KUMPULAN DONGENG DAN CERITA RAKYAT INDONESIA ebook oleh://jowo.jw.lt SANGKURIANG Pada jaman dahulu, tersebutlah kisah seorang puteri raja di Jawa Barat bernama D ayang Sumbi.Ia mempunyai seorang anak laki-laki yang diberi nama Sangkuriang. A nak tersebut sangat gemar berburu. Ia berburu dengan ditemani oleh Tumang, anjing kesayangan istana. Sangkuriang ti dak tahu, bahwa anjing itu adalah titisan dewa dan juga bapaknya. Pada suatu hari Tumang tidak mau mengikuti perintahnya untuk mengejar hewan buru an. Maka anjing tersebut diusirnya ke dalam hutan. Ketika kembali ke istana, Sangkuriang menceritakan kejadian itu pada ibunya. Buk an main marahnya Dayang Sumbi begitu mendengar cerita itu. Tanpa sengaja ia memu kul kepala Sangkuriang dengan sendok nasi yang dipegangnya. Sangkuriang terluka. Ia sangat kecewa dan pergi mengembaraSetelah kejadian itu, Dayang Sumbi sangat menyesali dirinya. Ia selalu berdoa dan sangat tekun bertapa. Pada suatu ketika, para dewa memberinya sebuah hadiah. Ia akan selamanya muda dan memiliki kecant ikan abadi. Setelah bertahun-tahun mengembara, Sangkuriang akhirnya berniat untuk kembali ke tanah airnya. Sesampainya disana, kerajaan itu sudah berubah total. Disana diju mpainya seorang gadis jelita, yang tak lain adalah Dayang Sumbi. Terpesona oleh kecantikan wanita tersebut maka, Sangkuriang melamarnya. Oleh karena pemuda itu sangat tampan, Dayang Sumbi pun sangat terpesona padanya. Pada suatu hari Sangkuriang minta pamit untuk berburu. Ia minta tolong Dayang Su mbi untuk merapikan ikat kepalanya. Alangkah terkejutnya Dayang Sumbi demi melih at bekas luka di kepala calon suaminya. Luka itu persis seperti luka anaknya yan g telah pergi merantau. Setelah lama diperhatikannya, ternyata wajah pemuda itu sangat mirip dengan wajah anaknya. Ia menjadi sangat ketakutan. Maka kemudian ia mencari daya upaya untuk menggagalkan proses peminangan itu. Ia mengajukan dua buah syarat. Pertama, ia meminta pemuda itu untuk membendung sun gai Citarum. Dan kedua, ia minta Sangkuriang untuk membuat sebuah sampan besar u ntuk menyeberang sungai itu. Kedua syarat itu harus sudah dipenuhi sebelum fajar menyingsing. Malam itu Sangkuriang melakukan tapa. Dengan kesaktiannya ia mengerahkan mahlukmahluk gaib untuk membantu menyelesaikan pekerjaan itu. Dayang Sumbi pun diam-di am mengintip pekerjaan tersebut. Begitu pekerjaan itu hampir selesai, Dayang Sum bi memerintahkan pasukannya untuk menggelar kain sutra merah di sebelah timur ko ta. Ketika menyaksikan warna memerah di timur kota, Sangkuriang mengira hari sudah m enjelang pagi. Ia pun menghentikan pekerjaannya. Ia sangat marah oleh karena itu berarti ia tidak dapat memenuhi syarat yang diminta Dayang Sumbi. Dengan kekuatannya, ia menjebol bendungan yang dibuatnya. Terjadilah banjir besa r melanda seluruh kota. Ia pun kemudian menendang sampan besar yang dibuatnya. S ampan itu melayang dan jatuh menjadi sebuah gunung yang bernama "Tangkuban Perah u." LEGENDA CANDI PRAMBANAN Di dekat kota Yogyakarta terdapat candi Hindu yang paling indah di Indonesia. Ca
ndi ini dibangun dalam abad kesembilan Masehi. Karena terletak di desa Prambanan , maka candi ini disebut candi Prambanan tetapi juga terkenal sebagai candi Lara Jonggrang, sebuah nama yang diambil dari legenda Lara Jonggrang dan Bandung Bon dowoso. Beginilah ceritanya. Konon tersebutlah seorang raja yang bernama Prabu Baka. Beliau bertahta di Pramb anan. Raja ini seorang raksasa yang menakutkan dan besar kekuasaannya. Meskipun demikian, kalau sudah takdir, akhirnya dia kalah juga dengan Raja Pengging. Prab u Baka meninggal di medan perang. Kemenangan Raja Pengging itu disebabkan karena bantuan orang kuat yang bernama Bondowoso yang juga terkenal sebagai Bandung Bo ndowoso karena dia mempunyai senjata sakti yang bernama Bandung. Dengan persetujuan Raja Pengging, Bandung Bondowoso menempati Istana Prambanan. Di sini dia terpesona oleh kecantikan Lara Jonggrang, putri bekas lawannya -- ya , bahkan putri raja yang dibunuhnya. Bagaimanapun juga, dia akan memperistrinya. Lara Jonggrang takut menolak pinangan itu. Namun demikian, dia tidak akan meneri manya begitu saja. Dia mau kawin dengan Bandung Bondowoso asalkan syarat-syaratn ya dipenuhi. Syaratnya ialah supaya dia dibuatkan seribu candi dan dua sumur yan g dalam. Semuanya harus selesai dalam waktu semalam. Bandung Bondowoso menyanggu pinya, meskipun agak keberatan. Dia minta bantuan ayahnya sendiri, orang sakti y ang mempunyai balatentara roh-roh halus. Pada hari yang ditentukan, Bandung Bondowoso beserta pengikutnya dan roh-roh hal us mulai membangun candi yang besar jumlahnya itu. Sangatlah mengherankan cara d an kecepatan mereka bekerja. Sesudah jam empat pagi hanya tinggal lima buah cand i yang harus disiapkan. Di samping itu sumurnya pun sudah hampir selesai. Seluruh penghuni Istana Prambanan menjadi kebingungan karena mereka yakin bahwa semua syarat Lara Jonggrang akan terpenuhi. Apa yang harus diperbuat? Segera gad is-gadis dibangunkan dan disuruh menumbuk padi di lesung serta menaburkan bunga yang harum baunya. Mendengar bunyi lesung dan mencium bau bunga-bungaan yang har um, roh-roh halus menghentikan pekerjaan mereka karena mereka kira hari sudah si ang. Pembuatan candi kurang sebuah, tetapi apa hendak dikata, roh halus berhenti mengerjakan tugasnya dan tanpa bantuan mereka tidak mungkin Bandung Bondowoso m enyelesaikannya. Keesokan harinya waktu Bandung Bondowoso mengetahui bahwa usahanya gagal, bukan main marahnya. Dia mengutuk para gadis di sekitar Prambanan -- tidak akan ada or ang yang mau memperistri mereka sampai mereka menjadi perawan tua. Sedangkan Lar a Jonggrang sendiri dikutuk menjadi arca. Arca tersebut terdapat dalam ruang can di yang besar yang sampai sekarang dinamai candi Lara Jonggrang. Candi-candi yan g ada di dekatnya disebut Candi Sewu yang artinya seribu. ARYO MENAK Dikisahkan pada jaman Aryo Menak hidup, pulau Madura masih sangat subur. Hutanny a sangat lebat. Ladang-ladang padi menguning. Aryo Menak adalah seorang pemuda yang sangat gemar mengembara ke tengah hutan. P ada suatu bulan purnama, ketika dia beristirahat dibawah pohon di dekat sebuah d anau, dilihatnya cahaya sangat terang berpendar di pinggir danau itu. Perlahan-l ahan ia mendekati sumber cahaya tadi. Alangkah terkejutnya, ketika dilihatnya tu juh orang bidadari sedang mandi dan bersenda gurau disana. Ia sangat terpesona oleh kecantikan mereka. Timbul keinginannya untuk memiliki seorang diantara mereka. Iapun mengendap-endap, kemudian dengan secepatnya diamb il sebuah selendang dari bidadari-bidadari itu. Tak lama kemudian, para bidadari itu selesai mandi dan bergegas mengambil pakaia
nnya masing-masing. Merekapun terbang ke istananya di sorga kecuali yang termuda . Bidadari itu tidak dapat terbang tanpa selendangnya. Iapun sedih dan menangis. Aryo Menak kemudian mendekatinya. Ia berpura-pura tidak tahu apa yang terjadi. D itanyakannya apa yang terjadi pada bidadari itu. Lalu ia mengatakan: "Ini mungki n sudah kehendak para dewa agar bidadari berdiam di bumi untuk sementara waktu. Janganlah bersedih. Saya akan berjanji menemani dan menghiburmu." Bidadari itu rupanya percaya dengan omongan Arya Menak. Iapun tidak menolak keti ka Arya Menak menawarkan padanya untuk tinggal di rumah Arya Menak. Selanjutnya Arya Menak melamarnya. Bidadari itupun menerimanya. Dikisahkan, bahwa bidadari itu masih memiliki kekuatan gaib. Ia dapat memasak se panci nasi hanya dari sebutir beras. Syaratnya adalah Arya Menak tidak boleh men yaksikannya. Pada suatu hari, Arya Menak menjadi penasaran. Beras di lumbungnya tidak pernah berkurang meskipun bidadari memasaknya setiap hari. Ketika isterinya tidak ada d irumah, ia mengendap ke dapur dan membuka panci tempat isterinya memasak nasi. T indakan ini membuat kekuatan gaib isterinya sirna. Bidadari sangat terkejut mengetahui apa yang terjadi. Mulai saat itu, ia harus m emasak beras dari lumbungnya Arya Menak. Lama kelamaan beras itupun makin berkur ang. Pada suatu hari, dasar lumbungnya sudah kelihatan. Alangkah terkejutnya bid adari itu ketika dilihatnya tersembul selendangnya yang hilang. Begitu melihat s elendang tersebut, timbul keinginannya untuk pulang ke sorga. Pada suatu malam, ia mengenakan kembali semua pakaian sorganya. Tubuhnya menjadi ringan, iapun dap at terbang ke istananya. Arya Menak menjadi sangat sedih. Karena keingintahuannya, bidadari meninggalkann ya. Sejak saat itu ia dan anak keturunannya berpantang untuk memakan nasi SI LANCANG Alkisah tersebutlah sebuah cerita, di daerah Kampar pada zaman dahulu hiduplah si Lancang dengan ibunya. Mereka hidup dengan sangat miskin. Mereka ber dua bekerja sebagai buruh tani. Untuk memperbaiki hidupnya, maka Si Lancang berniat merantau. Pada suatu hari ia meminta ijin pada ibu dan guru ngajinya. Ibunya pun berpesan agar di rantau ora ng kelak Si Lancang selalu ingat pada ibu dan kampung halamannya. Ibunya berpesa n agar Si Lancang jangan menjadi anak yang durhaka. Si Lancang pun berjanji pada ibunya tersebut. Ibunya menjadi terharu saat Si Lan cang menyembah lututnya untuk minta berkah. Ibunya membekalinya sebungkus lumpin g dodak, kue kegemaran Si Lancang. Setelah bertahun-tahun merantau, ternyata Si Lancang sangat beruntung. Ia menjad i saudagar yang kaya raya. Ia memiliki berpuluh-puluh buah kapal dagang. Dikhaba rkan ia pun mempunyai tujuh orang istri. Mereka semua berasal dari keluarga saud agar yang kaya. Sedangkan ibunya, masih tinggal di Kampar dalam keadaan yang san gat miskin. Pada suatu hari, Si ke tujuh isterinya. buran berupa musik. h rendah. Sementara
Lancang berlayar ke Andalas. Dalam pelayaran itu ia membawa Bersama mereka dibawa pula perbekalan mewah dan alat-alat hi Ketika merapat di Kampar, alat-alat musik itu dibunyikan riu itu kain sutra dan aneka hiasan emas dan perak digelar. Semu
anya itu disiapkan untuk menambah kesan kemewahan dan kekayaan Si Lancang. Berita kedatangan Si Lancang didengar oleh ibunya. Dengan perasaan terharu, ia b ergegas untuk menyambut kedatangan anak satu-satunya tersebut. Karena miskinnya, ia hanya mengenakan kain selendang tua, sarung usang dan kebaya penuh tambalan. Dengan memberanikan diri dia naik ke geladak kapal mewahnya Si Lancang. Begitu menyatakan bahwa dirinya adalah ibunya Si Lancang, tidak ada seorang kela si pun yang mempercayainya. Dengan kasarnya ia mengusir ibu tua tersebut. Tetapi perempuan itu tidak mau beranjak. Ia ngotot minta untuk dipertemukan dengan ana knya Si Lancang. Situasi itu menimbulkan keributan. Mendengar kegaduhan di atas geladak, Si Lancang dengan diiringi oleh ketujuh ist rinya mendatangi tempat itu. Betapa terkejutnya ia ketika menyaksikan bahwa pere mpuan compang camping yang diusir itu adalah ibunya. Ibu si Lancang pun berkata, "Engkau Lancang ... anakku! Oh ... betapa rindunya hati emak padamu. Mendengar sapaan itu, dengan congkaknya Lancang menepis. Anak durhaka inipun berteriak, "m ana mungkin aku mempunyai ibu perempuan miskin seperti kamu. Kelasi! usir peremp uan gila ini." Ibu yang malang ini akhirnya pulang dengan perasaan hancur. Sesampainya di rumah , lalu ia mengambil pusaka miliknya. Pusaka itu berupa lesung penumbuk padi dan sebuah nyiru. Sambil berdoa, lesung itu diputar-putarnya dan dikibas-kibaskannya nyiru pusakanya. Ia pun berkata, "ya Tuhanku ... hukumlah si Anak durhaka itu. " Dalam sekejap, turunlah badai topan. Badai tersebut berhembus sangat dahsyatnya sehingga dalam sekejap menghancurkan kapal-kapal dagang milik Si Lancang. Bukan hanya kapal itu hancur berkeping-keping, harta benda miliknya juga terbang ke ma na-mana. Kain sutranya melayang-layang dan jatuh menjadi negeri Lipat Kain yang terletak di Kampar Kiri. Gongnya terlempar ke Kampar Kanan dan menjadi Sungai Og uong. Tembikarnya melayang menjadi Pasubilah. Sedangkan tiang bendera kapal Si L ancang terlempar hingga sampai di sebuah danau yang diberi nama Danau Si Lancang . TERJADINYA DANAU TOBA Pada jaman dahulu, hiduplah seorang pemuda tani yatim piatu di bagian utara pula u Sumatra. Daerah tersebut sangatlah kering. Syahdan, pemuda itu hidup dari bert ani dan memancing ikan. Pada suatu hari ia memancing seekor ikan yang sangat ind ah. Warnanya kuning keemasan. Begitu dipegangnya, ikan tersebut berubah menjadi seorang putri jelita. Putri itu adalah wanita yang dikutuk karena melanggar suat u larangan. Ia akan berubah menjadi sejenis mahluk yang pertama menyentuhnya. Ol eh karena yang menyentuhnya manusia, maka ia berubah menjadi seorang putri. Terpesona oleh kecantikannya, maka pemuda tani tersebut meminta sang putri untuk menjadi isterinya. Lamaran tersebut diterima dengan syarat bahwa pemuda itu tid ak akan menceritakan asal-usulnya yang berasal dari ikan.Pemuda tani itu menyang gupi syarat tersebut. Setelah setahun, pasangan suami istri tersebut dikarunia s eorang anak laki-laki. Ia mempunyai kebiasaan buruk yaitu tidak pernah kenyang. Ia makan semua makanan yang ada. Pada suatu hari anak itu memakan semua makanan dari orang tuanya. Pemuda itu san gat jengkelnya berkata: "dasar anak keturunan ikan!"Pernyataan itu dengan sendir inya membuka rahasia dari isterinya.Dengan demikian janji mereka telah dilanggar . Istri dan anaknya menghilang secara gaib. Ditanah bekas pijakan mereka menyembur lah mata air. Air yang mengalir dari mata air tersebut makin lama makin besar. D an menjadi sebuah danau yang sangat luas. Danau itu kini bernama Danau Toba
