KUS SULARSO’S AKREDITASI
KAJI BANDING
Sekali lagi Benchmarking Definisi benchmarking /kaji banding: 1. Kaji banding adalah suatu standar untuk pembanding kepada sesuatu kinerja yang dapat diukur. 2. Suatu survey yang ditandai dengan menggunakan suatau posisi yang sudah ditentukan kedudukan sebelumnya sebagai rujukan pembanding. 3. Kaji banding adalah pembandingan secara sitematis suatu pelayanan atau produk , untuk menentukan pelayanan terbaik dan menetapkan target yang akan menuntun kepada perbaikan mutu. Kerangka Acuan Kaji Banding : 1. Kaji banding bermaksud untuk berbagi dan penyebaran luasan praktek pelayanan yang baik ( best practices ) diantara sesama pemberi pelayanan . 2. Kaji banding dimaksudkan untuk memperbaiki kinerja dengan melakukan pengamatan , ( study ) pembelajaran, pemantauan dan praktek strategi dan tehnik/kiat yang dilakukan oleh pelayanan prima yang dikunjungi. 3. Pelayanan prima dimaksud tidak harus selalu yang terbaik dikelasnya untuk setiap bagiannya. 4. Kunci kaji banding adalah : membangkitkan wawasan atau pengertian bukan hanya membandingkan data, tetapi praktek prima yang digunakan di pelayanan tersebut dan sasaaran yang setepat. 5. Dalam konteks perbaikan kinerja, kaji banding adalah proses yang sistematik dan berkesinambungan yang digunakan untuk evaluasi proses serupa yang dilakukan dengan intens di pelayanan prima di institusi kedalam proses yang sudah ada. 6. Kaji banding merupakan kegiatan dua arah. Pertukaran yang saling menguntungkan. 7. Lingkup kegiatan kaji banding adalah spesifik diantaranya kunjungan ketempat lain yang telah melaksanakan pelayanan dengan tingkat pelayanan yang prima. 8. Bisa juga mendapat kan manfaat dari kaji banding yang dilakukan dalam institusi sendiri tetapi tidak seluas , sebagus jika kaji k aji banding dilakukan keluar dari 5empat kerjanyasendiri,. kerjanyasendiri,. Banyumanik 9 Juni 2016. ( Beberapa hal yang perlu dipehatikan dari kaji banding adalah : Kegiatan kaji banding adalah pembelajaran proses bukan membandingkan capaian angka angka sehingga melakukan observasi/pengamatan pembelajaran , dan praktek proses pelayanan prima yang akan diadopsi dilakukan , bukan sekedar datang mendengarkan papara. Kaji banding juga tidak harus ke organisasi dengan pelayanan prima terbaik, karena mungkin malahan tidak bisa diadopsi, atau institusi itu tidak harus sempurna karena yang akan diadopsi adalah bagian yang dibutuhkan.) PJ UKM
Belajar Akreditasi Jadi PJ UKM Afdadela Vinci: ass.. pak saya della dari puskesmas kotanopan madina sumut.. kebetulan saya pj ukm dan puskesmas kami lg proses akreditasi pak. saya banyak baca literatur bapak, saya minta saran bagaiman seharusnya pj ukm bertindak untuk memajukan program ukm dipuskesmas pak. terimakasih pak. berkebetulan pelaksana program dipuskeamas saya yg pegang senior smua.. jadi kdg agak ngeyel pak . Menjadi PJ UKM adalah uatu kesempatan amat, sangat besar yang langka. Saya sudah sampaikan bahwa PJ UKM itu suatu tugas manager, ( middle manager ) di Puskesmas. Sedang
Puskesmas itu organisasi besar di tingkat Kecamatan. K ecamatan. Dengan gedung, sarana, prasarana, prasarana, tenaga ahli, dn berbaga berbagaii kesemapatan pelatihan, seminar dan rapat rapat. Kalau punya inovasi bagus bisa presentasi ditingkat Nasional. Kesempatan belajar management dalam suatu perusahaan/institusi sebesar Puskesmas merupakan barokah Allah yang sangat besar yang mungkin tidak akan datang dua kali. Tentu banyak tantangan, tetapi banyak juga peluang. Tentu banyak hambatan tetapi banyak pula dorongan dan bantuan dari internal maupun eksternal. Hadapi dengan santai tetapi serius. Berangkat pagi pagi ke Puskesmas dengan bersiul siul atau bernyanyi nyanyi kecil akan membawa kegembiraan, kegembiraan, bertemu kawan dikantor langsung senyum, salam, sapa, support dan semangati, siapapun yang bertemu. Tua atau uda, Sebarkan virus persaudaraan dan persahabatan. persahabata n. Sambil melatih apa yang tercantum dalam Tata Nilai dan Budaya kerja Puskesmas, atau mungkin motto atau slogan Puskesmas. Tentu setelah paginya dirumah melaksanakah ibadah sebagai bagian kewajiban kita dengan Yang Maha Kuasa dan tentu berdoa agar hari itu bisa berjalan lancar dan sukses. Homati yang lebih tua, hargai yang seumuran/sebaya seumuran/sebaya , dan semangati yang lebih muda. Intinya perbaiki dulu hubungan Interpersonal sebagai bagian penting dari jabatan baru anda sebagai Leader ( sebagai pemimpin, nanti soal bagaimana sebagai manager ( pengelola program/.kegiatan/ Puskesmas ) perlahan ahan dipelajari. Siapa yang akan tega menyakii hati anak manis yang selalu menegur kita dengan ramah, yang mengucapkan mengucapka n selamat ulang tahun dan memberi kartu ucapan selamat ketika anak lulus sekolah. Yang selalu menjenguk kala isteri sakit, dan tak lupa memberikan oleh oleh setelah pergi jauh. Siapa yang akan menyelisihi dan menghancurkan mimpi anak muda yang selalu membantu pekerjaan dan kegiatan semua teman temannya sehingga, bisa bekerja denga riang gembira tanpa stress dan kepanikan k epanikan kepanika seperti ketika menghadapi menghadapi Akreditasi ? Siapa yang akan menyimpan dendam kepada orang yang tidak pernah lupa meminta maaf kalau salah dan selalu berterimakasih ketika dibantu ? Saatnya mempraktekkan teori dan nasehat tentang kebaikan hati, silaturahmi, dll. Mulai merapat kepada Pimpinan/ Kepala Puskesmas, kepada Para Pendamping dan Pimpinan di Dinas Kesehaan. Mulai merapat ke Lintas Sektor. Temuai dan berbincang dengan orang orang yang sudah tinggi jam terbangnya diorganisasi, orang yang penuh pengalaman hdup dan telah melanglang buana unutk mendalami Kepemimpinan dan Management organisasi. Salah satu tugas berat sebagai PJ UKM adalah membentuk membentuk team yang tangguh. UKM itu unik karena terdiri dari berbaga berbagaii keahlian yang berbeda, Nutrisionis, Penyehatan Lingkungan, Lingkungan, Kebidanan, Keperawatan masyarakat masyarakat , epidemiolog epidemiologs s Lapangan, dll. Orangnya berasal dari lingkunagn/komunitas dan keilmuan yang berbeda beda. Jadi tidak mudah membuat tim yang tangguh. Kalau kita lihat dari TANGGA COG : Istilah yang digunakan oleh George O. Charrier : untuk membantu melihat bagaimana bagaimana membuat tim sukses melalui anak tangga anak tangga : Yang pertama adalah : Phase : Bersopan santun. Adapun angga COG itu adalah: 1) Masa bersopan santun,( The Polite Phase,) saatsaat awal mulaiberkenalan dan saling menjajagi serta membuka diri. 2) Masa mempertanyakan keberadaan keberadaan masing masing dan keberadaan timnya. ( The "Why are we here?") Masa dimana semua anggota mencoba memahami bersama keberadaannya di tim. 3) Masa Kekuatan ( The Power Phase ) dimana kelompok mulai mengembangkan hirarki ( jenjang kepemiminan kepemiminan ). ). 4) Masa Kerja sama ( The Cooperation Phase) disini masing masing orang sudah mulai bsa memahami tempatnya tempatnya dalam tim, kelompok mulai bekerja secara efektif untuk mencapai tujuan, 5) Masa spirit, masa semanat membara ( The Esprit Phase P hase ) disini kelompok mulai mencapai puncak kreatifitas dan produktifitas. Bertemu pertama kali: dalam team: biasanya saling mengucapkan mengucapkan basa basi, menghind menghindari ari kontroversi, dan mencegah konflik. Lakukan ini dengan baik. Ini langkah pertama yang menentukan. Selanjutnya Selanjutnya mengikuti tangga ke dua, ketiga keempat dan kelima dari COG LADDER. ( Tangga COG ). Kus Sularso, Banyumanik, 4 Juni 2018. ( Kalau kita baca daftar nama CEO perusahaan besar dengan gaji jutaan dollar setiap tahun di
Puskesmas itu organisasi besar di tingkat Kecamatan. K ecamatan. Dengan gedung, sarana, prasarana, prasarana, tenaga ahli, dn berbaga berbagaii kesemapatan pelatihan, seminar dan rapat rapat. Kalau punya inovasi bagus bisa presentasi ditingkat Nasional. Kesempatan belajar management dalam suatu perusahaan/institusi sebesar Puskesmas merupakan barokah Allah yang sangat besar yang mungkin tidak akan datang dua kali. Tentu banyak tantangan, tetapi banyak juga peluang. Tentu banyak hambatan tetapi banyak pula dorongan dan bantuan dari internal maupun eksternal. Hadapi dengan santai tetapi serius. Berangkat pagi pagi ke Puskesmas dengan bersiul siul atau bernyanyi nyanyi kecil akan membawa kegembiraan, kegembiraan, bertemu kawan dikantor langsung senyum, salam, sapa, support dan semangati, siapapun yang bertemu. Tua atau uda, Sebarkan virus persaudaraan dan persahabatan. persahabata n. Sambil melatih apa yang tercantum dalam Tata Nilai dan Budaya kerja Puskesmas, atau mungkin motto atau slogan Puskesmas. Tentu setelah paginya dirumah melaksanakah ibadah sebagai bagian kewajiban kita dengan Yang Maha Kuasa dan tentu berdoa agar hari itu bisa berjalan lancar dan sukses. Homati yang lebih tua, hargai yang seumuran/sebaya seumuran/sebaya , dan semangati yang lebih muda. Intinya perbaiki dulu hubungan Interpersonal sebagai bagian penting dari jabatan baru anda sebagai Leader ( sebagai pemimpin, nanti soal bagaimana sebagai manager ( pengelola program/.kegiatan/ Puskesmas ) perlahan ahan dipelajari. Siapa yang akan tega menyakii hati anak manis yang selalu menegur kita dengan ramah, yang mengucapkan mengucapka n selamat ulang tahun dan memberi kartu ucapan selamat ketika anak lulus sekolah. Yang selalu menjenguk kala isteri sakit, dan tak lupa memberikan oleh oleh setelah pergi jauh. Siapa yang akan menyelisihi dan menghancurkan mimpi anak muda yang selalu membantu pekerjaan dan kegiatan semua teman temannya sehingga, bisa bekerja denga riang gembira tanpa stress dan kepanikan k epanikan kepanika seperti ketika menghadapi menghadapi Akreditasi ? Siapa yang akan menyimpan dendam kepada orang yang tidak pernah lupa meminta maaf kalau salah dan selalu berterimakasih ketika dibantu ? Saatnya mempraktekkan teori dan nasehat tentang kebaikan hati, silaturahmi, dll. Mulai merapat kepada Pimpinan/ Kepala Puskesmas, kepada Para Pendamping dan Pimpinan di Dinas Kesehaan. Mulai merapat ke Lintas Sektor. Temuai dan berbincang dengan orang orang yang sudah tinggi jam terbangnya diorganisasi, orang yang penuh pengalaman hdup dan telah melanglang buana unutk mendalami Kepemimpinan dan Management organisasi. Salah satu tugas berat sebagai PJ UKM adalah membentuk membentuk team yang tangguh. UKM itu unik karena terdiri dari berbaga berbagaii keahlian yang berbeda, Nutrisionis, Penyehatan Lingkungan, Lingkungan, Kebidanan, Keperawatan masyarakat masyarakat , epidemiolog epidemiologs s Lapangan, dll. Orangnya berasal dari lingkunagn/komunitas dan keilmuan yang berbeda beda. Jadi tidak mudah membuat tim yang tangguh. Kalau kita lihat dari TANGGA COG : Istilah yang digunakan oleh George O. Charrier : untuk membantu melihat bagaimana bagaimana membuat tim sukses melalui anak tangga anak tangga : Yang pertama adalah : Phase : Bersopan santun. Adapun angga COG itu adalah: 1) Masa bersopan santun,( The Polite Phase,) saatsaat awal mulaiberkenalan dan saling menjajagi serta membuka diri. 2) Masa mempertanyakan keberadaan keberadaan masing masing dan keberadaan timnya. ( The "Why are we here?") Masa dimana semua anggota mencoba memahami bersama keberadaannya di tim. 3) Masa Kekuatan ( The Power Phase ) dimana kelompok mulai mengembangkan hirarki ( jenjang kepemiminan kepemiminan ). ). 4) Masa Kerja sama ( The Cooperation Phase) disini masing masing orang sudah mulai bsa memahami tempatnya tempatnya dalam tim, kelompok mulai bekerja secara efektif untuk mencapai tujuan, 5) Masa spirit, masa semanat membara ( The Esprit Phase P hase ) disini kelompok mulai mencapai puncak kreatifitas dan produktifitas. Bertemu pertama kali: dalam team: biasanya saling mengucapkan mengucapkan basa basi, menghind menghindari ari kontroversi, dan mencegah konflik. Lakukan ini dengan baik. Ini langkah pertama yang menentukan. Selanjutnya Selanjutnya mengikuti tangga ke dua, ketiga keempat dan kelima dari COG LADDER. ( Tangga COG ). Kus Sularso, Banyumanik, 4 Juni 2018. ( Kalau kita baca daftar nama CEO perusahaan besar dengan gaji jutaan dollar setiap tahun di
internet, tak ada nama nama Indonesia disitu. Beberapa Nama Jepang mungkin kita tenukan, atau nama India, atau nama Tionghoa. Sudah saatnya kita memanfaatkan kesempatan yang ada dengan sebaik baiknya. Siapa tahu akan banyak CEO handal yang berasal dan mengawali kariernya di Puskesmas. Jangan lupa ada 10.000 Puskesmas di Indonesia. Semua menjadi ajang untuk berkreasi, mengolah kemampuan dan ketrampilan dibidang Managerial dan Kepemimpinan/Leader Kepemimpina n/Leader . Perjalanan masih panjang. Selamat bekerja . Sukses. ).
