BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya sumber daya alam merupakan aset yang dimiliki suatu Negara yang meliputi tanah dan kekayaan alam seperti kesuburan tanah, keadaan iklim atau cuaca, hasil hutan, tambang dan hasil laut yang sangat mempengaruhi pertumbuhan industri suatu Negara, terutama dalam hal penyediaan bahan baku produksi. Dengan adanya sumber daya alam yang melimpah dan berpotensi tinggi sangat mendukung pembangunan ekonomi suatu Negara. Pembangunan ekonomi adalah usaha – usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang sering kali diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan riel perkapita. Di Indonesia saat ini masih tertuju pada revolusi hijau (penghijauan), sedangkan ekonomi di bidang kelautan (ekonomi kelautan) masih diposisikan sebagai sektor pinggiran (peripheral sector) serta tidak menjadi arus utama dalam kebijakan pembangunan nasional. Indonesia sebagai Negara kepulauan tentunya memiliki potensi besar di sektor kelautan. Secara umum potensi sumberdaya laut Indonesia antara lain perikanan, terumbu karang, mangrove, tambang minyak lepas pantai dan masih banyak lagi. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dari makalah ini sebagai berikut. 1) 2) 3) 4)
Apa yang dimaksud dengan sumber daya laut? Apa potensi sumber daya laut di Indonesia? Apa yang dimaksud dengan pembangunan ekonomi? Bagaimana kontribusi sumber daya laut terhadap pembangunan ekonomi?
C. Tujuan Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut. 1) Untuk mengetahui konsep dari sumber daya laut. 2) Untuk mengetahui potensi sumber daya laut yang dimiliki oleh Indonesia. 3) Untuk mengetahui konsep dari pembangunan ekonomi. 4) Untuk mengetahui kontribusi sumber daya laut terhadap pembangunan ekonomi.
BAB II PEMBAHASAN 1. Sumber Daya Laut Sumber daya kelautan adalah sumber daya yang meliputi, ruang lingkup luas yang mencakup kehidupan laut (flora dan fauna, mulai dari organisme mikroskopis hingga paus pembunuh, dan habitat laut) mulai dari perairan dalam hingga ke daerah pasang surut di pantai dataran tinggi dan daerah muara yang luas. Berbagai orang memanfaatkan dan berinteraksi dengan lingkungan laut mulai dari pelaut, nelayan komersial, pemanen kerang, ilmuwan, dll. Dan digunakan untuk berbagai kegiatan baik rekreasi, penelitian, industri, dan kegitan lain yang bersifat komersial. Secara umum, sumberdaya kelautan terdiri atas sumberdaya dapat pulih (renewable resources), sumberdaya tidak dapat pulih (non-renewable resources), dan jasa-jasa lingkungan kelautan (environmental services). a) Sumberdaya dapat pulih terdiri dari berbagai jenis ikan, udang, rumput laut, termasuk kegiatan budidaya pantai dan budidaya laut (mariculture). b) Sumberdaya tidak dapat pulih meliputi mineral, bahan tambang/galian, minyak bumi dan gas. c) Sedangkan yang termasuk jasa-jasa lingkungan kelautan adalah pariwisata dan perhubungan laut. 2. Potensi Sumber Daya Laut di Indonesia Secara umum potensi sumberdaya kelautan terdiri atas (1) Sumber daya dapat pulih (ikan dan biota lainnya, terumbu karang, hutan mangrove, pulau-pulau kecil). (2) Sumber daya tidak dapat pulih (minyak dan gas, bahan tambang dan mineral). (3) Energi kelautan (gelombang, pasang surut, Ocean Thermal Energy Conversion, angin). (4) Jasa lingkungan (media transportasi, komunikasi, iklim, keindahan alam, penyerap limbah). Banyak kajian dan laporan tentang potensi kekayaan laut hayati dan nonhayati Indonesia telah dipublikasikan sebagai berikut. a) Lautan Indonesia merupakan wilayah Marine Mega-Biodiversity terbesar di dunia, memiliki 8.500 species ikan, 555 species rumput laut dan 950 species biota yang berasosiasi dengan ekosistim terumbu karang.
