BAB I PENDAHULUAN
A. Judul Percobaan
―PERCOBAAN
PENGERINGAN
ZAT
PADAT
(DRYING
OF
SOLIDS)‖
B. Maksud dan Tujuan Percobaan 1. Maksud
Agar mahsiswa/i mengetahui proses pengeringan zat padat (drying of solids) 2. Tujuan Percobaan
Mengetahui bagaimana mengetahui cara kerja proses praktek kerja percobaan pengeringan. C. Latar Belakang
Operasi pengeringan zat padat yang mengandung cairan (dalam hal ini air) dapat dilakukan pada alat-alat pengering dengan udara sebagai media pengeringan. Operasi ini dapat ditempatkan di dalam alat itu sendiri atau di luar alat pengering. Untuk pekerjaan ini dicapai tray dryer dengan sumber energi udara panas dari electric heater yang dipasang diluar alat percobaan, sebagai penghembus udara dipakai blower yang terpasang satu unit dengan electric heater itu. Alat itu memakai x tray yang nantinya untuk menempatkan zat yang akan dikeringkan secara batch. Saat pengeringan berlangsung, permukaan kontak antara permukaan dengan udara yang selalu basah dengan cairan sampai cairan habis teruapkan seluruhnya
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi Percobaan
Operasi pengeringan zat padat yang mengandung cairan cairan (dalam hal ini air) dapat dilakukan pada alat-alat pengering dengan udara sebagai media pengeringan. Operasi ini dapat ditempatkan di dalam alat itu sendiri atau di luar alat pengering. Untuk pekerjaan ini dicapai tray dryer dengan sumber energi udara panas dari electric heater yang dipasang diluar alat percobaan, sebagai penghembus udara dipakai blower yang terpasang satu unit dengan electric heater itu. Alat itu memakai x tray yang nantinya untuk menempatkan zat yang akan dikeringkan secara batch. Saat pengeringan berlangsung, permukaan kontak antara permukaan dengan udara yang selalu basah dengan cairan sampai cairan habis teruapkan seluruhnya. Pada periode ini, hubungan antara moisture content dengan drying rate dapat berupa garis lurus (linier) atau berupa garis lengkung atau mungkin juga garis lengkung yang patah. Untuk operasi yang telah mantap (steady state) dengan kondisi adiabatik, kecepatan perpindahan panas dan massa adalah: Q
= hG. A (tG – t – t1)
– PG) NA = kG. A ( P L – P
……. (i) ……. (ii)
Keterangan: Q
= Kecepatan perpindahan panas (Btu/jam)
A
= Luas permukaan basah yang kontak dengan udara
O
tG
= Suhu udara ( F)
t1
= Suhu permukaan basah ( F)
NA
= Kecepatan penguapan dari permukaan basah ke udara
O
(lbmol/jam) hG
= Koefisien perpindahan panas dari udara ke permukaan basah
kG
= Koefisien perpindahan panas dari permukaan basah ke udara (lb mol/jam)
PL
= Tekanan parsiil uap air dalam fase gas (atm)
PG
= Tekanan parsiil uap air dalam gas (atm)
Dari persamaa (i) dan (ii) kecepatan pengeringan tiap satuan luas permukaan basah dapat dinytatakan sebagai:
Persamaan (iii) di atas dapat dipakai untuk menentukan kecepatan pengeringan yang akan dipanaskan dan diletakkan di dalam ruang dryer tersebut. Skema alat tersebut sebagai berikut :
Dari hasil pengolahan data di atas kemudian digambarkan grafik hubungan antara drying rate dengan moisture content, Seperti penguapan, pengeringan adalah proses transfer massa mengakibatkan pemindahan air atau uap air dari aliran proses. While evaporation increases the concentration of nonvolatile components in solution, in drying processes the final product is a solid. Sementara penguapan meningkatkan konsentrasi komponen mudah menguap dalam larutan, dalam proses pengeringan produk akhir padat. Drying processes reduce the solute or moisture level to Proses pengeringan mengurangi zat terlarut atau tingkat kelembaban untuk
improve the storage and handling characteristics of the product, meningkatkan karakteristik penyimpanan dan penanganan penanganan produk,
maintain product quality during storage and transportation and menjaga kualitas produk selama penyimpanan dan transportasi dan
reduce freight cost (less water to ship). mengurangi biaya pengiriman (lebih
sedikit
air
untuk
kapal).
Pengeringan
aplikasi
industri
menggunakan konduktif dan / atau transfer panas konvektif proses untuk mengurangi konsentrasi komponen volatil sisa dalam aliran proses yang kaya senyawa nonvolatile. Prinsip-prinsip pengeringan padatan yang mirip dengan proses termal lainnya seperti penguapan. Akibatnya, evaporator industri dan sistem pengeringan pengeringan memiliki kesamaan fungsional, termasuk
sumber energi,
untuk memperkenalkan pakan ke dalam sistem pengeringan,
sistem pengkondisian untuk memastikan bahwa makan dan aliran produk bebas dalam mesin pengering,
transfer panas dan
pemisahan uap-produk peralatan.
Gambar 20 : moisture dikemas di kemas atau terikat kelembaban Selain prinsip-prinsip termodinamika hukum Fourier seperti tugas panas, panas-transfer rate dan suhu diferensial, pengering desain dan operasi juga harus mempertimbangkan tiga faktor yang saling terkait yang berdampak pengering pemilihan dan operasi: waktu partikel tinggal, sensitivitas suhu produk dan terikat kelembaban. Kehadiran kelembaban terikat, atau dienkapsulasi, (Gambar 20) - air yang secara kimia terikat pada selulosa, hemiselulosa, lignin atau senyawa yang serupa dan sulit untuk menghapus - meningkatkan waktu tinggal dalam pengering Dalam banyak kasus temperatur juga harus ditingkatkan, dapat mempengaruhi kualitas produk suhu-sensitif.
BAB III MATERI DAN METODA
A. Materi
- Alat.
- Alat pengering ( Dryer ). - Stop watch. - Timbangan disebelah dalam pengering. - Dry bulb temperature. t emperature. - Wet bulb temperature. - Pengaris.
- Bahan.
- Roti tawar B. Metoda
Prosedur Kerja :
- Diukur sample dengan mengunakan mengunakan penggaris dan
ditimbang
beratnya, kemudian dimasukkan ke dalam wadah penampungan empat persegi pajang.
- Diatur temperatur diadalam alat pengering dan ukur dry bulb dan wet bulb temperatur.
- Diletakan sampel di atas try timbangan sebelah dalam pengering dan diamaiti perubahan berat pada setiap pengamatan. pengamatan.
- Diamati dry bulb temperature dan wet bulb temperature di dalam dryer pada setiap pengamatan.
- Dicatat hasilnya.
- Di hentikan waktu pengeringan pengeringan apabila apabila berat berat sampel sudah sama sampai empat kali.
- Diacatat berat sampel dengan cara berat akhir dari sampel adalah berat tanpa air dan sesudah sesudah sampel didinginka didinginkan n pada temperatur ruangan. ruangan.
BAB IV DATA PENGAMATAN
Ukuran Sampel ; P = 5 cm, L = 4 cm, T = 1 cm.
Berat sampel sampel ; 4.98 grm Meassurements
NO
Time
Weight
Dry Bulb
menit ( T )
Q ( gram )
Temperatur ( C ) t
Temperatur ( C )tw
1
0
4.98
29
28
2
4
4.64
94
35
3
8
4.29
105
43
4
12
4.03
90
49
5
16
3.38
95
52
6
20
3.66
93
57
7
24
3.55
94
59
8
28
3.44
93
62
9
32
3.33
93
63
10
36
3.26
90
64
11
40
3.17
92
65
12
44
3.12
96
66
13
48
3.03
95
67
14
52
2.99
98
69
15
56
2.93
97
70
16
60
2.93
99
71
17
64
2.93
100
72
18
68
2.93
100
73
0
Wet Bulb o
BAB V HASIL KERJA PRAKTEK
A. Analisa data
1. Kecepatan pengeringan (RC) Luas permukaan bahan sebelum pengeringan ( A ) A
( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
O
80 C
t = 4 menit
= 0,067 jam
1. m1
Maka RC
Koefisien perpindahan konveksi konveksi ( h ) Q = h . A ( t – t – tw tw )....... ( 1 ) q=M .
....................( 2 )
Dari persamaan (1) (2) diperoleh : q=Q M. h
= h . A ( t – t – tw tw )
( )
RC
Maka h
)( ) ( h1 ( ) h1
Mousture Content ( w ) W
– 1 – 1
– 1 – 1
1
B. Tabulasi Data PERHITUNGAN Luas permukaan NO
Sampel ( A ) cm
2
(m) gram/jam
Drying date 2
RC gram/cm h jam
Mousture w
H 2
Kkal/cm O
jam C
1
58
30,597
0,5279
0,699
290,82
2
58
25,52
0,440
0,583
4,111
3
58
20,298
0,349
0,461
3,111
4
58
16,417
0,283
0,375
3,806
5
58
13,43
0,2316
0,307
2,968
6
58
10,895
0,187
0,249
2,876
7
58
9,253
0,1594
0,2116
2,513
8
58
7,611
0,1312
0,174
2,333
9
58
5,97
0,102
0,1369
1,8915
10
58
4,925
0,0849 0,0849
0,1126
1,8006
11
58
3,582
0,0617 0,0617
0,0819
1,2610
12
58
2,835
0,048
0,064
0,8984
13
58
1,4925
0,0257
0,03412
0,5060
14
58
0,8955
0,0154
0,0204
0.293
15
58
0
0
0
0
16
58
0
0
0
0
17
58
0
0
0
0
18
58
0
0
0
0
BAB VI KESIMPULAN
1. Kesimpulan
Dari hasil percobaan modul modul pengeringan zat padat dengan sampel sampel roti tawar dengan ukuran luas permukaan 58 cm
2
yang kami lakukan, maka kami dapat
memberikan kesimpulan : 1. bahwa kecepatan pengering dapat dipengaruhi oleh temperatur dan ukuran sampel. 2. Apa bila temperatur tinggi maka waktu yang di butuhkan untuk pengeringan suatu sampel sedikit.
