli Asia, India, dan Eropa Barat. Jenis ini sekarang ditemukan di seluruh dunia karena pengenalan oleh manusia. Mencit mmeiliki bobot yang rendah, sehingga sangat mudah dilakukan dalam percobaan laboratorium yang merupakan skala kecil. Mencit memiliki perilaku yang unik dalam hal sensorik dan motoriknya. Motorik adalah semua gerakan tubuh, termasuk alam pengertian motorik adalah gerak internal tidak teramati yang berawal dari penangkapan stimulus olehindra, penyampaian stimulus tersebut oleh susunan syaraf sensorik ke bagian bagian memori (otak), pembuatan keputusan
dan penyampaian penyampaian
keputusan tersebut ke otot oleh susunan syaraf motorik. Uji sensorik ini merupakan uji yang dapat melihat mencit yang mengalami kegagalan proses saat embriologi atau tidak, sedangkan uji motorik dapat melihat perilaku mencit dalam mempertahankan tubuhnya dari serangan yang akan mengganggu dirinya. Selain itu pula, mencit dapat melakukan lokomosi yang sangat aktif dan khas.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum mengenai Uji Sensorik dan Motorik Mencit ( Mus ( Mus musculus) musculus) SW adalah, untuk mengetahui adanya penyimpangan perilaku anak mencit pada masa pralahir, serta untuk mengetahui pola lokomosi
1.3 Hipotesa
Hipotesa yang dapat disimpulkan adalah, mencit yang merupakan hewan mamalia, memiliki penciuman yang normal ketika indera penciumannya normal, maka akan terlihat bagaimana penciuman mencit terhadap bahan ujinya sebagai respon dari saraf sensoriknya. Selain itu pula, akan terlihat bagaimana mencit dalam melakukan perilaku kemampuan gerak reflek, lokomosi berjalan dan berenang dalam dala m menghadapi serangan dari luar.
1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Mencit merupakan salah satu hewan laboratorium atau hewan percobaan. Hewan ini paling kecil diantara jenisnya dan memiliki galur mencit yang berwarna putih. Mencit termasuk hewan pengerat (rodentia) yang dapat dengan cepat berkembang biak. Pemeliharaan hewan ini pun relatif mudah, walaupun dalam jumlah yang banyak. Pemeliharaannya ekonomis dan efisien dalam hal tempat dan biaya. Mencit memiliki variasi genetik cukup besar serta sifat anatomis dan fisiologisnya terkarakterisasi dengan baik (Malole dan Pramono 1989 dalam Agustiyanti, 2008). Menurut Arrington (1972) dan Priambodo (1995) dalam Agus Pribadi (2008), mencit dan tikus masih merupakan satu famili, yaitu termasuk ke dalam famili Muridae. Dan Mencit merupakan hewan yang paling banyak digunakan sebagai hewan model laboratorium dengan kisaran penggunaan antara 40-80%. Menurut Moriwaki et al . (1994) dalam Agus Pribadi (2008), mencit banyak digunakan sebagai hewan laboratorium (khususnya digunakan dalam penelitian biologi), karena memiliki keunggulan-keunggulan seperti siklus hidup relatif pendek, jumlah anak per kelahiran banyak, variasi sifatsifatnya tinggi, mudah ditangani, serta sifat produksi dan karakteristik reproduksinya mirip hewan lain, seperti sapi, kambing, domba, dan babi. Menurut Malole dan Pramono (1989) dalam Agus Pribadi (2008), berbagai keunggulan mencit seperti: cepat berkembang biak, mudah dipelihara dalam jumlah banyak, variasi genetiknya tinggi dan sifat anatomis dan fisiologisnya terkarakterisasi dengan baik. Tikus merupakan hewan mamalia yang mempunyai peranan penting bagi manusia untuk tujuan ilmiah karena memiliki daya adaptasi baik. Tikus yang banyak digunakan sebagai hewan model laboratorium dan peliharaan adalah tikus putih ( Rattus novergicus). Tikus putih memiliki beberapa keunggulan antara lain penanganan dan pemeliharaan yang mudah karena tubuhnya kecil, sehat dan bersih,kemampuan reproduksi tinggi dengan masa kebuntingan singkat, serta memiliki karakteristik produksi dan reproduksi yang mirip dengan mamalia lainnya (Malole dan Pramono, 1989 dalam Agus Pribadi 2008)
2
Adapun klasifikasi dari mencit ( Mus musculus) Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Sub filum
: Vertebrata
Class
: Mamalia
Ordo
: Rodentia
Famili
: Muridae
Genus
: Mus
Species
: Mus musculus. SW
Sistem saraf berfungsi untuk menerima rangsangan, menghantarkannya dan mengintegrasikannya untuk selanjutnya mengaktifkan efektor kedalam koordinasi rangsang. Otak sebagai salah satu pusat sistem saraf juga merupakan pusat intlektual, kemauan dan kesadaran. Sistem saraf disusun oleh tiga bagian utama, yaitu : a) Sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang) b) Sistem saraf tepi c) Sistem saraf otonom (Cartono, 2004). Sel saraf atau neuron merupakan unit struktural yang membangun sistem saraf. Menurut Darmadi, (2005), neuron dibangun oleh bagian-bagian berikut : a) Badan sel atau prokarion, merupakan pusat tropik untuk seluruh sel saraf tersebut dan dapat menerima rangsang. Didalamnya terdapat inti berukuran cukup besar (berjumlah satu atau dua), neurofibril, bada Nissl, badan golgi, mitokondria, serta bdan-badan paraplasma. b) Dendrit, merupakan uluran-uluran sitoplasma dengan jumlah yang banyak, berperan menangkap rangsang dari lingkungan, dari sel epitel sensoris atau darii neuron lain. c) Akson, merupakan uluran sitoplasma tunggal dan panjang, berperan untuk membangkitkan dan menghantarkan impuls ke sel lain (sel saraf, otot atau kelenjar) Menurut Cartono (2004) berdasarkan fungsinya, neuron dibedakan atas :