2
b) Laut Indonesia dan selat-selatnya merupakan alur transportasi Internasional yang ramai, menghubungkan antara Benua Asia, pantai Barat Amerika dan Benua Eropa. c) Tiga lempeng tektonik (lempeng Eurasia; Indo-Australia dan Lempeng Pasifik), bertemu di wilayah Indonesia. Pertemuan lempeng tektonik tersebut memicu terjadinya gunung api, serta gempa bumi. Secara bersamaan, keadaan ini merupakan prasyarat pembentukan sumberdaya mineral, minyak bumi dan gas di darat maupun laut. d) Arus laut dari Samudera Pasifik melewati Kepulauan Indonesia menuju Samudera Hindia.
Karakteristik oseanografi khas Indonesia merupakan
indikator muncul dan lenyapnya El-nino dan La-nina, yang mempengaruhi perubahan iklim global, dan berdampak pada kemarau panjang, banjir, gagal panen, kebakaran hutan serta naik turunnya produksi perikanan. Potensi yang terkandung dalam laut bisa dikatakan sangat lengkap, karena mulai dari potensi flora, fauna serta barang tambang berharga juga terdapat dalam laut terutama pada laut Indonesia. Berbagai jenis ikan yang memikat karena keindahan bentuk dan warnanya sampai berupa ikan yang dikonsumsi tersedia banyak di laut. Begitu juga halnya dengan tumbuhan yang ada di laut selain mempesona dari bentuk dan warnanya sebagian juga dapat dikonsumsi seperti rumput laut yang dijadikan bahan dasar pembuatan agar-agar. Potensi cadangan minyak bumi yang banyak terdapat pada lipatan lapisan samudera dan siap untuk dieksploitasi untuk memenuhi kebutuhan manusia. Menurut Kusumastanto (2000) dalam memandang wilayah laut Indonesia terdapat potensi laut dalam garis besar yang terdiri atas potensi fisik, potensi pembangunan, potensi terbarukan, potensi tak terbarukan, potensi geopolitis, dan potensi sumber daya manusia. Masing-masing dari potensi tersebut bila dimanfaatkan dan dikelola dengan maksimal negara akan mendapat keuntungan yang besar. Pada abad ke 21 ini tepatnya pada tahun 2015 persaingan antar individu ditingkat Association South East Asian Nation (ASEAN) semakin ketat, seperti yang telah diketahui bahwa para pemimpin negara-negara yang tergabung dalam kawasan ASEAN menyetujui dibukanya pasar bebas pada kawasan ASEAN pada tahun 2015. Dengan dibukanya pasar bebas pada kawasan ASEAN suatu negara harus memiliki komoditi andalan yang dapat diandalkan agar tetap
3
tidak kalah bersaing dengan negara lain. Produk andalan tersebut sebisa mungkin untuk tidak tersaingi dengan negara lain sehingga memiliki harga yang tetap stabil dan terus dibutuhkan oleh semua negara karena keberadaannya sangat dibutuhkan. Salah satu produk yang dapat diandalkan pada dibukanya pasar bebas di kawasan ASEAN adalah hasil laut yang dimiliki Indonesia. Negara-negara ASEAN yang lain meskipun memiliki wilayah laut akan tetapi luasannya sangat sempit bila dibandingkan dengan luasan wilayah laut yang dimiliki Indonesia yang memiliki wilayah laut seluas 5,8 juta km2. Bahkan juga ada beberapa negara yang tergabung dalam kawasan ASEAN yang tidak memiliki wilayah laut. Oleh karena itu seharusnya Indonesia tidak lagi memandanglaut sebagai sektor yang terpinggirkan, dan yang perlu dilakukan adalah memanfaatkannya dengan maksimal agar potensi yang berada di laut dapat membantu meningkatkan perekonomian negara. Potensi wilayah laut yang terbarukan termasuk di dalamnya terdapatnya berbagai jenis perikanan laut seperti Tuna/Cakalang, Udang, Demersal, Pelagis Kecil, dan lainnya. Setiap tahunnya menghasilkan sekitar 4.948.824 ton, dengan taksiran nilai US$ 15.105.011.400. Keuntungan