@@@ 1000 miles akan bisa dicapai kalau kita mau memulai dari langkah pertama
@@@ Belajar Akreditasi Re Akreditasi SwariSwari dan 242 lainnya bergabung dengan kussularso2. Trima kasih pak Kus Sularso, saya senang bs gabung grup ini. Puskesmas kami skr sedang persiapan Re akre 2019. Mhn arahan pak hal2 apa saja yang perlu di persiapkan utk Proses Re akre? Apakah perlu mengulang langi penggalangan komitmen? Trims sebelumnya. Saya akan mulai dengan ceritera yang ada di buku The turtle becomes a C.E,O: Kura kura menjadi Chief Executife Officer Tentang pertemuan sekelompok tikus. .Sekelompok besar tikus hidup didalam sebuah gudang selama bertahun tahun , Kehidupan mereka berlangsung menyenangkan , namun sedikitt tereganggu oleh keberadaan seekor kucing, yang selalu berkeliling mencari mangsa. Hampir setiap hari ada seekor tikus malang yng dikejar atau bahkan dimangsa oleh kucing. Akhirnya pemimpin tikus menggelar pertemuan. pertemuan. “ Tuan tuan dan nyonya nyonya , anak anak dan bayi tikus. Saat ini tiba waktunya bagi kita untuk menyelesaikan menyelesaika n masalah kita dengan kucing ini. Apakah ada yang mempunya mempunyaii solusi ? Tikus tikus itu pun sibuk melontarkan ide dan saran. Namun tampaknya tampaknya tidak ada yang menyelesaian menyelesaia n masalah mereka. Kemudian seekor tkus muda berdiri , meminta waktu untuk berbicara, dan berkata dengan lantang,: “ Marilah kita gantungkan sebuah lonceng di leher kucing itu. Dengan cara itu setiap kali kucing tu mendekat , kita bisa mendengar bunyi loncengnya dan bersembunyi dengan aman.
Kerumunan tersebut bertepuk tangan dengan keras setelah tikus itu kembali duduk ditempatnya. Begitu tepuk tangan mereda, seekor tikus yang lebih tua berdiri dan berkata “ Rencana teman muda kita ini sederhana namun cerdik. Setelah lonceng itu berada di leher kucing , kita semua bisa hidup dengan aman. Tapi aku punya satu pertanyaan singkat, untuk semua yang hadir. Siapa diantara kalian yang bersedia menjadi sukarelawan untuk memasang lonceng dileher kucing itu ? ( Pesan moral Aeosop ( lahir th 620 -560 SM : dari seorang budak menjadi cendekiawan dan menyebarluaskan fabel fabelnya untuk pembelajaran di jaman kaisar Croesus ) , : JAUH LEBIH MUDAH UNTU MENGUSULKAN KETIMBANG MELAKSANAKAN. ). Kehidupan nyaman Puskesmas terguncang dengan adanya perintah mendadak dan mendesak. Ikut Akreditasi. Dokumen kegiatan akan dilihat dan telusur apakah benar adanya sesuai kenyataan. Langkah pertama: yang penting dokumen ada dulu. Itu akreditasi awal. Untuk reakrditasi ??? Pendaming telah memberikan pendampingan, Surveior telah memberikan arahan dan saran serta rekomendasi, Tinggal melakukan kegiatan mengikuti SK, SOP, dan KAK, serta menuliskannya dengan baik dan benar. Iulah yang bapak ibu hadapi untuk menghadapi Re akreditasi. 1) Melaksanakan kegiatan dengan benar sesuai Dokumen internal ( dan eksternal juga tentunya ). 2) Menuliskan dan membuat foto dan gambar gambar darri kegiatan yang sduah dilakukan. Menyimak pertemuan antar tikus tadi, pertanyaan muncul : Apa yang ditulis dalam notulen pertemuan tikus itu ? Apakah kesimpulannya dari rapat itu ? Lalu rencana dan Tindak Lanjutnya apa ? Tentu Notulen yang sekarang ( pada reakreditasi: bukan pertemuan antar tikus ), menjadi lebih baik. Kegiatannya memang dilakkan sesuai SK,SOP dan KAK. Foto kegiaran dibaut lebih baik, gambar gambar, grafik, peta situasi penyakit dll dobuat lebih banyak dan lebih baik. Disamping itu semua orang sduah bisa mempersiapkan jawaban jika ada telusur karena mengikuti prosesnya dengan seksama . Dan pendmpping akan setia melurukan jika ada yang bengkok, akanmembetulkan kalau ada yang salah, akan mengembalikan kejalur jika melenceng. Selamat bekerja Sukses. Kus Sularso, Banyumanik, 1 Juni 2018. ( Menerangkan sesuatu dengan ceritera kadang lebih mengena. Bukan karena mudah dipahami saja, tetapi juga tidak akan ada yang tersinggung, tak akan ada yang merasa disindir, tak akan ada yang merasa disalahkan. Sukses. Ingat tujuan kita : Menuju Indonesia Sehat. Selamat memberi saran, pendapat, komentar, masukan, pencerahan, pengalaman, kiat kiat. Ramadhan pahala amal saleh dilipat gandakan bukan ??? . Sukses . )
@@@ Marilah kita lihat ep inovasi. kalau satu kriteria ini tentang inovasi akan lebih mudah mencernanya.
Belajar Akreditasi Mengembangkan Inovasi Malikatus Assalamualaikum pak kus mohon penjelasan peluang inovasi. Untuk melengkapi jawaban terdahulu , saya sampaikan bagaimana mengembangkan Inovasi : 1. Mulailah dari diri sendiri. a. Tentukan visi pribadi. Sebagai dokter, bidan , perawat, SKM, nutrisionis, Promosi Kesehatan, Kesehatan Lingkungan. b. Tentukan visi oganisasi tempat kerja. Kepala Puskesmas, PJ UKM, PJ UKP, PJ Admen, Ketua tim Mutu, Pelaksana UKM, Pelaksana UKP, Pelaksana Admen . c. Sinkronkan kedua visi : Sebagai dokter dan sebagai Kepala Puskesmas , ( bagaimana mengatur agar praktek berjalan tetapi tugas kantor bisa terlaksana,) bidan sebagai PJ UKM ( bagaimana menjadi bidan praktek mandiri, tetapi etap bisa melayani posyandu, ) dll. d. Jadilah ahli dibidang yang anda cintai. Jangan puas dengan hasil pendidikan selama belajar formal, sebentar kemudian akan sudah out of date: kadaluwarsa karena ilmu dan tehnology berkembang cepat. Panduan yang lama selalu diperbaharui, pedoman yang lama diganti yang baru. Bidang kesehatan adalah pilihan kita. Kita ingin memberikan yang terbaik bagi masyarakat . karena itu kita menjadi pembelajar, dan Puskesmas menjadi organisasi pembelajar. e. Bergairahlah dibidang yang anda tekuni. Tugas sebagi tenaga kesehatan itu mulia. Anda tidak salah memilih , karena itu fokuslah menyelesaikan bidang tugas anda. 2. Cari peluang : a. Buka fikiran seluas luasnya. Jangan memebatasi diri, dengan puas dengan apa yyang dimiliki saat ini. Teman lain sudah pergi jauh , sudah membaca banyak, sudah ikut pelatihan kesana kemari. Pendidikannya selalu bertambah peringkatnya. b. Buang jauh pesimisme berlebihan. Jika kita mulai hai dengan optimis, akan menular kepada teman sekeliling kita. c. Buat rytme : irama creative sendiri. Kita mempunyai irama masing masing, Kalau bisa bangun jam 3 pagi lalu mulai bekerja sebagaimana Lord Biden Powel :Tokoh pendiri kepanduan dunia, mengapa tidak, Tidur 3 jam sehari ternyata cukup bagi beberapa orang yang memang mendapat bakat luar biasa dari Allah. d. Kesehatan akan membawa kepada kesejahteraan. Sehatkanlah diri sendiri, Karena bekerja di Puskesmas akan menyehatkan orang lain. Disamping akan membawa kesejahteraan diri sendiri juga kesejahteraan banyak orang. Kitalah teladan sehatnya , bukan orang lain. 3. Identifikasi peluang dan hambatan: a. Mengambil kesempatan dari semua tantangan. Telah bekerja selama ini dibidang kesehatan
di Puskesmas tentu banyak masalah dihadapi , banyak hambatan menghadang, tetapi disitulah peluang perbaikan muncul. Jadikan tantangan sebagai peluang untuk maju. b. Cari peluang inovasi. Jika dengan cara yang sudah kita kerjakan berulang ulang tak memberi hasil yang diharapkan , mengapa tidak diperbaiki caranya ? Atau jutru mencari peluang baru ? Belum terfikirkan ? mengapa tidak melihat tetangga Puskesmas sebelah yang sudah lebih dulu berinovasi. Kita Amati, kita tiru dan kita modifikasi. 4. Tentukan tujuan dan sasaran: a. Nyatakan dengan jelas dan tegas apa yang diharapkan. Kalau sudah melihat suatu peluang inovasi, kita cari sasaran dan tujuan kegiatan inovasi yang akan kita lakukan. Kalau kia sendiri tidk bisa meelihat dengannjelas apa yang kita tuju, bagaimanaa ppula otang lain akan bisa tahu. Jangan menjadikan kita terlihat konyol dimata banyak orang. b. Pertajam tujuan dan sasaran itu dengan meminta masukan dan berdiskusi dengan banyak orang. Jelas untuk kita belum tentu jelas bagi orang lain dan sebaliknya. Jelas menurut kita mungkin memberi pengertian berbeda untuk orang lain. 5. Cari sesuatu yang baru atau pembaharuan dari yang ada untuk direncanakan: a. Cari model. Kalau sudah lebih jelas bayangan inovasi yang akan kita lakukan carilah odel yang sesuai atau mendekati . Carilah model kegiatan serupa yang sudah berhasil. Tinggal buka internet cari dengan Search: inovasi : maka akan muncul jutaan teory, praktek dan model inovasi. Pelajari satu persatu dengan tenang dan pikiran jernih. Tidak perlu sambil merokok, karena justru akan menghambat ide yang muncul, b. Keberagaman pemikiran. Kembangkan keberagaman pemikiran untuk mengembangkan ide inovasi yang muncul, sampaikan kepada khalayak dan bahas secara panjang lebar. Kalau kita sendiri yang memikir , jangan jangan sampai akhir hayat tidak ketemu formulanya. c. Cari berbagai peluang, jangan puas dengan satu cara saja. Dalam pembahasan dengan kahalayak : minta ide, pendapat dan sanggahan sebanyak banyaknya, mungkin akan muncul alternative alternative baru. Jangan terpaku dengan satu cara. Makin banyak cara muncul makin baik, kita tinggal pilih pilih mana yang lebih cocok dan lebih mungkin dilaksanakan. 6. Move on: Bergeraklah. Bangunlah ! Jangan diam saja. a. Jangan takut mencoba dan jangan takut gagal. Ide akan tetap menjadi ide, Rencana akan tetap ada dilaci jika kita tidak bangun dan mengerjakan ide itu. Karena itu beruntunglah orang yang biasa kerja keras yang biasa pontang panting di lingkungan kerja, dilingkungan pemerintahan, dilingkungan Lembaga swadaya masyarakat disamping kegiatan didalam rumah tangga. Anda masih menyimpan jutaan volt untuk dimanfaatkan. Bukankan kita selalu makan , menambah kalori setiap hari ? b. Jangan sia-siakan kalori yang masuk menjadi lemak yang akan menyebabkan kita gendut dan buruk rupa, dan meningkatkan kemungkinan terkena serangan jantung dan stroke. c. Jangan takut capai. Dengan irama hidup yang baik, tenaga akan menjadi pulih kembali setelah kita tidur, gairah akan bangkit kembali setelah rekreasi , dan fikiran akan menjadi terang kembali setelah bersilaturahmi dan bercanda bersama keluarga atau teman. d. Ambil risiko sesuai kemampuan. Semua langkah yang akan diambil selalu ada risikonya. Kalau tidak berani ambil risiko , terus saja tidur dan bermimpi. Mimpi itu tidak akan menjadi kenyataan selama kita tetap tidur. e. Kembangkan ide seluas luasnya. Ide satu akan membawa ide lain yang lebih banyak dan lebih luas. Selalu memperhatikan ide baru akan menjadikan kecepatan berfikir meningkat. Dan kepikunan akan menjauh, Insya Allah. Kus Sularso, Banyumanik : 31 Mei 2018. ( Dilevel mana anda sekarang berada ? Tak ingin naik peringkat ? Kita mungkin merasa tak perlu mengembangkan inovasi baru. Sebagai pribadi mungkin ya. Tetapi sebagai apaeat pemerintah , sebagai abdi Negara, sebagai warga Negara , kita harus ingat bahwa organisasi kita butuh inovasi. Ingat level pertama dalam hirarki ini: Sinkronkan visi kita dengan visi tempat kerja kita, dengan visi Negara dimana kita berada dan bekerja. Untuk diingat : Visi organisasi kita adalah ; INDONESIA SEHAT. TETAP SEMANGAT. SUKSES. ) @@@