SI SIGARLAKI DAN SI LAMBAT Pada jaman dahulu di Tondano hiduplah seorang pemburu perkasa yang bernama Sigar laki. Ia sangat terkenal dengan keahliannya menombak. Tidak satupun sasaran yang luput dari tombakannya. Sigarlaki mempunyai seorang pelayan yang sangat setia yang bernama Limbat. Hampi r semua pekerjaan yang diperintahkan oleh Sigarlaki dikerjakan dengan baik oleh Limbat. Meskipun terkenal sebagai pemburu yang handal, pada suatu hari mereka ti dak berhasil memperoleh satu ekor binatang buruan. Kekesalannya akhirnya memunca k ketika Si Limbat melaporkan pada majikannya bahwa daging persediaan mereka di rumah sudah hilang dicuri orang. Tanpa pikir panjang, si Sigarlaki langsung menuduh pelayannya itu yang mencuri d aging persediaan mereka. Si Limbat menjadi sangat terkejut. Tidak pernah diduga majikannya akan tega menuduh dirinya sebagai pencuri. Lalu Si Sigarlaki meminta Si Limbat untuk membuktikan bahwa bukan dia yang mencu ri. Caranya adalah Sigarlaki akan menancapkan tombaknya ke dalam sebuah kolam. B ersamaan dengan itu Si Limbat disuruhnya menyelam. Bila tombak itu lebih dahulu keluar dari kolam berarti Si Limbat tidak mencuri. Apabila Si Limbat yang keluar dari kolam terlebih dahulu maka terbukti ia yang mencuri. Syarat yang aneh itu membuat Si Limbat ketakutan. Tetapi bagaimanapun juga ia be rkehendak untuk membuktikan dirinya bersih. Lalu ia pun menyelam bersamaan denga n Sigarlaki menancapkan tombaknya. Baru saja menancapkan tombaknya, tiba-tiba Sigarlaki melihat ada seekor babi hut an minum di kolam. Dengan segera ia mengangkat tombaknya dan dilemparkannya ke a rah babi hutan itu. Tetapi tombakan itu luput. Dengan demikian seharusnya Si Sig arlaki sudah kalah dengan Si Limbat. Tetapi ia meminta agar pembuktian itu diula ng lagi. Dengan berat hati Si Limbat pun akhirnya mengikuti perintah majikannya. Baru saj a menancapkan tombaknya di kolam, tiba-tiba kaki Sigarlaki digigit oleh seekor k epiting besar. Iapun menjerit kesakitan dan tidak sengaja mengangkat tombaknya. Dengan demikian akhirnya Si Limbat yang menang. Ia berhasil membuktikan dirinya tidak mencuri. Sedangkan Sigarlaki karena sembarangan menuduh, terkena hukuman d igigit kepiting besar. AJI SAKA Dahulu kala, ada sebuah kerajaan bernama Medang Kamulan yang diperintah oleh raj a bernama Prabu Dewata Cengkar yang buas dan suka makan manusia. Setiap hari san g raja memakan seorang manusia yang dibawa oleh Patih Jugul Muda. Sebagian kecil dari rakyat yang resah dan ketakutan mengungsi secara diam-diam ke daerah lain. Di dusun Medang Kawit ada seorang pemuda bernama Aji Saka yang sakti, rajin dan baik hati. Suatu hari, Aji Saka berhasil menolong seorang bapak tua yang sedang dipukuli oleh dua orang penyamun. Bapak tua yang akhirnya diangkat ayah oleh Aji Saka itu ternyata pengungsi dari Medang Kamulan. Mendengar cerita tentang kebua san Prabu Dewata Cengkar, Aji Saka berniat menolong rakyat Medang Kamulan. Denga n mengenakan serban di kepala Aji Saka berangkat ke Medang Kamulan. Perjalanan menuju Medang Kamulan tidaklah mulus, Aji Saka sempat bertempur selam a tujuh hari tujuh malam dengan setan penunggu hutan, karena Aji Saka menolak di jadikan budak oleh setan penunggu selama sepuluh tahun sebelum diperbolehkan mel ewati hutan itu.
Tapi berkat kesaktiannya, Aji Saka berhasil mengelak dari semburan api si setan. Sesaat setelah Aji Saka berdoa, seberkas sinar kuning menyorot dari langit meng hantam setan penghuni hutan sekaligus melenyapkannya. Aji Saka tiba di Medang Kamulan yang sepi. Di istana, Prabu Dewata Cengkar sedan g murka karena Patih Jugul Muda tidak membawa korban untuk sang Prabu. Dengan berani, Aji Saka menghadap Prabu Dewata Cengkar dan menyerahkan diri untu k disantap oleh sang Prabu dengan imbalan tanah seluas serban yang digunakannya. Saat mereka sedang mengukur tanah sesuai permintaan Aji Saka, serban terus meman jang sehingga luasnya melebihi luas kerajaan Prabu Dewata Cengkar. Prabu marah s etelah mengetahui niat Aji Saka sesungguhnya adalah untuk mengakhiri kelalimanny a. Ketika Prabu Dewata Cengkar sedang marah, serban Aji Saka melilit kuat di tubuh sang Prabu. Tubuh Prabu Dewata Cengkar dilempar Aji Saka dan jatuh ke laut selat an kemudian hilang ditelan ombak. Aji Saka kemudian dinobatkan menjadi raja Medang Kamulan. Ia memboyong ayahnya k e istana. Berkat pemerintahan yang adil dan bijaksana, Aji Saka menghantarkan Ke rajaan Medang Kamulan ke jaman keemasan, jaman dimana rakyat hidup tenang, damai , makmur dan sejahtera. ARTI SEBUAH PERSAHABATAN Pada dahulu kala hiduplah seekor kura-kura dan seekor burung elang. Walaupun san g kura-kura dan elang jarang bertemu karena sang kura-kura lebih banyak menghabi skan waktu disemak-semak sedangkan sang elang lebih banyak terbang, namun tidak menghalangi sang elang untuk selalu mengunjungi teman kecilnya yang baik hati, s ang kura-kura. Keluarga sang kura-kura sangat ramah dan selalu menyambut kedatangan sang elang dengan gembira. Mereka juga selalu memberi sang elang makanan dengan sangat roya lnya. Sehingga sang elang selalu berkali-kali datang karena makanan gratis dari keluarga kura-kura tersebut. Setiap kali sehabis makan dari keluarga kura-kura s ang elang selalu menertawakan sang kura-kura : "ha ha betapa bodohnya si kura-ku ra, aku dapat merasakan kenikmatan dari makanan yang selalu dia berikan, namun t idak mungkin dia dapat merasakan nikmatnya makananku karena sarangku yang terlet ak jauh diatas gunung" Karena begitu seringnya sang elang menertawakan dan dengan egoisnya menghabiskan makanan sang kura-kura, maka seluruh hutan mulai menggunjingkan sikap sang elan g tersebut. Para penghuni hutan tersebut merasa tidak suka dengan sikap seenakny a sang elang kepada sang kura-kura yang baik hati. Suatu hari seekor kodok meman ggil kura-kura yang sedang berjalan dekat sungai. "Hai temanku sang kura-kura, b erilah aku semangkok kacang polong, maka aku akan memberikan kata-kata bijak unt ukmu" seru sang kodok. Setelah menghabiskan semangkuk kacang polong dari sang ku ra-kura, sang kodok berkata lagi: "kura-kura, sahabatmu sang elang telah menyala hgunakan persahabatan dan kebaikan hatimu. Setiap kali sehabis bertamu di sarang mu, selalu saja dia mengejekmu dengan berkata " ha ha betapa bodohnya si kura-ku ra, aku dapat merasakan kenikmatan dari makan yang selalu dia berikan, namun tid ak mungkin dia dapat merasakan nikmatnya makananku karena sarangku yang terletak jauh diatas gunung". Pada suatu hari nanti sang elang akan datang kembali dan a kan meminta sekeranjang makanan darimu dan berjanji akan memberikan makanan kepa damu dan anak-anakmu" Benarlah yang dikatakan oleh sang kodok, sang elang datang dengan membawa keranj ang dan seperti biasanya sang elang menikmati makanan dari sang kura-kura. Sang
elang berkata: "hai temanku kura-kura, ijinkan aku mengisi keranjangku dengan ma kanan darimu, maka akan kukirimkan kepada anak istriku dan istriku akan memberim u makanan buatannya untuk istri dan anakmu". Kemudian sang elang terbang dan kem bali menertawakan sang kura-kura. Maka segeralah sang kura-kura masuk kedalam ke ranjang tersebut dan ditutupi dengan sayuran buah-buahan oleh istrinya, sehingga tidak terlihat. Ketika sang elang kembali, istri sang kura-kura mengatakan bahw a suaminya baru saja pergi dan memberikan keranjang penuh berisi makanan kepada sang elang. Sang elang segera bergegas terbang sambil membawa keranjang tersebut . Kembali dia menertawakan kebodohan sang kura-kura. Namun kali ini sang kura-kura mendengar sendiri perkataannya. Sampailah mereka di sarang sang elang, dan sang elang segera memakan isi keranjang tersebut sampai habis. Betapa terkejutnya me lihat sang kura-kura keluar dari keranjang tersebut. "Hai temanku sang elang, en gkau sudah sering mengunjungi sarangku namun belum pernah sekalipun aku mengunju ngi sarangmu. Kelihatannya akan sangat berbahagianya aku kalau dapat menikmati m akananmu seperti engkau menikmati makananku." Betapa marahnya sang elang karena merasa tersindir. Dengan marah ia mematuk sang kura-kura.Namun berkat batok ruma h sang kura-kura yang keras, kura-kura tidak dapat dipatuk oleh sang elang. Deng an sedihnya sang kura-kura berkata: "Aku telah melihat persahabatan macam apa ya ng engkau tawarkan padaku hai sang elang. Betapa kecewanya aku. Baiklah antarkan aku kembali ke sarangku dan persahabatan kita akan berakhir." Sang elangpun ber kata :"Baiklah kalau itu maumu. Aku akan membawamu pulang" Namun timbul pikiran jahat pada diri sang elang. "Aku akan menjatuhkanmu dan memakan sisa-sisa dirimu " pikirnya lagi. Begitulah, sang kura-kura memegang kaki sang elang yang terbang tinggi. "lepaska n kakiku" seru sang elang marah. Dengan sabar sang kura-kura menjawab: "Aku akan melepaskan kakimu apabila engkau sudah mengantarkanku pulang ke sarangku" denga n kesal sang elang pun terbang tinggi, menungkik dan menggoyang-goyangkan kakiny a dengan harapan sang kura-kura akan jatuh. Namun tidak ada gunanya. Akhirnya di a menurunkan sang kura-kura di sarangnya, dan segera terbang tinggi dengan peras aan malu. Ketika sang elang terbang, sang kura-kura berseru : " Hai temanku persahabatan m embutuhkan rasa saling membagi satu dengan lainnya. Aku menghargaimu dan kaupun menghargaiku. Namun bagaimanapun, sejak engkau menjadikan persahabatan kita hany a permainan, mentertawakan keramahan keluargaku dan aku maka sebaiknya engkau ti dak usah lagi datang kepadaku". BATU GOLOG Pada jaman dahulu di daerah Padamara dekat Sungai Sawing hiduplah sebuah keluarg a miskin. Sang istri bernama Inaq Lembain dan sang suami bernama Amaq Lembain. Mata pencaharian mereka adalah buruh tani. Setiap hari mereka berjalan kedesa de sa menawarkan tenaganya untuk menumbuk padi. Kalau Inaq Lembain menumbuk padi maka kedua anaknya menyertai pula. Pada suatu h ari, ia sedang asyik menumbuk padi. Kedua anaknya ditaruhnya diatas sebuah batu ceper didekat tempat ia bekerja. Anehnya, ketika Inaq mulai menumbuk, batu tempat mereka duduk makin lama makin m enaik. Merasa seperti diangkat, maka anaknya yang sulung mulai memanggil ibunya: "Ibu batu ini makin tinggi." Namun sayangnya Inaq Lembain sedang sibuk bekerja. Dijawabnya, "Anakku tunggulah sebentar, Ibu baru saja menumbuk." Begitulah yang terjadi secara berulang-ulang. Batu ceper itu makin lama makin me ninggi hingga melebihi pohon kelapa. Kedua anak itu kemudian berteriak sejadi-ja dinya. Namun, Inaq Lembain tetap sibuk menumbuk dan menampi beras. Suara anak-an