yang sangat besar akan diterima oleh Indonesia jika dapat mengolah potensi terbarukan dari jenis perikanan laut. Belum lagi tambahan dari potensi terbarukan dari mariculture, perairan umum, budidaya tambak, budidaya air tawar, dan potensi bioteknologi. Apabila dihitung secara total potensi sumberdaya perikanan Indonesia senilai US$ 71.935.651.400 dan yang baru sempat digali sekitar US$ 17.620.302.800 (Kusumastanto, 2000). Potensi wilayah laut tak terbarukan juga tidak kalah dengan dengan dengan potensi terbarukan jika sudah dikeloah dengan maksimal. Karena pada saat ini masih terdapat 70 simpanan cadangan minyak bumi yang terdapat pada cekungan-cekungan kerak bumi yang berada dalam wilayah Indonesia, dimana sekitar 40 cekungannya berada di wilayah laut. Dari 40 cekungan yang memiliki potensi cadangan minyak bumi hanya 10 saja yang baru diteliti secara intensif, 11 cekungan masih diteliti sebagian dan 29 lainnya masih belum terjamah. Dari 40 cekungan itu diperkirakan akan menghasilkan 106,2 barel setara minyak dan sampai saat ini hanya 7,5 miliar barel yang sudah tereksploitasi. Sedangkan cadangan minyak bumi yang belum terjamah sekitar 90,1 miliar barel yang
4
diantaranya 57,3 miliar barel berada di lepas pantai dan 32,8 miliar barel berada dilaut dalam. Potensi tak terbarukan dari gas alam yang terkandung dalam perut bumi dan terletak di lautan diperkirakan sebesar 123,6 triliun kaki kubik. Sedangkan potensi barang tambang yang berada di dasar laut seperti aluminium, mangan, tembaga, zirconium, nikel, kobalt, biji besi non titanium, vanadium, dan lain sebagainya yang sampai sekarang belum teridentifikasi dengan baik sehingga diperlukan teknologi yang maju untuk mengembangkan potensi tersebut (Kusumastanto, 2000). Potensi pembangunan dari wilayah laut dan pesisir juga sangat menguntungkan. Potensi pembangunan di wilayah laut dan pesisir dapat memanfaatkan energi kelautan seperti angin, gelombang, air pasang surut dan panas matahari di laut. Energi kelautan seperti angina dan gelombang di laut tidak akan pernah ada habisnya dan akan selalu tersedia. Pergerakan dari angin dan gelombang laut dapat dimanfaatkan sebagai tenaga untuk menggerakkan turbinturbin pembangkit tenaga listrik. Pembangkit listrik yang mengandalkan tenaga dari energi kelautan seperti angin dan gelombang laut sangat menguntungkan karena potensi yang dimiliki dari tenaga yang diberikan oleh alam di wilayah laut ini memang sangat potensial sebagai energi alternatif sebagai pembangkit tenaga listrik. Terlebih untuk negara Indonesia yang memiliki wilayah laut dan pesisir yang begitu besar dan panjang, hal ini juga di dukung dengan model bentuk lahan marine di Indonesia yang begitu beragam dan amemiliki ciri khas masing-masing di setiap bentuk lahannya. Tentunya tidak akan mengalami kesulitan jika ingin dalam segi pemilihan tempat dalam membangun infrastruktur pembangkit listrik dengan memanfaatkan energi kelautan. Potensi wisata laut merupakan potensi yang perlu pengembangan secara berkelanjutan agar turut meningkatkan perekonomian Indonesia. Wisata bahari (laut) merupakan salah satu tempat wisata yang paling digemari oleh wisatawan mancanegara meskipun masyarakat Indonesia sendiri juga banyak yang menggemarinya. Pemanfaatan yang kurang maksimal dan terbatas membuat sektor pariwisata bahari (laut) perannya sangat sedikit dalam membantu meningkatkan perekonomian Indonesia. Sehingga sampai saat ini wisata bahari diibaratkan raksasa ekonomi yang masih tidur.