Belajar Akreditasi Persiapan Kepala Puskesmas Yulmiana Dwi Masih bingung pak ...sebagai kepala puskesmas apakah ada persiapan khusus sewaktu penilaian akreditasi? Yang sangat penting dan sering dilupakan adalah fungsi control dari Kepala Puskesmas. Pengertian control adalah : Pengawasan agar : semua yang HARUS dikerjakan telah dikerjakan dan yang seharusnya TIDAK DIKERJAKAN memang tidak dikerjakan. Jadi Kepala Puskesmas harus MEMASTIKAN , DO and DON”T ini, KERJAKAN INI dan JANGAN KERJAKAN ITU. Dalam konteks Akreditasi yang memang bertumpu pada pemeriksaan ( mengaudit adalah memeriksa ) terhadap bukti ( dokumen ) dan saksi ( mewawancarai Pelaksana Kegiatan , Kepala Puskesmas dan Pimpinan Puskesmas atau Lintas Sektor .) Ketika Survey Akreditasi : Pelaksana Kegaitan menyodorkan bukti dokumen : terlihat belum ada tanggal pembuatan dokumen atau tanggal mulai berlakunya SK tetapi Kepala Puskesmas sudah tanda tangan. Pertanyaannya: waku tanda tangan Kepala Puuskesmas sudah memeriksa belum kata perkata, kalimat perkalimat dari apa yang tertulis ? Mengapa tanggal yang seharusnya ada , belum ada ? Harusnya Kepala Puskesmas meminta melengkapi tanggal dan mencocokkan urutan kronologis tanggal pembuatan : SK, SOP, KAK. Bukankah SK, SOP,KAK itu sebagai perintah Kepala Puskesmas agar dilaksakan : DO IT. Kadang Pelaksana kegiatan menyodorkan SOP : dalam uraian Pengertian : belum sesuai, belum tepat dengan rujukan yang ada. Maka Kepla Puskesmas harus melakukan koreksi: sebaiknya pengertiannya yang benar bagaimana. Karena itu Kepala Puskesmas harus pintar , harus rajin, harus cerdas , harus teliti, harus banyak membaca, harus luas wawasannya. Dalam SK Kepala Puskesmas biasanya disebutkan : …. Dianggap mampu menjalankan tugasnya sebagai Kepala Puskesmas.. kalau ternyata terdapat kesalahan akan diperbaiki kemudian. Kadang SOP menyebutkan dasarnya SK:…. Tak disebutkan no SK, nya, Kadang pembuatan SOP tanpa dasar. Kepala Puskesmas harus melakukan pembetulan, atau meminta dilakukan pembetulan dulu. Kalau ini dijalankan maka semua dokumen akan tertata rapi, terstruktur, tidak overlapping dan tidak ada kekosongan. Kalau diperhatikan dalam elemen penilaian Akreditasi disebutkan : PJ UKM melakukan Identifikasi masalah. Maka sebaiknya ada tanda tangan PJ UKM yang menunjukkan bahwa dia yag membuat , atau telah dibuat dan telah dikoreksi olehnya. Kadang terjadi dokumen yang diajukan langsung dibuat oleh Pelaksana dan ditanda tangani Kepala Puskesmas. Boleh jadi PJ UKP. PJ UKP atau PJ Admennya tidak tahu menahu dokumen itu. INI mengisayaratkan DON’T nya tidak dilaksanakan. Sampaikan kepada Pelaksana , bahwa perlu menghadap Pj UKM, PJ UKP atau PJ Admen dulu sebelum maju kepada Kepala Puskesmas. Dengan demikian organisasi akan berjalan dengan lebih baik. Karena memfungsikan semua kekuatan yang ada. Kalau semua dokumen tidak pernah melewati PJ , maka organisasi tidak berjalan. Kalau Kepala Puskesmas tidak memeriksa sebelum tanda tangan , maka pengawasan tidak berjalan dan dokumen yang ada tidak valid atau tidak memenuhi target yang diharapkan. Begitu juga laporan kegiatan. Seharusnya Laporan kegiatan maju dulu dari pelaksana kepada PJ UKM, PJ UKP atau PJ Admen untuk mendapat koreksi, penambahan atau pengurangan atau meluruskan yang masih salah. Laporan pertemuan , ada notulen: tetapi tidak ada isinya apa apa. Segera minta dilengkapi notulen yang hanya berisi tulisan : Pembahasan jadwal: tetapi tak ada keterangan selanjutnya. Dalam notulen tercantum : Pembahasan capaian kinejra, tanpa penjelasan selanjutnya, apa maaslahnya ( kesenjangannya ) analisa penyebab masalahnya , apa Rencana Tidak Lanjutnya . Bagi surveyor ada yang mengartikan : ada kemungkinan memang sebenarnyar tidak dilakukan pertemuan pembahasan . Atau dilakukan sebagai rutinitas, Pertemuannya ada, tetapi pembahasannya tidak ada. Kalau ketika meminta tanda tangan atau saat melapor langsung dikoreksi maka dapat dilakukan perbaikan dokumen sebelum terlupa. Kalau control dokumen itu berjalan dengan baik, maka tak perlu gugup saat diminta maju Akreditasi. Setidaknya dari segi dokumen sudah aman. Kus Sularso, Banyumanik 29 Mei 2018. ( Kita sering mendengar pengawasan melekat. Apakah itu berjalan ?, Para Kepala Puskesmas
bisa menjawabnya dengan se benar benarnya , agar semua menjadi terang benderang. Akreditasi itu sekedar memeriksa ( mengaudit=memeriksa ) apakah pekerjaan telah dilakukan sesuai standar yang berlaku. Bagi Puskesmas yang setiap harinya telah melaksanakan kegiatan sesuai SK,SOP,KAK, dan Panduan serta pedoman dan Perundangan yang berlaku maka Akreditasi itu hanya cara formal mengetahui dan menilai apakah yang seharusnya dikerjakan telah dikerjakan dan yang tidak boleh dikerjakan benar benar tidak dikerjakan. . Banyak Puskesmas telah bisa enarik benang merah ini dn segera melakukan kegiatan sesuai perencanaan. Ingat control Kepala Puskesmas tu : mencocokkan pelaksanaan dengan perencanaan. Itu tugas Kepala Puskesmas yang lebih awal: Mebuat Perencanaan Puskesmas dengan baik dan benar. Nanti kita diskusikan tersendiri. Tetap semangat dan sukses selalu. )
@@@ Belajar Akreditasi Tanpa ribet Dubes Dubes Maaf bpk... akreditasi terlalu menuntut dokumen tertulis. Apakah tanpa bukti dokumen berarti kita tdk bekerja? Akreditasi ribet ga praktis.. hrs nya mempermudah krj pegawai eh taunya mempersulit, hrs lembur lah hingga menyita waktu utk keluarga. Rapat terlalu sering juga. Dalam pembuktian suatu kejadian selalu dibutuhkan setidaknya dua alat bukti yang cukup. Bisa dokumen tertulis , bisa saksi, karena itu dilakukan telusur atau wawancara dan melihat bukti dilapangan bukan arsip dokumen saja. Sebenarnya permintaan dokumen tertulis itu biasa saja. Yang belajar agama Islam juga diajari : nanti tangan kita dan kaki kita bicara, menjadi saksi , sedang mulut dikunci, Bekas tapak kaki kita di masjid bisa jadi bukti bahwa kita ahli masjid. Dan Nabi Muhammad bisa jadi saksi kita di akhirat. Kita tidak dibiasakan budaya menulis sejak di SD. Dimasyarakat, ngrumpi dan ngobrol menjadi bagian hidup sehari hari. Jarang membaca , apalagi menulis. Perpustakaan sepi, dan sekarang omzet surat kabar sudah banyak menyusut. Dalam beragama kita diminta rajin membaca, Bacalah. Iqra, selain itu juga, disuruh menulis. Kalau melakukan utang piutang kita harus menuliskannya. Jadi kalau kita legowo dengan agama kita maka menjalankan akreditasi untuk menuju Indonesia Sehat itu , baik dan bagus, dan sebenarnya tidak ribet, serta sesuai syariat. 1. Dari semua dokumen akreditasi itu : wujutnya hanya ada 2: Tulisan dan gambar. 2. Sedangkan kegiatan di Puskesmas itu : hanya ada 2 : ditingkat desa /sasaran dan ditingkat Kecamatan/Puskesmas. 3. Ditingkat Puskesmas : kegiatan yang terbanyak dari UKM dan Admen itu Pertemuan dan Rapat. 4. Untuk pertemuan dokumen yang diminta : (1) Undangan, (2) daftar hadir, (3) notulen dan (4) foto kegiatan. 5. Saya selalu mencontohkan pertemuan di UKM : Buat buku notulen pertemuan UKM , yang berisi kegiatan pertemuan UKM secara berurutan, diberi tanggal dan selalu ditanda tangani dengan disebutkan siapa penanda tangannya, sehingga bisa ditanya kalau tidak jelas.. 6. Yang pertama: tulis nama nama semua anggauta UKM : beri judul : missal :Undangan rapat pertemuan : UKM tgl 29 Mei 2018 puskesmas Rapi Jali . Lalu yang sudah membaca menanda tangani disampingnya. ( Jadi undangan sudah ada buktinya ). 7. Yang kedua : Selanjutnya buat lagi daftar nama semua orang UKM : Yang hadir saat pertemuan : membubuhkan tanda tangan. Maka daftar hadir sudah terpenuhi. 8. Yang ketiga : Ketika rapat dimulai , salah satu pelaksana UKM diminta membuat notulen : Secara singkat apa yang terjadi ditulis. Maka dokumen pertemuan sudah selesai. 9. Yang keempat: Salah satu pelaksana UKM diminta membuat foto kegiatan selama pertemuan. Moment moment penting diambil gambarnya: Pembukaan , Ucapan Selamat datang yang mengundang, Sambutan Pimpinan ,, lalu presentasi, Tanya jawab, lalu foto bersama. Selesailah sudah pengambilan gambar , bisa diprint dan diberi judul lalu ditempel dihalaman berikutnya. Beri kereangan : Siapa melakukan apa, kapan dan dimana. .
10. Jadi begitu selesai pertemuan : dokumennya sudah jadi lengkap, rapi terstruktur dan valid. 11. Jadi tidak perlu lembur lagi. ( Apa yang perlu dilemburkan ? ) 12. Untuk kegiatan lapangan begitu juga : 13. Pertama undangan : kalau inisiatiifkegiatan dari kita, harus buat undangan, atau di print dari WA, Kalau undangan dari kegiatan orang itu dujadikan dokumen: Selesai undangan. 14. Kedua: Setelah datang, kita mengisi daftar hadir, potret dengan HP. Selesialh masalah daftar hadir. 15. Ketiga: Kita mencatat sedikit , apa yang terjadi dalam pertemuan atau kegiatan lapangan itu. Jadilah notulen. 16. Keempat: Disaming itu kita ambil gambarnya ketika Pak Camat pidato, bu Camat memberi pengarahan dsbnya. Selesailah foto dokumentasi. 17. Kelima: Lalu kita lampirkan juga surat tugas dari Puskesmas. Maka selesailah seluruh dokumen yang dibutuhkan kegiatan luar gedung. 18. Tidak perlu lembur lagi. ( Apa yang akan dilemburkan ? ) . 19. Saua bertemu dengan para PJ UKM yang hebat, kemana mana bawa catatan dan HPnya selau aktif, potret sana potret sini, sering selfi juga, dengan pak Camat dengan bu Camat dengan Kapolsek, Danramil dan tentu saja dengan para kader kesehatan serta masyarakat luas Lalu mulai berbincang bincang melakukan lobbying acara kegiatan yang akan dilakukan. Semua orang kenal dia dan rupanya bangga sekali denga kehadirannya. Luar biasa. Luar biasa. Say mengeleng gelengkan kepala. Pantas Puskesmasnya begitu harum namanya dimasyarakt Rupanya beliau ini yang menjadi andalannya. Banyak Ibu bidan desa yang begitu dipuja banyak orang karena rajn membanu dan melakukan egiatan kelurahan. Sekarang ditambah rajin selfi. Wajahnya jadi semakin bersinar karena bahagia. Indonesia sehat, ternyata belaiu beliaulah yang mewujutkannya. Dokumentasi tidak menjadikannya kendala sama sekali. Rupanya tertular kebiasaan di PKK yang dokumentasinya sangat rapi, juga para kader yang bekerja tanpa pamih, tanpa gaji, tanpa insentif, tanpa honor, tanpa tunjanga, tetapi tdak pernah terlambat melakukan kegiatan Posyandu. Tugas Kepala Puskesmas dan PJ UKM, PJ UKP, PJ Admen dan Ketua Mutu untuk mengontrol semua anak buahnya, apakah dokumen yang diperlukan hari itu sudah selesai dikompilasi hari itu juga ? Disalah satu Puskesmas, ada yang karyawannya sampai 62 orang, Pasien sehari hanya 5-10 orang. Ternyata kegiatan UKM yang dilapangan idak ada dokumennya. Kita tidak tahu apakah dikerjakan atau tidak. Katanya : tidak ada waktu karena sibuk . Apa yang disibukkan 62 orang mengurusi 5-10 orang pasien sehari , sampai sampai dokumennya kosong sama sekali ? bukankan Pemerintah menggaji 62 orang kali rata rata Rp 3 juta , perbulan = Rp 186 juta Ditambah dana kegiatan, renvasi dan pembangunan dll dll dll ? Tapi itu ceritera dulu , ketika Akreditasi belum dikenal. Sekarang berobah 180 derajat. Betul. Saya sangat bergembira setelah akreditasi banyak yang menyapaikan , kinerja Puskesmas sudah berobah menjadi lebih baik. Karena bisa bekerja efektif , efisien. Karena SOPnya ditaati. Datang jam 7.00 ditepati. Rapat jam 09.00 mulai ditepati, Undangan, daftar hadir, notulen, foto dibuat saat itu juga. Jadi kerja lebih ceppat, lebih nyaman dan lebih punya waktu untuk keluarga karena tidak lembur. Kus Sularso, Banyumanik 29 Mei 2018. ( Mari mulai berlatih diri menulis dan membuat foto kegiatan. Kalau belum , dengan mengikui proses akreditasi dengan baik dan benar, perlahan lahan kegiatan kita akan terstruktur dan terencana dengan dokumentasi yang baik, teatur dan terstruktur/systematis. Kalau melihat postingan saya , biasanya pagi hari karena saya tulis mulai jam 02.00 malam. Kaang kita perlu merenung. Mengapa Allah menganjurkan kita banyak bersyukur , bukan banyak mengeuh. Tetap semangat. Sukses. )
@@@ Belajar Akreditasi Lintas sektor Afdadela Vinci dok bgm tips n trik utk mengajak peran serta linsek dlm perbaikan kinerja? Untuk mengajak peran serta lintas sector dalam perbaikan kinerja gunakan pendekatan : PEMBERDAYAAN. Jika pemberdayaan masyarakat : dilakukan ditingkat akar rumput, baik ditingkat desa maupun RT/RW, maka pemberdayaan Lintas Sektor dilakukan ditingkat Kecamatan . Ada tiga kunci pemberdayaan , yaitu : tahu, mau dan mampu. Sesudah itu diberi perekalan/logistik, diberi kesempatan, dan diberi kekuasaan. Semua itu sudh tercakup dalam