DAFTAR PUSTAKA
Geankoplis, C. J., 1993,Transport Processes and Unit Operation, 3nd Edition, Prentice Hall, Inc, U.S.A McCabe, W. L., and J. C., Smith. 1999.Operasi Teknik Kimia, edisi keempat, jilid 2, Erlangga, Jakarta
BAB I PENDAHULUAN
A. Judul Percobaan
―PERCOBAAN
KOLOM
DINDING
BASAH
(WETTED
WALL
COLUMN TEST)‖
B. Maksud Dan Tujuan Percobaan
1. Maksud
Untuk memperoleh koefesien Transfer Massa menyeluruh dan mengamati kecepatan transfer massa.
2. Tujuan Percobaan
Untuk memperoleh koefesien Transfer Massa menyeluruh, dengan melakukan percobaan percobaan penguapan air air oleh udara didalam kolom dinding basah dengan mengamati kecepatan transfer massa.
C. Latar Belakang
Pada percobaan absorbsi ini alat yang digunakan adalah menara isian yang berbentuk silinder, yang dilengkapi pemasukan gas dan distribusinya dari bagian bawah, sedang pemasukan gas cair dari bagian atas. Pendistribusian gas dari bagian bawah menara isian karena gas bersifat menyebar,dimana gas bergerak dari bawah keatas. Sedangkan pendistribusian zat cair dilakukan pada menara isian dari bagian atas karena zat cair akan bergerak dari tempat yang tinggi ketempat yang rendah.
Percobaan ini menggunakan menara isian (packed bed) yang berbentuk silinder, yang diisi denganpacking (raschig ring).Packing berfungsi untuk memperbesar luas permukaan kontak fasa gas dan cair. Pendistribusian gas dilakukan dari bagian bawah menara isian karena densitas gas lebih rendah dibandingkan denganliquid. Sedangkan pendistribusian zat cair dilakukan pada menara isian dari bagian atas karena zat cair cenderung bergerak dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah akibat pengaruh gaya gravitasi. Zat cair yang masuk berupa air (pelarut) yang disebut denganweak liquor, didistribusikan dari bagian atas menara isian, sehingga pada operasi ideal membasahi permukaanpacking secara seragam. Sedangkan gas yang dialirkan ke dalam kolom absorpsi mengandung zat terlarut (oksigen) sehingga disebut dengan rich gas.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi Percobaan
a. Kolom Basah
Pada kolom basah, kontak air dan udara terjadi di kolom dengan air dialirkan dari kolom bagian atas, sedangkan gas dari kolom isian bagian bawah, dimana terjadi kontak antara air dan udara di dalam kolom yang menimbulkan penurunan tekanan. Penurunan tekanan ini disebabkan karena adanya aliran udara yang masuk dari bawah ke atas. Selain gesekan antara air dan dinding kolom juga menyebabkan aliran sekitar dinding menjadi lambat sehingga tekanannya tekanannya menurun. Berdasarkan teori, laju alir air berbanding lurus dengan penurunan tekanan untuk setiap laju alir alir udara. Penurunan Penurunan tekanan tekanan pada kolom basah lebih besar dari pada penurunan tekanan pada kolom kering. Hal ini disebabkan oleh adanya zat cair di dalam menara sehingga mengurangi ruang yang tersedia untuk aliran gas. dimana semakin besar laju alir air pada laju alir udara yang konstan, nilaihold up semakin kecil karena tahanan udara terhadap air semakin kecil, sehingga jumlah air yang terperangkap semakin kecil pula. Dalam percobaan ini, kesalahan data tersebut kemungkinan disebabkan oleh pengaruhvalve yang berfungsi untuk mengatur laju alir keluar dari zat cair dimanavalve tersebut tidak dapat berfungsi dengan baik.
b. Liquid Hold Up
Liquid hold upmerupakan liquid(zat cair) yang terperangkap terperangkap dalam packing zat cair berupaliquid yang menempel sebagai film pada dinding rasching danliquid yang tidak bisa lewat karena tertahan diantara cincinrasching yang bergerak karena mendapat tekanan dari zat cair di bagian atas kolom dan tekanan udara dibagian bawah kolom. Dari percobaan dapat dilihat bahwahold up terjadi semakin bertambah sebanding dengan bertambahnya laju alir air terhadap laju alir udara konstan. Namun sebenarnya hal ini bertentangan dengan teori yang ada.
c. Disolved Oxygen (DO)
DO adalah banyaknya oksigen yang terlarut yang dikandung di dalam zat cair setelah dilakukannya absorpsi. Semakin besar laju alir udara maupun laju alir air maka DO-nya akan semakin besar. Misalnyaabsorbent Misalnyaabsorbent (dalam hal ini air) yang masuk dengan laju yang terus ditingkatkan sedangkan sedangkan laju alir gas yang masuk dibuat konstan, maka laju alir air yang tertinggi akan mampu melucuti oksigen terbanyak karena jumlah debit air yang masuk semakin besar sehingga luas permukaan kontak antara fluida air dan gas semakin besar. Begitu juga sebaliknya laju alir udara tertinggi akan melepaskan oksigen terbanyak terhadap air dengan ketentuan air masih memiliki kemampuan menyerap yang bagus. Pada laju alir air 1 L/menit dan laju alir udara 60 L/menit diperoleh DO sebesar 0,08 mg/L, dan pada laju alir air 3 L/menit dengan laju alir udara yang sama diperoleh nilai DO yang lebih tinggi yakni 0,09 mg/L. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.4 untuk kolom basah.
d. Disolved Oxygen (DO)
DO adalah banyaknya oksigen yang terlarut yang dikandung di dalam zat cair setelah dilakukannya absorpsi. Semakin besar laju alir udara maupun laju alir air maka DO-nya akan semakin besar. Misalnyaabsorbent Misalnyaabsorbent (dalam hal ini air) yang masuk dengan laju yang terus ditingkatkan
sedangkan laju alir gas yang masuk dibuat konstan, maka laju alir air yang tertinggi akan mampu melucuti oksigen terbanyak karena jumlah debit air yang masuk semakin besar sehingga luas permukaan kontak antara fluida air dan gas semakin besar. Begitu juga sebaliknya laju alir udara tertinggi akan melepaskan oksigen terbanyak terhadap air dengan ketentuan air masih memiliki kemampuan menyerap yang bagus. Pada laju alir air 1 L/menit dan laju alir udara 60 L/menit diperoleh DO sebesar 0,08 mg/L, dan pada laju alir air 3 L/menit dengan laju alir udara yang sama diperoleh nilai DO yang lebih tinggi yakni 0,09 mg/L. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.4 untuk kolom basah. Gambar 2.4 Hubungan antara DO terhadap laju alir air pada setiap laju alir udara .
e. Nilai Koefisien Film pada Cairan, Gas dan Keseluruhan
KLa merupakan koefisien lapisan film yang terbentuk pada saat terjadinya proses perpindahan massa secara keseluruhan pada kolom (packed), dimana nilainya dipengaruhi oleh besarnya koefisien film dalam cairan dan koefisien film yang terbentuk pada gas, serta laju perpindahan massa pada saaat penyerapan Nilai koefisien film dalam cairan dan koefisien film yang terbentuk pada gas ini dipengaruhi oleh laju alir dari udara dan air yang terdapat pada kolom basah. Semakin besar laju alir udara dan air yang diberikan, nilai koefisien film dalam cairan dan koefisien film yang terbentuk pada gas akan semakin besar, hal ini dikarenakan nilai koefisien film tersebut berbanding lurus dengan laju alir gas dan zat cair. Disamping faktor laju alir udara dan air, nilai koefisien film dalam cairan dan koefisien film yang terbentuk pada gas juga dipengaruhi oleh packing yang dipakai padapacked, dimana semakin besar ukuran packing yang digunakan maka difussivitas yang terjadi akan semakin besar, yang mengakibatkan bertambahnya nilai bilangan Schmitz sehingga nilai
koefisien film dalam cairan dan koefisien film yang terbentuk pada gas juga akan semakin semakin besar f.
Flooding
Flooding adalah keluarnya zat cair pada bagian atas kolom isian yang disebabkan tidak adanya ruang kosong didalam kolom. Zat cair telah mengisi seluruh bagian kolom sehingga tidak ada lagi laluan yang tersedia bagi gas.
BAB III MATERI DAN METODA
A. Materi
1. Peralatan percobaan :
Kolom dinding basah
Thermostat
Pompa
Compressor
Thermometer
Flowmete
2. Bahan Percobaan :
Air
B. Metoda
Prosedur Percobaan : 1. Oleh compressor, udara dimasukan kedalam kolom dinding basah setelah melalui flowmeter. Oleh pompa dengan kecepatan alir konstan, air dialirkan melalui thermostat melalui bagian atas tangki kekolom dinding basah, lalu air akan meluber dan jatuh mengalir dalam bentuk lapisan tipis pada dinding kolom sambil berkontak dengan udara. 2. Bila aliran air dalam bentuk lapisan tipis (filim air) sudah setabil serta keadaan steady state telah tercapai, maka suhu dan kelembaban masingmasing baik udara masuk maupun udara keluar dapat dicari dngan
mengamati suhu thermometer bola basah dan suhu thermometer bola kerring. 3. Amatilah suhu air masuk dan suhu air keluar. 4. Ubalah aliran da n ulangilah perlakuan yang sama seperti langkah-langkah 1sampai dengan langkah 2.