3
1) Neuron motoris yang berfungsi menghantarkan impuls aau tanggapan dari sistem saraf pusat ke otot-otot atau efektor lainnya. Neuron ini biasanya mempunyai akson yang panjang dan ditutupi oleh pembungkus mielin (myelin) dan neurilemna. 2) Neuron sensoris yang dendritnya dapat hanya satu danmemanjang. Berfungsi menghantarkan rangsang dari reseptor atau penerima ke pusat susunan saraf. 3) Neuron konektor merupakan neuron yang memiliki dendrit maupun akson yang dihubungkan dengan neuron yang satu dengan neuron yang lainnya. Jadi neuron ini merupakan penghubung antar neuron 4) Neuron adjustor merupakan penghubung neuron-neuron motoris dan neuron-meuron sensoris didalam sistem saraf pusat yaitu otak dan sumsum tulang belakang. Sering pula dikatakan sistem saraf pusat adalah neuron asosiasi atau neuron penghubung yang berfungsi sebagai penghubung. Neuron ini sa ngat banyak memiliki tonjolan. Sistem saraf somatik (Somatic Nervous System), salah satunya yaitu, saraf tulang belakang yang merupakan bagian dari sistem saraf somatik dimulai sari ujung saraf dorsal dan ventral dar sumsum tulang belakang (bagian luar sumsum tulang belakang). Saraf-saraf tersebut mengarah keluar rongga dan bercabang-cabang disepanjang perjalanannya menuju otot atau reseptor sensoris yang hendak dicapainya. Cabangcabang saraf tulang belakang ini umumnya disertai oleh pembuluh-pembuluh darah, terutama cabang-cabang yang menuju otot-otot kepala. Saraf-saraf kepala terdiri dari 12 pasang saraf kranial yang meninggalkan permukaan ventral otak. Sebagian besar saraf-saraf kepala ini mengintrol fungsi sensorik dan motorik dibagian kepala dan leher. Salah satu dari keduabelas pasang saraf tersebut adalah saraf vAgus (vAgus nerves/saraf yang berkelana) yang merepakan saraf nomor sepuluh yang mengatur fingsi-fungsi organ tubuh dibagian dada dan perut. Menunjukkan fungsi-fungsi dasar saraf-saraf kepala beserta bagian-bagian tubuh yang dikontrolnya. Sistem saraf autonom mengatur fungsi otot-otot halus, otot jantung, dan kelenjar-kelenjar tubuh (autonom berarti mengatur diri sendiri). Otot-otot halus terdapat dibagian kulit (berkaitan dengan folikel-folikel rambut ditubuh, dipembuluh-pembuluh darah, dimata (mengatur ukuran pupil), didinding srta jontot usus, kantung empedu dan katung kemih (Darmadi, 2005).
4
BAB 3 METODELOGI KERJA
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1
Alat Alat dan bahan yang digunakan adalah aquarium, stop wach, styrofoam,
bidang miring, meja datar, alat tulis, mencit ( Mus musculus) strain SW, pakan, aseton, minyak kayu putih, parfum, air.
3.2 Cara Kerja a. Pra uji
Sebelum melakukan pengujian, semua mecit diberi penandaan terlebih dahulu pada tubuhnya dengan menggunakan spidol agar mempermudahkan identifikasi individu. Penandaan dilakukan pada bagian punggung atas.
b. Pengujian
1. Uji sensorik
Uji penciuman (olfactory avoidance)
Pengujian sensorik biasanya dilakukan pada mencit pascalahir untuk mengetahui adanya penyimpangan perilaku anak mencit pada masa pralahir.
Pengujian
dilakukan
masing-masing
tiga
kali
dengan
mendekatkan anak mencit pada jarak dekat (5 cm) dari cotton bud yang sebelumnya telah dicelupkan ke dalam : a. Pakan mencit yang telah dihancurkan, b. Aseton, c. Minyak kayu putih, dan d. Parfum. Mencit yang tidak bereaksi dari bau : (0) netral, mencit yang menghindar dari bau-bauan tersebut : (+) positif, dan mencit yang mendekat pada bau : (-) negatif
2. Uji motorik
Gerak refleks
5
a. Uji kemampuan refleks motork membalikkan badab ( surface rightingreflex) Mencit diletakkan di tempat meja datar dengan posisi terlentang dengan punggung rapat pada permukaan meja, ditahan sebentar dengan bantuan bapoint kemudian dilepas. Catat waktu yang diperlukan mencit untuk dapat membalikkan tubuh hingga keempat kakinya tegak diatas meja. Pengujian dilakukan 3 kali dan hitung rata-rata membalikkan badannya. b. Uji kemampuan refleks menghindari jurang (Cliff avoidance reflex) Mencit diletakkan dengan posisi ujung jari kaki depan dan mulut sejajar dengan tepi meja, ditahan sebentar kemudian dilepas. Catat waktu yang diperllukan hingga menict mampu memutar badannya dan menjauhi tepi meja. Pengujian dilakukan berturut-turut 3 kali dan hitung rata-rata waktunya ! c. Uji kemampuan refleks geotaksis negate (negative geotaxis reflex) 0
Pada bidang miring 25 , mencit diletakkan dengan kepala mengarah ke bawahdan tubuh sejajar garis vertical, ditahan sebentar kemudian dilepas. Catat waktu yang diperlukan hingga mencit memutar tubuhnya 180 0. Pengujian dilakukan 3 kali dan hitung rata-rata waktu hingga mencit memutar tubuhnya !