5
Sektor pariwisata yang berhubungan dengan laut memang sangat dibutuhkan oleh wisatawan karena setiap wilayah laut khusunya yang ada di Indonesia menawarkan keindahan yang berbeda-beda. Mulai dari menawarkan keindahan pemandangan pada dearah pantai, gelombang laut yang besar yang dapat dimanfaatkan sebagai olahraga selancar, hingga pemandangan bawah laut yang menawarkan pemandangan yang sangt indah dan penuh warna dan berbagai macam bentuk keindahan kehidupan laut. Di antara sepuluh ekosistem terumbu karang terbaik dan terindah di dunia enam diantaranya berada di wilayah laut Indonesia yakni di Raja Ampat, Wakatobi, Taka Bone Rate, Bunaken, Karimun Jawa, dan pulau Weh. Indonesia memiliki wilayah pesisir dan laut yang terkenal di dunia dengan keindahan alamnya sehingga sangat potensial jika terus dikembangkan, terlebih dalam pengembangannya memperhatikan keseimbangan kehidupan di wilayah pesisir dan laut. Tentu tempat wisata tersebut sangat menarik wisatawan karena keaslian dari alamnya yang tetap terjaga. Hampir
setiap
tahunnya
berbagai
daerah
di
wilayah
Indonesia
mempromosikan keindahan pariwisata yang berhubungan dengan laut sehingga hal ini sangat potensial untuk dapat menarik minat wisatawan untuk menikmati keindahan alamnya dan diharapkan program-program seperti itu terus dilanjutkan, hal ini diharapkan juga dapat memperbaiki perekonomian masyarakat sekitar daerah pesisir yang di dominasi masyarakat miskin yang terpinggirkan. Pemberdayaan wilayah pesisir dan laut sebagai obyek wisata juga dapat diharapkan dapat mempercepat pemerataan pembangunan nasioanal dan juga mengurangi kesenjangan masyarakat, antara masyarakat di pusat kota dengan daerah pinggiran seperti di daerah pesisir. Keuntungan yang lain dari mengembangkan wisata bahari adalah menciptakan lapangan pekerjaan, hal ini tentu sangat membantu Indonesia dalam mengatasi tingkat pengagguran yang sangat tinggi. Apabila pembangunan sektor wilayah pesisir dan laut dapat dikembangkan dan dikelola dengan baik diharapakan ikut serta dalam meningkatkan pembanguna perekonomian Indonesia. 3. Pembangunan Ekonomi Menurut Lincolin Arsyad, Pembangunan ekonomi adalah kegiatan – kegiatan yang dilakukan suatu Negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi 6
dan taraf hidup masyarakatnya. Dengan batasan tersebut, maka pembangunan ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu Negara meningkat dalam jangka panjang. Definisi pembangunan ekonomi menurut Maier adalah suatu proses dimana pendapatan perkapita suatu Negara meningkat selama kurun waktu yang panjang. Dengan catatan bahwa; jumlah penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan absolut tidak meningkat dan distribusi pendapatan tidak semaking timpang. Menurut Suparmoko, pembangunan atau perkembangan ekonomi adalah kegiatan yang menunjukkan perubahan – perubahan dalam struktur output dan alokasi imput pada berbagai sector perekonomian, disamping kenaikan output. Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo menyatakan pembangunan ekonomi ialah usaha memperbesar pendapatan per kapita dan menaikan produktivitas perkapita dengan jalan menambah peralatan modal dan menambah keahlian. Pembangunan mengandung arti perubahan structural sebab bermaksud untuk memperluas dasar ekonomi dan memperluas lapangan kehidupan serta mengandung kehendak merubah cara hidup, cara berpikir, cara mengahadapi persoalan untuk menempuh jalan-jalan baru yang dapat membawa kemajuan atau mengandung kesadaran untuk mengubah keadaan, baik dalam menaikan tingkat kehidupan, maupun dalam arti menempuh cara kehidupan yang baru. Dalam definisi tersebut disebutkan bahwa pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan dalam pendapatan total dan pendapatan per kapita dengan menghitung
adanya
pertambahan
penduduk
disertai
adanya
perubahan
fundamental (perumbahan mendasar) dalam struktur ekonomi Negara yang bersangkutan. Pembangunan ekonomi menurut Maier bertujuan untuk membangun identitas nasional atau kepribadian bangsa. Adapun cara untuk mencapai tujuan ini sangat dipengaruhi pandagan hidup bangsa tersebut dalam upaya menaikkan output nasional dan pendapatan masyarakat. Irawan dan Suparmoko mengartikan pembangunan ekonomi sebagai usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang diukur melalui tinggi rendahya pendapatan perkapita. Jadi tujuan pembangunan ekonomi disamping meningkatkan pendapatan nasional riil, juga meningkatkan produktivitas.