BAB IV DATA PENGAMATAN
Waktu
Aliran Air
Aliran Udara
Udara Masuk
)
Udara Keluar
) ()
)
) ()
Menit
L/m
TC
o
NL/m
10
0,4
41
22
28
26
2
30,5
30
0,5
20
0.45
41
22
28
24,5
3,5
31
30
1
30
0,55
41
22
28
24
4
31
30,5
0,5
40
0,6
41
22
29
23,5
5,5
31,5
30,5
1
SBk(
SBB(
SBk(
SBB(
BAB V HASIL KERJA PRAKTEK
A. Analisa Data
Harga H dapat dicari dari ―Humudity Chart‖ H₁ (Udara masuk)= 0,022 H₂(Udara keluar)= 0,026
Udara masuk
= . H1 . 0,022 mmHg = 0,0354
mmHg – ) 0,0354 ( (mmHg – PA1 = 26,904mmHg – 26,904mmHg – 0,0354 0,0354 26,90mmHg = 1,0354 mmHg
- 0,5 (t-tw) 25,9842mmHg = -0,5 (28-26) 25,9842mmHg = -1 PA1w = 25,9842 mmHg + 1
= 26,9842 mmHg
Udara keluar
= . H1
. 0,026 mmHg = 0,0419 mmHg
(mmHg - ) PA2 = 31,844mmHg- 0,0419 1,0419PA2
= 31,844mmHg
mmHg
- 0,5 (t-tw) 30,5634mmHg = -0,5 (30,5-30) 30,5634mmHg = -0,25 = 30,8134 mmHg )() ) ) ( *+
(
) ( ) ( * + + * = [] =
=
= 0,5409 mmHg
( KG = *()+
Dimana: QAIR
= 0,4 L/m = 0,4
= 0,024 m³/jam QUdara
= 20 NL/menit
=
=1,32 m³/jam
U=
=
= () = = 1,6815 x
m/jam
o
Maka pada temp 28 C dapat dicari dengan interpolasi :
– = – – – – – = – –
=
–
50y – 50y – 64,65 64,65 = -5,6 50 y = 64,65 – 64,65 – 5,6 5,6 50 y = 58,15 Y = 1,163 kg/m
3
Maka ρo = 1,163 kg/m
3
( KG = * () ) + ) ( ) () =
2
= 48,8896 kgmol/m .atm.jam (-8,4659) 2
= -413,8945 kg mol/m atm.Jam
V = Q/A
V=
V=
()
V=
V = 0,0306 x
m/jam
Density air pada suhu 41
– = – – – – – = – –
=
–
1(-0,00077) = 2 (Y-0,99221) -0,00077 = 2Y-1,98442 -0,00077 + 1,98442 = 2Y 1,98365 = 2Y Y=
Y = 0,991825
maka
= y = 0,991825 gr/cm
Viskositas air pada suhu 41
– – – = – – = – – –
=
–
1 (-0,0239) = 2(y-0,6560) -0,0239 = 2y-1,312 -0,0239 + 1,312 = 2y 1,2881 = 2y
Y = 0,64405 Y=
= 0,64405 cp x = 2,31858 kg/m.jam
3
= 9991,825 kg/m
3
= = 1308,9842
BAB VI KESIMPULAN
Dari data hasil pengamatan yang diperoleh, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Penurunan tekanan dalam kolom absorpsi berbanding lurus dengan laju alir udara yang diberikan. Pada kolom kering dengan laju alir udara 30 L/menit dan 100 L/menit,Δ Ppercobaan mengalami peningkatan sebesar 7 mmH2O, yaitu dari 1 mmH 2O mencapai 8 mmH 2O. 2.
Porositaspacking yang digunakan sebesar 80 % sehingga sesuai dengan teoritis, yaitu berkisar antara 65% sampai 95% yang diperoleh dari perbandingan perbandingan ruang kosongpacking terhadap volume packing.
3. Liquid hold up dipengaruhi oleh laju alir udara dan air, semakin besar laju alir udara yang diberikan maka akan semakin besar pulahold up yang terjadi, karena laju alir udara akan menghambat laju alir air yang turun dari atas menara absorbsi. 4.
Pada laju alir air 1 L/menit, koefisien perpindahan massa menunjukkan jika dibandingkan dibandingkan dengan laju alir air 2 L/menit. Difusi molekular akan meningkat saat laju alir absorben di atur lebih rendah
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous, 2008, Penuntun Praktikum Operasi Teknik Kimia, Kimia, Fakultas Fakultas Teknik, Unsyiah, Darussalam, Banda Aceh Coulson and Richardson‘s, 2002,Chemical Engineering,5th Engineering,5th Edition, ButterworthHeinemann, Tokyo Geankoplis, C. J., 1993,Transport Processes and Unit Operation, 3nd Edition, Prentice Hall, Inc, U.S.A McCabe, W. L., and J. C., Smith. 1999.Operasi Teknik Kimia, edisi keempat, jilid 2, Erlangga, Jakarta
BAB I PENDAHULUAN
A. Judul Percobaan
‖KESETIMBANGAN FASA UAP CAIR (VAPOUR-LIQUID PHASE AQUILIBRIUM)‖ AQUILIBRIUM)‖
B. Tujuan percobaan :
1. Untuk menentukan Relative volatility berdasarkan komponen. 2. Untuk mengetahui pengaruh temperatur terhadap relative volatilit y.
C. Latar Belakang
Fasa adalah bagian sistem dengan komposisi kimia dan sifat – sifat fisik seragam, yang terpisah dari bagian sistem lain oleh suatu bidang batas. Pemahaman perilaku fasa mulai berkembang dengan adanya aturan fasa Gibbs. Untuk sistem satu komponen, persamaan Clausius dan Clausisus – Clapeyron menghubungkan perubahan tekanan kesetimbangan dengan perubahan suhu. Sedangkan pada sistem dua komponen, larutan ideal mengikuti hukum Raoult. Larutan non elektrolit nyata ( real) akan mengikuti hukum Henry. Sifat – sifat koligatif dari larutan dua komponen akan dibahas pada bab ini.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Sistem Satu Satu Komponen Komponen a. Aturan Fasa Gibbs
Pada tahun 1876, Gibbs menurunkan hubungan sederhana antara jumlah fasa setimbang, jumlah komponen, dan jumlah besaran intensif bebas yang dapat melukiskan keadaan sistem secara lengkap. Menurut Gibbs,
c p .......................................... dimana
(3.1)
υ = derajat kebebasan c = jumlah komponen p = jumlah fasa γ = jumlah besaran intensif yang mempengaruhi sistem (P, T) Derajat
kebebasan
suatu sistem adalah bilangan terkecil yang
menunjukkan jumlah variabel bebas (suhu, tekanan, konsentrasi komponen – komponen) yang harus diketahui untuk menggambarkan keadaan sistem. Untuk zat murni, diperlukan hanya dua variabel untuk menyatakan keadaan, yaitu P dan T, atau P dan V, atau T dan V. Variabel ketiga dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan gas ideal. Sehingga, sistem yang terdiri dari satu gas atau cairan ideal mempunyai derajat kebebasan dua (υ = 2).Bila suatu zat berada dalam kesetimbangan, jumlah komponen yang diperlukan untuk menggambarkan sistem akan berkurang satu karena dapat dihitung dari konstanta kesetimbangan. Misalnya pada reaksi penguraian H 2O. H2O(g)
H2(g) + ½ O2(g)
P P P
1 / 2
K P
H 2
O2
.............................................
(3.2)
H 2O
Dengan menggunakan perbandingan pada persamaan 3.2, salah satu konsentrasi zat akan dapat ditentukan bila nilai konstanta kesetimbangan dan konsentrasi kedua zat lainnya diketahui. Kondisi fasa – fasa dalam sistem satu komponen
digambarkan dalam diagram fasa yang merupakan plot kurva tekanan terhadap suhu.
Gambar 3.1. Diagram fasa air pada tekanan rendah
– fasa Titik A pada kurva menunjukkan adanya kesetimbangan kesetimbangan antara fasa – fasa padat, cair dan gas. Titik ini disebut sebagai titik tripel. Untuk menyatakan keadaan titik tripel hanya dibutuhkan satu variabel saja yaitu suhu atau tekanan. Sehingga derajat kebebasan untuk titik tripel adalah nol. Sistem demikian disebut sebagai sistem invarian. b. Keberadaan Fasa – Fasa dalam Sistem Satu Komponen
Perubahan fasa dari padat ke cair dan selanjutnya menjadi gas (pada tekanan tetap) dapat dipahami dengan melihat kurva energi bebas Gibbs terhadap suhu atau potensial kimia terhadap suhu.
Gambar 3.2. Kebergantungan energi Gibbs pada fasa – fasa padat, cair dan gas terhadap suhu pada tekanan tetap
Lereng garis energi Gibbs ketiga fasa pada gambar 3.2. mengikuti persamaan
G S T P
............................................
