UNDANG-UNDANG TENTANG PENDIDIKAN
LAMPIRAN PERMENDIKBUD NO 103 TAHUN 2014
SALINAN DAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG PEMBELAJARAN PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN I. PENDAHULUAN Kurikulum 2013 dilaksanakan mulai tahun 2013. Dalam rangka implementasi Kurikulum 2013 disusun perangkat kurikulum yang meliputi: 1. Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. 2. Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah. 3. Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. 4. Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan. 5. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. 6. Muatan Lokal. 7. Kegiatan Ektrakurikuler pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. 8. Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. 9. Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 1
10. Sistem Kredit Semester pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. 11. Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah 12. Evaluasi Kurikulum. 13. Peminatan pada Pendidikan Menengah. 14. Pendampingan Pelaksanaan Kurikulum 2013 pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. 15. Pendidikan Kepramukaan sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Lampiran ini khusus mengenai Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara sebagaimana termaktub dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Proses pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, menyenangkan, menantang, inspiratif, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. II. TUJUAN PEDOMAN Tujuan pedoman ini untuk menjadi acuan bagi: 1. Tenaga pendidik (guru mata pelajaran, guru kelas, dan guru pembina kegiatan ekstrakurikuler) secara individual atau kelompok dalam mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan melaksanakan pembelajaran dalam berbagai modus, strategi, dan model untuk muatan dan/atau mata pelajaran yang diampunya; 2. Pimpinan satuan pendidikan (kepala sekolah, wakil kepala sekolah, wali kelas) dalam fasilitasi dan supervisi pembelajaran; dan
LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 2
3. Dinas pendidikan atau kantor kementerian agama provinsi dan kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya dalam melaksanakan supervisi pembelajaran. III. PEMBELAJARAN A. Pengertian Pengertian dari beberapa istilah yang terdapat dalam pedoman ini sebagai berikut. 1. Pembelajaran adalah proses interaksi antarpeserta didik, antara peserta didik dengan tenaga pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. 2. Indikator pencapaian kompetensi adalah: (a) perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk kompetensi dasar (KD) pada kompetensi inti (KI)-3 dan KI-4; dan (b) perilaku yang dapat diobservasi untuk disimpulkan sebagai pemenuhan KD pada KI-1 dan KI-2, yang kedua-duanya menjadi acuan penilaian mata pelajaran. B. Konsep Pembelajaran
merupakan
suatu
proses
pengembangan
potensi
dan
pembangunan karakter setiap peserta didik sebagai hasil dari sinergi antara pendidikan yang berlangsung di sekolah, keluarga dan masyarakat. Proses tersebut memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi mereka menjadi kemampuan yang semakin lama semakin meningkat dalam sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan dirinya untuk hidup dan untuk bermasyarakat, berbangsa, serta berkontribusi pada kesejahteraan hidup umat manusia. Keluarga merupakan tempat pertama bersemainya bibit sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan, dan keterampilan peserta didik. Oleh karena itu, peran keluarga tidak dapat sepenuhnya digantikan oleh sekolah. Sekolah merupakan tempat kedua pendidikan peserta didik yang dilakukan melalui
program
intrakurikuler
intrakurikuler,
dilaksanakan
kokurikuler,
melalui
mata
dan
ekstrakurikuler.
pelajaran.
Kegiatan
Kegiatan kokurikuler
dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan di luar sekolah yang terkait langsung dengan mata pelajaran, misalnya tugas individu, tugas kelompok, dan pekerjaan rumah berbentuk proyek atau bentuk lainnya. Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan melalui berbagai kegiatan yang bersifat umum dan tidak terkait
LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 3
langsung dengan mata pelajaran, misalnya kepramukaan, palang merah remaja, festival seni, bazar, dan olahraga. Masyarakat merupakan tempat pendidikan yang jenisnya beragam dan pada umumnya sulit diselaraskan antara satu sama lain, misalnya media massa, bisnis dan industri, organisasi kemasyarakatan, dan lembaga keagamaan. Untuk itu para tokoh masyarakat tersebut semestinya saling koordinasi dan sinkronisasi dalam memainkan
perannya
untuk
mendukung
proses
pembelajaran.
Singkatnya,
keterjalinan, keterpaduan, dan konsistensi antara keluarga, sekolah, dan masyarakat harus diupayakan dan diperjuangkan secara terus menerus karena tripusat pendidikan tersebut sekaligus menjadi sumber belajar yang saling menunjang. Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana di mana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar. Peserta didik mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi, di sekolah, keluarga, dan masyarakat. Proses tersebut berlangsung melalui kegiatan tatap muka di kelas, kegiatan terstruktur, dan kegiatan mandiri. Terkait
dengan
hal
tersebut,
maka
pembelajaran
ditujukan
untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif, serta mampu berkontribusi pada kehidupan masyarakat, berbangsa, bernegara, dan berperadaban dunia. Peserta didik adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi, dan menggunakan pengetahuan. Untuk itu pembelajaran harus berkenaan dengan kesempatan yang diberikan kepada peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuan dalam proses kognitifnya. Agar benarbenar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, peserta didik perlu didorong untuk bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, dan berupaya keras mewujudkan ide-idenya. C. Prinsip Untuk mencapai kualitas yang telah dirancang dalam dokumen kurikulum, kegiatan pembelajaran perlu menggunakan prinsip sebagai berikut: 1. peserta didik difasilitasi untuk mencari tahu; LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 4
2. peserta didik belajar dari berbagai sumber belajar; 3. proses pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah; 4. pembelajaran berbasis kompetensi; 5. pembelajaran terpadu; 6.pembelajaran yang menekankan pada jawaban divergen yang memiliki kebenaran multi dimensi; 7. pembelajaran berbasis keterampilan aplikatif; 8. peningkatan keseimbangan, kesinambungan, dan keterkaitan antara hard-skills dan soft-skills; 9. pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat; 10. pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani); 11. pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat; 12. pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran; 13. pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik; 14. suasana belajar menyenangkan dan menantang. D. Lingkup Pembelajaran pada Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik atau pendekatan berbasis proses keilmuan. Pendekatan saintifik dapat menggunakan beberapa
strategi
seperti
pembelajaran
kontekstual.
Model
pembelajaran
merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memiliki nama, ciri, sintak, pengaturan, dan budaya misalnya discovery learning, project-based learning, problem-based learning, inquiry learning. Kurikulum
2013
menggunakan
modus
pembelajaran
langsung
(direct
instructional) dan tidak langsung (indirect instructional). Pembelajaran langsung adalah pembelajaran yang mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir dan LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 5
keterampilan menggunakan pengetahuan peserta didik melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang dirancang dalam silabus dan RPP. Dalam pembelajaran langsung peserta didik melakukan kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba, menalar/mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Pembelajaran langsung menghasilkan pengetahuan dan keterampilan langsung, yang disebut dengan dampak pembelajaran (instructional effect). Pembelajaran tidak langsung adalah pembelajaran yang terjadi selama proses pembelajaran
langsung
yang
dikondisikan
menghasilkan
dampak
pengiring
(nurturant effect). Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan pengembangan nilai dan sikap yang terkandung dalam KI-1 dan KI-2. Hal ini berbeda dengan pengetahuan tentang nilai dan sikap yang dilakukan dalam proses pembelajaran langsung oleh mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti serta Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Pengembangan nilai dan sikap sebagai proses pengembangan moral dan perilaku, dilakukan oleh seluruh mata pelajaran dan dalam setiap kegiatan yang terjadi di kelas, sekolah, dan masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran Kurikulum 2013, semua kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler baik yang terjadi di kelas, sekolah, dan masyarakat (luar sekolah) dalam rangka mengembangkan moral dan perilaku yang terkait dengan nilai dan sikap. Pendekatan saintifik meliputi lima pengalaman belajar. E. Mekanisme 1. Perencanaan Tahap pertama dalam pembelajaran yaitu perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan kegiatan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). a. Hakikat RPP RPP merupakan rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci mengacu pada silabus, buku teks pelajaran, dan buku panduan guru. RPP mencakup: (1) Identitas sekolah/madrasah, mata pelajaran, dan kelas/semester (2) Alokasi waktu (3) KI, KD, indikator pencapaian kompetensi (4) Materi pembelajaran (5) Kegiatan pembelajaran (6) Penilaian LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 6
(7) Media/alat, bahan, dan sumber belajar Setiap guru di setiap satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP untuk kelas di mana guru tersebut mengajar (guru kelas) di SD/MI dan untuk guru mata pelajaran yang diampunya untuk guru SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK. Pengembangan RPP dilakukan sebelum awal semester atau awal tahun pelajaran dimulai, namun perlu diperbaharui sebelum pembelajaran dilaksanakan. Pengembangan RPP dapat dilakukan oleh guru secara mandiri dan/atau berkelompok di sekolah/madrasah dikoordinasi, difasilitasi, dan disupervisi oleh kepala sekolah/madrasah. Pengembangan RPP dapat juga dilakukan oleh guru secara berkelompok antarsekolah atau antarwilayah dikoordinasi, difasilitasi, dan disupervisi oleh dinas pendidikan atau kantor kementerian agama setempat. b. Prinsip Penyusunan RPP 1) Setiap RPP harus secara utuh memuat kompetensi dasar sikap spiritual (KD dari KI-1), sosial (KD dari KI-2), pengetahuan (KD dari KI-3), dan keterampilan (KD dari KI-4). 2) Satu RPP dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. 3) Memperhatikan perbedaan individu peserta didik RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan kemampuan awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik. 4) Berpusat pada peserta didik Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar, menggunakan pendekatan saintifik meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar/mengasosiasi, dan mengomunikasikan. 5) Berbasis konteks Proses pembelajaran yang menjadikan lingkungan sekitarnya sebagai sumber belajar. 6) Berorientasi kekinian Pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan nilai-nilai kehidupan masa kini. LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 7
7) Mengembangkan kemandirian belajar Pembelajaran yang memfasilitasi peserta didik untuk belajar secara mandiri. 8) Memberikan umpan balik dan tindak lanjut pembelajaran RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi. 9) Memiliki keterkaitan dan keterpaduan antarkompetensi dan/atau antarmuatan RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara KI, KD, indikator pencapaian kompetensi, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya. 10) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.
2. Pelaksanaan Tahap pelaksanaan pembelajaran meliputi: a. Kegiatan Pendahuluan Dalam kegiatan pendahuluan, guru: 1) mengondisikan suasana belajar yang menyenangkan 2)mendiskusikan kompetensi yang sudah dipelajari dan dikembangkan sebelumnya berkaitan dengan kompetensi yang akan dipelajari dan dikembangkan 3) menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari 4) menyampaikan garis besar cakupan materi dan kegiatan yang akan dilakukan 5) menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang akan digunakan b. Kegiatan Inti Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi, yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 8
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas,
dan
kemandirian
sesuai
dengan
bakat,
minat
dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan inti menggunakan pendekatan saintifik yang disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran dan peserta didik. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan proses mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba, menalar/mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Dalam setiap kegiatan guru harus memperhatikan perkembangan sikap peserta didik pada kompetensi dasar dari KI-1 dan KI-2 antara lain mensyukuri karunia Tuhan, jujur, teliti, kerja sama, toleransi, disiplin, taat aturan, menghargai pendapat orang lain yang tercantum dalam silabus dan RPP. c. Kegiatan Penutup Kegiatan penutup terdiri atas: 1) Kegiatan guru bersama peserta didik yaitu: (a) membuat rangkuman/simpulan pelajaran (b) melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan (c) memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran 2) Kegiatan guru yaitu: (a) melakukan penilaian (b)merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik (c) menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya. 3. Daya Dukung Proses pembelajaran memerlukan daya dukung berupa ketersediaan sarana dan prasarana pembelajaran. Sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 9
daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
IV. PIHAK YANG TERLIBAT Pihak-pihak yang terlibat dalam pembelajaran antara lain : 1. Peserta didik; 2.Pendidik (guru mata pelajaran, guru kelas, dan guru pembina kegiatan ekstrakurikuler) 3.Tenaga kependidikan meliputi pengelola satuan pendidikan, penilik, pamong belajar, pengawas, peneliti, pengembang, pustakawan, laboran, dan teknisi sumber belajar 4.Pimpinan satuan pendidikan (kepala sekolah, wakil kepala sekolah, wali kelas) 5.Dinas pendidikan atau kantor kementerian agama provinsi dan kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya.
LAMPIRAN PERMENDIKBUD NO 81A TAHUN 2013 PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81A TAHUN 2013 TENTANG IMPLEMENTASI KURIKULUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan kurikulum pada sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah, sekolah menengah pertama/ madrasah tsanawiyah, sekolah
menengah
kejuruan/madrasah
atas/madrasah
aliyah
kejuruan,
aliyah, perlu
dan
menetapkan
sekolah
menengah
Peraturan
Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan tentang Implementasi Kurikulum. Mengingat : LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 10
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301) 2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5410) 3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011 4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2013 5. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 60/P Tahun 2013 6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah 7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah 8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah 9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan Dasar dan Menengah 10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 67 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah 11. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 68 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 11
12. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah 13. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 70 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan 14. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 71 Tahun 2013 tentang Buku Teks Pelajaran dan Buku Panduan Guru untuk Pendidikan Dasar dan Menengah MEMUTUSKAN: Menetapkan
:
PERATURAN
MENTERI
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
TENTANG IMPLEMENTASI KURIKULUM. Pasal 1 Implementasi kurikulum pada sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah (SD/MI), sekolah menengah
pertama/madrasah
tsanawiyah
(SMP/MTs),
sekolah
menengah
atas/madrasah aliyah (SMA/MA), dan sekolah menengah kejuruan/madrasah aliyah kejuruan (SMK/MAK) dilakukan secara bertahap mulai tahun pelajaran 2013/2014. Pasal 2 (1) Implementasi kurikulum pada SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK menggunakan pedoman implementasi kurikulum yang mencakup: a. Pedoman Penyusunan dan Pengelolaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan b. Pedoman Pengembangan Muatan Lokal c. Pedoman Kegiatan Ekstrakurikuler d. Pedoman Umum Pembelajaran e. Pedoman Evaluasi Kurikulum (2) Pedoman implementasi kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran I sampai dengan Lampiran V yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Pasal 3 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 12
LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81A TAHUN 2013 TENTANG IMPLEMENTASI KURIKULUM PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri atas pulau besar dan kecil yang berjumlah sekitar 17.500. Penduduk Indonesia berdasarkan pada Sensus Penduduk tahun 2010 berjumlah lebih dari 238 juta jiwa. Keragaman yang menjadi karakteristik dan keunikan Indonesia adalah antara lain dari segi geografis, potensi sumber daya, ketersediaan sarana dan prasarana, latar belakang dan kondisi sosial budaya, dan berbagai keragaman lainnya yang terdapat di setiap daerah. Keragaman tersebut selanjutnya melahirkan pula tingkatan kebutuhan dan tantangan pengembangan yang berbeda antar daerah dalam rangka meningkatkan mutu dan mencerdaskan kehidupan masyarakat di setiap daerah. Terkait dengan pembangunan pendidikan, masing-masing daerah memerlukan pendidikan yang sesuai dengan karakteristik daerah. Begitu pula halnya dengan kurikulum
sebagai
jantungnya
pendidikan
perlu
dikembangkan
dan
diimplementasikan secara kontekstual untuk merespon kebutuhan daerah, satuan pendidikan, dan peserta didik. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan dalam UndangUndang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional: 1. Pasal 36 Ayat (2) menyebutkan bahwa kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. 2. Pasal 36 Ayat (3) menyebutkan bahwa kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka
Negara
Kesatuan Republik
Indonesia
dengan
memperhatikan: (a) peningkatan iman dan takwa; (b) peningkatan akhlak mulia; (c) peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik; (d) keragaman potensi daerah dan lingkungan; (e) tuntutan pembangunan daerah dan nasional; (f) tuntutan LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 13
dunia kerja; (g) perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; (h) agama; (i) dinamika perkembangan global; dan (j) persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan. 3. Pasal 38 Ayat (2) mengatur bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor departemen agama kabupaten/kota untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah. Dari amanat undang-undang tersebut ditegaskan bahwa: 1.