7
4. Kontribusi Sumber Daya Laut Terhadap Pembangunan Ekonomi Potensi kelautan Indonesia diperkirakan 1.2 trilliun USD, yang dapat menyerap tenaga 40 juta tenaga kerja. Dari potensi tak tereksploitasi (sleeping potency), kontribusi seluruh sektor kelautan (11 sektor) terhadap PDB Indonesia terhitung 20 %. Diperhitungkan sekitar Rp 300 trilliun potensi ini hilang dari illegal, unreported and auregulated fishing (IUUF), yang merupakan kerugian besar bagi bangsa Indonesia. Selanjutnya dikatakan 70% produk Indonesia dieksport melalui Negara Singapura (Dahuri, 2014). Indonesia memiliki potensi dan kekayaan laut langsung seperti meliputi perikanan (ikan pelagis dan demersal, udang, kekerangan, rumput laut). Potensi produk terpasarkan langsung ini (market) terus menjadi peraup devisa yang terus meningkat. Disi lain, potensi tak langsung bukan barang (non-market) pariwisata bahari masih perlu dikembangkan, demikian juga potensi energi terbarukan (antara lain : arus laut, pasang surut, gelombang laut, Ocean Thermal Energy Convertion), mineral di dasar laut, minyak dan gas bumi, pelayaran, industri maritim, dan jasa kelautan, masih potensial untuk dikembangkan. Diperkirakan potensi tersebut mencapai nilai US$ 171 milyard per tahun, secara detail dapat dikemukakan sebagai berikut: Perikanan: US$ 32.000.000.000/th (IPB, 1997), Wilayah pesisir: US$ 56.000.000.000/th (ADB 1997), Bioteknologi: US$ 40.000.000.000/th (PKSPL-IPB, 1997), Wisata Bahari: US$ 2.000.000.000/th (DEPBUDPAR, 2000), Minyak bumi: US$ 21.000.000.000/th (ESDM 1999) dan Transportasi laut: US$ 20.000.000.000/th. (Sutisna DH, 2012). Indonesia merupakan salah satu negara yang terkenal dengan sebutan sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan keanekaragaman hayati di dalamnya (Sanjoto, 2014). Dalam mencermati pembangunan Indonesia selama ini, secara empiris pembangunan kelautan dan perikanan kurang mendapat perhatian dan selalu diposisikan sebagai pinggiran dalam pembangunan ekonomi nasional. Kondisi ini sangat ironis, mengingat hampir 70% wilayah Indonesia merupakan lautan yang mempunyai potensi ekonomi yang sangat besar, sehingga negara Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan terbesar di dunia atau “ The largest archipelago country in the world”.