Instrumen Akreditasi jika kita jeli dan kita tekun mencarinya. Itu bisa dilihat dalam ep yang terlampir dalam gambar. Akhir dari pemberdayaan adalah kepesertaan mereka untuk berperan serta dalam perbaikan kinerja itu. Kinerja menuju Kecamatan Sehat. Berperan serta itu tidak hanya setiap kali hadir setiap kali diundang, tetapi secara bertahap naik kelas :dengan memberi sran, ikut dalam perencanaan, lalu ikut dalam perbaikan kinerja itu dalam bentuk Tindak Lanjut perbaikan, Itu ada di ep yang terlampir dalam gambar. Mengapa mereka tidak mau membantu ?: 1) Jangan jangan karena mereka tidak tahu masalah kesehatan diwilayahnya. 2) Jangan jangan karena mereka tidak tahu peran mereka dalam peningakatan kesehatan masyarakat. 3) Jangan jangan karena mereka tidak tahu visi kesehatan masyarakat Kecamatan mereka. 4) Jangan jangan karena mereka tidak berminat membantu mewujutkan Kecamatan Sehat. 5) Jangan jangan karena mereka tidak tahu cara berpartisipasi dalam mewujutkan Kecamatan Sehat. 6) Jangan jangan mereka tidak tahu mreka tidak tahu program program kerja Puskesmas menuju Kecamatan Sehat. 7) Jangan jangan mereka tidak tahu apa maksud menanda tangani komitmen berperan serta. 8) Jangan jangan mereka tidak tahu konsekwensi menanda tangani komitmen itu 9) Dstnya dan seterusnya yang bermuara di : Pemberdayaan : tahu, mau dan mampu. 10) Dalam bahasa iilmiahnya: KAP: knowledge , attitude, practice : mempunyai pengetahuan tentang Kecamatan Sehat dan program programnya, Sikap yang mendukung Kecamaatan Sehat , sikap setuju itu lalu dipraktekkn menjadi tindakan, dalam hal ini perbaikan kinerja menuju Kecamatan Sehat. Semua itu bisa dipahami kalau kita mendalami Instrumen Akreditasi FKTP: karena semua sudah tertulis dengan baik dan sistematis. ( yang tertuang dalam BAB IV,V,VI lebih sistematis ; karena memang pemberdayaan itu merupakan bagian dari kerja UKM ). Menjawab kiat untuk menumbuhkan partisipasi dan peran serta lintas sector dengan misalnya: 1) Kepala Puskesmas bersama PJ Admen, UKP, UKM dan Ketua Mutu beraudiensi dengan Bapak/Ibu Camat, Kepala Polsek, Danramil dll untuk memperkenalkan diri dan bersilaturahmi. Tak kenal maka tak sayang . Bukan hanya memperkenalkan orang orangnya Puskesmas tetapi juga program program Puskesmas. Istilah saya : jangan sibuk dirumah sendiri. Mulailah keluar mempromosikan Puskesmas dan program prohgramnya. 2) Berpartisipasi dalam Hari Bayangkara, Hari Ulang Tahun Abri dan Hari Ulang Tahun Kota setempat, atau kegiatan lintas sector yang lain. Sehingga kalau kita aktif dikegiatan mereka, maka mereka juga akan dengan senang hati berpartisipasi dalam kegiatan dan program kita. 3) Kehadiran saja tidak cukup, maka mintalah mereka mengeluarkan pendapat, saran saran, nasehat, masukan, mungkin juga kritikan. Pancing mereka mengeluarkan isi hati, agar mereka merasa nyaman dengan Puskesmas, apa yang haus dilakukan Puskesmas denagn program programnya. 4) Ajak mereka hadir dalam kegiatan kegiatan kita dalam menindak lanjuti setiap kita mengatasi permasalah dalam rangka mewujutkan hara;an dan kebutuhan masyarakat akan kesehatn. Kalau perlu telpon atau WA Bapak VCamat dan Lintas Sektor lain untuk mengingatkan bahwa besok ada kegiatan dan Puskesmas sangat mengharapkan kehadirannya. 5) Mereka akan hadir dan hadir lagi jika kegiatan yang kita lakukan memberi ruang kepada mereka untuk berpartisipasi. Kita sambut mereka dengan baik, karena itu kita harus hadir sebelum mereka datang. Yang selalu mengganggu saya adalah apabila kunjungan ke posyandu atau UKBM, lintas sector atau masyarakat sudah datang dan menunggu lama. 6) Susana konflik tidak bagus untuk kerjasama lintas sektoral, karena itu asah kemapuan berkomunikasi karyawan, latih bagaiamana berbicara santun dan bagaimana mendengarkan dengan baik dan efektif. Budayan memberikan respek satu dengan yang lain. Kesediaan membantu kapanpun kepada lintas sector akan disambut dengan bantuan yang sepadan. 7) Jalin hubungan pribadi untuk kebaikan hubngan jejaring. Banyak cara bisa dilakukan oleh lintas sector untuk merongrong program Puskesmas jika ada konflik atau ada hubungan pribadi yang tidak diselesaikan dengan baik. Marilah kita lihat ep yang berkaian dengan oertayaan ini : 4,2,2 Informasi kegiatan agar kegiatan Puskesmas diketahui masyarakat.Pemberdayaan :
5.1.3.Lintas sector agar mengetahu program Puskesmas. 5..4.1. Apa saja peran Lintas Sektor. 6.1.3 bagaimana Lintas sector berperanan. Kus Sularso, Banyumanik 28 Mei 2018. ( Kegiatan Pskesmas itu : ada ditingkat masyarakat ( didesa, RT,RW atau di Sasaran : SD, SMP, LSM, Kelompok haji dll ) atau ditingkat Puskesmas/Kecamatan : seperti Pertemuan Lintas Sektor dan Pertemuan Lintas Program. ) Karena itu Pemberdayaan juga berlaku Pemberdayaan Masyarakat, dan Pemberdayaan Lintas Sektor. Kemampuan komunikasi untuk menjalin hubungan pribadi dan organisasi dengan Lintas S ektor sangat penting, begitu juga kepedulian serta perhatian kita kepada mereka secara individu maupun organisasi. Tidak ada organisasi yang telah begitu berhasil membangun komunikasi dan koordinasidi tingkat Kecamatan seperti Puskesmas. Peran Puskesmas dalam kehidupan masyarakat serta kehidupan kelembagaan ditingkat Kccamatan sangat diharapkan dan sekaligus dihargai. Saluut dengan Kepala Puskesmas dan seluruh jajarannnya yang begitu pro-aktif dan begitu bersemangat menggerakkan pemberdayaan ditinkat masyarakat, begitu juga ditingkat kelembagaan. Kalau ada yang masih sedikit bingung wajar saja karena perpiindahan tenaga di puskesmas begitu cepat begitu pula kemajuan program yang luar bisa. Rasanya sepi Kecamatan yang tidak punya Puskesmas. Betul ! )
@@@
Belajar Akreditasi Audit managemen Admen Sri Wahyuni • 17 teman yang sama Masih belum dapet ide mulai dari mana meng audit admen pak dok
1. Seandainya saya sebagai PJ Admen Puskesmas, saya menginginkan penampilan Puskesmas , seperti hotel bintang lima. Karena itu Tata Graha akan saya perbaiki pertama kali. Karena
penampilan Puskesmas merupakan citra Puskesmas. 2. Saya akan mulai sebagaimana semua pelanggan datang ke Puskesmas . Pertanyaan demi pertanyaan akan muncul dengan sendirinya, karena saya sudah memiliki mata UKM yang terasah selama puluhan tahun. “ Sudut pandang UKM” sudah melekat dalam jiwa , saya kira begitu pula para PJ UKP, PJ UKM, PJ Admen di Puskesmas setelah Akreditasi ini. 3. Semua anak buah saya saya minta besok pagi siap menyambut saya dating jam 6.00 pagi untuk control mulai depan. 4. Mengapa cat pagar sudah banyak rontok ? 5. Mengapa ada genteng yang mau jatuh dan terlihat ada dua ang sudah pecah ? 6. Mengapa banyak lobang dihalaman ? 7. Mengapa tak ada tempat sampah dekat pintu gerbang ? 8. Mengapa tak saya lihat tukang sapu bekerja ? 9. Mengapa terlalu banyak poster bergantungan didepan. Yang satu itu rasanya sudah terpasang lebih setahun bukan ? 10. Mengapa lampu luar gedung, belum dipadamkan, apalagi yang dipojok itu sudah seminngu menyala terus. ini kan sudah terang benderang ? 11. Mengapa tak ada kursi roda dekat pintu masuk ? 12. Mengapa hand rail dekat pintu masuk dipakai jemur keset. Terlalu itu benar kan ? 13. Mengapa ada yang parker menghalangi jalan ambulance ? Gak boleh itu. 14. Mengapa tak ada keset terpasang , malah di taruh hand rail. Dijemur ya. Jangan disitu , itu kan pegangan tangan orang yang datang. 15. Mengapa penjaga loketnya gak senyum sih ? 16. Mengapa masih ada pasien yang meludah sembarangan ? Penyuluhan dan posternya sudah hilang barangkali ya. 17. Dimana botol handscrub kok gak ada ? 18. Itu kamar kecil , kertas control kebersihan kemana ? 19. Mengapa pintunya masih menghadap kedalam. Panggil tukang nanti ya. Besok hars sudah jadi pintu kamar kecil harus menghadap keluar. Juga itu pegangan tangan dekat closet cepat dipasang !. 20. Ini ada kotak saran tapi gak ada kertasnya, gimana pengunjung mau memberi masukan, Ballpoint juga gak ada ya ?. 21. Coba kamu naik tangga. Rasanya itu lebih dari 20 cm tingginya ya. Wah kacau ini. 22. Gimana ini sampah medis dan sampah dapur serta sampah umum campur aduk begini ? 23. Dstnya dan seterusnya. 24. Hari sudah siang. Besok kita lanjutkan. 25. Kus Sularso, Banyumanik 27 Mei 2018. ( Pertanyaan itulah yang selalu muncul dikepala saya ketika mengawali survey Akreditasi. Tarian yang bagus dan sambutan yang meriah tak akan menggoyahkan iman saya untuk mulai memotret yang bagus dan yang buruk . Pertanyaan pertanyaan diatas mana yang sudah terjawab mana yang belum. Tetapi Puskesmas yang saya datangi sudah hafal, mereka selalu tahu melalui FB apa yang biasa lakukan , jadi sudah mempersiapkan diri dengan sebaik baiknya. Semua kelihatan rapi dan teratur. Sehingga dalam foto yang selalu saya ambil: hasilnya bagus bagus, Puskesmas yang super bersih, super kinclong dan super rapi. Moga moga begitulah seterusnya. Biasanya ada ratusan foto yang saya ambil. Dan itu akan muncul dalam presentasi saat klarifikasi. Bagi yang masih kurang puas , akan saya tampilkan juga temuan selama perjalanan dan selama kunjungan lapangan. Maklum saat wawancara dengan lintas sektor, termasuk pak Camat dan bu camat , tak sempat menayangkan foto foto. Bukankah hampir semua Puskesmas mempunyai Visi : Kecamatan SEHAT ? jadi Tata wilayahnya harus diperhatikan. Bukankah ada yang disebut hygiene perseorangan dan hygiene lingkungan. Ada yang disebut Pemeriksaan tempat tempat umum ? Ada grading rumah makan dan restoran dll dll. Puskesmas adalah teladan untuk itu semua. Jangan sampai ada yang bicara : Lihat dong wajah sendiri gak usah ngatur ngatur orang lain . Nah lo . Gimana tuh ! Saya senang dengan PJ Admen yang kadang berlagak seperti Manager hotel, yang memamerkan Puskesmanya yang luar biasa bersih, luar biasa rapih dan luar biasa ramah pengunjung. Seakan akan semuanya itu hasil kerjanya sendiri. Kepala Puskesmas tak diliriknya .
he he he. Saya acungin jempol untuk Puskesmas hebat sekarang ini. Puskesmas saya dulu juga tak hebat hebat amat kok. He he he. Tetap semangat. Sukses. )
@@@
Belajar Akreditasi Tim Audit Internal Puskesmas. Lili Andriyani : Pagi pak Kus Sularso mohon pencerahan mengenai Team audit internal dn cara kerjanya pak . Trimakasih. Juga: Lestari Setiabudi dan Apri Kusuma Pertama kali kita harus faham : Apa pengertian Audit itu ? 1. Secara definisi bunyinya seperti ini : Audit merupakan kegiatan mengumpulkan informasi faktual dan signifikan melalui interaksi secara sistematis (pemeriksaan, pengukuran dan penilaian yang berujung pada penarikan kesimpulan), objektif dan terdokumentasi yang berorientasi pada azas penggalian nilai atau manfaat dengan cara membandingkan antar standar yang telah disepakati bersama dengan apa yang dilaksanakan/diterapkan di lapangan. 2. Dalam bahasa saya Audit Internal Puskesmas adalah : Monitoring evaluasi pelaksanaan kegiatan Puskesmas ( Admen, UKP, UKM ) dengan membandingkan kesesuainnya dengan standar. 3. Cara pelaksanaannya dalam praktek Audit adalah dengan : mengumpulkan informasi faktual dan signifikan melalui interaksi secara sistematis (pemeriksaan, pengukuran dan penilaian yang berujung pada penarikan kesimpulan), objektif dan terdokumentasi yang berorientasi pada azas penggalian nilai atau manfaat 4. Biasanya yang melaksanakan audit internal Puskesmas bukan satu orang tetapi beberapa orang yang berbentuk tim. Tim audit internal Puskesmas adalah tim yang dibentuk oleh Kepala Puskesmas/ FKTP untuk melaksanakan Audit di Puskesmas itu dengan mengacu pada standar kinerja dan standar akreditasi yang berlaku. Apa pengertian Audit Internal Manajemen Peningkatan kinerja, peningkatan Mutu dan peningatan keselamatan pasien/sasaran Puskesmas itu ? 1. Disebut Audit Internal karena : Auditornya berasal dari tenaga Puskesmas sendiri. Disamping itu ada Audit eksternal yang berasal dari lembaga lain. 2. Audit Internal bersama audit eksternal dilakukan agar peningakatn kinerja, peningkatan mutu dan peningakatan keselamatan pasien/sasaran di Puskesmas berjalan secara konsisten dan berkelanjutan. Sehingga perlu dim nitor dan dievaluasi. Apakah ada jenis Audit internal selain manajerial ? 1. Berdasarkan ruang lingkup maka audit internal Puskesmas dapat terdiri dari audit manajerial, audit keuangan dan audit klinik. 2. Sebagai perbandingan di Indonesia audit internal untuk rumah-sakit telah dilakukan dalam berbagai bentuk, antara lain: Audit medik dan keperawatan oleh tim audit klinik, Audit manajemen mutu oleh internal audit, audit keuangan oleh tim SPI (satuan pengawas internal), konferensi kematian dan konferensi kasus ( M&M conference ) oleh komite medik, Audit kelengkapan rekam medik oleh Bagian Rekam Medik, Audit kepatuhan penggunaan antibiotik oleh Sub- komite farmasi, Audit pelaksanaan program infeksi nosokomial oleh tim infeksi nosokomial, Audit kepuasan pasien dengan survey kepuasan, dan sebagainya. Apa tujuan Pembentukan tim Audit Internal Puskesmas : 1. Untuk menilai kinerja pelayanan di Puskesmas dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. 2. Untuk identifikasi masalah : baik kinerja , mutu maupun keselamaan pasien/sasaran. ( masalah: adanya kesenjangan kinerja , kesenjangan mutu dan keselamatan pasien/sasaran ) untuk perbaikan dan penyempurnaan sistem pelayanan maupun system manajemen. 3. Sebagai instrumen bagi manajemen untuk membantu mencapai visi, misi dan tujuan Puskesmas dengan melakukan evaluasi ( untuk mendapatkan data dan informasi faktual dan signifikan berupa data, hasil analisa, penilaian, rekomendasi auditor sebagai dasar pengambilan keputusan, pengendalian manajemen, perbaikan dan atau perubahan. ). Apa manfaat adanya Audit Internal Puskesmas ? Dengan dilakukannya Audit Internal Puskesmas ( akan mengidentifikasi dan menemukan masalah ) sehingga bisa dilakuukan Tindak Lanjut : berupa Pengambilan keputusan untuk perbaikan manajemen dan pelaksanaan kegiatan dan pelayanan sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas fungsi Puskesmas.