(3.3)
Nilai entropi (S) adalah positif. Tanda negatif muncul karena arah lereng yang turun. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa S g > Sl > Ss.
c. Persamaan Clapeyron
Bila dua fasa dalam sistem satu komponen berada dalam kesetimbangan, kedua fasa tersebut mempunyai energi Gibbs molar yang sama. Pada sistem yang memiliki fasa α dan β, Gα = Gβ ..................................................
(3.4)
Jika tekanan dan suhu diubah dengan tetap menjaga kesetimbangan, maka dGα = dGβ ................................................
(3.5)
G G G G dP dT ............... dP dT P T T P P T T P
(3.6)
Dengan menggunakan hubungan Maxwell, didapat V dP S dT V dP S dT ..............................
dP dT
S S V V
S ........................................... V
(3.7)
(3.8)
S
Karena
H T
......................................... .............................................................. ..................... (3.9)
dP
maka
dT
S ........................................ ............................................................. ..................... T V (3.10)
BAB III METODA DAN MATERI
A. Metoda 1. Alat dan dan Bahan
Alat yang digunakan: 1) Satu set peralatan yang digunakan untuk mengetahui keseimbangan fasa uap cair yang terdiri dari: Still-pot Condensor Termometer Overflow vessel Stopcock Nichrome wire heater Isolasi dan joint 2) Alat untuk mengukur indeks bias larutan ( refraktometer)
Bahan yang digunakan : Larutan Metanol H2O
B. Materi
Prosedur kerja : 1. Buat larutan metanol dengan kadar yang diinginkan (80%, 60%, 50%, 40%, 30%, dan 10%) 2. Periksa semua peralatan apakah sudah baik dan siap digunakan. 3. Setelah semua larutan dan peralatan selesai dipersiapkan masukkan larutan tersebut kedalam still-pot sebanyak sebanyak 300cc.
4. Alirkan air pendingin kedalam kondensor kemudian diikuti pengaliran listrik dengan menekan switch H 1 dan H2 ( arus listrik jangan dibiarkan mengalir apabila still-pot sedang kosong). 5. Bila pendingin sudah berlangsung dan condensat telah tertampung, operasi ini dibiarkan terus sampai berkali-kali sampai selama 1 jam. 6. Ambil sampel dari hasil destilasi destilasi dan dari still pot kira-kira 10cc untuk masing-masing. Kemudian dianalisa untuk mengetahui Indeks refraktive atau kerapatan. Kemudian dengan cara yang sama lakukan percobaan dengan membuka stopcock k 2 dan K3 secara berurutan. 7. Percobaan diulangi dengan memasukkan larutan berikutnya dengan kadar yang berbeda-beda secara berturut-turut.hasil pengamatan percobaan isikan kedalam lembar data.
BAB IV DATA PENGAMATAN
Stop
Temperatur (
)
Destilate
Residu
Kock
Atas
Bawah
Ind.bias
Frak.mol y
Ind bias
Frak.mol x
K1
81
76
1,3410
0,94
1,352
0,38
K2
83
78
1,3438
0,88 0,88
1,3515
0,31
K3
85
79
1,3461
0,82 0,82
1,3505
0,24
K4
87
81
1,3485
0,74 0,74
1,3491
0,17
K5
89
83
1,3492
0,72 0,72
1,3485
0,14
K6
90
84
2,3516
0,55 0,55
1,3475
0,11
BAB V HASIL KERJA PRAKTEK
A. Analisa Data
40% dalam 250 ml
= ———————
0,43
= ——————————
0,43
()
0,43
=
5,97
-
0,0132 = 0,0246 V 1 0,0378 V1 = 5,79 V1 = 157,93 ml V1
+
V2 = 250 ml V2 = 92,02 ml
1. Menghitung relative Volatility
YA = 0,94 YA + YB = 1 YB = 1 - YA YB = 1- 0,94 YB = 0,06 XA = 0,38 XA + XB = 1
XB= 1 – 1 – 0,38 0,38 XB= 0,62
= 9,6079
2. Pengaruh temperatur
α A-B A-B = 8,9 [ t =
()]
= 78,5 273 K = 351,5 K
+ 273 K = 337,5 = 100 + 273 K
TA= Titik didih metanol = 64,5
TB= Titik didih air
= 373 K
α A-B A-B = 8,9 [
()]
( )]
= 8,9 [ = 8,9 [
]
= 8,9 (0,4947) = 4,4030
B. Tabulasi Data
Stop
Temp.
Destilate
Residu
Relative
Kock
Perbedaan
volatility Temp Atas
Bawah Ind.bias Frak.mol Ind.bias Frak.mol y
α A-B A-B
α A-B A-B
x
K1
81
76
1,3410
0,94
1,352
0,38
9,6079
4,4030
K2
83
78
1,3438
0,88
1,3515
0,31
3,2953
4,4280
K3
85
79
1,3461
0,82
1,3505
0,24
1,4386
4,4468
K4
87
81
1,3485
0,74
1,3491
0,17
0,5829
4,4719
K5
89
83
1,3492
0,72
1,3485
0,14
0,2093
4,4969
K6
90
84
2,3516
0,55
1,3475
0,11
0,15106
4,5095
BAB VI KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
Dengan diketahui nya harga Relative volatility dari suatu larutan maka dapat juga diketahui hubungan antara mole fraksi dalam fasa uap dan mole fraksi dalam fasa cair dan komponen-komponen yang terdapat pada larutan.
Untuk mengetahui keseimbangan fasa uap-cair dari suatu larutan biner dapat dinyatakan dari Relative volatilitynya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Penuntun Praktikum Satuan Operasi. 2011 PTKI: Medan
Clausius, Kesetimbangan Kesetimbangan fasa uap cair. 2008. Jakarta : PT.Gramedia
BAB I PENDAHULUAN
A. Judul Percobaan “Menara Destilasi (Packed tower)‖ tower) ‖
B. Maksud percobaan
Agar mahasiswa/i mengetahui cara kerja menara destilasi dan aplikasinya dalam dunia industri C. Tujuan percobaan
1. Melakukan percobaan atas campuran Methanol – Air dengan menggunakan menggunakan peralatan jenis Menara Isian ( packed tower ). 2. Mengevaluasikan performace Bahan Isian untuk Menara Distilasi dengan memperbandingkan komposisi destilasi hasil yang diperoleh dari Menara Isian tanpa Bahan Isian ( kosong ). ( jika memungkinkan hitunglah Height Equivalent to a Theoritic plate ( H.E.T.P )
D. Latar Belakang
Distilasi adalah suatu metode operasi pemisahan suatu komponen dari campurannya yang didasarkan pada perbedaan titik didih atau tekanan uap murni masing-masing komponen dengan menggunakan panas sebagai tenaga pemisah. Proses pemisahan pada operasi distilasi terjadi karena adanya perpindahan massa akibat kontak antar fasa uap dengan fasa cairannya. Jika kontak antarfasa dibiarkan berlangsung dalam waktu relative cukup, maka sistem akan dimungkinkan berada dalam keseimbangan fisis. Setelah keseimbangan fisistercapai, uap segera dipisahkan dari cairannya dan dikondensasikan dikondensasikan membentuk embunan distilat. Dalam keadaan seimbangan terdapat beda komposisi antara fasa uap dengan fasa cairannya. Komposisi komponen ringan dalam fasa uap lebih besar disbanding komposisi komponen yang sama dalam fase cairannya. Dalam distilat banyak mengandung komponen dengan tekanan uap murni tinggi atau yang mempunyai titik didih rendah sedangkan komponen yang tekanan uap murninya rendah atau yang mempunyai titik didih tinggi sebagian besar terdapat dalam residu.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Menara Destilasi
Distilasi adalah suatu cara pemisahan larutan dengan menggunakan panas sebagai pemisah atau ―separating agent‖. Jika larutan yang terdiri dari dua buah komponen yang cukup mudah menguap, misalnya larutan benzena-toluena, larutan n-Heptan dan n-Heksan dan larutan lain yang sejenis didihkan, maka fase uap yang terbentuk akan mengandung komponen yang lebih menguap dalam jumlah yang relatif lebih banyak dibandingkan dengan fase cair. cair. Jadi ada perbedaan komposisi antara fase cair dan fase uap, dan hal ini merupakan syarat utama supaya pemisahan dengan distilasi dapat dilakukan. Kalau komposisi fase uap sama dengan komposisi fase cair, maka pemisahan dengan jalan distilasi tidak dapat dilakukan. Proses distilasi dalam kilang minyak bumi merupakan proses pengolahan secara fisika yang primer yang mengawali semua proses-proses yang diperlukan untuk memproduksi BBM dan Non-BBM. Proses distilasi ini dapat menggunakan satu kolom atau lebih menara distilasi, misalnya residu dari menara distilasi dialirkan ke menara distilasi hampa atau ke menara distilasi bertekanan. Secara fundamental semua proses-proses distilasi dalam kilang minyak bumi adalah sama. Semua proses distilasi memerlukan beberapa peralatan yang penting seperti : - Kondensor dan Cooler - Menara Fraksionasi - Kolom Stripping Proses pemisahan secara distilasi dengan mudah dapat dilakukan terhadap campuran, dimana antara komponen satu dengan komponen yang lain terdapat dalam campuran : a. Dalam keadaan standar berupa cairan, saling melarutkan menjadi campuran homogeny b.
Mempunyai sifat penguapan relatif (α) cukup besar.
c.