ak itu makin lama makin sayup. Akhirnya suara itu sudah tidak terdengar lagi. Batu Goloq itu makin lama makin tinggi. Hingga membawa kedua anak itu mencapai a wan. Mereka menangis sejadi-jadinya. Baru saat itu Inaq Lembain tersadar, bahwa kedua anaknya sudah tidak ada. Mereka dibawa naik oleh Batu Goloq. Inaq Lembain menangis tersedu-sedu. Ia kemudian berdoa agar dapat mengambil anak nya. Syahdan doa itu terjawab. Ia diberi kekuatan gaib. dengan sabuknya ia akan dapat memenggal Batu Goloq itu. Ajaib, dengan menebaskan sabuknya batu itu terpe nggal menjadi tiga bagian. Bagian pertama jatuh di suatu tempat yang kemudian di beri nama Desa Gembong olrh karena menyebabkan tanah di sana bergetar. Bagian ke dua jatuh di tempat yang diberi nama Dasan Batu oleh karena ada orang yang meny aksikan jatuhnya penggalan batu ini. Dan potongan terakhir jatuh di suatu tempat yang menimbulkan suara gemuruh. Sehingga tempat itu diberi nama Montong Teker. Sedangkan kedua anak itu tidak jatuh ke bumi. Mereka telah berubah menjadi dua e kor burung. Anak sulung berubah menjadi burung Kekuwo dan adiknya berubah menjad i burung Kelik. Oleh karena keduanya berasal dari manusia maka kedua burung itu tidak mampu mengerami telurnya. BENDE WASIAT Harimau sedang asyik bercermin di sungai sambil membasuh mukanya. "Hmm, gagah ju ga aku ini, tubuhku kuat berotot dan warna lorengku sangat indah," kata harimau dalam hati. Kesombongan harimau membuatnya suka memerintah dan berbuat semena-me na pada binatang lain yang lebih kecil dan lemah. Si kancil akhirnya tidak tahan lagi. "Benar-benar keterlaluan si harimau !" kata Kancil menahan marah. "Dia me sti diberi pelajaran! Biar kapok! Sambil berpikir, ditengah jalan kancil bertemu dengan kelinci. Mereka berbincang-bincang tentang tingkah laku harimau dan menc oba mencari ide bagaimana cara membuat si harimau kapok. Setelah lama terdiam, "Hmm, aku ada ide," kata si kancil tiba-tiba. "Tapi kau ha rus menolongku," lanjut si kancil. "Begini, kau bilang pada harimau kalau aku te lah menghajarmu karena telah menggangguku, dan katakan juga pada si harimau bahw a aku akan menghajar siapa saja yang berani menggangguku, termasuk harimau, kare na aku sedang menjalankan tugas penting," kata kancil pada kelinci. "Tugas penti ng apa, Cil?" tanya kelinci heran. " Sudah, bilang saja begitu, kalau si harimau nanti mencariku, antarkan ia ke bawah pohon besar di ujung jalan itu. Aku akan menunggu Harimau disana." "Tapi aku takut Cil, benar nih rencanamu akan berhasil ?", kata kelinci. "Percayalah padaku, kalau gagal jangan sebut aku si kancil yan g cerdik". "Iya, iya. Aku percaya, tapi kamu jangan sombong, nanti malah kamu ja di lebih sombong dari si harimau lagi." Si kelincipun berjalan menemui harimau yang sedang bermalas-malasan. Si kelinci agak gugup menceritakan yang terjadi padanya. Setelah mendengar cerita kelinci, harimau menjadi geram mendengarnya. "Apa ? Kancil mau menghajarku? Grr, berani s ekali dia!!, kata harimau. Seperti yang diharapkan, harimau minta diantarkan ke tempat kancil berada. "Itu dia si Kancil!" kata Kelinci sambil menunjuk ke arah sebatang pohon besar di ujung jalan. "Kita hampir sampai, harimau. Aku takut, na nti jangan bilang si kancil kalau aku yang cerita padamu, nanti aku dihajar lagi ," kata kelinci. Si kelinci langsung berlari masuk dalam semak-semak. "Hai kancil!!! Kudengar kau mau menghajarku ya?" Tanya harimau sambil marah. "Ja ngan bicara keras-keras, aku sedang mendapat tugas penting". "Tugas penting apa? ". Lalu Kancil menunjuk benda besar berbentuk bulat, yang tergantung pada dahan pohon di atasnya. "Aku harus menjaga bende wasiat itu." Bende wasiat apa sih itu ?" Tanya harimau heran. "Bende adalah semacam gong yang berukuran kecil, tapi be nde ini bukan sembarang bende, kalau dipukul suaranya merdu sekali, tidak bisa t erlukis dengan kata-kata. Harimau jadi penasaran. "Aku boleh tidak memukulnya?, siapa tahu kepalaku yang lagi pusing ini akan hilang setelah mendengar suara mer
du dari bende itu." "Jangan, jangan," kata Kancil. Harimau terus membujuk si Kan cil. Setelah agak lama berdebat, "Baiklah, tapi aku pergi dulu, jangan salahkan aku kalau terjadi apa-apa ya?", kata si kancil. Setelah Kancil pergi, Harimau segera memanjat pohon dan memukul bende itu. Tapi yang terjadi. Ternyata bende itu adalah sarang lebah! Nguuuungnguuuung..nguuuung se kelompok lebah yang marah keluar dari sarangnya karena merasa diganggu. Lebah-le bah itu mengejar dan menyengat si harimau. "Tolong! Tolong!" teriak harimau kesa kitan sambil berlari. Ia terus berlari menuju ke sebuah sungai. Byuur! Harimau l angsung melompat masuk ke dalam sungai. Ia akhirnya selamat dari serangan lebah. "Grr, awas kau Kancil!" teriak Harimau menahan marah. "Aku dibohongi lagi. Tapi pusingku kok menjadi hilang ya?". Walaupun tidak mendengar suara merdu bende wa siat, harimau tidak terlalu kecewa, sebab kepalanya tidak pusing lagi. "Hahaha! Lihatlah Harimau yang gagah itu lari terbirit-birit disengat lebah," ka ta kancil. "Binatang kecil dan lemah tidak selamanya kalah bukan?". "Aku harap h arimau bisa mengambil manfaat dari kejadian ini," kata kelinci penuh harap." BUAYA AJAIB Pada jaman dahulu, hiduplah seorang lelaki bernama Towjatuwa di tepian sungai Ta mi daerah Irian Jaya. Lelaki itu sedang gundah, oleh karena isterinya yang hamil tua mengalami kesulit an dalam melahirkan bayinya. Untuk membantu kelahiran anaknya itu, ia membutuhka n operasi yang menggunakan batu tajam dari sungai Tami. Ketika sedang sibuk mencari batu tajam tersebut, ia mendengar suara-suara aneh d i belakangnya. Alangkah terkejutnya Towjatuwa ketika ia melihat seekor buaya bes ar di depannya. Ia sangat ketakutan dan hampir pingsan. Buaya besar itu pelan-pe lan bergerak ke arah Towjatuwa. Tidak seperti buaya lainnya, binatang ini memili ki bulu-bulu dari burung Kaswari di punggungnya. Sehingga ketika buaya itu berge rak, binatang itu tampak sangat menakutkan. Namun saat Towjatuwa hendak melarikan diri, buaya itu menyapanya dengan ramah da n bertanya apa yang sedang ia lakukan. Towjatuwapun menceritakan keadaan isterin ya. Buaya ajaib inipun berkata: "Tidak usah khawatir, saya akan datang ke rumahm u nanti malam. Saya akan menolong isterimu melahirkan." Towjatuwa pulang menemui isterinya. Dengan sangat berbahagia, iapun menceritakan perihal pertemuannya de ngan seekor buaya ajaib. Malam itu, seperti yang dijanjikan, buaya ajaib itupun memasuki rumah Towjatuwa. Dengan kekuatan ajaibnya, buaya yang bernama Watuwe itu menolong proses kelahir an seorang bayi laki-laki dengan selamat. Ia diberi nama Narrowra. Watuwe merama lkan bahwa kelak bayi tersebut akan tumbuh menjadi pemburu yang handal. Watuwe lalu mengingatkan agar Towjatuwa dan keturunannya tidak membunuh dan mema kan daging buaya. Apabila larangan itu dilanggar maka Towjatuwa dan keturunannya akan mati. Sejak saat itu, Towjatuwa dan anak keturunannya berjanji untuk melin dungi binatang yang berada disekitar sungai Tami dari para pemburu. ASAL USUL DANAU LIPAN Di kecamatan Muara Kaman kurang lebih 120 km di hulu Tenggarong ibukota Kabupate n Kutai Kartanegara di Kalimantan Timur ada sebuah daerah yang terkenal dengan n ama Danau Lipan. Meskipun bernama Danau, daerah tersebut bukanlah danau seperti Danau Jempang dan Semayang. Daerah itu merupakan padang luas yang ditumbuhi sema k dan perdu. Dahulu kala kota Muara Kaman dan sekitarnya merupakan lautan. Tepi lautnya ketik
a itu ialah di Berubus, kampung Muara Kaman Ulu yang lebih dikenal dengan nama B enua Lawas. Pada masa itu ada sebuah kerajaan yang bandarnya sangat ramai dikunj ungi karena terletak di tepi laut. Terkenallah pada masa itu di kerajaan tersebut seorang putri yang cantik jelita. Sang putri bernama Putri Aji Bedarah Putih. Ia diberi nama demikian tak lain ka rena bila sang putri ini makan sirih dan menelan air sepahnya maka tampaklah air sirih yang merah itu mengalir melalui kerongkongannya. Kejelitaan dan keanehan Putri Aji Bedarah Putih ini terdengar pula oleh seorang Raja Cina yang segera berangkat dengan Jung besar beserta bala tentaranya dan be rlabuh di laut depan istana Aji Bedarah Putih. Raja Cina pun segera naik ke dara t untuk melamar Putri jelita. Sebelum Raja Cina menyampaikan pinangannya, oleh Sang Putri terlebih dahulu raja itu dijamu dengan santapan bersama. Tapi malang bagi Raja Cina, ia tidak menget ahui bahwa ia tengah diuji oleh Putri yang tidak saja cantik jelita tetapi juga pandai dan bijaksana. Tengah makan dalam jamuan itu, puteri merasa jijik melihat kejorokan bersantap dari si tamu. Raja Cina itu ternyata makan dengan cara meny esap, tidak mempergunakan tangan melainkan langsung dengan mulut seperti anjing. Betapa jijiknya Putri Aji Bedarah Putih dan ia pun merasa tersinggung, seolah-ol ah Raja Cina itu tidak menghormati dirinya disamping jelas tidak dapat menyesuai kan diri. Ketika selesai santap dan lamaran Raja Cina diajukan, serta merta Sang Putri menolak dengan penuh murka sambil berkata, "Betapa hinanya seorang putri berjodoh dengan manusia yang cara makannya saja menyesap seperti anjing." Penghinaan yang luar biasa itu tentu saja membangkitkan kemarahan luar biasa pul a pada Raja Cina itu. Sudah lamarannya ditolak mentah-mentah, hinaan pula yang d iterima. Karena sangat malu dan murkanya, tak ada jalan lain selain ditebus deng an segala kekerasaan untuk menundukkan Putri Aji Bedarah Putih. Ia pun segera me nuju ke jungnya untuk kembali dengan segenap bala tentara yang kuat guna menghan curkan kerajaan dan menawan Putri. Perang dahsyat pun terjadilah antara bala tentara Cina yang datang bagai gelomba ng pasang dari laut melawan bala tentara Aji Bedarah Putih. Ternyata tentara Aji Bedarah Putih tidak dapat menangkis serbuan bala tentara Ci na yang mengamuk dengan garangnya. Putri yang menyaksikan jalannya pertempuran y ang tak seimbang itu merasa sedih bercampur geram. Ia telah membayangkan bahwa p eperangan itu akan dimenangkan oleh tentara Cina. Karena itu timbullah kemurkaan nya. Putri pun segera makan sirih seraya berucap, "Kalau benar aku ini titisan raja s akti, maka jadilah sepah-sepahku ini lipan-lipan yang dapat memusnahkan Raja Cin a beserta seluruh bala tentaranya." Selesai berkata demikian, disemburkannyalah sepah dari mulutnya ke arah peperangan yang tengah berkecamuk itu. Dengan sekeja p mata sepah sirih putri tadi berubah menjadi beribu-ribu ekor lipan yang besarbesar, lalu dengan bengisnya menyerang bala tentara Cina yang sedang mengamuk. Bala tentara Cina yang berperang dengan gagah perkasa itu satu demi satu dibinas akan. Tentara yang mengetahui serangan lipan yang tak terlawan itu, segera lari lintang-pukang ke jungnya. Demikian pula sang Raja. Mereka bermaksud akan segera meninggalkan Muara Kaman dengan lipannya yang dahsyat itu, tetapi ternyata mere ka tidak diberi kesempatan oleh lipan-lipan itu untuk meninggalkan Muara Kaman h idup-hidup. Karena lipan-lipan itu telah diucap untuk membinasakan Raja dan bala tentara Cina, maka dengan bergelombang mereka menyerbu terus sampai ke Jung Cin a. Raja dan segenap bala tentara Cina tak dapat berkisar ke mana pun lagi dan ak hirnya mereka musnah semuanya. Jung mereka ditenggelamkan juga.