Apa Essensi Audit Internal Puskesmas ? Untuk mencapai tujuan dan memperoleh manfaat tersebut, maka audit internal Puskesmas perlu dilaksanakan dengan pendekatan beberapa prinsip diantaranya : 1. Proses interaktif. ( Ada komunikasi dan dialoque antara auditor internal dan auditee = yg diaudit ) 2. Kegiatan Audit internal Puskesmas dilakukan secara sistematis, yaitu melalui perencanaan, dikoordinasikan, dilaksanakan dan dikendalikan secara Efisien. 3. Dilakukan dengan azas manfaat. ( Audit Internal Puskesmas membutuhkan waktu, ketekunan, tenaga dan juga dana : semuanya perlu diertanggung jawabkan efektifitas dan efisiensinya. Kaau meniru Pokja Pokja yang telah lalu yang berhenti dengan terbentuknya Pokja: maka azas manfaat tidak terwujut , begitu pula Audit Internal Puskesmas. ) 4. Dilakukan secara objektif . Walaupun dilakukan oleh “ teman sendiri tetapi dilaksanakan dengan sungguh sungguh tanpa ikut campur masalah emosinal, perasaan pribadi seperti sungkan, dendam dll , betul betul “ apa adanya .” 5. Berpijak pada fakta dan kebenaran. Berarti sesuai dengan temuan: ada bukti, ada saksi melaui wawancara dll. Tidak berdasar asumsi atau kira kira atau “ barangkali “ . 6. Melibatkan proses analisis/evaluasi/penilaian/pengujian. ( Analisis berarti diuayakan menemukan penyebab masalah, ) ( Dilakukan evaluasi : berarti penilaian setelah data data terkumpul ) ( Dilakukan pengujian : artinya tidak cukup dengan kata kata tetapi berdasar bukti / dokumen dan hasil telusur ). 7. Bermuara pada pengambilan keputusan. ( Hasil Audit Internal Puskesmas perlu dirapatkan dalam Rapat Tinjauan Management : dan diambil Keputusan apa Tindak Lanjut yang akan dilakukan ). 8. Dilaksanakan berdasar azas/standar/kriteria tertentu. ( Agar obeyektif , maka diperlukan standard an kriteria tertentu sehingga siapapun yang menjadi Auditor akan menghasilkan keluaran yang relative sama. ) 9. Merupakan kegiatan berulang. ( Audit internal Puskesmas perlu dilakukan, sebagaimana PDCA,) 10. Menghasilkan laporan. ( Audit Internal Puskesmas harus ada hasilnya berupa Laporan kepada Kepala Puskesmas, Laporan ini bersama kesaksian dan penjelasan Auditor saat Rapat Tinjauan Manajemen . dan masukan lain menjadi bahan Kepala Puskesmas untk pengambilan Keputusan. ) Kus Sularso , Banyumanik , 26 Mei 2018. ( Selama survey , pertanyaan tentang Audit Internal Puskesmas , paling banyak ditanyakan disamping Rapat Tinjauan Management Puskesmas dan Pembentukan Tim mutu Puskesmas. Yang perlu dipahami adalah . Ketiga kegiatan itu merupakan perangkat Puskesmas untuk menjalankan Peningkatan Mutu, Peningkatan Kinerja dan Keselamatan pasien/ sasaran Puskesmas. Perlu dipahami bahwa Tugas Puskesmas adalah menyelesaikan masalah kesehatan masyarakat dan individu diwilayah kerjanya. Sehingga kegiatan : Identifikasi masalah , Identifikasi kebutuhan dan harapan masyarakat, monitoring kegiatan, evaluasi kegiatan/kinerja : semuanya keluarannya masalah ( adanya kesenjangan – dengan perencanaan maupun standard an target - , untuk dibuat Rencana Tindak Lanjut, lalu dilaksanakan Tindak lanjut dan dilakukan Evaluasi , kelihatannya rumit tetpi sebenarnya sederhana jika dipahami satu satu. )
@@@
Belajar Akreditasi Komitmen Peningkatan Mutu Seorang teman di FB bertanya : Pak kus...apakah reakreditsi msij bisa berjlm jika ternyata ssdh penilaian pertma ternyata pusk tdk berkomitmen mjlnkan ssdh itu?
Saya merasakan hal itu terjadi dibanyak tempat. Walaupun secara samar, atau kadang tak terucapkan. Pertayaan itu idak seharusnya disampaikan kepada Surveior, tetapi kepada atasan, teman sekerja dan lintas sector yang selama ini mendukung. Bukankah dalam Akreditasi itu kita belajar berorganisasi ? 1) Ada strukturnya. 2) Ada penugasannya . 3) Ada uraian rugas dan wewenang serta tnggung jawabnya. 4) Ada kewajiban meningkatkan mutu kinerja dan keselamatan pasien. Kalau dalam Akreditas tertulis komitmen , itu bukan komitmen kepada surveyor, tetapi kmitmen kepada tugas. Masuk organisasi itu pilihan kita waktu mendaftar jadi ASN/PNS, ada janji , ada sumpah. Sebagaimana Presiden mengkampanyekan untuk dipilih oleh rakyat dengan janji janji kepada rakyat juga. Bagaimana PNS/ASN melamar jadi pegawai dengan sumpah dan janji janji. Tentu tidak elok jika melanggar janji. Karena Puskesmas mempunyai atasan, Sebaiknya pertanyaan itu disampaikan kepada atasan Puskesmas. Bertanyalah kepada beliau pertanyaan itu. “ Bolehkah kami tidak usah bekerja saja. Tak usah meningkatkan mutu, tidak usah meningkakan kinerja , tidak usah meningkatkan keselamatan pasien ? Apakah Bapak Camat setuju dan mengijinkan ? Apakah Bapak/Ibu Kepala Dinas setuju dan mengijinkan, Apakah Bapak/Ibu Bupati/Walikota setuju dan mengijinkan ? Terlebh lagi apakah rakyat, apakah masyarakat setuju ? Jangan lupa PNS digaji salah satunya dari pajak yang dipungut dari rakyat. Marilah kita lihat dalam Akreditasi , apa yang tertulis: 6.1.1.1. Ada komitmen Kepala Puskesmas, Penanggung jawab UKM Puskesmas dan Pelaksana untuk meningkatkan kinerja pengelolaan dan pelaksanaan kegiatan UKM Puskesmas secara berkesinambungan. 6.1.1.2. Kepala Puskesmas menetapkan kebijakan peningkatan kinerja dalam pengelolaan dan pelaksanaan UKM Puskesmas. 6.1.1.3. Kepala Puskesmas menetapkan tata nilai dalam pengelolaan dan pelaksanaan kegiatan. 6.1.1.4. Penanggung jawab UKM Puskesmas dan Pelaksana memahami upaya perbaikan kinerja dan tata nilai yang berlaku dalam pelaksanaan kegiatan UKM Puskesmas. 6.1.1.5. Penanggung jawab UKM Puskesmas menyusun rencana perbaikan kinerja yang merupakan bagian terintegrasi dari perencanaan mutu Puskesmas. 6.1.1.6. Penanggung jawab UKM Puskesmas memberikan peluang inovasi kepada pelaksana, lintas program, dan lintas sektor terkait untuk perbaikan kinerja pengelolaan dan pelaksanaan UKM Puskesmas. 6.1.2.3. Penanggung jawab UKM Puskesmas dan Pelaksana menunjukkan komitmen untuk meningkatkan kinerja secara berkesinambungan. 6.1.2.4. Penanggung jawab UKM Puskesmas bersama dengan Pelaksana menyusun rencana perbaikan kinerja berdasarkan hasil monitoring dan penilaian kinerja. 6.1.2.5. Penanggung jawab UKM Puskesmas bersama dengan pelaksana melakukan perbaikan kinerja secara berkesinambungan. 6.1.4.3. Ada keterlibatan tokoh masyarakat, lembaga swadaya masyarakat dan/atau sasaran dalam perencanaan perbaikan kinerja. 6.1.4.4. Ada keterlibatan tokoh masyarakat, lembaga swadaya masyarakat dan/atau sasaran dalam pelaksanaan kegiatan perbaikan kinerja. Tapi keadaan sebaliknya banyak saya lihat. PJ UKM nya begitu semangat ingin bekerja, tetapi meja dan kursi PJ UKM tidak disediakan ? Eksistensi PJ UKM jadi kabur, apalagi kalau dilihat dalam uraian tugas-nya. Saya lihat dengan adanya Akreditasi keadaan berubah 180 derajat. Sekarang kealtifan Puskesmas luar biasa, baik Kepala Puskesmas, PJ Admen, UKp dan UKM serta team mutu. Rasanya belum pernah terjadi revolusi mental begitu hebat di Puskesmas seperti sekarang ini. Marilah kita saling menyemangati. Kalau masih ada yang ngantuk, wajar mungkin telmi- Telat Mikir. Tapi itulah namanya dinamika kehidupan.
Taka da yang mengundurkan diri gara gara Akreditasi bukan ? Berarti semua komitmen untuk ikut proses Akreditasi sampai tuntas. Tetap semangat. Sampai PARIPURNA. Kus Sularso, Banyumanik, 26 Mei 2018. ( Semangat kadang turun, kadang naik. Itu wajar, tetapi kalau turun terus, dan tidak ada kemajuan berarti kepatuhan dan konsistensi kepada standar dipertanyakan. Mungkin perlu juga ya mengucapkan janji lagi. Lintas sector saja kita minta peran sertanya membantu peningkatan kinerja dan mutu serta keselamatan pasien kita. Jadi pantang buat kita untuk tidak mengawali dan menuntaskan tugas mulia ini. Tetap semangat. Indonesia sehat didepan mata. Semoga sejarah mencatat kita para pekerja keras di Puskesmas sebagai pahlawan Indonesia Sehat. Amin. )
@@@
Belajar Akreditasi Pelayanan ditempat. One stop service. Indonesia memiliki penderita TB Paru terbanyak kedua didunia setelah India. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2014, kasus TB di Indonesia mencapai 1.000.000 kasus dan jumlah kematian akibat TB diperkirakan 110.000 kasus setiap tahunnya . Jika satu sekolah muridnya ada : 30 orang, maka itu setara dengan : 30.000 kelas berisi penderita Tb paru semua. , Yang meninggal akibat TB: setara dengan 3.000 kelas setiap tahun. Dari setiap penderita TB Paru : akan menularkan 1 sampaii 10 orang setiap tahunnya. Yang sudah teridentifikasi oleh petugas kesehatan berjumlah : 324.000 penderita Tb Paru th: 2015. Lalu tanpa upaya pencegahan yang memadai : akan menjadi berapa juta penderta ditahun 2050 yang telah dicanangkan Indonesia akan menjadi zero kematian akibat Tb, zero penderita baru dll ? Entahlah.. Sekarang ini keadaannya sangat memprihatinkan : Jika seorang penderita TB Paru datang di Puskesmas, dia akan batuk batuk diruang tunggu bersama dengan pengunjung lain yang mungkin orang sehat , seperti ibu ibu yang akan memeriksa kehamilannya , atau anak anak yang akan meminta imunisasi. Masih pagi saat loketpun masih tutup. Ketika loket sudah mulai buka, sambil batuk batuk mengeluarkan kuman TBnya dia berjalan menuju loket pendaftaran: membahayakan penjaga loket dan orang orang sekitarnya. Sesudah itu dia akan duduk lagi sambil batuk batuk lagi, mengeluarkan kuman lagi kesekililingnya. Lumayan lama sebelum akhirnya dipanggil oleh petugas untuk masuk ruang periksa, Dia berjalan menuju ruang periksa sambil batuk batuk tiada henti hentinya. Kadang kadang ditutupinya mulutnya dengan tangannya, dan percikan ludah yang ada ditangannya sangat mengganggunya, sehingga diusapkannya itu dipegangan tangan dipinggir tembok sambil menuju ruang periksa membahayakan para pengunjung lain dengan kuman kumannya. Dokter menyuruhnya pergi kelaboratrium untuk mengambil dahaknya , karena akan diperiksa kumannya. Sambil masih terbatuk batuk, dia pergi berjalan melewati ruang tungggu yang penuh sesak menuju ruang laboratorium diujung gang. Tentu sambil batuk dan sekali kali telihat tangannya mengusap mulutnya yang kadang terlihat kemerahan karena batuknya rupanya ada juga percikan darahnya. Diruang laboratorium tenyata hanya diberi pot untuk mengambil dahak yang harus dilakukannya diluar gedung Puskesmas, yang agak jauh. Masih batuk ? Tentu saja , masih mengeluarkan kumannya dan membahayakan pengunjung lainnya ? Tentu. Tapi dia tidak tahu karena belum ada yang memberi tahu, bahwa seharusnya dia menutup mulutnya dengan sapu tangan kalau batuk. Kalau ada masker harusnya dia memakai masker sambil berjalan jalan berkeliling Puskesmas menuju satu ruangan ruangan yang lain. Tapi bukankah dengan memakai masker sama saja dengan memberitahukan kepada semua pengunjung bahwa dia berpenyakit TB Paru ? Penyakit yang katanya sangat berbahaya yang pengumumannya bisa dibaca juga di dinding ruang tunggu ? . Dia lebih senang maskernya dilipatnya dengan rapi dan dimasukkannya kekantong. Sayang masker bagus nanti kotor. . Selesai dari ruang pengambilan sputum dia kembali ke laboratorium, batuknya semakin menjadi jadi karena udara semakin siang semakin panas dan dia sudah mulai haus. Wajar bukan ? Tentu saja. Masih mengeuarkan kuman TB dan membuat udara pagi yang bersih menjadi tercemar kuman TB . Dia kembali duduk untuk menunggu hasil laboratorium. Masih batuk ? Tentu saja , sekarang riak