Tidak membentuk cairan azeotrop. Pada proses pemisahan secara distilasi, fase uap akan segera terbentuk
setelah sejumlah cairan dipanaskan. Uap dipertahankan kontak dengan sisa cairannya (dalam waktu relatif cukup) dengan harapan pada suhu dan tekanan tertentu, antara uap dan sisa cairan akan berada dalam keseimbangan, sebelum campuran dipisahkan menjadi distilat dan residu. Fase uap yang mengandung lebih banyak komponen yang lebih mudah menguap relatif terhadap fase cair, berarti menunjukkan adanya suatu pemisahan. Sehingga kalau uap yang terbentuk selanjutnya diembunkan dan dipanaskan secara berulang-ulang, maka akhirnya akan diperoleh komponen-komponen dalam keadaan yang relatif murni. Keseimbangan Uap – Uap – Cair Cair Untuk dapat menyelesaikan soal-soal distilasi harus tersedia data-data keseimbangan uap-cair sistim yang dikenakan distilasi. Data keseimbangan uapcair dapat berupa tabel atau diagram. Tiga macam diagram keseimbangan yang akan dibicarakan, yaitu : A. Diagram Titik didih Diagram titik didih adalah diagram yang menyatakan hubungn antara temperatur
atau
titik
didih
dengan
komposisi
uap
dan
cairan
yang
berkeseimbangan. Di dalam diagram titik didih tersebut terdapat dua buah kurva, yaitu kurva cair jenuh dan uap jenuh. Kedua kurva ini membagi daerah didalam diagram menjadi 3 bagian, yaitu : 1. Daerah satu fase yaitu daerah cairan yang terletak dibawah kurva cair jenuh. 2. Daerah satu fase yaitu daerah yang terletak datas kurva uap jenuh. 3. Daerah dua fase yaitu daerah uap jenuh dan cair jenuh yang terletak di antara kurva cair jenuh dan kurva uap jenuh. j enuh.
B. Diagram Entapi-komposisi Diagram entalpi-komposisi adalah diagram yang menyatakan hubungan antara entalpi dengan komposisi sesuatu sistim pada tekanan tertentu. Didalam diagram tersebut terdapat dua buah kurva yaitu kurva cair jenuh dan kurva uap jenuh. Setiap titik pada kurva cair jenuh dihubungkan dengan gari hubung ―tie line‖ dengan titik tertentu pada kurva kurva uap jenuh, dimana titik-titik tersebut dalam keadaan keseimbangan. Dengan adanya kedua kurva tersebut, daerah didalam diagram terbagi menjadi 3 daerah, yaitu 1. Daerah cairan yang terletak dibawah kurva cair jenuh. 2. Daerah uap yang terletak diatas kurva uap jenuh. 3. Daerah cair dan uap yang terletak diantara kurva cair jenuh dengan kurva uap jenuh 4. Dibawah kurva cair jenuh terdapat isoterm-isoterm yang menunjukkan entalpi cairan pada berbagai macam komposisi pada berbagai temperatur.
C. Macam-macam Distilasi Distilasi berdasarkan prosesnya prosesnya terbagi menjadi dua, yaitu : 1. Distilasi kontinyu 2. Distilasi batch
Berdasarkan Berdasarkan basis tekanan operasinya terbagi menajdi tiga, yaitu : 1. Distilasi atmosferis (0,4-5,5 atm mutlak) 2. Distilasi vakum (≤ 300 mmHg pada bagian atas kolom) 3. Distilasi tekanan (≥ 80 psia pada bagian atas kolom) Berdasarkan komponen penyusunnya
1. Distilasi sistem biner 2. Distilasi sitem multi komponen Berdasarkan Berdasarkan sistem operasinya terbagi dua, yaitu : 1. Single-stage Distillation 2. Multi stage Distillation
Distilasi Vakum : a. Distilasi vakum adalah distilasi yang tekanan operasinya 0,4 atm (300 mmHg absolut). Distilasi yang dilakukan dalam tekanan operasi ini biasanya karena beberapa alasan yaitu : Sifat penguapan relatif antar komponen biasanya meningkat seiring dengan menurunnya boiling temperature. Sifat penguapan relatif yang meningkat memudahkan terjadinya proses separasi sehingga jumlah stage teoritis yang dibutuhkan berkurang. Jika jumlah stage teoritis konstan, rasio refluks yang diperlukan untuk proses separasi yang sama dapat dikurangi. Jika kedua variabel di atas konstan maka kemurnian produk yang dihasilkan akan meningkat. b. Distilasi pada temperatur rendah dilakukan ketika mengolah produk yang sensitif terhadap variabel temperatur. Temperatur bagian bawah yang rendah menghasilkan beberapa reaksi yang tidak diinginkan
seperti
dekomposisi
produk,
polimerisasi,
dan
penghilangan warna. c.
Proses pemisahan dapat dilakukan terhadap komponen dengan tekanan uap yang sangat rendah atau komponen dengan ikatan yang dapat terputus pada titik didihnya.
d.
Reboiler dengan temperatur yang rendah yang menggunakan sumber energi dengan harga yang lebih murah seperti steam dengan tekanan rendah atau air panas.
BAB III MATERI DAN METODA
A. Materi
a. Peralatan percobaan ialah : 1. Satu Unit Menara Distilasi ( jenis isolasi panas yang khusus), tanpa bola-bola keramik yang disikan. 2. Labu didih dilengkapi dengan mantel pemanas, 500 ml. 3. Heater. 4. Termometer dan pendingin refluks ( condensor ). 5. Pendingin samping dan wadah sampel. 6. Pengatur tegangan. b. Bahan percobaan ialah : 1. Metanol secukup nya. 2. Aquades seperluh nya.
B. Metoda
Prosedur kerja : 1. Periksa susunan peralatan 2. Ukur tinggi bahan isihan bola-bola keramik. 3. Masukan 450 ml larutan Metanol – Air (15% mol metyanol = 24% berat methanol ) kedalam labu didih. Masukkan beberapa keping batu didih kedalam labu didih untuk mencegah terjadinya semburan cairan yang mendidih dan agar terjadinya pendidihan dan agar halus dan merata.
4. Alirkan air pendingin kedalam masing – masing – masing masing pendingin. 5. Mula-mula tutuplah cock refluks pendingin pada posisi total refluks sehingga terjadi total refluks. 6. Secara perlahan-lahan tambahkan jumlah arus yang masuk kedalam mantel pemanasan dengan memutar knop. Pengaturan tegangan, jumlah arus yang sesuai dengan mantel pemanasan bervariasi, tergantung pada
karateristik dari larutan yang digunakan dan kecepatan penguapan. penguapan. Karena itu tegangan dengan mengamati kenaikan temperatur cairan didalam labu didih. 7. Amati temperatur pada puncak menara distilasi. 8. Catatlah data – data ( amper mantel pemanas, temperatur pada puncak menara, data-data pada lembar data. 9. Bila temperatur konstant sudah tercapai mulailah mangambil contoh ( cairan bawah dan kondensat ). 10. Selama samping ukurlah kecepatan kondensasi dengan mengunakan sampel dan stopwatch. 11. Ukurlah komposisi komposisi sampel sampel dengan menggunakan refractomter dan dan grafik. 12. Kembalikan sampel tadi kedalam labu didih dan ulangi percobaan sekali lagi. 13. Ubahlah kecepatan distilasi dengan menaikkan jumlah arus kedalam mantel pemanasan dan ulangi langkah 5 sampai 12. 14. Ubah kecepatan distilasi sekali lagi ( total ada 3 percobaan dengan kecepatan distilasi yang berbeda ). 15. Lakukan prosedur percobaan yang sama terhadap Menara Distilasi yang kosong ( tanpa bahan isian )
BAB IV DATA PENGAMATAN
Data Pengamatan Percobaan Menara Distilasi
o
DATA
Time
Hetaer
Temp C
No
min
Ampr
Bot
Top
1
0
2
34
29
2
5
2
46
29
3
10
2
70
29
4
15
2
78
64,5
5
20
2
79
64,5
6
25
2
79
64,5
Bahan Metahnol Air (40%mol)
Jumlah bahan + 99,95 ml Aquades
Bukaan penuh = 4,5
Bukaan ½ = 1,75
Bukaan penuh = 1346,7
V2 = 1337,3
Residu = 1352,13
Titik didih =64,5
Fraksi mol = 79 %, 100%, 38%
BAB V HASIL KERJA PRAKTEK
A. Pembahasan
1. Penentun perhitungan perhitungan konsentrasi konsentrasi Methanol Methanol - Air Diketahui m f = 40 % = 0,4
= 0,79
M1 = 32
=1 ρ ρ ρ
M2 = 18
V1 = 250
0,4 = 0,4 = 5,55 – 5,55 – 0,0123 0,0123 . V1 V1 = 0,0246875 . V1 V1 5,55 = 0,O369875 . V1 V1 = 150,05 Ml
V1 +
V2
=
VT
150,05 + V2 = VT V2 = 250 ml – ml – 150,05 150,05 ml
V2 = 99,55 ml
XD = ( Destilat ) = XW = ( Bottow ) = V1 ( Bukaan penuh ) = 4,5 ml/ menit V2 ( Bukaan ½ )
= 1,75 ml/menit
Lo = V1 – V1 – V2 V2 = 4,5 – 4,5 – 1,75 1,75 ml/menit
R =
=
= 1,5714
Garis Operasi atas =
= =
= 0,03072
Zt = 90 cm ( tinggi menara ) N = jumlah plate
=
HETP =
=
= 15 cm
B. Tabulasi Data Menara Distilasi
o
DATA
Time
Hetaer
Temp C
No
min
Ampr
Bot
Top
1
0
2
34
29
2
5
2
46
29
3
10
2
70
29
4
15
2
78
64,5
5
20
2
79
64,5
6
25
2
79
64,5
Dist Rate
Cc/m
Ref.1
mf
Ref.1
mf
V1=4,5
V2=1,75
1346,7
0,79
1337,3
0,38
KESIMPULAN Kesimpulan.