Sementara itu Aji Bedarah Putih segera hilang dengan gaib, entah kemana dan bers amaan dengan gaibnya putri, maka gaib pulalah Sumur Air Berani, sebagai kekuatan tenaga sakti kerajaan itu. Tempat Jung Raja Cina yang tenggelam dan lautnya yan g kemudian mendangkal menjadi suatu daratan dengan padang luas itulah yang kemud ian disebut hingga sekarang dengan nama Danau Lipan. BUAYA PEROMPAK Pada jaman dahulu, Sungai Tulang Bawang sangat terkenal akan keganasan buayanya. Sehingga orang yang berlayar disana maupun para penduduk yang tinggal disana pe rlu untuk sangat berhati-hati. Menurut cerita, sudah banyak manusia yang hilang begitu saja disana. Pada suatu hari, kejadian yang menyedihkan itu terulang kembali. Orang yang hila ng itu adalah seorang gadis rupawan yang bernama Aminah. Anehnya, meskipun pendu duk seluryh kampung tepi Sungai Tulang Bawang mencarinya. Tidak ada jejak yang t ertinggal. Sepertinya ia sirna ditelan bumi. Nun jauh dari kejadian itu, di dalam sebuah gua besar tergoleklah Aminah. Ia bar u saja tersadar dari pingsannya. Betapa terkejutnya ia ketika menyadari bahwa gu a itu dipenuhi oleh harta benda yang ternilai harganya. Ada permata, emas, intan , maupun pakaian yang indah-indah. Harta benda itu mengeluarkan sinar yang berki lauan. Belum habis rasa takjubnya, dari sudut gua terdengarlah sebuah suara yang besar, "janganlah takut gadis rupawan! Meskipun aku berwujud buaya, sebenarnya aku ada lah manusia sepertimu juga. Aku dikutuk menjadi buaya karena perbuatanku dulu ya ng sangat jahat. Namaku dulu adalah Somad, perampok ulung di Sungai Tulang Bawan g. Dulu aku selalu merampok setiap saudagar yang berlayar disini. Semua hasil ra mpokanku kusimpan dalam gua ini. Kalau aku butuh makanan maka harta itu kujual s edikit di pasar desa tepi sungai. Tidak ada seorangpun yang tahu bahwa aku telah membangun terowongan di balik gua ini. Terowongan itu menghubungkan gua ini den gan desa tersebut." Tanpa disengaja, si buaya perompak tersebut sudah membuka rahasia gua tempat ked iamannya. Secara seksama Aminah menyimak dan mengingat keterangan berharga itu. Buaya itu selalu memberinya hadiah perhiasan. Harapannya adalah agar Aminah mau tetap tinggal bersamanya. Namun keinginan Aminah untuk segera kembali ke kampung halamannya makin menjadi-jadi. Pada suatu hari, buaya perompak tersebut sedikit lengah. Ia tertidur dan meningg alkan pintu guanya terbuka. Si Aminah pun keluar sambil berjingkat-jingkat. Di b alik gua itu ditemukannya sebuah terowongan yang sempit. Setelah cukup lama mene lusuri terowongan itu, tiba-tiba ia melihat sinar matahari. Betapa gembiranya ia ketika keluar dari mulut terowongan itu. Disana Aminah ditolong oleh penduduk d esa yang mencari rotan. Lalu Aminah memberi mereka hadiah sebagian perhiasan yan g dibawanya. Aminah akhirnya bisa kembali ke desanya dengan selamat. Ia pun sela njutnya hidup tenteram disana. CINDELARAS Raden Putra adalah raja Kerajaan Jenggala. Ia didampingi seorang permaisuri yang baik hati dan seorang selir yang cantik jelita. Tetapi, selir Raja Raden Putra memiliki sifat iri dan dengki terhadap sang permaisuri. Ia merencanakan suatu ya ng buruk kepada permaisuri. "Seharusnya, akulah yang menjadi permaisuri. Aku har us mencari akal untuk menyingkirkan permaisuri," pikirnya. Selir baginda, berkomplot dengan seorang tabib istana. Ia berpura-pura sakit par ah. Tabib istana segera dipanggil. Sang tabib mengatakan bahwa ada seseorang yan
g telah menaruh racun dalam minuman tuan putri. "Orang itu tak lain adalah perma isuri Baginda sendiri," kata sang tabib. Baginda menjadi murka mendengar penjela san tabib istana. Ia segera memerintahkan patihnya untuk membuang permaisuri ke hutan. Sang patih segera membawa permaisuri yang sedang mengandung itu ke hutan belanta ra. Tapi, patih yang bijak itu tidak mau membunuhnya. Rupanya sang patih sudah m engetahui niat jahat selir baginda. "Tuan putri tidak perlu khawatir, hamba akan melaporkan kepada Baginda bahwa tuan putri sudah hamba bunuh," kata patih. Untu k mengelabui raja, sang patih melumuri pedangnya dengan darah kelinci yang ditan gkapnya. Raja menganggung puas ketika sang patih melapor kalau ia sudah membunuh permaisuri. Setelah beberapa bulan berada di hutan, lahirlah anak sang permaisuri. Bayi itu diberinya nama Cindelaras. Cindelaras tumbuh menjadi seorang anak yang cerdas da n tampan. Sejak kecil ia sudah berteman dengan binatang penghuni hutan. Suatu ha ri, ketika sedang asyik bermain, seekor rajawali menjatuhkan sebutir telur. "Hmm , rajawali itu baik sekali. Ia sengaja memberikan telur itu kepadaku." Setelah 3 minggu, telur itu menetas. Cindelaras memelihara anak ayamnya dengan rajin. Ana k ayam itu tumbuh menjadi seekor ayam jantan yang bagus dan kuat. Tapi ada satu keanehan. Bunyi kokok ayam jantan itu sungguh menakjubkan! "Kukuruyuk... Tuanku Cindelaras, rumahnya di tengah rimba, atapnya daun kelapa, ayahnya Raden Putra.. ." Cindelaras sangat takjub mendengar kokok ayamnya dan segera memperlihatkan pada ibunya. Lalu, ibu Cindelaras menceritakan asal usul mengapa mereka sampai berada di hutan. Mendengar cerita ibundanya, Cindelaras bertekad untuk ke istana dan m embeberkan kejahatan selir baginda. Setelah di ijinkan ibundanya, Cindelaras per gi ke istana ditemani oleh ayam jantannya. Ketika dalam perjalanan ada beberapa orang yang sedang menyabung ayam. Cindelaras kemudian dipanggil oleh para penyab ung ayam. "Ayo, kalau berani, adulah ayam jantanmu dengan ayamku," tantangnya. " Baiklah," jawab Cindelaras. Ketika diadu, ternyata ayam jantan Cindelaras bertar ung dengan perkasa dan dalam waktu singkat, ia dapat mengalahkan lawannya. Setel ah beberapa kali diadu, ayam Cindelaras tidak terkalahkan. Ayamnya benar-benar t angguh. Berita tentang kehebatan ayam Cindelaras tersebar dengan cepat. Raden Putra pun mendengar berita itu. Kemudian, Raden Putra menyuruh hulubalangnya untuk mengund ang Cindelaras. "Hamba menghadap paduka," kata Cindelaras dengan santun. "Anak i ni tampan dan cerdas, sepertinya ia bukan keturunan rakyat jelata," pikir bagind a. Ayam Cindelaras diadu dengan ayam Raden Putra dengan satu syarat, jika ayam C indelaras kalah maka ia bersedia kepalanya dipancung, tetapi jika ayamnya menang maka setengah kekayaan Raden Putra menjadi milik Cindelaras. Dua ekor ayam itu bertarung dengan gagah berani. Tetapi dalam waktu singkat, aya m Cindelaras berhasil menaklukkan ayam sang Raja. Para penonton bersorak sorai m engelu-elukan Cindelaras dan ayamnya. "Baiklah aku mengaku kalah. Aku akan menep ati janjiku. Tapi, siapakah kau sebenarnya, anak muda?" Tanya Baginda Raden Putr a. Cindelaras segera membungkuk seperti membisikkan sesuatu pada ayamnya. Tidak berapa lama ayamnya segera berbunyi. "Kukuruyuk... Tuanku Cindelaras, rumahnya d i tengah rimba, atapnya daun kelapa, ayahnya Raden Putra...," ayam jantan itu be rkokok berulang-ulang. Raden Putra terperanjat mendengar kokok ayam Cindelaras. "Benarkah itu?" Tanya baginda keheranan. "Benar Baginda, nama hamba Cindelaras, ibu hamba adalah permaisuri Baginda." Bersamaan dengan itu, sang patih segera menghadap dan menceritakan semua peristi wa yang sebenarnya telah terjadi pada permaisuri. "Aku telah melakukan kesalahan ," kata Baginda Raden Putra. "Aku akan memberikan hukuman yang setimpal pada sel irku," lanjut Baginda dengan murka. Kemudian, selir Raden Putra pun di buang ke hutan. Raden Putra segera memeluk anaknya dan meminta maaf atas kesalahannya Set
elah itu, Raden Putra dan hulubalang segera menjemput permaisuri ke hutan.. Akhi rnya Raden Putra, permaisuri dan Cindelaras dapat berkumpul kembali. Setelah Rad en Putra meninggal dunia, Cindelaras menggantikan kedudukan ayahnya. Ia memerint ah negerinya dengan adil dan bijaksana. Pesan moral : Kebaikan akan berbuah kebaikan sedang kejahatan akan mendatangkan penderitaan. KANCIL PENCURI TIMUN Siang itu panas sekali. Matahari bersinar garang. Tapi hal itu tidak terlalu dir asakan oleh Kancil. Dia sedang tidur nyenyak di bawah sebatang pohon yang rindan g. Tiba-tiba saja mimpi indahnya terputus. "Tolong! Tolong! " terdengar teriakan dan jeritan berulang-ulang. Lalu terdengar suara derap kaki binatang yang sedan g berlari-lari. "Ada apa, sih?" kata Kancil. Matanya berkejap-kejap, terasa bera t untuk dibuka karena masih mengantuk. Di kejauhan tampak segerombolan binatang berlari-lari menuju ke arahnya. "Kebakaran! Kebakaran! " teriak Kambing. " Ayo l ari, Cil! Ada kebakaran di hutan! " Memang benar. Asap tebal membubung tinggi ke angkasa. Kancil ketakutan melihatnya. Dia langsung bangkit dan berlari mengikut i teman-temannya. Kancil terus berlari. Wah, cepat juga larinya. Ya, walaupun Kancil bertubuh keci l, tapi dia dapat berlari cepat. Tanpa terasa, Kancil telah berlari jauh, mening galkan teman-temannya. "Aduh, napasku habis rasanya," Kancil berhenti dengan nap as terengah-engah, lalu duduk beristirahat. "Lho, di mana binatang-binatang lain nya?" Walaupun Kancil senang karena lolos dari bahaya, tiba-tiba ia merasa takut . "Wah, aku berada di mana sekarang? Sepertinya belum pernah ke sini." Kancil be rjalan sambil mengamati daerah sekitarnya. "Waduh, aku tersesat. Sendirian lagi. Bagaimana ini?'7 Kancil semakin takut dan bingung. "Tuhan, tolonglah aku." Kancil terus berjalan menjelajahi hutan yang belum pernah dilaluinya. Tanpa tera sa, dia tiba di pinggir hutan. Ia melihat sebuah ladang milik Pak Tani. "Ladang sayur dan buah-buahan? Oh, syukurlah. Terima kasih, Tuhan," mata Kancil membelal ak. Ladang itu penuh dengan sayur dan buah-buahan yang siap dipanen. Wow, asyik sekali! "Kebetulan nih, aku haus dan lapar sekali," kata Kancil sambil menelan a ir liurnya. "Tenggorokanku juga terasa kering. Dan perutku keroncongan minta dii si. Makan dulu, ah." Dengan tanpa dosa, Kancil melahap sayur dan buahbuahan yang ada di ladang. Wah, kasihan Pak Tani. Dia pasti marah kalau melihat kejadian ini. Si Kancil nakal se kali, ya? "Hmm, sedap sekali," kata Kancil sambil mengusap-usap perutnya yang ke kenyangan. "Andai setiap hari pesta seperti ini, pasti asyik." Setelah puas, Kan cil merebahkan dirinya di bawah sebatang pohon yang rindang. Semilir angin yang bertiup, membuatnya mengantuk. "Oahem, aku jadi kepingin tidur lagi," kata Kanci l sambil menguap. Akhirnya binatang yang nakal itu tertidur, melanjutkan tidur s iangnya yang terganggu gara-gara kebakaran di hutan tadi. Wah, tidurnya begitu p ulas, sampai terdengar suara dengkurannya. Krr... krr... krrr... Ketika bangun pada keesokan harinya, Kancil merasa lapar lagi. "Wah, pesta berla njut lagi, nih," kata Kancil pada dirinya sendiri. "Kali ini aku pilih-pilih dul u, ah. Siapa tahu ada buah timun kesukaanku." Maka Kancil berjalan-jalan mengita ri ladang Pak Tani yang luas itu. "Wow, itu dia yang kucari! " seru Kancil gembi ra. "Hmm, timunnya kelihatan begitu segar. Besarbesar lagi! Wah, pasti sedap nih ." Kancil langsung makan buah timun sampai kenyang. "Wow, sedap sekali sarapan t imun," kata Kancil sambil tersenyum puas. Hari sudah agak siang. Lalu Kancil kem bali ke bawah pohon rindang untuk beristirahat. Pak Tani terkejut sekali ketika melihat ladangnya. "Wah, ladang timunku kok jadi berantakan-begini," kata Pak Tani geram. "Perbuatan siapa, ya? Pasti ada hama b aru yang ganas. Atau mungkinkah ada bocah nakal atau binatang lapar yang mencuri
timunku?" Ladang timun itu memang benar-benar berantakan. Banyak pohon timun ya ng rusak karena terinjak-injak. Dan banyak pula serpihan buah timun yang bersera kan di tanah. 7 @ Hm, awas, ya, kalau sampai tertangkap! " omel Pak Tani sambil mengibas-ngibaskan sabitnya. "Panen timunku jadi berantakan." Maka seharian Pak Tani sibuk membenahi kembali ladangnya yang berantakan. Dari tempat istirahatnya, Kancil terus memperhatikan Pak Tani itu. "Hmm, dia pas ti yang bernama Pak Tani," kata Kancil pada dirinya sendiri. "Kumisnya boleh jug a. Tebal,' hitam, dan melengkung ke atas. Lucu sekali. Hi... hi... hi.... Sebelu mnya Kancil memang belum pernah bertemu dengan manusia. Tapi dia sering mendenga r cerita tentang Pak Tani dari teman-temannya. "Aduh, Pak Tani kok lama ya," uja r Kancil. Ya, dia telah menunggu lama sekali. Siang itu Kancil ingin makan timun lagi. Rupanya dia ketagihan makan buah timun yang segar itu. Sore harinya, Pak Tani pulang sambil memanggul keranjang berisi timun di bahunya. Dia pulang sambi l mengomel, karena hasil panennya jadi berkurang. Dan waktunya habis untuk menat a kembali ladangnya yang berantakan. "Ah, akhirnya tiba juga waktu yang kutunggu -tunggu," Kancil bangkit dan berjalan ke ladang. Binatang yang nakal itu kembali berpesta makan timun Pak Tani. Keesokan harinya, Pak Tani geram dan marah-marah melihat ladangnya berantakan la gi. "Benar-benar keterlaluan! " seru Pak Tani sambil mengepalkan tangannya. "Ter nyata tanaman lainnya juga rusak dan dicuri." Pak Tani berlutut di tanah untuk m engetahui jejak si pencuri. "Hmm, pencurinya pasti binatang," kata Pak Tani. "Je jak kaki manusia tidak begini bentuknya." Pemilik ladang yang malang itu berteka d untuk menangkap si pencuri. "Aku harus membuat perangkap untuk menangkapnya! " Maka Pak Tani segera meninggalkan ladang. Setiba di rumahnya, dia membuat sebua h boneka yang menyerupai manusia. Lalu dia melumuri orang-orangan ladang itu den gan getah nangka yang lengket! Pak Tani kembali lagi ke ladang. Orang-orangan itu dipasangnya di tengah ladang timun. Bentuknya persis seperti manusia yang sedang berjaga-jaga. Pakaiannya yan g kedodoran berkibar-kibar tertiup angin. Sementara kepalanya memakai caping, se perti milik Pak Tani. "Wah, sepertinya Pak Tani tidak sendiri lagi," ucap Kancil , yang melihat dari kejauhan. "Ia datang bersama temannya. Tapi mengapa temannya diam saja, dan Pak Tani meninggalkannya sendirian di tengah ladang?" Lama sekal i Kancil menunggu kepergian teman Pak Tani. Akhirnya dia tak tahan. "Ah, lebih b aik aku ke sana," kata Kancil memutuskan. "Sekalian minta maaf karena telah menc uri timun Pak Tani. Siapa tahu aku malah diberinya timun gratis." "Maafkan saya, Pak," sesal Kancil di depan orangorangan ladang itu. "Sayalah yan g telah mencuri timun Pak Tani. Perut saya lapar sekali. Bapak tidak marah, kan? " Tentu saj,a orang-orangan ladang itu tidak menjawab. Berkali-kali Kancil memin ta maaf. Tapi orang-orangan itu tetap diam. Wajahnya tersenyum, tampak seperti m engejek Kancil. "Huh, sombong sekali!" seru Kancil marah. "Aku minta maaf kok di am saja. Malah tersenyum mengejek. Memangnya lucu apa?" gerutunya. Akhirnya Kanc il tak tahan lagi. Ditinjunya orangorangan ladang itu dengan tangan kanan. Buuuk ! Lho, kok tangannya tidak bisa ditarik? Ditinjunya lagi dengan tangan kiri. Buu uk! Wah, kini kedua tangannya melekat erat di tubuh boneka itu. " Lepaskan tanga nku! " teriak Kancil j engkel. " Kalau tidak, kutendang kau! " Buuuk! Kini kaki si Kancil malah melekat juga di tubuh orang-orangan itu. "Aduh, bagaimana ini?" Sore harinya, Pak Tani kembali ke ladang. "Nah, ini dia pencurinya! " Pak Tani s enang melihat jebakannya berhasil. "Rupanya kau yang telah merusak ladang dan me ncuri timunku." Pak Tani tertawa ketika melepaskan Kancil. "Katanya kancil binat ang yang cerdik," ejek Pak Tani. "Tapi kok tertipu oleh orang-orangan ladang. Ha ... ha... ha.... " Kancil pasrah saja ketika dibawa pulang ke rumah Pak Tani. Di a dikurung di dalam kandang ayam. Tapi Kancil terkejut ketika Pak Tani menyuruh istrinya menyiapkan bumbu sate. " Aku harus segera keluar malam ini j uga I " te kad Kancil. Kalau tidak, tamatlah riwayatku. " Malam harinya, ketika seisi rumah sudah tidur, Kancil memanggil-manggil Anjing, si penjaga rumah. "Ssst... Anjing
, kemarilah," bisik Kancil. "Perkenalkan, aku Kancil. Binatang piaraan baru Pak Tani. Tahukah kau? Besok aku akan diajak Pak Tani menghadiri pesta di rumah Pak Lurah. Asyik, ya?" Anjing terkejut mendengarnya. "Apa? Aku tak percaya! Aku yang sudah lama ikut Pa k Tani saja tidak pernah diajak pergi. Eh, malah kau yang diajak." Kancil tersen yum penuh arti. "Yah, terserah kalau kau tidak percaya. Lihat saja besok! Aku ti dak bohong! " Rupanya Anjing terpengaruh oleh kata-kata si Kancil. Dia meminta a gar Kancil membujuk Pak Tani untuk mengajakn-ya pergi ke pesta. "Oke, aku akan b erusaha membujuk Pak Tani," janji Kancil. "Tapi malam ini kau harus menemaniku t idur di kandang ayam. Bagaimana?" Anjing setuju dengan tawaran Kancil. Dia seger a membuka gerendel pintu kandang, dan masuk. Dengan sigap, Kancil cepat-cepat ke luar dari kandang. "Terima kasih," kata Kancil sambil menutup kembali gerendel p intu. "Maaf Iho, aku terpaksa berbohong. Titip salam ya, buat Pak Tani. Dan tolo ng sampaikan maafku padanya." Kancil segera berlari meninggalkan rumah Pak Tani. Anjing yang malang itu baru menyadari kejadian sebenarnya ketika Kancil sudah m enghilang. Kancil yang cerdik, temyata mudah diperdaya oleh Pak Tani. Itulah sebabnya kita tidak boleh takabur. KELELAWAR YANG PENGECUT Di sebuah padang rumput di Afrika, seekor Singa sedang menyantap makanan. Tiba-t iba seekor burung elang terbang rendah dan menyambar makanan kepunyaan Singa. Kur ang ajar kata singa. Sang Raja hutan itu sangat marah sehingga memerintahkan selu ruh binatang untuk berkumpul dan menyatakan perang terhadap bangsa burung. Mulai sekarang segala jenis burung adalah musuh kita, usir mereka semua, jangan di sisakan ! kata Singa. Binatang lain setuju sebab mereka merasa telah diperlakukan sama oleh bangsa burung. Ketika malam mulai tiba, bangsa burung kembali ke sara ngnya.