yang keluar kekuningan agak hijau. Tapi bagi dia itu biasa. Kalau mengotori tagan bisa dioleskan kebangku dan bersih sudah, menurut pikirannya. Dengan membawa hasil laboratorium dia disuruh ke dokter lagi diruang periksa, pasien sudah berganti ganti diruang tunggu, tetapi dia tidak bosan bosan batuk kearah mereka yang menunggu pemeriksaan. Apakah urusannya hari itu selesai? Belum. Dia harus ke apotik mengambil obat. Sambil batuk ? Tentu saja , dia kan sakit Tb Paru. Sesudah itu, rasanya tentu lega karena hari sudah siang dan urusannya bisa selesai. Kebeulan didepan ruangan itu ada mushola , dia bermaksud shalat Dhuhur sekalian. Dengan sanai bisa salat dengan tenang. Ketika sujud , dia mulai batuk. Ya ketika sujud biasanya batuk mulai lagi, mungkin karena dahaknya mmengalir kearah hidung, atau karena debu yang melekat di karpet cukup banyak/ Apakah bercak ludahnya akan menempel di karpet sajadah ? Penelitian menunjukkan , kalau jarak kuang dari 1 meter, bentuknya masih droplet. Sesudah itu sampai 3 meter benttuknya partikel. Bukankah kalau kita didepan orang yang batuk tanpa menutup mulut dengan jarak dibawah 1 m masih terasa dinginnya kena ludah ? Saya tidak ahu siapa yang akan salat berikutnya. Dan tenunya dia sujud ditempat pasien tadi memercikkan ludahnya. Ditempat sajadah yang sama ? Tentu saja. Mengapa tidak dilakukan pelayanan terpadu Tb paru. One stop service. Penderita batuk lebih 3 minggu yang dating ke Puskesmas datang ketempat yang digunakan untuk pengambilan sputum yang letaknya diluar gedung utama. Petugas kesehatannya yang datang memberikan pot sputum dan memeriksa laboratoriumnya. Dokternya yang akan datang dengan masker terpasang dan memeriksa nya diruang itu, dan kalau positif diberi penyuluhan dan dibekali masker dan di beri obat yang cukup. Pasien kalau perlu diberi minum disitu untuk bisa melakukan DOTS. Minum obat didepan petugas. Kita tentu harus tetap optimis bahwa kita bisa mengendalikan penularan TB paru, Pencegahan kita galakkan, resiko penularan kita kurangi menjadi minimal, pengobatan kita lakukan sesuai DOTS sampai tuntas. Setidaknya pasien batuk lebih 3 minggu yang datang ke Puskesmas, akan mendapat pelayanan rima dan tidak membahayakan yang lain. Tetap semangat . Bersama kita bisa menyelesaikan masalah ini. Percayalah. Bagian TATA GRAHA Puskesmas sudah bisa mulai bersiap siap mengatur penempatan ruangan untuk one stop service TB paru seperti ini. Dinas Kesehatan Kabupaen/Kota bisa membuat percontohannya , dan yang lain mengikuti. Bukankah ini juga suatu innovasi pelayanan publik ? . Kus Sularso, Banyumanik , 17 Mei 2018. ( Ilustrasi diatas mungkin berlebihan, atau mungkin kurang dramatis. Tetapi saya sudah lebih 20 tahun menjadi anggota PPTI ( Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosa Indonesia ) sudah memperhatikan ini sejak dahulu kala. Sudah waktunya kita bergerak. Saya sampaikan ini dimasjid masjid, tapi hanya beberapa masjid saja. Sayang sekali bukan ? . Kalau satu Puskesmas bekerja sama dan membina 1 masjid: akan ada 10.000 masjid yang dibina dan menjadi agen perubahan dalam pemberantasan TB. Seperti mimpi ya ? Ya memang. Kalau Kemenkes sibuk dengan TOSS-TB, temukan , obati sampai sembuh, kita yang bergerak dilapisan bawah perlu menambah dengan semboyan. Temukan TB dan lakukan pencegahan. Saling melengkapi bukan ? )
@@@
Novaga Yuri August 20 at 5:07am • Sragen Pak kus yang saya hormati. Ijin bertanya, apakah indikator mutu berbeda dengan indikator kinerja? Sepengetahuan saya hanya ada indikator mutu klinis untuk UKP mengacu pada permenkes nomor 129 tahun 2008 tentang standar pelayanan minimal rumah sakit. Mohon pencerahannya. Terima kasih Secara singkat: Indikator mutu klinis : adalah indikator yang mengarah kepuasan, standar, terhadap pelayanan dll . misalnya waktu tunggu di loket ; 3 menit; artinya jika lebih dari 3 menit tidak bermutu, tidak memuaskan pelanggan sedangkan
indikator kinerja adalah : target yang ditetapkan untuk pelaksana klinisnya; misalnya ; 100% pelaksana klinis wajib menepati waktu tunggu di loket 3 menit. Jika ada 3 petugas loket; seorang petugas selalu lebih dari 3 menit waktu tunggunya berarti hanya 2 orang dari 3 orang itu yang berkinerja mutuklinis baik. Hal ini bisalebih jelas dilihat dari penilaian kinerja Puskesmas ( PKP) . Tujuan Penilaian Kinerja adalah; 1. tercapainya peningkatan kinerja sdm Kesehatan di Puskesmas. 2. terwujutnya pengembangan karier bagi sumber daya manusia kesehatan di puskesmas. 3. Terwujutnya transparansi bagi pelaksanaan pemberian insentif bagi sumber daya manusia kesehatan di puskesmas. Yang mempunyai KINERJA itu tenaga kesehatan di puskesmas , itu yang dinilai. Peningkatan mutu kinis itu; kegiatannya menjadi bermutu karena ada standar dan pelayanannya mengikuti standar. kalau standarnya dipenuhi, ada komplien rate yang tinggi ( kepatuhan pada stadarnya tinggi ) maka pelayanan klinis puskesmas dianggap bermutu , dan pasien akan puas. Kalau kita baca selanjutnya dalam pengertian : yang ada dalam PKP: Penilaian kinerja adalah proses menilai hasil karya SDM dalam suatu organisasi melalui instrumen penilaian kinerja. Mari kita cermati: Elemen Penilaian KRITERIA 9.1.1. 1. Adanya peran aktif tenaga klinis dalam merencanakan dan mengevaluasi mutu layanan klinis dan upaya peningkatan keselamatan pasien. 2. Ditetapkan indikator dan standar mutu klinis untuk monitoring dan penilaian mutu klinis. 3. Dilakukan pengumpulan data, analisis, dan pelaporan mutu klinis dilakukan secara berkala. 4. Pimpinan Puskesmas bersama tenaga klinis melakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap hasil monitoring dan penilaian mutu klinis. 5. Dilakukan identifikasi dan dokumentasi terhadap Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Tidak Cedera (KTC), Kondisi Potensial Cedera (KPC), maupun Kejadian Nyaris Cedera (KNC). 6. Ditetapkan kebijakan dan prosedur penanganan KTD, KTC, KPC, KNC, dan risiko dalam pelayanan klinis. 7. Jika terjadi KTD, KTC, dan KNC dilakukan analisis dan tindak lanjut. 8. Risiko-risiko yang mungkin terjadi dalam pelayanan klinis diidentifikasi, dianalisis dan ditindaklanjuti. 9. Dilakukan analisis risiko dan upaya-upaya untuk meminimalkan risiko pelayanan klinis 10. Berdasarkan hasil analisis risiko, adanya kejadian KTD, KTC, KPC, dan KNC, upaya peningkatan keselamatan pasien direncanakan, dilaksanakan, dievaluasi, dan ditindaklanjuti 9.1. Perencanaan, monitoring, dan evaluasi mutu layanan klinis dan keselamatan menjadi tanggung jawab tenaga yang bekerja di pelayanan Kriteria: 9.1.1. Tenaga klinis berperan aktif dalam proses peningkatan mutu layanan klinis dan upaya keselamatan pasien Maksud dan Tujuan: • Upaya peningkatan mutu layanan klinis, dan keselamatan pasien menjadi tanggung jawab seluruh tenaga klinis yang memberikan asuhan • • Tenaga klinis adalah dokter, perawat, bidan dan tenaga kesehatan lain yang bertanggung jawab melaksanakan asuhan pasien. • Tenaga klinis wajib berperan aktif mulai dari identifikasi permasalahan mutu layanan klinis, melakukan analisis, menyusun rencana perbaikan, melaksanakan, dan menindaklanjuti. Identifikasi permasalahan mutu layanan klinis, potensi terjadinya risiko dilakukan dengan menggunakan indikator-indikator pelayanan klinis yang ditetapkan oleh Puskesmas dengan acuan yang jelas KRITERIA 9.3.2. 1. Ada penetapan target mutu layanan klinis dan keselamatan pasien yang akan dicapai 2. Target tersebut ditetapkan dengan mempertimbangkan pencapaian mutu klinis sebelumnya, pencapaian optimal pada sarana kesehatan yang serupa, dan sumber daya yang dimiliki 3. Proses penetapan target tersebut melibatkan tenaga profesi kesehatan yang terkait Kriteria : 9.3.2. Target mutu layanan klinis dan sasaran keselamatan pasien ditetapkan dengan tepat Maksud dan Tujuan:
• Untuk mengetahui nilai keberhasilan pencapaian mutu layanan klinis dan keselamatan pasien, maka perlu ditetapkan target (batasan) yang harus dicapai untuk tiap-tiap indikator yang dipilih dengan acuan yang jelas.
Kalau boleh saya lengkapiredaksionalnya menjadi ; 9.3.2.1. Ada penetapan target ( capaian kinerja ) mutu layanan klinis dan keselamatan pasien yang akan dicapai ( oleh tenaga klinis Puskesmas ). 9.3.2.2. Target ( capaian kinerja mutu layanan klinis ) tersebut ditetapkan dengan mempertimbangkan pencapaian mutu klinis sebelumnya, pencapaian optimal pada sarana kesehatan yang serupa, dan sumber daya yang dimiliki. 9.3.2.3. Proses penetapan target ( capaian kinerja mutu klinis ) tersebut melibatkan tenaga profesi kesehatan yang terkait. Kus Sularso, Banyumanik. 23 April 2018. ( Penjelasan ini bisa merujuk tujuan Akreditasi yang dijelaskan pada H-1 survey Akreditasi ) Sayang kegiatan H-1 , sekarang ini banyak yang direduksi. Yaitu : Tujuan Akreditasi itu ; pada prinsipnya ada 3: Peningkatan kinerja ( yg berhubungan dengan capaian target SPM. Peningkatan mutu ( yang berhubungan dengan kepuasan pelanggan –yang berkaitan dengan adanya stadar layanandan kepatuhan kepada standar.) Peningkatan keselamatan pasien/pelanggan ( yang berhubungan dengan faktor resiko dan minimalisasi kemungkinan terjadinya resiko dan akibat kejadian berisiko ). Perlu dibaca pelan – pelan, direnungkan dan didiskusikan dengan teman yang lain. Sulit memang tetapi bisa dilakukan. tetap semangat. semoga mencerahkan. Sukses selalu. Indonesia Sehat sudah didepan mata, mengapakita tidak segera ikut berpartisipasi mewujutkannya ? )
@@@
Belajar Akreditasi UKP dan UKM Denyut jantung dan Tarikan Nafas merupakan dua tanda vital bahwa seseorang masih hidup. Ini dua sisi mata yang yang selalu dilihat ketika kita enilai sebenarnya organisme ini bergerak atau sudah kolaps. 1. Apakah masih ada tarikan nafas : Yang menandakan oksigen ditarik kedalam paru paru dan di masukkan kedalam sel darah merah untuk dibagikan keseluruh tubuh. 2. Apakah masih ada denyut jantung: yang menandakan darah yang membawa oksigen iu didistribusikan keseluruh organ tubuh untuk bisa berfungsi. Begitu juga Puskesmas. Ada dua sisi mata uang yang menggerakkan Puskesmas. UKP dan UKM. 1. UKP mudah dilihat kehidupannya, ketika orang orang yang cemas dan kesakitan mengantri didepan loket untuk mendafatar dan akhirnya diperiksa , dan seterusnya mendapat pelyanan dan pulang dengan perasaan lega. 2. UKM lebih sulit dilihat karena bergerak kelapangan dimasyarakat, dalam bentuk kegiatan dilapangan. Poosyandu, Posbindu, Pos kesehatan Lansia dengan senam lansianya, PKD , Pos kesehatan desa, dan Polindes. Tetapi koordinasinya ada di Puskesmas. Terlihat jika pagi pagi ada briefing singkat oleh PJ UKM apa yang akan dilakukan masing masing bagian. Mungkin diawali dari apel pagi yang dilakkan oleh Kepala Puskesmas, yang melibatkan UKP dan UKM serta Admen yang menggawanginya. Ibarat kepolisian yang setiap pagi berkumpul sebentar untuk briefing lalu menyebar untuk menjalankan tugas lapangan. Selama berkeliling pelosok Indonesia melakukan Suvey Akreditasi Puskesmas, sangat terlihat banyak Puskesmas yang kebanyakan darinya dua tanda kehidupan itu sangat timpang. Tarikan nafas yang menandkan UKP berjalan sangat kelihatan, Dari pagi Puskesmas sudah sibut dengan pasien, dan hiruk pikuk itu ditambah dengan orang berjualan didepan Puskesmas dan lalu lalang penjemput dan pengantar. Tetapi denyut jantung UKM tidak terlihat, atau kelihatan hanya samar samar. Mirip orang shock, denyut nadi hampir tak terasa. Taka da rapat koordinasi, taka da briefing, tak ada pembahasan hasil kerja lapangan, tak ada kesibukan pembuatan laporan dsb-nya. Yang lebih mengejutkan , banyak Puskesmas . PJ UKM nya tidak eksis. Hanya ada di struktur
organisasi yang tertulis didinding tetapi tidak ada orang dan kegiatannya yang nyata. Keuka ditanyakan : PJ UKM nya sedang di UGD karena dia perawat, atau sedang di Perawatan, memeriksa ibu hamil karena dia bidan. Tak ada denyut jantung UKM karena PJ UKM nya juga ternyata tidak punya meja dan kursi. Kalau ditanya kan pada PJ UKM , ibu biasanya duduk dimana ? Dengan malu malu dia hanya tertunduk, karena memang Kepala Puskesmas tidak menyediakan meja dan kursi untuk PJ UKM. Akibatnya tidak ada briefing, rapat koordinasi, rapat pembahasan dan analisa data yang dikumpulkan dilapangan , apalagi monitoring dan evaluasi. Sebagai gambaran : untuk ditingkat Kabupaten/Kota , ini seperti Rumah Sakitnya sibuk Luar biasa tetapi Dinas Kesehatannya sepi tanpa suara. Keduanya menyatu di tingkat Kecamatan/bagian kecamatan di tingkat Puskesmas. Lalu bagaimana dengan UKM nya, apakah tidak ada kegiatan ? Tentu saja ada , dilakukan oleh pelaksana dan langsung semua berkas ditanda tangani Kepala Puskesmas. Sehingga saat penilaian Akreditasi PJ UK kebingungan karena tidak punya data satupun kegiatannya sebagai PJ UKM, melalukan fungsi management UKM ditingkat Puskesmas. Fungsi management, seperti rapat perencanaa, monitoring, evaluasi, pengarahan, pembinaan, dll , taka da dokumen pendukungnya, karena memang tidak dilakukan. Sehingga ketika disodorkan salah satu kriteria : sebagai contohnya dalam kriteria ; 5.4.2.tak ada bukti relevan yang bisa digunakan oleh PJ UKM untuk menunjukkan kegiatannya. . KRITERIA 5.4.2. 5.4.2.1. Kepala Puskesmas menetapkan kebijakan dan prosedur komunikasi dan koordinasi program. 5.4.2.2. Penanggung jawab UKM Puskesmas melakukan komunikasi kepada pelaksana, lintas program terkait, dan lintas sektor terkait. 5.4.2.3. Penanggung jawab UKM Puskesmas dan pelaksana melakukan koordinasi untuk tiap kegiatan dalam pelaksanaan UKM Puskesmas kepada lintas program terkait, lintas sektor terkait, dan sasaran. 5.4.2.4. Penanggung jawab UKM Puskesmas melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan koordinasi dalam pelaksanaan kegiatan. Tetapi keadaan segera berubah setelah Akreditasi berjalan. Suara PJ UKM di sosmed semakin ramai, semoga yang belum meramaikan segera meramaikannya. Yang tadinya PJ UKM belum memiliki meja dan kursi mulai mendapatkannya dan mulai melaksanakan kegiatan rutin sebagai PJ UKM, walaupun menurut Uraian tugas belum dilakukan penyesuaian. Kus Sularso, Banyumanik, 20 April 2018. ( Suatu kegembiraan dan kebahagiaan tersendiri ketika melihat perubahan besar pasca Akrediasi terjadi, dengan mulai berdenyutnya kegiatan UKM. Banyak Puskesmas telah mengoptimalkan kegiatan UKM dan PJ UKM nya, tetapi rasanya masih banyak lagi yang belum. Kita sabar menunggu, tetapi masyarakat dan pemerintah serta penyandang dana mungkin tidak sesabar itu. Marilah kita mulai berdenyut , marilah kita mulai bergerak. Tetap semangat , Sukses. Salam buat PJ UKM yang pasca Akreditasi mulai berkobar semangatnya. PIS PK ? – itu UKM banget. )