Sampel
Cc/s
BAB VI
A.
Sampel
Dari hasil percobaan menera distilasi kami dapat menyimpulkan beberapa kesimpulan diantara nya ialah : 1. Sebelum melakukan pratikum terlebih dahulu periksa peralatan, Ukuran tinggi bahan isian bola – bola – bola bola keramik. 2. Apa bila waktu konstan maka harga Garis Operasi atas , HTEP juga akan Konstan. 3. Temperatur yang dihasilkan menara distilasi tidaksama o
4. Temperatur titikdidih methanol adalah 64,4 sampai 64,5 C.
.
DAFTAR PUTSAKA
Penuntun Praktikum SATUAN OPERASI II, 2011, PTKI MEDAN
Coulson and Richardson‘s, 2002,Chemical Engineering,5 Engineering,5th th Edition, Butterworth- Heinemann, Tokyo Geankoplis, C. J., 1993,Transport Processes and Unit Operation, 3nd Edition, Prentice Hall, Inc, U.S.A McCabe, W. L., and J. C., Smith. 1999.Operasi Teknik Kimia, edisi keempat, jilid 2, Erlangga, Jakarta
BAB I PENDAHULUAN A. Judul Percobaan
“MENARA PENDINGIN ( PACKED TOWER)
B. Maksud Dan Tujuan Percobaan
1. Maksud
Agar
mahasiswa/I
mengetahui
proses
menara
pendingin
dan
aplikasinya dalam industry
2. Tujuan Percobaan
1. Untuk
pemakaian kembali air pendingin pabrik – pabrik
kimia berat ( besar ) atau sebagai hasil pengunaan pengendalian pengendalian udara (air ( air conditioning ) yang menyebar luas. 2.
Untuk mempelajari Psycrometic Chart udara basah, udara kering dan juga memperoleh prinsip dasar untuk unit operasi pengendalian pengendalian udara (air ( air condicition ) pengeringan pengeringan penguapan.
C. Latar Belakang Menara pendingin (cooling tower ) adalah alat penghilang panas yang
digunakan untuk memindahkan kalor buangan ke atmosfer. Mendara pendingin dapat menggunakan penguapan air atau hanya menggunakan udara saja untuk mendinginkannya. Menara pendingin umumnya digunakan untuk mendinginkan air yang dialirkan, pada kilang minyak, pabrik kimia, pusat pembangkit listrik, dan pendinginan gedung. Menara yang digunakan bervariasi dalam ukurannya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Menara Pendingin
Menara pendingin (cooling tower ) adalah alat penghilang panas yang
digunakan untuk memindahkan kalor buangan ke atmosfer. Mendara pendingin dapat menggunakan penguapan air atau hanya menggunakan udara saja untuk mendinginkannya. Menara pendingin umumnya digunakan untuk mendinginkan air yang dialirkan, pada kilang minyak, pabrik kimia, pusat pembangkit listrik, dan pendinginan gedung. Menara yang digunakan bervariasi dalam ukurannya. Sistem pengkondisian pengkondisian udara atau tata udara ditujukan untuk menghasilkan menghasilkan kenyamanan termal bagi penghuni dalam ruangan pada suatu bangunan gedung.Untuk memenuhi kebutuhan tersebut,diperlukan mesinrefrigerasi, jenis mechanical vaporcompression cycle atau absorption cycle. Pada saat ini banyak
gedung memakai sistem mechanical vaporcompression cycle yang menggunakan reciprocatingchiller ataupun centrifugal chiller , yang memiliki komponen utama
kompresor, kondenser, katup ekspansi dan evaporator. Untuk kapasitas pendinginan lebih besar dari 300 ton of refrigeration (TR), kompresor yang digunakan adalah dari jenis sentrifugal, dan untuk kapasitas pendinginan lebih kecil dari 300 TR umumnya dipakai kompresor jenis torak ( reciprocating). Jenis media pendinginan condenser dapat dipakai udara ( air cooled condenser ) atau air (water coled condenser ) yang dilengkapi dengan menara pendingin ( cooling tower ). ). Keunggulan kondenser berpendinginan berpendinginan air, antara lain :
1. Temperatur bola basah ( wet bulb temperature)udara lingkungan digunakan sebagai heat sink . Semakin rendah heat sink , proses penurunantemperatur air akan semakin efisien. 2.
Proses penurunan temperatur air pada menara pendingin melibatkan perpindahan kalor sensibledan latent . Sedangkan pada air cooled cond enserhanya enserhanya mengandalkan sensible heat , sehingga membutuhkan
volume udara yang besar untuk/pada beban yang sama dan memerlukan fandengan daya yang lebih besar. 3.
Pada menara pendingin, terjadi kontak langsung antara air dengan udara didalam fill, sehingga dapat meningkatkan efisiensi perpindahan kalor.
4. Air memiliki kapasitas panas jenis lebih besar dariair, sehingga untuk kapasitas yang sama, dimensi alat penukar kalor berpendinginan air menjadi
lebih
kecil
dibandingkan
dengan
alat
penukar
kalor
berpendinginan udara. Dengan beberapa keunggulan diatas, water cooled condenser mengkonsumsi energi lebih rendah dibanding dengan air cooled condenser , Studi awal yang dilakukan adalah menelaah kinerja
menara pendingin bila terjadi perubahan parameter parameter temperature bola basah, approach, range dan laju alir air pendingin kondenser.
B. Perkembangan Dalam Dunia Industri
Humidifikasi: APLIKASI INDUSTRI
Proses humidifikasi dapat dilakukan untuk mengontrol kelembaban ruang atau, yang lebih sering, untuk mendinginkan dan memulihkan air oleh kontak dengan kelembaban udara rendah. Air yang telah kehilangan panas ke atmosfer kemudian dapat digunakan kembali dalam penukar panas seluruh tanaman. Atau, air dapat didinginkan dalam penukar panas permukaan. Pilihannya adalah salah satu dari ekonomi, dengan desainer menyeimbangkan kehilangan air pendingin yang melekat dalam pendingin kontak udara-air terhadap biaya penyediaan penyediaan dan penanganan sumber pendinginan untuk pendingin permukaan dan biaya yang lebih tinggi dari permukaan unit.
Humidifikasi PERALATAN
Bentuk yang paling jelas dari peralatan humidifikasi adalah ruang semprot. Di sini, cairan menghubungi menghubungi disemprotkan sebagai kabut ke dalam aliran gas. Kecepatan gas tetap rendah sehingga waktu kontak adalah tinggi sehingga akan ada hanya sejumlah kecil cairan secara fisik entrained dalam aliran gas. Unit ini biasanya terbatas pada operasi skala kecil dan sering digunakan dalam kontrol kelembaban ruangan atau pabrik di mana baik humidifikasi atau dehumidification dari udara masuk diperlukan. Jenis menara pendingin Menara pendingin umumnya digunakan untuk operasi humidifikasi. Menara pendingin jatuh ke dalam dua sub-divisi utama: natural draft dan draft mekanis. Desain natural draft menggunakan cerobong beton yang sangat besar untuk memperkenalkan udara melalui media. Karena ukuran yang luar biasa dari menara (500 kaki tinggi dan 400 ft diameter di dasar) mereka umumnya digunakan digunakan untuk laju aliran air di atas 200.000 gal / min. Biasanya jenis ini menara hanya digunakan oleh stasiun tenaga listrik. Menara pendingin draft 64
mekanis jauh lebih banyak digunakan. Menara ini memanfaatkan penggemar besar untuk memaksa udara melalui air disirkulasikan. Air jatuh ke bawah di atas permukaan mengisi yang membantu meningkatkan waktu kontak antara air dan udara. Hal ini membantu memaksimalkan perpindahan panas antara dua. Setup eksperimental eksperimental untuk laboratorium menggunakan rancangan UG menara pendingin mekanis.
65
BAB III MATRI DAN METODE
A. Materi
a. Perlengkapan Perlengkapan penyediaan p enyediaan air panas. 1. Tangki air panas. 2. Panaskan listrik tercelup ( 3 KW x2 ). 3. Unit Otomatis pengontrolan suhu. 4. Distribusi air panas. 5. Penampungan Penampungan Air panas. b. Perlengkapan Perlengkapan Udara Dingin. 1. Blower dan motor penggerak ( 0,75 KW ). 2. Unit pemanasan Udara ( 3 KW ). 3. Unit Otomotis Pengontrol suhu, 4. Penapis dan proyektor radiasi. 5. ― Drift water eliminator ― c. Unit Transfer massa dan Transfer panas 1. Kayu bahan isian. 2. Jendela transfarans. 3. Perlengkapan Perlengkapan bahan isihan yang dapat ditukar dengan cepat. d. Panel dan Instrument. 1. Thermometer and meansuring position selector. a. Suhu air didalam tangki air panas. b. Suhu air dingin didalam tangki penyimpanan. c. Suhu udara pendinginan didalam pipa saluran ( duct ). 2. Higrometer . ― Dry Bulb and wet Bulb Thermometer inlet of duct and ambled conditioning‖ 3. Flow meter.
66
Rotameter air ( maksimum 1.000 l/jam ) 4. ― Dial Indicator and Pressure measuring top selector ― a. ― Pressure drop across orifice plate‖ b. ― Pressure drop across mass and heat trans fer unit‖ c. ― Static pressure in air duct ― 5. Saklat Tenaga. a. Penyediaan sumber tenaga ( utama ). b. Blower c. Pompa dan Pemanas.