Kurikulum
dikembangkan
secara
berdiversifikasi
dengan
maksud
agar
memungkinkan penyesuaian program pendidikan pada satuan pendidikan dengan kondisi dan kekhasan potensi yang ada di daerah serta peserta didik; dan 2. Kurikulum dikembangkan dan dilaksanakan di tingkat satuan pendidikan. Kurikulum operasional yang dikembangkan dan dilaksanakan oleh satuan pendidikan diwujudkan dalam bentuk Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). II. TUJUAN PEDOMAN Pedoman penyusunan dan pengelolaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan bertujuan untuk. 1. Menjadi acuan operasional bagi kepala sekolah dan guru dalam menyusun dan mengelola KTSP secara optimal di satuan pendidikan. 2. Menjadi acuan operasional bagi dinas pendidikan atau kantor kementerian agama provinsi dan kabupaten/kota dalam melakukan koordinasi dan supervisi penyusunan dan pengelolaan kurikulum di setiap satuan pendidikan. III. PENGGUNA PEDOMAN Pedoman ini digunakan dalam rangka penyusunan dan pengelolaan KTSP oleh: 1. kepala sekolah; 2. guru; dan 3. dinas pendidikan atau kantor kementerian agama provinsi dan kabupaten/kota. IV. DEFINISI OPERASIONAL LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 14
Beberapa istilah yang perlu dijelaskan dalam pedoman ini adalah sebagai berikut: 1. Visi sekolah merupakan cita-cita bersama pada masa mendatang dari warga sekolah/madrasah, yang dirumuskan berdasarkan masukan dari seluruh warga sekolah/madrasah. 2. Misi merupakan sesuatu yang harus diemban atau harus dilaksanakan sebagai penjabaran visi yang telah ditetapkan dalam kurun waktu tertentu untuk menjadi rujukan bagi penyusunan program pokok sekolah/madrasah, baik jangka pendek dan menengah maupun jangka panjang, dengan berdasarkan masukan dari seluruh warga satuan pendidikan. 3. Tujuan pendidikan sekolah merupakan gambaran tingkat kualitas yang akan dicapai oleh setiap sekolah dengan mengacu pada karakteristik dan/atau keunikan setiap satuan pendidikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 4. Pengembangan diri merupakan kegiatan yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri melalui berbagai kegiatan ekstrakurikuler. V. KOMPONEN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN A. Visi, Misi, dan Tujuan Pendidikan Satuan Pendidikan 1. Visi mendeskripsikan cita-cita yang hendak dicapai oleh satuan pendidikan. 2. Misi mendeskripsikan indikator-indikator yang harus dilakukan melalui rencana tindakan dalam mewujudkan visi satuan pendidikan. 3. Tujuan pendidikan mendeskripsikan hal-hal yang perlu diwujudkan sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan. B. Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Muatan KTSP terdiri atas muatan kurikulum pada tingkat nasional, muatan kurikulum pada tingkat daerah, dan muatan kekhasan satuan pendidikan. 1. Muatan Kurikulum pada Tingkat Nasional Muatan kurikulum pada tingkat nasional yang dimuat dalam KTSP adalah sebagaimana yang diatur dalam ketentuan:
LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 15
a. untuk SD/MI mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 67 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SD/MI b. untuk SMP/MTs mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 68 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMP/MTs c. untuk SMA/MA mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMA/MA d. untuk SMK/MAK mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 70 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMK/MAK 2. Muatan Kurikulum pada Tingkat Daerah Muatan kurikulum pada tingkat daerah yang dimuat dalam KTSP terdiri atas sejumlah bahan kajian dan pelajaran dan/atau mata pelajaran muatan lokal yang ditentukan oleh daerah yang bersangkutan. Penetapan muatan lokal didasarkan pada kebutuhan dan kondisi setiap daerah, baik untuk provinsi maupun kabupaten/kota. Muatan lokal yang berlaku untuk seluruh wilayah provinsi ditetapkan dengan peraturan gubernur. Begitu pula halnya, apabila muatan lokal yang berlaku untuk seluruh wilayah kabupaten/kota ditetapkan dengan peraturan bupati/walikota. 3. Muatan Kekhasan Satuan Pendidikan Muatan kekhasan satuan pendidikan berupa bahan kajian dan pelajaran dan/atau mata pelajaran muatan lokal serta program kegiatan yang ditentukan oleh satuan pendidikan yang bersangkutan dengan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik. C. Pengaturan Beban Belajar 1. Beban belajar dalam KTSP diatur dalam bentuk sistem paket atau sistem kredit semester. a. Sistem Paket Beban belajar dengan sistem paket sebagaimana diatur dalam struktur kurikulum setiap satuan pendidikan merupakan pengaturan alokasi waktu untuk setiap mata pelajaran yang terdapat pada semester gasal dan genap dalam satu tahun ajaran. Beban belajar pada sistem paket terdiri atas pembelajaran tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri. b. Sistem Kredit Semester
LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 16
Sistem Kredit Semester (SKS) diberlakukan hanya untuk SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK. Beban belajar setiap mata pelajaran pada SKS dinyatakan dalam satuan kredit semester (sks). Beban belajar 1 (satu) sks terdiri atas 1 (satu) jam pembelajaran tatap muka, 1 (satu) jam penugasan terstruktur, dan 1 (satu) jam kegiatan mandiri. 2. Beban belajar tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri. a. Sistem Paket Beban belajar penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri pada satuan pendidikan yang menggunakan Sistem Paket yaitu 0%-40% untuk SD/MI, 0%-50% untuk SMP/MTs, dan 0%-60% untuk SMA/MA/SMK/MAK dari waktu kegiatan tatap muka mata pelajaran yang bersangkutan. Pemanfaatan alokasi waktu tersebut mempertimbangkan potensi dan kebutuhan peserta didik dalam mencapai kompetensi. b. Sistem Kredit Beban belajar tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri pada satuan pendidikan yang menggunakan Sistem Kredit Semester (SKS) mengikuti aturan sebagai berikut: 1) Satu sks pada SMP/MTs terdiri atas: 40 menit tatap muka, 20 menit penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri. 2) Satu sks pada SMA/MA/SMK/MAK terdiri atas: 45 menit tatap muka dan 25 menit penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri. 3. Beban Belajar Kegiatan Praktik Kerja SMK Beban belajar kegiatan praktik kerja di SMK diatur: (i) 2 (dua) jam praktik di sekolah setara dengan 1 (satu) jam tatap muka, dan (ii) 4 (empat) jam praktik di dunia usaha dan industri setara dengan 2 (dua) jam tatap muka. 4. Beban Belajar Tambahan Satuan pendidikan dapat menambah beban belajar per minggu sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik. Konsekuensi penambahan beban belajar pada satuan pendidikan menjadi tanggung jawab satuan pendidikan yang bersangkutan. D. Kalender Pendidikan Kurikulum satuan pendidikan pada setiap jenis dan jenjang diselenggarakan dengan mengikuti kalender pendidikan. Kalender pendidikan adalah pengaturan LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 17
waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta didik selama satu tahun ajaran yang mencakup permulaan tahun pelajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif, dan hari libur. 1. Permulaan Waktu Pelajaran Permulaan waktu pelajaran di setiap satuan pendidikan dimulai pada setiap awal tahun pelajaran. 2. Pengaturan Waktu Belajar Efektif a. Minggu efektif belajar adalah jumlah minggu kegiatan pembelajaran di luar waktu libur untuk setiap tahun pelajaran pada setiap satuan pendidikan. b. Waktu pembelajaran efektif adalah jumlah jam pembelajaran setiap minggu yang meliputi jumlah jam pembelajaran untuk seluruh mata pelajaran termasuk muatan lokal (kurikulum tingkat daerah), ditambah jumlah jam untuk kegiatan lain yang dianggap penting oleh satuan pendidikan. 3. Pengaturan Waktu Libur Penetapan waktu libur dilakukan dengan mengacu pada ketentuan yang berlaku tentang hari libur, baik nasional maupun daerah. Waktu libur dapat berbentuk jeda tengah semester, jeda antar semester, libur akhir tahun pelajaran, hari libur keagamaan, hari libur umum termasuk hari-hari besar nasional, dan hari libur khusus. LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81A TAHUN 2013 TENTANG IMPLEMENTASI KURIKULUM PEDOMAN PENGEMBANGAN MUATAN LOKAL I. PENDAHULUAN Muatan lokal, sebagaimana dimaksud dalam Penjelasan Atas Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, merupakan bahan kajian yang dimaksudkan untuk membentuk pemahaman peserta didik terhadap potensi di daerah tempat tinggalnya.
LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 18
Dalam Pasal 77 N Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional dinyatakan bahwa : (1) Muatan lokal untuk setiap satuan pendidikan berisi muatan dan proses pembelajaran tentang potensi dan keunikan lokal; (2) Muatan lokal dikembangkan dan dilaksanakan pada setiap satuan pendidikan. Selanjutnya, dalam Pasal 77P antara lain dinyatakan bahwa : (1) Pemerintah daerah provinsi melakukan koordinasi dan supervisi pengelolaan muatan lokal pada pendidikan menengah (2) Pemerintah daerah kabupaten/kota melakukan koordinasi dan supervisi pengelolaan muatan lokal pada pendidikan dasar (3) Pengelolaan muatan lokal meliputi penyiapan, penyusunan, dan evaluasi terhadap dokumen muatan lokal, buku teks pelajaran, dan buku panduan guru (4) Dalam hal seluruh kabupaten/kota pada 1 (satu) provinsi sepakat menetapkan 1 (satu) muatan lokal yang sama, koordinasi dan supervisi pengelolaan kurikulum pada pendidikan dasar dilakukan oleh pemerintah daerah provinsi. Muatan lokal sebagai bahan kajian yang membentuk pemahaman terhadap potensi di daerah tempat tinggalnya bermanfaat untuk memberikan bekal sikap, pengetahuan, dan keterampilan kepada peserta didik agar: 1. mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam, sosial, dan budayanya; 2. memiliki bekal kemampuan dan keterampilan serta pengetahuan mengenai daerahnya yang berguna bagi dirinya maupun lingkungan masyarakat pada umumnya; dan 3. memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai/aturan-aturan yang berlaku di daerahnya, serta melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur budaya setempat dalam rangka menunjang pembangunan nasional. II. TUJUAN PEDOMAN Pedoman muatan lokal merupakan acuan bagi satuan pendidikan (guru, kepala sekolah, dan komite sekolah) dalam pengembangan muatan lokal oleh masingmasing satuan pendidikan. Pedoman muatan lokal ini juga menjadi acuan bagi :
LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 19
(1) Pemerintah daerah provinsi dalam melakukan koordinasi dan supervisi pengelolaan muatan lokal pada pendidikan menengah (2) Pemerintah daerah kabupaten/kota dalam melakukan koordinasi dan supervisi pengelolaan muatan lokal pada pendidikan dasar III. PENGGUNA PEDOMAN Pedoman muatan lokal digunakan bagi: 1. Satuan pendidikan (guru, kepala sekolah, komite sekolah/ madrasah) dalam mengembangkan materi/substansi/program muatan lokal yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi di sekitarnya. 2. Pemerintah provinsi (dinas pendidikan provinsi, kanwil kementerian agama) dalam melakukan koordinasi dan supervisi pengelolaan muatan lokal pada pendidikan menengah (SMA/MA dan SMK/MAK). 3. Pemerintah daerah kabupaten/kota (dinas pendidikan kabupaten/ kota, kantor kementerian agama kabupaten/kota) dalam melakukan koordinasi dan supervisi pengelolaan muatan lokal pada pendidikan dasar (SD/MI dan SMP/MTs). IV. DEFINISI OPERASIONAL Beberapa istilah yang perlu dijelaskan dalam pedoman ini adalah sebagai berikut: 1. Muatan lokal merupakan bahan kajian pada satuan pendidikan yang berisi muatan dan proses pembelajaran tentang potensi dan keunikan lokal yang dimaksudkan untuk membentuk pemahaman peserta didik terhadap potensi di daerah tempat tinggalnya. 2. Pemerintah provinsi adalah gubernur dan berbagai perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah provinsi. 3. Pemerintah kabupaten/kota adalah bupati/walikota dan berbagai perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah kabupaten/kota. V. KOMPONEN MUATAN LOKAL A. Ruang Lingkup Ruang lingkup muatan lokal adalah sebagai berikut. 1. Lingkup keadaan dan kebutuhan daerah.
LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 20
Keadaan daerah adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tertentu yang pada dasarnya berkaitan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial ekonomi, dan lingkungan sosial budaya. Kebutuhan daerah adalah segala sesuatu yang diperlukan oleh masyarakat di suatu daerah, khususnya untuk kelangsungan hidup dan peningkatan taraf kehidupan masyarakat tersebut, yang disesuaikan dengan arah perkembangan daerah serta potensi daerah yang bersangkutan. Kebutuhan daerah tersebut adalah seperti kebutuhan untuk: a. melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah; b. meningkatkan kemampuan dan keterampilan di bidang tertentu sesuai dengan keadaan perekonomian daerah; c. meningkatkan penguasaan Bahasa Inggris untuk keperluan peserta didik dan untuk mendukung pengembangan potensi daerah, seperti potensi pariwisata; dan d. meningkatkan kemampuan berwirausaha. 2. Lingkup isi/jenis muatan lokal. Lingkup isi/jenis muatan lokal dapat berupa: bahasa daerah, bahasa Inggris, kesenian
daerah,
keterampilan
dan
kerajinan
daerah,
adat
istiadat,
dan
pengetahuan tentang berbagai ciri khas lingkungan alam sekitar, serta hal-hal yang dianggap perlu untuk pengembangan potensi daerah yang bersangkutan. B. Prinsip Pengembangan Pengembangan muatan lokal untuk SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK perlu memperhatikan beberapa prinsip pengembangan sebagai berikut: 1. Utuh Pengembangan pendidikan muatan lokal dilakukan berdasarkan pendidikan berbasis kompetensi, kinerja, dan kecakapan hidup. 2. Kontekstual Pengembangan pendidikan muatan lokal dilakukan berdasarkan budaya, potensi, dan masalah daerah. 3. Terpadu Pendidikan muatan lokal dipadukan dengan lingkungan satuan pendidikan, termasuk terpadu dengan dunia usaha dan industri. 4. Apresiatif LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 21
Hasil-hasil pendidikan muatan lokal dirayakan (dalam bentuk pertunjukkan, lombalomba, pemberian penghargaan) di level satuan pendidikan dan daerah. 5. Fleksibel Jenis muatan lokal yang dipilih oleh satuan pendidikan dan pengaturan waktunya bersifat fleksibel sesuai dengan kondisi dan karakteristik satuan pendidikan. 6. Pendidikan Sepanjang Hayat Pendidikan muatan lokal tidak hanya berorientasi pada hasil belajar, tetapi juga mengupayakan peserta didik untuk belajar secara terus- menerus. 7. Manfaat Pendidikan
muatan
lokal
berorientasi
pada
upaya
melestarikan
dan
mengembangkan budaya lokal dalam menghadapi tantangan global. C. Strategi Pengembangan Muatan Lokal Terdapat dua strategi dalam pengembangan muatan lokal, yaitu: 1. Dari bawah ke atas (bottom up) Penyelenggaraan pendidikan muatan lokal dapat dibangun secara bertahap tumbuh di dan dari satuan-satuan pendidikan. Hal ini berarti bahwa satuan pendidikan diberi kewenangan untuk menentukan jenis muatan lokal sesuai dengan hasil analisis konteks. Penentuan jenis muatan lokal kemudian diikuti dengan penyusunan kurikulum yang sesuai dengan identifikasi kebutuhan dan/atau ketersediaan
sumber
daya
pendukung.