8
Untuk itu pilihan pembangunan sektor kelautan dan perikanan sebagai sektor andalan utama pembangunan Indonesia merupakan pilihan yang sangat tepat, hal ini didasarkan atas potensi yang dimiliki dan besarnya keterlibatan sumber daya manusia yang diperkirakan hampir 12.5 juta orang terlibat di dalam kegiatan perikanan. Berdasarkan laporan FAO Year Book 2009, produksi perikanan tangkap Indonesia sampai dengan tahun 2007 berada pada peringkat ke-3 dunia dengan tingkat produksi perikanan tangkap pada periode 2003-2007 mengalami kenaikan rata-rata produksi sebesar 1,54%. Di samping itu, Indonesia juga merupakan produsen perikanan budidaya dunia. Sampai dengan tahun 2007 posisi produksi perikanan budidaya Indonesia di dunia berada pada urutan ke-4 dengan kenaikan rata-rata produksi pertahun sejak 2003 mencapai 8,79%. Hal ini menyebabkan Indonesia memiliki kesempatan untuk menjadi penghasil produk perikanan terbesar dunia, karena terus meningkatnya kontribusi produk perikanan Indonesia di dunia pada periode 2004-2009. Kesuksesan negara lain dalam pengembangan sektor perikanan seperti di Islandia, Norwegia, Thailand, China dan Korea Selatan, yang dalam hal sumber daya berada di bawah Indonesia, seharusnya dapat menjadi pembelajaran. Pada negara tersebut, sektor perikanan mampu memberikan kontribusi ekonomi yang besar. Sebagai contoh Islandia dan Norwegia, kontribusi sektor perikanan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 60% dan 25%. Keadaan tersebut jauh berbeda dengan kontribusi sektor perikanan Indonesia terhadap PDB nasional yang hanya mencapai 2,77% pada tahun 2008 (Putra, 2011). Secara total devisa dari kelautan dan perikanan bisa mencapai USD 71 milliar setiap tahun (hampir 2 kali dari APBN). Dengan demikian maka sangatlah logis jika sektor kelautan dijadikan sebagai alternatif pembangunan ekonomi nasional saat ini dan saat mendatang (Riyadi, 2004). Pembangunan perikanan bertujuan untuk meningkatkan pendapatan nelayan (petani ikan) dengan jalan meningkatkan produktivitas, memperluas kesempatan kerja dan kesempatan usaha (Reksohadiprodjo dan Pradono, 1988). Namun mengingat kegiatan perikanan yang dapat dikatakan sebagai usaha yang sangat tergantung pada alam dan ketersediaan sumber daya di suatu perairan
9
menyebabkan ada fluktuasi kegiatan usaha perikanan yang sangat jelas. Pada akhirnya hal ini akan mempengaruhi aktifitas nelayan (petani ikan) dalam berusaha. Indonesia sebagai negara berkembang dengan jumlah penduduk yang besar, strategi pembangunan dengan basis sumber daya alam dapat pulih (seperti sektor perikanan) merupakan suatu hal yang tepat. Hal ini di karenakan (1) potensi sumber daya Indonesia yang sangat besar; (2) keterkaitan industri hulu (backward-linkages industri) dan keterkaitan industri hilir (foward-linkages industries) yang kuat dan diharapkan dapat menciptakan efek ganda (multiplier efects) yang besar; (3) penyerapan tenaga kerja yang besar; (4) dapat mengatasi ketimpangan pembangunan antar wilayah dikarenakan kegiatan ekonomi berbasis sumber daya alam yang dapat pulih bisa dan biasanya berlangsung di daerah pedesaan; (5) karena bersifat dapat pulih, maka bisa mewujudkan pola pembangunan ekonomi yang berkelanjutan (Dahuri, 2002). Menurut Kusumastanto (2000), salah satu persoalan yang mendasar dalam perencanaan pengembangan sektor perikanan adalah lemahnya akurasi data statistik perikanan. Hal ini menyebabkan kendala dalam penerapan kebijakan sektor perikanan. Selain