3. Uji motorik
Lokomosi hewan vertebrata (mencit)
a. Lokomosi berjalan Pola perilaku lokomosi (berjalan) hewan mamalia berbeda dengan pola bejalan insekta. Gerakan sebuah kaki dari tanah hingga menyentuh tanah kembali disebut pijakan ( step). Satu siklus langkah komplet dengan menggunakan keempat kakinya disebut langkah lengkap ( stride). Pola lokomosi dapat digambarkan dibawah ini :
Kaki depan Kaki belakang
6
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Gambar 2. Pola berjalan lengkap mencit ( stride)
-
Pola gerakan langkah mencit menuja ke depan pada kecepatan maksimum
-
Durasi gerakan tersebut dari awal hingga mencapai ujung jalur yang telah ditentukan (upayakan agar mencit berjalan lurus pada jalur tersebut).pengujian dilakukan sebanyak tiga kali berturut-turut dan hitung kecepatan rata-rata berjalan mencit b. Lokomosi berenang 0
Isi akuarium dengan air hangat (27-30 C) dengan tingggi air sekitar 6-7 cm. Jatuhkanlah mencit di sisi ujung akuarium dan amati pergerakan mencit di dalam akuarium tersebut ! biarkan mencit berenag selama mungkin dan lakukanlah pencatatan nilai gerakan mencit untuk : 1. Skor arah berenang 2. Skor sudut berenang 3. Skor penggunaan anggota badan’ 1) Arah berenang, penilaian : Skor
0 : Tenggelam 1 : Terapung 2 : Berputar-putar 3 : Lurus
2) Sudut berenan, penilaian : Skor
0 : Kepala dan tubuh di bawah permukaan air 1 : Permukaan kepala dan sebagian hidung berada diatas permukaan air 2 : Bagian kepala sebatas mata diatas permukaan air
7
3 : bagian kepala, mata dan setengah telinga berada di ata s permukaan air 4 : Kepala dan seluruh telinga ada di atas permukaan air 3) Penggunaan anggota gerak, penilaian : Skor
0 : Tidak menggunakan anggota gerak 1 : Menggunakan keempat anggota gerak 2: menggunakan kedua kaki depan saja
8
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Mencit ( Mus musculus) baik jantan ataupun betina, memiliki perilaku penciuman yang berbeda setiap individunya. Praktikum mengenai uji sensorik dan motorik yang diuji kan pada mencit ( Mus musculus) sebagai hewan ujinya. 1. Pengamatan uji sensorik yang diujikan pada mencit dengan meletakkan 4 buah cotton bud yang telah dicelupkan pada pakan mencit, aseton, kayu putih, dan parfum dengan pengujian dengan 3 kali ulangan. a. uji penciumaan Positif
Negatif
Netral
p
negatif
netral
3% 15% 42%
positif 30%
55% 55%
Gambar. 3 Uji Penciuman Pakan pada Mencit Jantan
Gambar. 4 Uji Penciuman Pakan pada Mencit Betina
Berdasakan grafik presentasi diatas dapat dilihat bahwa pada uji penciuman pakan terhadap mencit jantan yaitu 55% positif (menjauh), 42% negative (mendekat) dan 3% netral (tidak respon). Sehingga respon uji sensorik mencit jantan pada pakan ini dominannya adalah menjauhi pakan yaitu 55% Hal ini karena mencit atau hewan uji jantan ini tidak merasakan lapar. Berbeda dengan mencit betina yang mana mencit betina dilihat pada grafik presentasiny yaitu 55% negatif (mendekat), 30% positif (menjauh), dan 15% netral (tidak respon). Sehingga respon uji sensorik terhadap mencit betina yang dominan adalah mendekati makanan (pakan) yaitu 55%. Hal ini dapat disebabkan karena sinyal yang diterima syaraf pusat ketika mecit itu mencium makan dan terdapatnya stimulus untuk mendekat Karena diakibatkan mencit ini sedang lapar.
9
Positif
Negatif
Netral
0%
6%
Positif
Negatif 9%
Netral
0%
91%
94%
Gambar. 5 Uji Penciuman Aseton pada Mencit Jantan
Gambar. 6 Uji Penciuman Aseton pada Mencit Jantan
Berdasakan grafik presentasi diatas dapat dilihat bahwa pada uji penciuman aseton terhadap mencit jantan yaitu 94% positif (menjauh) dan betina yaitu 91% positif (menjauh). Sehingga dari keduanya baik jantan ataupun betina rata-rata menjauhi aseton karena aseton ini memiliki bau yang menyengat dan membuat mencit ( Mus musculus) ini akan pusing, oleh karena itu mencit menjauh dan menghindar bau aseton tersebut.
