Accounting Theory, Chapter 2: Konvergensi IFRS " Deske Mandagi
FAKULTAS EKONOMIUNIVERISTAS KLABATFAKULTAS EKONOMIUNIVERISTAS KLABAT
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERISTAS KLABAT
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERISTAS KLABAT
Student Hand Out
Chapter 2: Konvergensi IFRS (International Financial Reporting Standard)
Sub Topic Chapter 2:2.1 Understanding IFRS2.2 Perkembangan IFRS2.3 Struktur Tatakelola IFRS2.4 Perkembangan Standar akuntansi di Indonesia2.5 Konfergensi IFRS2.6 Konvergensi IFRS Tahap 1 2.7 Konvergensi IFRS Tahap II2.8 Penerapan IFRS oleh Negara-negara di dunia2.9 Framework Standar Akuntansi di Indonesia 2.10 Manfaat Konvergeni IFRS 2.11 Dampak IFRS terhadap Sistem Akuntansi dan Pelaporan2.12 Dampak Konvergensi IFRS terhadap Pendidikan AkuntansiSub Topic Chapter 2:2.1 Understanding IFRS2.2 Perkembangan IFRS2.3 Struktur Tatakelola IFRS2.4 Perkembangan Standar akuntansi di Indonesia2.5 Konfergensi IFRS2.6 Konvergensi IFRS Tahap 1 2.7 Konvergensi IFRS Tahap II2.8 Penerapan IFRS oleh Negara-negara di dunia2.9 Framework Standar Akuntansi di Indonesia 2.10 Manfaat Konvergeni IFRS 2.11 Dampak IFRS terhadap Sistem Akuntansi dan Pelaporan2.12 Dampak Konvergensi IFRS terhadap Pendidikan Akuntansi
Sub Topic Chapter 2:
2.1 Understanding IFRS
2.2 Perkembangan IFRS
2.3 Struktur Tatakelola IFRS
2.4 Perkembangan Standar akuntansi di Indonesia
2.5 Konfergensi IFRS
2.6 Konvergensi IFRS Tahap 1
2.7 Konvergensi IFRS Tahap II
2.8 Penerapan IFRS oleh Negara-negara di dunia
2.9 Framework Standar Akuntansi di Indonesia
2.10 Manfaat Konvergeni IFRS
2.11 Dampak IFRS terhadap Sistem Akuntansi dan Pelaporan
2.12 Dampak Konvergensi IFRS terhadap Pendidikan Akuntansi
Sub Topic Chapter 2:
2.1 Understanding IFRS
2.2 Perkembangan IFRS
2.3 Struktur Tatakelola IFRS
2.4 Perkembangan Standar akuntansi di Indonesia
2.5 Konfergensi IFRS
2.6 Konvergensi IFRS Tahap 1
2.7 Konvergensi IFRS Tahap II
2.8 Penerapan IFRS oleh Negara-negara di dunia
2.9 Framework Standar Akuntansi di Indonesia
2.10 Manfaat Konvergeni IFRS
2.11 Dampak IFRS terhadap Sistem Akuntansi dan Pelaporan
2.12 Dampak Konvergensi IFRS terhadap Pendidikan Akuntansi
Understanding IFRS
Definisi IFRS
IFRS atau International Financial Reporting Standard mengacu pada seperangkat standar akuntansi yang komperhensif yang kelurakan oleh sebuah lembaga internasional penyusun standard berbasis di London yaitu IASB (International Accounting Standard Board) yang dahulu bernama IASC (International accounting standard comitee)
Karakteristik IFRS
Sebagai standar akuntansi yang komprehensive dan diterima secara global, IFRS memiliki beberapa karakteristik dasar (key characteristic) yang membedakannya dengan standar akuntansi Amerika atau US GAAP (Generally Accepted Accounting Principles), diantaranya adalah:
Menggunakan pendekatan priciples based bukan rules based
Lebih banyak penekanan pada interpretasi dan aplikasi dari prinsip
Lebih sedikit literature body/konten dibandingkan dengan US GAAP
Lebih sedikit panduan untuk setiap industri yang specifik dan lebih sedikit petunjuk detail aplikasi
Lebih banyak menekankan pada substansi dari transaksi dan evaluasi apakah penyajian akuntansi merefleksikan kenyataan ekonomis
Mengandalkan profesional judgment dalam perumusan kesimpulan akuntansi
Lebih banyak penggunaan fair value/nilai wajar sebagai dasar pengukuran
Perkembangan IFRS
Sejarah perkembangan standar akuntansi internasional sesungguhnya dimulai pada tahun 1966, bersamaan dengan diperkenalkannya proposal untuk membuat sebuah Accounting International Study Group (AISG) terdiri atas 3 standar setter authorized body yaitu:
The Institute of Chartered Accountants of England & Wales (ICAEW)
American Institute of Certified Public Accountants (AICPA)
Canadian Institute of Chartered Accountants (CICA).
