FISIOLOGI KONTRAKSI OTOT (PROSES DAN JENIS KONTRAKSI), EKSITASI OTOT(PROSES), OTOT PLOS VISCERAL DAN HORMON PERANGSANG OTOT POLOS
Tugas ini disusun guna memenuhi tugas Fisiologi BLOK IV Semester II
Disusun oleh: Nama
: ROMADHONI
NIM
: H2A008037
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDY KEDOKTERAN UMUM TAHUN AJARAN 2008 SEMARANG
A. Kontraksi Otot
Mekanisme kerja otot pada dasarnya melibatkan suatu perubahan dalam keadaan yang relatif dari filamen-filamen aktin dan miosin. Selama kontraksi otot, filamen-filamen tipis aktin terikat pada dua garis yang bergerak ke Pita A, meskipun filamen tersebut tidak bertambah banyak. Namun, gerakan pergeseran itu mengakibatkan perubahan dalam penampilan sarkomer, yaitu penghapusan sebagian atau seluruhnya garis H. selain itu filamen myosin letaknya menjadi sangat dekat dengan garis-garis Z dan pita-pita A serta lebar sarkomer menjadi berkurang sehingga kontraksi terjadi. Kontraksi berlangsung pada interaksi antara aktin miosin untuk membentuk komplek aktin-miosin. Kontraksi otot terjadi apabila jembatan silang miosin berikatan dengan tempat-tempat spesifik diprotein aktin. Bila pengikatan ini terjadi maka sebuah molekul ATP yang terdapat dikepala miosin akan terurai oleh enzim miosin ATPase dan terjadi pembebasan energi. Energi tersebut digunakan untuk mengayunkan jembatan silang sehingga filamen aktin dan miosin bergeser satu sama lain yang menyebabkan pemendekan otot (kontraksi). Selama kontraksi, panjang filamen aktin da miosin tidak berubah, tetapi pita I dan Zona H memendek. Setiap kontraksi otot melibatkan siklus berulang pergeseran filamen dan menimbulkan tegangan pada otot untuk bekerja.
Otot yang kontraksi
Secara singkat proses terjadinya kontraksi otot sdapat dijelaskan sebagai berikut:
1. 1.
Impuls neuron motorik
2. Pelepasan transmiter (asetilkolin) ke end-plate motorik. 3. Peningkatan asetilkolin oleh reseptor asetilkolin nikotinik. 4. Peningkatan konduktans Na + dan K + di membrane end-plate.
5. Terbentuknya potensial end-plate. 6. Tercetusnya potensial aksi di serat-serat otot. 7. Penyebaran depolarisasi ke dalam tubulus T. 8. Pelepasan Ca2+ dari sisterna terminal reticulum sarkoplasmatik dan difusi Ca2+ ke filament tebal dan filament tipis. 9. Peningkatan Ca2+ oleh troponin C membuka tempat pengikatan myosin di molekul aktin. 10. Pembentukan ikatan silang (cross linkage) antara aktin dan myosin dan pergeseran filament tipis pada filament tebal, menghasilkan pemendekan.
B. Eksitasi otot
Otot yang eksitasi
Eksitasi terjadi sewaktu kalsium dipompa kembali ke dalam retikulum sarkoplasma à serat otot melemas. Pemompaan kalsium adalah suatu proses aktif yang terjadi di membrane retikulum Sarkoplasma. Proses ini menggunakan energi yang berasal dari penguraian molekul ATP yang lain. Sewaktu kadar kalsium turun sampai sekitar 10-7, maka troponin dan tropomiosin kembali menghambat pengikatan aktin serta miosin dan kontraksi otot berhenti. Tahap-tahap terjadinya relaksasi: 1. Ca2+ dipompakan kembali ke dalam reticulum sarkoplasmatik. 2. Lepasnya Ca2+ dari troponin.
3. Terhentinya interaksi antara aktin dan myosin. Penggabungan Eksitasi-Kontraksi 1. Penyampaian potensial aksi oleh neuron motorik ke serat otot rangka yang
menyebabkan neuron melepaskan asetilkolin (Ach) ke taut neuromuskular kemudian Ach berdifusi ke end plate dan berikatan dengan receptor. Pengikatan ini menyebabkan channel Na terbuka sehingga ion-ion Na masuk kedalam sel dan menimbulkan depolarisasi lalu terjadi potensial aksi kemudian disalurkan keserat otot
sehingga terjadi depolarisasi serat otot kemudian menyebar keserat via tubulus transversus yg berjalan antara pita A da I. 2. Bila bagian dalam sel positif maka ion-ion kalsium dibebaskan dari kompartemen
intrasel (retikulum sarkoplasma) sehingga kadar kalsium intra sel meningkat yang menyebabkan terjadinya kontraksi otot .
C. Kontraksi Isometrik dan Isotonik
Kontraksi otot dikatakan isometrik bila otot tidak memendek selama kontraksi. (Guyton, 1990:109) Contoh dari otot kontraksi isometrik antara lain: 1. M. Gastrocnemius berkontraksi saat berlari atau melompat. 2. M. Soleus berkontraksi untuk menyokong tubuh secara terus menerus terhadap gaya gravitasi. Kontraksi otot dikatakan isotonik bila otot memendek tetapi tegangan pada otot konstan. (Guyton, 1990:109) Contoh dari otot kontraksi isotonik antara lain: M. Quadriceps femoralis pada saat mengangkat beban. D. Otot polos
Otot polos terutama terdapat pada bagian viseral. otot ini terdapat pada sistem pernapasan, pada dermis, ductus biliari, phincter aningernum, pada iris dan pada korpus iliaris mata. E. Hormon perangsang otot polos
Beberapa hormon yang mempengaruhi kontraksi otot polos, selain asetilkolin, histamine, dan epinefrin, yaitu norepinefrin, angiotensin, vasopressin, dan serotonin.
Daftar Pustaka 1. Guyton. 1990. Fisiologi Manusia. Jakarta: EGC 2. Leeson, Thomas S et al. 1989. Buku Ajar Histologi. Jakarta: EGC