Kesempatan itu digunakan oleh para Singa dan anak buahnya untuk menyerang. Burun g-burung kocar-kacir melarikan diri. Untung masih ada burung hantu yang dapat me lihat dengan jelas di malam hari sehingga mereka semua bisa lolos dari serangan singa dan anak buahnya. Melihat bangsa burung kalah, sang kelelawar merasa cemas, sehingga ia bergegas m enemui sang raja hutan. Kelelawar berkata,Sebenarnya aku termasuk bangsa tikus, w alaupun aku mempunyai sayap. Maka izinkan aku untuk bergabung dengan kelompokmu, Aku akan mempertaruhkan nyawaku untuk bertempur melawan burung-burung itu . Tanpa berpikir panjang singa pun menyetujui kelelawar masuk dalam kelompoknya. Malam berikutnya kelompok yang dipimpin singa kembali menyerang kelompok burung dan berhasil mengusirnya. Keesokan harinya, menjelang pagi, ketika kelompok Sing a sedang istirahat kelompok burung menyerang balik mereka dengan melempari kelom pok singa dengan batu dan kacang-kacangan. Awas hujan batu, teriak para binatang k elompok singa sambil melarikan diri. Sang kelelawar merasa cemas dengan hal ters ebut sehingga ia berpikiran untuk kembali bergabung dengan kelompok burung. Ia m enemui sang raja burung yaitu burung Elang. Lihatlah sayapku, Aku ini seekor buru ng seperti kalian. Elang menerima kelelawar dengan senang hati. Pertempuran berlanjut, kera-kera menunggang gajah atau badak sambil memegang bus ur dan anak panah. Kepala mereka dilindungi dengan topi dari tempurung kelapa ag ar tidak mempan dilempari batu. Setelah kelompok singa menang, apa yang dilakuka n kelelawar ?. Ia bolak balik berpihak kepada kelompok yang menang. Sifat pengec ut dan tidak berpendirian yang dimiliki kelelawar lama kelamaan diketahui oleh k edua kelompok singa dan kelompok burung.
Mereka sadar bahwa tidak ada gunanya saling bermusuhan. Merekapun bersahabat kem bali dan memutuskan untuk mengusir kelelawar dari lingkungan mereka. Kelelawar m erasa sangat malu sehingga ia bersembunyi di gua-gua yang gelap. Ia baru menampa kkan diri bila malam tiba dengan cara sembunyi-sembunyi. KEONG MAS Alkisah pada jaman dahulu kala hiduplah seorang pemuda bernama Galoran. Ia terma suk orang yang disegani karena kekayaan dan pangkat orangtuanya. Namun Galoran s angatlah malas dan boros. Sehari-hari kerjanya hanya menghambur-hamburkan harta orangtuanya, bahkan pada waktu orang tuanya meninggal dunia ia semakin sering be rfoya-foya. Karena itu lama kelamaan habislah harta orangtuanya. Walaupun demiki an tidak membuat Galoran sadar juga, bahkan waktu dihabiskannya dengan hanya ber malas-malasan dan berjalan-jalan. Iba warga kampung melihatnya. Namun setiap kal i ada yang menawarkan pekerjaan kepadanya, Galoran hanya makan dan tidur saja ta npa mau melakukan pekerjaan tersebut. Namun akhirnya galoran dipungut oleh seora ng janda berkecukupan untuk dijadikan teman hidupnya. Hal ini membuat Galoran sa ngat senang ; "Pucuk dicinta ulam pun tiba", demikian pikir Galoran. Janda tersebut mempunyai seorang anak perempuan yang sangat rajin dan pandai men enun, namanya Jambean. Begitu bagusnya tenunan Jambean sampai dikenal diseluruh dusun tersebut. Namun Galoran sangat membenci anak tirinya itu, karena seringkal i Jambean menegurnya karena selalu bermalas-malasan. Rasa benci Galoran sedemikian dalamnya, sampai tega merencanakan pembunuhan anak tirinya sendiri. Dengan tajam dia berkata pada istrinya : " Hai, Nyai, sungguh beraninya Jambean kepadaku. Beraninya ia menasehati orangtua! Patutkah itu ?" "S abar, Kak. Jambean tidak bermaksud buruk terhadap kakak" bujuk istrinya itu. "Ta hu aku mengapa ia berbuat kasar padaku, agar aku pergi meninggalkan rumah ini !" seru nya lagi sambil melototkan matanya. "Jangan begitu kak, Jambean hanya seke dar mengingatkan agar kakak mau bekerja" demikian usaha sang istri meredakan ama rahnya. "Ah .. omong kosong. Pendeknya sekarang engkau harus memilih .. aku atau anakmu !" demikian Galoran mengancam. Sedih hati ibu Jambean. Sang ibu menangis siang-malam karena bingung hatinya. Ra tapnya : " Sampai hati bapakmu menyiksaku jambean. Jambean anakku, mari kemari n ak" serunya lirih. "Sebentar mak, tinggal sedikit tenunanku" jawab Jambean. "Nah selesai sudah" serunya lagi. Langsung Jambean mendapatkan ibunya yang tengah be rsedih. "Mengapa emak bersedih saja" tanyanya dengan iba. Maka diceritakanlah re ncana bapak Jambean yang merencanakan akan membunuh Jambean. Dengan sedih Jambea n pun berkata : " Sudahlah mak jangan bersedih, biarlah aku memenuhi keinginan b apak. Yang benar akhirnya akan bahagia mak". "Namun hanya satu pesanku mak, apab ila aku sudah dibunuh ayah janganlah mayatku ditanam tapi buang saja ke bendunga n" jawabnya lagi. Dengan sangat sedih sang ibu pun mengangguk-angguk. Akhirnya J ambean pun dibunuh oleh ayah tirinya, dan sesuai permintaan Jambean sang ibu mem buang mayatnya di bendungan. Dengan ajaib batang tubuh dan kepala Jambean beruba h menjadi udang dan siput, atau disebut juga dengan keong dalam bahasa Jawanya. Tersebutlah di Desa Dadapan dua orang janda bersaudara bernama Mbok Rondo Sambeg a dan Mbok Rondo Sembadil. Kedua janda itu hidup dengan sangat melarat dan berma ta pencaharian mengumpulkan kayu dan daun talas. Suatu hari kedua bersaudara ter sebut pergi ke dekat bendungan untuk mencari daun talas. Sangat terpana mereka m elihat udang dan siput yang berwarna kuning keemasan. "Alangkah indahnya udang d an siput ini" seru Mbok Rondo Sambega "Lihatlah betapa indahnya warna kulitnya, kuning keemasan. Ingin aku bisa memeliharanya" serunya lagi. "Yah sangat indah, kita bawa saja udang dan keong ini pulang" sahut Mbok Rondo Sembadil. Maka dipun gutnya udang dan siput tersebut untuk dibawa pulang. Kemudian udang dan siput te rsebut mereka taruh di dalam tempayan tanah liat di dapur. Sejak mereka memeliha ra udang dan siput emas tersebut kehidupan merekapun berubah. Terutama setiap se habis pulang bekerja, didapur telah tersedia lauk pauk dan rumah menjadi sangat
rapih dan bersih. Mbok Rondo Sambega dan Mbok Rondo Sembadil juga merasa keheran an dengan adanya hal tersebut. Sampai pada suatu hari mereka berencana untuk men cari tahu siapakah gerangan yang melakukan hal tersebut. Suatu hari mereka seperti biasanya pergi untuk mencari kayu dan daun talas, mere ka berpura-pura pergi dan kemudian setelah berjalan agak jauh mereka segera kemb ali menyelinap ke dapur. Dari dapur terdengar suara gemerisik, kedua bersaudara itu segera mengintip dan melihat seorang gadis cantik keluar dari tempayan tanah liat yang berisi udang dan Keong Emas peliharaan mereka. "tentu dia adalah jelm aan keong dan udang emas itu" bisik Mbok Rondo Sambega kepada Mbok Rondo Sembadi l. "Ayo kita tangkap sebelum menjelma kembali menjadi udang dan Keong Emas" bisi k Mbok Rondo Sembadil. Dengan perlahan-lahan mereka masuk ke dapur, lalu ditangk apnya gadis yang sedang asik memasak itu. "Ayo ceritakan lekas nak, siapa gerang an kamu itu" desak Mbok Rondo Sambega "Bidadarikah kamu ?" sahutnya lagi. "bukan Mak, saya manusia biasa yang karena dibunuh dan dibuang oleh orang tua saya, ma ka saya menjelma menjadi udang dan keong" sahut Jambean lirih. "terharu mendenga r cerita Jambean kedua bersaudara itu akhirnya mengambil Keong Emas sebagai anak angkat mereka. Sejak itu Keong Emas membantu kedua bersaudara tersebut dengan m enenun. Tenunannya sangat indah dan bagus sehingga terkenallah tenunan terebut k eseluruh negeri, dan kedua janda bersaudara tersebut menjadi bertambah kaya dari hari kehari. Sampailah tenunan tersebut di ibu kota kerajaan. Sang raja muda sangat tertarik dengan tenunan buatan Jambean atau Keong Emas tersebut. Akhirnya raja memutuskan untuk meninjau sendiri pembuatan tenunan tersebut dan pergi meninggalkan keraja an dengan menyamar sebagai saudagar kain. Akhirnya tahulah raja perihal Keong Em as tersebut, dan sangat tertarik oleh kecantikan dan kerajinan Keong Emas. Raja menitahkan kedua bersaudara tersebut untuk membawa Jambean atau Keong Emas untuk masuk ke kerajaan dan meminang si Keong Emas untuk dijadikan permaisurinya. Bet apa senang hati kedua janda bersaudara tersebut. KERA DAN AYAM Pada jaman dahulu, tersebutlah seekor ayam yang bersahabat dengan seekor kera. N amun persahabatan itu tidak berlangsung lama, karena kelakuan si kera. Pada suat u petang Si Kera mengajak si ayam untuk berjalan-jalan. Ketika hari sudah petang si Kera mulai merasa lapar. Kemudian ia menangkap si Ayam dan mulai mencabuti b ulunya. Si Ayam meronta-ronta dengan sekuat tenaga. Akhirnya, ia dapat meloloska n diri. Ia lari sekuat tenaga. Untunglah tidak jauh dari tempat itu adalah tempat kediam an si Kepiting. Si Kepiting adalah teman sejati darinya. Dengan tergopoh-gopoh i a masuk ke dalam lubang kediaman si Kepiting. Disana ia disambut dengan gembira. Lalu Si Kepiting menceritakan semua kejadian yang dialaminya, termasuk penghian atan si Kera. Mendengar hal itu akhirnya si Kepiting tidak bisa menerima perlakuan si Kera. Ia berkata, "marilah kita beri pelajaran kera yang tahu arti persahabatan itu." La lu ia menyusun siasat untuk memperdayai si Kera. Mereka akhirnya bersepakat akan mengundang si Kera untuk pergi berlayar ke pulau seberang yang penuh dengan bua h-buahan. Tetapi perahu yang akan mereka pakai adalah perahu buatan sendiri dari tanah liat. Kemudian si Ayam mengundang si Kera untuk berlayar ke pulau seberang. Dengan rak usnya si Kera segera menyetujui ajakan itu. Beberapa hari berselang, mulailah pe rjalanan mereka. Ketika perahu sampai ditengah laut, mereka lalu berpantun. Si A yam berkokok "Aku lubangi ho!!!" Si Kepiting menjawab "Tunggu sampai dalam sekal i!!" Setiap kali berkata begitu maka si ayam mencotok-cotok perahu itu. Akhirnya pera
hu mereka itu pun bocor dan tenggelam. Si Kepiting dengan tangkasnya menyelam ke dasar laut. Si Ayam dengan mudahnya terbang ke darat. Tinggallah Si Kera yang m eronta-ronta minta tolong. Karena tidak bisa berenang akhirnya ia pun mati tengg elam. KERA JADI RAJA Sang Raja hutan "Singa" ditembak pemburu, penghuni hutan rimba jadi gelisah. Mer eka tidak mempunyai Raja lagi. Tak berapa seluruh penghuni hutan rimba berkumpul untuk memilih Raja yang baru. Pertama yang dicalonkan adalah Macan Tutul, tetap i macan tutul menolak. "Jangan, melihat manusia saja aku sudah lari tunggang lan ggang," ujarnya. "Kalau gitu Badak saja, kau kan amat kuat," kata binatang lain. "Tidak-tidak, penglihatanku kurang baik, aku telah menabrak pohon berkali-kali. " "Ohmungkin Gajah saja yang jadi Raja, badan kau kan besar..", ujar binatang-bin atang lain. "Aku tidak bisa berkelahi dan gerakanku amat lambat," sahut gajah. Binatang-binatang menjadi bingung, mereka belum menemukan raja pengganti. Ketika hendak bubar, tiba-tiba kera berteriak, "Manusia saja yang menjadi raja, ia kan yang sudah membunuh Singa". "Tidak mungkin," jawab tupai. "Coba kalian semua pe rhatikan aku, aku mirip dengan manusia bukan ?, maka akulah yang cocok menjadi ra ja," ujar kera. Setelah melalui perundingan, penghuni hutan sepakat Kera menjadi raja yang baru. Setelah diangkat menjadi raja, tingkah laku Kera sama sekali ti dak seperti Raja. Kerjanya hanya bermalas-malasan sambil menyantap makanan yang lezat-lezat. Penghuni binatang menjadi kesal, terutama srigala. Srigala berpikir, "bagaimana si kera bisa menyamakan dirinya dengan manusia ya?, badannya saja yang sama, tet api otaknya tidak". Srigala mendapat ide. Suatu hari, ia menghadap kera. "Tuanku , saya menemukan makanan yang amat lezar, saya yakin tuanku pasti suka. Saya aka n antarkan tuan ke tempat itu," ujar srigala. Tanpa pikir panjang, kera, si Raja yang baru pergi bersama srigala. Di tengah hutan, teronggok buah-buahan kesukaa n kera. Kera yang tamak langsung menyergap buah-buahan itu. Ternyata, si kera la ngsung terjeblos ke dalam tanah. Makanan yang disergapnya ternyata jebakan yang dibuat manusia. "Tolongtolong," teriak kera, sambil berjuang keras agar bisa kelu ar dari perangkap. "Hahahaha! Tak pernah kubayangkan, seorang raja bisa berlaku bodoh, terjebak dal am perangkap yang dipasang manusia, Raja seperti kera mana bisa melindungi rakya tnya," ujar srigala dan binatang lainnya. Tak berapa lama setelah binatang-binat ang meninggalkan kera, seorang pemburu datang ke tempat itu. Melihat ada kera di dalamnya, ia langsung membawa tangkapannya ke rumah. Pesan Moral : Perlakukanlah teman-teman kita dengan baik, janganlah sombong dan bermalas-malasan. Jika kita sombong dan memperlakukan teman-teman semena-mena, n antinya kita akan kehilangan mereka. KUTUKAN RAJA PULAU MINTIN Pada zaman dahulu, terdapatlah sebuah kerajaan di Pulau Mintin daerah Kahayan Hi lir. Kerajaan itu sangat terkenal akan kearifan rajanya. Akibatnya, kerajaan itu menjadi wilayah yang tenteram dan makmur. Pada suatu hari, permaisuri dari raja tersebut meninggal dunia. Sejak saat itu r aja menjadi murung dan nampak selalu sedih. Keadaan ini membuatnya tidak dapat l agi memerintah dengan baik. Pada saat yang sama, keadaan kesehatan raja inipun m akin makin menurun. Guna menanggulangi situasi itu, raja berniat untuk pergi ber layar guna menghibur hatinya. Untuk melanjutkan pemerintahan maka raja itu menyerahkan tahtanya pada kedua ana k kembarnya yang bernama Naga dan Buaya. Mereka pun menyanggupi keinginan sang r