B. Metoda
Prosedur Percobaan :
A. Persiapan. 1. Penyedian air. Air dalam tangki puncak diawasi dan air pada ― wayer reservoir ― mempertahankan air puncak konstan dan disediakan sebagai air pendingin untuk diuji. 2. Penyediaan air kota pengambilan pengambilan ( drain ) untuk diuji d iuji : Air kota disediakan ( dialirkan dengan jalur arus pipa baru, dan arus drain ( drain valve = VRD ) tertup. Air kota didalam tangki air dibuat melubert agar tinggi permukaan air dapat selalu konstan dan air yang meleburkan keluar melalui pipa pembuangan air dapat selalu konstan dan air yang meluber keluar tinggi permukaan air dapat selalu konstan dan air yang meluber keluar melalui pipa pembuangan pembuangan saluran. 3. Mencegah pembekuan. Pada musim dingin keluar semua air dari peralatan ( dari cooling Tower ) supaya tidak membeku didalamnya. Di indonesia karena iklim tropis hal ini tidak akan terjadi terjadi . B. Pengawasan ― temperatur Sensors ―
67
Awasilah ― temperatur
Sensors yang tercelup didalam air yang selain
harus bersih di dalam kantongan. Kantongan terletak didalam bahan isihan unit Transfer panas massa dan Transfer panas. C. Pengawasan Pengawasan Higrometer. Higrometer mempunyai thermometer bola kering dan bola basah. Awasilah ― sensible point ― termometer bola basah yang terbalut dengan kain dimana termometer tercelup didalam pot air. D. Pengawasan
― Sensible Incline Manometer ― ( or dial Indicated
Manometer ) E. Pemeriksaan bagian listrik luar. 1. Peralatan ini memerlukan sumber tenaga yang ditujukkan pada sampul dari pada manual peralatan ini mempunyai panjang 5 meter. 2. Dua kabel jalur penyediaan tenaga listrik ditukar posisinya, jika arah putaran motor berlawanan dengan tanda kutip ―
pada
permukaan motor penggerak untuk pompa air. F. ― Power Swith Operation ― 1. Knop operasi Water Temperatur Control, Air Temp. Control ( fine ) ( Coarse ) knop diatas digunakan untuk menjaga suhu ( t1 ) dan
suhu udara pendingin ( T2 ) bila didinginkan, Nomor – nomor diletakan pada posisi terendah adalah terdigin . Sebelum operasi dimulai knop – knop – knop knop diatur pada angka terendah terendah. 2. Pastikan bahwa saklar – saklar – skalar skalar pada posisi OFF yaitu skalar: POWER SUPPLY , WATER HEATING, WATER PUMP, BLOWER dan AIR HEATING. 3. Putar saklar – saklar – saklar saklar pada posisi tahap – tahap – tahap tahap sebagai berikut : Tahap 1. Power suplly blower water heating dan air heating
68
– knop Water Temp.control, air temperatur Tahap 2. Putaran knop – knop control (fine ) dan AIR TEMP. CONTROL pada angka yang diinginkan. Tahap 3. Hidupkan Water pump
G. Water Flow control Valve ( V1) and memotion shuterr are provided for rate controling .
Pengukuran
Peralatan ini dioperasikan pada keadan seimbangan thermal dan steady state, sehingga operasi harus di mulai beberapa jam seblum pengujian sesunggunya. sesunggunya.
69
BAB IV HASIL KERJA PRAKTEK
A. Pembahasan
DATA I 1. Pn = Pa × 13,6 + ho Diketahui :
Pa = 760 mmHg = 1 Kg/cm = 1000 Kg/cm
2
Ho = 8 mmH2O = 8 Kg/m Ditanya
:
Pn………..?
Jawab
:
Pn = Pa × 13,6 + ho
2
Pn = 1000 × 13,6 + 8 Kg/m = 136008 Kg/m
2
2. Tn = 273 + To 0
Diketahui :
To = 28,2 C
Ditanya
:
Tn………..?
Jawab
:
Tn = 273 + To = 273 + 28,2 0
= 301,2 K 3.
= 136008 Kg/m
2
0
2946 x 301,2 K 20
= 15,327 Kg/m K
4. G = 3600 × α ×
× π d 2
4
70
2
2
= 3600 x 0,8031 x 1,000 x 3,14 ( 0,04755 ) =
2
√
= 280, 49
5. V = G / 3600 X
π/4 x D2 = 280,49/3600 x 15,327 3,14/4 ( 0,1053 )
2
= 1,194 0,0087 = 137,24
6. Ro = v x D/ V 0
V = Viskositas Pada Temperatur 40 C Dengan cara interpolasi nilai V 0
pada suhu 40 C Maka dapat dicari : – X1 X – X
=
– X1 X2 – X
– Y1 Y – Y Y2 – Y1
40 – 40 – 0 0
=
50 – 50 – 0 0
– 17.10 Y – 17.10 19,54 – 19,54 – 17,10 17,10
40
=
– 17,10 9 – 17,10
50
2,44
50Y - 855 =
97,6
50Y
=
952,6
Y
=
19,052 Kg/m sec
7. G X di = L x C x dt L = G x di C x dt L = 280,49 x 0,04755 0
40 C x 0,9
71
L = 0,37 B. Tabulasi Data
72
BAB VI KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Pada percobaan didalam operasih menara pendingin terjadi transfer panas dan tranfer massa.
Pada percobaan yang yang dilakukan air yang berada dipuncak tray akan selalu lebih panas dri pada disaat tray.
73
DAFTAR PUTSAKA
Penuntun Praktikum SATUAN OPERASI II, 2011, PTKI MEDAN Coulson and Richardson‘s, 2002,Chemical Engineering,5th Engineering,5th Edition, Butterworth- Heinemann, Tokyo Geankoplis, C. J., 1993,Transport Processes and Unit Operation, 3nd Edition, Prentice Hall, Inc, U.S.A McCabe, W. L., and J. C., Smith. 1999.Operasi Teknik Kimia, edisi keempat, jilid 2, Erlangga, Jakarta
74
BAB I PENDAHULUAN
A. Judul Percobaan Fluidisasi ( fluidization)
B.
Maksud Dan Tujuan Percobaan
1. Maksud :
Percobaan ini adalah untuk mengetahui besarnya kehilangan tekanan di dalam unggun padatan yang cukup penting karena selain erat sekali hubungannya dengan banyaknya energi yang diperlukan, juga bisa memberikan indikasi tentang kelakuan unggun selama operasi berlangsung
Yang dimaksud kecepatan minimum fluidisasi (Umf), adalah kecepatan superficial fluida minimum dimana fluida mulai terjadi
2. Tujuan Percobaan
a.
Mempelajari pengaruh kehilangan tekanan ( pressure loss) pada fixed dan fluidized bed, mengukur pororitas ( voidage) dan mengamati keadaan fluidiasasi
b. Mempelajari kecepatan fluidisasi minimum(
75
)
C.
Latar Belakang
Fluidisasi adalah metoda pengontakan butiran-butiran padatan dengan fluida baik cair maupun gas. Metoda ini diharapkan butiran
padatan
memiliki
sifat
seperti
fluida
dengan
viskositastinggi. Sebagai ilustrasi, tinjau suatu kolom berisi sejumlah partikel padat berbentuk bola. Melaluiunggun padatan ini kemudian dialirkan gas dari bawah ke atas. Pada laju alir yang cukup rendah, butiran padat akan tetap diam, karena gas hanya mengalir dari bawah ke atas. Pada laju alir yangcukup rendah, butiran padat akan tetap diam, karena gas hanya mengalir melalui ruang antar partikeltanpa menyebabkan perubahan susunan partikel tersebut. Keadaan yang demikian disebut unggundiam atau fixed bed. K a l a u l a j u a l i r k e m u d i a n d i n a i k k a n , a k a n s a m p a i p a d a sua tu kea daan di man a ung gun pada padata tan n akan akan ter tersu susp spen ensi si di di dalam aliran gas yang melaluinya. Pada keadaan ini masing-masing butiran akan t erpisahkan satu sama lain sehingga dapat bergerak dengan lebih mudah. Pa da kond ko nd is i butiran butiran yang dapat bergerak bergerak ini, sifat unggun unggun akan menyerupai suatu cairan dengan viskositas tinggi,misalnya adanya kecenderungan
untuk
mengalir,
mempunyai
sifat
hidrostatik
dan
sebagainya.Dalam dunia industri, fluidisasi diaplikasikan dalam banyak hal
seperti
transportasi
serbuk padatan
(conveyor
untuk
solid),
pencampuran padatan halus, perpindahan panas (seperti pendinginanuntuk bijih alumina panas), pelapisan plastik pada permukaan logam, proses dryi drying ng dan dan siz sizin ing g pad padaa pem baka ran , pro ses per tum buh an part ikel dan kondensai bahan yang dapat mengalami sublimasi,adsorpsi (untuk pengeringan udara dengan adsorben), dan masih banyak aplikasi lain.