Pada februari 1967 bersaman sebagai hasil dari didirikannya AISG lembaga ini mulai mempublikasikan paper terkait praktek akuntansi dan pelaporan keuangan. Paper ini dipublikasikan secara berkala setiap beberapa bulan. Pada perkembangannya, banyak diantara paper dan artikel yang dipublikasi oleh lembaga ini yang kemudian menjadi acuan bagi perusahaan dalam menyusun laporan keuangan dan memilih kebijakan akuntansi. Pada bulan 1973 pada akhirnya disepakati untuk dibentuk sebuah institusi internasional yang menyusun standar akuntansi untuk digunakan secara internasional. Pada bulan juni 1973 dibentuklah IASC (International Accounting Standards Comitee) yag bertujuan agar dapat menghasilkan standar international yang bisa diterima dengan cepat dan diimplementasi secara world wide.
IASC dalam kapasistasnya sebagai penyusun standar mampu bertahan selama 27 tahun sampai 2001. Organisasi ini kemudian direstrukturisasi dan digantikan oleh sebuah institusi baru yaitu International Accounting Standard Board (IASB). Selama tahun 1973 sampai dengan 2000, IASC telah mengeluarkan seperangkat standar akuntansi yang memiliki nama resmi International Accounting Standards (IAS). Standar Akuntansi yang dihasilkan oleh IAS dipublikasi secara berurut (numeric sequence) dan diberi nama resmi IAS 1 sampai IAS 41. IAS 41 yang terakhir mengatur tentang industri pertanian yang dipublikasikan pada desember 2000.
Reorganisasi IASC menjadi IASB mulai terlihat pengaruhnya pada 1 april 2001 ketika IASB menyatakan bahwa mereka akan mengadopsi standar yang diterbitkan oleh IASC dan akan terus dipakai sebagai international accounting standard ditambah dengan standard baru yang disusun oleh IASB. Seperangkat standar ini akan dipublikasikan dalam sebuah seri yang dikenal dengan International Financial reporting Standard (IFRS). Pada tanggal ini kemudian disahkan sebagai lahirnya IFRS. IFRS pertama kali dipublikasikan secara resmi pada Juni 2013
Sturktur Tata Kelola IFRS
Lembaga yang memiliki otoritas untuk menyusun IFRS adalah IASB, (International Accounting Standard Board). IASB secara struktur bernaung dibawah International Accounting Standard Commitee (IASC) foundation. IASC foundation memiliki peran menunjuk, memantau, mengatur dan mendanai IASB, sebaliknya IASB secara langsung memberi laporan kepada IASC
Setarah dengan IASC, terdapat lembaga lainnya yaitu Trustees Appointment Advisory Group, lembaga ini berfungsi memberi advice kepada IASC foundation. Selain itu juga dalam rangka mendukung tugas dari IASB, IASC foundation mendirikan IFRIC, fungsi IFRIC adalah memberikan interpretasi kepada IASB. Secara bersamaan IASC juga menunjuk IFRS advisory council yang bertugas memberikan advise kepada IASB, sebaliknya, IFRS akan memberi laporan kepada IASC foundation
IFRS Advisory CouncilIFRICIFRS Advisory CouncilIFRIC
IFRS Advisory Council
IFRIC
IFRS Advisory Council
IFRIC
2. 4 Perkembangan Standar akuntansi di Indonesia
Sejarah Pembentukan Lembaga Penyusun Standar
Standar akuntansi di Indonesia dibukukan dalam bentuk Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), sementara lembaga penyusun standar di Indonesia adalah DSAK (Dewan Standar Akuntansi Keuangan) yang bernaung dibawah IAI (Ikatan Akuntan Indonesia). Sama seperti IFRS, PSAK juga mengalami perubahan dan revisi. Perkembangan akuntansi di Indonesia juga mengalami perjalanan panjang dengan berbagai dinamika.