Jenis
muatan
lokal
yang
sudah
diselenggarakan satuan pendidikan kemudian dianalisis untuk mencari dan menentukan bahan kajian umum/ besarannya. 2. Dari atas ke bawah (top down) Pada tahap ini pemerintah daerah) sudah memiliki bahan kajian muatan lokal yang diidentifikasi dari jenis muatan lokal yang diselenggarakan satuan pendidikan di daerahnya. Tim pengembang muatan lokal dapat menganalisis core and content dari jenis muatan lokal secara keseluruhan. Setelah core and content umum ditemukan,
maka
tim
pengembang
kurikulum
daerah
dapat
merumuskan
rekomendasi kepada pemerintah daerah untuk membuat kebijakan tentang jenis muatan lokal yang akan diselenggarakan di daerahnya. VI. MEKANISME PENGEMBANGAN DAN PELAKSANAAN A. Tahapan Pengembangan Muatan Lokal Muatan Lokal dikembangkan melalui tahapan sebagai berikut: LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 22
1. Melakukan identifikasi dan analisis konteks kurikulum. Identifikasi konteks kurikulum meliputi analisis ciri khas, potensi, keunggulan, kearifan lokal, dan kebutuhan/tuntutan daerah. Metode identifikasi dan analisis disesuaikan dengan kemampuan tim. 2. Menentukan jenis muatan lokal yang akan dikembangkan. Jenis muatan lokal meliputi empat rumpun muatan lokal yang merupakan persinggungan antara budaya lokal (dimensi sosio-budaya-politik), kewirausahaan, pra-vokasional (dimensi ekonomi), pendidikan lingkungan, dan kekhususan lokal lainnya (dimensi fisik). a. Budaya lokal mencakup pandangan-pandangan yang mendasar, nilai-nilai sosial, dan artifak-artifak (material dan perilaku) yang luhur yang bersifat lokal. b. Kewirausahaan dan pra-vokasional adalah muatan lokal yang mencakup pendidikan yang tertuju pada pengembangan potensi jiwa usaha dan kecakapannya. c. Pendidikan lingkungan & kekhususan lokal lainnya adalah mata pelajaran muatan lokal yang bertujuan untuk mengenal lingkungan lebih baik, mengembangkan kepedulian terhadap lingkungan, dan mengembangkan potensi lingkungan. d. Perpaduan antara budaya lokal, kewirausahaan, pra-vokasional, lingkungan hidup, dan kekhususan lokal lainnya yang dapat menumbuhkan suatu kecakapan hidup. 3. Menentukan bahan kajian muatan lokal Kegiatan
ini
pada
dasarnya
untuk
mendata
dan
mengkaji
berbagai
kemungkinan muatan lokal yang dapat diangkat sebagai bahan kajian sesuai dengan dengan keadaan dan kebutuhan satuan pendidikan. Penentuan bahan kajian muatan lokal didasarkan pada kriteria berikut: a. kesesuaian dengan tingkat perkembangan peserta didik; b. kemampuan guru dan ketersediaan tenaga pendidik yang diperlukan; c. tersedianya sarana dan prasarana; d. tidak bertentangan dengan agama dan nilai luhur bangsa; e. tidak menimbulkan kerawanan sosial dan keamanan; f. kelayakan yang berkaitan dengan pelaksanaan di satuan pendidikan;
LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 23
g. karakteristik yang sesuai dengan kondisi dan situasi daerah; h. komponen analisis kebutuhan muatan lokal (ciri khas, potensi, keunggulan, dan kebutuhan/tuntutan); i. mengembangkan kompetensi dasar yang mengacu pada kompetensi inti; j. menyusun silabus muatan lokal. B. Rambu-Rambu Pengembangan Muatan Lokal Berikut ini rambu-rambu yang perlu diperhatikan dalam pengembangan muatan lokal: 1. Satuan pendidikan yang mampu mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar beserta silabusnya dapat melaksanakan mata pelajaran muatan lokal.
Apabila
satuan
pendidikan
belum
mampu
mengembangkan
standar
kompetensi dan kompetensi dasar beserta silabusnya, maka satuan pendidikan dapat
melaksanakan
muatan
lokal
berdasarkan
kegiatan-kegiatan
yang
direncanakan oleh satuan pendidikan, atau dapat meminta bantuan kepada satuan pendidikan terdekat yang masih dalam satu daerahnya. Beberapa satuan pendidikan dalam satu daerah yang belum mampu mengembangkannya dapat meminta bantuan tim pengembang kurikulum daerah atau meminta bantuan dari Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) di propinsinya. 2. Bahan kajian disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik yang mencakup perkembangan pengetahuan dan cara berpikir, emosional, dan sosial peserta didik. Pembelajaran diatur agar tidak memberatkan peserta didik dan tidak mengganggu penguasaan kurikulum nasional. Oleh karena itu, pelaksanaan muatan lokal dihindarkan dari penugasan pekerjaan rumah (PR). 3. Program pengajaran dikembangkan dengan melihat kedekatannya dengan peserta didik yang meliputi kedekatan secara fisik dan secara psikis. Dekat secara fisik berarti bahwa terdapat dalam lingkungan tempat tinggal dan sekolah peserta didik, sedangkan dekat secara psikis berarti bahwa bahan kajian tersebut mudah dipahami oleh kemampuan berpikir dan mencerna informasi sesuai dengan usia peserta didik. Untuk itu, bahan pengajaran perlu disusun berdasarkan prinsip belajar yaitu: (1) bertitik tolak dari hal-hal konkret ke abstrak; (2) dikembangkan dari yang diketahui ke yang belum diketahui; (3) dari pengalaman lama ke pengalaman baru; LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 24
(4) dari yang mudah/sederhana ke yang lebih sukar/rumit. Selain itu, bahan kajian/pelajaran diharapkan bermakna bagi peserta didik yaitu bermanfaat karena dapat membantu peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. 4. Bahan kajian/pelajaran diharapkan dapat memberikan keluwesan bagi guru dalam memilih metode mengajar dan sumber belajar seperti buku dan nara sumber. Dalam kaitan dengan sumber belajar, guru diharapkan dapat mengembangkan sumber belajar yang sesuai dengan memanfaatkan potensi di lingkungan satuan pendidikan, misalnya dengan memanfaatkan tanah/kebun satuan pendidikan, meminta bantuan dari instansi terkait atau dunia usaha/industri (lapangan kerja) atau tokoh-tokoh masyarakat. Selain itu, guru diharapkan dapat memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan peserta didik aktif dalam proses belajar mengajar, baik secara mental, fisik, maupun sosial. 5. Bahan kajian muatan lokal yang diajarkan harus bersifat utuh dalam arti mengacu kepada suatu tujuan pengajaran yang jelas dan memberi makna kepada peserta didik. Namun demikian bahan kajian muatan lokal tertentu tidak harus secara terusmenerus diajarkan mulai dari kelas I sampai dengan kelas VI, atau dari kelas VII sampai dengan kelas IX, atau dari kelas X sampai dengan kelas XII. Bahan kajian muatan lokal juga dapat disusun dan diajarkan hanya dalam jangka waktu satu semester, dua semester, atau satu tahun ajaran. 6. Alokasi waktu untuk bahan kajian/pelajaran muatan lokal perlu memperhatikan jumlah hari/minggu dan minggu efektif untuk mata pelajaran muatan lokal pada setiap semester. C. Langkah Pelaksanaan Muatan Lokal Berikut adalah rambu-rambu pelaksanaan pendidikan muatan lokal di satuan pendidikan: 1. Muatan lokal diajarkan pada setiap jenjang kelas mulai dari tingkat pra satuan pendidikan hingga satuan pendidikan menengah. Khusus pada jenjang pra satuan pendidikan, muatan lokal tidak berbentuk sebagai mata pelajaran. 2. Muatan lokal dilaksanakan sebagai mata pelajaran tersendiri dan/atau bahan kajian yang dipadukan ke dalam mata pelajaran lain dan/atau pengembangan diri. 3. Alokasi waktu adalah 2 jam/minggu jika muatan lokal berupa mata pelajaran khusus muatan lokal. LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 25
4. Muatan lokal dilaksanakan selama satu semester atau satu tahun atau bahkan selama tiga tahun. 5. Proses pembelajaran muatan lokal mencakup empat aspek (kognitif, afektif, psikomotor, dan action). 6. Penilaian pembelajaran muatan lokal mengutamakan unjuk kerja, produk, dan portofolio. 7. Satuan pendidikan dapat menentukan satu atau lebih jenis bahan kajian mata pelajaran muatan lokal. 8. Penyelenggaraan muatan lokal disesuaikan dengan potensi dan karakteristik satuan pendidikan. 9. Satuan pendidikan yang tidak memiliki tenaga khusus untuk muatan lokal dapat bekerja sama atau menggunakan tenaga dengan pihak lain. D. Daya Dukung Pelaksanaan Muatan Lokal Daya dukung pelaksanaan muatan lokal meliputi segala hal yang dianggap perlu dan penting untuk mendukung keterlaksanaan muatan lokal di satuan pendidikan. Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan adalah kebijakan mengenai muatan lokal, guru, sarana dan prasarana, dan manajemen sekolah. 1. Kebijakan Muatan Lokal Pelaksanaan muatan lokal harus didukung kebijakan, baik pada level pusat, provinsi, kabupaten/kota, dan satuan pendidikan. Kebijakan diperlukan dalam hal: a. kerja sama dengan lembaga lain, baik pemerintah maupun swasta b. pemenuhan kebutuhan sumber daya (ahli, peralatan, dana, sarana dan lain-lain) c. penentuan jenis muatan lokal pada level kabupaten/kota/provinsi sebagai muatan lokal wajib pada daerah tertentu. Yang dimaksud daerah tertentu adalah daerah yang memiliki kondisi khusus seperti: rawan konflik, rawan sosial, rawan bencana, dan lain-lain. 2. Guru Guru yang ditugaskan sebagai pengampu muatan lokal adalah yang memiliki: a. kemampuan atau keahlian dan/atau lulusan pada bidang yang relevan b. pengalaman melakukan bidang yang diampu LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 26
c. minat tinggi terhadap bidang yang diampu Guru muatan lokal dapat berasal dari luar satuan pendidikan, seperti: satuan pendidikan terdekat, tokoh masyarakat, pelaku sosial-budaya, dan lain-lain. 3. Sarana dan Prasarana Sekolah Kebutuhan sarana dan prasarana muatan lokal harus dipenuhi oleh satuan pendidikan. Jika satuan pendidikan belum mampu memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana, maka pemenuhannya dapat dibantu melalui kerja sama dengan pihak tertentu atau bantuan dari pihak lain. 4. Manajemen Sekolah Untuk memfasilitasi implementasi muatan lokal, kepala sekolah: a. menugaskan guru, menjadwalkan, dan menyediakan sumber daya secara khusus untuk muatan local; b. menjaga konsistensi pembelajaran sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran umum dan muatan lokal khususnya; dan c. mencantumkan kegiatan pameran atau sejenisnya dalam kalender akademik satuan pendidikan. VII. PIHAK YANG TERLIBAT Pihak-pihak yang terkait dengan pengembangan dan pengelolaan muatan lokal, antara lain : 1. Satuan pendidikan Kepala sekolah, guru, dan komite sekolah/madrasah secara bersama-sama mengembangkan materi/ substansi/program muatan lokal yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi di sekitarnya. 2. Pemerintah provinsi Gubernur dan dinas pendidikan provinsi melakukan koordinasi dan supervisi pengelolaan muatan lokal pada pendidikan menengah (SMA dan SMK). 3. Kantor Wilayah Kementerian Agama Melakukan koordinasi dan supervisi pengelolaan muatan lokal pada pendidikan menengah (MA dan MAK). 4. Pemerintah Kabupaten/Kota
LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 27
Bupati/walikota dan dinas pendidikan kabupaten/kota melakukan koordinasi dan supervisi pengelolaan muatan lokal pada pendidikan dasar (SD dan SMP). 5. Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota Melakukan koordinasi dan supervisi pengelolaan muatan lokal pada pendidikan dasar (MI dan MTs). VIII. PENUTUP Pengembangan dan pelaksanaan muatan lokal di setiap satuan pendidikan harus tetap sinergi dengan pengembangan dan pelaksanaan kurikulum setiap satuan pendidik. Dalam pengembangan muatan lokal perlu keterlibatan berbagai unsur, terutama di tingkat satuan pendidikan seperti: guru, kepala sekolah, serta komite sekolah/madrasah. Di sisi lain, pemerintah daerah beserta perangkat daerah yang melaksanakan pemerintahan daerah di bidang pendidikan perlu mendukung dalam bentuk supervisi serta koordinasi sesuai dengan kewenangan masing-masing. Pada kekhususan jenis muatan lokal, seperti untuk SMK/MAK, berbagai unsur masyarakat baik dari dunia industri maupun asosiasi profesi dapat dilibatkan.
LAMPIRAN PERMENDIKBUD NO 57 TAHUN 2014
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM 2013 SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
: bahwa dalam rangka melaksanakan Pasal 77A ayat (3), Pasal 77C ayat (3), Pasal 77D ayat (3), Pasal 77E ayat (3), Pasal 77F ayat (4) LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 28
dan Pasal 77I ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005
tentang
Standar
Nasional
Pendidikan,
perlu
menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah Mengingat
: 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301) 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700) 3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan
Peraturan
sebagaimana
Pemerintah
Nomor
32
telah
diubah
dengan
2013
tentang
Tahun
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar
Republik
Nasional
Indonesia
Pendidikan
Tahun
2013
(Lembaran
Nomor
71,
Negara
Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5410) 4. Peraturan
Presiden
Nomor
47
Tahun
2009
tentang
Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2014 5. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014 6. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas,
Fungsi,
Susunan
Organisasi,
dan
Tata
kerja
Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2014 LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 29
7. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 84/P Tahun 2009 mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 54/P Tahun 2014 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN
MENTERI
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
TENTANG KURIKULUM 2013 SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH. Pasal 1 (1) Kurikulum pada Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah yang telah dilaksanakan sejak tahun ajaran 2013/2014 disebut Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. (2) Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: a. Kerangka Dasar Kurikulum; b. Struktur Kurikulum; c.