Positif 0%
Negatif
Netral
3%
97%
Gambar. 7 Uji Penciuman Kayu Putih pada Mencit Jantan
Positif
Negatif 0%
Netral
0%
100%
Gambar. 8 Uji Penciuman Kayu Putih pada Mencit Betina
Berdasakan grafik presentasi diatas dapat dilihat bahwa pada uji penciuman aseton terhadap mencit jantan yaitu 97% positif (menjauh) dan betina yaitu 100% positif (menjauh). Sehingga dari keduanya baik jantan ataupun betina rata-rata menjauhi minyak kayu putih karena minyak kayu putih ini memiliki bau yang menyengat sama halnya dengan aseton dan membuat mencit ( Mus musculus) ini akan pusing, oleh karena itu mencit menjauh dan menghindar bau minyak kayu putih tersebut.
10
Positif
Negatif
Netral
Positif
Negatif
Netral
6%
15%
0%
21%
79% 79%
Gambar. 9 Uji Penciuman parfum pada Mencit Jantan
Gambar.10 Uji Penciuman parfum pada Mencit Jantan
Berdasakan grafik presentasi diatas dapat dilihat bahwa pada uji penciuman aseton terhadap mencit jantan yaitu 79% positif (menjauh) dan betina yaitu 79% positif (menjauh). Sehingga dari keduanya baik jantan ataupun betina rata-rata menjauhi parfum akan tetapi parfum ini baunya tidak seperti karena minyak kayu putih dan aseton yang membuat mencit ( Mus musculus) ini akan pusing, dan mengakibatkan mencit menjauh dan menghindar bau tersebut. Selanjutnya pengamatan yang dilakukan yaitu pengujian terhadap uji sensorik serta motorik yang diujikan pada mencit jantan dan betina pra lahir. Dimana ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tudaknya perilaku menyimpang pada mencit jantan dan betina ini
2. Pengamatan uji motorik, a. Uji gerak refleks membalikkan badan, uji ini diujikan pada mencit dengan membalikkan badan mencit yang diletakkan pada meja datar dengan posisi terlentang. Pengujian ini dilakukan 3 kali ulangan dengan mencatat waktu yang diperlukan mencit untuk membalikkan badannya. Tabel 1. T-test Group Statistics
jeniskelamin
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
durasi 1
11
.3155
.21163
.06381
2
11
.3455
.16884
.05091
11
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of Variances
F duras Equal variances i assumed Equal variances not assumed
.993
Sig. .331
t-test for Equality of Means
t -.368
Sig. (2tailed)
df
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
20
.717
-.03000
.08163
-.20027
.14027
-.368 19.060
.717
-.03000
.08163
-.20081
.14081
Berdasarkan tabel statistik diatas jenis kelamin 1 yaitu mencit jantan memiliki nilai standar devisiasi dan standar eror mean yang lebih besar dibandingkan jenis kelamin 2 yaitu mencit betina. Dan nilai signifikasinya yaitu 0.33 dan itu > dari 0.05 sehingga nilai signifikasi tersebut tidak terdapat beda nyata. Oleh karena itu baik mencit jantan dan mencit betina memiliki gerak refleks yang cepat. Akan tetapi untuk grafiknya sebelum diuji normalitas terdapat data yang melenceng sehingga dialakukannya uji normalitas agar data dan grafik memiliki nilai yang tidak melenceng.
Gambar 11. Grafik uji motorik mencit untuk membalikkan badan sebelum uji normalitas Grafik diatas menunjukan bahwa durasi 0,6 detik pada mencit 1 (jantan) lebih kecil frekuensinya dibandingkan dengan mencit 2 (betina) dengan mean 0.33 dan std.deviasi 0.187 dengan jumlah individu 22 ekor mencit. Sehingga grafik yang didapat tidak normal maka harus dilakukkanya uji normalitas.
12
Gambar 12. Grafik uji motorik mencit untuk membalikkan badan setelah uji normalitas
Dan dilihat grafik diatas yang telah di uji normalitasnya, akan menunjukan bahwa mean 0.33 dan std.deviasi 0.187 dengan jumlah individu 22 ekor mencit. Akan mengalami perubahan data dengan mean 0.91 dan std.deviasi 0.103 dengan jumlah mencit 22 ekor. Sehingga grafik pasca uji normalitas ini akan terlihat seimbang (normal). Selanjutnya pengamatan yang dilakukan pada mencit oleh praktikan yaitu masih mengenai uji refleks akan tetapi uji refleks mencit ketika mencit menghidari jurang. b. Uji refleks menghindari jurang, uji ini diujikan pada mencit, pengujian dilakukan 3 kali, dan hitung durasi waktu yang dibutuhkan mencit untuk menghindari jurang tersebut. Tabel 2. T-test Group Statistics
jeniskela min durasi
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
1
11
10.6727
6.11860
1.84483
2
11
6.4100
3.26725
.98511
13
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of Variances
F durasi
Equal variances assumed Equal variances not assumed
3.868
Sig. .063
t-test for Equality of Means
t
Sig. (2tailed)
df
Mean Std. Error Difference Difference
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
2.038
20
.055
4.26273
2.09137
-.09980
8.62525
2.038
15.274
.059
4.26273
2.09137
-.18797
8.71342
Berdasarkan tabel statistik diatas jenis kelamin 1 yaitu mencit jantan memiliki nilai mean, standar devisiasi dan standar eror mean yang lebih besar dibandingkan jenis kelamin 2 yaitu mencit betina. Dan nilai signifikasinya yaitu 0.063 dan > 0.05 sehingga tidak terdapat beda nyata. Oleh karena itu baik mencit jantan dan mencit betina memiliki gerak refleks yang cepat dan memiliki saraf yang masih normal sehingga sinyal yang ditangkap oleh saraf pusat ketika terdapat bahaya masih menerima sinyal yang baik dan dapat merespon dengan tanggap.