itu, untuk menjadikan sektor perikanan sebagai motor penggerak sektor riil, dalam pengembangnya harus memperhatikan kaidah ekonomi dengan memperhatikan keterkaitan dengan berbagai sektor ekonomi. Menurut Fauzie (2007), perencanaan pembangunan kelautan dan perikanan didasarkan pada konsepsi pembangunan berkelanjutan yang didukung oleh pengembangan industri berbasis sumber daya alam dan sumber daya manusia dalam mencapai daya saing yang tinggi. Tiga hal pokok yang akan dilakukan terkait arah pembangunan sektor perikanan ke depan, yaitu (1) membangun sektor perikanan yang berkeunggulan kompetitif (competitive advantage) berdasarkan keunggulan komparatif (comparative advantage); (2) menggambarkan sistem ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan; (3) mempercepat pembangunan ekonomi daerah yang efektif dan kuat dengan memberdayakan pelaku dan potensi ekonomi daerah. Dalam konteks pola pembangunan tersebut, ada tiga fase yang harus dilalui dalam mentransformasi keunggulan komparatif menjadi keunggulan dalam hal daya saing, yaitu (a) fase pembangunan yang digerakkan oleh kelimpahan sumber daya alam (resources
10
driven); (b) fase kedua adalah pembangunan yang digerakan oleh investasi (investment driven) dan; (c) fase ketiga pembangunan yang digerakkan oleh inovasi (inovation driven). Menurut Dahuri (2001), proses pemanfaatan sumber daya perikanan ke depan harus ada kesamaan visi pembangunan perikanan yaitu suatu pembangunan perikanan yang dapat memanfaatkan sumber daya ikan beserta ekosistemnya secara optimal bagi kesejahteraan dan kemajuan bangsa Indonesia, terutama petani ikan dan nelayan secara berkelanjutan. Untuk dapat mewujudkan visi pembangunan perikanan tersebut, ada tiga syarat mutlak yang harus dipenuhi. Pertama, sektor perikanan harus mampu menciptakan pertumbuhan ekonomi secara nasional melalui peningkatan devisa, peningkatan pendapatan rata-rata para pelakunya serta mampu meningkatkan sumbangan terhadap PDB. Kedua, sektor perikanan harus mampu memberikan keuntungan secara signifikan kepada pelakunya dengan cara mengangkat tingkat kesejahteraan para pelaku perikanan. Ketiga,
pembangunan
perikanan
yang
akan
dilaksanakan
selain
dapat
menguntungkan secara ekonomi juga ramah secara ekologis yang artinya pembangunan harus memperhatikan kelestarian dan daya dukung lingkungan dengan baik. Dalam pengembangan sektor perikanan tidak hanya terkait dalam usaha perikanan tangkap maupun budidaya saja. Menurut Erwadi dan Syafri dalam Hendri (2010) peluang bisnis kelautan dan perikanan setidaknya dapat dilihat dari dua faktor yaitu (1) faktor internal berupa potensi sumber daya kelautan dan perikanan, potensi sumber daya manusia, teknologi, sarana dan prasarana serta pemasaran, dan (2) faktor eksternal yang berkaitan dengan aspek permintaan produk perikanan dan syarat-syarat yang menyertai permintaan tersebut dalam rangka persaingan. Pembangunan kelautan dan perikanan yang telah dilasanakan selama ini dalam rangka mewujudkan tiga pilar pembangunan, yaitu pro-poor (pengentasan kemiskinan), pro-job (penyerapan tenaga kerja), dan pro-growth (pertumbuhan). Dengan melihat potensi yang ada, pembagunan kelautan dan perikanan harusnya dapat menjadikan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang lebih baik dari pada keadaan sekarang. Adanya kesalahan orientasi pembangunan
11
dan
pengelolaan
sumber
daya
menyebabkan
Indonesia
belum
mengoptimalkan manfaat dari potensi sumber daya yang ada (KKP, 2010).