76
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi Percobaan FLUIDISASI
Fluidisasi dipakai untuk menerangkan atau menggambarkan salah satu cara mengontakkan butiran-butiran padat dengan fluida (gas atau cair). Sebagai ilustrasi dengan apa yang dinamakan fluidisasi ini, kita tinjau suatu bejana dalam air di dalam mana ditempatkan sejumlah partikel padat berbentuk bola, melalui unggun padatan ini kemudian dialirkan gas dengan arah aliran dari bawah ke atas. Pada laju al ir yang cukup rendah partikel padat akan diam. Keadaan yang demikian disebut sebagai unggun diam atau‖ fixed bed”. Kalau laju alir gas dinaikkan, maka akan sampai pada suatu keadaan dimana unggun padatan tadi tersuspensi di dalam aliran gas yang melaluinya. Pada kondisi partikel yang mobil ini, sifat unggun akan menyerupai sifat-sifat suatu cairan dengan viskositas tinggi, misalnya ada kecenderungan untuk mengalir, mempunyai sifat hidrostatik. Keadaan demikian disebut ― fluidized bed”. KEHILANGAN TEKANAN (Pressure Drop)
Aspek utama yang akan ditinjau di dalam percobaan ini adalah untuk mengetahui besarnya kehilangan tekanan di dalam unggun padatan yang cukup penting karena selain erat sekali hubungannya dengan banyaknya energi yang diperlukan, juga bisa memberikan indikasi tentang kelakuan unggun selama operasi berlangsung. Korelasikorelasi matematik yang menggambarkan hubungan antara kehilangan tekanan dengan laju alir fluida di dalam suatu sistem unggun diperoleh
melalui
metode-metode
yang
bersifat
menggunakan menggunakan bilangan-bilangan tak t ak berdimensi.
77
semi
empiris
dengan
Untuk aliran laminer dimana kehilangan energi terutama disebabkan oleh ―viscous loses”, Blake memberikan hubungan sebagai berikut :
dP/L : kehilangan tekanan per per satuan panjang atau atau tinggi ukuran gC µ ε
: faktor konversi : viskositas fluida : porositas unggun yang didefinisikan sebagai perbandingan volume
ruang kosong di dalam unggun dengan volume unggunnya V
: kecepatan alir superficial fluida
S
: luas permukaan spesifik partikel
Luas permukaan spesifik partikel (luas permukaan per satuan volume unggun) dihitung berdasarkan korelasi berikut:
Persamaan
(4)
ini
kemudian
diturunkan
lagi
oleh
kozeny
dengan
mengasumsikan bahwa unggun zat padat tersebut adalah ekuivalent dengan
78
satu kumpulan saluransaluran lurus yang partikelnya mempunyai luas permukaan dalam total dan volume total masing-masing sama dengan luas permukaan luar partikel dan volume ruang kosongnya. Harga konstanta ‗k‘ yang diperoleh beberapa peneliti sedikit berbeda misalnya: Kozeny (1927)
k‘= 150
Carman ( 1937)
k‘= 180
US Bureau of Munes (1951)
k‘= 200
Untuk aliran turbulen, persamaan (4) tidak bisa dipergunakan lagi, sehingga Ergun (1952) kemudian menurunkan rumus lain dimana kehilangan tekanan digambarkan sebagai hubungan dari : ―viscous ―viscous losses” dan ―kinetic energy losses”.
dimana
:
k1
=150
;
k2
=
1,75
Pada tekanan ekstrim, yaitu: Aliran laminer (Re=20), sehingga term II bisa diabaikan Aliran turbulen (Re=1000), sehingga term I bisa diabaikan fluidized bed) UNGGUN TERFLUIDAKAN ( fluidized
Untuk unggun terfluidakan, persamaan yang menggambarkan pressure drop adalah persamaan Ergun yaitu:
79
Dimana εf adalah porositas unggun pada keadaan terfluidakan. Pada keadaan ini dimana partikel-partikel zat padat seolah-olah terapung di dalam fluida, akan terjadi kesetimbangan antara berat partikel dengan gaya berat dan gaya apung dari fluida di sekelilingnya. sekelilingnya. Gaya berat oleh fluida yang naik = berat partikel – partikel – gaya gaya apung atau: [kehilangan tekanan pada unggun] [luas penampang] = [volume unggun] [densitas zat padat-densitas fluida].
Kecepatan Minimum Fluidisasi
Yang dimaksud kecepatan minimum fluidisasi (Umf), adalah kecepatan superficial fluida minimum dimana fluida mulai terjadi. Harga Umbisa diperoleh
dengan mengkombinasikan mengkombinasikan persamaan (6) dengan persamaan (8)
80
B. Perkembangan Serta Penggunaannya Didunia Industri
Dalam dunia industri, fluidisasi diaplikasikan dalam banyak hal seperti transportasi serbuk padatan (conveyor untuk solid), pencampuran padatan padatan halus, perpindahan panas (seperti pendinginanuntuk bijih alumina panas), pelapisan plastik pada permukaan permukaan logam, logam, proses drying drying dan sizing pada pada pe mb ak ar an , proses
pertumbuhan
partikel
dan
kondensai
bahan
yang
dapat
meng me ngal al am i subl su bl im asi, as i, adsorpsi adsorpsi (untuk (untuk pengeri pengeringan ngan udara udara dengan dengan adsorben) adsorben),, dan dan masih banyak aplikasi lain
81
BAB III MATERI DAN METODA A. Materi Peralatan :
Kompresor udara/blower.
Orifice meter.
Manometer
Kolom Fuidized Bed.
Berapa buah valve.
Timbangan.
O.
Stop watch.
Gelas ukur.
Dll.
Bahan-bahan :
Pasir kwarsa.
Pellet plastic.
Dll.
B. Metoda Cara kerja :
1. Timbanglah pertikal-pertikal
padat yang yang akan akan di gunakan dan carilah carilah
perositasnya untuk setiap diameter partikal yang digunakan .
82
2. Periksalah rangkaian peralatan seperti pada gambar (3) apakah sudah lengkap 3. Sebelum menghidupkan blower ( compressor) mintalah lebih dahulu ijin dari asisten 4. Uji lebih dahulu peralatan dimana kolom dalam keadaan kosong. kosong. 5. Masukan partikal kedalam kolom dengan diameter dan ketinggian tertetu 6. Hidupkan blower, ataw flow rate udara dengan control valve 7. Catat gerakan partikal yang yang terjadi di dalam kolom sampai terjadi fluidisasi 8. Setelah terjadi fluidasasi tutup katup control perlahan-lahan dan lakukan pengamatan dan pencatatan gerakan pertikal-pertikal sampai unggun menjadi diam.
83
BAB IV DATA PENGAMATAN
Exp
temp
Manometer
No
1
30
5
2
38
3
Air
L
Ket
1,33
13
Diam
9
2,06
8
Bergerak
41
11
2,15
22
Bergerak
4
45
15
2,45
25
Bergerak
5
48
17
2,58
28
Bergerak
volume
( m/ sec)
84
BAB V HASIL KERJA PRAKTEK
A. Analisa Data
D = 56,30mm Dp = 0,39 mm
= 7 ml = 10 ml =128,5 gr =136,5 gr ( ) =( = ( ) = 0,117
∫
=
=
= 1,2 gr/ml
Pada fixed bed bed ( saat diam )
= 5 V = 80 L/ menit
= = 0,00133
85
D = 56,30 mm = 0,0563 m Q=
= ⁄ ()
=
= 0,5362 m/s
Untuk pasir kwarsa L = 13 cm = 0,13 m
= 0,39 mm = 0,00039 m
Vto =
= 0,00248
0,13 m
= 0,00032
V udara = V to x
= 0,000322
X 0,117
= 0,0000376
VP = Vto – Vto – Vudara Vudara = 0,000322
- 0,0000376
= 0,000284
86
=
=
=
=
=
=
= 50 y = 928,2 y =
= 18,564 kg/
= = =
=
= 50y-855 =97,22
= y = 19,05 kg/
= = =
=
= 50y-855 =100,04 =
= y= 19,10 kg/
=
87
=
=
– 855 = 109,8 = 50 y – 855 = 50 y
= 964,8
=
y= 19,28 kg/
= = 50 y- 855 = 117,12 50 y = 972,12
y = 19,44 kg/
( ( ) )
( ) () ( )
= 9573,15 kg/
88
Pada fluidized bed ( saat bergerak)
V
= 0,00248
= 0,00032
= =
=
=
=
=
= 50y- 64,65 = 6 = 50 y = 70,65
=
=
) () ( ) (
=
( )() ( )
) (ρρ(ρρ-ρ) D (
( ) )
=0,0055
= () ) (1- ) = 0,13 m (1,2 gr/ml-0,001445 gr/ml) = 0,13 m
()
= 0,1375
89
B. Tabulasi Data
Exp
Temp
Air volume
Flow
L
Ket
0,5362
13
Diam
0,8306
8
Bergerak
0,8669
22
Bergerak
0,9879
25
Bergerak
1,0403
28
Bergerak
rate No
( )
( m/ sec)
1
30
1,33
2
38
3
41
4
45
5
48
2,06 2,15 2,45 2,58
90
BAB VI KESIMPULAN
1. Kesimpulan
1. Hal-hal yang mempengaruhi kehilangan tekanan ( pressure loss) 2. Pada fixed dan fluidized fluidized bed adalah prositas, viskositas,velolity viskositas,velolity kolom kosong, tinggi fixed bend an diameter pertikal
91
DAFTAR PUTSAKA
Penuntun Praktikum SATUAN OPERASI II, 2011, PTKI MEDAN Coulson and Richardson‘s, 2002,Chemical Engineering,5 Engineering,5th th Edition, Butterworth- Heinemann, Tokyo Geankoplis, C. J., 1993,Transport Processes and Unit Operation, 3nd Edition, Prentice Hall, Inc, U.S.A McCabe, W. L., and J. C., Smith. 1999.Operasi Teknik Kimia, edisi keempat, jilid 2, Erlangga, Jakarta
92