Gambar 13. Grafik mencit untuk uji refleks menghindari jurang sebelum uji normalitas
Dan dilihat grafik diatas yang belum diuji normalitasnya, akan menunjukan bahwa mean 8.54 dan std.deviasi 5.26 dengan jumlah individu 22 ekor me ncit dan pada grafik bahwa grafik akan terlihat melenceng dan tidak normal. Sehingga untuk menormalkan data dan grafik dilakukannya uji normalitas.
14
Gambar 13. Grafik durasi terhadap frekuensi mencit untuk uji re fleks menghindari jurang setelah uji normalitas
Dan dilihat grafik diatas yang telah di uji normalitasnya, akan menunjukan bahwa mean 2.89 dan std.deviasi 0.0848 dengan jumlah individu 22 ekor mencit dan pada grafik bahwa grafik akan terlihat melenceng dan tidak normal. Sehingga grafik pasca uji normalitas ini akan terlihat seimbang (normal). Pengamatan selanjutnya yaitu terhadap bidang miring apakah mencit ini akan berputar 1800 atau kah mencit akan turun. Untuk itu dilakukannya,
c. Uji geotaksis negative, uji ini diujikan pada mencit, pengujian dilakukan 3 kali, dan hitung durasi waktu yang dibutuhkan mencit untuk memutarkan 0
badannya 180 tersebut. Tabel 3. T-Test Group Statistics
jeniskela min durasi
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
1
11
8.4545
2.54416
.76709
2
11
11.1818
8.42399
2.53993
15
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the
F
Sig.
t
df
Sig. (2-
Mean
Std. Error
tailed)
Difference
Difference
Difference Lower
Upper
durasi Equal variances 8.801
.008
-1.028
20
.316
-2.72727
2.65324
-8.26183
2.80728
-1.028
11.809
.325
-2.72727
2.65324
-8.51856
3.06401
assumed Equal variances not assumed
Berdasarkan tabel statistik diatas jenis kelamin 2 yaitu mencit jantan memiliki nilai mean, standar devisiasi dan standar eror mean yang lebih besar dibandingkan jenis kelamin 1 yaitu mencit betina. Dan nilai signifikasinya yaitu 0.08 dan > 0.05 sehingga tidak terdapat beda nyata. Oleh karena itu baik mencit jantan dan mencit betina memiliki gerak refleks yang cepat. Dan mecit jantan dan betina melakukan hal yang sama yaitu menghidari bahaya pada bidang geotaksis negatif ini dengan memutar badannya 1800. Dan hal ini menunjukkan sinyal yang diterima untuk menghidari bahaya masih aktif dan direspon dengan baik.
Gambar 14. Grafik durasi terhadap frekuensi mencit untuk uji refleks geotaksis negatif sebelum uji normalitas
16
Dan dilihat grafik diatas yang belum diuji normalitasnya, akan menunjukan bahwa mean 9.82 dan std.deviasi 6.231 dengan jumlah individu 22 ekor mencit dan pada grafik bahwa grafik akan terlihat melenceng dan tidak normal. Sehingga untuk menormalkan data dan grafik dilakukannya uji normalitas.
Gambar 15. Grafik durasi terhadap frekuensi mencit untuk uji refleks geotaksis negatif setelah uji normalitas
Dan dilihat grafik diatas yang telah di uji normalitasnya, akan menunjukan bahwa mean 3.09 dan std.deviasi 0.0908 dengan jumlah individu 22 ekor mencit dan pada grafik bahwa grafik akan terlihat melenceng dan tidak normal. Sehingga grafik pasca uji normalitas ini akan terlihat seimbang (normal). Maka dari hasil pengamatan seluruhan uji motorik dan sensorik pada mencit jantan ataupun betina menujukkan bahwa setiap mencit ini masih memiliki respon yang baik oleh sistem saraf, sehingga tidak adanya perilaku menyimpang pada setiap individu mencit yang telah diujikan. Karena masih menerima sinyal ke sistem sarafnya terhadap penciuman dan pergerakkan untuk menghindari bahaya. Selnajutnya pengamatan mengenai pola lokomosi dan kecepatan jalan hewan uji dengan jarak 20 cm.