12
dapat
KESIMPULAN Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan memiliki luas wilayah laut yang sangat besar, bahkan luas wilayah lautannya lebih besar bila dibandingkan dengan luas wilayah daratannya. Hal ini membuat Indonesia memiliki keuntungan dari potensi alam yang dimilikinya terutama di sektor laut. Potensi yang begitu besar dan melimpah yang terkandung dalam wilayah laut belum termanfaatkan secara maksimal, sehingga peran sumberdaya laut kurang berperan dalam membantu meningkatkan perekonomian Indonesia. Terlebih selama ini pemerintah Indonesia cenderung tidak serius dalam mengolah sumberdaya alam yang berada di lautan. Laut merupakan raksasa ekonomi yang masih tertidur, hal ini didasarkan pada potensi laut yang menyimpan begitu banyak potensi alam baik yang terbarukan maupun yang tidak dan kesemuanya siap untuk dieksploitasi dan dimanfaatkan secara sebaik-baiknya dalam mendukung kegiatan perekonomian negara. Salah satunya potensi kekayaan laut yang dapat diandalkan dalam perdagangan bebas kawasan ASEAN yang mulai dibuka pada thun 2015. Potensipotensi yang terdapat pada sektor laut harus dimanfaatkan secara maksimal mengingat keuntungna yang dapat diraup sangat besar dan sangat membantu meningkatkan
perekonomian
Indonesia.
Dengan
semakin
meningkatnya
perekonomian Indonesia diharapkan dapat menyejahterkan semua rakyatnya seperti yang telah tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Selain hasil dari laut yang melimpah, potensi keindahan laut juga sangat potensial bila dijadikan tempat wisata, pembangunan tempat wisata akan menumbuhkan daerah-daerah pusat perekonomian baru. Selain itu letak posisi laut juga memegang peranan penting dalam keamanan dan kesetabilitasan suatu negara. Dimana wilayah laut yang sangt strategis akan banyak diperebutkan oleh banyak negara, hal ini berkaitan dengan kegiatan ekonomi karena wilayah laut yang letaknya strategis akan menjadi jalur pelayaran perdagangan internasional dan hal itu menguntungkan bagi negara pemilik wilayah lautnya.
13
DAFTAR PUSTAKA Aiza._.
Sumber
Daya
Kelautan.
(online)
(https://www.scribd.com/doc/64483619/SUMBER-DAYA-KELAUTAN) diakses tanggal 17 Oktober 2015 Dahuri, R. 2001. Sektor Perikanan dan Kelautan Sebagai Pilar Kemandirian Ekonomi Nasional. Jakarta: Departemen Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2010. Rencana Strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan 2010 – 2014. Jakarta: Kementerian Kelautan dan Perikanan Kusumastanto, Tridoyo. 2000. Pengembangan Sumber Daya Kelautan dalam Memperkokoh
Perekonomian
Nasional
Abad
21.
(Online),
(http://pengembangan-sumberdaya-kelautan-dalam-memperkokohperekonomian-nasional.pdf), diakses 17 Oktober 2015 Riyadi, Dedi M. Masykur. 2004. Kebijakan Pembangunan Sumber Daya Pesisir sebagai
Alternatif
Pembangunan
Indonesia
Masa
Depan.
(Online),
(http://www.bappenas.go.id/files/4113/6082/9494/kebijakanpesisirmaskur_ 20081123092621_1031_0.pdf), diakses 17 Oktober 2015 Sanjoto, Suhartono. 2014. Ekonomi Kelautan dan Rekonstruksi Pembangunan Ekonomi.
(Online),
(porosmaritim.com/ekonomi-kelautan-dan-
rekonstruksi-pembangunan-ekonomi/), diakses 17 Oktober 2015 Putra, Dody Yuli. 2011. Peran Sektor Perikanan Dalam Perekonomian dan Penyerapan Tenaga Kerja di Indonesia: Analisis Input-Output. (Online), (http://pasca.unand.ac.id/id/wpcontent/uploads/2011/09/ARTIKEL11.pdf), diakses 17 Oktober 2015 Sutisna,
Dedy
Heryadi.
2012.
Potensi
Ekonomi
Kelautan
Mampu
Menyejahterakan Rakyat Indonesia (online) (http://www.dekin.kkp.go.id/? q=news&id=20120802100908355974768552433825750659740299) diakses tanggal 17 Oktober 2015
14