Sejarah Standar Akuntansi di Indonesia dimulai pada saat Ikatan Akuntansi Indonesia, membentuk Komite Prinsip-prinsip Akuntansi Indonesia (KPAI) untuk menetapkan standar-standar akuntansi, yang kemudian dikenal dengan Prinsip-prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) 1973. komite PAI melakukan revisi secara mendasar PAI 1973 dan kemudian menerbitkan Prinsip Akuntansi Indonesia 1984 (PAI 1984). Menjelang akhir 1994, Komite standar akuntansi memulai suatu revisi besar atas prinsip-prinsip akuntansi Indonesia dengan mengumumkan pernyataan-pernyataan standar akuntansi tambahan dan menerbitkan interpretasi atas standar tersebut. Revisi tersebut menghasilkan 35 pernyataan standar akuntansi keuangan, yang sebagian besar harmonis dengan IAS yang dikeluarkan oleh IASB.
Perubahan Kiblat dari US GAAP ke IFRS
Sejak tahun 1994, telah menjadi kebijakan dari Komite Standar Akuntansi Keuangan untuk menggunakan International Accounting Standards sebagai dasar untuk membangun standar akuntansi keuangan Indonesia. Di tahun 1995, IAI melakukan revisi besar untuk menerapkan standar-standar akuntansi baru, standar akuntansi ini struktur isinya terdiri atas:
Sebagian besar standar konsisten dengan IAS
Beberapa standar diadopsi dari US GAAP
Sisanya disusun sendiri oleh IASB sendiri.
Konvergensi IFRS
2.5.1 Definisi Konvergensi IFRS
Konvergensi dapat diartikan proses harmonisasi atau peningkatan kesesuaian praktik akuntansi dengan menetapkan standar tertentu untuk mengurangi tingkat keberagaman dari praktek yang ada. Dalam konteks konvergensi IFRS dapat diartikan sebagai proses menyesuaikan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) di indonesia dengan standar akuntansi yang berlaku secara internasional (IFRS)
2.5.2 Latar Belakang Konvergensi IFRS
Globalisasi dan perdagangan bebas memungkinkan perusahaan-perusahaan multinasional menjalankan operasi di berbagai negara yang berbeda. Aktifitas operasi antar negara telah menjadi penyebab bertemunya praktek akuntansi dan pelaporan keuangan yang berbeda dari berbagai negara. Perbedaan tersebut sangat mungkin terjadi karena nature dari Ilmu Akuntansi yang relatif selalu menyesuaikan dan dipengaruhi oleh lingkungan sosial di mana praktek akuntansi tersebut berada.
Perbedaan praktek akuntansi dan pelaporan keuangan akibat perbedaan standar akuntansi disetiap negara dapat mengakibatkan komparabilitas laporan keuangan berkurang atau bahkan hilang sama sekali. Laporan keuangan sebagai produk dari proses akuntansi pada suatu perusahaan di suatu negara menggambarkan kinerja dari perusahaan terkait. Dalam hal terdapat perbedaan acuan standar akuntansi dimana laporan keuangan itu dibuat, dapat saja terdapat perbedaan yang signifikan.