Silabus; dan
d. Pedoman Mata Pelajaran dan Pembelajaran Tematik Terpadu. Pasal 2 Kerangka Dasar Kurikulum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2) huruf a berisi landasan filosofis, sosiologis, psikopedagogis, dan yuridis sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan. Pasal 3 (1) Struktur Kurikulum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2) huruf b merupakan pengorganisasian Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, muatan pembelajaran, mata pelajaran, dan beban belajar. (2) Kompetensi Inti pada Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah pada setiap tingkat kelas. LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 30
(3) Kompetensi Inti sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas: a. Kompetensi Inti sikap spiritual b. Kompetensi Inti sikap sosial c. Kompetensi Inti pengetahuan d. Kompetensi Inti keterampilan (4) Kompetensi Dasar pada Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berisikan kemampuan dan muatan pembelajaran untuk suatu tema pembelajaran atau mata pelajaran pada Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah yang mengacu pada Kompetensi Inti. (5) Kompetensi Dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (4) merupakan penjabaran dari Kompetensi Inti dan terdiri atas: a. Kompetensi Dasar sikap spiritual b. Kompetensi Dasar sikap sosial c. Kompetensi Dasar pengetahuan d. Kompetensi Dasar keterampilan Pasal 4 Kerangka Dasar Kurikulum dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 3 tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Pasal 5 (1) Mata pelajaran Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dikelompokkan atas: a. mata pelajaran umum Kelompok A; dan b. mata pelajaran umum Kelompok B. (2) Mata pelajaran umum Kelompok A sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan
program
kurikuler
yang
bertujuan
untuk
mengembangkan
kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan peserta didik sebagai dasar dan penguatan kemampuan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. (3) Mata pelajaran umum Kelompok B sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan
program
kurikuler
yang
bertujuan
untuk
mengembangkan
LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 31
kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan peserta didik terkait lingkungan dalam bidang sosial, budaya, dan seni. (4) Muatan dan acuan pembelajaran mata pelajaran umum Kelompok A sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bersifat nasional dan dikembangkan oleh Pemerintah. (5) Muatan dan acuan pembelajaran mata pelajaran umum Kelompok B sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bersifat nasional dan dikembangkan oleh Pemerintah dan dapat diperkaya dengan muatan lokal oleh pemerintah daerah dan/atau satuan pendidikan. (6) Mata pelajaran umum Kelompok A sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas: a. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti b. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan c. Bahasa Indonesia d. Matematika e. Ilmu Pengetahuan Alam f. Ilmu Pengetahuan Sosial (7) Mata pelajaran umum Kelompok B sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas: a. Seni Budaya dan Prakarya b. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan. (8) Mata pelajaran umum Kelompok B sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dapat ditambah dengan mata pelajaran muatan lokal yang berdiri sendiri. Pasal 6 (1) Madrasah ibtidaiyah dapat menambah mata pelajaran rumpun pendidikan agama Islam dan bahasa arab selain Mata pelajaran umum Kelompok A sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (6). (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penambahan mata pelajaran rumpun pendidikan agama Islam dan bahasa arab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur oleh menteri yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama. Pasal 7
LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 32
(1) Beban belajar merupakan keseluruhan muatan dan pengalaman belajar yang harus diikuti peserta didik dalam satu minggu, satu semester, dan satu tahun pelajaran. (2) Beban belajar di Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah terdiri atas: a. kegiatan tatap muka b. kegiatan terstruktur c. kegiatan mandiri (3) Beban belajar kegiatan tatap muka sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dinyatakan dalam jumlah jam pelajaran per minggu, dengan durasi setiap satu jam pelajaran adalah 35 (tiga puluh lima) menit (4) Beban belajar kegiatan terstruktur sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dan beban belajar kegiatan mandiri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c paling banyak 40% (empat puluh persen) dari waktu kegiatan tatap muka tema pembelajaran yang bersangkutan. (5) Beban belajar satu minggu untuk: a. Kelas I adalah 30 (tiga puluh) jam pelajaran b. Kelas II adalah 32 (tiga puluh dua) jam pelajaran c. Kelas III adalah 34 (tiga puluh empat) jam pelajaran d. Kelas IV, Kelas V, dan Kelas VI masing-masing adalah 36 (tiga puluh enam) jam pelajaran (6) Beban belajar di Kelas I, Kelas II, Kelas III, Kelas IV, dan Kelas V masingmasing paling sedikit 36 (tiga puluh enam) minggu efektif. (7) Beban belajar di kelas VI pada semester ganjil paling sedikit 18 (delapan belas) minggu efektif dan pada semester genap paling sedikit 14 (empat belas) minggu efektif. Pasal 8 Silabus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2) huruf c merupakan rencana pembelajaran pada suatu mata pelajaran atau tema pembelajaran tertentu yang mencakup Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Pasal 9 (1) Silabus Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah dikelompokkan atas: LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 33
a. silabus mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti b. silabus tematik terpadu (2) Silabus mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dikembangkan oleh Pemerintah. (3) Silabus tematik terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dikembangkan oleh Pemerintah dan dapat diperkaya dengan muatan lokal oleh pemerintah daerah. (4) Silabus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan oleh pendidik sebagai acuan dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran. (5) Silabus Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Pasal 10 (1) Pedoman Mata Pelajaran dan Pembelajaran Tematik Terpadu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2) huruf d merupakan profil utuh mata pelajaran dan pengembangan muatan mata pelajaran menjadi pembelajaran tematik terpadu yang berisi latar belakang, karateristik mata pelajaran pengertian, prinsip, Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar mata pelajaran, desain pembelajaran, model pembelajaran, penilaian, media dan sumber belajar, dan peran guru sebagai pengembang budaya sekolah. (2) Pedoman Mata Pelajaran dan Pembelajaran Tematik Terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikembangkan oleh Pemerintah. (3) Pedoman Mata Pelajaran dan Pembelajaran Tematik Terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan oleh pendidik untuk: a. memahami secara utuh mata pelajaran dan tema pembelajaran sesuai dengan karateristik Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah; dan b. acuan dalam penyusunan dan penerapan rencana pelaksanaan pembelajaran. (4) Pedoman Mata Pelajaran dan Pembelajaran Tematik Terpadu Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Pasal 11
LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 34
(1) Pelaksanaan pembelajaran pada Sekolah Dasar/Madrasah dilakukan dengan pendekatan pembelajaran tematik-terpadu. (2) Pembelajaran tematik-terpadu merupakan Muatan pembelajaran dalam mata pelajaran Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah yang diorganisasikan dalam tematema. Pasal 12 Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 67 tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 13 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
LAMPIRAN PERMENDIKBUD NO 104 TAHUN 2014 SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2014 TENTANG PENILAIAN HASIL BELAJAR OLEH PENDIDIK PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 35
PEDOMAN PENILAIAN HASIL BELAJAR OLEH PENDIDIK I. PENDAHULUAN Kurikulum 2013 dilaksanakan mulai tahun 2013. Dalam rangka implementasi Kurikulum 2013 disusun perangkat kurikulum yang meliputi: 1. Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. 2. Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah. 3. Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. 4. Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan. 5. Pedoman Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. 6. Pedoman Muatan Lokal Kurikulum 2013. 7. Pedoman Kegiatan Ektrakurikuler pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. 8. Pedoman Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. 9. Pedoman Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. 10. Pedoman Sistem Kredit Semester pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. 11. Pedoman Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah 12. Pedoman Evaluasi Kurikulum 2013. 13. Pedoman Peminatan pada Pendidikan Menengah. 14. Pedoman Pendampingan Pelaksanaan Kurikulum 2013 pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. 15. Pedoman Pendidikan Kepramukaan sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 36
Pedoman ini khusus mengenai Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Penilaian dalam proses pendidikan merupakan komponen yang tidak dapat dipisahkan dari komponen lainnya khususnya
pembelajaran.
Penilaian
merupakan
proses
pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil
pengumpulan
dan
belajar peserta didik.
Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan untuk memantau proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Penegasan tersebut termaktub dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Penilaian hasil belajar oleh pendidik memiliki peran antara lain untuk membantu peserta didik mengetahui capaian pembelajaran (learning outcomes). Berdasarkan penilaian hasil belajar oleh pendidik, pendidik dan peserta didik dapat memperoleh informasi tentang kelemahan dan kekuatan pembelajaran dan belajar. Dengan mengetahui kelemahan dan kekuatannya, pendidik dan peserta didik memiliki arah yang jelas mengenai apa yang harus diperbaiki dan dapat melakukan refleksi mengenai apa yang dilakukannya dalam pembelajaran dan belajar. Selain itu bagi peserta didik memungkinkan melakukan proses transfer cara belajar tadi untuk mengatasi kelemahannya (transfer of learning). Sedangkan bagi guru, hasil penilaian hasil belajar oleh pendidik merupakan alat untuk mewujudkan akuntabilitas profesionalnya, dan dapat juga digunakan sebagai dasar dan arah pengembangan pembelajaran remedial atau program pengayaan bagi peserta didik yang membutuhkan, serta memperbaiki rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan proses pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Pelaksanaan
penilaian
hasil
belajar
oleh
pendidik
merupakan
wujud
pelaksanaan tugas profesional pendidik sebagaimana termaktub dalam UndangUndang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Penilaian hasil belajar oleh pendidik tidak terlepas dari proses pembelajaran. Oleh karena itu, penilaian hasil belajar oleh pendidik menunjukkan kemampuan guru sebagai pendidik profesional. Dalam konteks pendidikan berdasarkan standar (standard-based education), kurikulum berdasarkan kompetensi (competency-based curriculum), dan pendekatan belajar tuntas (mastery learning) penilaian proses dan hasil belajar merupakan parameter tingkat pencapaian kompetensi minimal. Untuk itu, berbagai pendekatan, strategi, metode, teknik, dan model pembelajaran perlu dikembangkan untuk LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 37
memfasilitasi peserta didik agar mudah dalam belajar dan mencapai keberhasilan belajar secara optimal. Kurikulum 2013 mempersyaratkan penggunaan penilaian autentik (authentic assesment). Secara paradigmatik penilaian autentik memerlukan perwujudan pembelajaran autentik (authentic instruction) dan belajar autentik (authentic learning). Hal ini diyakini bahwa penilaian autentik lebih mampu memberikan informasi kemampuan peserta didik secara holistik dan valid. II. TUJUAN PEDOMAN Tujuan pedoman ini untuk menjadi acuan bagi: 1. pendidik secara individual atau kelompok dalam merencanakan penilaian sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai, mengembangkan dan melaksanakan penilaian sesuai dengan ruang lingkup penilaian, teknik, dan instrumen sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya; 2. kepala satuan pendidikan dalam menyusun pelaporan penilaian hasil belajar oleh pendidik bagi peserta didik; dan 3. dinas pendidikan atau kantor kementerian agama provinsi dan kabupaten/kota sesuai dengan kewenangan masing-masing. III. PENILAIAN HASIL BELAJAR OLEH PENDIDIK A. Pengertian Pengertian dari beberapa istilah yang terdapat dalam pedoman ini sebagai berikut. 1. Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik adalah proses pengumpulan informasi/bukti tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan yang dilakukan secara terencana dan sistematis, selama dan setelah proses pembelajaran. 2. Pendekatan Penilaian adalah proses atau jalan yang ditempuh dalam melakukan penilaian hasil belajar peserta didik. 3. Bentuk Penilaian adalah cara yang dilakukan dalam menilai capaian pembelajaran peserta didik, misalnya: penilaian unjuk kerja, penilaian projek, dan penilaian tertulis.
LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 38
4. Instrumen Penilaian adalah alat yang digunakan untuk menilai capaian pembelajaran peserta didik, misalnya: tes dan skala sikap 5. Ketuntasan Belajar adalah tingkat minimal pencapaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan meliputi ketuntasan penguasaan substansi dan ketuntasan belajar dalam konteks kurun waktu belajar. 6. Penilaian Autentik adalah bentuk penilaian yang menghendaki peserta didik menampilkan sikap, menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari pembelajaran dalam melakukan tugas pada situasi yang sesungguhnya. 7. Penilaian Diri adalah teknik penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan sendiri oleh peserta didik secara reflektif. 8. Penilaian Tugas adalah penilaian atas proses dan hasil pengerjaan tugas yang dilakukan secara mandiri dan/atau kelompok. 9. Penilaian Projek adalah penilaian terhadap suatu tugas berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pelaksanaan, pengolahan data, sampai pelaporan. 10. Penilaian berdasarkan Pengamatan adalah penilaian terhadap kegiatan peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran. 11. Ulangan Harian adalah penilaian yang dilakukan setiap menyelesaikan satu muatan pembelajaran. 12. Ulangan Tengah Semester adalah penilaian yang dilakukan untuk semua muatan pembelajaran yang diselesaikan dalam paruh pertama semester. 13. Ulangan Akhir Semester adalah penilaian yang dilakukan untuk semua muatan pembelajaran yang diselesaikan dalam satu semester. 14. Nilai modus adalah nilai terbanyak capaian pembelajaran pada ranah sikap. 15. Nilai rerata adalah nilai rerata capaian pembelajaran pada ranah pengetahuan. 16. Nilai optimum adalah nilai tertinggi capaian pembelajaran pada ranah keterampilan. B. Konsep 1. Fungsi Penilaian Hasil Belajar oleh pendidik memiliki fungsi untuk memantau kemajuan belajar, memantau hasil belajar, dan mendeteksi kebutuhan perbaikan LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 39
hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Berdasarkan fungsinya Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik meliputi: a. formatif yaitu memperbaiki kekurangan hasil belajar peserta didik dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan pada setiap kegiatan penilaian selama proses pembelajaran dalam satu semester, sesuai dengan prinsip Kurikulum 2013 agar peserta didik tahu, mampu dan mau. Hasil dari kajian terhadap kekurangan peserta didik digunakan untuk memberikan pembelajaran remedial dan perbaikan RPP serta proses pembelajaran yang dikembangkan guru untuk pertemuan berikutnya; dan b. sumatif yaitu menentukan keberhasilan belajar peserta didik pada akhir suatu semester, satu tahun pembelajaran, atau masa pendidikan di satuan pendidikan. Hasil dari penentuan keberhasilan ini digunakan untuk menentukan nilai rapor, kenaikan kelas dan keberhasilan belajar satuan pendidikan seorang peserta didik. 2. Tujuan a. Mengetahui tingkat penguasaan kompetensi dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang sudah dan belum dikuasai seorang/sekelompok peserta didik untuk ditingkatkan dalam pembelajaran remedial dan program pengayaan. b. Menetapkan ketuntasan penguasaan kompetensi belajar peserta didik dalam kurun waktu tertentu, yaitu harian, tengah semesteran, satu semesteran, satu tahunan, dan masa studi satuan pendidikan. c. Menetapkan program perbaikan atau pengayaan berdasarkan tingkat penguasaan kompetensi bagi mereka yang diidentifikasi sebagai peserta didik yang lambat atau cepat dalam belajar dan pencapaian hasil belajar. d. Memperbaiki proses pembelajaran pada pertemuan semester berikutnya. 3. Acuan Penilaian a. Penilaian menggunakan Acuan Kriteria yang merupakan penilaian kemajuan peserta didik dibandingkan dengan kriteria capaian kompetensi yang ditetapkan. Skor yang diperoleh dari hasil suatu penilaian baik yang formatif maupun sumatif seorang peserta didik tidak dibandingkan dengan skor peserta didik lainnya namun dibandingkan dengan penguasaan kompetensi yang dipersyaratkan.
LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 40
Bagi yang belum berhasil mencapai kriteria, diberi kesempatan mengikuti pembelajaran remedial yang dilakukan setelah suatu kegiatan penilaian (bukan di akhir semester) baik secara individual, kelompok, maupun kelas. Bagi mereka yang berhasil dapat diberi program pengayaan sesuai dengan waktu yang tersedia baik secara individual maupun kelompok. Program pengayaan merupakan pendalaman atau perluasan dari kompetensi yang dipelajari. c. Acuan Kriteria menggunakan modus untuk sikap, rerata untuk pengetahuan, dan capaian optimum untuk keterampilan. C. Prinsip Prinsip Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik meliputi prinsip umum dan prinsip khusus. Prinsip umum dalam Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik adalah sebagai berikut. 1. Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur. 2. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai. 3. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender. 4. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran. 5. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan. 6. Holistik dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik mencakup semua aspek kompetensi dan dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai dengan kompetensi yang harus dikuasai peserta didik. 7. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku. 8. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya.
LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 41
9. Edukatif, berarti penilaian dilakukan untuk kepentingan dan kemajuan peserta didik dalam belajar. Prinsip khusus dalam Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik berisikan prinsip-prinsip Penilaian Autentik sebagai berikut. 1. Materi penilaian dikembangkan dari kurikulum. 2. Bersifat lintas muatan atau mata pelajaran. 3. Berkaitan dengan kemampuan peserta didik. 4. Berbasis kinerja peserta didik. 5. Memotivasi belajar peserta didik. 6. Menekankan pada kegiatan dan pengalaman belajar peserta didik. 7. Memberi kebebasan peserta didik untuk mengkonstruksi responnya. 8. Menekankan keterpaduan sikap, pengetahuan, dan keterampilan. 9. Mengembangkan kemampuan berpikir divergen. 10. Menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pembelajaran. 11. Menghendaki balikan yang segera dan terus menerus. 12. Menekankan konteks yang mencerminkan dunia nyata. 13. Terkait dengan dunia kerja. 14. Menggunakan data yang diperoleh langsung dari dunia nyata. 15. Menggunakan berbagai cara dan instrumen. D. Lingkup Lingkup Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik mencakup kompetensi sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan, dan keterampilan. 1. Sikap (Spiritual dan Sosial) Sasaran Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada ranah sikap spiritual dan sikap sosial. 2. Pengetahuan Sasaran Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada kemampuan berpikir. LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 42
3. Keterampilan Sasaran Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada keterampilan abstrak berupa kemampuan belajar. E. Mekanisme 1. Tingkat Kompetensi Tingkat kompetensi merupakan batas minimal pencapaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Pencapaian kompetensi sikap dinyatakan dalam deskripsi kualitas tertentu, sedangkan pencapaian kompetensi pengetahuan dinyatakan
dalam
skor
tertentu
untuk
kemampuan
berpikir
dan
dimensi
pengetahuannya, sedangkan untuk kompetensi keterampilan dinyatakan dalam deskripsi kemahiran dan/atau skor tertentu. Pencapaian tingkat kompetensi dinyatakan dalam bentuk deskripsi kemampuan dan/atau skor yang dipersyaratkan pada tingkat tertentu. Tingkat pencapaian KI dan KD berbeda untuk setiap satuan tingkat pendidikan mulai dari SD/MI kelas awal (I – III) dan kelas atas (IV – VI), SMP/MTs kelas VII - IX, dan SMA/SMK/MA kelas X - XII. 2. Ketuntasan Belajar Ketuntasan Belajar terdiri atas ketuntasan penguasaan substansi dan ketuntasan belajar dalam konteks kurun waktu belajar. Ketuntasan penguasaan substansi yaitu ketuntasan belajar KD yang merupakan tingkat penguasaan peserta didik atas KD tertentu pada tingkat penguasaan minimal atau di atasnya, sedangkan ketuntasan belajar dalam konteks kurun waktu belajar terdiri atas ketuntasan dalam setiap semester, setiap tahun ajaran, dan tingkat satuan pendidikan. Ketuntasan Belajar dalam satu semester adalah keberhasilan peserta didik menguasai kompetensi dari sejumlah mata pelajaran yang diikutinya dalam satu semester. Ketuntasan Belajar dalam setiap tahun ajaran adalah keberhasilan peserta didik pada semester ganjil dan genap dalam satu tahun ajaran. Ketuntasan dalam tingkat satuan pendidikan adalah keberhasilan peserta didik menguasai kompetensi seluruh mata pelajaran dalam suatu satuan pendidikan untuk menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. Nilai ketuntasan kompetensi sikap dituangkan dalam bentuk predikat, yakni predikat Sangat Baik (SB), Baik (B), Cukup (C), dan Kurang (K). Ketuntasan Belajar untuk sikap (KD pada KI-1 dan KI-2) ditetapkan dengan predikat Baik (B). Nilai LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 43
ketuntasan kompetensi pengetahuan dan keterampilan dituangkan dalam bentuk angka dan huruf, yakni 4,00 – 1,00 untuk angka yang ekuivalen dengan huruf A sampai dengan D. Ketuntasan Belajar untuk pengetahuan ditetapkan dengan skor rerata 2,67 untuk keterampilan ditetapkan dengan capaian optimum 2,67. Khusus untuk SD/MI ketuntasan sikap, pengetahuan dan keterampilan ditetapkan dalam bentuk deskripsi yang didasarkan pada modus, skor rerata dan capaian optimum. 3. Teknik dan Instrumen Penilaian Kurikulum 2013 menerapkan penilaian autentik untuk menilai kemajuan belajar peserta didik yang meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan Teknik dan instrumen yang dapat digunakan untuk menilai kompetensi pada aspek sikap, keterampilan, dan pengetahuan. a. Penilaian Kompetensi Sikap Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu/objek. Sikap juga sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap dapat dibentuk, sehingga terjadi perubahan perilaku atau tindakan yang diharapkan. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menilai sikap peserta didik, antara lain melalui observasi, penilaian diri, penilaian teman sebaya, dan penilaian jurnal. Instrumen yang digunakan antara lain daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik, yang hasil akhirnya dihitung berdasarkan modus. 1) Observasi Sikap dan perilaku keseharian peserta didik direkam melalui pengamatan dengan menggunakan format yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati, baik yang terkait dengan mata pelajaran maupun secara umum. Pengamatan terhadap sikap dan perilaku yang terkait dengan mata pelajaran dilakukan oleh guru yang bersangkutan selama proses pembelajaran berlangsung, seperti: ketekunan belajar, percaya diri, rasa ingin tahu, kerajinan, kerjasama, kejujuran, disiplin, peduli lingkungan, dan selama peserta didik berada di sekolah atau bahkan di luar sekolah selama perilakunya dapat diamati guru. 2) Penilaian diri (self assessment)
LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 44
Penilaian diri digunakan untuk memberikan penguatan (reinforcement) terhadap kemajuan proses belajar peserta didik. Penilaian diri berperan penting bersamaan dengan bergesernya pusat pembelajaran dari guru ke peserta didik yang didasarkan pada konsep belajar mandiri (autonomous learning). Untuk menghilangkan kecenderungan peserta didik menilai diri terlalu tinggi dan subyektif, penilaian diri dilakukan berdasarkan kriteria yang jelas dan objektif. Untuk itu penilaian diri oleh peserta didik di kelas perlu dilakukan melalui langkahlangkah sebagai berikut a) Menjelaskan kepada peserta didik tujuan penilaian diri. b) Menentukan kompetensi yang akan dinilai. c) Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan. d) Merumuskan format penilaian, dapat berupa daftar tanda cek, atau skala penilaian. Pada dasarnya teknik penilaian diri ini tidak hanya untuk aspek sikap, tetapi juga dapat digunakan untuk menilai kompetensi dalam aspek keterampilan dan pengetahuan. 3) Penilaian teman sebaya (peer assessment) Penilaian teman sebaya atau antarpeserta didik merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar pengamatan antarpeserta didik. Penilaian teman sebaya dilakukan oleh peserta didik terhadap 3 (tiga) teman sekelas atau sebaliknya. Format yang digunakan untuk penilaian sejawat dapat menggunakan format seperti contoh pada penilaian diri. 4) Penilaian jurnal (anecdotal record) Jurnal
merupakan
kumpulan
rekaman
catatan
guru
dan/atau
tenaga
kependidikan di lingkungan sekolah tentang sikap dan perilaku positif atau negatif, selama dan di luar proses pembelajaran mata pelajaran.
MODIFIKASI DAN KOLABORASI TIGA PENDEKATAN PEMBELAJARAN LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 45
Model pendekatan pembelajaran yang akan Saya kembangkan ketika Saya menjadi seorang pendidik yaitu memodifikasi dan mengkolaborasikan tiga model pendekatan yaitu Pendekatan Cooperative Learning, Pendekatan Problem Based Learning, dan Pendekatan Project Based Learning. Alasan Saya memilih ketiga model pendekatan pembelajaran tersebut yaitu : 1. Karena ketiga model pendekatan tersebut memiliki visi dan misi yang sama yaitu untuk mengembangkan cara berpikir belajar anak agar lebih kreatif, imajinatif, dan inovatif dalam menciptakan terobosan-terobosan baru dari hasil belajarnya. 2. Akan sangat luar biasa dan sempurna sekaligus menyenangkan peserta didik apabila ketiga model pendekatan tersebut dikolaborasi dan dimodifikasikan sehingga dapat saling melengkapi. 3. Ketiga model pendekatan pembelajaran tersebut sama-sama melatih peserta didik bukan hanya dilihat dari kecerdasan individunya saja (IQ) namun juga melatih kecerdasan emosional (EQ) peserta didik termasuk dalam bersosialisasi dengan semua ruang lingkup pendidikan khususnya dalam membangun sosialisasi dan kerjasama yang baik pada tim kecil atau kelompok kecil dikelas. 4.
Membebaskan
peserta
didik
dalam
mengeksplorasikan
semua
potensi,
keterampilan, skill yang ada didalam dirinya. Dengan begitu, peserta didik akan menyadari potensi,keterampilan, dan skill apa yaang dimilikinya selama belajar disekolah khususnya peserta didik pada tingkat menengah atas (Setara dengan SMA/SMK). 5. Kolaborasi dan modifikasi ketiga model pendekatan tersebut dirasakan oleh diri Saya mampu memberikan kontribusi yang sangat baik kedepannya khususnya bagi siswa/i yang akan melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. 6. Dengan adanya kolaborasi dan modifikasi ketiga model pendekatan pembelajaran tersebut, akan menanamkan didalam individu peserta didik sikap mandiri dan menghilangkan sikap ketergantungan terhadap pendidiknya. 7. Perpaduan ketiga model pendekatan pembelajaran tersebut akan memberikan terobosan baru dalam konteks teknik belajar yang menyenangkan namun tidak mudah membosankan sehingga timbul interest (ketertarikan) peserta didik untuk menggali lebih dalam lagi materi yang sedang dipelajarinya. 8. Karena kolaborasi ketiga model pendekatan pembelajaran tersebut dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan mendorong sikap mental yang kuat karena LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 46
setiap peserta didik diberi kesempatan untuk mengeksplorasi masing-masing potensi yang dimilikinya. 9. Perpaduan antara ketiga model pendekatan pembelajaran tersebut dapat memberikan pembelajaran kepada siswa/i yang bukan hanya dilihat berdasrkan aspek teori saja tapi juga pengimplementasiannya terhadap kehidupan nyata atau terhadap permasalahan-permasalahan yang terjadi dilapangan sehingga siswa/i dapat berpikir kritis dan dapat mengembangkan gagasannya dalam mencari solusi atau jalan keluar terhadap permasalahan yang terjadi. 10. Kolaborasi antara ketiga model pendekatan pembelajaran tersebut memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menggali materi pelajaran dengan menggunakan berbagai cara yang sesuai dengan keinginannya dan melakukan eksperimen secara kolaboratif karena setiap individu memiliki gaya atau cara belajarnya sendiri dalam menangkap, menggali, maupun menguasai materi pelajaran disekolahnya. Dengan begitu memberikan kebebasan seluas-luasnya untuk mengeksplor apa yang disukainya, namun dengan arahan dan bimbingan dari pendidiknya. 11.
Ketiga
model
pendekatan
pembelajaran
tersebut
sangat
mengikuti
perkembangan zaman khususnya dalam dunia pendidikan, yang mana dapat dipadukan dengan teknologi yang modern sebagai media atau fasilitasnya. 12. Ketiga model pendekatan pembelajaran tersebut banyak diterapkan disekolahsekolah sampai sekarang. Kolaborasi ketiga model pendekatan pembelajaran tersebut tidak memiliki kekurangan
karena
satu
sama
lain
saling
melengkapi
kekurangan-
kekurangan yang ada sehingga kemungkinan besar sangat kecil kekurangan yang dimiliki dari kolaborasi ketiga model pendekatan pembelajaran tersebut sebab diambil dari ketiga jenis pendekatan yang berbeda. Hanya saja kendala yang didapatkan hanya masalah jangka waktu yang dibutuhkan untuk menerapkan kolaborasi ketiga model pendekatan pembelajaran tersebut dalam kurun waktu yang singkat atau selama satu semester dengan pelaksanaan yang lancar , sukses, dan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pendidik dengan output (hasil belajar) yang membanggakan. Untuk itu, sebagai seorang pendidik yang berkompeten dan profesional dibidangnya solusi terbaik yang dilakukan yaitu dengan menerapkan ketiga model LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 47
pendekatan pembelajaran tersebut sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada, sehingga sebagai pendidik sudah menjadi kewajiban berpikir secara cermat, akan lebih baik dan memungkinkan seperti apa dengan waktu yang singkat dapat menerapkan ketiga model pendekatan pembelajaran tersebut sesuai dengan konteks yang ada. Contohnya, dalam waktu semester setiap pertemuan keberapa dan dalam materi pelajaran apa ketiga model pendekatan
pembelajaran
tersebut
sebaiknya
dilaksanakan
dan
diakomodasikan misal kolaborasi ketiga pendekatan tersebut dilakukan selama 2 kali pertemuan dalam 1 minggu pada mata pelajaran desain tekstil yaitu pada pertemuan kedua minggu pertama dengan sub materi membuat ekspresi wajah dengan teknik sulaman dan pada pertemuan keempat minggu pertama dengan sub materi yang berbeda lagi, dan begitu seterusnya. Dengan demikian, melalui strategi tersebut ketiga model pendekatan pembelajaran itu dapat dilaksanakan dalam waktu yang singkat namun besar dampak positifnya yang dapat dirasakan. Alasan pemilihan desain tekstil yang diterapkan pada ketiga model pembelajaran : 1.