@@@
Belajar Akreditasi BAB IV: 4.1.1. Lina Ariyani • Berteman dengan Meri Susanti dan 2 lainnya, terimakasih penjelasannya, semakin membuat kami semangat untuk selalu belajar Wien Tutik: Slmt malam, dokter Kus. Statusnya selalu sgt membantu kami d Puskesmas, dok. Ditunggu kelanjutan pembahasan d bab IV nya, Dok .. Trm ksh byk, dokter Kus Mengapa Puskesmas berlelah lelah mencari apa kebutuhan masyarakat dan apa harapan masyarakat perihal Kesehatan mereka ? Para ahli kesehaan masyarakat bersepakat bahwa: Melakukan Identifikasi kebutuhan dan harapan masyarakat akan bermanfaat diantaranya:
1. Komunitas : Memperkuat kepesertaan komunitas dalam pembuatan keputusan. 2. Komunitas: Memperbaiki partisipasi masyarakat dalam perencanaan pelayanan dan program kesehatan yang dibuat Puskesmas. 3. Puskesmas: Memperbaiki kinerja tim dan kemitraan antara Puskesmas dengan masyarakat serta komponen masyarakat yang ada, 4. Puskesmas : Mengembangan profesionalitas dan pengalaman petugas Puskesmas dan Tokoh masyarakat yang terlibat. 5. Puskesmas dan komunitas: Meningkatkan saling pengertian tentang masalah kesehatan setempat. 6. Puskesmas: Memperbaiki perawatan pasen dan memperbaiki kesehatan masyarakat dalam komunitas. 7. Puskesmas: Memperbaiki komunikasi dengan instansi lain dan masyarakat luas. 8. Puskesmas dan Komunitas: Menunjukkan kepada masyarakat alasan mengapa sesuatu kegiatan dibuat. 9. Puskesmas dan Komunitas: Memanfaatkan dengan lebih baik semua suberdaya, sarana dan masyarakat. 10. Pemda dan Dinkes dan Puskesmas : Memiliki data tambahan yang bermanfaat bagi perencanaan kegiatan yang lebih baik. 11. Puskesmas : Mendorong berkembangnya program Perkesmas yang sering terabaikan. 12. Komunitas , Puskesmas, Pemda: menjadi semakin terbka untuk berdialoque dan berbagi pengalaman. Tentu masih ada kendala . Tetapi kalau proses Identifikasi kebutuhan dan Harapan masyarakat bisa berkesinambungan ini berkelanjutan , maka semakin lama akan semakin mendekati Tujuan : Indonesia Sehat. Jangan ragu: membangun dan mengembangkan Program di Puskesmas sudah sejalan dengan Nawacita Bapak Presiden : Membangun dari pinggiran dan dari perbatasan : bukankah Puskesmas itu : berada dipaling depan dan paling ujung serta dipaling pinggir dari Pelayanan dan Program Kesehatan ? Kus Sularso, Banyumanik , 22 April 2018. ( Semakin lama semakin terbuka fikiran banyak orang tentang bagaimana Puskesmas bisa melanjutkan kiprahnya dalam gempuran informasi sumbang yang berseliweran di media social. Bekerja lebih “ memasyarakat” dan benar benar menjadikan pelanggan/ sasaran : sebagai tujuan pelayanan prima. Ada 10.000 Puskesmas yang sekarang belajar dan meningkatkan diri menjadi lebih baik melalui proses Akreditasi. Dengan semakin meningkatnya kinerja, dan mutu serta keselamatan pasien di Puskesmas mematahkan anggapan bahwa Puskesmas sulit diajak maju. Dengarkan komenttar komentar dari pelaksana UKM di Puskesmas jaman NOW. Kita terkejut dan terkagum kagum dibuatnya. Sungguh. )
@@@ Belajar Akreditasi BAB IV Ratih Pury Assalamualaikum, maaf pak kus.. Saya bisa minta gambaran utk BAB IV dan Manajemen mutu di puskesmas? Kita mulai saja dari 4.1.1.1. Kalau kita baca : KRITERIA 4.1.1. 4.1.1.1. Dilakukan identifikasi kebutuhan dan harapan masyarakat, kelompok masyarakat, dan individu yang merupakan sasaran kegiatan. 4.1.1.2. Identifikasi kebutuhan dan harapan masyarakat, kelompok masyarakat, dan individu yang merupakan sasaran kegiatan dilengkapi dengan kerangka acuan, metode dan instrumen, cara analisis yang disusun oleh Penanggung jawab UKM Puskesmas. 4.1.1.3. Hasil identifikasi dicatat dan dianalisis sebagai masukan untuk penyusunan kegiatan. 4.1.1.4. Kegiatan-kegiatan tersebut ditetapkan oleh Kepala Puskesmas bersama dengan
Penanggung jawab UKM Puskesmas dengan mengacu pada pedoman dan hasil analisis kebutuhan dan harapan masyarakat, kelompok masyarakat, dan individu sebagai sasaran kegiatan UKM. 4.1.1.5. Kegiatan-kegiatan tersebut dikomunikasikan kepada masyarakat, kelompok masyarakat, maupun individu yang menjadi sasaran. 6. Kegiatan-kegiatan tersebut dikomunikasikan dan dikoordinasikan kepada lintas program dan lintas sektor terkait sesuai dengan pedoman pelaksanaan kegiatan UKM 7. Kegiatan-kegiatan tersebut disusun dalam rencana kegiatan untuk tiap UKM Puskesmas. Identifikasi kebutuhan dan harapan masyarakat , sudah diperkenalkan sejak Puskesmas mulai operasioanl . 1. Hal ini berawal dari kerisauan karena banyaknya program kesehatan masyarakat yang tidak didukung masyarakat karena tidak sesuai keinginannya. ( community health need ) 2. Sedangkan keinginan masyarakat perlu perlu disaring: mana yang betul betul untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat diwilayah itu , atau hanya keinginan yang sifatnya personal dan tidak menyentuh kebutuhan masyarakat untuk hidup sehat. ( felt community health need ). 3. Karena itu dilakukan : Community Need Assessment: Pencarian kebutuhan masyarakat akan kesehatan . Communiy need assessment bisa dilakukan dengan berbagai cara : melalui survei, kotak saran, maupun temu muka dengan tokoh masyarakat. 4. Hal ini dilakukan dengan terencana , bukan sambil lalu, maka dibuatkan SK Kepala Puskesmas , dan dibuatkan KAK, metode identifikasi kebutuhan dan harapan masyarakat , dilengkapi dengan insrumen dan cara analisis. 5. Jangan lupa : kotak saran dan survey bukan hanya di Puskesmas, tetapi juga di Posyandu, Posbindu, di Puksemas Pembantu, di Pos Kesehatan Desa. 6. Jangan lupa : temu muka dengan masyarakat, baik dalam bentuk audiensi dan pertemun dengan pak Camat atau Kepala Desa, Ketua RW, ketua RT serta Tokoh agama dan LSM: Jika mau lebih canggih bisa dengan Fokus Group Diskusi. 7. Kalau masih belum jelas tentang Identifikasi Kbutuhan dan Harapan masyarakat , perlu dibaca standar , kriteria, dan pokok pikirannya. 8. Janan upa pula bahwa tugas kita adalah menyelesaikan masalah: jadi perlu ada perumusan identifikasi kebutuhan dan harapan masyarakat itu dlam rangka menyelesaikan permasalahan kesehatan di wilyah Puskesmas. 9. Pernyataan standarnya : 4.1. Kebutuhan akan Upaya Kesehatan Masyarakat dianalisis. Penanggung jawab UKM Puskesmas mengidentifikasi kegiatan-kegiatan upaya tersebut sesuai dengan kebutuhan harapan masyarakat. 10. Pernyataan Kriteria-nya berbunyi: 4.1.1. Pimpinan Puskesmas dan Penanggungjawab UKM Puskesmas menetapkan jenis-jenis kegiatan UKM Puskesmas yang disusun berdasar analisis kebutuhan serta harapan masyarakat yang dituangkan dalam rencana kegiatan program. 11. Sedang Pokok Pikiran- terbaca : • Kegiatan-kegiatan dalam setiap UKM Puskesmas disusun oleh Kepala Puskesmas dan Penanggung jawab UKM Puskesmas tidak hanya mengacu pada pedoman atau acuan yang sudah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi, maupun Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, tetapi perlu memperhatikan kebutuhan dan harapan masyarakat terutama sasaran program. • Kebutuhan dan harapan masyarakat maupun sasaran dari UKM Puskesmas dapat diidentifikasi melalui survei, kotak saran, maupun temu muka dengan tokoh masyarakat. • Komunikasi perlu dilakukan untuk menyampaikan informasi tentang UKM Puskesmas kepada masyarakat, kelompok masyarakat maupun individu yang menjadi sasaran. • Komunikasi dan koordinasi perlu juga dilakukan kepada lintas program maupun lintas sektor terkait. Kus Sularso, Banyumanik , 19 April 2018. ( ep 4.1.1.1. ini adalah awal dari pemikiran ; Bagaimana Puskesmas yang berorientasi pelanggan/sasaran, dengan melibatkan seluruh komponen ditingkat Kecamatan dan Desa yang bertanggung jawab dan peduli terhadap kesehatan masyarakat diwilayahnya. Tidak mudah memang merubah dari sebelumnya berorientasi Klinik / Balai Pengobatan menjadi berorienasi
Kesehatan Masyarakat. Tetapi pengalaman selama survey Akreditasi Puskesmas di tahun 2016 dan 2017 menunjukkan suatu kemajuan yang pesat dengan difasilitasi Akreditasi FKTP ini. Kita menyongsong wajah baru Puskesmas, dan Alhamdulillah kita terlibat didalamnya. Tetap semangat. Belajar tiada henti, kunci sukses dikemudian hari. )
@@@
Belajar Akreditasi Para Perintis Akreditasi Puskesmas yang merupakan salah satu dari FKTP, ( Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama ) langsung berlari kencang, begitu start Akreditasi dimulai. Persiapannya yang mendadak dan mendesak, mengingatkan bagaimana Amerika berkembang di awal awalnya berkat para Perintis. Ketika Amerika bagian Pusat dan Barat mulai ditempati pada tahun 1800-an , ada dua jenis orang yang cukup berani untuk meninggalkan pinggir laut bagian timur, : para perintis dan pemukim. Perintislah yang paling pertama keluar ke teritori baru. Daerah itu tidak pasti , bahaya mengintai di setiap sudut. Tugas mereka adalah untuk menemukan daerah berikutnya yang belum ditempati dengan tanah yang bisa ditanami untuk pertanian, akses ke air, dan dan kayu untuk membuat tempat tinggal. Mereka ahli menyebarangi sungai yang belum ada jembatannya dan melalui hutan yang lebat. Aset mereka yang paling penting adalah keberanian dan kemampuan untuk mengusir serigala yang kelaparan. Setelah mereka mendirikan sebuah pos baru , itu waktunya bagi para pemukim untuk datang. Bukannnya dengan menunggangi kuda , para pemukim tiba dengan kereta tertutup, kendaaan mewah waktu itu. Tugas mereka adalah mensurvei tanah, mengembangkan bangunan kasar yang didirikan oleh para perintis, dan membangun perdagangan dengan pedagang dari Timur . Keahlian mereka lebih terasah daripada para perintis. Mereka adalah pengrajin. Ahli besi, petani, dan bangkir, Begitu para pemukim datang , kehidupan para perintis berubah . Keahlian mereka lebih tidak diminati Mereka merasa tersesak dijalan. Hari mereka terasa berjalan lambat dan kurang tantangan. Akhirnya , tiba waktunya bagi mereka untuk pergi. Mereka lebih bahagia berada di bawah bintang , menentukan arah lokasi baru berikutnya, dan membuat sebuah warisan untuk para lelaki dan wanita lainnya. Itu yang saya baca di buku : Lead with a story, yang menggiring pemikiran saya kepada para Pendamping Akreditasi dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota , yag menyiapkan Puskesmas untuk maju Akreditasi. Dan cerita itu disampaikan oleh Delaine Hampton dari Perusahaan P&G , kepada timnya yang selalu merintis jalan untuk pegembangan pasar bagi produk dari perusahannya. Delaine berkata kepada anggauta timnya : Kalian, adalah para Perintis, Tidak ada yang pernah pergi ketempat yang kita akan tuju, tugas kita untuk pergi kesana dan meninggalkan jejak. “ Akreditasi Puskesmas telah bejalan dengan sukses, setidaknya telah mencapai target dari segi jumlah Puskesmas yang harus ter Akreditasi. Dalam gegap gempita penyelenggaraannya , para perintis, Pendamping dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota , berada dipinggir, sebagai penonton yang baik, dan sesudahnya akan bekerja keras lagi untuk menyiapkan Puskesmas berikutnya atau Puskesmas ayang akan maju lagi dalam Akreditasi lanjutan. Kus Sularso, Banyumanik 4 April 2018. ( Mungkin ceritera diatas kurang pas menggambarkan apa yang terjadi, setidaknya itulah yang ada dalam fikiran saya. Jika Delaine Hampton ingin memotivasi timnya untuk selalu bergerak maju. Maka sayapun ingin bersama sama para Pendamping memotivasi diri sendiri untuk selalu menjadi perintis, Berjalan didepan, dalam sepi, dan selalu berjalan didepan untuk meratakan jalan bagi generasi penerus. Tetap semangat. Kita adalah satu bangsa dan Negara . Allah tidak tidur. )