Kondisi ini dapat menimbulkan permasalahan yang serius mengingat salah satu karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah dapat dipahami oleh pengguna laporan keuangan tersebut teristimewa pihak eksternal. Diperhadapkan dengan kenyataan bahwa terdapat berbagai standar akuntansi yang berlaku di setiap negara yang berbeda, laporan keuangan bisa berkurang kualitasnya bahan hilang kebermaknaannya sama sekali.
2.5.3 Tujuan Konvergensi
Konvergensi IFRS bertujuan untuk:
Meningkatkan kualitas informasi laporan keuangan agar semakin mudah dipahami oleh inversor dan user lainnya,
Menghasilkan standar akuntansi lebih mudah dijadikan acuan bagi penyusun, auditor.
Meningkatkan komparabilitas laporan keuangan antar negara
2.5.4 Pendekatan Konvergensi
Dalam proses konvergensi IFRS, terdapat dua macam pendekatan adopsi yang bisa digunakan, yaitu:
Big bang approach
Adalah proses adopsi yang dilakukan dengan cara mengadosi keseluruhan standar IFRS sekaligus tanpa melalui tahapan-tahapan tertentu. Pendekatan ini biasanya digunakan oleh sejumlah negara maju
Gradual Approach
Sedangkan gradual approach adalah proses adopsi IFRS yang dilakukan secara bertahap. Strategi ini digunakan oleh sejumlah negara berkembang termasuk Indonesia.
2.5.5 Tingkatan Konvergensi
Standar akuntansi disetiap negara berdasarkan tingkat adopsi IFRS dapat dibagi dalam lima tingkat yaitu:
Full Adoption, mirip dengan big bang yaitu kondisi dimana suatu negara mengadopsi seluruh standar IFRS dan menerjemahkan keseluruhan standar IFRS tanpa mengubah isi didalamnya.
Adopted, kondisi dimana IFRS telah diadopsi di suatu negara namun terdapat sejumlah penyesuaian yang dibuat berdasarkan kondisi negara tersebut.
Piecemeal, yaitu tingkat adopsi IFRS yang hanya mengadopsi sebagian besar nomor IFRS, yaitu nomor standar tertentu dan paragraf tertentu saja.
Referenced, dimana para penyusun standar akuntansi dinegara tertentu menyusun sendiri standar akuntansi dengan mengacu pada IFRS
Not adopted, dimana suatu negara sama sekali tidak mengadopsi IFRS atau tidak menjadikan IFRS sebagai referensi penyusunan standari
Konvergensi IFRS Tahap 1 (2000-2008)
Sejak tahun 1995 sampai tahun 2010, buku Standar Akuntansi Keuangan (SAK) terus direvisi secara berkesinambungan, baik berupa penyempurnaan maupun penambahan standar baru. Proses revisi dilakukan sebanyak enam kali yakni pada tanggal 1 Oktober 1995, 1 Juni 1999, 1 April 2002, 1 Oktober 2004, 1 Juni 2006, 1 September 2007, dan versi 1 Juli 2009
Pada tahun 2006 dalam kongres IAI X di Jakarta ditetapkan bahwa konvergensi penuh IFRS akan diselesaikan pada tahun 2008. Target ketika itu adalah taat penuh dengan semua standar IFRS pada tahun 2008. Namun dalam perjalanannya ternyata tidak mudah. Sampai akhir tahun 2008 jumlah IFRS yang diadopsi baru mencapai 10 standar IFRS dari total 33 standar.