aja. Sejak sepeninggal sang raja, kedua putranya tersebut memerintah kerajaan. N amun sayangnya muncul persoalan mendasar baru. Kedua putra raja tersebut memiliki watak yang berbeda. Naga mempunyai watak nega tif seperti senang berfoya-foya, mabuk-mabukan dan berjudi. Sedangkan buaya memi liki watak positif seperti pemurah, ramah tamah, tidak boros dan suka menolong. Melihat tingkah laku si Naga yang selalu menghambur-hamburkan harta kerajaan, ma ka si Buayapun marah. Karena tidak bisa dinasehati maka si Buaya memarahi si Nag a. Tetapi rupaya naga ini tidak mau mendengar. Pertengkaran itu berlanjut dan be rkembang menjadi perkelahian. Prajurit kerajaan menjadi terbagi dua, sebahagian memihak kepada Naga dan sebagian memihak pada Buaya. Perkelahian makin dahsyat s ehingga memakan banyak korban. Dalam pelayarannya, Sang raja mempunyai firasat buruk. Maka ia pun mengubah halu an kapalnya untuk kembali ke kerajaanya. Betapa terkejutnya ia ketika menyaksika n bahwa putera kembarnya telah saling berperang. Dengan berang ia pun berkata,"k alian telah menyia-nyiakan kepercayaanku. Dengan peperangan ini kalian sudah men yengsarakan rakyat. Untuk itu terimalah hukumanku. Buaya jadilah engkau buaya ya ng sebenarnya dan hidup di air. Karena kesalahanmu yang sedikit, maka engkau aka n menetap di daerah ini. Tugasmu adalah menjaga Pulau Mintin. Sedangkan engkau n aga jadilah engkau naga yang sebenarnya. Karena kesalahanmu yang besar engkau ak an tinggal di sepanjang Sungai Kapuas. Tugasmu adalah menjaga agar Sungai Kapuas tidak ditumbuhi Cendawan Bantilung." Setelah mengucapkan kutukan itu, tiba-tiba langit gelap dan petir menggelegar. D alam sekejap kedua putranya telah berubah wujud. Satu menjadi buaya. Yang lainny a menjadi naga. LA DANA DAN KERBAUNYA La Dana adalah seorang anak petani dari Toraja. Ia sangat terkenal akan kecerdik annya. Kadangkala kecerdikan itu ia gunakan untuk memperdaya orang. Sehingga kec erdikan itu menjadi kelicikan. Pada suatu hari ia bersama temannya diundang untuk menghadiri pesta kematian. Su dah menjadi kebiasaan di tanah toraja bahwa setiap tamu akan mendapat daging ker bau. La Dana diberi bagian kaki belakang dari kerbau. Sedangkan kawannya menerim a hampir seluruh bagian kerbau itu kecuali bagian kaki belakang. Lalu La Dana mengusulkan pada temannya untuk menggabungkan daging-daging bagian itu dan menukarkannya dengan seekor kerbau hidup. Alasannya adalah mereka dapat memelihara hewan itu sampai gemuk sebelum disembelih. Mereka beruntung karena us ulan tersebut diterima oleh tuan rumah. Seminggu setelah itu La Dana mulai tidak sabar menunggu agar kerbaunya gemuk. Pa da suatu hari ia mendatangi rumah temannya, dimana kerbau itu berada, dan berkat a "Mari kita potong hewan ini, saya sudah ingin makan dagingnya." Temannya menja wab, "Tunggulah sampai hewan itu agak gemuk." Lalu La Dana mengusulkan, "Sebaikn ya kita potong saja bagian saya, dan kamu bisa memelihara hewan itu selanjutnya. " Kawannya berpikir, kalau kaki belakang kerbau itu dipotong maka ia akan mati. Lalu kawannya membujuk La Dana agar ia mengurungkan niatnya. Ia menjanjikan La D ana untuk memberinya kaki depan dari kerbau itu. Seminggu setelah itu La Dana datang lagi dan kembali meminta agar bagiannya dipo tong. Sekali lagi kawannya membujuk. Ia dijanjikan bagian badan kerbau itu asal La Dana mau menunda maksudnya. Baru beberapa hari berselang La Dana sudah kembal i kerumah temannya. Ia kembali meminta agar hewan itu dipotong. Kali ini kawannya sudah tidak sabar, dengan marah ia pun berkata, "Kenapa kamu t
idak ambil saja kerbau ini sekalian! Dan jangan datang lagi untuk mengganggu say a." La dana pun pulang dengan gembiranya sambil membawa seekor kerbau gemuk. LABA-LABA, KELINCI DAN SANG BULAN ang bulan terlihat sedih karena sudah lama ia melihat banyak kejadian di dunia d an juga melihat banyak ketakutan yang dialami oleh manusia. Untuk membuat manusi a menjadi tidak takut, sang bulan berupaya mengirimkan pesan kepada manusia mela lui temannya sang laba-laba yang baik hati. "Hai sang laba-laba, manusia di bumi sangatlah takut untuk mati dan hal itu memb uat mereka menjadi sangat sedih. Cobalah tenangkan manusia-manusia itu bahwa cep at atau lambat manusia pasti akan mati, sehingga tidak perlu mereka untuk merasa sedih", seru sang Bulan kepada temannya sang laba-laba. Dengan perlahan-lahan sang laba-laba turun kembali ke bumi, dan dengan sangat ha ti-hati ia meniti jalan turun melalui untaian sinar bulan dan sinar matahari. Di perjalannnya turun ke bumi, sang laba-laba bertemu dengan si kelinci. "Hendak kemanakah engkau hai sang laba-laba ?" tanya si kelinci penuh rasa ingin tahu. "Aku sedang menuju bumi untuk memberitahukan manusia-manusia pesan dari t emanku sang Bulan" sahut sang laba-laba menjelaskan. "oohh perjalananmu sangatla h jauh wahai sang laba-laba. Bagaimana jika kamu memberitahukan pesan sang Bulan kepadaku dan aku akan membantumu memberitahukan kepada manuisa-manusia itu" ser u si kelinci. "hemm.. baiklah, aku akan memberitahukan pesan dari sang Bulan kep adamu." jawab sang laba-laba. "Sang Bulan ingin memberitahukan manusia-manusia d i bumi bahwa mereka akan cepat atau lambat mati ........." lanjut sang laba-laba . Belum habis sang laba-laba menjelaskan, si kelinci sudah meloncat pergi sambil m enghapalkan pesan sang laba-laba. " Yah, beritahukan manusia bahwa mereka semua akan mati" serunya sambil meloncat-loncat dengan cepatnya. Sang Kelinci memberit ahukan manusia pesan yang diterimanya. Manusia menjadi sangat sedih dan ketakuta n. Sang laba-laba segera kembali kepada sang Bulan dan memberitahukan apa yang terj adi. Sang bulan sangat kecewa dengan si kelinci, dan ketika si kelinci kembali s ang bulan mengutuk si kelinci karena telah lalai mendengarkan pesan sang Bulan d engan lengkap. Karena itu sampai saat ini si kelinci tidak dapat bersuara lagi. Bagaimana denga n sang laba-laba? Sang bulan menugaskan sang laba-laba untuk terus menyampaikan pesan kepada manusia-manusia di bumi tanpa boleh menitipkan pesannya kepada siap apun yang dijumpainya. Oleh karena itu sampai pada saat ini kita masih dapat mel ihat sang laba-laba dengan tekunnya merajut pesan sang bulan di pojok-pojok ruan gan. Namun berapa banyakkah dari kita manusia yang telah melihat pesan sang Bula n tersebut? LORO JONGGRANG Alkisah, pada dahulu kala terdapat sebuah kerajaan besar yang bernama Prambanan. Rakyatnya hidup tenteran dan damai. Tetapi, apa yang terjadi kemudian? Kerajaan Prambanan diserang dan dijajah oleh negeri Pengging. Ketentraman Kerajaan Pramb anan menjadi terusik. Para tentara tidak mampu menghadapi serangan pasukan Pengg ing. Akhirnya, kerajaan Prambanan dikuasai oleh Pengging, dan dipimpin oleh Band ung Bondowoso. Bandung Bondowoso seorang yang suka memerintah dengan kejam. "Siapapun yang tida k menuruti perintahku, akan dijatuhi hukuman berat!", ujar Bandung Bondowoso pad a rakyatnya. Bandung Bondowoso adalah seorang yang sakti dan mempunyai pasukan j
in. Tidak berapa lama berkuasa, Bandung Bondowoso suka mengamati gerak-gerik Lor o Jonggrang, putri Raja Prambanan yang cantik jelita. "Cantik nian putri itu. Ak u ingin dia menjadi permaisuriku," pikir Bandung Bondowoso. Esok harinya, Bondowoso mendekati Loro Jonggrang. "Kamu cantik sekali, maukah ka u menjadi permaisuriku ?", Tanya Bandung Bondowoso kepada Loro Jonggrang. Loro J onggrang tersentak, mendengar pertanyaan Bondowoso. "Laki-laki ini lancang sekal i, belum kenal denganku langsung menginginkanku menjadi permaisurinya", ujar Lor o Jongrang dalam hati. "Apa yang harus aku lakukan ?". Loro Jonggrang menjadi ke bingungan. Pikirannya berputar-putar. Jika ia menolak, maka Bandung Bondowoso ak an marah besar dan membahayakan keluarganya serta rakyat Prambanan. Untuk mengiy akannya pun tidak mungkin, karena Loro Jonggrang memang tidak suka dengan Bandun g Bondowoso. "Bagaimana, Loro Jonggrang ?" desak Bondowoso. Akhirnya Loro Jonggrang mendapatk an ide. "Saya bersedia menjadi istri Tuan, tetapi ada syaratnya," Katanya. "Apa syaratnya? Ingin harta yang berlimpah? Atau Istana yang megah?". "Bukan itu, tua nku, kata Loro Jonggrang. Saya minta dibuatkan candi, jumlahnya harus seribu bua h. "Seribu buah?" teriak Bondowoso. "Ya, dan candi itu harus selesai dalam waktu semalam." Bandung Bondowoso menatap Loro Jonggrang, bibirnya bergetar menahan a marah. Sejak saat itu Bandung Bondowoso berpikir bagaimana caranya membuat 1000 candi. Akhirnya ia bertanya kepada penasehatnya. "Saya percaya tuanku bias membu at candi tersebut dengan bantuan Jin!", kata penasehat. "Ya, benar juga usulmu, siapkan peralatan yang kubutuhkan!" Setelah perlengkapan di siapkan. Bandung Bondowoso berdiri di depan altar batu. Kedua lengannya dibentangkan lebar-lebar. "Pasukan jin, Bantulah aku!" teriaknya dengan suara menggelegar. Tak lama kemudian, langit menjadi gelap. Angin mender u-deru. Sesaat kemudian, pasukan jin sudah mengerumuni Bandung Bondowoso. "Apa y ang harus kami lakukan Tuan ?", tanya pemimpin jin. "Bantu aku membangun seribu candi," pinta Bandung Bondowoso. Para jin segera bergerak ke sana kemari, melaks anakan tugas masing-masing. Dalam waktu singkat bangunan candi sudah tersusun ha mpir mencapai seribu buah. Sementara itu, diam-diam Loro Jonggrang mengamati dari kejauhan. Ia cemas, menge tahui Bondowoso dibantu oleh pasukan jin. "Wah, bagaimana ini?", ujar Loro Jongg rang dalam hati. Ia mencari akal. Para dayang kerajaan disuruhnya berkumpul dan ditugaskan mengumpulkan jerami. "Cepat bakar semua jerami itu!" perintah Loro Jo nggrang. Sebagian dayang lainnya disuruhnya menumbuk lesung. Dung... dung...dung ! Semburat warna merah memancar ke langit dengan diiringi suara hiruk pikuk, seh ingga mirip seperti fajar yang menyingsing. Pasukan jin mengira fajar sudah menyingsing. "Wah, matahari akan terbit!" seru j in. "Kita harus segera pergi sebelum tubuh kita dihanguskan matahari," sambung j in yang lain. Para jin tersebut berhamburan pergi meninggalkan tempat itu. Bandu ng Bondowoso sempat heran melihat kepanikan pasukan jin. Paginya, Bandung Bondowoso mengajak Loro Jonggrang ke tempat candi. "Candi yang kau minta sudah berdiri!". Loro Jonggrang segera menghitung jumlah candi itu. Te rnyata jumlahnya hanya 999 buah!. "Jumlahnya kurang satu!" seru Loro Jonggrang. "Berarti tuan telah gagal memenuhi syarat yang saya ajukan". Bandung Bondowoso t erkejut mengetahui kekurangan itu. Ia menjadi sangat murka. "Tidak mungkin...", kata Bondowoso sambil menatap tajam pada Loro Jonggrang. "Kalau begitu kau saja yang melengkapinya!" katanya sambil mengarahkan jarinya pada Loro Jonggrang. Aja ib! Loro Jonggrang langsung berubah menjadi patung batu. Sampai saat ini candi-c andi tersebut masih ada dan terletak di wilayah Prambanan, Jawa Tengah dan diseb ut Candi Loro Jonggrang. LUTUNG KASARUNG