17
3. Uji gerak lokomosi a. Kecepatan jalan dengan jarak 20 cm Tabel 4. Waktu lokomosi atau kecepatan berjalan mencit dengan jarak 20 cm kecepatan Individu Mencit 1 Mencit 2 Mencit 3 Mencit 4 rata-rata /20cm waktu/detik
3.1
3
5.25
5.25
4.15
4.15 detik/20cm
Berdasarkan data ditabel diatas hewan uji (mencit) yang memiliki kecepatan jalan yang paling cepat adalah mencit 2 yaitu 3 detik per 20 cm. Dan untuk rata-rata setiap individu mencit yang diujikan tiap 20 cm, kecepatannya adalah 4,15 detik per 20 cm. b. Lokomosi berenang Sedangkan untuk rata-rata waktu/durasi yang diperoleh pada lokomosi berenang mencit ini dilakukan dengan uji T-test, Group Statistics
jeniskela min durasi
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
1
11
9.6364
10.14172
3.05784
2
11
7.1818
4.83359
1.45738
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of Variances
F durasi Equal variances assumed
Sig. 4.846
Equal variances not assumed
.040
t-test for Equality of Means
t
Sig. (2tailed)
df
Mean Differenc Std. Error e Difference
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
.725
20
.477
2.45455
3.38739
-4.61142
9.52051
.725
14.320
.480
2.45455
3.38739
-4.79547
9.70456
Berdasarkan tabel statistik diatas jenis kelamin 2 yaitu mencit jantan memiliki nilai mean, standar devisiasi dan standar eror mean yang lebih besar dibandingkan jenis kelamin 1 yaitu mencit betina. Dan nilai signifikasinya yaitu 0.04 dan < 0.05 sehingga tidak terdapat beda nyata.
18
Gambar 16. Grafik durasi terhadap frekuensi mencit untuk uji lokomosi berenang sebelum uji normalitas Dilihat grafik diatas yang belum diuji normalitasnya, akan menunjukan bahwa mean 8.41 dan std.deviasi 7.854 dengan jumlah individu 22 ekor mencit dan pada grafik bahwa grafik akan terlihat melenceng dan tidak normal. Sehingga untuk menormalkan data dan grafik dilakukannya uji normalitas.
Gambar 17. Grafik durasi terhadap frekuensi mencit untuk uji lokomosi berenang setelah uji normalitas dan dilihat dari grafik diatas yang telah di uji normalitasnya, akan menunjukan bahwa mean 2.77 dan std.deviasi 1.139 dengan jumlah individu 22 ekor mencit dan
19
pada grafik bahwa grafik akan terlihat melenceng dan tidak normal. Sehingga grafik pasca uji normalitas ini akan terlihat seimbang (normal).
4.5 4 3.5
r e t 3 e m2.5 a r a 2 p r o k 1.5 s
jantan betina
1
0.5 0 arah berenang
Sudut berenang
p.alat gerak
parameter
Gambar 18. Grafik skor Parameter pada lokomosi berenang mencit Berdasarkan grafik diatas ketika mencit dimasukkan ke dalam akuarium, dan ketika mencit berenang, arah berenang yang paling dominan adalah dengan skor 2 yaitu berputar-putar, dan untuk sudut berenang yang paling dominan adalah dengan skor 4 yaitu kepala dan seluruh telinga berada di atas permukaan air. Sedangkan untuk penggunaan anggota gerak yang paling dominan dilakukan oleh mencit pada pengamatan ini yaitu dengan skor 1 adalah menggunakan keempat anggota geraknya untuk berenang.
20
BAB 5 KESIMPULAN
Bahwa pada uji penciuman pakan terhadap mencit jantan yaitu 55% positif (menjauh), 42% negative (mendekat) dan 3% netral (tidak respon). Sehingga respon uji sensorik mencit jantan pada pakan ini dominannya adalah menjauhi pakan yaitu 55% karena mencit atau hewan uji jantan ini tidak merasakan lapar. mencit betina yang mana mencit betina dilihat pada grafik presentasiny yaitu 55% negatif (mendekat), 30% positif (menjauh), dan 15% netral (tidak respon). Sehingga respon uji sensorik terhadap mencit betina yang dominan adalah mendekati makanan (pakan) yaitu 55%. Ini dapat disebabkan karena sinyal yang diterima syaraf pusat ketika mecit itu mencium makan dan terdapatnya stimulus untuk mendekat Karena diakibatkan mencit ini sedang lapar. Pada uji penciuman aseton terhadap mencit jantan yaitu 94% positif (menjauh) dan betina yaitu 91% positif (menjauh). Sehingga dari keduanya baik jantan ataupun betina rata-rata menjauhi aseton karena aseton ini memiliki bau yang menyengat dan membuat mencit ( Mus musculus) ini akan pusing, oleh karena itu mencit menjauh dan menghindar bau aseton tersebut, uji penciuman aseton terhadap mencit j antan yaitu 97% positif (menjauh) dan betina yaitu 100% positif (menjauh), karena itu mencit menjauh dan menghindar bau minyak kayu putih tersebut. uji penciuman aseton terhadap mencit jantan yaitu 79% positif (menjauh) dan betina yaitu 79% positif (menjauh). Uji motorik dan sensorik pada mencit jantan ataupun betina menujukkan bahwa setiap mencit ini masih memiliki respon yang baik oleh sistem saraf, sehingga tidak adanya perilaku menyimpang pada setiap individu mencit yang telah diujikan. Karena masih menerima sinyal ke sistem sarafnya terhadap penciuman dan pergerakkan untuk menghindari bahaya. Mencit yang memiliki kecepatan jalan yang paling cepat adalah mencit 2 yaitu 3 detik per 20 cm. Dan untuk rata-rata setiap individu mencit yang diujikan tiap 20 cm, kecepatannya adalah 4,15 detik per 20 cm. Dan untuk lokomosi mencit berenang, arah berenang yang paling dominan adalah dengan skor 2 yaitu berputar-putar, dan untuk sudut berenang yang paling dominan adalah dengan skor 4 yaitu kepala dan seluruh telinga berada di atas permukaan air. Sedangkan untuk penggunaan anggota gerak yang paling dominan dilakukan oleh mencit pada pengamatan ini yaitu dengan skor 1 adalah menggunakan keempat anggota geraknya untuk bere nang.