2.6.1 Kendala Konvergensi Tahap 1
Kegagalan IAI mencapai target konvergensi IFRS tahap 1 disebabkan oleh sejumlah kendala. Beberapa kendala yang dihadapi para penyusun standar dalam rangkat harmonisasi PSAK dengan IFRS antara lain adalah:
Kekurangan sumber daya. Dewan Standar Akuntansi sebagai lembaga penyusun standar tidak memiliki cukup tenaga serta biaya yang memadai sebagai faktor penting dalam proses harmonisasi standar
Pergantian IFRS yang terlalu dinamis. Proses revisi IFRS oleh IASB terlalu cepat dan sulit diimbangi oleh DSAK sehingga ketika proses adopsi suatu standar IFRS masih sementara dilakukan, IASB telah melakukan revisi IFRS atau mengeluarkan standar baru
Language bariers. Terdapat kesulitan dalam menerjemahkan setiap standar dalam IFRS ke bahasa Indonesia. Seringkali terdapat istilah-istilah teknis yang kehilangan arti atau membingungkan ketika diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia
Infrastuktur profesi akuntan yang belum siap. Untuk mengadopsi IFRS masih terdapat banyak metode akuntansi yang baru yang harus dipelajari lagi oleh para akuntan.
Belum siapnya perguruan tinggi dan akuntan pendidik untuk berganti kiblat ke IFRS.
Support pemerintah terhadap issue konvergensi yang masih minim
Konvergensi IFRS Tahap II (2008-2012)
Beberapa kendala yang dihadapi pada Konvergensi tahap I membuat target konvergensi ditahap ini tidak tercapai. IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) sebagai lembaga profesi akuntansi yang memiliki peran menentukan arah kebijakan standar akuntansi menetapkan konvergensi IFRS tahap II dengan target adopsi penuh adalah pada 1 Januari 2012.
2.7.1 Latar Belakang Konvergensi IFRS Tahap II.
Selain faktor globalisasi dan free trade, terdapat sejumlah faktor yang secara spesifik melatarbelakangi keharusan konvergensi IFRS pada tahap ini, diantaranya yaitu:
IFAC membership. Indonesia merupakan bagian dari IFAC (International Federation of Accountant) yang harus tunduk pada SMO (Statement Membership Obligation), salah satunya adalah dengan menggunakan IFRS sebagai accounting standard.
G20 Agreement. Proses Konvergensi IFRS pada II juga merupakan konsekwensi dari forum G20. Konvergensi IFRS adalah salah satu kesepakatan pemerintah Indonesia sebagai anggota G20 forum.
Rekomendasi World Bank. Konvergensi juga merupakan salah satu rekomendasi dalam Report on the Observance of Standards and Codes on Accounting and Auditing yang disusun oleh assessor World Bank yang telah dilaksanakan sebagai bagian dari Financial Sector Assessment Program (FSAP) (BAPEPAM LK)
2.7.2 G20 Forum
The Group of Twenty atau G20 adalah forum kerja sama 19 negara yang memiliki perekonomian terbesar di dunia ditambah dengan Uni Eropa. Forum ini secara resmi dibentuk pada tahun 1999 sebagai forum yang bertujuan untuk:
(1) Menghimpun kekuatan-kekuatan ekonomi maju dan berkembang
(2) Membahas isu-isu perekonomian dunia
(3) Memperdalam kerja sama ekonomi antar negara serta
(4) Memperkuat ekonomi global.
Salah satau kesepakan forum ini yang berimplikasi terhadap konvergensi IFRS yaitu hasil dari forum G20 di Washington DC, 15 November 2008 merumuskan prinsip-prinsip sebagai berikut:
Strengthening Transparency and Accountability
Enhancing Sound Regulation
Promoting integrity in Financial Markets
Reinforcing International Cooperation
Reforming International Financial Institutions
Kesepakatan itu semakin diperkuat lagi dengan hasil pada pertemuan G20 di London, 2 April 2009 menghasilkan 29 kesepakatan, dimana kesepakatan nomor 13 sampai dengan 16 adalah terkait dengan Strengthening Financial Supervision and Regulation Pada butir kesepakatan nomor 15 menyebutkan:
"to call on the accounting standard setters to work urgently with supervisors and regulators to improve standards on valuation and provisioning and achieve a single set of high-quality global accounting standards."