Karena
menerapkan
pembelajaran
desain
tekstil
masih
jarang
dikembangkan disekolah-sekolah menengah atas, mungkin hanya sebagian yang mengembangkannya disekolah-sekolah. 2. Dengan menerapkan pembelajaran desain tekstil siswa/i akan lebih banyak mengeksplorasi dirinya dan kemampuannya dalam membuat berbagai jenis desain tekstil. 3. Karena desain tekstil memiliki cangkupan ruang ilmu pengetahuan yang lebih luas dan banyak jenisnya yang beraneka ragam sehingga mudah untuk dikembangkan. 4. Dengan mengembangkan sekaligus mempelajari desain tekstil akan memacu, mendorong, dan meningkatkan kreativitas juga imajinasi anak dalam menciptakan suatu karya khususnya karya seni tekstil. 5.Karena pada masa sekarang, anak lebih suka mempelajari hal-hal yang sifatnya praktikum sehingga desain tekstil sangat cocok dikembangkan dalam pelajaran praktikum ini sehingga potensi peserta didik tereksplor dengan sendirinya tanpa tekanan dan paksaan dari pendidik atau orang lain. LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 48
6. Dengan mempelajari desain tekstil dan menerapkannya pada peserta didik maka, peserta didik akan mampu menciptakan karya seni tekstil bahkan dapat menciptakan produk desain tekstil yang memiliki daya guna seperti benda pakai dan apabila dikembangkan maka akan memberikan output (keluaran) yang bermanfaat untuk kedepannya. 7. Banyaknya produk-produk desain tekstil yang memiliki nilai jual yang tinggi, dengan diterapkannya desain tekstil disekolah-sekolah maka siswa/i bisa saja menciptakan produk-produk desain tekstil yang nantinya produk hasil karyanya bisa didistribusikan ke pasar internasional atau dapat mengikuti event-event komunitas desain tekstil baik didalam maupun diluar negeri, sehingga menjadi suatu kebanggaan bagi dirinya untuk masa depannya juga untuk bangsa dan negara kita. 8. Dengan memnerapkan dan mempelajari desain tekstil peserta didik akan menanamkan daya saing yang tinggi dalam menciptakan terobosan baru lewat karya seni desain khususnya desain tekstil dengan skill yang dimilikinya. 9. Melalui pembelajaran desain tekstil kecerdasan emosional (EQ) peserta didik akan tereksplor melalui karya seni desain tekstil yang dibuatnya berdasarkan
pemikiranpemikiran
atau
ide-ide
kreatif
yang
mereka
kembangkan. 10. Melalui pembelajaran desain tekstil bukan hanya meningkatkan kecerdasan intelektual (IQ) namun juga menyeimbangkan antara kecerdasan intelektual (IQ) dengan kecerdasan emosional (EQ) peserta didik.
LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 49
MIND MAP PEMBELAJARAN DESAIN TEKSTIL
DESAIN TEKSTIL
DESAIN TEKSTIL
DESAIN TEKSTIL
STRUKTURAL
PERMUKAAN
Tapestry, Celup Ikat,
Batik, melukis diatas
Pembuatan
kain, menyulam, jum-
seni
serat
putan,sasirangan,dll
SEJARAH
UNSUR DESAIN
JENIS
BAHAN BAKU
TEKSTIL
TEKSTIL
DESAIN TEKSTIL
TEKSTIL
RUANG LINGKUP
PROSES KARYA
MENGHIAS
JENIS-JENIS
TEKSTIL
TEKSTIL
KAIN
TUSUK DASAR
LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 50
TABEL1.1 DESKRIPSI LANGKAH PEMBELAJARAN DESAIN TEKSTIL Langkah Pembelajaran
Bentuk Hasil Belajar
Deskripsi Kegiatan mengamati
dengan
indra Perhatian
pada
waktu
(membaca, mendengar, menyimak, dalam mengamati suatu melihat, menonton teknik-teknik dan objek berupa serat atau langkah-langkah yang benar dalam benang, membaca suatu membuat celup ikat pada serat atau tulisan referensi mengebenang baik menggunakan media nai
teknik
celup
ikat,
internet maupun melalui workshop mendengar suatu penjeatau seminar mata kuliah umum lasan proses celup ikat Mengamati (observing)
tentang
desin
tekstil
yang
ada dari video pembelajaran
dilingkungan sekitar kampus atau
atau
internet,
sekolah.
yang
dibuat
catatan mengenai
apa yang sudah diamati, kesabaran, task)
waktu
yang
(on
digunakan
untuk mengamati. Membuat
dan
mengajukan Jenis,
kualitas,
dan
pertanyaan, tanya jawab, berdiskusi jumlah pertanyaan yang tentang
informasi
yang
belum diajukan
peserta
didik
dipahami seputar teknik celup ikat seputar teknik celup ikat Menanya (questioning)
pada serat atau benang, informasi pada serat ataupun pada tambahan
yang
ingin
diketahui benang (pertanyaan fak-
tentang bagaimana menghasilkan tual, konseptual,prosedu warna yang bagus dan indah pada ral, dan hipotetik). proses pewarnaan teknik celup ikat pada serat ataupun benang sebagai klarifikasi lebih lanjut. Mengeksplorasi, mencoba, berdisku
Jumlah
dan
kualitas
si, mendemonstrasikan, meniru ben- sumber yang dikaji atau LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 51
Mengumpulkan informasi/mencob a (experimenting)
tuk/gerak, melakukan eksperimen,
digunakan, kelengkapan
membaca sumber lain selain buku
informasi, validitas infor-
teks, mengumpulkan data dari nara-
masi yang dikumpulkan,
sumber melalui angket, wawancara,
dan instrumen/alat yang
dan memodifikasi/menambahi/meng
Digunakan untuk meng-
embangkan teknik-teknik apa saja umpulkan data mengenai dalam celup ikat pada serat atau pemahaman teknik celup benang, baik yang sudah diketahui
ikat
pada
maupun yang belum diketahui.
benang.
serat
atau
Mengolah informasi yang sudah Fakta/konsep/teori, menyi dikumpulkan, menganalisis data da-
ntesis dan argumentasi
lam bentuk membuat kategori, serta kesimpulan keterkaMenalar/Mengasos mengasosiasi, atau menghubungitan antar berbagai jenis iasi (associating) kan fenomena/informasi yang terfakta/konsep/teori/pendakait dalam rangka menemukan sua
pat, mengembangkan in-
tu pola dan menyimpulkan terkait terpretasi, struktur baru, teknik celup ikat pada serat atau argumentasi, dan kesimbenang maupun jenis-jenis desain pulan yang menunjukkan tekstil yang lainnya seperti tapestry, hubungan fakta/konsep/ menyulam,
melukis
dikain,
dan teori dari dua sumber
sebagainya.
atau lebih yang tidak ber tentangan, mengembang kan interpretasi, struktur baru, argumentasi dan ke simpulan dari konsep/teori/pendapat yang berbeda dari berbagai jenis sumber
terkait
desain
tekstil dan jenis-jenisnya. Menyajikan laporan dalam bentuk Menyajikan hasil kajian bagan, diagram, atau grafik, menyu- terkait desain tekstil Mengomunikasikan (communicating)
sun laporan tertulis, dan menyajikan
(dari mengamati sampai
LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 52
Laporan meliputi proses, hasil, dan kesimpulan
secara
lisan
menalar) dalam bentuk
terkait tulisan, grafis, media elek
desain tekstil dan implementasinya
tronik, multimedia, dan se
dalam kehidupan nyata.
bagainya.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DESAIN TEKSTIL
Sekolah : SMAN 56 Jakarta Mata pelajaran : Desain Tekstil Kelas/Semester : XII-IPA 1/ 1 Alokasi Waktu : 2 x 30 menit A. Kompetensi Inti (KI) Disesuaikan dengan silabus Desain Tekstil
B. Kompetensi Dasar 1. KD pada KI-1 (Sikap spiritual) 2. KD pada KI-2 (Sosial) 3. KD pada KI-3 (Pengetahuan) 4. KD pada KI-4 (Keterampilan) C. Indikator Pencapaian Kompetensi*) 1. Indikator KD pada KI-1 (berupa bentuk perilaku umum peserta didik) 2. Indikator KD pada KI-2 (berupa bentuk perilaku umum peserta didik) 3. Indikator KD pada KI-3 (berupa bentuk perilaku spesifik peserta didik) 4. Indikator KD pada KI-4 (berupa bentuk perilaku spesifik peserta didik)
D. Materi Pembelajaran (dapat berasal dari buku teks pelajaran dan buku panduan guru, sumber belajar lain berupa muatan lokal, materi kekinian, konteks pembelajaran dari lingkungan sekitar yang dikelompokkan menjadi materi untuk pembelajaran reguler, pengayaan, dan remedial). Dalam desain tekstil sumber LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 53
materi diperoleh dari buku teks desain tekstil, internet, dan praktikum desain tekstil co: membuat tapestry, rajutan baju, dsb. E. Kegiatan Pembelajaran
1. Pertemuan Pertama: ( waktu : 30 menit ) Hari ke
: kedua
Minggu
: pertama
Materi
: Implementasi desain tekstil berupa benda pakai
Sub Materi : Proses Karya Tekstil a. Kegiatan Pendahuluan Mengaitkan produk-produk desain tekstil seperti yang ditemukan pada souvenir-souvenir pernikahan contohnya souvenir gelang yang berasal dari serat dengan teknik kait mengkait yang dikaitkan dengan sub materi proses karya tekstil. b. Kegiatan Inti **) Mengamati Perhatian pada waktu dalam mengamati suatu objek berupa serat atau benang dalam proses karya tekstil, membaca suatu tulisan referensi mengenai proses karya tekstil, mendengar suatu penjelasan proses karya tekstil dari video edukasi atau internet, catatan yang dibuat mengenai apa yang sudah diamati, kesabaran, waktu (on task) yang digunakan untuk mengamati. Menanya Jenis, kualitas, dan jumlah pertanyaan yang diajukan peserta didik seputar proses karya tekstil apa saja yang menghasilkan benda pakai pada serat ataupun pada benang (pertanyaan faktual, konseptual,prosedural, dan hipotetik). Mengumpulkan informasi/mencoba Jumlah dan kualitas sumber yang dikaji atau digunakan, kelengkapan informasi, validitas informasi yang dikumpulkan, dan instrumen/alat yang digunakan untuk mengumpulkan data mengenai pemahaman proses karya tekstil pada serat maupun benang. Menalar/mengasosiasi Fakta/konsep/teori, menyintesis dan argumentasi serta kesimpulan keterkaitan antar berbagai jenis fakta/konsep/teori/pendapat, mengembangkan interpretasi, struktur baru,
argumentasi,
dan
kesimpulan
yang
menunjukkan
hubungan
LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 54
fakta/konsep/ teori dari dua sumber atau lebih yang tidak bertentangan, mengembangkan interpretasi, struktur baru, argumentasi dan kesimpulan dari konsep/teori/pendapat yang berbeda dari berbagai jenis sumber terkait desain tekstil dan proses karya tekstil pada serat maupun benang. Mengomunikasikan Menyajikan hasil kajian terkait desain tekstil dan proses karya tekstil (dari mengamati sampai menalar) dalam bentuk tulisan, grafis, media elektronik, multimedia, dapat juga berupa presentasi dan sebagainya. 2. Pertemuan Kedua: (waktu : 30menit ) Hari ke
: keempat
Minggu
: pertama
Materi
: Desain Tekstil
Sub Materi : Ruang Lingkup Desain Tekstil a. Kegiatan Pendahuluan Mengaitkan bahan baku pembuatan tekstil, serat atau benang, kain dengan segala jenisnya yang sangat beragam dan hasil karya menjadi sebuah benda pakai dengan produk-produk tekstil yang berkembang saat ini seperti produksi batik mega mendung yang banyak dipakai dibeberapa daerah bukan hanya di Cirebon namun dibeberapa provinsi seperti DKI Jakarta, karena mulai berkembangnya usaha-usaha batik khas Cirebon ini. b. Kegiatan Inti **) Mengamati Perhatian pada waktu dalam mengamati bahan baku apa saja yang digunakan dalam pembuatan tekstil, serat, benang, dan kain dengan segala jenisnya yang beragam pada ruang lingkup tekstil, membaca suatu tulisan referensi mengenai ruang lingkup tekstil, mendengar suatu penjelasan ruang lingkup tekstil dari video edukasi atau internet, catatan yang dibuat mengenai apa yang sudah diamati, kesabaran, waktu (on task) yang digunakan untuk mengamati. Menanya Jenis, kualitas, dan jumlah pertanyaan yang diajukan peserta didik seputar ruang lingkup tekstil apa saja yang menghasilkan benda pakai pada serat ataupun LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 55
pada benang maupun kain (pertanyaan faktual, konseptual,prosedural, dan hipotetik). Mengumpulkan informasi/mencoba Jumlah dan kualitas sumber yang dikaji atau digunakan, kelengkapan informasi, validitas informasi yang dikumpulkan, dan instrumen/alat yang digunakan untuk mengumpulkan data mengenai pemahaman ruang lingkup tekstil terkait dengan bahan baku pembuatan tekstil, serat atau benang, kain dengan segala jenisnya yang beragam dan hasil karya tekstil tersebut menjadi suatu benda pakai. Menalar/mengasosiasi Fakta/konsep/teori, menyintesis dan argumentasi serta kesimpulan keterkaitan antar berbagai jenis fakta/konsep/teori/pendapat, mengembangkan interpretasi, struktur baru,
argumentasi,
dan
kesimpulan
yang
menunjukkan
hubungan
fakta/konsep/ teori dari dua sumber atau lebih yang tidak bertentangan, mengembangkan interpretasi, struktur baru, argumentasi dan kesimpulan dari konsep/teori/pendapat yang berbeda dari berbagai jenis sumber terkait desain tekstil dan ruang lingkup tekstil, terkait dengan bahan baku pembuatan tekstil, serat atau benang, kain dengan segala jenisnya yang sangat beragam dan hasil karya menjadi sebuah benda pakai. Mengomunikasikan Menyajikan hasil kajian terkait desain tekstil dan ruang lingkup tekstil (dari mengamati sampai menalar) dalam bentuk tulisan, grafis, media elektronik, multimedia, dapat juga berupa presentasi dan sebagainya. c. Kegiatan Penutup - Membuat rangkuman atau simpulan pembelajaran mengenai sub materi ruang lingkup tekstil yang telah dipelajari - Melakukan refleksi terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan contohnya: guru meminta dan menunjuk untuk ke depan secara bergantian siswa/i-nya, untuk mempresentasikan atau menjelaskan kembali apa yang sudah dipelajari mengenai ruang lingkup tekstil yang telah dipelajari secara otodidak. LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 56
- Guru memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran pada sub materi ruang lingkup tekstil, dengan melontarkan pertanyaan kepada siswa/i-nya kemudian memberikan test berupa analisis berdasarkan metode SWOT (Strength, Weakness,
Oportunity,
Threat)
beserta
solusi
apa
kedepannyamengenai sub materi ruang lingkup tekstil
yang
akan
dilakukan
dan aplikasinya dalam
kehidupan nyata yang telah dipelajari pada mata pelajaran desain tekstil. - Setelah dilakukan umpan balik guru melakukan penilaian terhadap hasil analisis SWOT dan solusinya kedepan yang telah dibuat oleh siswa/i-nya tadi, yang selanjutnya apabila terdapat nilai siswa/i yang tidak sesuai dengan KKM maka guru wajib melaksanakan program pembelajaran dalam bentuk remedial, program pengayaan untuk siswa/i yang nilainya diatas atau melampaui KKM, dan memberikan tugas individu maupun kelompok dalam bentuk praktik membuat karya tie dye dengan guru memberikan kontribusi waktu pengerjaan tugas dikerjakan selama seminggu untuk selanjutnya dikembangkan oleh peserta didik yang tentunya dengan pemilihan warna yang sesuai dengan prinsip desain dan siswa/i membentuk kelompok kecil yang beranggotakan 4-5 orang tersebut atau dapat juga secara individu (perorangan) yang selanjutnya mempresentasikan hasil karya tie dye kelompoknya atau mengadakan suatu pameran desain tekstil ditempat yang telah disediakan, melakukan games berupa membuat puzzle terkait materi desain tekstil yang telah dipelajari, berdiskusi bertukar atau saling menyampaikan informasi antara peserta didik yang satu dengan yang lainnya sesuai dengan daya cerap pengetahuan yang ditangkapnya pada materi ruang lingkup tekstil (pengembangan dari model pembelajaran tipe jigsaw). - Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan selanjutnya. 3. Pertemuan pada minggu selanjutnya, yang dilakukan dalam seminggu ada dua kali pertemuan untuk mengembangkan dan menerapkan ketiga model pendekatan pembelajaran yang meliputi pendekatan Cooperative Learning, pendekatan Problem Based Learning, dan pendekatan Project Based Learning. F. Penilaian, Pembelajaran Remedial dan Pengayaan 1. Teknik penilaian - penilaian secara autentik dimulai dari aspek sikap peserta didik, aspek pengetahuan peserta didik, dan aspek keterampilan peserta didik. LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 57
- penilaian secara sumatif dimulai dari pemberian test dengan soal berupa teks pertanyaan yang harus dijawab peserta didik. - penilaian portofolio peserta didik - penilaian karya dan produk tekstil yang dibuat peserta didik 2. Instrumen penilaian a. Pertemuan Pertama b. Pertemuan Kedua c. Pertemuan seterusnya 3. Pembelajaran Remedial dan Pengayaan Pembelajaran remedial dilakukan segera setelah kegiatan penilaian. G. Media/alat, Bahan, dan Sumber Belajar 1. Media/alat - kompor listrik untuk membuat pewarnaan tekstil - pewarna alam yang berasal dari tumbuh-tumbuhan maupun pewarna tekstil -jarum dengan berbagai ukuran -benang rajut untuk teknik rajut, benang sulam untuk teknik sulam. - dan sebagainya 2. Bahan -kain dari berbagai jenis (dapat berupa kain sutera, kain wol, kain katun (yang paling banyak ditemukan) -benang dari berbagai jenisnya (benang wol, benang nilon,dll) 3. Sumber Belajar - Buku teks panduan belajar desain tekstil -internet dari berbagai situs edukasi tentang desain tekstil dapat berupa ebook dan sebagainya.
LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 58
KAITAN ATAU HUBUNGAN KOLABORASI PENDEKATAN COOPERATIVE
LEARNING,
PENDEKATAN
PROBLEM
BASED LEARNING DAN PENDEKATAN PROJECT BASED LEARNING DENGAN TEORI BELAJAR KONVENSIONAL
Apabila ketiga model pendekatan pembelajaran tersebut dikaitkan dengan teori belajar konvensional maka dapat disimpulkan bahwa ketiga model pendekatan pembelajaran ini lebih mengkaitkannya atau menekankan kepada teori belajar konvensional kotruktivisme khususnya teori kontruktivisme yang dipelopori oleh vygotsky, yang mana lebih mengedepankan aspek kognitif yang mana kegiatan pembelajaran yang dilakukan didominasi oleh siswa/i sebagai sumber pengetahuan (student center) sehingga pendekatan konvensional berupa tanya jawab, diskusi, membuat kelompok kecil/tim kecil, presentasi, sekaligus eksplorasi berupa praktikum menjadi pilihan dalam menentukan strategi belajar siswa/i selain itu ketiga pendekatan ini, berlandaskan pada teori kolaborativisme, yang mana siswa/i akan meyusun
pengetahuan
dengan
cara
membangun
penalaran
dari
semua
pengetahuan dalam hal ini adalah seputar desain tekstil yang sudah dimilikinya dan dari semua yang diperoleh sebagai hasil kegiatan berinteraksi dengan sesama individu sehingga proses pembelajaran berpindah dari transfer informasi fasilitator siswa/i ke proses kontruksi pengetahuan yang sifatnya sosial dan individual.
PAPARAN SECARA RINCI KETIGA TEORI PENDEKATAN PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING. Pembelajaran kooperatif merupakan istilah umum untuk sekumpulan strategi pengajaran yang dirancang untuk mendidik kerja sama kelompok dan interaksi antarsiswa. Tujuan pembelajaran kooperatif setidak-tidaknya meliputi tiga tujuan pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 59
Jenis-jenis model pembelajaran kooperatif : 1) TAI (Team Assisted Individualization atau Team Accelerated Instruction) Pada model pembelajaran kooperatif tipe TAI, siswa mengikuti tingkatan yang bersifat individual berdasarkan tes penempatan, dan kemudian dapat maju ke tahapan selanjutnya berdasarkan tingkat kecepatannya belajar. Jadi, setiap anggota kelompok sebenarnya belajar unit-unit materi pelajaran yang berbeda. Rekan sekelompok akan memeriksa hasil pekerjaan rekan sekelompok lainnya dan memberikan bantuan jika diperlukan. 2) STAD (Student Teams Achievement Division) Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini siswa dikelompokkan ke dalam kelompok kecil yang disebut tim. Kemudian seluruh kelas diberikan presentasi materi pelajaran. Siswa kemudian diberikan tes. Nilai-nilai individu digabungkan menjadi nilai tim. Pada model pembelajaran kooperatif tipe ini walaupun siswa dites secara individual, siswa tetap dipacu untuk bekerja sama untuk meningkatkan kinerja dan prestasi timnya. Bila pertama kali digunakan di kelas anda, maka ada baiknya guru terlebih dahulu memperkenalkan model pembelajaran kooperatif STAD ini kepada siswa. 3) Round Table atau Rally Table Untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Round table atau Rally Table ini guru dapat memberikan sebuah kategori tertentu kepada siswa (misalnya kata-kata yang dimulai dengan huruf “s”). Selanjutnya mintalah siswa bergantian menuliskan satu kata secara bergiliran. 4) Jigsaw Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan temanteman di Universitas John Hopkins (Arends, 2001). Tujuan diciptakannya tipe model pembelajaran kooperatif Jigsaw ini adalah untuk meningkatkan rasa tanggungjawab siswa terhadap belajarnya sendiri dan juga belajar anggota kelompoknya yang lain. Mereka diminta mempelajari materi yang akan menjadi tanggungjawabnya, karena selain untuk dirinya, ia juga harus mengajarkan materi itu kepada anggota LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 60
kelompoknya yang lain. Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini ketergantungan antara siswa sangat tinggi. Setiap siswa dalam model pembelajaran kooperatif ini adalah anggota dari dua kelompok, yaitu : (A) kelompok asal (home group) (B) kelompok ahli (expert group) Kelompok asal dibentuk dengan anggota yang heterogen. Di kelompok asal ini, mereka akan membagi tugas untuk mempelajari suatu topik. Setelah semua anggota kelompok asal memperoleh tugas masing-masing, mereka akan meninggalkan kelompok asal untuk membentuk kelompok ahli. Kelompok ahli adalah kelompok yang terbentuk dari anggota-anggota kelompok yang mempunyai tugas mempelajari sebuah topik yang sama (berdasarkan kesepakatan mereka di kelompok asal). Setelah mempelajari topik tersebut di kelompok ahli, mereka akan kembali ke kelompok asal mereka masing-masing dan saling mengajarkan topik yang menjadi tanggungjawab mereka ke anggota kelompok lainnya secara bergantian. Guru perlu memahami bagaimana model pembelajaran Jigsaw ini dilaksanakan, begitu juga siswa (5) Tim Jigsaw Untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, tugaskan setiap siswa pada setiap kelompok untuk mempelajari seperempat halaman dari bacaan atau teks pada mata pelajaran apa saja (misalnya IPS), atau seperempat bagian dari sebuah topik yang harus mereka pelajari atau ingat. Setelah setiap siswa tadi
menyelesaikan
pembelajarannya
dan
kemudian
saling
mengajarkan
(menjelaskan) tentang materi yang menjadi tugasnya atau saling bekerjasama untuk membentuk sebuah kesatuan materi yang utuh saat mereka menyelesaikan sebuah tugas atau teka-teki. (6) Jigsaw II Tipe model pembelajaran kooperatif yang satu ini adalah modifikasi dari tipe Jigsaw. Jigsaw II dikembangkan oleh Robert Slavin pada tahun 1980 di mana semua anggota kelompok asal mempelajari satu topik yang sama, hanya saja masing-masing anggota difokuskan untuk mendalami bagian-bagian tertentu dari topik itu. Setiap anggota kelompok asal harus menjadi ahli dalam bagian topik yang LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 61
mereka dalami. Seperti Jigsaw, di tipe Jigsaw II ini mereka juga harus mengajarkan keahliannya pada anggota kelompok asalnya yang lain secara bergantian. (7) Reverse Jigsaw (Kebalikan Jigsaw) Tipe model pembelajaran kooperatif ini dikembangkan oleh Timothy Hedeen (2003). Perbedaanya dengan tipe Jigsaw adalah, bila pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw anggota kelompok ahli hanya mengajarkan keahliannya kepada anggota kelompok asal, maka pada model pembelajaran kooperatif reverse jigsaw ini, siswa-siswa dari kelompok ahli mengajarkan keahlian mereka (materi yang mereka pelajari) kepada seluruh kelas. (8) NHT (Numbered Heads Together) – Kepala Bernomor Bersama Pada modelpembelajaran kooperatif tipe NHT, minta siswa untuk menomori diri mereka masing dalam kelompoknya mulai dari 1 hingga 4. Ajukan sebuah pertanyaan dan beri batasan waktu tertentu untuk menjawabnya. Siswa yang mengangkat tangan jika bisa menjawa pertanyaan guru tersebut. Guru menyebut suatu angka (antara 1 sampai 4) dan meminta seluruh siswa dari semua kelompok dengan nomor tersebut menjawab pertanyaan tadi. Guru menandai siswa-siswa yang menjawab benar dan memperkaya pemahaman siswa tentang jawaban pertanyaan itu melalui diskusi. (9) TGT (Team Game Tournament) Model pembelajaran kooperatif tipe TGT mirip dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, tetapi bedanya hanya pada kuis yang digantikan dengan turnamen mingguan (Slavin, 1994). Pada model pembelajaran kooperatif ini, siswasiswa saling berkompetisi dengan siswa dari kelompok lain agar dapat memberikan kontribusi poin bagi kelompoknya. Suatu prosedur tertentu digunakan untuk membuat permainan atau turnamen berjalan secara adil. Penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT terbukti efektif meningkatkan hasil belajar siswa. (10) Three-Step Interview (Wawancara Tiga Langkah) Pada model pembelajaran kooperatif tipe three-step interview (disebut juga three problem-solving) dilakukan 3 langkah untuk memecahkan masalah. Pada langkah pertama guru menyampaikan isu yang dapat memunculkan beragam opini, kemudian mengajukan beberapa pertanyaan-pertanyaan kepada seluruh siswa di LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 62
kelas. Langkah kedua, siswa secara berpasangan bermain peran sebagai pewawancara dan orang yang diwawancarai. Kemudian, di langkah yang ketiga, setelah
wawancara
pertama
dilakukan
maka
pasangan
bertukar
peran:
pewawancara berperan sebagai orang yang diwawancarai dan sebaliknya orang yang tadi mewawancarai menjadi orang yang diwawancarai. Setelah semua pasangan telah bertukar peran, selanjutnya setiap pasangan dapat membagikan atau mempresentasikan hasil wawancara mereka kepada seluruh kelas secara bergiliran. Tipe model pembelajaran kooperatif ini (three-step interview) ini efektif untuk mengajarkan siswa problem solving (pemecahan masalah). PROBLEM BASED LEARNING (PBL). Pendekatan pembelajaran ini dipusatkan kepada masalah-masalah yang disajikan oleh guru dan siswa menyelesaikan masalah tersebut dengan seluruh pengetahuan dan keterampilan mereka dari berbagai sumber yang dapat diperoleh. Secara lebih lengkapnya, inilah yang akan penulis sajikan dalam makalah ini. Berdasarkan latar belakang tersebut perlu kiranya merumuskan topik-topik masalah sebagai pijakan untuk terfokusnya kajian tentang Pembelajaran Berbasis Masalah. Adapun topik masalahnya adalah tentang : 1) konsep dasar pembelajaran berbasis masalah 2) karakteristik pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah 3) langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah 4) penilaian dalam pembelajaran berbasis masalah 5) kelebihan dan kekurangan pembelajaran berbasis masalah KONSEP DASAR PBM/ PBL Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) atau Problem Based Learning (PBL) didasarkan pada hasil penelitian Barrow and Tamblyn (1980, Barret, 2005) dan pertama kali diimplementasikan pada sekolah kedokteran di McMaster University Kanda pada tahun 60-an. PBM sebagai sebuah pendekatan pembelajaran diterapkan dengan alasan bahwa PBM sangat efektif untuk sekolah kedokteran LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 63
dimana mahasiswa dihadapkan pada permasalahan kemudian dituntut untuk memecahkannya. PBM lebih tepat dilaksanakan dibandingkan dengan pendekatan pembelajaran tradisional. Hal ini dapat dimengerti bahwa para dokter yang nanti bertugas pada kenyataannya selalu dihadapkan pada masalah pasiennya sehingga harus mampu menyelesaikannya. Walaupun pertama dikembangkan dalam pembelajaran
disekolah
kedokteran
tetapi
pada
perkembangan
selanjutnya
diterapkan dalan pembelajaran secara umum. PBM atau PBL adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi kuliah atau materi pelajaran. Landasan
teori
PBM
adalah
kolaborativisme,
suatu
pandangan
yang
berpendapat bahwa mahasiswa akan menyusun pengetahuan degan cara membangun penalaran dari semua pengetahuan yang sudah dimlikinya dan dari semua yang diperoleh sebagai hasil kegiatan berinteraksi dengan sesama individu. Hal tersebut juga menyiratkan bahwa proses pembelajaran berpindah dari transfer informasi fasilitator mahasiswa ke proses konstruksi pengetahuan yang sifatnya sosial dan individual. Menurut paham kosntruktivisme, manusia hanya dapat memahami melalui segala sesuatu yang dikonstruksinya sendiri. KARAKTERISTIK PBM Berdasarkan teori yang dikembangkan Barrow, Min Liu (2005) menjelaskan karakteristik dari PBM, yaitu : 1. Learning is student-centered Proses pembelajaran dalam PBL lebih menitikberatkan kepada siswa sebagai orang belajar. Oleh karena itu, PBL didukung juga oleh teori konstruktivisme dimana siswa didorong untuk dapat mengembangkan pengetahuannya sendiri. 2. Authentic problems form the organizing focus for learning Masalah yang disajikan kepada siswa adalah masalah yang otentik sehingga siswa mampu dengan mudah memahami masalah tersebut serta dapat menerapkannya dalam kehidupan profesionalnya nanti. 3. New information is acquired through self-directed learning
LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 64
Dalam proses pemecahan masalah mungkin saja siswa belum mengetahui dan memahami semua pengetahuan prasyaratnya, sehingga siswa berusaha untuk mencari sendiri melalui sumbernya, baik dari buku atau informasi lainnya. 4. Learning occurs in small groups Agar terjadi interaksi ilmiah dan tukar pemikiran dalam usaha membangun pengetahuan secara kolaborative, maka PBM dilaksakan dalam kelompok kecil. Kelompok yang dibuat menuntut pembagian tugas yang jelas dan penetapan tujuan yang jelas. 5. Teachers act as facilitators. Pada pelaksanaan PBM, guru hanya berperan sebagai fasilitator. Namun, walaupun begitu guru harus selalu memantau perkembangan aktivitas siswa dan mendorong siswa agar mencapai target yang hendak dicapai. PROJECT BASED LEARNING Model Project Based Learning(Model Pembelajaran Berbasis Proyek) adalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran dikelas dengan melibatkan kerja proyek. Kerja proyek memuat tugastugas yang kompleks berdasarkan permasalahan (problem) yang diberikan kepada siswa