@@@
Belajar Akreditasi Kesiapan Inovasi Perjalanan ke Puskesmas kali ini menyisakan PR ( Pekerjaan Rumah ) yang lumayan besar bagi Puskesmas yang bersangkutan. Hal ini berawal dari keingiinan untuk menjadikan satu desa lagi menjadi desa ODF setelah sukses di desa satunya. Inovasi yang ditawarkan adalahArisan jamban. Pimpian di desa tidak menyetujui Arisan jamban dengan berbagai sebab. Tetapi bisa diperkirakan karena memang arisan apapun bentuknya sering beranakan ditenagh jalan karena kurangnya omimen semua peserta. Diperkirakan jika arisan jamban dijalankan sekarang ini desa tersebut sudah ODF ( Bebas BABS – Buang Air Besar Sembarangan ) . karena itu meeka akan maju dengan ide itu lagi. Saran saya adalah : janganlah ide itu menjadi satu satunya alternative- kaena kalau hanya satu jalan keluar bukan alternaif namanya tetapi paksaan untuk menerima usulan. Usulan pendamping adalah : 1. Kalau memang ada sungai atau tempat BABS lain dipasang CCTV, tentu BAB disiu akan dihindari orang karena akan terlihat di layar monior yang ada di balai desa. 2. Atau usulan lain seperti membuat peternakan ular dipinggir kali atau tempat BABS lain ,dengan demikian tempat itu tentu idak ideal lagi sebagai tempat BABS. 3. Membuat jamban dengan arisan : ini mengikuti logika umum, sediakan tempat yang nyaman orang akan senang BAB disitu. Bisa ditambahkan alternative yang lain, etapi kelihatannya no 3 akan menjadi pilihan, persoalannya sudah siapkah Puskesmas dengan data pendukung ? Bukankah program itu sebaiknya evidence base,? Berdasar data data yang ada. Misalnya : dari 100 keluarga yang belum mempunyai jamban atau idak menggunkan jamban perlu dicari datanya: 1. Berapa KK yang tidak mempunyai lahan untuk jamban , sedangkan penghuninya menghendaki . Misalnya : 20 KK. 2. Berapa KK yang tidak mempunyai jamban karena tidak memiliki uang untuk membangunnya walauun halamannya masih luas, maklum dipedesaan. Misalnya 25 KK. 3. Berapa KK yang tidak memiliki jamban dan memang tidak punya uang juga : misalnya 25 KK. 4. Berapa KK yang sebenarnya punya kemampuan dan sudah ada jamban tetapi memang senang dengan ebiasaan lamanya ? Mungkin hanya 10 KK yang punya kebiasaan seperti ini. 5. Berapa KK yang sebenarnya ingin BAB di jamban tetapi tidak punya lahan, uang tetapi ingin hidup sehat. Jika data itu terkumpul, mulailah mencari data tepat untuk membuat jamban bersama, jamban komunal, yang bisa digunakan bersama beberapa keluarga. Juga didata adakah musholla atau Masjid yang jambannya bisa digunakan oleh para jamaah sekitar yang tidak punya jamban, Sekarang banyak masjid dan musholla mempunyai jamban yang bersih, ada yag menyediakan juga kotak uang tetapi tidak diwajibkan, Cari juga data Perusahaa atau Orang kaya yang mau berbagi rexeki membangun jamban. Seperti BRI yang ada disetiap pasar. Jangan lupa data dari TNI yang mempunyai program jambanisasi. Dan potensi potensi yang lain. Sehingga arisan jamban untuk keluarga yang mempunyai lahan tetapi idak punya uang bisa segera terwujut karena jumlahnya pasti tidak banyak. Sehingga hiungan kebutuhan dananya tidak menakutkan Pak Lurah atau Pak Camat. Ada seorang teman penggiat Kesehatan Lingkungan juga, yang menikah dengan anak perempuan seorang pengusaha penggilingan padi didesa. Sebagai lulusan baru yang belum punya modal, dia melayangkan protes kepada mertuanya karena mengadakan pesta perkawanan dengan menanggap wayang kulit seminggu penuh. Biayanya tentu cukup untuk membuat rumah dan membeli kendaraan bermotor roda dua. Tapi jawaban mertuanya membuatnya tersipu sipu: “ Nak saya berusaha membangun penggilingan padi ini sudah puluhant ahun, rakyat sekitar sinilah yang membantu bapak membesarkan perusahaan ini. Merekalah yang telah memberikan keuntungan kepada bapak selama ini, sehingga bapak bisa punya beberapa rumah, beberapa penggilingan padi dan beberapa hektar sawah, Sudah saatnya saya berbagi kebahagiaan dengan mereka. Masyarakat disini senang dengan wayang orang, katanya penuh nasehat bijak , jadi tidak ada salahnya kalau sekaang bapak membahagiakan mereka, orang orang yang telah memberikan banyak kebahagiaan kepada bapak.
Kalau bapak camat bisa menyampaiakan ceritera ini kepada Kepala BRI di sini, saya kira mereka tidak akan keberatan membangunkan satu jamban komunal untuk beberapa KK. BukankahBRI sudah banyak mendapat keuntungan dari warga disini selama puluhan tahun ? Kalau Bapak Kepala desa bisa mndekati takmir masjid dan ustadz di musholla musholla , tidak akan kesulitan untuk membuat rakyat bisa akses kepada jamban yang dimilikinya. Mungkin dengan kotak amal sebagai pelengkapnya. Beberapa orang kaya akan dengan senang hati membantu jika diberitahukan kenyataan yang ada. Tidak nyaman disebut desa yang tertinggal dibanding desa lain yang sudah ODF bukan ? Puskesmas bisa mengkoordinir kebersihan jamban di masjid dan musholla dengan membeli alat pembersih dan caran pembersih secara bersama sama. Bukankah Ptugas Kesehatan Lingkungan diantaranya dengan mengawasi kebersihan Tempat Tempat UMUM ? Obrolanntetag jamban itu menjadi topic yang hangat selama sehari penuh. Saya belum mendengar kelanjutannya. Tentu denga harap harap cemas menunggu kabar baik dari Puskesmas tersebut. Saya kira cukup keren INOVASI : JAMBAN bersih bersama Puskesmas. Manapun alternative yang dipilih. Ingat Inovasi perlu dibahas bersama dengan masyarakat dan tokoh masyarakat dan juga tokoh agama dan orang orang berpengaruh didesa itu. Kus Sularso, Banyumanik 4 April 2018 ( Ingat beberapa hal : Program perlu evidence base. Suatu alternative itu pilihan dari beberapa kemungkinan yang bisa diambil sebagai pemecahan masalah. Suatu ceritera akan berpengaruh kepada pendengarnya jika ada kemiripan dan ada pesan yang setara. Suatu inovasi membtuhkan pembahasan bersama sehingga semua kekuatan bisa dihimpun, dan semua kelemahan menjadi beban bersama. Yang pening tetap semangat. Disuatu Puskesmas, sebelum kami ( surveyor Akreditasi Puskesmas ) pulang pak Camat dan kepala Puskesmas ada yang sudah melakukan rapat dadakan untuk membuat lomba masjid dan musholla sehat , dan desa ODF tercepat. Pak Camat dan Kepala Puskesmas saya lihat seperti Presiden dan Menteri Kesehatan saja. Bravo tetap semangat. )
@@@
Belajar Akreditasi Memahami Bab VI – dari kalimatnya. Ariyanti ke Kus Sularso : 14 Februari 2017 pukul 13:41 • Asslmuk...maaf pak sy ariyanti dr pusk Girimarto wonogiri.sy bs minta gambaran akred BAB VI Setelah berlangsun selama 2 tahun ternyata kebingunggan memahami kalimat dalam ep masih terjadi . Sebenarnya Bab VI hanya satu standar : Sebelum ada revisi redaksional Pedoman Akreditasi FKTP saya mencoba memahaminya dengan kalimat yang lebih sederhana , mengurangi kata depan, kata sambung dan susunannnya, sehingga menjadi seperti yang tertulis dibawahnya. Standar: 6.1. Perbaikan kinerja masing-masing UKM Puskesmas konsisten dengan tata nilai, visi, misi dan tujuan Puskesmas, dipahami dan dilaksanakan oleh Kepala Puskesmas, Penanggung jawab UKM Puskesmas dan Pelaksana yang ditunjukkan dalam sikap kepemimpinan. 6.1. Sikap kepemimpinan Kepala Puskesmas, Penanggung jawab UKM Puskesmas dan Pelaksana memahami dan melaksanakan Perbaikan kinerja masing-masing UKM Puskesmas konsisten dengan tata nilai, visi, misi dan tujuan Puskesmas. Begitu juga untuk kriteria 1 s/d 6 saya mencoba memahaminya dengan : kalimat yang tersebut dikanan: KRITERIA 6.1.1. Untuk memudahkan : 6.1.1.1. Ada komitmen Kepala Puskesmas, Penanggung jawab UKM Puskesmas dan Pelaksana untuk meningkatkan kinerja pengelolaan dan pelaksanaan kegiatan UKM Puskesmas secara berkesinambungan. 6.1.1.1. Kapusk, PJ UKM Puskesmas dan Pelaksana UKM berkomitmen meningkatkan kinerja pengelolaan dan pelaksanaan kegiatan UKM Puskesmas secara berkesinambungan.
6.1.1.2. Kepala Puskesmas menetapkan kebijakan peningkatan kinerja dalam pengelolaan dan pelaksanaan UKM Puskesmas. 6.1.1.2. Kapusk menetapkan kebijakan peningkatan kinerja pengelolaan dan pelaksanaan UKM Puskesmas. 6.1.1.3. Kepala Puskesmas menetapkan tata nilai dalam pengelolaan dan pelaksanaan kegiatan. 6.1.1.3. Kapusk menetapkan tata nilai pengelolaan dan pelaksanaan kegiatan. 6.1.1.4. Penanggung jawab UKM Puskesmas dan Pelaksana memahami upaya perbaikan kinerja dan tata nilai yang berlaku dalam pelaksanaan kegiatan UKM Puskesmas. 6.1.1.4. PJ UKM Puskesmas dan Pelaksana memahami upaya perbaikan kinerja dan tata nilai yang berlaku dalam pelaksanaan kegiatan UKM Puskesmas. 6.1.1.5. Penanggung jawab UKM Puskesmas menyusun rencana perbaikan kinerja yang merupakan bagian terintegrasi dari perencanaan mutu Puskesmas. 6.1.1.5. PJ UKM Puskesmas menyusun rencana perbaikan kinerja terintegrasi dalam perencanaan mutu Puskesmas. 6.1.1.6. Penanggung jawab UKM Puskesmas memberikan peluang inovasi kepada pelaksana, lintas program, dan lintas sektor terkait untuk perbaikan kinerja pengelolaan dan pelaksanaan UKM Puskesmas. 6.1.1.6. PJ UKM Puskesmas memberikan peluang inovasi kepada pelaksana, lintas program, dan lintas sektor untuk perbaikan kinerja pengelolaan dan pelaksanaan UKM Puskesmas. KRITERIA 6.1.2 Untuk memudahkan : 6.1.2.1. Penanggung jawab UKM Puskesmas bersama pelaksana melakukan pertemuan membahas kinerja dan upaya perbaikan yang perlu dilakukan. 6.1.2.1. PJ UKM Puskesmas dan pelaksana UKM melakukan pertemuan membahas kinerja dan upaya perbaikan yang perlu dilakukan. 6.1.2.2. Penilaian kinerja dilakukan berdasarkan indikator-indikator kinerja yang ditetapkan untuk masing-masing UKM Puskesmas mengacu kepada Standar Pelayanan Minimal Kabupaten/Kota, dan Kebijakan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. 6.1.2.2. Penilaian kinerja dilakukan berdasarkan indikator-indikator kinerja , mengacu kepada Standar Pelayanan Minimal Kabupaten/Kota, dan Kebijakan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. 6.1.2.3. Penanggung jawab UKM Puskesmas dan Pelaksana menunjukkan komitmen untuk meningkatkan kinerja secara berkesinambungan. 6.1.2.3. PJ UKM Puskesmas dan Pelaksana UKM berkomitmen meningkatkan kinerja secara berkesinambungan. 6.1.2.4. Penanggung jawab UKM Puskesmas bersama dengan Pelaksana menyusun rencana perbaikan kinerja berdasarkan hasil monitoring dan penilaian kinerja. 6.1.2.4. Pj UKM Puskesmas dan Pelaksana UKM menyusun rencana perbaikan kinerja berdasarkan hasil monitoring dan penilaian kinerja. 6.1.2.5. Penanggung jawab UKM Puskesmas bersama dengan pelaksana melakukan perbaikan kinerja secara berkesinambungan. 6.1.2.5. PJ UKM Puskesmas dan pelaksana UKM melakukan perbaikan kinerja secara berkesinambungan. KRITERIA 6.1.3. Untuk memudahkan : 6.1.3.1. Keterlibatan lintas program dan lintas sektor terkait dalam pertemuan monitoring dan evaluasi kinerja. 6.1.3.1. Lintas program dan lintas sektor terlibat dalam pertemuan monitoring dan evaluasi kinerja. 6.1.3.2. Lintas program dan lintas sektor terkait memberikan saran-saran inovatif untuk perbaikan kinerja. 6.1.3.2. Lintas program dan lintas sektor memberikan saran-saran inovatif perbaikan kinerja. 6.1.3.3. Lintas program dan lintas sektor terkait berperan aktif dalam penyusunan rencana perbaikan kinerja. 6.1.3.3. Lintas program dan lintas sektor berperan aktif dalam penyusunan rencana perbaikan kinerja. 6.1.3.4. Lintas program dan lintas sektor terkait berperan aktif dalam pelaksanaan perbaikan kinerja. 6.1.3.4. Lintas program dan lintas sektor berperan aktif dalam pelaksanaan perbaikan kinerja. KRITERIA 6.1.4. Untuk memudahkan : 6.1.4.1. Dilakukan survei untuk memperoleh masukan dari tokoh masyarakat, lembaga swadaya masyarakat dan/atau sasaran dalam upaya untuk perbaikan kinerja. 6.1.4.1. Dilakukan survei untuk memperoleh masukan dari tokoh masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, sasaran dalam upaya untuk perbaikan kinerja. 6.1.4.2. Dilakukan pertemuan bersama dengan tokoh masyarakat, lembaga swadaya