2.7.3 Sasaran Konvergensi
Konvergensi IFRS tahap II ditargetkan oleh DSAK-IAI selesai pada tahun 2012. Sepanjang tahun 2009, DSAK-IAI telah mengesahkan 10 PSAK baru, 5 ISAK, dan mencabut 9 PSAK berbasis industri dan mencabut 1 ISAK. Secara spesifik, sasaran konvergensi IFRS tahap kedua yaitu:
Merevisi PSAK agar secara material sesuai dengan IFRS versi 1 Januari 2009 yang berlaku efektif tahun 2011/2012.
Secara berkala/bertahap menyesuaikan dengan perubahan IFRS
2.7.4 Roadmap Konvergensi tahap II
IAI membagi proses konvergensi tahap II kedalam 3 tahapan yaitu:
Tahap Adopsi (2008-2010)
Pada tahapan ini DSAK melaksanakan sejumlah inisiatif dimulai dari proses Adopsi seluruh IFRS ke PSAK, Persiapan infrastruktur yang diperlukan serta evaluasi dan kelola dampak adopsi terhadap PSAK yang berlaku
Tahap Persiapan Akhir (2011)
Tahapan persiapan akhir meliputi: Penyelesaian persiapan infrastruktur yang diperlukan serta Penerapan secara bertahap beberapa PSAK berbasis IFRS
Tahap Implementasi (2012)
Proses yang ditempuh pada tahap ini meliputi: Penerapan PSAK berbasis IFRS secara bertahap serta Evaluasi dampak penerapan PSAK secara komprehensif
Penerapan IFRS oleh Negara-negara di dunia
IFRS telah diterapakan dilebih dari 100 negara dan mewajibkan perusahaan-perusahaan public untuk menerapkan IFRS. Setelah 2011 diharapkan, mayoritas negara didunia telah mengadopsi IFRS. Lebih dari 50% perusahaan-perusahaan yang masuk dalam Global Fortune 500 telah menerapkan IFRS. Perkembangan penerapan IFRS disejumlah negara diataranya:
Uni Eropa mensyaratkan agar IFRS diterapkan di semua negara di Eropa.
Brazil, Canada dan India, korea selatan termasuk Indonesia dan Malaysia telah mengumunkan penerapan IFRS secara mandatory.
Cina dan Jepang juga akan secara substansial melakukan konvergensi standar akuntansi ke IFRS.
Perusahaan public di Amerika Serikat kemungkinan besar akan diberikan keluasaan untuk memilih apakah menggunakan IFRS atau US GAAP
Framework Standar Akuntansi di Indonesia
Selama periode 2010-2012, DSAK-IAI menargetkan menghasilakan standar akuntansi yang terdiri atas:
Standar Akuntansi Umum yang bagi atas:
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang diadopsi dari IFRS
Standar Akuntansi untuk perusahaan berbasis Syariah
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang bukan diadopsi dari IFRS, termasuk didalamnya standar akuntansi untuk organisasi-organisasi non profit
Standar Akuntansi Keuangan untuk Small Medium Enterprise Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP)
Setelah tahun 2012, DSAK-IAI menargetkan mengeluarkan sebuah standar akuntansi yang terdiri atas:
Standar Akuntansi Umum yang bagi atas:
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang diadopsi dari IFRS
Standar Akuntansi untuk perusahaan berbasis Syariah
Standar Akuntansi Keuangan untuk Small Medium Enterprise atau Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP)
Standar Akuntansi Keuangan untuk institusi non profit
Manfaat Konvergeni IFRS
Enhance Comparability. Dengan penerapan sebuah standar akuntansi yang diterima secara global, memudahkan pemahaman atas laporan keuangan di berbagai negara berbeda
Meningkatkan arus investasi global. Dengan adanya penerapan standar akuntansi yang berlaku global, semakin berkurangnya bariers bagi perusahaan multinational untuk listing di pasar modal mana saja disetiap negara.
Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang fund raising melalui pasar modal secara global.
Menciptakan efisiensi penyusunan laporan keuangan.
Meningkatkan kualitas laporan keuangan, dengan antara lain, mengurangi kesempatan untuk melakukan earning management
2.11 Dampak IFRS terhadap Sistem Akuntansi dan Pelaporan
a. Penyajian:
Konsep Other Comprehensive Income di dalam laba rugi komprehensif
Perubahan definisi-definisi sejumlah istilah seperti:
Kewajiban menjadi Liabilitas
hak minoritas (minority interest) menjadi kepentingan nonpengendali (non-controlling interest)
Pos Luar Biasa (extra ordinary item) tidak lagi diperbolehkan
Perubahan nama laporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap terdiri atas:
a statement of financial position as at the end of the period;
a statement of comprehensive income for the period;
a statement of changes in equity for the period;
a statement of cash flows for the period;
notes, berisi ringkasan dari kebijakan akuntansi utama dan iformasi penjelasan lainnya (explanatory information)
a statement of financial position pada periode dimana perusahaan menerapkan salah satu dari ketiga hal berikut ini:
as at the beginning of the earliest comparative period when an entity applies an accounting policy retrospectively or makes a retrospective restatement of items in its financial statements, or when it reclassifies items in its financial statements.
Tidak diatur tentang format laporan
IFRS mensyaratkan penerapan prinsip prudential. IFRS mengijinkan pencatatan asset berdasarkan nilai wajar. Tetapi penerapan nilai asset harus dengan prinsip kehati-hatian
Dibolehkan menggunakan Revaluation method untuk penilaian PPE (property, plant and equipment)
b. Pengukuran:
Peningkatan penggunaan nilai wajar (fair value). Standar IFRS lebih condong kepada penggunaan nilai wajar, terutama untuk properti investasi, beberapa aset tak berwujud, aset keuangan, dan aset biologis. Dengan demikian maka diperlukan sumber daya yang kompeten untuk menghitung nilai wajar atau bahkan perlu menyewa jasa konsultan penilai terutama untuk aset-aset yang tidak memiliki nilai pasar aktif.
Penggunaan estimasi dan "judgement". Akibat karakteristik IFRS yang lebih berbasis prinsip, akan lebih banyak dibutuhkan "judgement" untuk menentukan bagaimana suatu transaksi keuangan dicatat.
c. Pengungkapan (disclosure):
IFRS mensyaratkan pengungkapan berbagai informasi tentang risiko baik kualitatif maupun kuantitatif. Pengungkapan dalam laporan keuangan harus sejalan dengan data/informasi yang dipakai untuk pengambilan keputusan yang digunakan oleh manajemen.
Dampak Konvergensi IFRS terhadap Pendidikan Akuntansi
Mahasiswa harus belajar tentang konsep dalam yang ada di dalam rerangka konseptual (Conceptual framework)
Mahasiswa harus menguasasi teori-teori yang mendasari pelaporan keuangan: ekonomika makro, keuangan, portfolio, dll.
Mahasiswa juga harus menguasai valuation theory.
Mahasiswa harus belajar bagaimana membuat judgments
Pembentukan IFRS Task Force
Kajian-kajian dan riset mengenai IFRS
Pengajaran principle based dan bukan rule based dan pengungkapan berdasarkan IFRS
Penggunaan text book berbasis IFRS
Pengetahuan mengenai pengungkapan berdasarkan IFRS.
Pemutakhiran materi ajar terutama untuk mata kuliah yang terkena dampak besar dari konvergensi IFRS.
[Type the company name]