21
DAFTAR PUSTAKA
Cartono, M. P., M. T. 2004. Biologi Umum. Bandung: Prisma Press. Darmadi, Goenarso. 2005. Fisiologi Hewan. Jakarta: Universitas Terbuka Fitriawati, N. 2001. Kajian penambahan ekstrak buah dan daun pare ( Momordica charantia L.) pada sifat-sifat reproduksi mencit betina ( Mus musculus albinus). Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Smith, J. B. dan S. Mangkoewidjojo. 1988. Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Malole MBM dan CSU Pramono. 1989. Penggunaan Hewan-Hewan Percobaan di Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Dalam Agustiyani, D.A. 2008. Pengaruh pemberian ekstrak tumbuhan Obat antimalaria quassia indica terhadap Toksikopatologi organ hati dan ginjal mencit (mus musculus). Skripsi.
Departemen
Klinik
Reproduksi
dan
Patologi
Fakultas
Kedokteran Hewan. IPB. Bogor. Malole MBM dan CSU Pramono. 1989. Penggunaan Hewan-Hewan Percobaan di Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Dalam Agus Pribadi, Gutama. 2008. Penggunaan mencit dan tikus sebagai hewan model penelitian nikotin.Skripsi. Rogram studi teknologi produksi ternak
fakultas
peternakan IPB. Bogor. Priambodo, S. 1995. Pengendalian Tikus Terpadu. Seri PHT. Penebar Swadaya. Jakarta . Dalam Agus Pribadi, Gutama. 2008. Penggunaan mencit dan tikus sebagai hewan model penelitian nikotin.Skripsi. Rogram studi teknologi produksi ternak fakultas peternakan IPB. Bogor.
22
Arrington, L. R. 1972. Introductory Laboratory Animal. The Breeding, Care and Management of Experimental Animal Science. The Interstate Printers and Publishing, Inc., New York. Dalam Agus Pribadi, Gutama. 2008. Penggunaan mencit dan tikus sebagai hewan model penelitian nikotin.Skripsi. Rogram studi teknologi produksi ternak
fakultas
peternakan IPB. Bogor.
23
LAMPIRAN
1. Tabel Uji Sensorik a. Jantan individu 1 5
6
2
Jumlah
Pakan
Aseton
Kayu putih
Parum
U1
U2
U3
U1
U2
U3
U1
U2
U3
U1
U2
U3
A
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
B
0
-
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
A
+
+
+
+
-
+
+
-
+
+
-
0
B
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-
-
-
C
+
+
+
-
+
+
+
+
+
-
+
0
A
-
-
-
+
+
+
+
+
+
+
+
+
B
-
-
-
+
+
+
+
+
+
+
+
+
C
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
A
-
-
-
+
+
+
+
+
+
+
+
+
B
-
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
C
-
-
-
+
+
+
+
+
+
+
+
+
Positif
18
31
32
26
Negatif
14
2
1
5
Netral
1
0
0
2
Pakan
Aseton
Kayu putih
Parum
b. Betina individu U1
U2
U3
U1
U2
U3
U1
U2
U3
U1
U2
U3
1
A
0
+
+
+
+
+
+
+
+
+
0
+
3
A
-
-
-
+
+
+
+
+
+
+
+
+
B
-
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
C
-
-
-
+
+
+
+
+
+
+
+
+
D
-
-
-
+
+
+
+
+
+
+
+
+
A
-
-
-
+
+
+
+
+
+
+
+
+
B
0
0
0
+
+
+
+
+
+
0
0
0
C
+
+
+
+
+
+
+
+
+
0
0
0
D
-
-
-
+
+
+
+
+
+
+
+
+
6
A
+
-
-
+
+
+
+
+
+
+
+
+
2
A
+
+
0
0
0
0
+
+
+
+
+
+
Jumalah
positif
10
30
33
26
negatif
18
0
0
0
netral
5
3
0
7
4
24
2. Tabel Uji Motorik (membalikkan badan) a. jantan Waktu dalam detik Individu
1
5
6
2
rata-rata
pembulatan
0.04
0.033333333
0.03
0.03
0.03
0.036666667
0.04
0.55
0.57
0.72
0.613333333
0.6