sebagai
langkah awal
dalam
mengumpulkan dan
mengintegrasikan
pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata, dan menuntut siswa untuk melakukan kegiatan merancang, melakukan kegiatan investigasi atau penyelidikan, memecahkan masalah, membuat keputusan, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja secara mandiri maupun kelompok(kolaboratif). Hasil akhir dari kerja proyek tersebut adalah suatu produk yang antara lain berupa laporan tertulis atau lisan, presentasi atau rekomendasi. Penilaian tugas poryek dilakukan dari proses perencanaan, pengerjaan tugas proyek sampai hasil akhir proyek. Definisi pembelajaran berbasis proyek Joel L Klein et. al (2009) menjelaskan bahwa pembelajaran berbasis proyek adalah strategi pembelajaran yang memberdayakan siswa untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman baru berdasar pengalamannya melalui berbagai presentasi. Adapun karakteristik pembelajaran berbasis proyek adalah siswa menyelidiki ide-ide LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 65
penting dan bertanya, siswa menemukan pemahaman dalam proses menyelidiki, sesuai dengan kebutuhan dan minatnya, menghasilkan produk dan berpikir kreatif, kritis dan terampil menyelidiki, menyimpulkan materi, serta menghubungkan dengan masalah dunia nyata, otentik dan isu-isu. Sedangkan Olson(1993) menjelaskan bahwa
dalam
pembelajaran
berbasis
proyek,
siswa
merencanakan
dan
melaksanakan penyelidikan terhadap beberapa topik atau tema yang menggunakan lintas mata pelajaran atau lintas materi. Dari The National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) Principles and Standards for School Mathematics (2000) menjelaskan bahwa bahwa pembelajaran berbasis proyek mempunyai ciri-ciri bahwa siswa dapat memilih topik dan / atau proyek presentasi/produk, menghasilkan produk akhir misal presentasi, rekomendasi untuk memecahkan masalah yang terkait dengan dunia nyata, melibatkan berbagai disiplin ilmu, bervariasi dalam durasi waktu, menampilkan guru dalam peran fasilitator. Pada materi pelatihan guru implementasi kurikulum 2013 untuk Matematika SMP/MTs yang diterbitkan oleh BPSDMPK dan PMP tahun 2013 menjelaskan bahwa pembelajaran berbasis proyek adalah metode pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Pembelajaran berbasis proyek merupakan metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata. Melalui pembelajaran berbasis proyek, proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question) dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum. Pada saat pertanyaan terjawab, secara langsung peserta didik dapat melihat berbagai elemen utama sekaligus berbagai prinsip dalam sebuah disiplin yang sedang dikajinya. Pembelajaran berbasis proyek merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik. Mengingat bahwa masing-masing peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda, maka pembelajaran berbasis proyek memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif.
LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 66
PAPARAN MENGENAI DESAIN TEKSTIL
Definisi Tekstil TEKSTIL adalah sebuah hasil karya buatan manusia yang berfungsi sebagai alat untuk melindungi tubuh dari udara panas dan dingin, kebutuhan dari sikap kesusilaan, dan sebagai wujud/ bagian dari gaya hidup sebagai manusia modern. Tekstil terbuat dari lembaran kain yang terbentuk dari anyaman benang lungsi dan pakan. Digunakan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam kebutuhan sandang dan sejenisnya. Definisi Desain Tekstil Desain tekstil adalah `rancangan motif dan corak baik struktur kain maupun permukaan kain dengn teknik titik, garis, bidang warna. Proses merencana motif atau pola pada kain dengan memperhatikan fungsi,komposisi warna, bentuk, taawal/pra desain tata letak,harga dan bisa di produksi banyak,sambungan, langkah dan pengulangan motif.juga dipikirkan keinginan pasar serta bisa laku dijual. Desain Artinya membuat pola-pola; proses merencana suatu karya seni yang terpakai dengan meningkatkan fungsi, komposisi warna, tata letak,bentuk,harga memenuhi keinginan pasar dan bisa dijual. Tahap-Tahap desain: 1. Desain awal/pra desain Rancangan awal desain, biasanya hanya brupa beberapa skets dengan beberapa alternative motif dan warna yang akan dipilih. 2. Desain pengembangan/developing desain Sesudah ada yang terpilih dari pra desain maka angsung diproses lenngkap menjadi desain utuh dengan beberapa alternative lain untuk dipilih.
LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 67
3. Desain akhir Sesudah ada yang dipilih dari developing desain maka ditambah atau dikurangi sesuai dengan keinginan konsumen lalu dibuatkan color way-nya serta model sehingga menjadi satu port folio. Unsur desain tekstil Beberapa unsur yang harus diperhatikan di dalam membuat desain tekstil antara lain: 1. Ide 2. Motif 3. Warna 4. Teknik 5. Ukuran 6. Step dan repeat 7. Joint 8. Colour window 9. Drapping model 10. Presentasi Jenis desain tekstil: 1. Desain flora 2. Desain fauna 3. Desain geometris 4. Desain abstrak 5. Desain tradisional/etnik 6. Desain polkadot 7. Desain paisley 8. Desain black and white 9. Desain strip/garis 10. Desain check/kotak LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 68
Perkembangan teknologi finishing tekstil dalam memberikan nilai pada permukaan kain yaitu painting, batik, cap, print. Penggunaan alat produksi kain/motif dengan beragam jenis mesin:
Mesin otomatis
Mesin semi otomatis
Mesin computer
Era digital
Sejarah Tekstil Di masa lalu nenek moyang kita yang sudah mulai mengenal dan berfikir untuk menutupi sebagian dari auratnya berusaha menutupinya dengan daun-daunan atau kulit kayu dll, kemudian mereka berfikir dan mencari akal untuk menganyam serat alam yang terbuat dari sejenis tumbuhan menjadi sebuah benang, dan akhirnya ditenun menjadi kain. Maka diciptakan selembar kain sebagai alat untuk melindungi badan dari cuaca dan keadaan alam. Sejalan dengan ditemukannya ATBM yaitu alat tenun bukan mesin, maka dapat dibuatlah kain dengan cara yang sederhana. Secara garis besarnya desain tekstil terbagi menjadi 2 bentuk. Yaitu: 1. Desain struktural Adalah sebuah cara membuat desain pada kain yang dilakukan perubahan pada struktur kain itu sendri. Contoh antara lain adalah: tapestry, pembuatan seni serat yang diberlakukan hiasan struktur benangnya. Yang dimaksud desain struktural yaitu bentuknya menyatu dengan struktur tenunan kainnya. Desain tersebut diperoleh dengan merubah variasi konstruksi tenunan, merubah variasi susunan bentuk maupun warna benang yang ditenun. Celup ikat pada serat /benang di daerah NTT khususnya di Manggarai, watublapi
dan
Ende.dan
juga
berkembang
di
Timor
Timur,
Sumba,Waingapu, dll. LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 69
contoh tapestry 2. Desain permukaan Membuat hiasan atau motif tertentu pada kain namun hanya pada permukaannya saja. Atau membuat pola motif di atas kain. Contoh: batik, menyulam, melukis diatas kain, tie dye, jumputan, sasirangan dan lain lain.
LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 70
contoh karya lukis yang disulam
RUANG LINGKUP TEKSTIL Yang termasuk dalam tekstil adalah mulai dari bahan baku pembuatan tekstil, serat atau benang, kain dengan segala jenisnya yang sangat beragam dan hasil karya menjadi sebuah benda pakai. Bahan baku dalam pembuatan tekstil dikategorikan dalam 2 jenis yaitu: 1. Bahan alam Bahan alam
yaitu
jenis bahan untuk pembuatan tekstil yang berasal dari
bahan alam baik dari binatang dan juga tumbuhan. Yang berasal dari binatang terbagi menjadi beberapa jenis: a. dari sutera alam, benang dan kain sutera
b. dari kulit binatang,benang dan kain wol Yang berasal dari tumbuhan antara lain adalah: a.Serat kapas, disebut kain katun b.Serat rami, jenis kain karung c.Serat sisal, untuk pembuatan tali atau kerajinan tas d.Serat nanas,menjadi kain serat nanas e.Serat cemara,menjadi kain serat cemara LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 71
2. Bahan buatan Bahan buatan yang digunakan dalam pembuatan serat dan kain yaitu berasal dari kimia polimer, sejenis senyawa an organik yang diciptakan manusia dengan teknologi canggih, sehingga dapat dijadikan benang dan akhirnya diproduksi menjadi kain. Beberapa jenis serat buatan antara lain: a. Serat nilon b. Serat serat polimer c. Serat fiber Penemuan baru dalam industri modern dihasilkan jenis bahan alam, buatan atau campuran keduanya sehingga dihasilkan sebuah bahan yang lebih lentur dan lebih tahan lama, dan dapat digunakan dalam industri atau kebutuhan produksi barang khususnya. Misalnya adalah: pembuatan bahan jok, taplak plastik, dan lainlain.
Proses Karya Tekstil Serat dan benang baik dari alam maupun buatan dapat dibuat menjadi barang kerajinan maupun benda lainnya, antara lain menghasilkan karya dalam bentuk:
1.Melukis dengan berbagai cara menggunakan bahan kain dan serat. 2. Seni serat dengan menggunakan jenis serat yang beragam, dengan teknik ikat dan simpul, tempel, jahit, rajut, susun, kait mengkait , dan sebagainya. 3. Tapestry : karya tenun sederhana dengan bahan serat alam dan buatan serta penambahan dalam kreasi unik lainnya. 4. Lenan rumah tangga. 5. Meliputi semua hasil karya yang terbuat dari serat dan kain yang digunakan untuk menunjang keindahan rumah tangga secara keseluruhan. 6. Aksesoris seperti kalung, gelang, rompi, tas, ikat pinggang, scraf, dan selendang dari bahan serat tertentu. MENGHIAS KAIN LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 72
Berbagai
macam
cara
manusia
untukmenghias
sebuah
kain
dan
menjadikannya menjadi sebuah benda pakai yang memiliki nilai tambah lebih dengan hiasan yang sesuai. Cara untuk menghias desain permukaan pada kain sangat beragam, baik dengan cara di sulam, maupun di songket atau dilukis atau dapat pula dengan cara dicelup dan diikat, atau di hias dengan motif dan teknik pembatikan. Kain-kain di Indonesia diproduksi dengan berbagai macam cara dan dihias juga dengan cara yang beragam;Kain tersebut dapat dibuat menjadi pakaian, pelengkap pakaian seperti selendang, scraf, topi,ikat pinggang dll. Namun dapat pula menjadi hasil lenan rumah tangga. Lenan rumah tangga adalah hasil yang dibuat dari bahan kain menjadi barang kebutuhan rumah tangga; misalnya: sapu tangan, horden, taplak meja dll.Sekarang ini dengan kemajuan cara hidup manusia yang berbeda dan beragam, maka pembuatan kain menjadi lenan rumah tangga pun menjadi kebutuhan utama, seperti misalnya; membuat celemek, membuat tas , mukena dan sejadah yang digunakan oleh para wanita.
Teknik campuran: sulaman dan lukisan LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 73
Teknik menghias kain dengan cara disulam
Teknik menghias kain dengan aplikasi
Batik yang menjadi busana siap pakai Terdapat beberapa model dan cara menjahit misalnya untuk menyelesaikan sebuah pakaianatau lenan rumah tangga. LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 74
Hasil karya makrame
Batik
Tie Die
Melukis diatas Kain
LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 75
JENIS-JENIS TUSUK DASAR Ada beberapa jenis tusuk dasar yang seringkali digunakan dalam menjahit atau menyulam, baik secara manual maupun dengan mesin. Seringkali disebut juga dengan tusuk hias,diantaranya adalah:
1. Tusuk jelujur 2. Tusuk feston 3. Tusuk flanel 4. Tusuk sejajar 5. Tusuk silang 6. Tusuk rantai 7. Tusuk tangkai 8. Tusuk tikam jejak/tusuk balik 9. Tusuk batang 10. Tusuk ikat 11. Tusuk lurus 12. Tusuk chevron 13. Tusuk bulion 14. Tusuk bulu 15. Tusuk meander 16. Tusuk anyam sarang laba-laba 17. Tusuk timbul/rya 18. Tusuk gerigi
LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 76
DAFTAR PUSTAKA Diperoleh dari : http://www.opinisaya.com, 17 Agustus 2013 oleh Reddit, pada pukul 19:30 WIB, Selasa 18 November 2014 Diperoleh dari : heptajayawardana.blogspot.com, 8 April 2013 oleh Hepta Jayawardana, pada pukul 14:30, Kamis 20 November 2014 Robin Fogarty. 1991. How to Integrate the Curricula. Illinois: Skylight Publishing Diperoleh dari : http://penelitiantindakankelas.blogspot.com, 19 Mei 2013 pukul : 22:30 WIB, Jumat 21 November 2014 Diperoleh dari : http://sen1budaya.blogspot.com/2013/08/desain-tekstil.html, 30 Desember 2013 pukul : 19:30 WIB, Minggu 14 Desember 2014
LANDASAN PENDIDIKAN (UJIAN AKHIR SEMESTER) 77