Prabu Tapa Agung menunjuk Purbasari, putri bungsunya sebagai pengganti. "Aku sud ah terlalu tua, saatnya aku turun tahta," kata Prabu Tapa. Purbasari memiliki kakak yang bernama Purbararang. Ia tidak setuju adiknya diang kat menggantikan Ayah mereka. "Aku putri Sulung, seharusnya ayahanda memilih aku sebagai penggantinya," gerutu Purbararang pada tunangannya yang bernama Indraja ya. Kegeramannya yang sudah memuncak membuatnya mempunyai niat mencelakakan adik nya. Ia menemui seorang nenek sihir untuk memanterai Purbasari. Nenek sihir itu memanterai Purbasari sehingga saat itu juga tiba-tiba kulit Purbasari menjadi be rtotol-totol hitam. Purbararang jadi punya alasan untuk mengusir adiknya tersebu t. "Orang yang dikutuk seperti dia tidak pantas menjadi seorang Ratu !" ujar Pur bararang. Kemudian ia menyuruh seorang Patih untuk mengasingkan Purbasari ke hutan. Sesamp ai di hutan patih tersebut masih berbaik hati dengan membuatkan sebuah pondok un tuk Purbasari. Ia pun menasehati Purbasari, "Tabahlah Tuan Putri. Cobaan ini pas ti akan berakhir, Yang Maha Kuasa pasti akan selalu bersama Putri". "Terima kasi h paman", ujar Purbasari. Selama di hutan ia mempunyai banyak teman yaitu hewan-hewan yang selalu baik kep adanya. Diantara hewan tersebut ada seekor kera berbulu hitam yang misterius. Te tapi kera tersebut yang paling perhatian kepada Purbasari. Lutung kasarung selal u menggembirakan Purbasari dengan mengambilkan bunga bunga yang indah serta buahbuahan bersama teman-temannya. Pada saat malam bulan purnama, Lutung Kasarung bersikap aneh. Ia berjalan ke tem pat yang sepi lalu bersemedi. Ia sedang memohon sesuatu kepada Dewata. Ini membu ktikan bahwa Lutung Kasarung bukan makhluk biasa. Tidak lama kemudian, tanah di dekat Lutung merekah dan terciptalah sebuah telaga kecil, airnya jernih sekali. Airnya mengandung obat yang sangat harum. Keesokan harinya Lutung Kasarung menemui Purbasari dan memintanya untuk mandi di telaga tersebut. "Apa manfaatnya bagiku ?", pikir Purbasari. Tapi ia mau menuru tinya. Tak lama setelah ia menceburkan dirinya. Sesuatu terjadi pada kulitnya. K ulitnya menjadi bersih seperti semula dan ia menjadi cantik kembali. Purbasari s angat terkejut dan gembira ketika ia bercermin ditelaga tersebut. Di istana, Purbararang memutuskan untuk melihat adiknya di hutan. Ia pergi bersa ma tunangannya dan para pengawal. Ketika sampai di hutan, ia akhirnya bertemu de ngan adiknya dan saling berpandangan. Purbararang tak percaya melihat adiknya ke mbali seperti semula. Purbararang tidak mau kehilangan muka, ia mengajak Purbasa ri adu panjang rambut. "Siapa yang paling panjang rambutnya dialah yang menang ! ", kata Purbararang. Awalnya Purbasari tidak mau, tetapi karena terus didesak ia meladeni kakaknya. Ternyata rambut Purbasari lebih panjang. "Baiklah aku kalah, tapi sekarang ayo kita adu tampan tunangan kita, Ini tunanga nku", kata Purbararang sambil mendekat kepada Indrajaya. Purbasari mulai gelisah dan kebingungan. Akhirnya ia melirik serta menarik tangan Lutung Kasarung. Lutu ng Kasarung melonjak-lonjak seakan-akan menenangkan Purbasari. Purbararang terta wa terbahak-bahak, "Jadi monyet itu tunanganmu ?". Pada saat itu juga Lutung Kasarung segera bersemedi. Tiba-tiba terjadi suatu kea jaiban. Lutung Kasarung berubah menjadi seorang Pemuda gagah berwajah sangat tam pan, lebih dari Indrajaya. Semua terkejut melihat kejadian itu seraya bersorak g embira. Purbararang akhirnya mengakui kekalahannya dan kesalahannya selama ini. Ia memohon maaf kepada adiknya dan memohon untuk tidak dihukum. Purbasari yang b aik hati memaafkan mereka. Setelah kejadian itu akhirnya mereka semua kembali ke Istana. Purbasari menjadi seorang ratu, didampingi oleh seorang pemuda idamannya. Pemuda
yang ternyata selama ini selalu mendampinginya dihutan dalam wujud seekor lutun g. MALIN KUNDANG Pada suatu waktu, hiduplah sebuah keluarga nelayan di pesisir pantai wilayah Sum atra. Keluarga tersebut terdiri dari ayah, ibu dan seorang anak laki-laki yang d iberi nama Malin Kundang. Karena kondisi keuangan keluarga memprihatinkan, sang ayah memutuskan untuk mencari nafkah di negeri seberang dengan mengarungi lautan yang luas. Maka tinggallah si Malin dan ibunya di gubug mereka. Seminggu, dua minggu, sebul an, dua bulan bahkan sudah 1 tahun lebih lamanya, ayah Malin tidak juga kembali ke kampung halamannya. Sehingga ibunya harus menggantikan posisi ayah Malin untu k mencari nafkah. Malin termasuk anak yang cerdas tetapi sedikit nakal. Ia serin g mengejar ayam dan memukulnya dengan sapu. Suatu hari ketika Malin sedang menge jar ayam, ia tersandung batu dan lengan kanannya luka terkena batu. Luka tersebu t menjadi berbekas dilengannya dan tidak bisa hilang. Setelah beranjak dewasa, Malin Kundang merasa kasihan dengan ibunya yang banting tulang mencari nafkah untuk membesarkan dirinya. Ia berpikir untuk mencari nafk ah di negeri seberang dengan harapan nantinya ketika kembali ke kampung halaman, ia sudah menjadi seorang yang kaya raya. Malin tertarik dengan ajakan seorang n akhoda kapal dagang yang dulunya miskin sekarang sudah menjadi seorang yang kaya raya. Malin kundang mengutarakan maksudnya kepada ibunya. Ibunya semula kurang setuju dengan maksud Malin Kundang, tetapi karena Malin terus mendesak, Ibu Malin Kunda ng akhirnya menyetujuinya walau dengan berat hati. Setelah mempersiapkan bekal d an perlengkapan secukupnya, Malin segera menuju ke dermaga dengan diantar oleh i bunya. "Anakku, jika engkau sudah berhasil dan menjadi orang yang berkecukupan, jangan kau lupa dengan ibumu dan kampung halamannu ini, nak", ujar Ibu Malin Kun dang sambil berlinang air mata. Kapal yang dinaiki Malin semakin lama semakin jauh dengan diiringi lambaian tang an Ibu Malin Kundang. Selama berada di kapal, Malin Kundang banyak belajar tenta ng ilmu pelayaran pada anak buah kapal yang sudah berpengalaman. Di tengah perja lanan, tiba-tiba kapal yang dinaiki Malin Kundang di serang oleh bajak laut. Sem ua barang dagangan para pedagang yang berada di kapal dirampas oleh bajak laut. Bahkan sebagian besar awak kapal dan orang yang berada di kapal tersebut dibunuh oleh para bajak laut. Malin Kundang sangat beruntung dirinya tidak dibunuh oleh para bajak laut, karena ketika peristiwa itu terjadi, Malin segera bersembunyi di sebuah ruang kecil yang tertutup oleh kayu. Malin Kundang terkatung-katung ditengah laut, hingga akhirnya kapal yang ditumpa nginya terdampar di sebuah pantai. Dengan sisa tenaga yang ada, Malin Kundang be rjalan menuju ke desa yang terdekat dari pantai. Sesampainya di desa tersebut, M alin Kundang ditolong oleh masyarakat di desa tersebut setelah sebelumnya mencer itakan kejadian yang menimpanya. Desa tempat Malin terdampar adalah desa yang sa ngat subur. Dengan keuletan dan kegigihannya dalam bekerja, Malin lama kelamaan berhasil menjadi seorang yang kaya raya. Ia memiliki banyak kapal dagang dengan anak buah yang jumlahnya lebih dari 100 orang. Setelah menjadi kaya raya, Malin Kundang mempersunting seorang gadis untuk menjadi istrinya. Berita Malin Kundang yang telah menjadi kaya raya dan telah menikah sampai juga kepada ibu Malin Kundang. Ibu Malin Kundang merasa bersyukur dan sangat gembira anaknya telah berhasil. Sejak saat itu, ibu Malin Kundang setiap hari pergi ke d ermaga, menantikan anaknya yang mungkin pulang ke kampung halamannya. Setelah beberapa lama menikah, Malin dan istrinya melakukan pelayaran dengan kap
al yang besar dan indah disertai anak buah kapal serta pengawalnya yang banyak. Ibu Malin Kundang yang setiap hari menunggui anaknya, melihat kapal yang sangat indah itu, masuk ke pelabuhan. Ia melihat ada dua orang yang sedang berdiri di a tas geladak kapal. Ia yakin kalau yang sedang berdiri itu adalah anaknya Malin K undang beserta istrinya. Malin Kundang pun turun dari kapal. Ia disambut oleh ibunya. Setelah cukup dekat , ibunya melihat belas luka dilengan kanan orang tersebut, semakin yakinlah ibun ya bahwa yang ia dekati adalah Malin Kundang. "Malin Kundang, anakku, mengapa ka u pergi begitu lama tanpa mengirimkan kabar?", katanya sambil memeluk Malin Kund ang. Tapi apa yang terjadi kemudian? Malin Kundang segera melepaskan pelukan ibu nya dan mendorongnya hingga terjatuh. "Wanita tak tahu diri, sembarangan saja me ngaku sebagai ibuku", kata Malin Kundang pada ibunya. Malin Kundang pura-pura ti dak mengenali ibunya, karena malu dengan ibunya yang sudah tua dan mengenakan ba ju compang-camping. "Wanita itu ibumu?", Tanya istri Malin Kundang. "Tidak, ia h anya seorang pengemis yang pura-pura mengaku sebagai ibuku agar mendapatkan hart a ku", sahut Malin kepada istrinya. Mendengar pernyataan dan diperlakukan semena -mena oleh anaknya, ibu Malin Kundang sangat marah. Ia tidak menduga anaknya men jadi anak durhaka. Karena kemarahannya yang memuncak, ibu Malin menengadahkan ta ngannya sambil berkata "Oh Tuhan, kalau benar ia anakku, aku sumpahi dia menjadi sebuah batu". Tidak berapa lama kemudian angin bergemuruh kencang dan badai dah syat datang menghancurkan kapal Malin Kundang. Setelah itu tubuh Malin Kundang p erlahan menjadi kaku dan lama-kelamaan akhirnya berbentuk menjadi sebuah batu ka rang. Pesan Moral : Sebagai seorang anak, jangan pernah terutama kepada seorang Ibu yang telah mengandung gi jika sampai menjadi seorang anak yang durhaka. kan satu dosa besar yang nantinya akan ditanggung
melupakan semua jasa orangtua dan membesarkan anaknya, apala Durhaka kepada orangtua merupa sendiri oleh anak.
MANIK ANGKERAN Pada jaman dulu di kerajaan Daha hiduplah seorang Brahmana yang benama Sidi Mant ra yang sangat terkenal kesaktiannya. Sanghyang Widya atau Batara Guru menghadia hinya harta benda dan seorang istri yang cantik. Sesudah bertahun-tahun kawin, m ereka mendapat seorang anak yang mereka namai Manik Angkeran. Meskipun Manik Angkeran seorang pemuda yang gagah dan pandai namun dia mempunyai sifat yang kurang baik, yaitu suka berjudi. Dia sering kalah sehingga dia terpa ksa mempertaruhkan harta kekayaan orang tuanya, malahan berhutang pada orang lai n. Karena tidak dapat membayar hutang, Manik Angkeran meminta bantuan ayahnya un tuk berbuat sesuatu. Sidi Mantra berpuasa dan berdoa untuk memohon pertolongan d ewa-dewa. Tiba-tiba dia mendengar suara, "Hai, Sidi Mantra, di kawah Gunung Agun g ada harta karun yang dijaga seekor naga yang bernarna Naga Besukih. Pergilah k e sana dan mintalah supaya dia mau mernberi sedikit hartanya." Sidi Mantra pergi ke Gunung Agung dengan mengatasi segala rintangan. Sesampainya di tepi kawah Gunung Agung, dia duduk bersila. Sambil membunyikan genta dia mem baca mantra dan memanggil nama Naga Besukih. Tidak lama kernudian sang Naga kelu ar. Setelah mendengar maksud kedatangan Sidi Mantra, Naga Besukih menggeliat dan dari sisiknya keluar emas dan intan. Setelah mengucapkan terima kasih, Sidi Man tra mohon diri. Semua harta benda yang didapatnya diberikan kepada Manik Angkera n dengan harapan dia tidak akan berjudi lagi. Tentu saja tidak lama kemudian, h arta itu habis untuk taruhan. Manik Angkeran sekali lagi minta bantuan ayahnya. Tentu saja Sidi Mantra menolak untuk membantu anakya. Manik Angkeran mendengar dari temannya bahwa harta itu didapat dari Gunung Agung . Manik Angkeran tahu untuk sampai ke sana dia harus membaca mantra tetapi dia t idak pernah belajar mengenai doa dan mantra. Jadi, dia hanya membawa genta yang dicuri dari ayahnya waktu ayahnya tidur.