B
0.33
0.55
0.33
0.403333333
0.4
C
0.73
0.51
0.81
0.683333333
0.7
A
0.63
0.18
0.13
0.313333333
0.3
B
0.81
0.18
0.22
0.403333333
0.4
C
0.18
0.13
0.18
0.163333333
0.2
A
0.69
0.38
0.18
0.416666667
0.4
B
0.19
0.22
0.21
0.206666667
0.2
C
0.22
0.15
0.22
0.196666667
0.2
rata-rata
pembulatan
U1
U2
U3
A
0.04
0.02
B
0.05
A
b. betina individu
Waktu dalam detik U1
U2
U3
1
A
0.04
0.02
0.02
0.026666667
0.03
3
A
0.2
0.17
0.17
0.18
0.2
B
0.2
0.17
0.16
0.176666667
0.2
C
0.26
0.14
0.35
0.25
0.3
D
0.51
0.29
0.32
0.373333333
0.37
A
0.28
0.54
0.35
0.39
0.4
B
0.44
0.28
0.44
0.386666667
0.4
C
0.91
0.66
0.62
0.73
0.7
D
0.44
0.46
0.41
0.436666667
0.4
6
A
0.76
0.31
0.13
0.4
0.4
2
D
0.59
0.31
0.18
0.36
0.4
4
3. Tabel Uji Motorik (menghindari jurang) a. jantan Individu
1
5
Waktu dalam detik
rata-rata
pembulatan
U1
U2
U3
A
6.22
10.09
13.59
9.966667
9.97
B
13.43
17.87
13.58
14.96
14.96
A
36
12
5
17.66667
17.67
25
6
2
B
3
5
2
3.333333
3.33
C
27
5
4
12
12
A
1.98
1.3
7.69
3.656667
3.66
B
2.07
4.59
1.3
2.653333
2.65
C
2.61
23.89
38.43
21.64333
21.64
A
9.87
15.3
15.94
13.70333
13.7
B
2.34
14.6
7.06
8
8
C
9.5
6.46
13.5
9.82
9.82
b. Betina Waktu dalam detik individu
U1
U2
U3
rata-rata
pembulatan
1
A
8.59
18
14
13.53
13.53
3
A
0.15
0.5
7.19
2.613333
2.61
B
3.42
7.2
6.86
5.826667
5.83
C
1.76
5.57
7.14
4.823333
4.82
D
0.58
9.17
3.39
4.38
4.38
A
7.4
4.66
5
5.686667
5.69
B
14.32
8.97
5
9.43
9.43
C
3.9
5.3
3.52
4.24
4.24
D
1.27
4.91
5.14
3.773333
3.77
6
A
3.24
7.56
7.69
6.163333
6.16
2
D
3.16
23.31
3.69
10.05333
10
rata-rata
pembualatan
4
4. Uji Motorik (geotaksis ngatif) a. Jantan Waktu dalam detik Individu
1
5
6
2
U1
U2
U3
A
3
12
11.01
8.67
9
B
3.25
4
7
4.75
5
A
12
5
3
6.666667
7
B
13
9
4
8.666667
9
C
17
7
6
10
10
A
2.2
1.44
9.67
4.436667
4
B
3.64
14.98
16.38
11.66667
12
C
7.92
8.28
4.72
6.973333
7
A
2.13
22.47
7.27
10.62333
11
B
4.91
13.13
5.94
7.993333
8
26
C
9.1
19.3
3.1
10.5
11
b. Betina Waktu dalam detik individu
U1
U2
U3
rata-rata
pembulatan
1
A
10
10
2
7.333333
7
3
A
3.45
8.95
5.23
5.876667
6
B
2.11
3.76
5.48
3.783333
4
C
5.89
11.69
7.07
8.216667
8
D
13.38
16.51
7.42
12.43667
12
A
4.3
5.4
25
11.56667
12
B
1.46
1.46
0.74
1.22
1
C
3.5
7.1
3.15
4.583333
5
D
14.16
25.91
21.52
20.53
21
6
A
60
3.37
23
28.79
29
2
D
24.88
23
5.65
17.84333
18
4
5. Uji Motorik (Lokomosi) a. Lokomosi berjalan lurus 20 cm Waktu dalam detik
individu
Mencit 1
Mencit 2
Mencit 3
Mencit 4
3.1
3
5.25
5.25
waktu/detik
rata-rata
kecepatan /20cm
4.15
4.15 detik/20cm
b. Lokomosi berenang - jantan arah berenang
Sudut berenang
p.alat gerak
Waktu mencapai tangga
pembulatan
A
2
4
1
6
6
B
2
4
1
4.42
4
A
2
4
2
6.87
7
B
1
4
2
3.1
3
C
1
4
2
3.1
3
A
2
4
1
2.11
2
B
3
4
2
2.74
3
C
2
4
1
5.13
5
A
4
3
1
26.13
26
B
4
3
1
30.47
31
C
4
3
1
16.28
16
2
4
1
9.668181818
individu
1
5
6
2
rata-rata
27
- betina Arah berenang
Sudut berenang
p.alat gerak
Waktu mencapai tangga
pembulatan
A
2
4
1
11.01
11
A
2
4
2
2.67
3
B
3
4
1
6.67
7
C
2
4
1
2.95
3
D
3
4
1
5.66
6
A
1
1
1
4.84
5
B
1
4
1
17.31
17
C
2
3
1
9.54
9
D
3
3
1
12.59
13
6
A
2
4
1
1.89
2
2
A
4
3
1
2.72
3
2
4
1
7.077272727
individu
1
3
4
rata-rata
28