Setelah sampai di kawah Gunung Agung, Manik Angkeran membunyikan gentanya. Bukan main takutnya ia waktu ia melihat Naga Besukih. Setelah Naga mendengar maksud k edatangan Manik Angkeran, dia berkata, "Akan kuberikan harta yang kau minta, tet api kamu harus berjanji untuk mengubah kelakuanmu. Jangan berjudi lagi. Ingatlah akan hukum karma." Manik Angkeran terpesona melihat emas, intan, dan permata di hadapannya. Tiba-ti ba ada niat jahat yang timbul dalam hatinya. Karena ingin mendapat harta lebih b anyak, dengan secepat kilat dipotongnya ekor Naga Besukih ketika Naga beputar ke mbali ke sarangnya. Manik Angkeran segera melarikan diri dan tidak terkejar oleh Naga. Tetapi karena kesaktian Naga itu, Manik Angkeran terbakar menjadi abu sew aktu jejaknya dijilat sang Naga. Mendengar kernatian anaknya, kesedihan hati Sidi Mantra tidak terkatakan. Segera dia mengunjungi Naga Besukih dan memohon supaya anaknya dihidupkan kembali. Nag a menyanggupinya asal ekornya dapat kembali seperti sediakala. Dengan kesaktiann ya, Sidi Mantra dapat memulihkan ekor Naga. Setelah Manik Angkeran dihidupkan, d ia minta maaf dan berjanji akan menjadi orang baik. Sidi Mantra tahu bahwa anakn ya sudah bertobat tetapi dia juga mengerti bahwa mereka tidak lagi dapat hidup b ersama. "Kamu harus mulai hidup baru tetapi tidak di sini," katanya. Dalam sekejap mata dia lenyap. Di tempat dia berdiri timbul sebuah sumber air yang makin lama makin besar sehingga menjadi laut. Dengan tongkatnya, Sidi Mantra membuat garis yang mernisahkan dia dengan anaknya. Sekarang tempat itu menjadi selat Bali yang mem isahkan pulau Jawa dengan pulau Bali. PAK LEBAI MALANG Tersebutlah kisah seorang guru agama yang hidup di tepi sungai disebuah desa di Sumatera Barat. Pada suatu hari, ia mendapat undangan pesta dari dua orang kaya dari desa-desa tetangga. Sayangnya pesta tersebut diadakan pada hari dan waktu y ang bersamaan. Pak Lebai menimang- nimang untung dan rugi dari setiap undangan. Tetapi ia tidak pernah dapat mengambil keputusan dengan cepat. Ia berpikir, kalau ia ke pesta d i desa hulu sungai, tuan rumah akan memberinya hadiah dua ekor kepala kerbau. Na mun, ia belum begitu kenal dengan tuan rumah tersebut. Menurut berita, masakan o rang-orang hulu sungai tidak seenak orang hilir sungai. Kalau ia pergi ke pesta di hilir sungai, ia akan mendapat hadiah seekor kepala kerbau yang dimasak dengan enak. Ia juga kenal betul dengan tuan rumah tersebut . Tetapi, tuan rumah di hulu sungai akan memberi tamunya tambahan kue-kue. Hin gga ia mulai mengayuh perahunya ketempat pestapun ia belum dapat memutuskan pest a mana yang akan dipilih. Pertama, dikayuh sampannya menuju hulu sungai. Baru tiba ti ditengah perjalanan ia mengubah pikirannya. Ia berbalik mendayung perahunya ke arah hilir. Begitu ha mpir sampai di desa hilir sungai. Dilihatnya beberapa tamu menuju hulu sungai. T amu tersebut mengatakan bahwa kerbau yang disembelih disana sangat kurus. Iapun mengubah haluan perahunya menuju hulu sungai. Sesampainya ditepi desa hulu sunga i, para tamu sudah beranjak pulang. Pesta disana sudah selesai. Pak lebai cepat-cepat mengayuh perahunya menuju desa hilir sungai. Sayangnya, di sanapun pesta sudah berakhir. Pak Lebai tidak mendapat kepala kerbau yang diingi nkannya. Saat itu ia sangat lapar, ia memutuskan untuk memancing ikan dan berburu. Untuk itu ia membawa bekal nasi. Untuk berburu ia mengajak anjingnya.
Setelah memancing agak lama, kailnya dimakan ikan. Namun kail itu menyangkut di dasar sungai. Pak Lebaipun terjun untuk mengambil ikan tersebut. Sayangnya ikan itu dapat meloloskan diri. Dan anjingnya memakan nasi bekal pak Lebai. Oleh kare na kemalangan nasibnya, pak Lebai diberi julukan Lebai Malang. PUTERI JUNJUNG BUIH Tersebutlah kisah sebuah kerajaan bernama Amuntai di Kalimantan Selatan. Kerajaa n itu diperintah oleh dua bersaudara. Raja yang lebih tua bernama Patmaraga, ata u diberi julukan Raja Tua. Adiknya si Raja muda bernama Sukmaraga. Kedua raja te rsebut belum mempunyai putera ataupun puteri. Namun diantara keduanya, Sukmaraga yang berkeinginan besar untuk mempunyai puter a. Setiap malam ia dan permaisurinya memohon kepada para dewa agar dikarunia sep asang putera kembar. Keinginan tersebut rupanya akan dikabulkan oleh para dewa. Ia mendapat petunjuk untuk pergi bertapa ke sebuah pulau di dekat kota Banjarmas in. Di dalam pertapaannya, ia mendapat wangsit agar meminta istrinya menyantap b unga Kastuba. Sukmaraga pun mengikuti perintah itu. Benar seperti petunjuk para dewa, beberapa bulan kemudian permaisurinya hamil. Ia melahirkan sepasang bayi k embar yang sangat elok wajahnya. Mendengar hal tersebut, timbul keinginan Raja Tua untuk mempunyai putera pula. K emudian ia pun memohon kepada para dewa agar dikarunia putera. Raja Tua bermimpi disuruh dewa bertapa di Candi Agung, yang terletak di luar kota Amuntai. Raja T ua pun mengikuti petunjuk itu. Ketika selesai menjalankan pertapaan, dalam perja lanan pulang ia menemukan sorang bayi perempuan sedang terapung-apung di sebuah sungai. Bayi tersebut terapung-apung diatas segumpalan buih. Oleh karena itu, ba yi yang sangat elok itu kelak bergelar Puteri Junjung Buih. Raja Tua lalu memerintahkan pengetua istana, Datuk Pujung, untuk mengambil bayi tersebut. Namun alangkah terkejutnya rombongan kerajaan tersebut, karena bayi it u sudah dapat berbicara. Sebelum diangkat dari buih-buih itu, bayi tersebut memi nta untuk ditenunkan selembar kain dan sehelai selimut yang harus diselesaikan dalam waktu setengah hari. Ia juga meminta untuk dijemput dengan empat puluh ora ng wanita cantik. Raja Tuapun lalu menyayembarakan permintaan bayi tersebut. Ia berjanji untuk men gangkat orang yang dapat memenuhi permintaan bayi tersebut menjadi pengasuh dari puteri ini. Sayembara itu akhirnya dimenangkan oleh seorang wanita bernama Ratu Kuripan. Selain pandai menenun, iapun memiliki kekuatan gaib. Bukan hanya ia da pat memenuhi persyaratan waktu yang singkat itu, Ratu Kuripan pun menyelesaikan pekerjaannya dengan sangat mengagumkan. Kain dan selimut yang ditenunnnya sangat lah indah. Seperti yang dijanjikan, kemudian Raja Tua mengangkat Ratu Kuripan me njadi pengasuh si puteri Junjung Buih. Ia ikut berperanan besar dalam hampir set iap keputusan penting menyangkut sang puteri. RAJA PARAKEET Tersebutlah kisah, seekor raja burung parakeet hidup beserta rakyatnya di sebuah hutan di Aceh. Hidup mereka damai. Kedamaian tersebut terganggu, karena kehadir an seorang pemburu. Pada suatu hari pemburu tersebut berhasil menaruh perekat d i sekitar sangkar-sangkar burung tersebut. Mereka berusaha melepaskan sayap dan badan dari perekat tersebut. Namun upaya t ersebut gagal. Hampir semuanya panik,kecuali si raja parakeet. Ia berkata, "Saud araku, tenanglah. Ini adalah perekat yang dibuat oleh pemburu. Kalau pemburu itu datang, berpura-puralah mati. Setelah melepaskan perekat, pemburu itu akan meme riksa kita. Kalau ia mendapatkan kita mati, ia akan membuang kita. Tunggulah sam pai hitungan ke seratus, sebelum kita bersama-sama terbang kembali.
Keesokan harinya, datanglah pemburu tersebut. Setelah melepaskan perekatnya, ia mengambil hasil tangkapannya. Betapa ia kecewa setelah mengetahui burung-burung tersebut sudah tidak bergerak, disangkanya sudah mati. Namun pemburu tersebut j atuh terpeleset, sehingga membuat burung-burung yang ada ditanah terkejut dan te rbang. Hanya raja parakeet yang belum terlepas dari perekat. Iapun ditangkap. Raja Parakeet meminta pada pemburu itu untuk tidak dibunuh. Sebagai imbalannya i a akan selalu menghibur si pemburu. Hampir tiap hari ia bernyanyi dengan merdun ya. Khabar kemerduan suara burung itu terdengar sampai ke telinga sang Raja. Raja menginginkan burung parakeet tersebut. Sang Raja kemudian menukar burung it u dengan harta-benda yang sangat banyak. Di istana sang Raja, burung parakeet di taruh didalam sebuah sangkar emas. Setiap hari tersedia makanan yang enak-enak. Namun burung parakeet tidak bahagia. Ia selalu ingat hutan Aceh tempat tinggalny a. Pada suatu hari ia berpura-pura mati. Sang Raja sangat sedih dan memerintahka n penguburannya dengan upacara kebesaran. Ketika persiapan berlangsung, burung i tu diletakkan diluar sangkar. Saat itu ia gunakan untuk terbang mencari kebebasa nya. Ia terbang menuju hutan kediamannya. Dimana rakyat burung parakeet setia me nunggu kedatangannya. SI PAHIT LIDAH Tersebutlah kisah seorang pangeran dari daerah Sumidang bernama Serunting. Anak keturunan raksasa bernama Putri Tenggang ini, dikhabarkan berseteru dengan iparn ya yang bernama Aria Tebing. Sebab permusuhan ini adalah rasa iri-hati Serunting terhadap Aria Tebing. Dikisahkan, mereka memiliki ladang padi bersebelahan yang dipisahkan oleh pepoho nan. Dibawah pepohonan itu tumbuhlah cendawan. Cendawan yang menghadap kearah la dang Aria tebing tumbuh menjadi logam emas. Sedangkan jamur yang menghadap ladan g Serunting tumbuh menjadi tanaman yang tidak berguna. Perseteruan itu, pada suatu hari telah berubah menjadi perkelahian. Menyadari ba hwa Serunting lebih sakti, Arya Tebing menghentikan perkelahian tersebut. Ia ber usaha mencari jalan lain untuk mengalahkan lawannya. Ia membujuk kakaknya (ister i dari Serunting) untuk memberitahukannya rahasia kesaktian Serunting. Menurut kakaknya Aria Tebing, kesaktian dari Serunting berada pada tumbuhan ilal ang yang bergetar (meskipun tidak ditiup angin). Bermodalkan informasi itu, Aria Tebing kembali menantang Serunting untuk berkelahi. Dengan sengaja ia menancapk an tombaknya pada ilalang yang bergetar itu. Serunting terjatuh, dan terluka par ah. Merasa dikhianati isterinya, ia pergi mengembara. Serunting pergi bertapa ke Gunung Siguntang. Oleh Hyang Mahameru, ia dijanjikan kekuatan gaib. Syaratnya adalah ia harus bertapa di bawah pohon bambu hingga sel uruh tubuhnya ditutupi oleh daun bambu. Setelah hampir dua tahun bersemedi, daun -daun itu sudah menutupi seluruh tubuhnya. Seperti yang dijanjikan, ia akhirnya menerima kekuatan gaib. Kesaktian itu adalah bahwa kalimat atau perkataan apapun yang keluar dari mulutnya akan berubah menjadi kutukan. Karena itu ia diberi ju lukan si Pahit Lidah. Ia berniat untuk kembali ke asalnya, daerah Sumidang. Dalam perjalanan pulang te rsebut ia menguji kesaktiannya. Ditepian Danau Ranau, dijumpainya terhampar poho n-pohon tebu yang sudah menguning. Si Pahit Lidah pun berkata, "jadilah batu." M aka benarlah, tanaman itu berubah menjadi batu. Seterusnya, ia pun mengutuk seti ap orang yang dijumpainya di tepian Sungai Jambi untuk menjadi batu. Namun, ia pun punya maksud baik. Dikhabarkan, ia mengubah Bukit Serut yang gundu
l menjadi hutan kayu. Di Karang Agung, dikisahkan ia memenuhi keinginan pasangan tua yang sudah ompong untuk mempunyai anak bayi SI PITUNG Si Pitung adalah seorang pemuda yang soleh dari Rawa Belong. Ia rajin belajar me ngaji pada Haji Naipin. Selesai belajar mengaji ia pun dilatih silat. Setelah be rtahun- tahun kemampuannya menguasai ilmu agama dan bela diri makin meningkat. Pada waktu itu Belanda sedang menjajah Indonesia. Si Pitung merasa iba menyaksik an penderitaan yang dialami oleh rakyat kecil. Sementara itu, kumpeni (sebutan u ntuk Belanda), sekelompok Tauke dan para Tuan tanah hidup bergelimang kemewahan. Rumah dan ladang mereka dijaga oleh para centeng yang galak. Dengan dibantu oleh teman-temannya si Rais dan Jii, Si Pitung mulai merencanakan perampokan terhadap rumah Tauke dan Tuan tanah kaya. Hasil rampokannya dibagi-b agikan pada rakyat miskin. Di depan rumah keluarga yang kelaparan diletakkannya sepikul beras. Keluarga yang dibelit hutang rentenir diberikannya santunan. Dan anak yatim piatu dikiriminya bingkisan baju dan hadiah lainnya. Kesuksesan si Pitung dan kawan-kawannya dikarenakan dua hal. Pertama, ia memilik i ilmu silat yang tinggi serta dikhabarkan tubuhnya kebal akan peluru. Kedua, or ang-orang tidak mau menceritakan dimana si Pitung kini berada. Namun demikian or ang kaya korban perampokan Si Pitung bersama kumpeni selalu berusaha membujuk or ang-orang untuk membuka mulut. Kumpeni juga menggunakan kekerasan untuk memaksa penduduk memberi keterangan. Pa da suatu hari, kumpeni dan tuan-tuan tanah kaya berhasil mendapat informasi tent ang keluarga si Pitung. Maka merekapun menyandera kedua orang tuanya dan si Haji Naipin. Dengan siksaan yang berat akhirnya mereka mendapatkan informasi tentang dimana Si Pitung berada dan rahasia kekebalan tubuhnya. Berbekal semua informasi itu, polisi kumpeni pun menyergap Si Pitung. Tentu saja Si Pitung dan kawan-kawannya melawan. Namun malangnya, informasi tentang rahasi a kekebalan tubuh Si Pitung sudah terbuka. Ia dilempari telur-telur busuk dan di tembak. Ia pun tewas seketika.Meskipun demikian untuk Jakarta, Si Pitung tetap d ianggap sebagai pembela rakyat kecil.